• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POLA PENGASUHAN DAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA BULAN DI DESA PANYABUNGAN JAE SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN POLA PENGASUHAN DAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA BULAN DI DESA PANYABUNGAN JAE SKRIPSI"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

STUNTING PADA ANAK USIA 24-59 BULAN DI DESA PANYABUNGAN JAE

SKRIPSI

Oleh

KHOIRUN NISA LUBIS NIM. 151000373

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(2)

DI DESA PANYABUNGAN JAE

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

KHOIRUN NISA LUBIS NIM. 151000373

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(3)

Nama Mahasiswa : Khoirun Nisa Lubis Nomor Induk Mahasiswa : 151000373

Departemen : Gizi Kesehatan Masyarakat

Menyetujui Pembimbing:

(Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D.) NIP. 196509011991032003

Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.) NIP. 196803201993082001

Tanggal Lulus: 2 Agustus 2019

(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D.

Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si.

2. Dr. Dra. Jumirah, Apt., M. Kes.

(5)

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul

“Hubungan Pola Pengasuhan dan Status Sosial Ekonomi Keluarga dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan di Desa Panyabungan Jae”

beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, September 2019

Khoirun Nisa Lubis

(6)

Abstrak

Perkembangan dan pertumbuhan di masa balita merupakan periode penting pertmbuhan manusia dan akan menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Stunting adalah suatu kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kurangnya asupan gizi yang bersifat kronis. Oleh sebab itu pola pengasuhan ibu terhadap anak dan status sosial ekonomi keluarga yang mumpuni penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola pengasuhan dan status sosial eko- nomi keluarga dengan kejadian stunting pada anak usia 24 sampai 59 bulan di Desa Panyabungan Jae. Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia 24 sampai 59 bulan sebanyak 58 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Penelitian ini dianalisis secara univariat dan bivariat.

Hasil penelitian menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa pola asuh berdasarkan praktik pemberian makan, praktik kebersihan diri, praktik kebersihan lingkungan, dan praktik perawatan anak berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan, masing-masing pada p < 0,05. Sementara status sosial ekonomi berdasarkan pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan jumlah anggota keluarga tidak berhubungan dengan kejadian stunting pada anak, masing-masing pada p >

0,05 kecuali variabel pendapatan keluarga pada p < 0,05. Terkait dengan kebiasaan masyarakat yang membuang sampah ke aliran sungai atau tidak mem- buangnya ke tempat pembuangan sampah, hal tersebut berhubungan dengan kebersihan lingkungan, maka diharapkan agar Bapak Kepala Desa Panyabungan Jae lebih memantapkan regulasi mengenai pembuangan sampah dan menyediakan sarana prasarana yang bisa dijadikan tempat pembuangan sampah.

Kata kunci: Stunting, pola asuh, status sosial-ekonomi

(7)

Abstract

The development and growth of children aged under five years is an important period of human growth and will be the determinant of the success of the growth and development of children in the next period. Stunting is a condition of failure to thrive in children under five due to a chronic lack of nutrition. Therefore the pattern of caring for the mother of the child and the socio-economic status of the family that is qualified is important for the growth and development of the child.

The purpose of this study was to determine the relationship of parenting patterns and socio-economic status of families with the incidence of stunting in children aged 24 to 59 months in Panyabungan Jae Village. The sample in this study were children aged 24 to 59 months as many as 58 people. The sampling technique used is simple random sampling. The results of the study using the chi square test showed that parenting based on feeding practices, personal hygiene practices, environmental hygiene practices, and child care practices related to the incidence of stunting in children aged 24-59 months, each in p < 0,05. While socio- economic status based on mother's education, mother's occupation, and the number of family members is not related to the incidence of stunting in children, each at p > 0.05 except the family income variable at p < 05. Related to the community's habit of throwing garbage into the river or not throwing it into a garbage dumps, it is related to environmental hygiene, so it is expected that the Head of Panyabungan Jae Village will further strengthen the regulations of garbage disposal and providing infrastructure that can be used as garbage dumps.

Keywords: Stunting, parenting, socio-economic status

(8)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pola Pengasuhan dan Status Sosial Ekonomi Keluarga dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan di Desa Panyabungan Jae”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si. selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si. selaku Dosen Penguji I dan Dr. Dra. Jumirah, Apt., M.Kes. selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dan pikiran

(9)

6. Namora Lumongga Lubis M.Sc., Ph.D. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

7. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah diajarkan selama ini kepada penulis.

8. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal dan seluruh Staff yang telah banyak membantu penulis.

10. Kepala Puskesmas Kecamatan Panyabungan Jae dan seluruh Staff yang telah banyak membantu penulis.

11. Teristimewa untuk orang tua (Muhammad Nasir Lubis dan Rosdewi Siregar) yang telah memberikan kasih sayang yang begitu besar dan kesabaran dalam mendidik dan memberi dukungan kepada penulis.

12. Terkhusus untuk saudara-saudara (Syarifullah Umar Lubis, Rizal Marzuki Lubis, Ali Asmi Lubis, Ridwan Yusuf Lubis) yang telah memberikan semangat kepada penulis.

13. Teman-teman terdekat (Fitri, Putri, Yuni, Dilah, Umi, Nifah) yang telah menyemangati dan mendukung penulis.

14. Teman-teman seperjuangan skripsi (Dedek, Dhea, kak Finta, kak Manja, dan teman- teman departemen gizi kesehatan masyarakat stambuk 2015) yang selalu saling menyemangati satu sama lain dalam penyelesaian skripsi.

(10)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat bagi pembaca.

Medan, September 2019

Khoirun Nisa Lubis

(11)

Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii Abstrak iv Abstract v

Kata Pengantar vi Daftar Isi x

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xiii Daftar Lampiran xiv Daftar Istilah xvi Riwayat Hidup xvii Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 5

Tujuan umum 5

Tujuan khusus 5

Manfaat Penelitian 6

Tinjauan Pustaka 7

(12)

Stunting 9

Pola Pengasuhan Anak 11

Status Sosial Ekonomi 17

Landasan Teori 20

Kerangka Konsep 23

Hipotesis Penelitian 24

Metode Penelitian 25

Jenis Penelitian 25

Lokasi dan Waktu Penelitian 25

Populasi dan Sampel 26

Variabel dan Definisi Operasional 27

Metode Pengumpulan Data 28

Metode Pengukuran 29

Metode Analisis Data 31

Hasil Penelitian 33

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 33

Karakteristik Anak 34

Pola Pengasuhan Anak 35

Status Sosial Ekonomi 39

Kejadian Stunting 41

Pola Pengasuhan Anak dan Kejadian Stunting 42 Praktik pemberian makan dan kejadian stunting 43 Praktik kebersihan diri dan kejadian stunting 44 Praktik kebersihan lingkungan dan kejadian stunting 45 Praktik perawatan anak dan kejadian stunting 46

(13)

Pendidikan ibu dan kejadian stunting 47 Pekerjaan ibu dan kejadian stunting 48 Pendapatan keluarga dan kejadian stunting 49 Jumlah anggota keluarga dan kejadian stunting 50

Pembahasan 52

Praktik Pemberian Makan dan Kejadian Stunting 52 Praktik Kebersihan Diri dan Kejadian Stunting 54 Praktik Kebersihan Lingkungan dan Kejadian Stunting 56 Praktik Perawatan Anak dan Kejadian Stunting 58

Pendidikan Ibu dan Kejadian Stunting 59

Pekerjaan Ibu dan Kejadian Stunting 61

Pendapatan Keluarga dan Kejadian Stunting 62 Jumlah Anggota Keluarga dan Kejadian Stunting 63

Kesimpulan Dan Saran 66

Kesimpulan 66

Saran 66

Daftar Pustaka 67

Lampiran 71

(14)

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Anjuran Jumlah Porsi menurut Kecukupan Energi 16

untuk Berbagai Kelompok Umur

2 Distribusi Sarana dan Prasarana Kesehatan di Wilayah Kerja 34 Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2018

3 Distribusi Anak Berdasarkan Karakteristik 35

4 Distribusi Praktik Pemberian Makan Berdasarkan Karakteristik 36 Anak di Desa Panyabungan Jae

5 Distribusi Praktik Kebersihan Diri Berdasarkan Karakteristik 37 Anak di Desa Panyabungan Jae

6 Distribusi Praktik Kebersihan Lingkungan Berdasarkan 38 Karakteristik Anak di Desa Panyabungan Jae

7 Distribusi Praktik Perawatan Anak Berdasarkan Karakteristik 39 di Desa Panyabungan Jae

(15)

8 Distribusi Status Sosial Ekonomi Keluarga di Desa 41 Panyabungan Jae

9 Prevalensi Stunting Anak di Desa Panyabungan Jae 41

10 Distribusi Kejadian Stunting Berdasarkan Karakteristik Anak 42 di Desa Panyabungan Jae

11 Distribusi Praktik Pemberian Makan dan Kejadian Stunting Anak 43 Usia 24-59 Bulan di Desa Panyabungan Jae

12 Distribusi Praktik Kebersihan Diri dan Kejadian Stunting Anak 44 Usia 24-59 Bulan di Desa Panyabungan Jae

13 Distribusi Praktik Kebersihan Lingkungan dan Kejadian Stunting 46 Anak Usia 24-59 Bulan di Desa Panyabungan Jae

14 Distribusi Praktik Perawatan Anak dan Kejadian Stunting Anak 47 Usia 24-59 Bulan di Desa Panyabungan Jae

15 Distribusi Pendidikan Ibu dan Kejadian Stunting Anak Usia 48 24-59 Bulan di Desa Panyabungan Jae

(16)

16 Distribusi Pekerjaan Ibu dan Kejadian Stunting Anak Usia 49 24-59 Bulan di Desa Panyabungan Jae

17 Distribusi Pendapatan Keluarga dan Kejadian Stunting Anak 50 Usia 24-59 Bulan di Desa Panyabungan Jae

18 Distribusi Jumlah Anggota Keluarga dan Kejadian Stunting Anak 51 Usia 24-59 Bulan di Desa Panyabungan Jae

(17)

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka pembahasan pendek (stunting) di Indonesia, 22 dimodifikasi dari Logical framework of the Nutritional

Problems UNICEF, 2013.

2 Kerangka konsep penelitian 23

(18)

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM 71

2 Surat Keterangan Izin Penelitian dari Dinas 72

Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal

3 Surat Keterangan Izin Penelitian dari Puskesmas 73 Panyabungan Jae.

4 Surat Keterangan telah Selesai Penelitian 74

5 Dokumentasi 75

6 Kuesioner Penelitian 77

7 Master Data 82

8 Output 86

(19)

Daftar Istilah

ASI Air Susu Ibu

FAO Food and Agriculture Organization HPK Hari Pertama Kehidupan

IMD Inisiasi Menyusu Dini

MP ASI Makanan Pendamping Air Susu Ibu RP Rasio Prevalensi

SPAL Saluran Pembuangan Air Limbah

(20)

Riwayat Hidup

Penulis bernama Khoirun Nisa Lubis berumur 21 tahun. Penulis lahir di Panyabungan Jae pada tanggal 27 September 1997. Penulis beragama Islam, anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Muhammad Nasir Lubis dan Ibu Rosdewi Siregar.

Pendidikan formal dimulai di SD Negeri 142596 Panyabungan Tahun 2003-2009 lalu melanjutkan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Panyabungan Tahun 2009-2012, dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 panyabungan Tahun 2012-2015. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, September 2019

Khoirun Nisa Lubis

(21)

Latar Belakang

Global Nutrition Report tahun 2018 menyebutkan bahwa saat ini terdapat 150,8 juta (22,2%) anak balita di seluruh dunia yang mengalami stunting. Terda- pat tiga jenis masalah yaitu stunting pada anak, anemia, dan obesitas pada wanita dewasa. Beban gizi ganda (double burden) sedang dihadapi oleh Indonesia yang berarti mengalami setidaknya dua masalah yang muncul akibat kekurangan atau- pun kelebihan gizi.

Stunting adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal tersebut bisa dilihat dari persentase balita yang mengalami stunting di Indonesia tahun 2018 mencapai 30,8 persen. Dapat diartikan bahwa tiga dari 10 balita di In- donesia mengalami stunting atau tinggi badan anak dibandingkan dengan standar usianya lebih rendah. Dibandingkan dengan persentase stunting pada tahun 2013 yaitu 37,2 persen, persentase tahun 2018 telah mengalami penurunan (Riskesdas, 2018).

Angka balita stunting di Provinsi Sumatera Utara meningkat dibanding tahun sebelumnya yaitu 24,4 persen dan pada tahun 2018 menjadi 28,5 persen.

Jumlah balita stunting di Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2018 menga- lami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu dari 28 persen menjadi 39,8 persen (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2018).

Penurunan tingkat produktivitas di masa depan pada anak stunting yang disebabkan tidak maksimalnya kecerdasan dan sistem imun yang cenderung ren-

(22)

dah juga akan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan ekonomi sehingga akan lebih banyak lagi kemiskinan dan ketimpangan kesejahteraan (TNP2K, 2017).

Persentase tertinggi penolong kelahiran anak pada wanita berumur 15 sam- pai 49 tahun di daerah perkotaan yang berstatus pernah kawin berdasarkan data survei sosial ekonomi 2018 dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara ialah bidan (53,44 %), kemudian dokter kandungan (42,85%), dan terendah yaitu lainnya (selain dokter kandungan, dokter umum, bidan, perawat, dan dukun ber- anak) sebesar 0,27 persen. Sama dengan di daerah perkotaan, persentase tertinggi penolong kelahiran anak di daerah pedesaan ialah bidan (66,19%), kemudian dok- ter kandungan (20,74%), dan terendah oleh perawat (0,74%). Terdapat sedikit per- bedaan dengan penolong kelahiran anak di Kabupaten Mandailing Natal dimana persentase tertinggi ialah bidan (66,54%), kemudian tertinggi kedua ialah pe- nolong kelahiran dengan dukun beranak atau paraji (19,34%), dan terendah oleh dokter umum (1,01%) (BPS Sumut, 2018).

Stunting berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi dan sanitasi tempat ting- gal. Kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap pemenuhan asupan yang bergizi dan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita (Kemenkes, 2018).

Tahun 2017, jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara pada bulan Sep- tember sebanyak 1.326,57 ribu orang (9,28%). Tingkat kesejahteraan merupakan gambaran dari tingkat pendapatan rumah tangga suatu masyarakat. Pengeluaran per kapita paling banyak dalam sebulan di Sumatera Utara antara 500.000 sampai dengan 749.999 rupiah, namun masih saja terdapat rumah tangga yang memiliki

(23)

pengeluaran per kapita di bawah 200.000 rupiah. Persentase pengeluaran per ka- pita sebulan menurut jenis pengeluaran (makanan dan bukan makanan), dapat me- nunjukkan tingkat kesejahteraan suatu daerah. Semakin tinggi persentase penge- luaran untuk bukan makanan, maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan pen- duduknya. Persentase pengeluaran Provinsi Sumatera Utara untuk bukan makanan selama sebulan adalah sebesar 44,62 persen. Kabupaten Mandailing Natal ter- masuk dalam urutan ketujuh dengan tingkat kesejahteraan terendah di Provinsi Sumatera Utara yang ditandai dengan persentase pengeluaran untuk non makanan sebesar 37,48 persen (BPS Sumut, 2018).

Jika tingkat pendidikan dikatakan tinggi apabila lulus SMA dan Sarjana kemudian rendah apabila lulus SD dan SMP. Persentase perempuan usia 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah tertinggi di Kabupaten Mandailing Natal berdasarkan data BPS Sumut tahun 2018 untuk SD (34,92%), SMP (18,37%), SMA (15,58%), SMK (2,57%), Diploma I dan Diploma II (0,04%), Diploma III (1,29%) dan Diploma IV atau Sarjana ke atas (4,63%), maka persentase perempuan yang ber- pendidikan rendah (53,29%) jauh lebih tinggi dibanding perempuan yang berpen- didikan tinggi (24,11%). Sementara di Desa Panyabungan Jae, jumlah penduduk yang termasuk dalam kategori berpendidikan tinggi sebanyak 752 orang (40,6%) dan yang berpendidikan rendah sebanyak 1.100 orang (59,4%).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan di Puskesmas Panyabungan Jae Ke- camatan Panyabungan. Ada 25 desa dan 50 Posyandu yang tercakup dalam wila- yah puskesmas, sementara total jumlah balita 6.721, baduta 1.752 dan balita usia 24 sampai dengan 59 bulan sebanyak 4.969 anak. Terdapat 57 anak stunting usia

(24)

24-59 bulan, 24 anak memiliki status gizi TB/U kurang dari minus dua standar de- viasi (-2SD) sementara 33 anak memiliki TB/U kurang dari minus tiga standar de- viasi (-3SD).

Adapun pola pengasuhan ibu di Desa Panyabungan Jae dalam pemberian makan pada anak belum memenuhi prinsip gizi seimbang atau belum memberikan makanan sesuai piring makanku pada anaknya. Makanan yang mendominasi bah- kan lebih dari 50 persen total jumlah makanan merupakan karbohidrat biasanya dalam bentuk nasi. Beberapa orangtua juga kurang memperhatikan kebersihan anaknya terutama setelah bermain di luar rumah dan nyatanya anak sudah dalam kondisi kotor dan dibiarkan begitu saja sampai sore hari. Pakaian dan badan kotor anak dibiarkan oleh orangtua dan tidak dibersihkan atau mengganti pakaiannya, kemungkinan yang terjadi ialah anak akan mudah terserang infeksi penyakit yang menyebabkan melemahnya kekebalan tubuh dan mampu menurunkan status gizi anak. Tentunya status gizi akan berpengaruh terhadap kemungkinan anak terkena stunting.

Rata-rata pekerjaan masyarakat baik kepala rumah tangga maupun ibu ru- mah tangga di Desa Panyabungan Jae adalah petani (42,9 %). Ada yang memiliki lahan sendiri dan banyak yang hanya bekerja sebagai buruh tani (24,7%). Bebera- pa ibu rumah tangga juga bekerja di lahan orang lain untuk membantu mencukupi kebutuhan harian keluarganya. Pekerjaan tersebut biasanya digaji perhari, jika ti- dak bekerja maka tidak ada uang tambahan untuk biaya hidup harian. Rutinitas tersebut sering menjadikan anak si ibu ditinggal bekerja karena alasan ekonomi meskipun anak masih berumur di bawah lima tahun. Anak ditinggal dan ditipkan

(25)

ke nenek si anak atau orang yang dianggap oleh ibu dekat dengan keluarganya.

Apabila kebetulan tidak ada yang bisa dijadikan tempat menitip anak, maka anak dibawa ke sawah atau kebun dan dibiarkan begitu saja ketika ibu sedang bekerja.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan pene- litian tentang hubungan pola pengasuhan anak yang terdiri dari praktik pemberian makan, praktik kebersihan diri, praktik kebersihan lingkungan dan praktik pera- watan anak dan status sosial-ekonomi keluarga yang terdiri dari pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, dan jumlah anggota ke-luarga dengan kejadian stunting pada usia 24 sampai dengan 59 bulan di Desa Panyabungan Jae.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan pola pengasuhan dan status so- sial-ekonomi keluarga dengan kejadian stunting pada anak usia 24 sampai dengan 59 bulan di Desa Panyabungan Jae Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Mengetahui hubungan pola pengasuhan dan status sosial- ekonomi keluarga dengan kejadian stunting pada anak usia 24 sampai dengan 59 bulan di Desa Panyabungan Jae.

Tujuan khusus. 1). Mengetahui hubungan praktik pemberian makan, praktik kebersihan diri, praktik kebersihan lingkungan dan praktik perawatan anak dengan kejadian stunting pada anak usia 24 sampai dengan 59 bulan di Desa Panyabungan Jae;

(26)

2). Mengetahui hubungan pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, dan jumlah anggota keluarga dengan kejadian stunting pada anak usia 24 sampai dengan 59 bulan di Desa Panyabungan Jae.

Manfaat Penelitian

Bagi pihak Puskesmas, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai pola pengasuhan anak dan status sosial-ekonomi keluarga dengan ke- jadian stunting pada usia 24 sampai dengan 59 bulan di Desa Panyabungan Jae.

Bagi responden atau orangtua khususnya ibu, penelitian ini diharapkan dapat me- nambah pengetahuan ibu mengenai kebutuhan gizi dan status gizi anak. Sebagai informasi bagi pihak Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya bidang Gizi Kesehatan Masyarakat dan sebagai bahan referensi yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya.

(27)

Tinjauan Pustaka

Anak Balita

Perkembangan dan pertumbuhan di masa balita merupakan periode pen- ting pertmbuhan manusia dan akan menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Bayi sebenarnya sudah mulai me- laksanakan tugas perkembangannya sejak hari pertama kelahirannya (Sulistya- wati, 2014).

Pola pertumbuhan anak. Tumbuh kembang anak pada masa bayi dan balita bervariasi sesuai pertambahan usia. Umumnya pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki. Kematangan pertumbuhan tubuh dimulai dari bagian ke- pala terlebih dahulu, kemudian secara bertahap diikuti oleh tubuh bagian bawah (Khasanah, 2011).

Pola pertambahan berat badan anak. Pertambahan berat badan pada ba- lita idealnya sesuai dengan standar berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) un- tuk anak usia 24-60 bulan yang dapat dilihat pada keputusan menteri kesehatan RI tentang standar antropometri penilaian status gizi anak atau dapat dilihat pada kar- tu menuju sehat (KMS) anak. Balita adalah anak usia di bawah lima tahun dengan karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia nol sampai satu ta- hun dimana usia lima bulan berat badan naik dua kali berat badan lahir dan tiga kali berat badan lahir pada usia satu tahun dan menjadi empat kali pada usia dua tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan berat badan

(28)

kira-kira dua kilogram per tahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir (Irianto, 2014).

Pertambahan tinggi badan. Pertambahan tinggi badan dapat dijadikan in- dikator kedua setelah berat badan untuk mengetahui status kesehatan anak. Kece- patan laju pertumbuhan tinggi badan pada umumnya berkurang sejak lahir sampai hampir selesainya proses pertumbuhan. Rata-rata tinggi badan bayi waktu lahir adalah 50 cm. Secara umum tinggi badan bayi dapat diketahui dengan perkiraan usia tinggi badan satu tahun yakni 1,5 kali tinggi badan ketika lahir. Usia empat tahun tinggi badan merupakan dua kali tinggi badan ketika lahir dan usia enam ta- hun dapat diperkirakan tinggi badan mencapai 1,5 kali tinggi badan pada usia satu tahun (Khasanah, 2011).

Kebutuhan gizi balita. Kebutuhan gizi manusia tentu berbeda antara yang satu dengan lainnya, baik bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa sampai dengan orangtua memiliki angka kecukupan gizi yang bervariasi. Kebutuhan gizi dapat dipenuhi dengan asupan makanan yang adekuat. Berikut adalah kebutuhan gizi berupa energi, protein, dan lemak pada balita.

Kebutuhan energi balita. Kebutuhan energi menurut Karyadi dalam Andriani (2014) dipengaruhi oleh umur, aktivitas fisik, dan basal metabolisme.

Aktivitas metabolisme menggunakan sekitar 55 persen kalori total, 25 persen un- tuk aktivitas fisik, pertumbuhan memakai 24 persen, dan sekitar 90 sampai dengan 100 kkal/kg BB dibuang oleh tubuh. Ketika pertumbuhan menurun pada masa ba- lita dan prasekolah, kebutuhan kalori tubuh tidak setinggi pada masa bayi. Pedo-

(29)

man umum yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan kalori pada masa awal anak sama dengan (1.000 kkal) ditambah 100 kkal setiap tahun umur.

Kebutuhan protein balita. Protein berfungsi dalam pertumbuhan otot dan kekebalan tubuh. FAO dalam Andriani (2014) menyarankan mengonsumsi protein sebesar 1,5 sampai dengan dua g/kg BB, di mana dua dari tiga di antaranya dida- patkan dari protein bernilai biologi tinggi. Konsumsi protein pada umur tiga sam- pai dengan lima tahun menjadi 1,57 g/kg/hari.

Kebutuhan lemak balita. Lemak merupakan sumber energi yang konsen- trasinya cukup tinggi dalam tubuh. Setiap Sembilan kkal dihasilkan dari satu gram lemak. Lemak juga berfungsi sebagai sumber asam lemak esensial pelarut vitamin A, D, E dan K serta memberikan rasa gurih pada makanan. Konsumsi lemak yang dianjurkan pada balita adalah sekitar 15 sampai dengan 20 persen dari energi total (Andriani, 2014).

Stunting

Stunting (kerdil) adalah suatu kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kurangnya asupan gizi yang bersifat kronis yang juga disebabkan terbatas- nya akses terhadap makanan dan pelayanan kesehatan. Stunting sering dihubung- kan dengan kemampuan kognitif anak yang lambat, lemahnya fungsi otak dan ke- mampuan serta prestasi yang rendah di sekolah sebagaimana hal tersebut sering menyebabkan dampak negatif pada pertumbuhan dan perkembangan anak (Global Nutrition Report, 2018).

Penyebab stunting. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiski- nan (2017) berpendapat bahwa stunting disebabkan oleh beberapa faktor yang

(30)

bersifat multidimensi yakni tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk saat ibu hamil ataupun anak balita. 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan in- tervensi tepat dalam pengurangan prevalensi stunting. Beberapa faktor yang men- jadi penyebab stunting dapat digambarkan sebagai berikut:

Praktik pengasuhan yang kurang baik. Pengetahuan ibu yang kurang me- ngenai gizi dan kesehatan pada masa kehamilan sampai melahirkan berpengaruh terhadap bagaimana ibu mengasuh anak. Cara pemberian MP ASI dan pengenalan berbagai jenis makanan kepada anak akan berpengaruh terhadap kemampuan anak menerima makanan. Anak harus memiliki selera makan yang baik agar kebutuhan gizi tubuhnya bisa terpenuhi. Hal tersebut dipengaruhi oleh bagaimana ibu mem- berikan makanan, baik cara mengajak anak agar mau makan juga bagaimana vari- asi makanan yang diberikan.

Masih terbatasnya layanan kesehatan. ANC-Antenatal Care atau pela- yanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan dan pembelajaran dini yang baik sangat dibutuhkan oleh ibu. Pelayanan kesehatan yang berkualitas akan me- nentukan bagaimana kesehatan dan tumbuh kembang anak.

Masih kurangnya akses rumah tangga atau keluarga ke makanan ber- gizi. Kurangnya akses terhadap makanan bergizi dikarenakan harga makanan ber- gizi di Indonesia masih tergolong mahal. Komoditas makanan di Jakarta 94 persen lebih mahal dibanding dengan di New Delhi, India. Harga buah dan sayuran di In- donesia lebih mahal daripada di Singapura. Terbatasnya akses ke makanan bergizi di Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada satu dari tiga ibu hamil yang mengalami anemia.

(31)

Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh di lapa- ngan menunjukkan bahwa satu dari lima rumah tangga di Indonesia masih buang air besar (BAB) di ruang terbuka, serta satu dari tiga rumah tangga belum me- miliki akses ke air minum bersih.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmayana et. al. (2014) mengenai hubu- ngan pola asuh ibu dengan kejadian stunting anak usia 24 sampai dengan 59 bulan di Posyandu Asoka II wilayah pesisir Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar dengan nilai signifikansi lima persen (α=0,05) menunjukkan bah- wa terdapat hubungan yang signifikan antara praktik pemberian makan (P=0,007), rangsangan psikososial (P=0,000), praktik kebersihan atau Higyene (P=0,000), sa- nitasi lingkungan (P=0,000) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (P=0,016) de- ngan kejadian stunting anak usia 24 sampai dengan 59 bulan.

Hasil penelitian Ni‟mah dan Nadhiroh (2015) mengenai faktor yang ber- hubungan dengan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tanah Kali Kedinding, Surabaya, menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara panjang badan lahir balita, riwayat ASI eksklusif, pendapatan keluarga, pendidikan ibu dan pengetahuan gizi ibu terhadap kejadian stunting pada balita. Hasil penelitian ter- sebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2018) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 24 sam- pai dengan 59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur kota Padang dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat asupan energi, riwayat durasi penyakit in- feksi, berat badan lahir, tingkat pendidikan ibu, dan tingkat pendapatan keluarga

(32)

dengan kejadian stunting. Tingkat pendidikan ibu memiliki hubungan paling do- minan dengan kejadian stunting.

Dampak Stunting. Menurut Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (2017) terdapat dua dampak yang disebabkan apa- bila anak stunting yaitu dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang.

Jangka pendek. Dampak tersebut menyebabkan terganggunya perkem- bangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolis- me dalam tubuh.

Jangka panjang. Akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurun- nya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh se- hingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, ke- gemukan, penyakit jantung, pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua.

Pola Pengasuhan Anak

Menurut Engle (1997) dalam Nooraeni (2017) pengasuhan yang positif se- jak dini pada anak akan sangat berpengaruh saat si anak dewasa kelak bahkan saat dia menikah dan menjadi orangtua. Pendidikan positif pada anak sebaiknya dimu- lai sejak bayi dalam kandungan. Mulai dari hal yang kecil dengan mengajak si ja- nin bercengkarama, berdoa, melakukan hal-hal yang baik dan sebaiknya saat hamil tidak stress. Ibu yang stress akan mempengaruhi perkembangan si janin, apa-bila si ibu tidak dapat mengendalikan emosinya. Pengaruh positif erat kaitan- nya dengan kemampuan suatu keluarga/ rumah tangga dan komunitas dalam hal memberikan perhatian, waktu dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik,

(33)

mental, dan sosial anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan serta bagi anggota keluarga lainnya pola asuh adalah kemampuan untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan so- sial dari anak yang sedang tumbuh dalam anggota keluarga. Pola asuh meliputi 6 hal yaitu : (1) perhatian/ dukungan ibu terhadap anak, (2) pemberian ASI atau ma- kanan pendamping pada anak, (3) rangsangan psikososial terhadap anak, (4) per- siapan dan penyimpanan makanan, (5) praktik kebersihan atau praktik kebersihan diri, praktik kebersihan lingkungan dan (6) praktik perawatan balita dalam ke- adaan sakit seperti mencari tempat pelayanan kesehatan. Pemberian ASI dan makanan pendamping pada anak serta persiapan dan penyimpanan makanan terca- kup dalam praktik pemberian makan.

Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pencegahan stunting adalah per- baikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih (Kemenkes RI, 2018). Penelitian Rahmayana, et. al. (2014) menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara praktik pemberian makan dengan kejadian stunting pada anak usia 24 sampai dengan 59 bulan. Pola makan adalah informasi yang memberikan gambaran mengenai jenis makanan, jumlah makanan, dan frekuensi makan yang dimakan anak.

Berdasarkan hasil penelitian Widyaningsih (2018) yang menyatakan bahwa kejadian stunting pada balita selain dipengaruhi oleh karakteristik balita juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti pola asuh makan. dapat dilihat bahwa sebanyak 51,2 persen balita stunting memiliki pola asuh makan yang kurang, dan

(34)

uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh makan dengan kejadian stunting (p≤0,05).

Praktik pemberian makan. Pemberian makan pada balita sangat berpengaruh terhadap asupan dan kebutuhan gizi pada balita. Apabila kebutuhan tidak terpenuhi maka risiko lebih mudah terserang penyakit dan penurunan status gizi yang menyebabkan kemungkinan terkena stunting akan lebih tinggi.

Penelitian Widyaningsih (2018) menunjukkan bahwa sebanyak 85,4 per- sen balita yang asupan makannya tidak beragam mengalami stunting dan hanya 14,6 persen balita yang asupan makannya beragam yang mengalami stunting. Uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara keraga- man pangan dengan kejadian stunting pada balita (p≤0,05). Jika dilihat dari distri- busi kelompok pangan yang dikonsumsi terdapat kecenderungan bahwa balita stunting memiliki asupan sayur hijau, sayur dan buah sumber vitamin A, sayur dan buah lainnya, kacangkacangan, dan susu yang lebih rendah jika dibandingkan dengan balita yang berstatus gizi normal. Persentase balita stunting yang meng- konsumsi daging dan ikan lebih tinggi jika dibandingkan dengan balita yang ber- status gizi normal, tetapi selisihnya hanya 3,2 persen.

Tujuan pemberian makan. Pemberian makanan pada balita bertujuan un- tuk mendapat zat gizi yang diperlukan tubuh untuk pertumbuhan dan pengaturan faal tubuh. Makanan yang diberikan kepada anak harus memadai dalam hal kualitas dan kuantitas, serasi dengan tahap perkembangan anak, cara pengaturan dan pemberian makanan yang benar akan menimbulkan selera anak (Nurlinda, 2013).

(35)

Kebutuhan zat gizi balita. Makanan bergizi seimbang yang dibutuhkan oleh balita adalah makanan-makanan yang mengandung unsur-unsur tertentu. Un- sur tersebut dapat berupa makronutrien, mikronutrien, kebutuhan air serta serat yang komposisinya seimbang dan disesuaikan dengan usia maupun kondisi tubuh- nya (Irianto, 2014).

Kebutuhan zat gizi anak pada usia dua sampai lima tahun meningkat ka- rena masih berada pada masa pertumbuhan cepat dan aktivitasnya tinggi. Demi- kian juga anak sudah mempunyai pilihan terhadap makanan yang disukai terma- suk makanan jajanan. Oleh karena itu jumlah dan variasi makanan harus men- dapatkan perhatian secara khusus dari ibu atau pengasuh anak, terutama dalam

“memenangkan” pilihan anak agar memilih makanan yang bergizi seimbang (Kemenkes, 2014).

(36)

Tabel 1

Anjuran Jumlah Porsi menurut Kecukupan Energi untuk Berbagai Kelompok Umur

Bahan Makanan Anak Usia 1-3 Tahun 1125 kkal

Anak Usia 4-6 Tahun 1600 kkal

Nasi 3p 4p

Sayuran 1,5p 2p

Buah 3p 3p

Tempe 1p 2p

Daging 1p 2p

ASI Dilanjutkan hingga 2

tahun

Susu 1p 1p

Minyak 3p 4p

Gula 2p 2p

Sumber: Pedoman Gizi Seimbang, Kemenkes RI, 2014

Ket :

1. Nasi 1 porsi = ¾ gelas = 100 gr = 175 kkal 2. Sayuran 1 porsi = 1 gelas = 100 gr = 25 kkal

3. Buah 1 porsi = 1 buah pisang ambon = 50 gr = 50 kkal 4. Tempe 1 porsi = 2 potong sedang = 50 gr = 80 kkal 5. Daging 1 porsi = 1 potong sedang = 35 gr = 50 kkal 6. Ikan segar 1 porsi = 1/3 ekor = 45 gr = 50 kkal 7. Susu sapi cair 1 porsi = 1 gelas = 200 gr = 50 kkal 8. Susu rendah lemak 1 porsi = 4 sdm = 20 gr = 75 kkal

9. Minyak 1 porsi = 1 sdt = 5 gr = 50 kkal 10. Gula = 1 sdm = 20 gr = 50 kkal

*) sdm : sendok makan

**) sdt : sendok teh p : porsi

Persiapan dan penyimpanan makanan. Menurut Damanik (2010) saat mempersiapkan makanan, kebersihan makanan perlu mendapat perhatian khusus.

Makanan yang kurang bersih dan sudah tercemar dapat menyebabkan diare atau cacingan pada anak. Begitu juga dengan pembuat makanan dan peralatan yang di- pakai seperti sendok, mangkok, gelas, piring dan sebagainya sangat menentukan bersih tidaknya makanan. Selain itu makanan harus selalu disimpan dalam keadaan bersih, hindari pencemaran dari debu dan binatang.

(37)

Praktik kebersihan diri dan lingkungan. Rumah tangga yang memiliki sanitasi layak menurut Susenas adalah apabila fasilitas sanitasi yang digunakan memenuhi syarat kesehatan, antara lain dilengkapi dengan jenis kloset leher angsa atau plengsengan dengan tutup dan memiliki tempat pembuangan akhir tinja tang- ki (septic tank) atau SPAL, dan merupakan fasilitas buang air besar yang digunakan sendiri atau bersama (BPS Sumut, 2018).

Praktik perawatan anak. Praktik perawatan kesehatan salah satu aspek pola asuh yang dapat mempengaruhi status gizi anak, praktik pengasuhan kese- hatan adalah hal-hal yang dilakukan untuk menjaga status kesehatan anak, men- jauhkan dan menghindarkan penyakit serta dapat menyebabkan turunnya keadaan kesehatan anak, seperti pemberian imunisasi dapat menurunkan kejadian infeksi pada balita. Praktik perawatan kesehatan anak yang baik dapat ditempuh dengan cara memperhatikan keadaan gizi anak, kelengkapan imunisasi, kebersihan diri anak dan lingkungan di mana anak berada, serta upaya ibu dalam hal mencari pe- ngobatan terhadap anak apabila sakit ibu membawa anak ke tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik, puskesmas, polindes. Imunisasi bertujuan memberikan kekebalan tubuh anak terhadap suatu penyakit (Maternity, 2018) Status Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang me- nentukan jumlah makanan yang tersedia dalam keluarga sehingga turut menen- tukan status gizi keluarga tersebut. Faktor sosial terdiri dari keadaan penduduk suatu masyarakat, keadaan keluarga, tingkat pendidikan orangtua, dan keadaan rumah. Sedangkan data ekonomi dari faktor sosial ekonomi meliputi pekerjaan

(38)

orangtua, pendapatan keluarga, pengeluaran keluarga, dan harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim.Tingkat pedidikan termasuk dalam fak- tor sosial ekonomi karena tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi yaitu dengan meningkatkan pendidikan kemungkinan akan dapat meningkatkan pendapatan sehingga meningkatkan daya beli makanan untuk mencukupi ke- butuhan gizi keluarga (Achadi, 2007).

Stunting merupakan penggambaran dari status gizi kurang yang bersifat kronik pada masa pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stunting pada balita seperti karak- teristik balita maupun faktor sosial ekonomi. (Ni‟mah dan Nadhiroh 2015).

Menurut Ardiayani dalam Rukmana (2016) Faktor sosial ekonomi akan memengaruhi daya beli terhadap pangan. Ketidaktersediaan pangan dalam keluar- ga secara terus-menerus akan menyebabkan terjadinya penyakit kurang gizi pada anggota keluarga. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa ada hubungan antara peningkatan sosial ekonomi, dan pendidikan formal ibu dan ayah akan me- nurunkan prevalensi dan risiko stunting.

Pendidikan ibu. Tingkat pendidikan dalam keluarga khususnya ibu dapat menjadi faktor yang mempengaruhi status gizi anak dalam keluarga. Semakin tinggi pendidikan orangtua, maka pengetahuannya tentang gizi akan lebih baik da- ri yang berpendidikan rendah. Salah satu penyebab gizi kurang pada anak adalah kurangnya perhatian orangtua akan gizi anak. Penelitian yang telah dilakukan oleh (Nurmaliza dan Sara Herlina, 2018) bahwa ibu yang berpendidikan rendah akan

(39)

lebih berisiko tiga kali mempunyai balita dengan status gizi kurang dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi terhadap status gizi balita.

Pekerjaan ibu. Menurut Diana dalam Mugianti et al (2018) Pekerjaan ibu berkaitan dengan pola asuh anak dan status ekonomi keluarga. Ibu yang bekerja di luar rumah dapat menyebabkan anak tidak terawat, sebab anak balita sangat ter- gantung pada pengasuhnya atau anggota keluarga yang lain. Namun di lain pihak ibu yang bekerja dapat membantu pemasukan keluarga, karena pekerjaan meru- pakan faktor penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas pangan.

Pendapatan keluarga. Pendapatan orangtua adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh seseorang yang dapat diukur dengan uang dan bisa diperguna- kan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan pada suatu keluar- ga dalam satu bulan. Menurut Annisa dalam Illahi (2017) masyarakat yang ber- penghasilan rendah biasanya membelanjakan sebagian besar dari pendapatan un- tuk membeli makanan.

Jumlah anggota keluarga. Tingkat konsumsi makanan yaitu jumlah dan distribusi makanan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh jumlah anggota kelu- arga dan banyaknya balita dalam keluarga. Kemampuan penyediaan makanan be- ragam juga semakin besar pada keluarga dengan jumlah anggota kecil karena ti- dak membutuhkan biaya yang cukup besar untuk membeli beragam makanan jika dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga sedang atau besar. Namun distri- busi yang tidak merata juga menyebabkan anak balita dalam keluarga tersebut menderita kurang gizi seperti stunting (Ibrahim, 2014).

(40)

Balita dari keluarga dengan jumlah anggota rumah tangga banyak lebih berisiko 1.34 kali mengalami stunting dibandingkan dengan balita dari keluarga dengan jumlah anggota rumah tangga cukup. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah anggota rumah tangga dengan kejadian stunting pada balita (Oktarina, et. al. 2013).

Landasan Teori

Setiap negara di seluruh bagian dunia mengalami masalah gizi. Negara- negara dengan beban gizi setidaknya memiliki salah satu masalah diantaranya stunting, anemia, dan obesitas. Terdapat tiga kategori burden masalah gizi di su- atu negara yaitu single burden, double burden, dan triple burden. Indonesia ter- masuk dalam kategori double burden yang artinya memiliki dua beban masalah gizi yang harus dihadapi (Global Nutrition Report, 2018).

Stunting disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya praktik pengasuhan gizi yang kurang baik, termasuk pengetahuan ibu yang kurang mengenai keseha- tan dan gizi pra dan pasca kehamilan (PERSAGI, 2018).

UNICEF mengeluarkan suatu konsep tentang kelangsungan hidup anak, pertumbuhan, dan perkembangan. Penyebab mendasar dari tumbuh kembang anak adalah masalah struktur politik dan ideologi, serta struktur sosial ekonomi yang dilandasi oleh potensi sumber daya yang ada. Pertumbuhan anak dipengaruhi oleh sebab langsung yaitu konsumsi makanan dan infeksi, serta sebab tidak langsung meliputi ketahanan pangan keluarga, pola asuhan anak, sanitasi lingkungan, serta pemanfaatan pelayanan kesehatan (Purnamasari, 2018).

(41)

Konsumsi ASI eksklusif sangat berpengaruh terhadap pemenuhan asupan nutrisi anak, juga meningkatkan imunitas tubuh anak sehingga menurunkan risiko penyakit infeksi. Setelah usia enam bulan, di samping ASI diberikan makanan tambahan. Faktor-faktor tersebut ditentukan oleh sumber daya manusia, ekonomi, dan organisasi melalui faktor pendidikan (Kemenkes RI, 2016).

Pendapatan keluarga dinilai berkaitan dengan masalah kekurangan gizi pada anak. Pendapatan yang rendah akan mempengaruhi daya beli terhadap maka- nan berkualitas baik. Selain itu, peningkatan harga bahan makanan juga berpenga- ruh terhadap kerawanan pangan di tingkat rumah tangga. Faktor penyebab perma- salahan stunting yang multi dimensi mengakibatkan penanganan masalah gizi ha- rus dilakukan dengan pendekatan multi sektor yang terintegrasi (Kemenkes, 2018).

Meningkatnya angka stunting menjadi cerminan kegagalan pertumbuhan yang seharusnya dapat dicapai, dan menjadi akibat dari buruknya kesehatan serta kondisi gizi seseorang. Tingginya angka kejadian stunting pada tingkat populasi berhubungan dengan kondisi status sosial-ekonomi yang rendah dan peningkatan risiko terhadap paparan kondisi merugikan seperti penyakit juga praktik pem- berian makanan yang tidak adekuat (Fikawati, 2017).

Stunting berakibat pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak terutama pada baduta. Setelah dewasa, produktivitas pada anak stunting dikhawa- tirkan akan berkurang karena biasanya anak tersebut mengalami hambatan baik kognitif ataupun motoriknya. Resiko terkena penyakit tidak menular seperti obesi- tas, diabetes, penyakit jantung pada anak stunting juga lebih besar. Potensi kerugi-

(42)

an ekonomi yang diakibatkan oleh stunting sangat besar, kondisi tersebut biasanya akan menjadi beban bagi negara karena peningkatan pembiayaan kesehatan.

(Kemenkes, 2018).

Gambar 1. Kerangka pembahasan pendek (stunting) di Indonesia, dimodifikasi dari Logical framework of the nutritional problems (UNICEF, 2013)

(43)

Kerangka Konsep

Kerangka konsep menggambarkan bahwasannya pola pengasuhan dan status sosial-ekonomi keluarga memiliki pengaruh terhadap kejadian stunting pa- da anak. Pola pengasuhan terdiri dari praktik pemberian makan, praktik keber- sihan diri, praktik kebersihan lingkungan, dan praktik perawatan anak berpenga- ruh terhadap kejadian stunting. Sementara status sosial-ekonomi terdiri dari pen- didikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, dan jumlah anggota keluarga.

Dapat diketahui bahwa aspek yang akan diteliti oleh peneliti bertujuan untuk melihat hubungan pola pengasuhan dan status sosial-ekonomi keluarga dengan kejadian stunting pada anak usia 24 sampai 59 bulan di Desa Panyabungan Jae.

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian Pola Pengasuhan

- Praktik Pemberian Makan - Praktik Kebersihan Diri

- Praktik Kebersihan Lingkungan (Sanitasi)

- Praktik Perawatan Anak

Stunting Status Sosial Ekonomi

- Pendidikan Ibu - Pekerjaan Ibu

- Pendapatan Keluarga - Jumlah Anggota Keluarga

(44)

Hipotesis

1. Ada hubungan pola pengasuhan anak (praktik pemberian makan, praktik kebersihan diri, praktik kebersihan lingkungan, dan praktik perawatan anak) dengan kejadian stunting pada anak usia 24 sampai 59 bulan di Desa Panyabungan Jae.

2. Ada hubungan status sosial-ekonomi keluarga (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, dan jumlah anggota keluarga) dengan kejadian stunting pada anak usia 24 sampai 59 bulan di Desa Panyabungan Jae

(45)

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectio- nal yaitu pengumpulan data secara aktif dan pasif di mana aktif berarti survei langsung dengan menggunakan kuesioner sementara pasif berarti mengambil data dari sumber data dalam hal ini puskesmas, juga pengumpulan informasi serta pe- ngukuran antara variabel independen dan dependen dilakukan pada waktu yang sama. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengumpulan data terhadap variabel de- penden dan independen. Variabel dependen meliputi kejadian stunting dan varia- bel independen meliputi praktik pemberian makan, praktik kebersihan diri, praktik kebersihan lingkungan, praktik perawatan anak, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluarga.

Desain studi cross sectional ini cocok digunakan untuk menganalisis sub- yek penelitian dalam jumlah besar karena mudah dilaksanakan, sederhana, ekono- mis dalam hal waktu dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Panyabungan Jae, Kecamatan Panyabungan.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2018 dan diperkirakan selesai pada bulan Juni 2019.

(46)

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak yang berumur 24 sampai dengan 59 bulan yang berada di Desa Panyabungan Jae Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal tahun 2019 yaitu sebanyak 136 anak. Sampel peneli- tian ini adalah anak yang berumur 24-59 bulan. Pengambilan sampel dalam pene- litian ini menggunakan metode Slovin dengan rumus dan perhitungan sederhana sebagai berikut:

Keterangan : n = Ukuran sampel N = Populasi

e = Presentase kelonggaran ketidakterikatan karena kesalahan pengambilan sampel yang masih diinginkan (0,1)

Sampel yang didapatkan melalui rumus di atas dengan jumlah populasi 136 anak di wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae ialah 58 anak yang mem- punyai usia 24 sampai dengan 59 bulan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling.

(47)

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan independen. Variabel dependen yakni kejadian stunting dan variabel independen ter diri dari praktik pemberian makan, praktik kebersihan diri, praktik kebersihan lingkungan, praktik perawatan anak, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluarga.

Pola pengasuhan. Pola pengasuhan ialah praktik pengasuhan yang diterapkan ibu/ pengasuh kepada anak sehari-hari berkaitan dengan pemberian makan, praktik kebersihan dan sanitasi lingkungan serta praktik perawatan anak dalam keadaan sakit.

Praktik pemberian makan. Berupa tindakan ibu dalam memberikan ma- kanan yang diterapkan pada anak mengenai makanan pendamping pada anak serta persiapan dan penyimpanan makanan.

Praktik kebersihan diri dan praktik kebersihan lingkungan. Merupakan cara atau tindakan ibu untuk menjaga kebersihan anak dan lingkungan anak me- liputi keadaan rumah, air bersih, dan pembuangan sampah.

Praktik perawatan anak. Tindakan keluarga meliputi praktik kesehatan di rumah dan pola pencarian pelayanan kesehatan (membawa anak berobat jika sakit, mempunyai persediaan obat di rumah, mendampingi anak selama sakit, anak di- timbang setiap bulan, sarana pelayanan kesehatan yang sering dikunjungi)

Status sosial ekonomi. Status tersebut dapat dilihat dari pekerjaan, pen- didikan, dan penghasilan setiap hari.

(48)

Pendidikan ibu. Meliputi pendidikan formal yang pernah diikuti oleh ibu menyusui, yang terdiri dari tingkat SD, SMP, SMA, PT.

Pekerjaan ibu. Merupakan kegiatan yang dilakukan ibu untuk mencari pendapatan dalam pemenuhan kebutuhan.

Pendapatan keluarga. Seluruh pendapatan yang diterima oleh seseorang baik yang berasal dari keterlibatan langsung dalam proses produksi atau tidak, yang dapat diukur dengan uang dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan ber- sama maupun perseorangan pada suatu keluarga dalam satu bulan.

Jumlah anggota keluarga. Terdiri dari suami, istri, anak, orangtua, mertua dan lainnya yang tinggal dalam satu rumah.

Metode Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh melalui dua cara yaitu secara aktif dan pasif.

Pengumpulan data secara aktif akan menghasilkan data primer, dikatakan data pri- mer karena pengambilan data dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sa- saran. Sumber data primer dalam penelitian ini berupa data hasil pengisian kuesioner.

Pengumpulan data secara pasif akan menghasilkan data sekunder, dikata- kan data sekunder karena pengambilan data yang diinginkan diperoleh dari orang lain atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri. Data sekunder di- peroleh dari Puskesmas Panyabungan Jae meliputi jumlah balita, umur dan data- data yang berhubungan dengan penelitian.

(49)

Metode Pengukuran

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah microtoise untuk mengukur tinggi badan juga mengetahui status gizi anak dan kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data balita usia 24 sampai dengan 59 bulan.

Pertanyaan-pertanyaan yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini meliputi praktik pemberian makan, praktik kebersihan diri, praktik kebersihan lingkungan, praktik perawatan anak, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluarga.

Cara pengukuran status gizi anak. Pengukuran status gizi anak berguna dalam melihat hubungan variabel independen (pola pengasuhan dan status sosial- ekonomi keluarga) dengan kejadian stunting sebagai variabel dependenmpada anak. Setelah informasi umur dan tinggi badan diketahui, maka hal pertama yang dilakukan ialah meng-input data tanggal wawancara yang dilaksanakan oleh pene- liti dan reponden, tanggal lahir anak, dan tinggi badan balita ke dalam aplikasi WHO Antro sehingga didapatkan nilai z-skor (TB/U) anak. Sehingga peneliti me- ngetahui anak yang menjadi sampel penelitian termasuk dalam kategori status gizi (TB/U) yang sangat pendek, pendek, normal, atau tinggi dengan melihat tabel kategori dan ambang batas stunting, yaitu:

- Stunting : < -2 SD

- Normal : -2 SD sampai dengan 2 SD

Praktik pemberian makan. Diukur dengan menggunakan kuesioner sebanyak 15 pertanyaan. Skor untuk pilihan ya diberi nilai satu, tidak diberi nilai nol. Pengkategorian pemberian makan berdasarkan total skor dari jumlah skor ja-

(50)

waban responden dengan kategori, baik, apabila total skor yang didapat berjumlah lebih atau sama dengan delapan dan kurang baik apabila total skor yang didapat berjumlah kurang dari delapan.

Praktik kebersihan diri. Diukur dengan menggunakan kuesioner obser- vasi sebanyak 15 pertanyaan. Skor untuk pilihan ya diberi nilai satu, tidak diberi nilai nol. Pengkategorian praktik kebersihan berdasarkan total skor dari jumlah skor jawaban responden dengan kategori, baik, apabila total skor yang didapat berjumlah lebih atau sama dengan delapan dan kurang baik apabila total skor yang didapat berjumlah kurang dari delapan.

Praktik kebersihan lingkungan. Diukur dengan menggunakan kuesioner observasi sebanyak 15 pertanyaan. Skor untuk pilihan ya diberi nilai satu, tidak diberi nilai nol. Pengkategorian sanitasi lingkungan berdasarkan total skor dari jumlah skor jawaban responden dengan kategori, baik, apabila total skor yang di- dapat berjumlah lebih atau sama dengan delapan dan kurang baik apabila total skor yang didapat berjumlah kurang dari delapan.

Praktik perawatan anak. Diukur dengan menggunakan kuesioner se- banyak 15 pertanyaan. Skor untuk pilihan ya diberi nilai satu, tidak diberi nilai nol. Pengkategorian praktik perawatan anak berdasarkan total skor dari jumlah skor jawaban responden dengan kategori, baik, apabila total skor yang didapat berjumlah lebih atau sama dengan delapan dan kurang baik apabila total skor yang didapat berjumlah kurang dari delapan.

(51)

Pendidikan ibu. Diukur dengan menggunakan kuesioner yang ditanyakan oleh peneliti kepada responden dengan kategori, tinggi, apabila lulus SMA dan Sarjana, rendah, apabila lulus SD dan SMP.

Pekerjaan ibu. Pekerjaan ibu diperoleh menggunakan kuesioner yang ditanyakan oleh peneliti kepada responden yaitu dilihat dari tidak bekerja dan bekerja.

Pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga diperoleh menggunakan kue- sioner yang ditanyakan oleh peneliti kepada responden dengan kategori, rendah, apa-bila pendapatan perbulan kurang dari Rp 2.112.250 dan tinggi apabila pendapatan perbulan lebih atau sama dengan Rp 2.112.250.

Jumlah anggota keluarga. Jumlah anggota keluarga diperoleh melalui pengisian kuesioner yang ditanyakan oleh peneliti kepada responden dengan kategori, besar, apabila lebih dari em-pat orang dalam satu rumah tangga dan kecil apabila kurang atau sama dengan empat orang dalam satu rumah tangga.

Metode Analisis Data

Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan. Co- ding, yaitu memberikan kode numerik atau angka kepada masing-masing kategori.

Data entry yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputerisasi.

Analisis data. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk distribusi dan persentase. Adapun analisis data yang disajikan adalah sebagai berikut:

(52)

Analisis univariat. Analisis ini digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi atau distribusi frekuensi masing-masing variabel penelitian yang me- liputi variabel dependen (kejadian stunting) dan variabel independen (praktik pemberian makan, praktik kebersihan diri, praktik kebersihan lingkungan, praktik perawatan anak, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluarga).

Analisis bivariat. Analisis bivariat digunakan untuk membuktikan hipote- sis dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel indepen- den dengan variabel dependen. Analisis data yang digunakan yaitu uji chi square karena variabel dependen dan independen berbentuk kategorik.

Melalui uji statistik chi-square akan diperoleh nilai p, dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 yaitu jika diperoleh nilai p kurang atau sama dengan 0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel indepen- den dan dependendan jika diperoleh nilai p lebih dari 0,05 maka tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dan dependen.

(53)

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Panyabungan Jae merupakan salah satu desa yang ada di Kecama- tan Panyabungan Kota, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatra Utara. Se- belah utara berbatasan dengan Sungai Aek Mata. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Huta Lombang Lubis. Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Panya- bungan II. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Panyabungan Tonga.

Luas wilayah Desa Panyabungan Jae adalah 256,18 , dimana 65 persen berupa daratan dan pemukiman, sementara 35 persen daratan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk persawahan tadah hujan. Desa Panyabungan Jae mempunyai jumlah penduduk 1.414 jiwa, terdiri dari 872 jiwa laki-laki, 980 jiwa perempuan, dan 401 KK. Mata pencaharian penduduk paling banyak sebagai petani sejumlah 419 orang, ke-mudian buruh tani sebanyak 241 orang, sebagai wiraswasta sebanyak 151 orang, PNS berjumlah 80 orang, kemudian yang bekerja dalam bidang peternakan sejumlah 15 orang, dan paling sedikit dala m bidang pertukangan sebayak 10 orang.

Sebagian jumlah bangunan rumah penduduk masih non-permanen dan sebagian lainnya sudah permanen. Keadaan ini bisa menjadi salah satu hal yang menunjukkan bahwa di desa tersebut kesejahteraan penduduknya belum merata.

Sementara sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae dapat dilihat pada tabel dibawah ini

(54)

Tabel 2.

Distribusi Sarana dan Prasana Kesehatan di WilayahKerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2018

Sarana/Prasarana Kesehatan Jumlah

Rumah Sakit 3

Puskesmas Pembantu 3

Posyandu 50

Rumah Bersalin 13

Laboratorium Daerah 1

Bidan Praktek Swasta 59

Dokter Umum Praktek Swasta 16

Dokter Gigi Praktek Swasta 5

Praktek Dokter Bersama 3

Balai Pengobatan 1

Apotik 9

Optik 3

Dukun Bayi 11

Kader Posyandu 125

Karakteristik Anak

Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan kuesioner, diperoleh gambaran karakteristik anak menurut jenis kelamin lebih banyak anak berjenis kelamin perempuan (51,7%) dibanding anak berjenis kelamin laki-laki (51,7%).

Berdasarkan kategori umur anak, jumlah paling banyak adalah pada anak usia 36 sampai 47 bulan (41,4%), sementara pada kategori umur 24 sampai 35 bulan dan 48 sampai 59 bulan, jumlah anak pada masing-masing kategori sama yaitu 17 anak (29,4%). Angka kejadian stunting juga diketahui melalui hasil pengukuran tinggi badan anak yang didapatkan saat melakukan penelitian. Lebih dari seper- empat total sampel pada penelitian ini merupakan anak stunting, yaitu sejumlah 15 anak (25,9%) dan sisanya sebanyak 43 anak (74,1%) tidak mengalami stunting.

(55)

Tabel 3

Distribusi Anak Berdasarkan Karakteristik

Karakteristik Anak Jumlah %

Jenis Kelamin Anak

Laki-laki 28 48,3

Perempuan 30 51,7

Kategori Umur Anak

24 – 35 bulan 17 29,3

36 – 47 bulan 24 41,4

48 – 59 bulan 17 29,3

Kejadian Stunting

Stunting 15 25,9

Tidak Stunting 43 74,1

Pola Pengasuhan Anak

Pola pengasuhan anak pada penelitian meliputi praktik pemberian makan, praktik kebersihan diri, praktik kebersihan lingkungan, dan praktik perawatan anak.

Praktik pemberian makan. Pemberian makan pada anak bertujuan untuk mendapatkan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk pertumbuhan dan pengaturan faal tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 16 dari 58 anak men- dapatkan praktik pemberian makan kurang baik. Persentase pemberian makan yang kurang baik paling banyak ditemukan pada kelompok anak usia 36 sampai 47 bulan yaitu mencapai 43 persen. Dimana tujuh dari 16 total anak dengan pem- berian makan kurang baik berada pada kategori usia tersebut. Gambaran distribusi praktik pemberian makan pada anak di Desa Panyabungan Jae disajikan pada Tabel 4 berikut:

(56)

Tabel 4

Distribusi Praktik Pemberian Makan Berdasarkan Karakteristik Anak di Desa Panyabungan Jae

Karakteristik Anak

Pemberian Makan

Total

Kurang Baik Baik

n % n % n %

Usia Anak:

24 – 35 bulan 4 23,5 13 76,5 17 100

36 – 47 bulan 6 25,0 18 75,0 24 100

48 – 59 bulan Jenis Kelamin:

Laki-laki Perempuan

5 7 8

29,4 25,0 26,7

12 21 22

70,6 75,0 73,3

17 28 30

100 100 100

Praktik kebersihan diri. Kebersihan diri memegang peranan penting bagi tumbuh kembang anak. Kebersihan yang kurang baik akan memudahkan masuknya kuman atau bakteri penyebab infeksi pada tubuh anak, hal tersebut akan menyebabkan sistem kekebalan tubuh anak terganggu, sehingga gangguan seperti infeksi saluran pencernaan rentan terjadi pada anak.

Hasil pengamatan praktik kebersihan diri anak pada saat penelitian menun- jukkan bahwa sebagian besar praktik kebersihan pada setiap kelompok usia anak cukup baik. Praktik kebersihan baik paling banyak ditemukan pada kelompok usia 36 sampai 47 bulan yaitu 19 dari total 43 anak yang mendapat praktik kebersihan berada pada kelompok usia tersebut. Sementara praktik kebersihan diri dengan kategori baik paling tinggi pada anak dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 21 anak (75%). Gambaran distribusi praktik kebersihan pada anak di Desa Panyabungan Jae disajikan pada Tabel 5 berikut:

Gambar

Gambar  1.  Kerangka  pembahasan  pendek  (stunting)  di  Indonesia,  dimodifikasi  dari Logical framework of the nutritional problems (UNICEF, 2013)
Gambar 2. Kerangka konsep penelitian Pola Pengasuhan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini tidak mudah untuk menuangkan tulisan dengan apa yang dilihat, karena keterbatasan waktu, proses pengajaran yang kurang serius dan minat siswa

Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 20 Juni 1992 Kewarganegaraan : Indonesia.. Status Pernikahan :

Összefoglalva az eddigieket, a szervezetközi együttműködések olyan képződményeknek tekinthetők, melyek lehetővé teszik a specializációt, ezzel a terméklánc, vagy az

The Institute for Supply Management (ISM) menyatakan bahwa angka indeks aktivitas manufaktur nasional mencapai 60,2 pada Juni dibandingkan angka indeks aktivitas manufaktur

TAUFAN PRABUDI: Laju Dekomposisi Serasah Daun Rhizophora stylosa pada berbagai Tingkat Salinitas.. Dibimbing oleh YUNASFI dan

Data antropometri dikatakan mencukupi, bila jumlah keseluruhan data yakni sebanyak 11 data antropometri. Selanjutnya data antropometri yang diperoleh saat melakukan

Pada hipertensi primer merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan terdapat faktor yang berperan yaitu faktor genetik yaitu pada Renin Angiotensin

Next, we calculate which big pointer array entry contains the quantum number of the little pointer block that contains the element reference that we'll use to access the actual