• Tidak ada hasil yang ditemukan

BABI PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 mengamanatkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BABI PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 mengamanatkan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 mengamanatkan bahwa Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) bertujuan untuk mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri, serta sejahtera lahir dan batin. Amanat GBHN 1993 tersebut mencerminkan upaya dan sekaligus tujuan pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan taraf hidup masyarakat. Dalam merealisasikan upaya dan untuk mencapai tujuan pemerintah tersebut tidak terlepas dari upaya pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi masyarakat. Upaya pemenuhan gizi merupakan hal yang sangat penting dan mendasar serta memiliki peran yang penting dalam menentukan terwujudnya kualitas sumber daya manusia dan tingkat kehidupan masyarakat.

Dalam upayanya mengendalikan pangan yang berkecukupan, telah menugaskan Badan Urusan Logistik (BULOG) melalui Kepres RI No.50 Tahun 1995, Surat Keputusan Kabulog No.567/KA/ll/1995 - No.571/KA/ll/1995. BULOG sebagai suatu Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) berada dibawah dan sekaligus bertanggung jawab kepada Presiden. Memiliki tugas, yaitu mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras, gula, gandum, terigu, kedelai, pakan

(2)

dan bahan pangan lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam rangka menjaga kestabilan harga bahan pangan dan pakan bagi produsen dan konsumen serta memenuhi kebutuhan pangan berdasarkan kebijaksanaan umum pemerintah.

demikian, maka BULOG memiliki fungsi sebagai berikut :

Dengan

1. Pengadaan dalam negeri, pengadaan luar negeri serta pengelolaan persediaan dan perawatan persediaan,

2. Penganalisaan harga dan pasar, penyaluran serta angkutan,

3. Pengelolaan dan pembinaan administrasi keuangan serta pertanggung-jawaban,

4. Pengelolaan dan pembinaan administrasi kepegawaian dan organisasi, hukum dan klainl, serta perlengkapan,

5. Pendidikan dan pelatihan kepegawaian serta penelitian dan pengembangan,

6. Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan pengadaan, penyaluran, keuangan, administrasi pendidikan pelatihan serta penelitian dan pengembangan.

Berkenaan dengan tugas dan fungsi BULOG dalam mengelola persediaan pangan, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, diantaranya yaitu karakteristik komoditi pangan dan pola konsumsi masyarakat. Komoditi pangan (terutama komoditi pangan pokok), seperti halnya komoditi pertanian lainnya, memiliki

(3)

karakteristik yang mudah rusak (perishable). Komoditi pangan Juga memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap kondisi iklim dan musim. Selain itu komoditi pangan tidak dapat diproduksi di berbagai daerah, atau dengan kata lain komoditi pangan hanya dapat diproduksi pada sentra-sentra produksi yang kondisi tanah dan iklimnya sesuai dengan komoditi pangan tersebut. Karakteristik komoditi ini menjadikan pengelolaan persediaan pangan cukup rumit untuk dipastikan kualitas maupun kuantitasnya.

Di lain pihak komoditi pangan pokok dikonsumsi oleh berbagai lapisan masyarakat serta dalam jumlah yang sangat besar. Pola konsumsi seperti ini memungkinkan komoditi pangan memiliki kepekaan terhadap harga jual dan permintaan komoditi yang tinggi.

Dengan demikian, merupakan tugas yang sulit bagi BULOG dalam mengelola persediaan pangan ini.

Terdapat perbedaan pengelolaan persediaan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Berkaitan dengan hal ini, BULOG mengenal dua istilah kemutlakan dalam penyediaan dan konsumsi pada suatu daerah, yaitu daerah surplus absolute (mutlak) dan daerah defisitabsolute (mutlak). Daerah surplus mutlakinimemiliki pengertian bahwa daerah tersebut pada sepanjang tahun memiliki kelebihan persediaan dan biasanya daerah ini memasok kelebihannya kepada daerah lain yang mengalami defisit pangan. Di lain pihak daerah

(4)

defisit mutlak adalah daerah yang sepanJang tahun mengalami kekurangan pangan dan membutuhkan pasokan dari daerah lain yang kelebihan pangan. Daerah ini biasanya memiliki tanah dan iklim yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan produksi komoditi pangan.

Kondisi yang diuraikan di atas menjadikan pengelolaan persediaan oleh BULOG perlu mempertimbangkan jumlah kebutuhan pangan pada masing-masing daerah, dimana jumlah tersebut merupakan cerminan dari pola konsumsi di daerah tersebut. Dengan diketahuinya jumlah kebutuhan pangan yang harus disediakan, kemudian merupakan tugas BULOG untuk mengisi jumlah tersebut agar tercapai kontinyuitas keseimbangan pangan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena-fenomena yang terdapat pada pengelolaan persediaan pangan tersebut, maka dalam pelaksanaannya BULOG menghadapi beberapa permasalahan yang teridentifikasi sebagai berikut:

1) Secara nasional, pengelolaan persediaan pangan dihadapkan pada lingkup penanganan yang sangat luas. Terlebih lagi dari luasan tersebut, karena Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang menjadi kendala dalam pengisian pasokan,

(5)

2) Dari luas dan banyaknya pulau di Indonesia tersebut, kondisi agroklimat dan tingkat kemajuan teknologi produksi pangan tidak

merata pada masing-masing daerah,

3) Sifat komoditi pangan yang musiman menjadikan kontinyuitas ketersediaan pangan suatu daerah menjadi terhambat,

4) Penanganan produksi pangan (terutama beras) berada di tangan jutaan petani keciI yang pada dasamya corak dan pola penanganannya berbeda-beda,

5) Kebiasaan dalam mengkonsumsi komoditi pangan pada masing- masing daerah memungkinkan terjadinya pola konsumsi berbeda yang tercerrnin pada tingkat kebutuhan komoditi pangan berbeda- beda,

6) Dengan berjaIannya waktu, pertumbuhan jumlah penduduk di berbagai daerah semakin tinggi. Keadaan ini menjadikan kebutuhan perumahan dan industri semakin meningkat, peningkatan kebutuhan perumahan dan industri ini menjadikan ketersediaan lahan untuk produksi komoditi pangan semakin berkurang,

7) Dalam pernasaran komoditi pangan (beras), Indonesia berada pada posisi yang cukup Iemah, karena komoditi pangan yang dimiliki Indonesia tidak mampu bersaing secara kompetitif di pasar Internasional.

(6)

Permasalahan yang teridentifikasi tersebut perlu mendapatkan perhatian yang serius. Tanpa perhatian yang serius dari BULOG, permasalahan tersebut akan mengakibatkan beberapa hal sebagai berikut:

1) Sulitnya menentukan jumJah atau kuantitas pangan yang disediakan,

2) Semakin tingginya kesenjangan antara persediaan dan kebutuhan pangan (beras),

3) Kelebihan dan kekurangan ketersediaan pangan akan menjadikan harga pangan berfluktuasi dan cenderung meningkat. Peningkatan harga komoditi pangan ini pada umumnya akan diikuti oleh peningkatan harga komoditi yang lain,

4) Meningkatnya biaya pengadaan atau pengisian komoditi pangan dari waktu ke waktu.

Hal-hal tersebut di atas dapat dialami oleh semua DOLOG, terlebih lagi DOLOG Timur Timur yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1) Secara geografis, Timor Timur menempati posisi yang jauh dari sumber pasokan beras.

2) Timor Timur merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang termasuk dalam kelompok daerah yang Defisit Absolut. Artinya

(7)

bahwa ketersediaan berasnya sangat tergantung kepada daerah lain, terutama daerah pemasok(supply point).

3) Kondisi tanah maupun iklim di Timor Timur sulit untuk dikembangkan budidaya padi. Oleh karena itu, maka dalam produksi padi ataupun beras Timor Timur tergolong memiliki produksi yang rendah.

Berdasarkan permasalahan yang teridentifikasi dan akibat yang akan ditimbulkannya, maka dirumuskan permasalahan tersebut sebagai berikut :

a) Bagaimana Depot Logistik (DOLOG) Timor Timur mengelola persediaan pangannya, terutama beras, agar tercapai kondisi persediaan pada kuantitas persediaan minimum,

b) Setelah diketahui jumlah atau kuantitas minimum beras yang akan disediakan, bagaimana pihak Depot Logistik (DOLOG) Timor Timur melakukan pengisian persediaan tersebut agar tercapai pola pengisian yang efisien.

C. Tujuan dan Kegunaan PeneUtian 1. Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan tersebut, maka penelitianini memiliki tujuan sebagai berikut :

(8)

a) Menentukan jumlah atau kuantitas persediaan komoditi pangan beras pada tingkat minimum.

b) Mencari pola pengisian komoditi pangan beras pada kuantitas persediaan minimum agar tercapai kondisi yang paling efisien.

2. Kegunaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak yang paling berkompeten dalam pengelolaan pangan (BULOG), terutama dalam bentuk masukan-masukan pada upaya penanganan masalahan pengelolaan persediaan pangan. Selain itu, temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian ini (baik proses pemecahan maupun hasH akhir penelitian) dapat dijadikan masukan bagi Depot Logistik (DOLOG) Timor Timur dalam menetapkan kebijaksanaan pengelolaan persediaan pangan pada umunmya dan komoditi beras pada khususnya.

D. Ruang Lingkup

Pengelolaan persediaan komoditi pangan mencakup berbagai jenis pangan, yaitu beras, gula pasir, gandum, tepung terigu dan kedele. Dalam penelitian ini kajian hanya dibatasi pada jenis komoditi beras. Selain itu, mengingat wilayah penanganan BULOG cukup luas, maka obyek penelitian yang dikaji meliputi wilayah atau daerah yang

Referensi

Dokumen terkait

Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi Pendidikan Agama Islam melalui proses penanaman nilai-nilai agama Islam di lingkungan informal atau dalam keluarga

 Support 2% berarti 2% dari seluruh transaksi Support 2% berarti 2% dari seluruh transaksi yang dianalisis menunjukkan bahwa computer yang dianalisis menunjukkan bahwa computer

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja daerah wisata Floating Market

Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: “Faktor apa saja yang mendorong Moro Islamic Liberation Front (MILF) untuk

Putih berarti derau tersebut tersusun dari semua frekuensi pada spektrum yang dapat didengar, terdistribusi secara acak.. Hal ini analog dengan cahaya putih yang tersusun dari

Pendeteksian outlier pada regresi nonlinier dengan metode statistik likelihood displacement (LD) dilakukan dengan cara menghilangkan pengamatan yang diduga mengandung

Jika digabungkan dapat menjadi, bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai

Perbedaan tanggapan tentang implementasi bahasa Indonesia terjadi karena bahasa Indonesia tidak membawa serta sastra, padahal sastra sangat berperan dalam