• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Partisipasi Masyarakat Terhadap Operasional dan Pemeliharaan Jaringan Drainase Tersier di Kecamatan Denpasar Selatan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Partisipasi Masyarakat Terhadap Operasional dan Pemeliharaan Jaringan Drainase Tersier di Kecamatan Denpasar Selatan."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Peristiwa banjir pada umumnya merupakan interaksi dari kejadian alam dan pengaruh perbuatan manusia, merupakan sebuah dilema yang pada umumnya sulit dipecahkan dan cenderung semakin meningkat, sejalan dengan tingkat perkembangan masyarakat. Untuk mengurangi kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh banjir diperlukan tindakan-tindakan penanganan banjir (flood damage mitigation) baik yang bersifat phisik (structural measures) atau corrective measures karena bersifat memperbaiki alam dan tindakan yang bersifat non phisik (non- structural measures) atau preventive measures karena bersifat pencegahan terjadinya kerugian/bencana

(Volcanic Sabo Technical Centre, 1993).

Pengertian banjir menurut Hehanusa (2001) Banjir dapat didefinisikan sebagai 1) kenaikan paras air di sungai secara cepat yang biasanya disusul oleh penurunan yang berlangsung lambat, 2) aliran dengan luah (debit) yang relatif tinggi dibandingkan dengan keadaan biasa. Pendapat lainnya seperti Kodoatie (2005) banjir terjadi ketika suatu volume air tidak lagi tertampung dalam wadah yang seharusnya sehingga menggenangi daerah atau kawasan lain, atau karena penurunan daya tampung (threshold value) di sungai, saluran drainase atau pembuang air yang disebabkan sedimentasi dan adanya kerusakan tanggul serta meningkatnya limpasan air permukaan. Banjir atau genangan air yang terjadi di suatu lokasi dapat diakibatkan oleh beberapa penyebab antara lain:

1) Perubahan tata guna lahan (land-use) di daerah aliran sungai (DAS) 2) Pembuangan sampah

3) Erosi dan sedimentasi

(8)

6) Curah hujan

7) Pengaruh fisiografi dan geofisik sungai

8) Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai 9) Pengaruh air pasang

10)Bendung dan bangunan air

11)Kerusakan bangunan pengendali banjir

Kota Denpasar yang memiliki kondisi permukaan relatif landai juga sebagai pusat perkotaan di Provinsi Bali, perlu didukung dengan fasilitas infrastruktur perkotaan salah satu diantaranya adalah fasilitas sistem jaringan drainase yang memadai. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi dampak negatif yang ditimbulkan akibat dari perkembangan pembangunan fisik khususnya permukiman yang sangat pesat dan kurang terkontrol yang dapat berdampak langsung terhadap peningkatan limpasan permukaan yang berpotensi sebagai daerah genangan banjir.

Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir. Pada daerah permukiman dimana telah padat dengan bangunan sehingga tingkat resapan air kedalam tanah berkurang, jika terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi sebagian besar air akan menjadi aliran air permukaan yang langsung masuk kedalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan banjir.

Secara geograpis, Wilayah Kota Madya Denpasar terletak di daerah dataran rendah pada bagian selatan Pulau Bali. Kota Madya Denpasar juga merupakan Ibu kota

Propinsi Bali dan terletak berkisar antara 08.35’.31’’ sampai dengan 08.44’.49’’

Lintang Selatan dan antara 115.10’.23’’ sampai dengan 115.16’.27’’ Bujur Timur. Kota Madya Denpasar, secara keseluruhan mempunyai luas 127.78 Km2, serta Denpasar Selatan adalah 49.99 Km2.

(9)

sedangkan Kecamatan Denpasar Selatan adalah daerah kawasan pesisir dengan kelandaian kurang dari 5%, bahkan kurang dari 2%.

Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Denpasar tahun 2006

jumlah total penduduk Kota Madya Denpasar adalah 574.955 jiwa dengan

ukuran rumah tangga rata-rata 4.2 jiwa setiap kepala keluarga, serta rata-rata

kepadatan 4500 jiwa setiap Km2, untuk wilayah kecamatan Denpasar Selatan

mempunyai luas wilayah 49,99 km2 dan jumlah penduduk 163 138 jiwa

dengan kepadatan per km2 3263 jiwa.

Mata pencaharian penduduk sebagian besar bertumpu pada sektor perdagangan, industri dan pemerintahan dan jasa-jasa. Hal ini akan sangat berpotensial untuk terus memicu arus urbanisasi, sehingga pertambahan penduduk di kota Denapsar akan terus bertambah, dan akan berpengaruh pada permintaan penyediaan berbagai prasarana antara lain: perumahan, transportasi, air bersih dan sebagainya, sehingga akan sangat berpengaruh terhadap pola penggunaan lahan serta pada ahkirnya akan berpengaruh terhadap siklus hidrologi seperti: pola aliran pemukaan, permintaan air bersih, pembuangan sampah/ limbah serta pencemaran.

Keberadaan jaringan drainase Kota Denpasar tumbuh dan berkembang dari jaringan irigasi yang telah ada sebelumnya. Konsep pengembangan Kota Denpasar dengan sistem konsolidasi lahan (LC), mengakibatkan banyaknya jaringan yang hilang dan munculnya jaringan drainase baru. Konsep drainase yang bertolak belakang dengan konsep irigasi memunculkan permasalahan dari segi dimensi saluran maupun bangunan fasilitasnya. Hal ini berdampak secara langsung terhadap tidak optimalnya fungsi sistem drainase kota Denpasar (Karma, 2008)

(10)

ditangani oleh berbagai pihak dan instansi terkait, baik penanganan di Tingkat Kabupaten/Kota, Tingkat Provinsi, Tingkat Pusat, Lembaga Kemasyarakatan (Subak) dan organisasi sosial lainnya.

Menururt Karma (2008) tujuan perencanaan sistem jaringan drainase kota Denpasar terkait dengan penanganan banjir adalah untuk membuat suatu pola pengaliran air buangan yang dapat melayani seluruh kota dengan baik, lancar dan merata dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Membagi kota dalam beberapa sistem drainase yang jelas, terarah dan merata sehingga dapat memecahkan permasalahan banjir dan genangan air yang terjadi pada saat terjadi hujan/musim hujan

2) Membuat pola aliran dalam sistem dan sub sistem alian yang terdiri dari saluran primer, sekunder dan tersier dengan batas-batas daerah layanan yang jelas

3) Mempermudah dalam menentukan elemen-elemen sistem dan susbsistem seperti daerahlayanan, arah aliran, dimensi saluran dan sebagainya.

Berdasarkan kondisi exiting sistem jaringan drainase yang ada di wilayah Kota Denpasar, dapat dibagi menjadi 5 ( lima ) sistem utama (Arthacons,2007) yaitu :

1) Sistem I : Sistem Tukad Badung 2) Sistem II : Sistem Tukad Ayung 3) Sistem III : Sistem Tukad Mati

4) Sistem IV : Sistem Niti Mandala – Suwung dan sekitarnya 5) Sistem V : Sistem Pamogan

(11)

Indonesia mengalami bencana banjir. Peristiwa terjadinya banjir setiap tahun selalu berulang, namun sampai saat ini permasalahan penanganan banjir belum terselesaikan, bahkan cenderung makin meningkat, baik frekuensinya, luasannya, kedalamannya, maupun durasinya.

Selanjutnya dinyatakan permasalahan penanganan banjir juga diakibatkan oleh belum mengakarnya kesadaran terhadap hukum dan kaidah-kaidah yang berlaku serta belum konsistennya pelaksanaan hukum menambah komplek masalah yang dihadapi. Kecenderungan ini timbul karena proses pembangunan khususnya infrastruktur drainase yang selama ini berlangsung kurang melibatkan peran serta atau partisipasi masyarakat secara aktif (Suripin, 2005)

Persoalan terjadinya banjir merupakan masalah yang sangat komplek, namun berdasarkan kondisi existing dapat diketahui seperti menurunnya efektifitas saluran, meningkatnya koefisen pengaliran akibat dari pengembangan permukiman, banyaknya street inlet yang tertutup perkerasan aspal, tidak jelasnya pola aliran, dimensi saluran yang tidak sesuai dengan kapasitas yang dialirkan serta banyak bangunan fasilitas drainase yang memerlukan penataan kembali (Norken dkk, 2005)

Menurut pendapat Hall, 1994 dalam Norken (2005), menyatakan bahwa perubahan tata guna lahan di daerah aliran sungai dari daerah pedesaan menjadi daerah perkotaan dengan menutup permukaan lahan-lahan terbuka secara dramatik dapat menyebabkan peningkatan limpasan permukaan secara sangat tajam pula.Juga disebutkan dalam uraian Australian Advisory Team (1987) dalam (Norken, 2005) diuraikan tentang beberapa penyebab banjir di daerah perkotaan antara lain:

1) Penampang saluran yang tidak memadai 2) Belum adanya satu sistem drainase

3) Pendangkalan saluran akibat sampah atau sedimentasi

4) Pembangunan jalan atau kawasan permukiman baru tanpa diikuti dengan perencanaan dan pembuatan saluran drainase

(12)

Gambar 1.1

(13)

1) Perubahan tata guna lahan seperti: permukiman yang padat, sempitnya sempadan sungai bahkan tidak memiliki sempadan sungai/saluran. 2) Lingkungan sosial-budaya seperti: pembuangan sampah pada saluran, 3) Topografi sangat landai

4) Saluran irigasi yang juga digunakan untuk saluran drainase 5) Perencanaan dan pembangunan jaringan yang belum menyeluruh 6) Operasioanal dan pemeliharaan yang masih terbatas.

Peristiwa terjadinya bencana banjir di wilayah Kota Denpasar mendapat tanggapan yang beraneka ragam seperti buruknya sistem drainase, berkurangnya daerah resapan air dan tingginya curah hujan yang tidak dapat diatasi oleh jaringan drainase serta kecenderungan masyarakat membuang sampah /limbah rumah tangga ke saluran/sungai.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut : 1) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan jaringan drainase di

Denpasar selatan

2) Adakah pengaruh signifikan faktor pengetahuan dan partisipasi masyarakat , terhadap sikap masyarakat dalam pemeliharaan jaringan drainase di Denpasar selatan

(14)

1.3 Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan jaringan drainase di denpasar selatan

2) Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan faktor pengetahuan, sikap masyarakat , terhadap partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan jaringan drainase di denpasar selatan

3) Untuk mengetahui diantara faktor-faktor pengetahuan masyarakat dan sikap masyarakat terhadap partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan jaringan drainase di denpasar selatan

1.4 Hipotesis

Berdasarkan rurmusan pokok masalah yang menggunakan dua variabel tersebut pengetahuan masyarakat , sikap masyarakat terhadap partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan jaringan drainase , berdasarkan atas kajian kepustakaan maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1) Partisipasi petani belum optimal dalam pemeliharaan jaringan drainase di wilayah Denpasar selatan

2) Terdapat pengaruh yang signifikan faktor-faktor pengetahuan , partisipasi terhadap sikap masyarakat dalam pemeliharaan jaringan drainase di wilayah Denpasar Selatan

3) Faktor sikap masyarakat berpengaruh dominan terhadap pemeliharaan jaringan drainase di Wilayah Denpasar Selatan

1.5 Batasan Penelitian

(15)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Permasalahan Drainase Perkotaan

Menurut Karma (2008) permasalahan drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana, banyak factor yang mempengaruhi baik masalah perencanaan, pelaksanaan maupun operasional dan pemeliharaannya seperti, 1) peningkatan debit, 2) penyempitan dan pendangkalan saluran, 3) reklamasi, 4) amblesan tanah, 5) limbah, 6) sampah dan 7) pasang surut air laut.

Penyebab utama lainnya adalah : 1) perubahan tata guna lahan yang selalu terjadi akibat perkembangan kota dapat mengakibatkan peningkatan aliran permukaan dan debit puncak banjir, 2) manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan/penyempitan saluran dan sungai akibatnya efektifitas saluran menjadi menurun, 3) terjadinya amblesan tanah (land

subsidence) akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa

(16)

Gambar 2.1

Hubungan timbal balik faktor-faktor permasalahan drainase perkotaan Sumber: Karma, 2008

sampah Lahan untuk

(17)

Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi pembangunan dan penanganan sistem jaringan drainase di perkotaan (Karma,2008) pada umumnya mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Mempelajari sistem drainase yang sudah ada saat ini 2) Merumuskan rencana perbaikan sistem drainase

3) Perencanaan fasilitas drainase, seperti saluran drainase, tanggul, gorong-gorong dll

4) Pelaksanaan pekerjaan

5) Operasi dan pemeliharaan fasilitas drainase

Daerah perkotaan pada umumnya menderita banjir atau genangan disebabkan oleh : 1) Limpasan air banjir dari sungai utama biasa disebut dengan banjir kiriman 2) Limpasan air dari saluran drainase biasa disebut banjir lokal

3) Pengaruh air balik dari sungai induk pada saat muka air tingi akibat banjir dan / atau air pasang

4) Banjir akibat air pasang yang masuk langsung ke daratan maupun lewat saluran-saluran drainase yang ada sering disebut sebagai banjir rob

Dalam rangka menangani permasalahan banjir maka perlu dilakukan perbaikan dan/atau penataan sistem drainase, dengan harapan dapat meminimalisasi berbagai risiko dan konskuensi yang ditimbulkan.

2.2 Aspek Sosial Budaya

(18)

Ada beberapa sebab partisipasi masyarakat dalam pengendalian banjir bersifat strategis menurut Susskind (1997) dalam (sunaryo, 2005) antara lain:

1) Dengan diketahuinya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki scara lokal di dalam masyarakat, maka dapat dihindari kemungkinan membuat kesalahan dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi dari suatu kegiatan (error detection) dan pengalaman. Selain menghilangkan kemungkinan berkembangnya kontroversi, hal-hal tersebut dapat mengantisipasi penolakan secara politis (political opposition) yang secara keseluruhan meningkatkan biaya.

2) Dengan melibatkan masyarakat, maka suatu keputusan yang diambil pemerintah akan lebih mudah diterima oleh masyarakat (public legitimation). Hal ini disebabkan karena masyarakat tidak hanya mempermasalahkan hal-hal yang bersifat teknis dalam pengambilan keputusan, namun lebih mempersoalkan keadilan dan konsekuensi dari setiap keputusan.

3) Tujuan akhir yang dapat dicapai dari usaha menyertakan masyarkat dalam pengambilan keputusan yakni tumbuhnya aliansi strategis antara pemerintah dan masyarakat (strategic partnership).

Sumber Daya

(19)

2.3 Tahap Operasioanal Dan Pemeliharaan

Pemeliharaan sungai-sungai/saluran drainase pada dasarnya bertujuan untuk mempertahankan kapasitas alir dan kapasitas tampung dari semua sistem tata air sungai yang berada di daerah pengaliran sungai beserta semua bangunan air yang terdapat pada sistem tersebut.

Penurunan terhadap penampang basah sungai akibat proses sedimentasi di dasar sungai ditambah dengan permasalahan pemukiman liar yang berdiri di bantaran sungai yang secara langsung akan mengurangi kapasitas alir dari sungai

Menurut Hidayat (2003) pemeliharaan sungai dibagi dalam dua bagian utama, yang pertama ialah pemeliharaan terhadap bangunan pengendali banjir yaitu bangunan yang berfungsi untuk pengaturan aliran air. Pemeliharaan terhadap bangunan pengatur aliran seperti bendung, pintu air, dan lain-lain dimaksudkan agar bangunan tersebut dapat berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Pemeliharaan terhadap bangunan pengaturan air perlu dilaksanakan secara rutin agar dapat siap berfungsi pada saat diperlukan. Pemeliharaan bangunan pengendali banjir dapat dilakukan oleh Dinas yang terkait atau melibatkan partisipasi masyarakat yang berada di daerah permukiman.

Kedua, pemeliharaan saluran pengendali banjir atau saluran drainase untuk mempertahankan kapasitas alir dan tampung sungai-sungai dan atau saluran drainase sebagai satu kesatuan sistem dengan bangunan pengendali banjir. Seperti yang diuraikan di atas berkurangnya kapasitas alur dan tampung disebabkan oleh tumbuhnya pemukiman liar di bantaran sungai, pengendapan sampah, dan sedimen hasil erosi di hilir.

(20)

Penyempitan kapasitas sungai akibat adanya endapan sampah dan sedimen dapat dilakukan dengan dua hal yaitu pengelontoran secara rutin dan pengerukan. Pengelontoran dapat dilakukan apabila sistem drainase mempunyai kemiringan yang memadai sehingga air dapat mengalir secara grafitasi, sehingga endapan dapat terbawa aliran ke arah muara.

Pengerukan merupakan pekerjaan yang bertujuan mengeluarkan material padat dari sungai atau saluran drainase. Pengeluaran material ini dimaksudkan untuk mengembalikan penampang sungai sesuai dengan kapasitas rencana sungai atau bahkan memperbesar kapasitas alir apabila memungkinkan. Mempelajari jumlah sedimentasi yang terjadi setiap tahunnya di sungai-sungai sebagai akibat erosi di daerah hulu dan juga sampah yang masuk ke badan air, maka pekerjaan pengerukan harus dilakukan secara berkala pada jangka waktu tertentu berdasarkan hasil survey di lapangan.

Kegiatan Operasioanal dan Pemeliharaan untuk menjaga fungsi fasilitas sitem drainase agar sesuai dengan tujuan dan umur yang direncanakan (Sunaryo, 2005) dapat dilakukan dengan:

1) Pemeliharaan secara preventif, berupa pemeliharaan rutin, berkala, dan perbaikan kecil untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah pada fasilitas drainase.

2) Pemeliharaan Korektif, yang mencakup perbaikan besar, rehabilitasi, dan rektifikasi dalam rangka mengembalikan dan meningkatkan fungsi fasilitas drainase sesuai dengan kemampuan finansial yang ada.

3) Pemeliharaan darurat, sebagai perbaikan sementara yang harus dilakukan secepatnya karena kondisi mendesak (misalnya darurat karena ancaman banjir)

(21)

sungai dan rencana peruntukan bagi penggunaan lahan daerah sempadan sungai sebagai pengamanan langsung terhadap fungsi sungai, 2) melakukan penertiban penggunaan lahan (terutama di daerah sempadan sungai) bersama

2.4 Partisipasi Masyarakat

Dalam program pelaksanaan pembangunan pertanian sangat diperlukan adanya gerakan partisipasi aktif baik masyarakat petani maupun masyarakat pedesaan , yang difasilitasi oleh pemerintah dengan tujuan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Pengertian tentang partisipasi oleh Dusseldorf ( dalam Agung :2007 ) yang menulis tentang partisipasi di tingkat masyarakat pedesaan. Dikatakan bahwa partisipasi adalah suatu bentuk interaksi dan komunikasi khas , yaitu berbagi dalam kekuasaan dan tanggung jawab. Pandangan tersebut mengandung arti bahwa partisipasi sebagai bagian dalam kegiatan bersama ( taking part in joint action ). Namun demikian partisipasi bukan berarti hanya ikut serta secara fisik namun juga sekejiwaan , seperti yang dikemukakan oleh Davis ( dalam Agung : 2007 ) yang mengrtikan partisipasi sebagai keterlibatan mental , pikiran dan perasaan seseorang didalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan atau bantuan kepada kelompok tersebut dalam usaha mencapai tujuan bersama dan turut bertanggung jawab terhadap usaha uyang bersangkutan.

(22)

pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka sendiri , agar dapat merencanakan dan melaksanakannya. Metode PRA sangat efektif untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemandirian masyarakat desa dalam mengelola sistem pertanian yang berkelanjutan , karena proses pemberdayaan masyarakat lahir dari kesadaran kolektif yang dimotivasi oleh peran fasilisator yang ada di lapangan. Pendekatan PRA dikatakan lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan top down yang diterapkan pada masa lalu , karena menurut( Faoqi, M dkk dalam Karwan 2003 ) disebutkan: 1)masyarakat kurang dilibatkan dalam program , Masyarakat cenderung sebagai pelaksana , 3)prakarsa selalu datang dari pusat , 4) keterampilan dalam perencanaan , pelaksanaan , monitoring , dan evaluasi tetap dikuasai oleh pemerintah pusat.

Menurut pandangan Santoso Sastropoetro dalam ( Pedoman Naskah Akademik Perda Partisipatif , 2007 ) sehubungan dengan partisipasi efektif menyatakan bahwa masyarakat dapat bergerak untuk lebih berpartisipasi apabila : 1) partisipasi itu dilakukan melalui organisasi – organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah ada ditengah – tengah masyarakat yang bersangkutan , 2) partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan , 3) manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu memenuhi keinginan masyarakat setempat , 4) dalam proses partisipasi masyarakat menjamin adanya kontrol yang dilakukan masyarakat.Partisipasi masyarakat ternyata berkurang jika mereka tidak atau kurang dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

(23)

pandangan , kebutuhan dan pengharapan dari masyarakat dan kelompok tersebut , untuk kemudian menuangkannya kedalam suatu konsep.

2.5 Pengetahuan Masyarakat

Perbedaan tingkat pengetahuan yang dimiliki masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya , akan menimbulkan perbedaan pandangan dan kesadaran akan kebutuhan teknologi sebagai sarana menuju perbaikan kehidupan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada ditengah – tengah masyarakat tersebut. Suatu masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang tinggi biasanya dibarengi dengan kesadaran akan kebutuhan hidup yang tiggi pula . Dengan adanya kesadaran akan kebutuhan tuntutan hidup yang tinggi ( lebih baik ) , timbul kesadaran akan pentingnya suatu teknologi yang dapat menciptakan perbaikan – perbaikan dalam kehidupan. Dengan demikian , suatu masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang tinggi akan lebih mudah menyerap suatu teknologi yang diperkenalkan dan atau ditengah – tengah lingkungannya ( Dikti 1990: 23 ). Pandangan umum lainnya tentang pengetahuan adalah hasil belajar baik formal maupun non formal yang diperoleh dari hasil interaksi dengan masyarakat. Disebutkan pula luasnya cakrawala pengetahuan seseorang tidak terlepas dari pengetahuannya dalam hidup masyarakat. Akibatnya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tidaklah berbeda jauh dengan warga lainnya apabila pengetahuan yang didapat semata – mata berasal dari interaksi sosial sesama warga tempat ia hidup (Depdibud 2000:9 ).Kemiskinan dalam ilmu pengetahuan akan menjadi salah satu penyebab mundurnya tingkat keberlanjutan proses pembangunan. Dampaknya adalah penduduk yang relatif miskin ilmu pengetahuan akan menjadi kurang peduli dan memiliki kesadaran rendah terhadap lingkungannya serta semakin tertutup akan adanya inovasi – inovasi teknologi. Untuk itu , dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia anggota masyarakat yang tercermin dari tingkat pengetahuan yang dimiliki.

2.6 Sikap Masyarakat

(24)

sikap sukar merubah baik kebiasaan aktifitasnya maupun pola pikir mereka.Masyarakat demikian memerlukan berbagai penerangan atau penyuluhan yang dapat merubah cara berpikir mereka untuk melakukan dan menerima teknologi yang baik bagi mereka. Jelaslah disini , faktor kebiasaan dan tingkah laku sosial masyarakat berpengaruh terhadap kebutuhan teknologi ( Depdibud, 1990 ).

Sikap masyarakat dapat dilihat dari pernyataan evaluatif petani yang dicerminkan oleh setuju tidaknya terhadap suatu kegiatan pembangunan yang dilaksanakan , orang – orang yang terlibat kegiatan dan organisasi kelompok atau aktifitas yang terjadi dilingkungannya sendiri, serta kecenderungan untuk bertindak. Dimana sikap tersebut terlihat dalam : 1) sikap kerja keras dan antusiasme masyarakat dalam kegiatan pemeliharaan jaringan drainase yang memberikan manfaat , 2) pengalaman masyarakat dalam bekerjasama ,3) manfaat yang diperoleh oleh masyarakat, 4) ketekunannya dalam aktifitas pemeliharaan jaringan , 5) persepsi masyarakat dalam menyikapi kebijakan pemerintah dalam O&P jaringan drainase

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada sub sitem tukad Punggawa di Kecamatan Denpasar Selatan, adalah kawasan yang cenderung berpotensi sebagai derah banjir, dimana salurannya masih berfungsi ganda yaitu untuk irigasi dan drainase .

3.2 Identifikasi variabel

Berdasarkan uraian hipotesis dan tujuan penelitian yang ingin dicapai , maka dapat dilakukan identifikasi baik terhadap varabel terikat ( dependen variabel) yaitu sikap masyarakat dalam pemeliharaan jaringan drainase maupun variabel bebas ( independen variabel ) yaitu : 1) pengetahuan masyarakat , 2) partisipasi masyarakat Identifikasi terhadap variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Partisipasi masyarakat meliputi : a) Prakarsa masyarakat

b) Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan c) Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan

d) Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan dan evaluasi e) Keterlibatan masyarakatdalam operasional dan pemeliharaan 2) pengetahuan masyarakat meliputi

a) Perolehan pengetahuan keutuhan profil saluran b) Pengetahuan fungsi saluran drainase

c) Perolehan pengetahuan potensi banjir

d) Perolehan pengetahuan operasional dan pemeliharaan e) pengetahuan kesadaran masyarakat

3) Sikap masyarakat meliputi

a) Sikap kerja keras dan antusiasme masyarakat

(26)

e) Tanggapan masyarakat dalam menyikapi kebijakan pemerintah f) Kepedulian masyarakat akan fungsi optomal jaringan

3.3 Definisi Operasional Variabel

Untuk melihat dimensi variabel penelitian maka sebelumnya dibuat operasional konsep variabel menjadi definisi operasional , sehingga jelas dimensi yang diukur dari masing – masing variabel sebagai berikut :

1) Partisipasi Masyarakat

Yang dimaksud dengan partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat secara langsung dalam melaksanakan kegiatan baik secara individu maupun kelompok , keaktiofan dalam dalam pembangunan mulai dari perencanaan , pelaksanaan dan pengawasan .

Definisi operasional dari partisipasi masyarakat dapat dilihat dari dimensi berikut : a) Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan , diukur dari keaktifannya

dalam penyusunan rencana kerja / usaha dan rencana pengembangan kawasan

b) Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan , diukur dari keaktifannya dalam semua kegiatan pembangunan wilayah jaringan drainase

c) Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan dan evaluasi , diukur dari kepeduliannya terhadap segala kegiatan yang menyangkut O&P jaringan drainase

d) Kepedulian masyarakat terhadap operasioanal dan pemeliharaan , diukur dari kepeduliannya terhadap segala kegiatan yang menyangkut kebersihan saluran drainase

(27)

2) Pengetahuan Masyarakat

Yang dimaksud dengan pengetahuan petani adalah pemahaman masyarakat tentang pemahaman tentang perkembangan teknologi , pemahaman tentang operasional dan pemeliharaan jaringan drainase

Definisi operasional dari pengetahuan masyarakat dapat dilihat dari dimensi :

a) Diukur dari latar belakang pendidikan yang mempengaruhi pengetahuannya dalam bertani

b) Pengetahuan masyarakat pentingnya kebersihan jaringan, diukur dari tingkat pemahamannya terhadap fungsi jaringan drainase

c) Pengetahuan masyarakat tentang kontinyuitas aliran diukur dari pengetahuannya tentang efektifitas profil saluran drainase

d) pengetahuan masyarakat tentang operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi diukur dari kemampuan masyarakat dapat memanfaat secara optimal fasilitas jaringan drainase

e) Pengetahuan petani tentang sistim pemasaran , diukur dari pendapatan petani

3) Sikap Masyarakat

Sikap masyarakat adalah pernyataan evaluatif masyarakat yang dicerminkan oleh setuju tidaknya terhadap kegiatan pengembangan pembangunan jaringan drainase , orang – orang yang terlibat dalam kegiatan atau aktifitas yang terjadi dilingkungannya itu sendiri , serta kecenderungannya untuk bertindak.

Definisi operasional dari sikap masyarakat dapat dilihat dari dimensi

a) Sikap masyarakat dalam bekerja keras dan antusias dalam aktifitas pemeliharaan jaringan drainase diukur dari persepsi masyarakat sejauh mana kegiatan O&P jaringan drainase memberikan manfaat.

b) Sikap masyarakat yang selalu konsisten dalam pemeliharaan jaringan drainase , diukur dari persepsi masyarakat sejauh mana akan dapat

meningkatkan fungsi saluran secara optimal

(28)

diukur dari besarnya perhatian mereka dan sering terlibat dalam pengelolaan O&P jaringan drainase

e) Sikap masyarakat dalam menyikapi kebijakan pemerintah dapat diukur dari persepsi masyarakat sejauhmana kebijakan tersebut memihak masyarakat

f) Sikap ketekunan masyarakat dalam aktifitas O&P jaringan drainase diukur dari rutinitas aktifitas dalam melaksanakan aktifitas pemeliharaan

3.4 Populasi Dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono, 1999:72 ).Populasi kecamatan Denpasar Selatan adalah sebanyak 163138 orang

3.4.1 Metode Penentuan Sampel

Menurut Sugiyono (1999: 76) ) teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data , maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.Teknik sampling daerah ini digunakan melalui dua tahapan , tahapan pertama menentukan sampel daerah dilakukan dengan purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Tahapan kedua menentukan jumlah sampel yang ada pada daerah itu, penentuan jumlah sampel dari populasi kecamatan Denpasar Selatan adalah sebanyak 163138 orang dengan taraf kesalahan 10% maka ukuran sampel yang diperoleh adalah 99,94 dibulatkan ukuran sampel penelitian yang dipilih adalah sebanyak 100 orang yang tersebar diseluruh lokasi penelitian.

Dalam hal ini ukuran sample yang diperlukan dihitung berdasarkan rumus Slovin (Husein Umar, 2005)sebagai berikut:

2

Ne 1

N n

(29)

Keterangan:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir.

3.4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Data kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka seperti jumlah penduduk , luas wilayah kota Denpasar.

2) Data kualitatf yaitu data yang berupa pernyataan responden dan pertanyaan yang diberikan dalam bentuk kuisioner.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Data primer adalah data yang bersumber dari hasil wawancara terhadap responden dengan menggunakan kuisioner penelitian yang telah disiapkan , yaitu anggota masyarakat yang telah dipilih.

2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari beberapa instansi pemerintah terkait yang terlibat dalam program O&P jaringan drainase

3.4.3 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Kuisioner / angket

Dalam pengumpulan data dipergunakan daftar kuisioner yang disebarkan kepada seluruh responden dengan tujuan memperoleh data tentang pengetahuan masyarakat, sikap masyarakat, operasional dan pemeliharaan, dan partisipasi masyarakat dalam O&P jaringan drainase di kota Denpasar.

2) Observasi

(30)

3.4.4 Teknik Analisis Data

1) Uji validitas dan reliabilitas

Untuk mengetahui kelayakan dari instrumen penelitian (questionair) yang akan dipakai dalam penelitian ini, sebelumnya dilakukan uji coba instrumen pada 40 responden di kawasan Denpasar.

Menutur Lerbin R (2005) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah setiap skor butir, dengan rumus Pearson Product Moment adalah :

   

rhitung = Koefisien korelasi ∑Xi = Jumlah skor item

∑Yi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden

Selanjutnya, dihitung dengan Uji-t dengan rumus :

2

r = Koefisien korelasi hasil rhitung

n = Jumlah responden

(31)

jika thitung < ttabel berarti tidak valid

Untuk menghitung tingkat validitasnya dilakukan dengan menggunakan alat bantu program SPSS for window sehingga dapat diketahui nilai dari kuesioner pada setiap variabel bebas.

Selanjutnya terhadap skor jawaban tiap item dilakukan uji reliabilitas dengan tujuan menunjukkan sejauh mana pengukuran itu memberikan hasil yang relative tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama mengenai kemantapan, keandalan/stabilitas dan keadaan tidak berubah dalam waktu pengamatan pertama dan selanjutnya. Menurut Sugiyono (2007), instrument yang reliable adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Uji reliabilitas dilakukan secara eksternal dengan test-retest yaitu dengan cara mencobakan instrumen yang sama dua kali pada responden yang sama dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan significant maka instrument tersebut dinyatakan reliable.

Uji reliabilitas dilakukan secara internal, yaitu dengan menganalisis data yang berasal dari satu kali pengjian kuesioner. Reliabilitas diukur dari koefisien Alpha (Malhotra, 1999). Bila koefisien alpha (Cronbach's Alpha) > 0,6 maka instrument tersebut dinyatakan reliabel. Nilai koefisien alpha dihitung dengan rumus sebagai berikut (Bilson, 2004).

K = banyaknya butir pertanyaan

(32)

3.4.5 Uji Signifikansi Koefisien Regresi

Untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis yang diajukan, dapat dilakukan dengan uji signifikansi koefisien regresi

3.4.5.1 Uji Signifikansi Koefisien Regresi secara simultan

Untuk melihat signifikan tidaknya pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat, langkah-langkah pengujiannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Nata Wirawan,2002):

(1) Merumuskan hipotesis

0

: 1 2 3 4 5 6

0      

      

Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Hi : Minimal salah satu dari i 0 dimana i = (1,2,...,5,6)

Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

(2) Menentukan taraf nyata yaitu α = 0.05

(3) Statistik uji dan daerah kritis seperti gambar 3.1

Gambar 3.1

Pengujian Hipotesis Pengaruh Simultan

Sumber: Nata Wirawan, 2002

2 tabel

f(2)

(33)

4) Menghitung statistik uji berdasarkan initial -2 log Likehood rasio (χ2) (Imam Ghozali,2005)

5). Menarik kesimpulan/keputusan pengujian

3.4.5.2 Uji signifikansi koefisien regresi secara parsial

Untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya, digunakan uji t.

Dengan langkah- langkah pengujian berikut ini (Nata Wirawan,2002)). (1) Merumuskan hipotesis

H0 : βi = 0

Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari masing-masing variabel bebas terhadapvariabel terikat dimana (i=1,2,3,4,5,6) Hi : βi > 0

Artinya ada pengaruh positif yang signifikan secara parsial dari masing-masing variabel bebas terhadapvariabel terikat.

(2) Menentukan nilai t tabel tingkat signifikan α = 0.05 dengan derajat kebebasan dk = n-k dimana n adalah jumlah observasi, k adalah

jumlah variabel (Sugiyono, 2004). (3) Statistik Uji dan Daerah Kritis

(34)

Gambar 3.2

Pengujian Hipotesis Pengaruh Parsial Sumber: Nata Wirawan,2002 (4) Menghitung statistik uji

Nilai statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh parsial variabel bebas terhadap variabel terikat adalah Wald statistik. Nilai statistik Wald koefisien regresi sebuah variabel bebas dihitung dengan rumus sebagai berikut (Imam Ghozali,2005).

Wald = (/s.e )2 ... 9)

Nilai statitik Wald adalah nilai kuadrat dari statistik t hitung Selanjutnya nilai t hitung dapat dicari dengan rumus berikut.

tic Waldstatis

t

(5) Menarik kesimpulan / mengambil keputusan pengujian

a) Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas yang diuji

secara parsial mempunyai pengaruh yang bermakna atau signifikan terhadap variabel terikat.

b) Jika thitung < ttabel maka H0 diterima, artinya variabel bebas yang diuji

secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang bermakna atau signifikan terhadap variabel terikat.

t tabel 0

Daerah Penerimaan H0

(35)

Kerangka Alur Berpikir

Ide

Latar belakang dan permasalahan

Kajian Pustaka

Kerangka konsep penelitian

Data Skunder Data Primer

Pengumpulan dan tabulasi data

Analisis Data

Uji Validitas Data Uji Reliabilitas Data Uji Normalitas Data

Hasil Penelitian

Pembahasan

Hipotesis penelitian

Analisis Kualitatif

(36)

Partisipasi masyarakat (X1)

Pengetahuan Masyarakat (X2)

Sikap masyarakat dalam pemeliharaan jatringan drainase (Y)

Pengaruh Parsial

Pengaruh Simultan

(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Suatu instrumen dalam penelitian dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang ingin diukur dan dikatakan reliabel jika dapat mengukur gejala yang sama secara tetap atau konsisten. Suatu instrumen dikatakan valid

apabila memiliki koefisien korelasi antara butir dengan skor total dalam instrumen tersebut lebih besar dari 0,300 dengan tingkat kesalahan Alpha 0,05. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien Alpha Cronbach minimal 0,600. Untuk analisis validitas dan reliabilitas diselesaikan dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) for windows versi 13.0 pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. Hasil uji validitas instrumen dalam penelitian ini seperti terlihat dalam Tabel 4.1

Tabel 4.1

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

Variabel Indikator Koefisien Korelasi (r)

Sig. (2-tailed)

Keterangan

Partisipasi x1.1 0.856 0.000 Valid x1.2 0.810 0.000 Valid

x1.3 0.695 0.000 Valid

x1.4 0.873 0.000 Valid

x1.5 0.772 0.000 Valid

x1.6 0.715 0.000 Valid

(38)

Pengetahuan x2.1 0.928 0.000 Valid

x2.2 0.685 0.000 Valid

x2.3 0.777 0.000 Valid

x2.4 0.877 0.000 Valid x2.5 0.811 0.000 Valid

Sikap Y1.1 0.738 0.000 Valid

Y1.2 0.834 0.000 Valid

Y1.3 0.871 0.000 Valid

Y1.4 0.754 0.000 Valid

Y1.5 0.823 0.000 Valid

Y1.6 0.864 0.000 Valid

Sumber : Hasil Analisis Lampiran 4

Dari Tabel 1 dapat dijelaskan semua instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel Partisipasi, Pengetahuan dan Sikap adalah valid karena memiliki nilai koefisien korelasi (r) > 0,30.

Uji Reliabilitas terhadap instrumen penelitian ini menggunakan nilai

Alpha Cronbach, yakni untuk mengetahui unidimensionalitas butir-butir

pernyataan terhadap variabel laten yang diteliti (Partisipasi, Pengetahaun dan Sikap). Nilai Alpha Cronbach dinyatakan reliabel jika nilainya lebih besar atau sama dengan 0,60 (Ghozali, 2004). Rekapitulasi uji reliabilitas instrumen penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Rekapitulasi Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

No Variabel Alpha Keterangan

1 Partisipasi 0,898 Reliabel

2 Pengetahuan 0,877 Reliabel

3 Sikap 0,898 Reliabel

(39)

4.2 Deskriptif Variabel Penelitian

Berikut ini disajikan analisis secara deskriptif terhadap variabel – variabel penelitian yaitu variabel Partisipasi, Pengetahuan dan Sikap. Ketiga variabel penelitian direfleksikan dengan indiktor-indikator yang diukur dengan skala Likert dengan rentangan nilai 1 sampai dengan 4. Kecenderungan dan variasi dari variabel dapat ditentukan berdasarkan distribusi frekuensi (Lampiran 3). Penentuan distribusi frekuensi didasarkan pada nilai intervalnya, sehingga untuk memperoleh distribusi frekuensi tersebut, terlebih dahulu harus ditentukan nilai intervalnya dengan formulasi sebagai berikut :

Nilai Tertinggi – Nilai Terendah Interval = ---

Jumlah Kelas

Mengingat skor untuk masing-masing alternatif jawaban untuk variabel penelitian adalah minimal 1 dan maksimal 4, maka dapatlah dihitung interval dengan menggunakan rumus diatas adalah sebagai berikut.

4 -1 Interval = --- = 0,75

4

Untuk mengetahui kondisi variabel-variabel penelitian secara menyeluruh akan dilihat dari rata-rata skor dengan kriteria sebagai berikut :

1,00 – 1,75 = Sangat tidak baik 1,76 – 2,50 = Tidak baik 2,51 – 3,25 = Baik 3,26 – 4,00 = Sangat baik

4.2.1 Partisipasi Masyarakat

(40)

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Variabel Partisipasi

Indikator Skor Jawaban Total Rata-

1 2 3 4 Skor Rata

x1.1 0 14 23 63 349 3.49

x1.2 0 10 30 60 350 3.5

x1.3 0 12 32 56 344 3.44

x1.4 0 15 26 59 344 3.44

x1.5 0 16 20 64 348 3.48

x1.6 0 7 31 62 355 3.55

x1.7 0 11 27 62 351 3.51

Rata-rata 3.49

Sumber: Hasil Analisis Lampiran 3

Tabel 3 menunjukkan rata-rata penilaian responden terhadap variabel Partisipasi adalah adalah 3,49 yang tergolong sangat baik.

4.2.2 Pengetahuan Masyarakat

(41)

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Variabel Pengetahuan

Indikator Skor Jawaban Total Rata-

1 2 3 4 Skor Rata

x2.1 0 14 31 55 341 3.41

x2.2 0 10 44 46 336 3.36

x2.3 0 12 21 67 355 3.55

x2.4 0 12 34 54 342 3.42

x2.5 0 14 26 60 346 3.46

Rata-rata 3.44

Sumber:Hasil Analisis Lampiran 3

Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata penilaian responden terhadap variabel Pengetahuan adalah sebesar 3,44 yang tergolong sudah sangat baik.

4.2.3 Sikap Masyarakat

(42)

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Variabel Sikap

Indikator Skor Jawaban Total Rata-

1 2 3 4 Skor Rata

y1 0 2 35 63 361 3.61

y2 0 16 12 72 356 3.56

y3 0 15 27 58 343 3.43

y4 0 9 31 60 351 3.51

y5 0 14 28 58 344 3.44

y6 0 15 26 59 344 3.44

Rata-rata 3.50

Sumber: Hasil Analisis Lampiran 3

Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata penilaian responden terhadap variabel Sikap adalah sebesar 3,50 yang tergolong sudah sangat baik.

4.3 Pengaruh Partisipasi dan Pengetahuan Terhadap Sikap Masyarakat

Model regresi akan lebih tepat digunakan dan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat, apabila beberapa asumsi berikut dapat terpenuhi. Uji asumsi klasik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear sederhana antara lain Uji Normalitas dan Uji Heterokedastisitas.

4.3.1 Uji Normalitas Data

(43)

secara normal. Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 8 didapat nilai signifikansi sebesar 0,498 seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 6. Karena nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov di atas 0,05 maka didapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.

Tabel 6 Uji Kolmogorov-Smirnov

Sumber: Hasil Analisis Lampiran 8 4.3.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam satu model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya korelasi antar variabel bebas dapat dilihat dari nilai

(44)

4.3.2 Uji Heterokedastisitas

Merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak mengandung gejala heteroskedastisitas atau mempunyai varians yang homogen. Utuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser, dengan meregres variabel bebas terhadap absolut residual. Jika variabel bebas yang diteliti tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap residual absolut, berarti model regresi tidak mengandung gejala heteroskedastisitas. Berdasarkan uji Heteroskedastisitas pada Lampiran 7 didapat nilai signifikansi uji t variabel Partisipasi = 0,423 dan variabel Pengetahuan = 0,671. Karena nilai signifikansi uji t pada uji Heteroskedastisitas di atas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tidak mengandung heteroskedastisitas.

Setelah semua asumsi klasik terpenuhi, maka berdasarkan hasil analisis data pada Lampiran 6 maka dapat dilaporkan hasil analisis regresinya sebagai berikut:

Persamaan Regresi: Y = 0,000 + 0,456X1 + 0,457X2

Std Error : 0,000 0,081 0,081 T hitung : 0,000 5,593 5,603

Sig uji t : 1,000 0,000 0,000 R square = 0,735

Fhitung = 134,834

Ftabel(0,05; 2;97) = 3,0902

Sig Uji F = 0,000

Berdasarkan persamaan garis regresi yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa variabel bebas Partisipasi (X1) dan Pengetahuan (X2) memiliki pengaruh

(45)

perubahan (meningkat), maka variabel Sikap juga akan meningkat secara signifikan.

4.4 Uji Ketepatan Model Regresi

Uji ketepatan model regresi untuk memprediksi pengaruh variabel Partisipasi dan Pengetahuan terhadap Sikap diuji dengan menggunakan Uji F. Langkah-langkah melakukan Uji F adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan Formulasi Hipotesis

Ho : β1= β2 = 0; tidak ada pengaruh secara simultan dari variabel

Partisipasi dan Pengetahuan terhadap Sikap

Hi : β1,β2 > 0; ada pengaruh secara simultan dari variabel Partisipasi dan Pengetahuan terhadap Sikap

2) Menentukan Tingkat Kepercayaan

Tingkat kepercayaan adalah 5 persen,  = 0,05, df pembilang = k-1 (3-1) = 2, dan df penyebut = (n-k) = 100- 3 = 97 nilai F tabel = 3,0902 (Lampiran 9) 3) Merumuskan Kriteria Pengujian

Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak

Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima

4) Analisis Data

Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS diperoleh nilai Fhitung

sebesar 76,044 (Lampiran 6) 5) Menarik Kesimpulan

Nilai Fhitung yang diperoleh sebesar 134,834 jauh lebih besar dari Ftabel 3,0902

(46)

Gambar 2. Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Untuk Uji F

Gambar 2 menunjukkan bahwa besarnya nilai Fhitung jatuh pada daerah penolakan Ho sehingga Hi diterima dengan uraian ada pengaruh secara simultan dari variabel Partisipasi dan Pengetahuan terhadap Sikap.

4.4.1 Pengaruh Variabel Partisipasi dan Pengetahuan Terhadap Sikap

Masyarakat

Pengaruh variabel Partisipasi dan Pengetahuan terhadap Sikap diuji dengan menggunakan Uji t. Langkah-langkah melakukan Uji t untuk masing-masing variabel bebas dijelaskan seperti berikut ini.

a) Pengaruh variabel Partisipasi terhadap Sikap 1) Merumuskan Formulasi Hipotesis

Ho : β1 <= 0; tidak ada pengaruh positif variabel Partisipasi terhadap Sikap Hi: β1 > 0; ada pengaruh positif variabel Partisipasi terhadap Sikap

2) Menentukan Tingkat Kepercayaan

Tingkat kepercayaan adalah 95 persen,  = 0,05, df pembilang (n-k-1) = (100 – 2 – 1) = 97 dengan ttabel = 1,661 (Lampiran 8)

(47)

Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima

4) Analisis Data

Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS diperoleh nilai thitung

variabel Partisipasi sebesar 5,593 (Lampiran 6) 5) Menarik Kesimpulan

Nilai thitung yang diperoleh sebesar 5,593 lebih besar dari ttabel 1,661 maka Ho

ditolak sehingga Hi diterima dengan uraian ada pengaruh positif variabel Partisipasi terhadap Sikap. Pengujian pengaruh variabel Partisipasi terhadap Sikap dapat digambarkan seperti Gambar 3.

Gambar 3 Pengujian Pengaruh Variabel Partisipasi terhadap Sikap

Gambar 3 menunjukkan bahwa besarnya nilai t hitung jatuh pada daerah penolakan Ho sehingga Hi diterima uraian ada pengaruh positif variabel Partisipasi terhadap Sikap.

b) Pengaruh variabel Pengetahuan terhadap Sikap Masyarakat 1) Merumuskan Formulasi Hipotesis

Ho : β1 <= 0; tidak ada pengaruh positif variabel Pengetahuan terhadap

Sikap

(48)

2) Menentukan Tingkat Kepercayaan

Tingkat kepercayaan adalah 95 persen,  = 0,05, df pembilang (n-k-1) = (100 – 2 – 1) = 97 dengan ttabel = 1,661 (Lampiran 8)

3) Merumuskan Kriteria Pengujian Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak

Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima

4) Analisis Data

Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS diperoleh nilai thitung

variabel Pengetahuan sebesar 5,603 (Lampiran 6) 5) Menarik Kesimpulan

Nilai thitung yang diperoleh sebesar 5,603 lebih besar dari ttabel 1,661 maka Ho

ditolak sehingga Hi diterima dengan uraian ada pengaruh positif variabel Pengetahuan terhadap Sikap. Pengujian pengaruh variabel Pengetahuan terhadap Sikap dapat digambarkan seperti Gambar 4.

(49)

Gambar 4 menunjukkan bahwa besarnya nilai t hitung jatuh pada daerah penolakan Ho sehingga Hi diterima uraian ada pengaruh positif variabel Pengetahuan terhadap Sikap.

4.4.2 Variabel Bebas Yang Berpengaruh Dominan

Variabel bebas yang memiliki nilai beta yang distandarisasi tertinggi merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap Sikap. Berdasarkan analisis regresi berganda yang telah dilakukan hasilnya dirangkum pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil Analisis Koefisien Beta Standardized

No Variabel Beta Standardized Ranking

1 Partisipasi 0,456 II

2 Pengetahuan 0,457 I

Sumber : Hasil Analisis Lampiran 6

(50)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan atas hasil analisis seperti yang telah diuraikan diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut :

1. Penilaian masyarakat/responden terhadap variabel penelitian sikap masyarakat, pengetahuan masyarakat dan partisipasi masyarakat adalah sangat baik dengan nilai skor rata – rata yang diperoleh berada diantara 3,26 – 4,00 2. Variabel pengetahuan Dengan nilai koefisien beta standardized tertinggi yaitu

0,457 menunjukkan bahwa variabel pengetahuan masyarakat yang paling berpengaruh dominan terhadap sikap masyarakat dalam pemeliharaan jaringan drainase

3. Nilai thitung yang diperoleh sebesar 5,603 lebih besar dari ttabel 1,661, dapat

dijekaskan bahwa ada pengaruh positif variabel Pengetahuan terhadap Sikap masyarakat.

4. Nilai thitung yang diperoleh sebesar 5,593 lebih besar dari ttabel 1,661 dapat

dijelaskan bahwa ada pengaruh positif variabel Partisipasi terhadap Sikap. 5. Nilai Fhitung yang diperoleh sebesar 134,834 jauh lebih besar dari Ftabel 3,0902

(51)

5.2 Saran

1. Perlu melakukan penelitian lanjutan dengan jumlah indepeden bebas yg lebih banyak agar dapat memberikan hasil yang lebih konfrehensif dan lebih obyekti.

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Algifari. 1997.Analisis Regresi , BPFE , Yogyakarta

Bappeda Kota Denpasar,Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, Denpasar Dalam Angka 2006

Ghozali, 2004, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Semarang: BP-Undip.

Imam Ghozali.2005. Model Persamaan Struktural Konsep Dan Aplikasi Dengan Program AMOS VER 5.0 , Universitas Diponegoro.

Jazim Hamidi. 2007. Pedoman Naskah Akademik Perda Partisipatif, Kreasi Total Media ( KTM )

Karwan .A. Salikin.2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan, Kanisius, Yogyakarta. Lerbin.R. Aritonang.R. 2005. Kepuasan Pelanggan, Pengukuran Dan

Penganalisaan Dengan SPSS, Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Mudrajat Kuncoro.2003. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi.

Rosady Ruslan. 2003. Metode Penelitian, Pubilc Relations Dan Komunikasi, Raja Grafindo Persada Jakarta.

Robert. J. Kodoatie dan Roestam Sjarief. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu , Andi Yogyakarta.

Santoso, Singgih. 2004. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariate, Cetakan Ketiga, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Sugiyono.2006. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta Bandung.

(53)

LAMPIRAN KUISIONER PENELITIAN

1.SIKAP MASYARAKAT

Pada bagian ini Bapak/Ibu/Saudara diminta menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan keikutsertaan/partisipasi petani dalam partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan saluran drainase

Mohon diberikan jawaban dengan memberikan tanda (X) dari pernyataan berikut:

SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

No PERNYATAAN SS S TS STS

1 Masyarakat selalu bekerja keras dan antusias dalam aktifitas pemeliharaan saluran drainase 2 Pembinaan dari pemerintah membuat

masyarakat sadar akan pentingnya menjaga keutuhan profil saluran

3 Masyarakat senantiasa termotivasi dalam mempertahankan kebersihan saluran

4 Masyarakat senantiasa termotivasi dalam mewujudkan daerah bebas banjir

5 Berkurangnya kebiasaaan masyarakat untuk membuang sampah ke saluran drainase

(54)

2.PARTISIPASI MASYARAKAT

Pada bagian ini Bapak/Ibu/Saudara diminta menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan keikutsertaan/partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan saluran drainase Mohon diberikan jawaban dengan memberikan tanda (X) dari pernyataan berikut:

SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

No PERNYATAAN SS S TS STS

1 Saya diberikan kebebasan mengeluarkan ide/prakarsa/pendapat dalam setiap pertemuan berkaitan dengan kegiatan O&P jaringan drainase

2 Saya senantiasa dilibatkan dalam penyusunan rencana kerja/ usaha dan rencana pengembangan kawasan bebas banjir

3 Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan dan evaluasi terhadap segala kegiatan yang menyangkut kebersihan saluran drainase

4 Keterlibatan masyarakat dalam operasional dan pemeliharaan terhadap segala kegiatan yang menyangkut kapasitas saluran drainase

5 Keterlibatan masyarakatdalam operasional dan pemeliharaan terhadap segala kegiatan yang menyangkut fungsi jaringan drainase

6 Keterlibatan petani dalam operasional dan pemeliharaan terhadap segala kegiatan yang menyangkut fungsi bangunan fasilitas drainase 7 Saya senantiasa dilibatkan dalam pelaksanaan

(55)

3.PENGETAHUAN MASYARAKAT

Pada bagian ini Bapak/Ibu/Saudara diminta menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan keikutsertaan/partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan jaringan drinase Mohon diberikan jawaban dengan memberikan tanda (X) dari pernyataan berikut:

SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

No PERNYATAAN SS S TS STS

1 Masyarakat mampu terlibat secara optimal dalam pemeliharaan saluran drainase

2 Masyarakat memiliki pemahaman yang memadai terhadap proses tata kelola terkait dengan O&P jaringan drainase

3 Meningkatnya kemampuan bekerjasama sesama dalam masyarakat dalam O&P jaringan drainase 4 Adanya kerjasama yang baik antara masyarakat dengan instansi terkait dalam mengatasi kebersihan saluran drainase

(56)

Statistik Deskriptif

Variabel N Mean Std.

Error of

Sikap 100 20.99 0.34 22 23 3.40 11.57 11 13 24 2099

x1.1 100 3.49 0.07 4 4 0.73 0.54 2 2 4 349

Partisipasi 100 24.41 0.39 26 27 3.90 15.21 12 16 28 2441

x2.1 100 3.41 0.07 4 4 0.73 0.53 2 2 4 341

x2.2 100 3.36 0.07 3 4 0.66 0.43 2 2 4 336

x2.3 100 3.55 0.07 4 4 0.70 0.49 2 2 4 355

x2.4 100 3.42 0.07 4 4 0.70 0.49 2 2 4 342

x2.5 100 3.46 0.07 4 4 0.73 0.53 2 2 4 346

Pengetahuan100 17.20 0.28 18 19 2.85 8.12 10 10 20 1720

Frequency Table

Frequency Percent Valid P ercent

(57)

y2

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative

Frequency Percent Valid P ercent

(58)

Sikap

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative

Frequency Percent Valid P ercent

(59)

x1.4

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative

Frequency Percent Valid P ercent

(60)

Pa rtisi pasi

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative

Frequency Percent Valid P ercent

(61)

x2.4

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative

Frequency Percent Valid P ercent

(62)

Correlations

Correl ations

1 .586** .669** .327 .463** .658** .738** .001 .000 .078 .010 .000 .000

30 30 30 30 30 30 30

.586** 1 .696** .607** .509** .647** .834** .001 .000 .000 .004 .000 .000

30 30 30 30 30 30 30

.669** .696** 1 .575** .664** .643** .871** .000 .000 .001 .000 .000 .000

30 30 30 30 30 30 30

.327 .607** .575** 1 .623** .536** .754** .078 .000 .001 .000 .002 .000

30 30 30 30 30 30 30

.463** .509** .664** .623** 1 .738** .823** .010 .004 .000 .000 .000 .000

30 30 30 30 30 30 30

.658** .647** .643** .536** .738** 1 .864** .000 .000 .000 .002 .000 .000

30 30 30 30 30 30 30

.738** .834** .871** .754** .823** .864** 1 .000 .000 .000 .000 .000 .000

30 30 30 30 30 30 30

Correlation is s ignificant at t he 0.01 level (2-t ailed). **.

Correlations

Correlations

1 .834** .691** .894** .420* .384* .469** .856** .000 .000 .000 .021 .036 .009 .000 30 30 30 30 30 30 30 30 .834** 1 .557** .757** .424* .352 .521** .810** .000 .001 .000 .020 .056 .003 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 .691** .557** 1 .524** .344 .422* .370* .695** .000 .001 .003 .062 .020 .044 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 .894** .757** .524** 1 .564** .462* .555** .873** .000 .000 .003 .001 .010 .001 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 .420* .424* .344 .564** 1 .697** .781** .772** .021 .020 .062 .001 .000 .000 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 .384* .352 .422* .462* .697** 1 .667** .715** .036 .056 .020 .010 .000 .000 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 .469** .521** .370* .555** .781** .667** 1 .789** .009 .003 .044 .001 .000 .000 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 .856** .810** .695** .873** .772** .715** .789** 1 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

30 30 30 30 30 30 30 30

x1.1 x1.2 x1.3 x1.4 x1.5 x1.6 x1.7 Partisipasi

Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-tailed). **.

(63)

Reliability

Lis twis e deletion based on all variables in the procedure.

Mean St d. Deviation N

Ite m-Tota l Sta tisti cs

16.80 10.372 .652 .892

Scale Sta tisti cs

20.27 13.099 3.619 6

(64)

Reliability

Lis twis e deletion based on all variables in the procedure.

Ite m-Tota l Sta tisti cs

20.63 11.344 .785 .873

Scale Sta tisti cs

24.00 16.276 4.034 7

(65)

Reliability

Lis twis e deletion based on all variables in the procedure.

Mean St d. Deviation N

Item-Total Statistics

Scale Sta tisti cs

16.77 9.151 3.025 5

(66)

Correlations

Correlations

1 .595** .756** .775** .655** .928**

.001 .000 .000 .000 .000

30 30 30 30 30 30

.595** 1 .283 .557** .438* .685**

.001 .130 .001 .015 .000

30 30 30 30 30 30

.756** .283 1 .600** .531** .777**

.000 .130 .000 .003 .000

30 30 30 30 30 30

.775** .557** .600** 1 .637** .877**

.000 .001 .000 .000 .000

30 30 30 30 30 30

.655** .438* .531** .637** 1 .811**

.000 .015 .003 .000 .000

30 30 30 30 30 30

.928** .685** .777** .877** .811** 1

.000 .000 .000 .000 .000

30 30 30 30 30 30

x2.1 x2.2 x2.3 x2.4 x2.5 Pengetahuan

Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-tailed). **.

(67)

Variables Entered/Removedb

.858a .735 .730 .51961359 .735 134.834 2 97 .000 1.873 Model Predic tors: (Constant), Pengetahuan, P artis ipas i

a.

Dependent Variable: Sikap b.

ANOV Ab

72.810 2 36.405 134.834 .000a

26.190 97 .270

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), Pengetahuan, Partisipasi a.

Dependent Variable: Sik ap b.

Coeffi cientsa

.000 .052 .000 1.000 -.103 .103

.456 .081 .456 5.593 .000 .294 .617 .806 .494 .292 .411 2.434 .457 .081 .457 5.603 .000 .295 .618 .806 .494 .293 .411 2.434 (Const ant)

t Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidenc e Int erval for B

Zero-order Partial Part Correlations

Tolerance VIF Collinearity Statistic s

(68)

Collineari ty Diagnosti csa

1.768 1.000 .00 .12 .12

1.000 1.330 1.00 .00 .00

.232 2.758 .00 .88 .88

Index (Const ant) Partisipasi Pengetahuan Variance P roportions

Dependent Variable: Sikap a.

Residuals Statisticsa

-1.97080 .8678740 .0000000 .85758745 100 -1.76834 1.480568 .00000000 .51433819 100

-2.298 1.012 .000 1.000 100

-3.403 2.849 .000 .990 100

Predicted Value Residual

Std. Predicted Value Std. Residual

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Sikap a.

Lampiran 7

Uji Heteroskedastisitas

Regression-Uji Heteroskedastisitas

Dependent Variable: Abs. Unst. Residual b.

Coeffi cientsa

.387 .033 11.605 .000

-.042 .052 -.125 -.805 .423

-.022 .052 -.066 -.427 .671

(Const ant)

Dependent Variable: Abs. Unst . Residual a.

(69)

NPar Tests-Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

100 .0000000 .51433819 .083 .056 -.083 .829 .498 N

Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)

Unst. Residual

Test distribution is Normal. a.

(70)

Gambar

Gambar 1.1 Pembagian Sistem Jaringan Drainase Wilayah DenpasarSumber: Bappeda Kota
Gambar 2.1 Hubungan timbal balik faktor-faktor permasalahan drainase perkotaan
Gambar 2.2 Pelaksanaan pembangunan yang melibatkan masyarakat
Gambar 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penalaran matematis siswa yang mempunyai kemampuan sedang, yaitu: (a) memahami masalah, siswa membaca soal berulang-lang setelah itu menuliskan informasi

Dengan demikian, merujuk pada pandangan Barth (1998), bahwa yang dimaksudkan etnik Aceh adalah (1) masyarakat yang berkembang biak dan bertahan di wilayah Aceh;

pelanggaran yang dilakukan ole pihak BPR adalah karena bunga yang diberikan lebih tinggi dari ketentuan LPS maka demi terbebas dari segala tuntuan hukum nasabah harus

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus

[r]

Kelebihan software tersebut dapat dijalankan diberbagai macam platform, memiliki tingkat akses yang cepat dan bebas

16 Informasi tentang Peraturan, Keputusan dan Kebijakan Kabupaten Pesisir Selatan. Bagian Hukum dan Ham Sekretariat

Kelebihan software tersebut dapat dijalankan diberbagai macam platform, memiliki tingkat akses yang cepat dan bebas