• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kelengkapan infrastruktur telekomunikasi kini berkembang menjadi salah satu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kelengkapan infrastruktur telekomunikasi kini berkembang menjadi salah satu"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Telekomunikasi adalah suatu kebutuhan penting bagi masyarakat modern dan semakin menjadi bagian utama dari teknologi kontemporer dewasa ini.

Kelengkapan infrastruktur telekomunikasi kini berkembang menjadi salah satu komponen utama dalam meningkatkan daya saing satu negara, sebagaimana yang diperlihatkan oleh hasil studi Mckinsey di tahun 2016 yang menyatakan bahwa setiap 10% kenaikan penetrasi jaringan pita lebar dapat meningkatkan PDB (Produk Domestik Bruto) hingga sebesar 1,38% (Mckinsey: 2016). Pemerintah Indonesia sendiri telah menyadari pentingnya sektor telekomunikasi tersebut sejak lama dan terus berupaya mendukung pembangunan infrastruktur sistem telekomunikasi baik melalui perubahan regulasi maupun melalui pembangunan infrastuktur dasar telekomunikasi.

Sejak pemerintah mengubah pola pengelolaan sektor telekomunikasi di Indonesia dari monopoli menjadi kompetisi melalui UU No.36 Tahun 1999 tentang telekomunikasi, industri telekomunikasi Indonesia memperlihatkan pertumbuhan yang sangat pesat. Pertumbuhan ini juga diakselerasi oleh kemajuan teknologi komunikasi yang menggunakan spektrum radio frekuensi sebagai alternatif sarana telekomunikasi yang sebelumnya hanya mengandalkan jaringan kabel dan satelit. Sampai akhir Desember 2015, tercatat 6 operator layanan

(2)

telepon seluler, yakni: Telkomsel, XL Axiata, Indosat Ooredoo, Hutchinson, Smartfren Telecom dan Bakrie Telecom. Tiga diantara operator tersebut, Telkomsel, XL Axiata dan Indosat Ooredoo menguasai mayoritas nilai pasar layanan seluler bergerak Indonesia.

Dengan total jumlah pelanggan yang besar, pasar selular terus menunjukkan nilai transaksi yang solid dengan total pertumbuhan pendapatan yang diperkirakan tumbuh sebesar 11% pada tahun 2016 dan 2017 yang ditopang oleh pertumbuhan pendapatan dari data sebesar 35-40% (UBS: 2016). Disisi lain, data dari market research Frost dan Sullivan 2016 menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah pelanggan di industri telekomunikasi saat ini sudah mencapai titik jenuh, hal ini dapat dilihat dari jumlah pelanggan telekomunikasi yang melebihi dari jumlah populasi penduduk Indonesia, dimana rata-rata penetrasi pasar telekomunikasi pada tahun 2013-2016 sebesar 133% yang berarti jumlah pelanggan saat ini telah melebihi jumlah penduduk Indonesia sebesar +33%.

Gambar 1.1. Penetrasi Pelanggan Telekomunikasi Indonesia tahun 2010-2019F

Sumber: Union Bank of Switzerland, Indonesia Telecomunication Sector: Is

Strong data Growth price in, 2016

(3)

Saat ini terjadi perubahan komposisi trend pendapatan dari industri telekomunikasi seiring dengan perkembangan teknologi digital. Di awal berkembangnya industri telekomunikasi Indonesia, masyarakat menggunakan layanan dasar dari telekomunikasi yakni layanan suara (voice) dan SMS. Namun seiring dengan meningkatnya pengguna smartphone dari 5.9% di tahun 2010 menjadi 36.6%di tahun 2015, masyarakat kini beralih dari layanan dasar suara dan SMS ke layanan digital yang tercermin oleh pertumbuhan pendapatan data.

Gambar 1.2. Komposisi Pendapatan Perusahaan Telekomunikasi Indonesia

.

Sumber: Union Bank of Switzerland, Indonesia Telecomunication Sector: Is

Strong data Growth price in, 2016

Penurunan penggunaan layanan dasar suara dan SMS terlihat pada grafik 1.3 Jumlah penggunaan layanan dasar suara dan sms pada 3 operator telekomunikasi di Indonesia. Dari grafik pada gambar 1.2 dapat dilihat bahwa diprediksikan akan

(4)

terjadi adanya penurunan yang secara konsisten pada layanan suara dan SMS di masa depan, dimana penggunaan layanan suara dari tahun 2016-2018 diperkirakan akan menurun sebesar 11% dan layanan sms diperkirakan pada tahun 2016-2018 akan mengalami penurunan 14%.

Gambar 1.3. Jumlah penggunaan layanan dasar suara dan pesan pada 3 operator

besar di Indonesia.

Sumber: Bank Of Merrill Lynch, The rise and rise of Indonesia Telco, 2016

Untuk mengantisipasi hilangnya potensial pendapatan dari layanan dasar telekomunikasi, terdapat beberapa bisnis yang dapat dikembangkan oleh operator.

Menurut analisa Global Consultant Management dari McKinsey& Co pada tahun 2010, Mobile Money, Mobile Towers dan Consumer Broadband merupakan 3 produk telekomunikasi yang diprediksikan memiliki pertumbuhan market yang tinggi dibandingkan produk telekomunikasi lainnya. Hal inilah yang menjadi latar

(5)

belakang munculnya produk mobile money di Indonesia yang dikembangkan oleh operator telekomunikasi di Indonesia, dimana saat ini 3 besar pemain telekomunikasi yakni Telkomsel, Indosat Ooredoo dan Xl Axiata sedang mengembangkan produk mobile money (EY:2015). Pengembangan produk- produk telekomunikasi lainnya selain layanan dasar suara dan sms oleh operator seiring dengan upaya perusahaan untuk dapat terus mempertahankan keberlangsungan sumber pendapatan saat ini dan dimasa depan.

Gambar 1.4. Potensial pertumbuhan segment produk telekomunikasi

Sumber: McKinsey & Co., Telecomunication Industry at the cliff edge, 2016

(6)

Pengembangan mobile money ini pada prakteknya pernah cukup sukses di lakukan di Benua Afrika, yaitu salah satunya di Negara Kenya dimana produk mobile money ini dikembangkan oleh Safaricom yang merupakan operator

telekomunikasi terbesar di Kenya, dengan nama produk mobile money bernama M-Pesa (M untuk Mobile, Pesa adalah Bahasa Swahili untuk uang). Keberhasilan M-Pesa di Kenya menurut International Finance Corporation tidak terlepas dari kemudahan akses jasa keuangan, permintaan terhadap layanan mobile money,dukungan dari pemerintah, technology adoption¸ peranan dari operator telekomunikasi, ekosistem mobile money dan kompetisi mobile money yang dijelaskan dalam tabel 1.

(7)

Tabel 1.1. Kunci Kesuksesan M-Pesa di Kenya

Key Variables Penjelasan

Access to Finance

Medium - Di Kenya 38% dari orang tidak menggunakan segala bentuk jasa keuangan baik formal, semi formal maupun informal. Sebelum peluncuran M-Pesa hanya 19% dari penduduk memiliki akses ke jasa keuangan formal.

Demand for Service

Tinggi - Karena kurangnya layanan pengiriman uang kompetitif lain dan kebutuhan untuk mengurangi ketergantungan pada uang tunai untuk alasan keamanan.

Regulatory Environment

Lingkungan Regulasi yang kondusif, dimana Bank Sentral Kenya secara aktif terlibat dalam regulasi layanan mobile money di Kenya.

Technology Adoption

Sekitar 83% dari populasi memiliki akses terhadap teknologi telekomunikasi (mobile phone)

Operator Market Share

M-Pesa telah mendapatkan manfaat langsung dari brand operator Safaricom yang merupakan operator dengan jumlah pelanggan terbesar di Kenya

Ecosystem Saat ini terdapat lebih dari 11,000 aktif agen yang menjadi channel yang melayani M-PESA

Competitive Environment

Lingkungan kompetitif yang rendah pada saat peluncuran M-Pesa, Kurang aggresifnya kompetitor dalam mengembangkan mobile money membuat M-Pesa menjadi pemain utama di Kenya.

Sumber: IFC Worldbank, Mobile Banking in Indonesia, 2010

(8)

Melihat beberapa variabel yang telah dijabarkan oleh IFC mengenai kunci sukses M-Pesa di Kenya, Indonesia memiliki potensial yang sangat besar untuk penerapan layanan mobile money. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar sekitar 262 juta jiwa pada tahun 2017 serta penetrasi mobile telekomunikasi yang mencapai 133% dan juga rendahnya akses layanan perbankan di Indonesia yang hanya sekitar 33% (Institute of International Finance: 2015). Menjadi hal yang menarik untuk diketahui mengenai seberapa baik pengembangan mobile money di Indonesia. Pengembangan mobile money sendiri di Indonesia dikembangkan oleh dua pihak, yaitu pertama adalah pihak Bank dan kedua oleh pihak operator telekomunikasi selaku pemberi layanan telekomunikasi. Namun, berbeda dengan Kenya strategi bisnis yang perlu dikembangkan oleh operator telekomunikasi Indonesia tentunya perlu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, ekosistem dan infrastruktur regulasi saat ini.

Pengembangan mobile money turut mendukung program pemerintah yang di luncurkan pada bulan Agustus 2014 dengan nama “Gerakan Nasional Non tunai“, dimana pada praktiknya pemerintah mengelola mobile money ini melalui Peraturan Bank Indonesia No.16/8/PBI/2014 yang mencatat mengenai pengembangan dan aplikasi alat pembayaran elektronik ini.

Pada penulisan tesis ini peneliti menggunakan objek penelitian, yaitu produk mobile money yang diluncurkan oleh perusahaan PT. XL Axiata Tbk yaitu XL Tunai. XL Tunai pada tahun 2016 berhasil mendapatkan penghargaan dari Bank Indonesia sebagai produk mobile money yang sangat mematuhi peraturan penyelenggara transfer dana selain itu bisa menjadi salah satu operator yang

(9)

berhasil meraih laba dari layanan mobile money, serta kedua terbaik untuk jumlah transaksi non tunai yang ada berada di peringkat dua setelah Bank Mandiri. Oleh karena penghargaan yang didapatkan XL Tunai sebagai penyelenggara mobile money di Indonesia menyebabkan XL Tunai bisa menjadi role model dalam hal

penyelenggara layanan mobile money di Indonesia serta menjadi perusahaan yang menarik untuk di teliti.

Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan menggunakan studi kasus pada PT. XL Axiata Tbk. yang tengah mengembangkan produk mobile money. Selanjutnya, penulis mengambil judul :

“Evaluasi Model Bisnis XL Tunai (Mobile Money) PT. XL Axiata Tbk dengan Pendekatan Business Model Canvas.”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan data-data yang telah disebutkan dalam latar belakang tesis ini, menunjukkan adanya penurunan layanan dasar pada perusahaan telekomunikasi Indonesia, untuk itu perusahaan perlu melakukan inovasi pengembangan produk baru yang dapat dijadikan sumber pendapatan baru dimasa depan. Salah satu produk yang tengah dikembangkan saat ini adalah mobile money yang dikembangkan untuk menjawab tantangan industri telekomunikasi dan juga membantu program pemerintah yang tertuang pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 19 /POJK/2014 tentang inklusi keuangan dalam bentuk layanan

(10)

keuangan tanpa kantor, yang diharapkan dapat membantu untuk meningkatkan akses masyarakat umum terhadap layanan keuangan.

Penggunaan Business Model Canvas dalam mengevaluasi alur proses bisnis, dalam prakteknya menggunakan beberapa macam metode salah satunya adalah analisis SWOT yang digunakan untuk mengevaluasi model bisnis yang saat ini sesuai teori awal yang di ajukan dari Business Canvas Model (Osterwalder: 2010). Pada prakteknya penggunaan Business Canvas Model di industri telekomunikasi perlu menyesuaikan dengan beberapa hal yang diperhatikan dari industri ini seperti potensi akuisisi konsumen yang sudah cukup jenuh serta switching cost yang cukup memperoleh perhatian dari beberapa pelaku bisnis di industri telekomunikasi.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka perumusan masalah yang ditentukan adalah merencanakan peningkatan nilai produk XL Tunai yang dipilih karena XL Tunai merupakan salah satu model bisnis mobile money yang dianggap prospektif seiring dengan penghargaan yang diterima dari Bank Indonesia, untuk itu perlu dilakukan evaluasi terhadap model bisnis XL Tunai saat ini dengan pendekatan nine building blocks.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pada paparan latar belakang masalah dan rumusan masalah maka pertanyaan pada penelitian ini adalah

1. Apa cara yang tepat dalam merumuskan model bisnis XL Tunai saat ini dengan menggunakan pendekatan bisnis model kanvas?

(11)

2. Apa cara yang tepat dalam mengidentifikasi dan menganalisis kondisi model bisnis XL Tunai dengan menggunakan pendekatan SWOT?

3. Apa cara yang tepat dalam melakukan perbaikan dan inovasi untuk model bisnis XL Tunai saat ini?

4. Apa cara yang tepat dalam merumuskan model bisnis yang baru untuk meningkatkan nilai dari produk mobile money XL Tunai?

1.4. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan penulisan ini adalah :

1. Mendeskripsikan dan menjelaskan Model Bisnis XL Tunai (Mobile money) yang di kembangkan oleh PT. XL Axiata Tbk.

2. Mengevaluasi model bisnis XL Tunai (Mobile money) yang di kembangkan oleh PT. XL Axiata Tbk.

3. Memberikan saran arahan baru atas evaluasi rancangan business canvas model XL Tunai (Mobile money) yang di kembangkan oleh PT. XL Axiata Tbk.

1.5. Penjelasan Metoda Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif melalui studi kasus. Studi kasus merupakan salah satu bentuk penelitian kualitatif yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang mendalam yang berhubungan dengan seorang individu, program, atau kegiatan untuk tujuan pembelajaran

(12)

mengenai situasi yang tidak diketahui maupun sedikit pemahaman tentangnya (Leedy dan Ormrod, 2001).

Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi perusahaan dan studi literatur, untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti dan memahami persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah. Dalam penelitian ini penulis akan melakukan Analisa dan Evaluasi Model Bisnis XL Tunai (Mobile money) PT. XL Axiata Tbk dengan pendekatan Business Model Canvas.

1.6. Batasan Penelitian

Batasan-batasan dalam penelitian ini difokuskan meneliti objek penelitian secara mendalam. Penelitian dilakukan pada bisnis model XL Tunai, definisi model bisnis yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan Osterwalder dan Pigneur (2010).

1.7. Manfaat Penelitian

Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi strategi untuk dapat menghadapi persaingan industri pada umumnya dan khususnya pada produk mobile money.

1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan usulan alternatif strategi bisnis dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

(13)

dalam melakukan penyususan strategi bisnis untuk dapat memenangkan persaingan usaha pada produk mobile money

2. Bagi akademisi khususnya Universitas Gadjah Mada, diharapkan dapat menjadi salah satu bahan kajian mengenai industri telekomunikasi selular di Indonesia, serta dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang manajemen strategi.

1.8. Susunan Penelitian

Penulisan penelitian ini terbagi atas lima bab yang disusun berdasarkan topik pembahasan:

a. BAB I: PENDAHULUAN

Membahas mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan metodologi penelitian

b. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Mengulas teori-teori dan konsep yang digunakan untuk melakukan penelitian ilmiah.

c. BAB III: METODA PENELITIAN

Pada bab ini, penulis memaparkan metoda penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian, serta membahas profil umum PT. XL Axiata Tbk sebagai objek penelitian.

(14)

d. BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bagian Analisis dan Pembahasan, penulis memaparkan hasil Analisis dan pembahasannya. Penyajian penelitian dipaparkan dalam betuk gambar, tabel dan bentuk lainnya, dengan dilengkapi pembahasan yang komprehensif.

e. BAB V: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bagian terakhir dari penulisan, penulis memaparkan simpulan dan saran dengan penyajian terpisah berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya.

Gambar

Gambar 1.1. Penetrasi Pelanggan Telekomunikasi Indonesia tahun 2010-2019F
Gambar 1.2. Komposisi Pendapatan Perusahaan Telekomunikasi Indonesia
Gambar 1.3. Jumlah penggunaan layanan dasar suara dan pesan pada 3 operator
Gambar 1.4. Potensial pertumbuhan segment produk telekomunikasi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Keuntungan atau kerugian pada saat pengakuan awal dari suatu aset biolojik (yang diukur pada nilai wajar dikurang biaya untuk menjual dan dari perubahan nilai.. 25 wajar dikurang

Efektivitas kerja adalah suatu keadaan pada seorang pegawai pada Bagian Administrasi Keuangan Biro Humas, Protokol, dan Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat

Hasil penelitian yang diperoleh adalah kasus spondilitis tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 44 pasien.. Penyakit ini dapat menyerang segala jenis kelamin dan

Bab ketiga berisi tentang data lapangan yang terdiri dari profil Kota Madiun secara umum, latar belakang pembentukan peraturan larangan memberi

Proses perhitungan modulus berdasarkan data kapal Magellan 1 Anchor Handling Tug Supplier (AHTS), kemudian dari gambar konstruksi dihitung berapa besar modulus

Analisis kesenjangan tabungan dan investasi mengemukakan bahwa modal asing diperlukan sebagai pelengkap atas kekurangan tabungan domestik dan akan dapat meningkatkan output, Q =

Minyak pelumas pada suatu sistem permesinan berfungsi untuk memperkecil- gesekan-gesekan pada permukaan komponen komponen yang bergerak dan bersinggungan. selain itu minyak

Bahan dari sutera pada umumnya memiliki daya tarik seratpaling bagus terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas.Salah satu kendala pewarnaan tekstil