• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perbandingan. Adapun kajian-kajian yang relevan diantaranya adalah sebagai berikut.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perbandingan. Adapun kajian-kajian yang relevan diantaranya adalah sebagai berikut."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Kajian Penelitian yang Relevan

Kajian yang relevan dengan penelitian ini digunakan peneliti sebagai bahan perbandingan. Adapun kajian-kajian yang relevan diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Yuyu Wahyudin (2011)

Judul penelitian “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimpulkan Isi Bacaan Setelah Membaca 200 Kata Permenit Dengan Menggunakan Teknik Baca Skimming Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri I Cisayong Kabupaten Tasik Malaya” .

Dari hasil penelitian diketahui bahwa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bahwa menyimpulkan isi bacaan setelah membaca cepat 200 kata per menit, merupakan salah kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa kelas VII.

Kenyataan di sekolah tempat peneliti mengajar masih banyak siswa yang belum mampu menyimpulkan isi bacaan setelah membaca 200 kata per menit. Rumusan masalah penelitian ini adalah dapatkah teknik baca cepat skimming meningkatkan kemampuan menyimpulkan isi bacaan setelah membaca cepat 200 kpm pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cisayong kabupaten Tasikmalaya tahun ajaran 2011/2012? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dapat tidaknya teknik baca cepat skimming meningkatkan kemampuan menyimpulkan isi bacaan

7

(2)

setelah membaca cepat 200 KPM pada siswa kelas VII SMP Negeri Cisayong Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2011/2012.

Penelitian ini dapat peneliti kemukakan berhasil. Keberhasilan ini dibuktikan oleh adanya perubahan dan peningkatan kemampuan menyimpulkan isi bacaan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cisayong Tasikmalaya tahun ajara 2011/2012. Pada siklus satu siswa yang aktif belajar sebanyak 16 orang (48,5%).

Siswa yang kurang aktif sebanyak 17 orang (51,5%). Siswa yang tidak sungguh- sungguh sebanyak 3 orang (9,1%). Siswa yang kurang sungguh-sungguh sebanyak 23 orang (69,7%). Siswa yang aktif sebanyak 7 orang (21,2%). Siswa yang tidak partisipatif sebanyak 5 orang (15,2%). Siswa yang partisipatif sebanyak 25 orang (75,8%). Siswa yang partisipatif sebanyak 3 orang (9%). Pada siklus dua siswa yang sangat aktif sebanyak 13 orang (39,4%). Siswa yang aktif belajar sebanyak 20 orang (60,6%). Siswa yang sangat sungguh-sungguh belajarnya sebanyak 6 orang (18,2%), siswa yang sungguh-sungguh 27 orang (91,8%). Siswa yang sangat partipatif sebanyak 4 orang (12,1%). Siswa yang partisipatif sebanyak 29 orang (87,9%).

Pada siklus satu siswa yang sudah memperoleh nilai hasil belajar sesuai dengan standar nilai KKM yaitu sebanyak 11 orang (33,3%). Sisanya sebanyak 21 orang (66,7%) belum memperoleh nilai sesuai dengan standar nilai KKM.

Pada siklus dua semua siswa (100%) sudah memiliki nilai hasil belajar sesuai

dengan standar nilai KKM. Adanya perubahan sikap belajar siswa dan perolehan

nilai hasil belajar siswa menunjukkan bahwa teknik baca cepat skimming dapat

(3)

meningkatkan kemampuan menyimpulkan isi bacaan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cisayong Tasikmalaya tahun ajara 2011/2012.

Penelitian di atas menunjukan bahwa kemampuan menyimpulkan isi bacaan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cisayig dapat ditingkatkan dengan teknik baca skimming. Terdapat beberapa perbedaan penelitian ini yakni dari subyek penelitian dan teknik pembelajaran yang digunakan. Pada penelitian sebelumnya subeyk penelitiannya adalah siswa SMP Kelas VII sedangkan pada penelitian yang dilaksanakan adalah siswa SMP Kelas VIII. Teknik penelitian yang digunakan sebelumnya adalah membaca skimming dan pada penelitian yang akan dilaksanakan adalah metode latihan.

b. Niken Indraswati (2010)

Judul penelitian “Meningkatkan kemampuan menyimpulkan pikiran pokok dari isi bacaan melalui metode inkuiti pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Paguyaman Kabupaten Gorontalo”. Dari hasil penelitian diketahui bahwa rendahnya kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan, karena siswa sulit menentukan pokok pikiran bacaan. Penelitian ini mencoba memecahkan masalah tersebut melalui tindakan kelas dengan metode inkuiri. Langkah-langkah yang dilakukan mulai dari merumuskan masalah, merencanakan tindakan, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan.

Dalam metode ini siswa mencari atau memahami informasi sehingga

siswa mendapatkan jawabannya sendiri. Setelah melakukan tiga siklus dengan

penyempurnaan pada setiap siklus, penelitian ini membuktikan bahwa melalui

(4)

metode inkuiri siswa dapat meningkatkan kemampuan dan penguasaan konsep materi menentukan pokok pikiran bacaan karena siswa dapat bertukar pikiran dan terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga proses belajar mengajar lebih menyenangkan. Disarankan agar guru menerapkan metode inkuiri dalam mata pelajaran bahasa Indonesia maupun mata pelajaran lain untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menentukan pokok pikiran bacaan.

Penelitian yang dilakukan sebelumnya memiliki tujuan yang sama dengan penelitian ini yakni untuk meningkatkan kemampuan menyimpulkan, namun pada penelitian sebelumnya adalah pikiran pokok dan pada penelitian yang akan dilakukan adalah kesimpulan isi bacaan keseluruhan. Selain itu perbedaannya terletak pada metode pembelajaran yang digunakan yakni metode modeling sedangkan pada penelitian yang akan dilaksanakan adalah metode latihan.

2.2 Kajian Teoretis 2.2.1 Hakekat Kesimpulan

Kesimpulan adalah pernyataan berisi fakta, pendapat, alasan pendukung mengenai tanggapan suatu objek. Bisa dikatakan bahwa kesimpulan merupakan pendapat akhir dari suatu uraian berupa informasi. Dalam soal Bahasa Indonesia kesimpulan bisa berupa rangkaian kalimat kalimat fakta yang di beri pendapat (Albhet, 2011).

Menurut Albhet (2011) bahwa untuk membuat kesimpulan maka akan

dilakukan langkah-langkah berikut.

(5)

a. Mengidentifikasi Ide

Ide pokok terdapat dalam setiap paragraf. Biasanya, ide pokok dinyatakan secara eksplisit maupun implisit dalam kalimat utama atau kalimat topik. Ide pokok dapat terletak di awal, di akhir, atau di awal dan akhir paragraf. Paragraf yang ide pokoknya terdapat di awal paragraf disebut paragraf deduktif. Sebaliknya ide pokok yang terdapat di akhir paragraf disebut paragraf induktif. Ide pokok yang terdapat dalam paragraf-paragraf itu dinyatakan sebagai kesimpulan atau penilaian setelah dikemukakan fakta-fakta. Ide pokok yang terletak di awal dan di akhir paragraf disebut paragraf campuran. Kalimat pertama paragraf dan kalimat terakhir isinya sama, tapi bias juga konteks kalimat berbeda dan isinya sama.

b. Membuat Rangkuman

Dalam membuat rangkuman maka harus melakukan langkah-langkah seperti membaca teks dengan seksama, temukan ide pokok setiap paragraf teks tersebut, gabungkan ide-ide pokok tersebut sehingga menjadi karangan singkat, agar padu, tambahkan kata, frasa, atau kalimat di antara ide-ide pokok tersebut.

c. Menyimpulkan Isi teks

Simpulan adalah bagian ringkas yang mengungkapkan gagasan utama dari suatu

uraian atau pembicaraan dengan memberi penekanan ide pokok atau gagasan sentral

serta penyelesaian dari permasalahan yang diungkapkan. Bahasa yang digunakan

dalam simpulan sangat mewakili pokok-pokok persoalan dan penyelesaiannya yang

diungkapkan dalam tulisan tersebut.

(6)

Dijelaskan pula oleh Albhet (2011) bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat simpulan yakni:

a. Tulisan simpulan merupakan “inti” dari suatu uraian atau pembicaraan mengarah pada penyelesaian suatu persoalan yang diungkapkan dalam suatu bahasan atau karangan.

b. Tulisan simpulan harus menjiwai bagian uraian yang panjang secara keseluruhan, sehingga pembaca tidak perlu membaca atau mengingat kembali inti persoalannya.

c. Tulisan simpulan harus mengingat kembali inti persoalannya dalam memahami kembali ide sentral dari suatu bahasan atau karangan yang kemudian dihubungkan dengan penyelesaiannya sebagai suatu solusi.

Selain itu menurut Ahmad (2010) bahwa dalam pengambilan kesimpulan, digunakan pola penalaran deduktif – induktif.

a. Penalaran deduktif

Penalaran deduktif yaitu penarikan kesimpulan yang dilakukan terhadap pernyataan yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.

1) Silogisme

Silogisme adalah penarikan kesimpulan yang menggunakan tiga pernyataan yaitu premis umum, premis khusus, dan kesimpulan.

2) Entimen (E)

Entimen adalah penarikan kesimpulan yang lebih singkat.

(7)

b. Penalaran induktif

Penalaran induksi yaitu penarikan kesimpulan yang dilakukan terhadap pernyataan khusus, kemudian ditarik kesimpulan bersifat umum.

1) Generalisasi

Generalisasi adalah cara penarikan kesimpulan yang dilakukan melalui berbagai pernyataan yang mempunyai ciri-ciri, kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum.

2) Analogi

Analogi adalah cara menarik kesimpulan terhadap dua pernyataan yang dianggap bersifat sama.

3) Kausalitas

Kausalitas adalah cara penarikan kesimpulan terhadap dengan hubungan sebab akibat.

Lain halnya Ahyas (2011) berpendapat bahwa untuk dapat membuat kesimpulan dapat dilakukan dengan cara induktif dan cara deduktif.

a. Cara Induktif

Deduktif ialah cara penyusunan/penarikan kesimpulan dengan metode pemikiran yang bertolak dari kaidah khusus untuk menentukan kaidah yang umum.

Proses penalaran ini bergerak mulai dari penelitian dan evaluasi atas fenomena-

fenomena yang ada. Semua fenomena harus diteliti dan dievaluasi terlebih dahulu

sebelum melangkah jauh ke proses penalaran induktif.

(8)

Penalaran pada kesimpulan induktif terdiri dari 3 macam yakni:

1) Generalisasi

Generalisasi adalah penarikan kesimpulan secara umum berdasarkan Fakta- fakta khusus.

2) Analogi

Analogi adalah Kesamaan, pengambilan/ penarikan kesimpulan dengan asumsi jika dua hal memiliki beberapa aspek kesamaan maka dimungkinkan dalam hal/aspek lainpun memiliki kesamaan.

3) Hubungan sebab akibat

Hubungan sebab akibat adalah hal-hal yang merupakan sebab kemudian menuju pada suatu kesimpulan yang merupakan akibat.

b. Cara Deduktif

Cara deduktif adalah cara penarikan atau pengambilan kesimpulan dari keadaan

yang umum kepada yang khusus. Dalam penarikan kesimpulan yang bersifat

deduktif tidak perlu mengumpulkan fakta-fakta yang perlu adalah suatu proposisi

umum dan suatu proposisi yang bersifat mengindenfifikasi suatu peristiwa khusus

yang bertalian dengan proposisi umum. Jika diidentifikasi yang dilakukan benar

dan proposisinya yang benar. Pernyataan yang mendasari penalaran yang menarik

kesimpulan disebut Premis.

(9)

2.2.2 Membaca Cepat

2.2.2.1 Hakekat Membaca Cepat

Membaca cepat adalah kegiatan merespon lambang-lambang cetak atau lambang tulis dengan pengertian yang tepat dan cepat (Hernowo, 2005). Membaca cepat adalah membaca dengan kecepatan tinggi, hampir keseluruhan materi dibaca dalam waktu tertentu yang disertai dengan pemahaman isi 70%. Materi dalam hal ini adalah jumlah kata yang terkandung dalam suatu bacaan, sedangkan waktu tertentu artinya untuk memahami materi bacaan memerlukan waktu (Aritonang, 2006).

Menurut Soedarso (2004), kecepatan membaca bersifat fleksibel. Artinya kecepatan dalam membaca tidaklah harus selalu konstan. Adakalanya kecepatan diperlambat atau bahkan dipercepat sesuai dengan bahan bacaan dan tujuan membaca. Kecepatan membaca dapat disesuaikan dengan kebutuhan membaca apabila kata-kata dalam bacaan tergolong tidak asing, dapat dilalui dengan cepat.

Namun, apabila ada kata-kata yang tergolong asing dapat diperlambat untuk memahami makna kata tersebut.

Membaca cepat merupakan sistem membaca dengan memperhitungkan waktu baca dan tingkat pemahaman terhadap bahan yang dibacanya (Suyoto, 2008). Apabila seseorang dapat membaca dengan waktu yang sedikit dan pemahaman yang tinggi maka seseorang tersebut dapat dikatakan pembaca cepat.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca cepat adalah proses

membaca bacaan untuk memahami isi-isi bacaan dengan cepat. Membaca cepat

memberi kesempatan untuk membaca secara lebih luas, bagian-bagian bacaan yang

(10)

sudah sangat dikenal atau dipahami tidak usah dihiraukan. Perhatian dapat difokuskan pada bagian-bagian yang baru atau bagian–bagian yang belum dikuasai. Dengan membaca cepat dapat diperoleh pengetahuan yang luas tentang apa yang dibacanya dalam waktu yang singkat.

2.2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Membaca dan Pemahaman

Faktor-faktor yang mempengaruhi banyak jenisnya, tetapi Menurut Nuriadi (2008) dan Soedarso (2004) secara umum dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor pada tulisan dan faktor pada pembaca.

1) Faktor pada tulisan/ teks bacaan

Adalah faktor yang terdapat pada tulisan yang dapat mempengaruhi kecepatan membaca meliputi:

a) Kosakata

Sebuah teks yang menggunakan kosakata yang asing, tidak lazim, dan sulit dipahami memiliki dampak yang sangat fatal terhadap pemahaman pembaca. Hal ini menyebabkan pembaca harus membaca dengan Lambat.

b) Kalimat panjang atau kompleks

Kalimat seperti ini dalam setiap teks pasti ada, karena sebenarnya teks

bacaan itu tercipta atas gabungan dua macam kalimat, yaitu kalimat

sederhana dan kalimat panjang. Namun penggunaan kalimat panjang yang

terlalu banyak dapat menjadi kendala kelancaran tingkat pembacaan

seseorang.

(11)

c) Konsep atau kerangka berpikir yang kompleks.

Bagian ini sebenarnya tersirat dalam kosakata dan kalimat kompleks.

Karena seorang peneliti yang mempunyai pemikiran atau konsep yang rumit terefleksi dari penggunaan bahasa baik kosakata maupun kalimat yang kompleks.

2) Faktor pada pembaca

Faktor yang bersumber dari diri pembaca itu sendiri, terdiri dari:

a) Jumlah kosakata yang dikuasai

Jika ada banyak kosakata yang tidak dikuasai dalam suatu teks, menyebabkan seorang pembaca akan mengalami kesulitan untuk memahami teks tersebut.

b) Konsentrasi

Konsentrasi merupakan hal penting dalam membaca. Kesulitan berkonsentrasi bisa disebabkan beberapa faktor diantaranya: kelelahan fisik dan mental, bosan, atau banyak hal lain yang sedang dipikirkan.

Konsentrasi juga dapat terganggu karena adanya hal-hal yang dapat

mengalihkan perhatian seperti suara musik yang terlalu keras, TV yang

menyala, orang lalu-lalang, dan lain-lain. Jika seorang pembaca tidak

dapat fokus pada suatu bacaan/ teks, maka ia akan sering membaca

mundur ke belakang untuk membaca ulang suatu kata atau beberapa kata

sebelumnya.

(12)

c) Kondisi fisik dan mental

Membaca melibatkan dua aktivitas, yakni fisik dan mental. Kedua aktivitas ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Apabila salah satu terganggu maka akan berdampak pada aktivitas yang lainnya.

d) Rasa ketertarikan pada teks (Motivasi membaca)

Hal ini juga mempengaruhi kecepatan dalam membaca. Apabila pembaca tidak tertarik pada topik dalam bacaan, maka pembaca seperti terpaksa untuk membacanya. Dengan demikian, proses pembacaan akan terganggu dan bisa mengalami kesulitan memahami isi bacaan tersebut.

e) Latar belakang pengetahuan

Keluasan pengetahuan menjadi modal utama dalam meningkatkan kecepatan membaca dan kelancaran pemahaman. Tanpa ini, pembaca akan merasa kesulitan memahami isi bacaan kendatipun pembaca mempunyai ketertarikan yang tinggi serta mempunyai kondisi fisik dan mental yang bagus.

f) Kebiasaan-kebiasaan buruk dalam membaca

Kebiasaan buruk dalam membaca dapat menghambat pembaca untuk dapat membaca dan memahami isi bacaan dengan cepat. Kebiasaan ini terdiri dari:

3) Vokalisasi atau membaca dengan bersuara.

Kebiasaan ini sangat memperlambat aktivitas membaca, kecepatan baca akan

sama dengan kecepatan berbicara. Karena itu berarti mengucapkan kata demi

(13)

kata dengan lengkap. Menggumam, sekalipun dengan mulut terkatup dan suara tidak terdengar, jelas termasuk membaca dengan bersuara.

4) Gerakan Bibir

Menggerakkan bibir atau komat-kamit sewaktu membaca, sekalipun tidak mengeluarkan suara, sama lambatnya dengan membaca bersuara. Kecepatan membaca bersuara ataupun dengan gerakan bibir hanya seperempat dari kecepatan membaca secara diam.

5) Gerakan Kepala

Kebiasaan menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan saat membaca lebih sering dilakukakan pada masa kanak-kanak, karena penglihatan masih sulit melihat seluruh penampang bacaan. Namun kebiasaan ini sering kali terbawa hingga dewasa, dan hal ini dapat menghambat seseorang untuk membaca cepat karena pergerakan kepala sebenarnya kalah jauh dengan pergerakan mata.

6) Menunjuk dengan jari

Kebiasaan ini sama halnya dengan menggerakkan kepala, dimana hal ini adalah kebiasaan yang terbawa dari masa kanak-kanak. Cara membaca dengan menunjuk dengan jari atau benda lain itu sangat menghambat membaca sebab gerakan tangan lebih lambat daripada gerakan mata.

7) Regresi

Dalam membaca, mata semestinya bergerak ke kanan untuk menangkap kata-

kata yang terletak berikutnya. Namun, sering kali mata bergerak kembali ke

(14)

belakang untuk membaca ulang suatu kata atau beberapa kata sebelumnya.

Gerakan tersebut disebut regresi. Selain menghambat kecepatan membaca, regresi bahkan dapat mengaburkan pemahaman bacaan.

6) Subvokalisasi

Subvokalisasi atau melafalkan dalam batin atau pikiran kata-kata yang dibaca dilakukan oleh pembaca yang kecepatannya lebih tinggi. Subvokalisasi juga menghambat karena kita menjadi lebih memperhatikan bagaimana melafalkan secara benar daripada berusaha memahami ide yang dikandung dalam kata- kata yang kita baca itu. Usaha menghilangkan sama sekali cara membaca dengan menghafalkan dalam hati hal yang kita baca, memang tidak mungkin.

Namun ada cara lain untuk memperkecil akibat buruk dari subvokalisasi, yaitu dengan cara melebarkan jangkauan mata sehinga satu fiksasi (pandangan mata).

2.2.2.3 Teknik Membaca Cepat

Skimming adalah istilah yang diambil dari bahasa inggris dari kata “skim”

yang artinya menyaring. “Skimming merupakan sebuah istilah yang mengacu pada proses atau aktivitas membaca yang hanya terpusat pada pencariaan ide-ide pokok sebuah teks” (Nuriadi, 2008). Menurut Soedarso (2004) skimming adalah suatu keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, untuk berbagai tujuan: (1) melihat gambaran keseluruhan isi materi bacaan;

(2) memperoleh inti atau ide pokok; (3) mengetahui opini (pendapat peneliti); (4)

mengertahui organisasi penelitian.

(15)

Secara konkret, teknik ini sebenarnya melibatkan keterampilan membaca untuk memilah-milah sekaligus membaca hasil pilahan yang merupakan bagian terpenting dari materi bacaan tersebut. Untuk itu, guna memperoleh pesan atau gagasan yang penting dari materi bacaan dapat dilakukan beberapa langkah Skimming menurut Nuriadi (2008) yaitu: (1) baca judul teks bacaan; (2) bacalah kalimat pertama setiap paragraf pada bagian pengantar atau pendahuluan; (3) Baca heading atau subjudul; (4) perhatikan gambar, grafik, tabel ataupun diagaram, jika ada; (5) jika tidak memperoleh informasi yang cukup dari heading, maka bacalah kalimat pertama setiap paragraf; (6) perhatikan secara sekilas bagian tulisan miring (italic) dan tebal (bold), bagian yang ditulis secara kronologi (menggunakan 1,2,3 dan seterusnya), hal-hal yang mencolok seperti model dan gaya penelitian paragraf; (7) bacalah bagian penutup atau paragraf kesimpulan dari materi bacaan tersebut.

2.2.3 Metode Latihan

2.2.3.1 Hakekat Metode Latihan

Penggunaan istilah latihan sering disamakan artinya dengan istilah ulangan.

Padahal maksudnya berbeda, ulangan adalah suatu tindakan untuk sekedar mengukur sejauh mana siswa telah menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru mereka.

Sedangkan latihan dimaksudkan agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik siswa dan dapat dikuasai sepenuhnya.

Menurut Roestiyah (1995:126) bahwa metode pembelajaran latihan (drill)

adalah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa

melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, siswa memiliki ketangkasan atau

(16)

keterampilan yang lebih tinggi. Sedangkan menurut Shlahudin (1997:100) bahwa metode latihan adalah kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang- ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen.

Metode latihan disebut juga metode training (drill), yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selaint itu, metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan (Sanjaya, 2003).

2.2.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Metode Latihan

Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahannya.

Sanjaya (2003) bahwa kelebihan metode latihan diantaranya adalah

a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.

b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.

c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.

Sedangkan kekurangan metode latihan dijelaskan oleh Sanjaya (2003) yakni:

a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak

dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dan pengertian.

(17)

b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.

c. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.

d. Dapat menimbulkan verbalisme.

2.3 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori sebelumnya maka hipotesis penelitian ini yakni

“jika guru menggunakan metode latihan dengan baik maka kemampuan menyimpulkan isi suatu teks dengan membaca cepat 250 kata permenit pada siswa Kelas VIII SMP dapat ditingkatkan”.

2.4 Indikator Kinerja

Adapun indikator kinerja yang akan dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah meningkatnya kemampuan menyimpulkan isi bacaan setelah membaca cepat

250 kata permenit melalui metode latihan secara klasikal mencapai 75% dari 17

orang siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Satap Bulango Utara

Referensi

Dokumen terkait

lensi HIV sangat tinggi pada penasun, perilaku seks yang bebas, dan pe- makaian kondom yang masih rendah, risiko terhadap pasangan tetap para penasun terinfeksi HIV/AIDS juga

Pada lanskap terbaik dua terpilih lanskap dengan sudut pandang foto 3 dimana lanksap ini memperlihatkan keterkaitan atara desain lansakap taman dan karakter dari visual air

Untuk melihat hasil capaian kemampuan siswa dalam membaca puisi di kelas III SDN 03 Botumoito, Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo melalui metode latihan, dengan

Bagian ini merupakan pokok utama dari tulisan, yang dapat terdiri dari beberapa Sub Bab sesuai.

Tugas akhir yang mengangkat judul Analisis Interpretasi Lagu After The Love Has Gone Karya David Foster Dalam Format Trio Vokal ini dapat disusun dan diselesaikan dengan

Dan keempat, upaya yang dilakukan ketua dan pengurus MGMP Sosiologi KKM 7 Jakarta Selatan dalam peningkatan kinerja guru Sosiologi dengan melaksanakan program rutin shering antar

Berdasarkan tabel 4 diatas diketahui suhu yang didapatkan dari hasil objek yang sama dan waktu yang sama, hasil di atas merupakan hasil dari dua alat ukur yang berbeda

Disamping itu, fungsi media pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh Sanjaya ( 2008: 208) yaitu; 1) menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu,