• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Penilaian

2.1.1 Pengertian Penilaian

Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu (Sudjana, 2006). Menurut Mehrens dan Lehmans (dalam Purwanto, 2006) penilaian adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.

Dalam hubungan dengan pengajaran, Gronlund (1985) menyatakan penilaian sebagai berikut: “Evaluation: the systemic process of collecting, analyzing and interpreting information to determine the extent to which pupils are achieving instructional objectives”. Dapat diartikan penilaian adalah suatu proses yang sistematis dari mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan informasi untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan instruksional dicapai oleh siswa.

Dari beberapa pengertian penilaian di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses pengumpulan, analisis dan penafsiran informasi secara sistematis dan terencana untuk melakukan pertimbangan sebelum diambil keputusan. Bila dalam pendidikan maka penilaian adalah proses pengumpulan, analisis dan penafsiran informasi secara sistematis dan terencana

7   

(2)

untuk mengambil keputusan sejauh mana tujuan-tujuan instruksional dicapai oleh siswa.

Dalam proses pendidikan berbagai macam keputusan yang harus diambil, dan setiap keputusan diambil berdasarkan pada proses penilaian yang dilakukan agar diperoleh keputusan yang paling baik. Oleh karena itu banyak sekali fungsi dari penilaian dalam proses pendidikan. Fungsi-fungsi penilaian (Departemen Pendidikan Nasional) dalam pendidikan antara lain:

1. Menilai kemampuan individual melalui tagihan dan tugas tertentu.

2. Menentukan kebutuhan pembelajaran.

3. Membantu dan mendorong peserta didik.

4. Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik.

5. Menentukan strategi pembelajaran.

6. Akuntabilitas lembaga.

7. Meningkatkan kualitas pendidikan.

2.1.3 Standar Penilaian Pendidikan

Keputusan-keputusan yang diambil dalam proses pendidikan dilakukan oleh beberapa pihak. Keputusan ini diambil berdasarkan standar penilaian yang sudah ditentukan oleh pihak yang memberikan penilaian. Berdasarkan PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 63 standar penilaian yang dilakukan pada jenjang jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

(3)

1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik.

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.

Penilaian yang dilakukan oleh pendidik bertujuan untuk: a. menilai pencapaian kompetensi peserta didik; b. bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar;

dan c. memperbaiki proses pembelajaran.

2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan.

Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan untuk semua mata pelajaran pada kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.

3. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.

Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional.  Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk: a. pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; b.

dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; c. penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan; d. pembinaan dan

(4)

pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Selain ketiga standar penilaian di atas, masih ada satu lagi penilaian yang sering dilakukan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, yaitu standar penilaian internasional.

2.2 Penilaian Internasional

Penilaian internasional bertujuan untuk menilai sejauh mana hasil capaian siswa yang berlaku untuk internasional. Karena yang dijadikan subyek penilaian adalah beberapa negara, maka standar penilaiannya pun ditentukan untuk internasional. Ada beberapa jenis penilaian internasional yang sering dilakukan antara lain TIMSS, PIRLS, dan PISA.

2.2.1 Studi PISA

Studi PISA adalah salah satu standar penilaian internasional. The Programme for International Student Assesment (PISA) adalah studi yang dikembangkan oleh beberapa negara maju di dunia yang tergabung dalam the Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang berkedudukan di Paris, Prancis. Studi yang dilakukan adalah memonitor hasil sistem dari sudut capaian belajar peserta didik ditiap negara peserta yang mencakup literasi membaca (reading literacy), literasi matematika (mathematic literacy), dan literasi sains (scientific literacy).

(5)

PISA bertujuan untuk mengukur seberapa baik peserta didik usia 15 tahun, mendekati akhir wajib belajar, telah dipersiapkan untuk menghadapi tantangan masyarakat modern yang berbasis pengetahuan. PISA menghasilkan informasi tentang profil literasi membaca, matematika, dan sains peserta didik masing- masing negara peserta, yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai rujukan dalam pembuatan kebijakan dalam peningkatan mutu pendidikan.

Data yang dikumpulkan dalam studi PISA meliputi aspek pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill). Aspek pengetahuan dan keterampilan mengandung materi yang terdapat dalam kurikulum (curriculum focused) dan materi yang bersifat lintas kurikulum (cross-curricular elements) dengan penekanan pada pemahaman konsep dan kemampuan untuk menggunakannya dalam berbagai situasi. Aspek tersebut dapat diketahui melalui literasi membaca, matematika, dan sains, dengan rincian sebagai berikut:

1. Literasi membaca (reading literacy), meliputi kemampuan memahami (understanding), menggunakan (using), dan merefleksikan dalam bentuk tulisan (reflecting on written text).

2. Literasi matematika (mathematical literacy), meliputi kemampuan mengidentifikasi (identify), dan memahami (understanding), menggunakan dasar-dasar matematika dalam kehidupan, yang diperlukan seseorang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.

3. Literasi sains (scientific literacy), mencakup kemampuan menggunakan pengetahuan, mengidentifikasi masalah dalam kehidupan dalam rangka

(6)

memahami fakta-fakta, dan membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang terjadi pada kehidupan.

Pelaksanaan studi PISA Internasional dilaksanakan setiap tiga tahun sekali.

Dalam satu periode, hanya satu yang dijadikan fokus penilaian, dan fokus penilaian akan berganti setiap periodenya. Pada tahun 2000, yang menjadi fokus utama adalah penilaian literasi membaca, dimana literasi sains dan matematika sebagai pendamping. PISA 2000 ini diikuti oleh 43 negara terdiri dari 28 negara OECD dan 15 negara non-OECD. Pada tahun 2003, fokus utama penilaian adalah literasi matematika, dimana literasi sains dan membaca sebagai pendamping.

PISA 2000 diikuti oleh 41 negara terdiri dari 30 negara OECD dan 11 negara non- OECD. Pada tahun 2006, fokus utama penilaian adalah literasi sains, dimana literasi membaca dan matematika sebagai pendamping. PISA 2000 diikuti oleh 57 negara terdiri dari 30 negara OECD dan 27 negara non-OECD.

2.2.2 Perbandingan PISA dengan TIMSS dan PIRLS

Penilaian internasional lainnya adalah Trends in International Mathematic and Science Study (TIMSS), yang dilkasanakan oleh the International Association for evaluation of educational Achievement (IEA). Pada penilaian TIMSS yang diukur adalah konten mata pelajaran matematika dan sains yang sudah dipelajari di kelas yang dikuasai oleh siswa, sedangkan pada PISA yang diukur adalah kemampuan siswa untuk memecahkan bermacam-macam permasalahan dalam konteks kehidupan nyata. Oleh karena itu hasil dari TIMSS sering bertentangan dengan hasil tes PISA.

(7)

Dalam literasi membaca, penilaian yang sama TIMSS adalah Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS). Penilaian yang dilakukan dalam PIRLS mengukur bagaimana pemahaman teks siswa bukan pada kemamampuan menulis yang baik. Berbeda dengan PIRLS, yang diukur pada PISA adalah kemampuan siswa untuk membangun, mengembangkan dan mengambil kesimpulan dari apa yang telah dibaca.

2.2.3 Literasi Sains dalam PISA

Literasi sains merupakan salah satu ranah studi PISA. Dalam konteks PISA, literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaaan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (Firman, 2007). Definisi literasi sains ini memandang literasi sains bersifat multidimensional, bukan hanya pemahaman terhadap pengetahuan sains, melainkan lebih luas dari itu.

PISA 2000 dan 2003 menetapkan tiga dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya, yakni kompetensi/proses sains, konten/pengetahuan sains dan konteks aplikasi sains. Pada PISA 2006 dimensi literasi sains dikembangkan menjadi empat dimensi, tambahannya yaitu aspek sikap siswa akan sains (OECD, 2007).

(8)

Dimensi literasi sains untuk PISA dapat dilihat pada Gambar 2.1

Kompetensi/Proses

ƒ Mengidentifikasi pertanyaan ilmiah

ƒ Menjelaskan fenomena secara ilmiah

ƒ Menggunakan bukti ilmiah  Konteks

Situasi kehidupan yang melibatkan sains dan teknologi

Konten

a. Apa yang mereka tahu:

ƒ tentang alam dunia dan teknologi

ƒ tentang sains itu sendiri

Sikap

b. Bagaimana mereka merespon permasalahan sains

Bagaimana orang bertindak yang dipengaruhi oleh

Mengharuskan orang untuk

Gambar 2.1 Dimensi sains dalam PISA 1. Aspek konteks

PISA menilai pengetahuan sains relevan dengan kurikulum pendidikan sains di negara partisipan tanpa membatasi diri pada aspek-aspek umum kurikulum nasional tiap negara. Penilaian PISA dibingkai dalam situasi kehidupan umum yang lebih luas dan tidak terbatas pada kehidupan di sekolah saja. Butir-butir soal pada penilaian PISA berfokus pada situasi yang terkait pada diri individu, keluarga dan kelompok individu (personal), terkait pada komunitas (social), serta terkait pada kehidupan lintas negara (global).

(9)

Konteks PISA mencakup bidang-bidang aplikasi sains dalam seting personal, sosial dan global, yaitu: (1) Kesehatan; (2) sumber daya alam; (3) mutu lingkungan; (4) bahaya; (5) perkembangan mutakhir sains dan teknologi.

2. Aspek konten

Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci dari sains yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Dalam kaitan ini PISA tidak secara khusus membatasi cakupan konten sains hanya pada pengetahuan yang menjadi kurikulum sains sekolah, namun termasuk pula pengetahuan yang diperoleh melalui sumber- sumber informasi lain yang tersedia. Kriteria pemilihan konten sains adalah sebagai berikut:

1) Relevan dengan situasi nyata,

2) merupakan pengetahuan penting sehingga penggunaannya berjangka panjang, 3) sesuai untuk tingkat perkembangan anak usia 15 tahun.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dipilih pengetahuan yang sesuai untuk memahami alam dan memaknai pengalaman dalam konteks personal, sosial dan global, yang diambil dari bidang studi biologi, fisika, kimia serta ilmu pengetahuan bumi dan antariksa. Konten sains dalam PISA mencakup pengetahuan-pengetahuan sebagaimana tertera pada Tabel 2.1.

(10)

Tabel 2.1 Konten sains dalam PISA

Kategori Cakupan Pengetahuan

Struktur dan sifat materi (antara lain hantaran panas dan listrik)

Perubahan fisik materi (antara lain Perubahan fisik materi) Gerak dan gaya (antara lain kecepatan dan gesekan) Energi dan transformasinya (antara lain perubahan bentuk energi dan kekekalan energi)

Sistem Fisik

Interaksi energi dan materi (antara lain gelombang cahaya, radio, dan suara)

Sel (antara lain struktur dan fungsi tumbuhan dan hewan) Tubuh manusia (antara lain. kesehatan, nutrisi, penyakit, reproduksi, sub sistem tubuh manusia yang mencakup pencernaan, pernafasan, sirkulasi, dan ekskresi)

Populasi (antara lain spesi, evolusi, keanekargaman hayati, variasi genetik)

Ekosistem (antara lain rantai makanan, aliran materi dan energi)

Sistem hidup

Biosfer (antara lain kelestarian alam)

Sistem dan sistem bumi (antara lain. atmosfer, litosfer, hidrosfer)

Energi dalam sistem bumi (antara lain tektonik lempeng, siklus geokimia, gaya-gaya konstruktif dan destruktif) Sejarah bumi (antara lain fosil, asal-usul, dan evolusi bumi) Sistem bumi

dan antariksa

Bumi dan antariksa (antara lain sistem tata surya)

3. Aspek Kompetensi/Proses

PISA memandang pendidikan sains berfungsi untuk mempersiapkan warganegara masa depan, yakni warganegara yang mampu berpartisipasi dalam masyarakat yang semakin terpengaruh oleh kemajuan sains dan teknologi. Oleh karenanya pendidikan sains perlu mengembangkan kemampuan siswa memahami hakekat sains, prosedur sains, serta kekuatan dan limitasi sains. Siswa perlu memahami bagaimana ilmuwan sains mengambil data dan mengusulkan eksplanasi-eksplanasi terhadap fenomena alam, mengenal karakteristik utama penyelidikan ilmiah, serta tipe jawaban yang dapat diharapkan dari sains.

(11)

PISA menetapkan tiga aspek dari komponen kompetensi/proses sains berikut dalam penilaian literasi sains, yakni mengidentifikasi pertanyaan ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah dan menggunakan bukti ilmiah

Proses kognitif yang terlibat dalam kompetensi sains antara lain penalaran induktif/deduktif, berfikir kritis dan terpadu, pengubahan representasi, mengkonstruksi eksplanasi berdasarkan data, berfikir dengan menggunakan model dan menggunakan matematika. Untuk membangun kemampuan inkuiri ilmiah pada diri peserta didik, yang berlandaskan pada logika, penalaran dan analisis kritis, maka kompetensi sains dalam PISA dibagi menjadi tiga aspek berikut:

1) Mengidentifikasi pertanyaan ilmiah

Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang meminta jawaban berlandaskan bukti ilmiah, yang didalamnya mencakup juga mengenal pertanyaan yang mungkin diselidiki secara ilmiah dalam situasi yang diberikan, mencari informasi dan mengidentifikasi kata kunci serta mengenal fitur penyelidikan ilmiah, misalnya hal-hal apa yang harus dibandingkan, variabel apa yang harus diubah-ubah dan dikendalikan, informasi tambahan apa yang diperlukan atau tindakan apa yang harus dilakukan agar data relevan dapat dikumpulkan.

2) Menjelaskan fenomena secara ilmiah

Kompetensi ini mencakup pengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi yang diberikan, mendeskripsikan fenomena, memprediksi perubahan, pengenalan dan identifikasi deskripsi, eksplanasi dan prediksi yang sesuai.

(12)

3) Menggunakan bukti ilmiah

Kompetensi ini menuntut peserta didik memaknai temuan ilmiah sebagai bukti untuk suatu kesimpulan. Selain itu juga menyatakan bukti dan keputusan dengan kata-kata, diagram atau bentuk representasi lainnya. Dengan kata lain, peserta didik harus mampu menggambarkan hubungan yang jelas dan logis antara bukti dan kesimpulan atau keputusan.

4. Aspek Sikap

Untuk membantu siswa mendapatkan pengetahuan teknik dan sains, tujuan utam dari pendidikan sains adalah untuk membantu siswa mengembangkan minat siswa dalam sains dan mendukung penyelidikan ilmiah. Sikap-sikap akan sains berperan penting dalam keputusan siswa untuk mengembangkan pengetahuan sains lebih lanjut, mngejar karir dalam sains, dan menggunakan konsep dan metode ilmiah dalam kehidupan mereka. Dengan begitu, pandangan PISA akan kemampuan sains tidak hanya kecakapan dalam sains, juga bagaimana sifat mereka akan sains. Kemampuan sains seseorang di dalamnya memuat sikap-sikap tertentu, seperti kepercayaan, termotivasi, pemahaman diri, dan nilai-nilai.

2.3 PISA Nasional 2006

Pada tahun 2006 Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas telah melakukan survey nasional PISA yang disebut dengan PISA Nasional 2006, dengan menggunakan tes gabungan sebagai komposit dari subtes PISA 2000, PISA 2003, dan PISA 2006 yang dipilih secara khusus untuk survey tersebut.

PISA Nasional 2006, menetapkan sampel yang berbeda dengan sampel PISA

(13)

untuk survey internasional. survey ini dilakukan sebagai komplemen dari survey- survey PISA internasional yang telah dilakukan sebelumnya, dengan maksud agar tingkat literasi siswa Indonesia dapat diketahui lebih cermat.

2.4 Kimia dalam PISA Nasional 2006

Kimia adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari sifat-sifat materi, dan perubahan pada materi yang merubah ciri-ciri dari materi tersebut (Scarlett, 1956). Dalam kimia dipelajari beberapa materi pokok antara lain, struktur materi, komposisi materi, perubahan materi dan energi yang menyertai perubahan materi (Sunarya, 2000). Kimia sebagai bagian dari sains memberikan kontribusi dalam literasi sains, apalagi dengan berkembangnya zaman, kimia semakin dekat dengan kehidupan manusia dan semakin banyak isu- isu yang berkembang di dunia berhubungan dengan kimia.

Literasi sains sebagai bagian dari PISA Nasional 2006, menjadikan kimia sebagai bagian dari PISA Nasional 2006 juga. Ada beberapa konten yang masuk dalam PISA Nasional 2006 masuk dalam materi kimia, konten-konten tersebut antara lain struktur dan sifat materi, perubahan kimia materi, dan energi dan transformasinya.

2.5 Penelitian yang Berhubungan

Penelitian ini penting dilakukan, karena dengan mengetahui kesulitan- kesulitan siswa dalam menjawab pokok uji kimia dalam PISA Nasional 2006 dapat memberikan gambaran bagaimana kesulitan siswa dalam menjawab pokok

(14)

uji tersebut. Sejauh ini belum ada penelitian yang mengkaji mengenai kesulitan siswa dalam menjawab pokok uji kimia studi PISA. Namun, terdapat penelitian yang telah mengkaji literasi sains berdasarkan hasil PISA Nasional 2006 oleh Harry Firman pada tahun 2007.

Pada penelitian ini diteliti mengenai literasi sains dari siswa berdasarkan hasil PISA Nasional 2006. Berdasarkan penelitian ini diperoleh profil capaian literasi sains siswa, baik untuk aspek konten, konteks, dan proses, dan perbandingannya dengan capaian literasi sains pada hasil PISA internasional.

Dari penelitian ini ada beberapa pokok uji yang sama yang digunakan untuk penelitian mengenai kesulitan dalam menjawab pokok uji kimia dalam studi PISA Nasional. Hasil dari proporsi jawaban benar untuk PISA Nasional 2006 dapat dilihat pada Gambar 2.2.

(15)

Gambar 2.2 Grafik proporsi jawaban benar pokok uji kimia dalam studi PISA Nasional 2006

Gambar

Gambar 2.1 Dimensi sains dalam PISA  1.  Aspek konteks
Tabel 2.1 Konten sains dalam PISA
Gambar 2.2 Grafik proporsi jawaban benar pokok uji kimia dalam   studi PISA Nasional 2006

Referensi

Dokumen terkait

Rumah Perawatan Psiko-Neuro-Geriatri atau yang lebih dikenal dengan “Puri Saras” adalah klinik kesehatan yang bergerak dalam bidang layanan kesehatan jiwa, mulai beroperasi sejak

Meskipun menggambarkan relasi, representasi dengan graf juga dapat menggambarkan tingkat urgensi kebutuhan manusia dengan teknik pewarnaan simpul. Penulis tidak menggunakan

Yazim Yaqub, SpOG beserta seluruh staf medis dan non medis yang telah memberikan kesempatan, sarana serta bantuan kepada saya untuk bekerja selama mengikuti pendidikan dan

Jembatan merupakan alat penghubung yang penting dalam jaringan transportasi jalan, yang berfungsi untuk menghindari gangguan/hambatan alam atau buatan manusia.Jembatan juga

Berangkat dari hal tersebut maka peneliti berasumsi bahwa penertiban yang dilakukan terhadap perempuan pekerja seks tidak berpijak pada prinsip-prinsip hak

Jika Nilai mata uang Rupiah mengalami depresiasi, pastinya yang satu lagi mengalami kenaikan atau istilah yang lebih tepat adalah “apresiasi”.. Penyebab nilai USD

Dari hasil kajian dapat disimpulkasn sebagai berikut : (1) Di lihat dari gambaran pembangunan di Kabupaten Pandeglang, dilihat dari tingkat kemiskinan, tingkat pendidikan

Pengembangan mobile learning bertujuan terjadi proses belajar sepanjang waktu (long life learning), peserta didik dapat lebih aktif dalam proses