• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

Manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak pernah lepas dari interaksi dengan sesama. Bahkan tidak dapat dipungkiri, salah satu tujuan hidup manusia adalah untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan. Pasal 28 B ayat (1) Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur bahwa setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.

Pada kenyataannya tidak semua keluarga diberikan karunia untuk

mendapatkan keturunan. Kerinduan untuk memperoleh anak di dalam

keluarga tak jarang ditempuh dengan pengangkatan anak. Pengertian anak

angkat menurut Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah anak yang haknya

dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau

orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan

membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua

angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.

(2)

Akibat hukum dari pengangkatan anak tersebut adalah :

5

1. Putusnya hubungan keperdataan antara anak angkat dengan orang tua kandungnya.

2. Hubungan keperdataan dan kekerabatan anak angkat itu beralih menjadi kekerabatan orang tua angkatnya.

3. Status hukum anak angkat adalah sebagai anak sah dan sama kedudukannya dengan anak kandung dengan segala hak dan kewajibannya.

4. Kedudukan anak angkat dalam mewaris sama kedudukannya dengan anak kandung.

Menurut hukum adat, sebuah keluarga yang tidak mempunyai anak kandung dapat mengangkat anak orang lain baik dari anggota keluarga sendiri maupun bukan anggota keluarga. Pengangkatan anak ini harus dilakukan secara terang artinya wajib dilakukan di depan para tokoh adat, perangkat desa, dan sanak saudara.

6

Anak angkat menurut hukum adat adalah anak orang lain yang diangkat dengan resmi menurut hukum adat setempat, dikarenakan tujuan untuk kelangsungan keturunan dan atau pemeliharaan atas harta kekayaan rumah tangga.

7

Orang tua angkat yang merawat dan membesarkan anak angkatnya, tentu menyayangi sepenuh hati serta menganggap layaknya darah dagingnya sendiri dan berharap akan dijaga dan dirawat dihari tuanya. Tentu saja latar belakang ini pula yang terkadang melandasi pemberian hibah oleh orang tua angkat

5 Anshary MK, 2010, Hukum Perkawinan di Indonesia, Cetakan Pertama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 113

6 Dominikus Rato, 2011,Hukum Perkawinan dan Waris Adat, Cetakan Pertama, Laksbang Yustitia, Surabaya, hlm. 155

7 Hilman Hadikusuma, 1989, Hukum Perkawinan Adat, Cetakan Ketiga, Offset Alumni, Bandung, hlm. 149

(3)

kepada anak angkatnya. Menurut Pasal 1666 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, hibah adalah suatu persetujuan di mana si penghibah, pada waktu hidupnya, dengan cuma-cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan suatu benda guna keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan itu.

Hibah digolongkan sebagai perjanjian “dengan cuma-cuma”, yakni hanya ada prestasi dari satu pihak saja, sedang pihak yang lainnya tidak perlu memberikan kontra prestasi sebagai imbalan. Perjanjian seperti ini juga dinamakan perjanjian “sepihak” (unilateral) sebagai lawan dari perjanjian

“bertimbal-balik” (bilateral).

8

Hibah pada hukum adat merupakan kebalikan daripada harta peninggalan yang tidak dapat dibagi-bagi, yaitu pembagian keseluruhan ataupun sebagian dari pada harta kekayaan semasa pemiliknya hidup.

9

Hibah yang juga disebut pemberian dalam hukum adat, dapat dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau kepada suami isteri bersama atau sekeluarga rumah tangga. Pemberian dapat terjadi dalam bentuk barang tetap atau barang bergerak.

10

Pada kenyataannya, tak jarang orang tua angkat yang ditelantarkan setelah memberi hibah kepada anak angkatnya. Permasalahan terjadi manakala

8 R. Subekti, 1995, Aneka Perjanjian, Cetakan Kesepuluh, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.94 - 95

9 Surojo Wignjodipuro,1982, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Cetakan Keempat, PT Inti Idayu Press, Jakarta, hlm. 171

10 Hilman Hadikusuma, 1993, Hukum Waris Adat, Cetakan Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 51

(4)

dilakukan pembatalan hibah yang telah diberikan kepada anak angkat, padahal hibah menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang merupakan suatu perjanjian dengan sendirinya tidak boleh ditarik kembali secara sepihak oleh pemberi hibah.

11

Meskipun hibah tidak dapat ditarik kembali secara sepihak tanpa persetujuan pihak lawan, namun undang-undang memberikan kemungkinan bagi pemberi hibah untuk dalam hal-hal tertentu menarik kembali atau menghapuskan hibah yang diberikan kepada penerima hibah.

12

Menurut Pasal 1688 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, suatu hibah tidak dapat dicabut atau dibatalkan, kecuali penerima melakukan kesalahan-kesalahan seperti :

13

1. Tidak memenuhi syarat-syarat pemberian hibah yang berkenaan 2. Telah melakukan atau membantu melakukan usaha membunuh

pemberi hibah atau kejahatan lain terhadap pemberi hibah; dan

3. Menolak memberi tunjangan nafkah kepada pemberi hibah setelah yang disebut terakhir ini berada dalam keadaan miskin.

Sebagaimana putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta yang ingin diangkat oleh penulis, yakni Putusan Nomor : 102/Pdt.G/2011/PN.YK. Para pihak dari putusan pengadilan ini adalah Ny. Y Darini, yang selanjutnya disebut Penggugat, yang merupakan orang tua angkat dari Maria Defi Rismiyati, yang selanjutnya disebut Tergugat.

11 R. Subekti, Op. Cit, hlm. 95

12 Ibid, hlm. 104

13 Tan Thong Kie, 2013, Studi Notariat dan Serba – Serbi Praktek Notaris, Cetakan Ketiga, PT Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, hlm. 587

(5)

Pengangkatan anak Tergugat oleh Penggugat adalah berdasarkan Penetapan Pengadilan Negeri Yogyakarta Nomor : 44/Pdt.P/2004/PN.YK, Penggugat mengangkat Tergugat yang pada waktu itu sudah berumur 25 tahun sebagai anak karena Penggugat tidak memiliki anak. Seiring bertambahnya umur Penggugat dan harapan untuk menggantungkan hari tuanya kepada Tergugat, maka mendasarkan Penetapan Nomor : 44/Pdt.P/2004/PN.YK. tentang pengangkatan anak, Penggugat telah menghibahkan seluruh tanah pekarangan dan rumah yang ditempati, tertulis dalam sertipikat Hak Milik Nomor : M.41/Krw, seluas 166 m

2

, terletak di Blunyahrejo, Karangwaru pada tanggal 21 September 2005 dengan akta PPAT Nomor : 68/2005 tanggal 01 September 2005 oleh Ernawan, SH, Notaris di Yogyakarta kepada Tergugat.

Seiring berjalannya waktu, Penggugat ditinggal pergi oleh Tergugat yang hingga saat gugatan didaftarkan Penggugat telah berlangsung selama 3 (tiga) tahun lebih. Hal ini diakibatkan oleh pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat. Pertengkaran tersebut disebabkan penggugat memperingatkan Tergugat yang kala itu sudah menikah, namun menjalin hubungan khusus dengan laki – laki lain adalah salah, berdosa, dan memalukan terhadap tetangga.

Hibah yang dahulu diberikan oleh Penggugat adalah berdasar pada

pengangkatan anak dengan Penetapan Nomor : 44/Pdt.P/2004/PN.YK.

(6)

Melalui Penetapan Nomor : 193/Pdt.P/2011/PN.YK, dinyatakan bahwa Penetapan Nomor : 44/Pdt.P/2004/PN.YK tentang pengangkatan anak tidak berkekuatan hukum lagi. Setelah diputus Penetapan Nomor : 193/Pdt.P/2011/PN.YK tersebut, Penggugat pun mengajukan gugatan agar hibah dengan Akta Nomor 68/2005 tanggal 01 September 2005 oleh Notaris/PPAT Ernawan SH dinyatakan tidak berlaku lagi.

Hakim berpendapat bahwa penggugat telah mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri Yogyakarta dan telah diputuskannya Penetapan Nomor 193/Pdt.P/2011/PN.YK dimana telah dinyatakan Penetapan Nomor 44/Pdt.P/2004/PN.YK tidak berkekuatan hukum dengan demikian hibah atas tanah dan pekarangan tersebut dapat dibatalkan serta Sertifikat hak Milik No.

M-41/Krw yang terletak di Karangwaru haruslah kembali pada pemilik semula yaitu Penggugat.

Melalui Putusan Nomor : 102/Pdt.G/2011/PN.YK tersebut, hakim

mengabulkan gugatan Penggugat sehingga akta hibah tersebut dinyatakan

tidak berlaku lagi dan objek hibah beralih kembali kepada Penggugat sebagai

pemilik semula. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulisan ini diberi

judul “ Tinjauan tentang Pembatalan Hibah terhadap Anak Angkat (Studi

Kasus Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta Nomor :

102/Pdt.G/2011/PN.YK)”

(7)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Mengapa hakim mengabulkan pembatalan hibah terhadap anak angkat pada Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta Nomor : 102/Pdt.G/2011/PN.YK?

2. Mengapa penetapan pembatalan pengangkatan anak dapat mengakibatkan pembatalan hibah?

C. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pemeriksaan dari hasil-hasil penelitian yang ada, penulisan tesis mengenai “ Tinjauan tentang Pembatalan Hibah terhadap Anak Angkat (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta Nomor : 102/Pdt.G/2011/PN.YK)” belum pernah dilakukan, tetapi penulisan yang mendekatinya ada beberapa yakni :

1. Judul tesis “Pembatalan Akta Hibah (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor : 233/K/AG/2007)”, ditulis oleh Eka Tenriabeng Prihasyanti Hasan pada tahun 2012 dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Rumusan masalah yang ditekankan pada tesis ini adalah :

a. Bagaimana status hak kepemilikan terhadap harta yang telah

dihibahkan ?

(8)

b. Mengapa hakim memutus perkara pembatalan akta hibah Nomor : 233/K/AG/2007 ?

14

Hasil penelitian dari tesis diatas adalah, bahwa menurut hukum status hak kepemilikan rumah yang dihibahkan akan beralih secara langsung dari penghibah/penggugat kepada penerima hibah/tergugat, namun dengan adanya putusan Mahkamah Agung maka akta hibah dinyatakan tidak berkekuatan hukum dan status kepemilikan rumah kembali kepada pemberi hibah/penggugat.

Hakim dalam memutus perkara ini menekankan pada unsur sosiologis (kemanfaatan) dan filosofis (keadilan).

15

Perbedaannya dengan penulisan Eka Tenriabeng Prihasyanti Hasan adalah, selain meninjau mengenai dasar pertimbangan hakim pada Putusan Nomor : 102/Pdt.G/2011/PN.YK penulis juga membahas mengenai kaitan antara putusan pembatalan pengangkatan anak dengan pembatalan hibah.

2. Judul tesis “Pembatalan Hibah kepada Anak Angkat terhadap Harta Peninggalan yang Belum dibagi Waris (Studi Kasus Putusan PN Nomor 02/Pdt.G/2008/PN.Ngw. jo Putusan PT Nomor

14 Eka Tenriabeng Prihasyanti Hasan, “Pembatalan Akta Hibah (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor : 233/K/AG/2007)”, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2012

15 Ibid.

(9)

125/PDT/2009/PT.SBY jo Putusan MA Nomor 2944 K/PDT/2009)”, ditulis oleh Yunia Wukirsari pada tahun 2012 dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Rumusan masalah yang ditekankan pada tesis ini adalah :

a. Bagaimana dasar pertimbangan hakim dalam putusan pembatalan hibah kepada anak angkat terhadap harta peninggalan yang belum dibagi waris?

b. Bagaimana akibat hukum pembatalan hibah bagi para pihak yang bersengketa ?

16

Hasil penelitian dari tesis ini adalah, pertimbangan hakim dalam dalam putusan pembatalan hibah kepada anak angkat terhadap harta peninggalan yang belum dibagi waris berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Ngawi tanggal 25 September 2008 Nomor : 02/PDT.G/2008/PN.NGW bahwa anak kandung pewaris telah melakukan pengangkatan anak, bahwa hibah dalam hukum adat dimungkinkan seseorang untuk memberikan harta bendanya kepada orang lain yang bukan ahli waris, bahwa batasan yang diperbolehkan bagi seseorang untuk menghibahkan harta bendanya adalah paling banyak 1/3 bagian dari hartanya, bahwa menurut

16 Yunia Wukirsari, “Pembatalan Hibah kepada Anak Angkat terhadap Harta Peninggalan yang Belum dibagi Waris (Studi Kasus Putusan PN Nomor 02/PDT.G/2008/PN.Ngw. jo Putusan PT Nomor 125/PDT/2009/PT.SBY jo Putusan MA Nomor 2944 K/PDT/2009”, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2012

(10)

hukum waris adat apabila seorang meninggal dunia tidak meninggalkan anak atau cucu seterusnya ke bawah, maka apabila orang tua masih ada, berhak atas harta warisan, apabila orang tua telah wafat terlebih dahulu, maka yang berhak atas harta waarisan adalah saudara-saudara kandung, apabila saudara-saudara kandung telah meninggal, maka anak-anak dari saudara kandung tersebut menggantikan kedudukan sebagai ahli waris, demikian seterusnya, bahwa pewaris meninggalkan ahli waris yaitu janda yang mendapat ¾ bagian dan anak kandung mendapat ¼ bagian. Akibat hukum dari pembatalan hibah ini adalah penggugat yang merupakan ahli waris dari pewaris berhak mewarisi harta peninggalan pewaris, harta pewaris dinyatakan belum dibagi waris, menghukum tergugat atau siapa saja yang mendapat hak dari padanya untuk menyerahkan 2/3 bagian.

17

Perbedaannya dengan penulisan Yunia Wukirsari adalah, Penulis melakukan studi kasus Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta No.102/Pdt.G/2011/PN.YK. Putusan yang diangkat penulis adalah mengenai pembatalan hibah terhadap anak angkat yang telah dimohonkan pembatalan pengangkatan terlebih dahulu, sehingga kasus posisi yang diangkat pun berbeda.

D. Faedah yang Diharapkan

17 Ibid.

(11)

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dengan menambah perbendaharaan bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya, khususnya dalam bidang hukum perdata barat maupun hukum adat mengenai pembatalan hibah terhadap anak angkat.

2. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan, pemikiran nilai, serta sumbangsih yang bermanfaat bagi pihak terkait.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui dan mengkaji pertimbangan hakim dalam memutus pembatalan hibah terhadap anak angkat.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis alasan hakim atas pembatalan

pengangkatan anak yang dapat mengakibatkan pembatalan hibah.

Referensi

Dokumen terkait

8 Yunia Wukirsari, “Pembatalan Hibah Kepada Anak Angkat Terhadap Harta Peninggalan Yang Belum Dibagi Waris (Studi Kasus Putusan PN Nomor

Selain dari hal tersebut banyak juga waris yang ditinggal mati suami merupakan harta bawaan yang salah satu contohnya merupakan warisan suami akan tetapi dalam

Pada penelitian ini didapatkan adanya perbedaan bermakna untuk rerata skor ekspresi MMP-9 antara KTP ekstrakompartemen dengan KTP intrakompartemen sehingga menunjukkan

Pengertian demokratis dimaksud berjalan aman dan tertib, juga pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, baik gubernur dan wakilnya maupun bupati dan

 prinsip asuransi s#sial atau tabungan :ajib, dengan tujuan untuk menjamin agar peserta!. menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami $a$at t#tal

Secara perbandingan, keluasan kawasan tanah pertanian komoditi adalah lebih kurang 7 kali ganda daripada keluasan tanah untuk tanaman makanan di Semenanjung

a. Menggunakan kekuatan untuk mengatasi tantangan. 1) Sistem pembelajaran dengan PBL (Problem Based Learning) harus dipersiapkan dengan matang dan dikembangkan agar

Penggabungan matriks polimer sweablle dan senyawa effervescent dalam tablet, ketika tablet tertelan dan kontak dengan cairan lambung yang bersifat asam, akan timbul CO 2