• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNIG (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 3 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNIG (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 3 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNIG (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 3 MEDAN

TAHUN AJARAN 2012/2013

Dewi Rotua Sidabutar (408111040)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di kelas VII SMP Negeri 3 Medan tahun ajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian tidakan kelas (classroom action research) yang dilakukan dengan dua siklus, dimana siklus I terdapat 2 kali pertemuan dan siklus II terdapat 2 kali pertemuan. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIB SMP Negeri Medan dengan jumlah siswa dikelas adalah 30 orang siswa. Pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui tes dan observasi

Hasil penelitian pada siklus I setelah dilakukan tindakan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), nilai rata-rata observasi kegiatan peneliti adalah 2,9 dengan kategori baik, dan persentase aktivitas belajar siswa adalah 57% dengan kategori kurang aktif. Banyaknya siswa yang termasuk pada paling sedikit kategori aktif adalah 6 orang siswa (20%) dari 30 orang siswa. Rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah adalah 4,87 dengan kategori sangat rendah. Banyaknya siswa yang termasuk paling sedikit kategori sedang adalah 10 orang siswa (33%) dari 30 orang siswa Dengan melihat persentase klasikal aktivitas belajar dan persentase kalsikal kemampuan pemecahan masalah belum mencapai target penelitian, sehingga perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Hasil penelitian pada siklus II dengan model pembelajaran yang sama, nilai rata-rata observasi 3,65 dengan kategori sangat baik. persentase aktivitas belajar siswa adalah 79% dengan kategori aktif dan banyak siswa yang termasuk paling sedikit kategori aktif adalah 28 orang siswa (93%) dari 30 orang siswa. Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah 8,38 dengan kategori kemampuan tinggi, banyak siswa yang termasuk paling sedikit kategori sedang adalah 28 orang siswa (93%) dari 30 orang siswa.

(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Observasi Aktivitas Siswa 10

Tabel 2.2. Kriteria Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah 14 Tabel 2.3. Tahapan-Tahapan Model Pembelajaran Problem Based

Learning 18

Tabel 3.1. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah 30 Tabel 3.2. Kriteria Penilaian Observasi Aktivitas Guru 31 Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Aktivitas Belajar Siswa 32 Tabel 4.1. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada

Tes Awal 34

Tabel 4.2. Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Guru (Peneliti) 38 Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I 40 Tabel 4.4. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa I 42

Tabel 4.5. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Berdasarkan Aspek Kemampuan

Pemecahan Masalah II 43

Tabel 4.6. Perbedaan Tindakan pada Siklus I dan Siklus II 48 Tabel 4.7. Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Guru (Peneliti) 50 Tabel 4.8. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Siklus II 52

Tabel 4.9. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa II 53 Tabel 4.10. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

Berdasarkan Aspek kemampuan Pemecahan Masalah II 54 Tabel 4.11. Deskripsi Tingkat Aktivitas Belajar Siswa pada Setiap Siklus 58 Tabel 4.12. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

pada Siklus I dan II Berdasarkan Aspek Kemampuan

(5)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 28 Gambar 4.1 Kemampuan pemecahan masalah siswa pada tes awal 35 Gambar 4.2 Aktivitas belajar siswa pada siklus I ` 41 Gambar 4.3 Tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa pada siklus I 42 Gambar 4.4 Persentase klasikal aspek kemampuan pemecahan

masalah siklus I 43

Gambar 4.5 Aktivitas belajar siswa siklus II 52 Gambar 4.6 Tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa pada siklus II 54 Gambar 4.7 Persentase klasikal siswa dalam aspek kemampuan

pemecahan masalah 55

Gambar 4.8 Persentase aktivitas siswa secara klasikal pada tiap siklus 59 Gambar 4.9 Kemampuan pemecahan masalah tiap siklus 60 Gambar 4.10 Persentase klasikal kemampuan pemecahan masalah

Berdasarkan aspek pemecahan masalah

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tes Kemampuan Awal 68

Lampiran 2. Alternatif Penyelesaian tes kemampuan awal 70 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I 75 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II 81 Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III 87 Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV 93

Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa I 99

Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa II 104

Lampiran 9. Lembar Aktivitas Siswa III 110

Lampiran 10. Lembar aktivitas Siswa IV 115

Lampiran 11. Kisi-Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa I 119

Lampiran 12. Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa I 120

Lampiran 13. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa I 126 Lampiran 14. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa I 129

Lampiran 15. Kisi-Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa II 135

Lampiran 16. Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa II 136

Lampiran 17. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa II 142 Lampiran 18. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa II 144

Lampiran 19. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa 150

Lampiran 20. Pedoman Penilaian Observasi Aktivitas Belajar Siswa 152 Lampiran 21 Tabulasi Nilai Observasi Aktivitas Belajar Siswa 154

Lampiran 22. Lembar Observasi Aktivitas Guru 158

Lampiran 23. Deskripsi Data Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII MPN 3

Medan Pertemuan I 170

Lampiran 24. Deskripsi Data Aktivitas Belajar Siswa kelas VII SMPN 3

Medan Pertemuan II 172

Lampiran 25.Rekapitulasi Data Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII

SMPN 3 Medan Siklus I 174

Lampiran 26. Deskripsi Data Aktivitas Belajar Siswa kelas VII SMPN 3

Medan Pertemuan III 176

(7)

xi

Medan Pertemuan IV 178

Lampiran 28. Rekapitulasi Data Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII

SMPN 3 Medan Siklus II 180

Lampiran 29. Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa 182

Lampiran 30. Deskripsi Tes Kemampuan Awal Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Kelas VII SMPN 3 Medan 184 Lampiran 31. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika I

Siswa 186

Lampiran 32. Deskripsi Tes kemampuan pemecahan Maslah Matematika I

Siswa kelas VII SMPN 3 Medan 188

Lampiran 33. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika II

Siswa 190

Lampiran 34. Deskripsi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika II Siswa Kelas VII SMPN 3 Medan 192

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa, salah satu aspek yang dilihat dari suatu negara maju adalah pendidikan, dan pendidikan tidaklah terlepas dari ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan menuntut pendidikan untuk semakin tanggap dalam mengemas ilmu pengetahuan menjadi menjadi suatu hal yang bisa digapai masyarakat. Namun satu hal yang perlu diingat bahwa beda zaman berbeda pula tantangan dimana saat ini merupakan era pengetahuan, masyarakat dengan mudahnya mengakses pengetahuan dari teknologi yang ada. Amir (2010 : 3) menyatakan bahwa “berbagai perubahan yang terjadi di berbagai lini kehidupan di era pengetahuan ini, terutama perkembangan teknologi dan komunikasi haruslah dianggap penting

oleh dunia pendidikan” Sehingga dengan semakin berkembangnya teknologi dan

komunikasi hendaknya semakin bertambah pula rasa ingin tahu dan kemauan untuk belajar yang membuat masyarakat khususnya siswa memiliki kemandirian untuk memuaskan rasa ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.

(9)

2

Hal di atas banyak faktor yang mempengaruhi, bukan semata-mata kesalahan siswa atau inteligensi siswa yang rendah. Adiyanti,

(dalam, http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467) mengatakan: “ anak yang berkesulitan belajar belum tentu mempunyai kecerdasan yang kurang memadai, tetapi karena kondisi anak tersebut harus berjuang untuk dapat mencapai prestasi seperti anak di usia mereka terutama untuk memenuhi tuntutan sekolah.Oleh karena kesulitan yang dialami tersebut, anak yang berkesulitan belajar seringkali mengalami hasil belajar rendah dibanding dengan kemampuan intelektual yang

dimilikinya,”

Berdasarkan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Negeri 3 Pematangsiantar yang diikuti peneliti serta observasi yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 3 Medan, melalui pemberian soal cerita mengenai aritmatika sosial penulis mengamati bahwa banyak siswa yang kurang menyukai pelajaran matematika dengan alasan pelajaran matematika yang terlalu sulit, guru yang terlalu monoton dalam menyampaikan materi, sehingga mereka kurang respon terhadap pelajaran matematika, lebih lagi kepada matematika yang bersifat pemecahan masalah. Dalam kondisi sehari-hari kenyataan yang sering ditemukan adalah siswa kewalahan dalam mengerjakan soal yang bersifat pemecahan masalah, yaitu soal-soal yang berbentuk soal cerita yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Dimana kesulitan ditemukan ketika siswa menterjemahkan soal ke dalam kalimat matematika, sehingga siswa pun kesulitan dalam merencanakan penyelesaian masalah tersebut.

(10)

memberikan banyak hal tentang materi yang sedang diajarkan. Sehingga peran guru sebenarnya adalah, merangsang, memotivasi dan mendampingi serta membimbing siswa di dalam memperoleh pengetahuan khususnya di dalam pembelajaran matematika. Dari sini kita dapat melihat bahwa siswalah yang seharusnya aktif. Sementara di dalam pembelajaran matematika, yang menjadi tujuan umum pendidikan matematika ditekankan kepada siswa seperti yang dikemukakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas (dalam, http://www.sarjanaku.com/2011/06/pengertian-matematika.html) :

“1. Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata.

2. Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi.

3. Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir logis, berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah.”

Sehingga di dalam memecahkan masalah, guru juga perlu memperhatikan bagaimana aktivitas siswa ketika mengikuti pembelajaran. Untuk itu di dalam proses pembelajaran guru perlu memperhatikan dan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang bisa meningkatkan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Model Pembelajaran Problem-Based Learning sangat sesuai di dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa, dimana model pembelajaran ini berawal dari suatu masalah yang menuntut siswa menggunakan pengetahuan awal untuk menyelesaikan masalah serta menemukan pengetahuan baru didalam menyelesaikannya, sehingga model pembelajaran ini menuntut siswa untuk berpikir optimal dalam menemukan pengetahuan baru untuk menyelesaikan masalah matematika seperti yang dikatakan Tan (dalam Rusman 2011: 229)

(11)

4

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul: “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 3 TAHUN AJARAN 2012/2013.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat didentifikasi bahwa ada beberapa masalah yaitu :

1. Kurangnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika. 2. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. 3. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa.

4. Kurangnya keaktifan siswa di dalam mengikuti pembelajaran

5. Kurang sesuainya model pembelajaran yang pilih di dalam menyampaikan materi pembelajaran.

1.3. Batasan Masalah

Dalam melaksanakan penelitian perlu dibuat suatu batasan masalah supaya masalah yang diteliti jelas dan terarah. Oleh karena itu penulis hanya membatasi masalah mengenai penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah siswa di kelas VII SMP Negeri 3 Medan tahun ajaran 2012/2013.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan masalah dari peneitian ini adalah :

1. Apakah penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan Aktivitas belajar siswa di kelas VII SMP Negeri 3 Medan Tahun Ajaran 2012/2013?

(12)

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan Aktivitas belajar siswa di kelas VII SMP Negeri 3 Medan Tahun Ajaran 2012/2013.

2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan pemacahan masalah siswa di kelas VII SMP Negeri 3 Medan Tahun Ajaran 2012/2013.

1.6. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai masukan bagi guru SMP Negeri 3 Medan dalam meningkatkan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah siswa.

2. Sebagai masukan bagi peneiti untuk menjadi bekal dalam mengajar matematika pada masa yang akan datang.

3. Sebagai bahan informasi yang bagi peneliti dikemudian hari 4. Sebagai bahan informasi yang relevan bagi penelitian selanjutnya

5. Melalui model pembelajaran Problem Based Learning ini diharapkan siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar

(13)

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan dan hasil penelitian yang telah dibahas sebelumnya diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa sebesar 22% pada siklus pertama 57% (kategori kurang aktif) menjadi 79% (kategori aktif) pada siklus kedua. dan persentase siswa yang memiliki ativitas belajar kategori paling sedikit aktif meningkat dari 6 orang siswa (20%) menjadi 28 orang siswa 93%.

(14)

5.2 Saran

Adapun yang menjadi saran adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru matematika, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk melaksanakan proses pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah, baik dalam materi yang sama maupun dalam materi yang berbeda.

2. Guru perlu mengalokasikan waktu dengan baik karena mempertimbangkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memerlukan alokasi waktu yang banyak.

(15)

66

DAFTAR PUSTAKA

Adiyanti M. G, M. S, (2012), Mutu Pendidikan Matematika di Indonesia Masih Rendah http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467 Ahmadi, H. A., (2004), Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta

Amir, M.T., (2010), Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Kencana Prenada Media Group, Jakarta

Arends, I. R., (2008), Learning to Teach, Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Arikunto, S., Suhordjono, dan Supardi, (2006), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta

Depdiknas, (2011), http://www.sarjanaku.com/2011/06/pengertian-matematika.html, (diakses Juni 2012)

Djamarah, S. B., (2011), Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta Hamalik, O, (2001), Proses Belajar Mengajar, Bumi Akasara, Jakarta ..., (1994), Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta Hudojo, H., (1988), Mengajar Belajar Matematika, Dikti, Jakarta

Ismail, wahyuni, (2007), Belajar Sebagai Proses Aktivitas Kognitif, Lentera Pendidikan, Edisi X, NO.1 (83-94)

Istarani, (2011), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan

Nasution, S., (1982), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta

Nasution, S., (1989), Kurikulum dan Pengajaran, Bumi Aksara, Jakarta

Purwanto, N., (2009), Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Penerbit Rosda, Bandung.

Rohani, A., (2004), Pengelolaan Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta

Rusman, (2011), Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Rajawali Pers, Jakarta

Sardiman, A. M., (2009), Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Rajawali, Jakarta

(16)

Suherman, E., dkk, (2003), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, UPI, Bandung.

Suryosubroto, B., (2002), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Tampomas, H., (2006), Matematika Plus SMP Kelas VII, Yudhistira, Jakarta Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana

(17)

ii

RIWAYAT HIDUP

Referensi

Dokumen terkait

dari shuhuf, bentuk plural dari kata shahîfah yang berarti ‘surat kabar’), dan al-Kitâb (Buku), sebagai dua media komunikasi dalam proses komunikasi massa yang

kualifikasi terhadap hasil evaluasi penawaran yang telah Saudara-saudara

projection so supporting the standard projection clause, too, is of no use in practice (but may require additional effort in. implementations): If the target property is optional

PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT (BEP) PEMPEK KAPAL SELAM PADA PEMPEK SENTOSA PALEMBANGi.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio, current ratio dan total asset turnover terhadap pertumbuhan laba dengan ukuran perusahaan

Pada saat tegangan output memiliki nilai sebesar 11,7 Volt arus pada output bernilai menjadi 1.5 A sehingga menandakan proses pengisian batere telah berpindah

Pengolahan data dilakukan menurut tata cara perencanaan SPAM dari Dinas PU. Pertama dilakukan adalah Keadaan eksisiting dengan data sekunder debit dan jaringan

Komputer server pada kasus ini juga bertindak sebagai penggerak dan pemutar kamera dalam aplikasi, sedangkan komputer client hanya digunakan untuk menerima data posisi dan