7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Sudah ada beberapa penelitian yang dilakukan terkait pelumasan menggunakan minyak nabati untuk pengujian keausan diantaranya sebagai berikut:
Pada skripsi ini dalam proses pengujian tribology dibutuhkan pelumas untuk meningkatkan kemampuan bentuk material, memperpanjang umur alat atau pahat dan menekan kehilangan energi. Dengan meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap efek berbahaya dari pelumas konvensional perlu adanya langkah lebih maju dengan menggantinya dengan pelumas yan kompatibel terhadap lingkungan. Terlepas dari kenyataan minyak nabati memiliki potensi besar sebagai untuk pelumas yang ramah lingkungan, tetapi karakteristik tribologis yang terbatas membatasi penerapannya. Oleh karena itu biodegradabilitas dan hak non-toksisitas minyak nabati telah digabungkan dengan pengurangan gesekan dan kemampuan tekanan ekstrim aditif nanopartikel dalam penelitian ini, untuk mengembangkan pelumas berperforma tinggi dengan fitur ramah lingkungan (Dermawan et al. 2012).
Kinerja pelumasan dibandingkan dengan dua pelumas pembentuk logam
konvensional, minyak tekan CM202A dan pelumas padat dari seng fosfat
ditambah sabun natrium. Standar uji kompresi cincin digunakan untuk
mengevaluasi efisiensi pelumas yang dipertimbangkan. Perbandingan kinerja
dibuat dengan menggunakan dua faktor kunci yaitu koefisien gesekan dan
deformasi beban. Kurva kalibrasi gesekan yang diperlukan untuk memperkirakan koefisien gesekan disediakan menggunakan simulasi elemen hingga hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa minyak nabati tergantung pada struktur kimianya. Dengan meningkatnya konsentrasi nanopartikel, maka faktor gesekan dan beban deformasi mencapai minimum untuk konsentrasi tertentu. Berdasarkan hasil yang diperoleh, konsentrasi nanopartikel yang paling efisien ditentukan dalam kisaran 0,5 hingga 0,7% berat, yang memberikan peningkatan 21-31%. Hal itu telah ditunjukkan pelumas nano berbasis minyak nabati yang diperkaya dengan jumlah yang optimal nanopartikel memiliki kemampuan pengurangan gesekan yang sebanding dengan pelumas konvensional. Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat dalam mengembangkan logam yang lebih sadar lingkungan pada proses pembentukan.
Kemampuan reduksi gesekan minyak jarak lebih baik daripada yang diformulasikan minyak mineral komersial. Kinerja tribology minyak jarak telah diselidiki dan dibandingkan dengan minyak komersial kualitas tinggi untuk melihat kesesuaiannya sebagai minyak dasar untuk dijadikan minyak pelumas di mesin kendaraan dan pembangkit listrik. Dari hasil penelitian (Aisyah et al.
2018) menunjukkan bahwa minyak jarak yang tidak dimurnikan memiliki kemampuan reduksi gesekan dan bantalan beban yang unggul di sebuah bentuk yang tidak diformulasikan dari pada minyak komersial. Minyak jarak dapat bersaing secara baik jika diformulasikan dengan bahan anti aus yang sesuai, maka dapat menjadi bahan dasar minyak alternatif yang baik (Fanani et al.
2013).
Minyak nabati sebagai pelumas, berdasarkan penurunan cadangan minyak bumi dan masalah lingkungan. Dengan demikian, perkembangan pelumas dari bahan berbasis nabati telah dirintis sejak bertahun-tahun lalu. Selain itu, sumber produksi pelumas berbasis bio dapat diperoleh dari minyak nabati murni, limbah buah-buahan dan lemak hewani. Saat ini, ketidakamanan bahan baku seperti minyak nabati dan lemak hewani menjadi penyebab utama kendala utama untuk pengembangan teknologi baru dalam produksi minyak berbasis nabati. Pada penelitian ini di dapati bahwa minyak nabati secara alami cocok sebagai minyak dasar pelumas untuk meningkatkan sifat fisikokimianya dan sifat tribologi di mana minyak nabati berfungsi sebaik mineral dan sintetis minyak atau lebih baik. Kemampuan minyak nabati sebagai aditif dan bio- pelumas sebagai alternatif pelumas untuk aplikasi industri dan perawatan mencakup toksisitas yang lebih rendah, pelumasan yang baik properti, indeks viskositas tinggi, suhu penyalaan tinggi, peningkatan masa pakai peralatan, tinggi kemampuan membawa beban, karakter anti-aus yang baik, koefisien gesekan yang sangat baik, multi-alami sifat kerataan, tingkat penguapan rendah- emisi rendah ke atmosfer, dan cepat biodegradabilitas. Industri dapat mengurangi biaya perkakas dan meningkatkan kualitas produk dengan lebih aman lingkungan dengan beralih ke pelumas bio. Bio-pelumas mengurangi biaya dan peningkatan daya saing (Siswahyu and Hendrawati 2013).
Epoksidasi minyak biji bunga matahari dilakukan untuk meningkatkan
stabilitas oksidasi. Selanjutnya, efek nanopartikel dalam konsentrasi yang
berbeda dievaluasi untuk mempelajari perilaku gesekan dan keausan minyak
terepoksidasi. Pengujian tribologi dilakukan untuk konfigurasi pin pada cakram
untuk kontak paduan logam / baja cair. Kurva stribeck untuk minyak biji bunga matahari, minyak terepoksidasi dan minyak yang mengandung nanopartikel dihasilkan di batas dan rezim pelumasan campuran. Telah diamati bahwa minyak terepoksidasi menunjukkan karakteristik pelumas yang lebih baik daripada minyak biji bunga matahari murni. Hal ini disebabkan oleh pembentukan film polimer yang stabil melalui -O- cross linking di permukaan.
Peningkatan lebih lanjut pada penambahan nanopartikel juga diperoleh, dimana diamati bahwa konsentrasi 0,5% berat dari nanopartikel menunjukkan koefisien gesekan minimum. Analisis SEM dari sampel yang aus dilakukan untuk memahami kemungkinannya mekanisme keausan dan diamati bahwa akumulasi partikel nano di lembah dan pembentukan tipis film di antarmuka tampaknya menjadi alasan utama untuk meningkatkan sifat tribological dari minyak pelumas.
Membahas tentang minyak nabati memiliki keterbatasan seperti: stabilitas oksidasi yang rendah, sehingga mempengaruhi tingkat keausan dan gesekan.
Untuk meningkatkan sifat tribologi minyak nabati digunakan minyak biji bunga matahari sebagai zat aditif. Jadi penelitian ini bertujuan untuk membandingkan sifat fisik dan tribologi dari penambahan minyak biji bunga matahri pada minyak kopra dan minyak sawit. Pengujian sifat fisik dan tribologi dilakukan pada minyak pelumas nabati dengan penambahan 10wt%, 20wt% dan 30wt%
zat aditif minyak biji bunga matahari. Proses pencampuran dilakukan dengan
memanaskan campuran sampai temperatur 50°C dan ditahan selama 20 menit,
dan selama pemanasan, dilakukan pengadukan dengan kecepatan 750 rpm. Sifat
fisik dari minyak pelumas yang diuji diantaranya adalah viskositas kinematik
pada temperatur 40°C dan 100°C, viskositas indeks, pour point, dan flash point.
Sedangkan sifat tribologi yang diuji berupa keausan, pengukuran serta pengamatan wear scar width dan koefisien gesek dengan menggunakan alat uji tribometer pin on disk. Hasil pengujian sifat fisik menunjukan bahwa zat aditif minyak zaitun dapat meningkatkan viskositas minyak kopra tetapi viskositas minyak sawit jadi berkurang. Pada pengujian sifat tribologi terlihat bahwa minyak biji bunga matahari sebagai zat aditif dapat mengurangi keausan dan koefisien gesek. Sifat tirbologi terbaik dari biolubricant yang diuji yaitu pada minyak sawit+20wt% minyak biji bunga matahari (Kalin, Kogovšek, and Remškar 2013).
2.2 Pelumas (Bio-Lubricant)
Pada permesinan pasti terjadi kontak mekanik antara elemen satu dengan elemen lainya, pada hal ini mengakibatkan terjadinya keausan, keausan ada yang diperlukan dan ada juga yang harus dihindari. Keausan yang diperlukan misalnya proses grinding, pemotongan, pembubutan dan lain lain, sedangkan keausan yang perlu dihindari adalah kontak mekanik pada elemen mesin yang digunakan untuk mentransmisikan daya, misalnya motor bakar, mesin produksi, mesin konvensional, dan lain lain (Shahabuddin et al. 2013).
Minyak pelumas adalah salah satu minyak bumi yang mengandung senyawa
aromatik dengan indek viskositas yang rendah. Fungsi pelumas adalah
mencegah kontak langsung antara dua permukaan yang bergesekan. Minyak
pelumas dapat digunakan dengan waktu pemakaian tertentu, tergantung dari
pemakaian mesin, minyak pelumas merupakan elemen dari suatu mesin untuk
beroperasi secara optimal. Dengan demikian pelumas memiliki peranan yang
besar terhadap operasi mesin, untuk memilih pelumas yang baik untuk digunakan pada system mesin, perlu diketahui beberapa parameter mesin antara lain: kondisi kerja, suhu, dan tekanan di daerah yang memerlukan pelumasan.
Daerah yang bersuhu rendah tentu akan menggunakan pelumas yang lain dengan daerah yang bersuhu tinggi, demikian pula dengan daerah yang berkondisi kerja berat akan menggunakan pelumas berbeda dengan daerah yang berkondisi kerja ringan (Effendi and Adawiyah 2014).
Pelumas atau bio-lubricant digunakan untuk mengurangi gesekan atara benda uji dan mata baja pegikis.
2.2.1 Fungsi Pelumas
Pelumas memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai berikut:
1. Dapat menurunkan koefisien bagian mesin yang bergesekan.
2. Dapat mengendalikan suhu yang tinggi dari mesin akibat komponen yang bergesekan.
3. Mengendalikan keausan.
4. Dapat mengendalikan korosi dengan cara melumasi mesin ketika bergerak dan melapisi komponen mesin.
5. Mengisolasi listrik maksudnya yaitu pelumas mampu untuk bersifat sebagai isolator listrik.
6. Menghilangkan kotoran dan mampu membersihkan kotoran yang terjadi pada mesin agar tidak terjadi keausan.
7. Pelumas mampu meredam kejutan pada komponen mesin yang bergerak
akibat bersentuhannya komponen (Firmansyah 2010)
2.2.2 Kualitas Pelumas
Pelumas adalah zat kimia atau cairan yang diberikan pada dua benda yang bergerak untuk mengurangi gesekan. Zat ini merupakan fraksi hasil destilasi minyak bumi yang memiliki suhu 105-135
0c. Semakin berat beban motor semakin menurun niliai dari viscositas pelumasnya. Hal yang paling penting untuk menentukan kualitas pelumas adalah :
1. Densitas merupakan perbandingan antara densitas bahan yang diukur pada suhu tertentu (t1= 300C) dengan densitas air pada suhu referensi (t2 = 150C).
2. Viskositas pelumas merupakan ukuran tahanan fluida untuk mengalir atau bisa disebut kekentalan.
3. Indek viskositas merupakan ukuran perubahan vikositas terhadap perubahan suhu, kenaikan suhu akan menyebabkan turunnya harga viskositas.
4. Flash point adalah suhu terendah dimana uap air minyak dengan capuran udara menyala bila didekati api.
5. Fire point adalah suhu terendah dimana uap minyak dengan campuran udara dapat terbakar habis (Shahabuddin et al. 2013)
2.2.3 Viskositas
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu fluida
yang menyatakan besar kecilnya gesekan dalam fluida.Semakin besar
viskositas fluida, maka semakin sulit suatu fluida untuk mengalir dan
juga menunjukan semakin sulit suatu benda bergerak dalam fluida
tersebut (Lumbantoruan and Yulianti 2016). Salah satu faktor terpenting
yang harus dimiliki oleh minyak pelumas adalah viskositasnya. Jika viskositas minyak pelumas rendah maka minyak pelumas tersebut akan mudah terlepas akibat besarnya tekanan dan kecepatan dari bagian- bagian yang bergerak dan saling bergesekan. Jika minyak pelumas terlepas berarti memperbesar gesekan dan mempercepat keausan dari bagian-bagian yang bergerak tersebut (Kerja n.d.).
2.3 Jarak Pagar (Jathropa Curcas L)
2.3.1 Tanaman jarak pagar (Jathropa Curcas L).
Tanaman jarak merupakan tanaman semak yang mudah ditemui terutama di daera tropis. Secara ilmiah, jarak pagar bernama Jathropa Curcas Linn.
Jathropa Curcas L berasal dari meksiko, Amerika tengah. Konon katanya Jathropa Curcas L dibawa ke Indonesia pada zaman penjajahan pemeritahan