ASPEK HUKUM DALAM DAMPAK KEGIATAN USAHA RUMAH MAKAN YANG BERDAMPAK KEPADA LINGKUNGAN
(STUDI PADA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MEDAN)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
OLEH:
AULIA PRAKASA SIMANJUNTAK NIM : 150200098
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2019
ABSTRAK
ASPEK HUKUM DALAM DAMPAK KEGIATAN USAHA RUMAH MAKAN YANG BERDAMPAK KEPADA LINGKUNGAN (STUDI PADA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MEDAN)
Aulia Prakasa Simanjuntak*
Mahmul Siregar**
Detania Sukarja***
Tujuan dan arah pembangunan nasional sebagaimana ditetapkan dalam program pembangunan nasional yakni, berusaha mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, dimana masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan diberbagai bidang diantaranya bidang ekonomi, pembangunan ekonomi identik dengan pembangunan sektor-sektor ekonomi yang terdapat di negara kita ini, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan,pertambangan, industri, perdagangan dan jasa-jasa lainnya. Penanaman modal merupakan satu sumber dana dalam pembangunan ekonomi nasional negara dengan mengundang investor agar bersedia menanamkan modalnya.
Kegiatan penanaman modal juga memberikan dampak bagi eksistensi lingkungan hidup, sehingga diperlukan upaya untuk menjaga keberlangsungannya.
pengendalian penanaman modal merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan fungsi penanaman modal yang berwawasan lingkungan. Masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini bagaimana kewajiban bagi usaha rumah makan yang ada di Kota Medan terkait kelestarian lingkungan hidup dan bagaimana aspek hukum bagi pelaku usaha rumah makan di Kota Medan jika tidak memenuhi kewajiban dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif dengan pengumpulan data secara penelusuran kepustakaan (Library Research) untuk memperoleh bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, serta bahan hukum tersier, kemudian data dianalisi dengan metode kualitatif.
Berwawasan lingkungan merupakan aspek penting sebagai dasar pelaksanaan penanaman modal, sebagaimana diatur dalam UU penanaman modal.
Pelaku usaha rumah makan di Kota Medan harus memenuhi kewajiban-kewajiban terkait pengendalian dan pegelolaan lingkungan hidup untuk mendapatkan izin lingkungan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan, dan Dinas Lingkungan Hidup Melakukan Pengawasan-pengawasan rutin untuk mencegah adanya pelanggaran-pelanggaran terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
jika terjadi pelanggaran maka Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan Dapat memberikan tindakan berupa sanksi administratif berupa teguran tertulis, paksaan pemerintah, denda, pembekuan izin lingkungan dan pencabutan izin lingkungan Kata Kunci: pembangunan, perlindungan, lingkungan, pengendalian, modal _______________________________
*Mahasiswa
**Dosen Pembimbing I
***Dosen Pembimbing II
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam juga senantiasa penulis sampaikan kedapa Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membimbing ummat manusia menuju jalan keselamatan dan keberkahan. Skripsi yang diberi judul “ASPEK HUKUM DALAM DAMPAK KEGIATAN USAHA RUMAH MAKAN YANG BERDAMPAK KEPADA LINGKUNGAN (STUDI PADA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MEDAN)” disusun untuk memenuhi tugas dan memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum (SH) di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Secara khusus saya mengucapkan terimakasi yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua saya, ayah tercinta Abdul Azis Simanjuntak dan ibu tersayang Mesrawati Hutabarat yang telah mendoakan serta memberi cinta, kesabaran, perhatian, dukungan, bantuan dan pengorbanan yang tidak ternilai sehingga saya dapat melanjutkan dan menyelesaikan studi dengan baik.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, saya juga mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai penghargaan dan ucapan terimakasih terhadap semua dukungan dan bantuan yang telah diberikan, saya menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH.M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
3. Bapak Dr. OK Saidin, SH,M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
4. Ibu Puspa Melati, SH.M.Hum., Selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera utara;
5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH.M.Hum., Selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH.M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi;
7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH.M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I.
Terima kasih banyak atas saran, arahan dan masukan yang membangun dalam setiap bimbingan, serta waktu yang bapak berikan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini;
8. Ibu Dr. Detania Sukarja, SH. LLM., selaku Dosen Pembimbing II.
Terimakasih atas bimbingan, saran, nasihat, dan ilmu yang ibu berikan selama ini disetiap bimbingan dengan penuh kesabaran hingga skripsi ini selesai;
9. Seluruh Dosen-Dosen di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mengajar dan memberikan ilmu yang terbaik, serta membimbing penulis selama menjalani studi di Fakulta Hukum Universitas Sumatera Utara;
10. Seluruh Staf pegawai dan tata usaha di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam urusan administrasi;
11. Kepada pihak- pihak yang telah mendoakan dan mendukung penulis dalam menempuh perjalanan hidup juga mendoakan penulis untuk menyelesaikan skripi ini, maka penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada saudara-saudari kandungku Yaumil Sri Ramadhani Simanjuntak, Fitrah Salimah Simanjuntak, Halimah Kartika Simanjuntak, dan Iskandar Zulkarnain Simanjuntak.
12. Kepada Sahabat-sahabat “KBH”, Iqbal Hadhirat, Aji Bagus Hamandani, Sigit Karseno, Ahmad Rifky, M.Helzha Indra, Mari’e Muhammad, Fahrul Rizky, Bayu Syahputra, Arianda, dengan segala Support, semangat, kebahagiaan yang selama bertahun-tahun dilalui, selalu ada di saat senang dan susah;
13. Rekan-Rekan Seperjuanagan yang tak terlupakan, Gom Banuaran, Adinda Namira, Ayu Mega Utami, Natal Hutasoit, Ririn Novianti, yang selalu memberikan semangat satu sama lain dalam dunia perkuliahan maupun di luar dunia perkuliahan;
14. Rekan-rekan seperjuangan kelompok Klinis Perdata, PTUN dan Pidana yang mendukung, memberi semangat dan motivasi menyelesaikan tugas perkuliahan;
15. Kepada Sahabat-sahabat sejak SMA Ajuhan Febrizal, Rahmat Mediansyah, M. Riza Haflan Lubis, Raja Inal Siregar, Lathif Maulana, Desi Fiolita, Tami, Lukman, Taufiq, Khafid, yang selalu mendoakan memberi dukungan sejak dulu.
16. Teman teman Group C 2015, Ikatan Mahasiswa Ekonomi (IMAHMI) yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya yang telah menjadi teman baik dengan memberikan dukungan dan semangat serta membuat hari-hari selama perkuliahan ini menjadi lebih berarti;
Penulis menyadari skripsi ini ibarat sebutir pasir dipantai ilmu nan luas, masih jauh dari kata sempurna karena hanya yang maha kuasa yang memiliki kesempurnaan, penulis berusaha memberikan kontribusi pemikiran sederhana sebagai upaya latihan dan belajar guna penulis menjadi yang lebih baik lagi untuk kedepannya. Penulis berharap kepada semua pihak agar dapat memberikan kritik dan saran yang membangun untuk penulis lebih baik lagi kedepannya, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya. Amin.
Medan, 2019
Aulia Prakasa Simanjuntak Nim: 150200098
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI...iv
ABSTRAK...vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1
B. Perumusan Masalah...7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...8
D. Keaslian Penulisan...9
E. Tinjauan Kepustakaan...10
1 Pengertian Penanaman Modal...10
2 Asas-asas Penanaman Modal...12
3 Pengertian Lingkungan Hidup...16
4 Pengertian Hukum Lingkungan...21
5 Pengendalian Penanaman Modal...23
F. Metode Penelitian ...24
G. Sistematika Penulisan ...28
BAB II PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL BERDASARKAN HUKUM DI INDONESIA A. Pokok-Pokok Pengaturan Penanaman Modal di Indonesia...31
1. Sumber Hukum Kegiatan Penanaman Modal...31
2. Bentuk Hukum Usaha Penanaman Modal...34
3. Bidang Usaha Penanaman Modal...38
4. Aspek Perizinan Kegiatan Penanaman Modal...43
B. Pengendalian dan Pengawasan Kegiatan Penanaman Modal...47
1. Tujuan Pengendalian dan Pengawasan Kegiatan Penanaman Modal...47
2. Instrument Pengendalian dan Pengawasan Kegiatan Penanaman Modal...48
3. Tata Cara Pengendalian dan Pengawasan Kegiatan Penanaman Modal ...53
C. Peran Lembaga Terkait dalam Pengendalian dan Pengawasan Kegiatan Penanaman Modal...60
1. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)...60
2. Institusi Pemerintah Pusat yang Terkait dalam Pengendalian dan Pengawasan Kegiatan Penanaman Modal...62
3. Lembaga-lembaga Teknis di Pemerintah Daerah yang Terkait dalam Pengendalian dan Pengawasan Kegiatan Penanaman Modal...63
BAB III TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL DALAM PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM HUKUM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA A. Instrumen Pengelolaan Lingkungan Hidup...67
1. Peran Masyarakat Atas Pengelolaan Lingkungan Hidup...67
2. Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH)...72
3. Kajian Lingkungan Hidup Strategis...,...74
4. Baku Mutu Lingkungan Hidup ...76
5. Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup...80
6. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)...81 7. Sistem Perizinan Lingkungan Hidup ...83 8. Audit Lingkungan...86 B. Aspek Hukum Terhadap Lingkungan Hidup Melalui Pelayanan Terpadu Satu pintu(PTSP)...89 C. Tanggung Jawab Penanam Modal Atas Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup...95
BAB IV ASPEK HUKUM PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL DALAM KEGIATAN USAHA RUMAH MAKAN YANG BERDAMPAK KEDADA LINGKUNGAN DIKOTA MEDAN
A. Pengaturan kewajiban perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bagi pelaku usaha rumah makan...98 B. Pemenuhan Kewajiban-kewajiban Pelaku Usaha Rumah Makan
dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup...102 C. Aspek Hukum Terhadap Pengendalian dan pengawasan Kegiatan Usaha Rumah Makan Yang Tidak Memenuhi Kegiatan Perlindungan Lingkungan Hidup di Kota Medan ...106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...115 B. Saran ...116
DAFTAR PUSTAKA...118
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Tujuan dan arah pembangunan nasional sebagaimana di tetapkan dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas) yakni, berusaha mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur, dimana masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di berbagai bidang, diantaranya bidang ekonomi, pembangunan ekonomi identik dengan pembangunan sektor-sektor ekonomi yang terdapat di negara kita ini, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri, perdagangan, jasa-jasa, dan lain-lain.1
Pelaksanaan pembangunan memerlukan modal dalam jumlah yang cukup besar dan tersedia dalam waktu yang tepat. Modal dapat disediakan oleh pemerintah dan oleh masyarakat luas, khususnya dunia usaha swasta. Keadaan yang ideal dari segi nasionalisme adalah apabila kebutuhan akan modal tersebut sepenuhnya dapat di sediakan oleh kemampuan modal dalam negeri sendiri, apakah itu oleh pemerintah dan atau dunia usaha swasta dalam negeri. Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian sebab pada umumnya negara negara berkembang dalam hal ketersediaan modal yang cukup untuk melaksanakan pembangunan secara menyeluruh mengalami berbagai kesulitan yang di sebabkan oleh berbagai faktor, antara lain: tingkat tabungan (saving) masyarakat yang masih rendah, akumulasi modal yang belum efektif dan efisien, keterampilan
1 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia (Jakarta:Kencana, 2004) hlm,1
(skill) yang belum memadai serta tingkat teknologi yang belum modern) kendala kendala ini umumnya oleh negara negara berkembang atau sedang berkembang di coba untuk diatasi dengan berbagai macam cara dan alternatif di antaranya melalui bantuan dan kerja sama dengan luar negeri yang dibutuhkan untuk melengkapi modal dalam negeri yang dapat segera di kerahkan.2
Keterbatasan dalam bidang permodalan dan penguasaan teknologi merupakan kendala yang umum di hadapi oleh hampir setiap negara dalam rangka pembangunan ekonomi nasionalnya yang bersifat multi kompleks. Indonesia sebagai salah satu negara yang berkembang juga mengalami masalah tersebut, jadi salah satu alternatif lain dalam pemecahan masalah tersebut adalah dengan mendatangkan dana bantuan luar negeri baik berupa pinjaman luar negeri maupun penanaman modal asing.3
Cukup beralasan jika setiap negara saling bersaing untuk menarik calon penanam modal untuk menanamkan modal di negaranya. Di dalam berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka pembangunan melalui penanaman modal tersebut, Pemerintah harus senantiasa memperhatikan aspek lingkungan sebagai Aspek yang penting guna keberlangsungan hidup masyarakat.
Disatu sisi sumber daya alam masih difokuskan penggunaannya untuk pembangunan ekonomi semata mata tanpa mempertimbangkan upaya pelestarian dan efisiensi pemanfaatannya. Sumber daya alam termasuk fungsi dan jasa lingkungan di dalamnya belum dianggap memiliki nilai atau harga di pasaran
2 Ibid.
3 Sumartono, Bunga Rampai Permasalahan Penanaman Modal Dan Pasar Modal/
Problems Of Investment In Equities and in Securities; (Bandung: Bina Cipta, 1984) hlm.129.
sehingga cenderung digunakan secara berlebihan,boros, dan mengabaikan kelestariannya.4
Permasalahan lingkungan hidup akan terus muncul secara serius di berbagai pelosok bumi sepanjang penduduk bumi tidak segera memikirkan dan mengusahakan keselamatan dan keseimbangan lingkungan hidup itu sendiri.
Demikian juga di Indonesia permasalahan lingkungan hidup seolah-olah di biarkan menggelembung sejalan dengan intensitas pertumbuhan industri, walaupun industrialisasi itu sendiri sedang menjadi prioritas dalam pembangunan.
Tidak kecil jumlah korban ataupun kerugian yang justru terpaksa di tanggung oleh masyarakat luas tanpa ada konpensasi yang sebanding dari pihak industri.
Walaupun proses perusakan lingkungan tetap terus berjalan dan kerugian yang ditimbulkannya harus ditanggung oleh banyak pihak, tetapi solusinya yang tepat tetap saja belum bisa di temukan. Bahkan disisi lain sebenarnya sudah ada perangkat hukum yaitu Undang-Undang Lingkungan Hidup, tetapi tetap saja pemecahan masalah lingkungan hidup menemui jalan buntu. Hal demikian pada dasarnya di sebabkan oleh adanya kesenjangan yang tetap terpelihara menganga antara masyarakat, industri, dan pemerintah termasuk aparat penegak hukum.
Penyebab utama bencana, pencemaran, kerusakan lingkungan dan penggunaan berlebihan sumber daya alam tersebut adalah karena pada tingkat pengambilan keputusan, kepentingan pelestarian sering diabaikan. Hal ini terjadi mengingat kelemahan politik dari pihak yang menyadari pentingnya pelestarian lingkungan hidup. Seperti diketahui, pada saat ini perjuangan untuk melestarikan
4 Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum Dan HAM RI, Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional Bidang Lingkungan Hidup(Jakarta: 2007) hlm.27-28.
lingkungan hanya didukung oleh sekelompok kecil kelas menengah yang kurang mempunyai kekuatan politik dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, pertama kekuatan upaya pelestarian lingkungan perlu mendapat dukungan dari kekuatan-kekuatan politik primer. Kedua, demi keberhasilan usaha pelestarian lingkungan, masyarakat luas perlu mempunyai keberdayaan dan mampu berperan serta secara efektif melalui mekanisme demokrasi. Ketiga, pemerintah yang khususnya pemerintah daerah perlu memiliki kemampuan ketataprajaan di bidang lingkungan hidup (good environmental governance), agar mampu untuk menjawab tantangan dari masyarakat yang sudah diberdayakan. Keempat adalah pentingnya usaha peningkatan penataan dalam pengelolaan lingkungan hidup.5
Ada berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka menjaga keberlangsungan hidup masyarakat, salah satunya dengan melakukan perlindungan terhadap lingkungan hidup. Salah satu upaya perlindungan lingkungan hidup yang dilakukan oleh pemerintah dalam kaitannya dengan kegiatan penanaman modal adalah melalui pengaturan pengendalian penanaman modal di Indonesia.
Pengendalian penanaman modal merupakan salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk melaksanakan pengendalian fungsi penanam modal dengan melakukan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan dalam pelaksanaan penanaman modal, pedoman dan tata cara pengendalian penanaman modal tersebut diatur melalui Peraturan Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (Perka BKPM) Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal.
5 Ibid.
Seperti yang termaktub dalam pasal 1 ayat (5) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (Perka BKPM) No. 3 Tahun 2012 tentang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal atau selanjutnya disebut pengendalian penanaman modal adalah kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan. Agar pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pada prinsipnya, hukum investasi merupakan kaidah hukum yang mengkaji tentang penanaman investasi atau penanaman modal, baik itu investasi domestik maupun investasi asing. Hukum investasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan hukum lingkungan. Dalam penanaman investasi itu, disyaratkan bahwa para investor diwajibkan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup di Indonesia. Apabila hal itu dilanggar, izin penanaman investasi dapat dicabut oleh pejabat yang berwewenang. Bahkan para investor yang melanggar peraturan perundang undangan di bidang lingkungan hidup dapat di pidana ataupun diminta untuk membayar ganti rugi karena telah melakukan pencemaran lingkungan.6
Kegiatan usaha rumah makan adalah salah satu industri yang berkembang dengan cepat, khususnya di area perkotaan, karena area perkotaan dianggap sebagai tempat yang strategis dan mempunyai penduduk yang banyak, semakin banyak jumlah penduduk kemungkinan untuk mendapatkan pangsa pasar dan keuntungan semakin besar. Seperti di kota Medan terkhusus di daerah Universitas Sumatera Utara yang kebanyakan mahasiswa diluar kota Medan tinggal di
6 Salim HS., Dan Budi Sutrisno., Hukum Investasi Di Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hlm 26-27.
lingkungan Universitas Sumatera Utara maka membuat pengusaha rumah makan sendiri berlomba untuk mendapatkan keuntungan yang besar.
Tetapi tidak sedikit pula pelaku usaha rumah makan yang tidak memperhatikan lingkungan hidup disekitarnya, karena kurangnya perhatian terhadap lingkungan hidup disekitarnya maka lingkungan hidup disekitarnya dapat tercemari, contohnya seperti yang penulis amati, banyak sampah- sampah berserakan di selokan (tempat aliran air) disekitaran rumah makan terkhusus di daerah Universitas Sumatera Utara, akibat dari pencemaran lingkungan ini sering timbul banjir ketika musim hujan, hal ini disebabkan karena banyaknya sampah- sampah berserakan di selokan sehingga selokan tersumbat dan air cepat naik ke permukaan. Hal disebabkan karena kurangnya perhatian dari pelaku usaha rumah makan tersebut yang kurang menata dengan bagus limbah-limbah yang dikeluarkan dari industri rumahmakan tersebut.
Untuk mencegah rusaknya lingkungan hidup karena dampak kegiatan usaha rumah makan terhadap lingkungan, maka perlu dilakukan pengawasan- pengawasan oleh pemerintah untuk pencegahan kerusakan lingkungan hidup melalui pengendalian penanaman modal seperti pengaturan penanaman modal, pengendalian dan pengawasan penanaman modal, dan peran lembaga yang terkait dalam pengelolaan dan pengawasan kegiatan penanaman modal.
Aspek hukum dalam perlindungan lingkungan hidup melalui pengendalian penanaman modal ini menimbulkan akibat hukum apabila penanaman modal yang dilakukan tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawab dalam rangka perlindungan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
Akibat hukum tersebut merupakan akibat yang timbul karena adanya pelanggaran-pelanggaran yang mengakibatkan timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan.
Keterbukaan merupakan salah satu prinsip good corporate governance yang harus di laksanakan oleh setiap penanam modal atau perusahaan, termasuk industri rumah makan, pelaksanaan dari tanggung jawab khususnya pada bidang perlindungan dan pengolahan lingkungan hidup tersebut dapat dilakukan dengan di terapkannya prinsip keterbukaan, perizinan, tanggung jawab sosial dan lingkungan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis skripsi yang berjudul
“Aspek Hukum Dalam Dampak Kegiatan Usaha Rumah Makan Yang Berdampak Kepada Lingkungan (Studi Pada Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan). Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab oleh pelaku usaha rumah makan yang ada di Kota Medan terhadap pengendalian dan pengelolaan lingkungan hidup, dan bagaimana aspek hukum bagi pelaku usaha rumah makan dan bagaimana pengawasannya jika tidak memenuhi kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas, terdapat beberapa hal yang menjadi perumusan masalah dalam penulisan skripsi ini, antara lain:
1. Bagaimana pengendalian dan pengawasan terhadap penanaman modal dalam hukum positif di Indonesia?
2. Bagaimana tanggung jawab perusahaan penanaman modal terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup ?
3. Bagaimana aspek hukum terhadap pengendalian dan pengawasan kegiatan penanaman modal dalam kegiatan usaha rumah makan yang berdampak terhadap lingkungan hidup di Kota Medan?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui pengendalian dan pengawasan terhadap penanaman modal dalam hukum positif di indonesia.
2. Untuk mengetahui tanggung jawab perusahaan penanaman modal terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
3. Untuk mengetahui aspek hukum terhadap pengendalian dan pengawasan kegiatan penanaman modal dalam kegiatan usaha rumah makan yang berdampak terhadap lingkungan hidup di Kota Medan.
Manfaat penulisan yang di peroleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis, kiranya melalui penulisan skripsi ini mampu mengisi ruang kosong dalam ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan skripsi ini, dan menjadi bahan kajian untuk memberikan informasi informasi
dalam bidang pengetahuan hukum umumnya maupun hukum ekonomi khususnya.
2. Secara praktis, manfaat dari skripsi ini adalah supaya masyarakat umum, kalangan penegak hukum, penanam modal dan calon penanam modal untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta referensi dalam praktek upaya perlindungan lingkungan hidup serta dapat mengetahui hak dan kewajiban terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan hukum dan ketentuan ketentuan yang berlaku.
D. Keaslian Penulisan
Untuk mengetahui orisinalitas penulisan, sebelum melakukan penulisan skripsi yang berjudul “Aspek Hukum Dalam Dampak Kegiatan Usaha Rumah Makan Yang Berdampak Kepada Lingkungan (Studi Pada Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan)” Penulis terlebih dahulu melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara / Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara melalui surat yang tertanggal 22 April 2019 yang telah diperiksa dan menyatakan bahwa “Tidak Ada Judul Yang Sama” . Namun jikalau ada judulpun yang hampir sama namum memiliki substansi yang berbeda, sehingga skripsi ini benar benar merupakan tulisan yang terjamin keasliannya dan dapat di pertanggung jawabkan.
Penulis juga melakukan penelusuran berbagai judul karya ilmiah melalui media internet dan sepanjang penelusuran yang dilakukan, belum ada penulisan lain yang pernah mengangkat topik tersebut. Maka berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada mengenai “ Aspek Hukum Dalam Dampak Kegiatan Usaha Rumah Makan Yang BerdampakKepada lingkungan (Studi Pada Dinas Lingkungan hidup Kota Medan) belum ada penelitian dengan topik dan permasalahan yang sama. Sekalipun ada, hal tersebut merupakan diluar sepengetahuan penulis. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran penulis yang didasarkan pada pengertian-pengertian, teori-teori, dan aturan hukum yang di peroleh melalui referensi media cetak maupun media elektronik. Penelitian ini disebut dengan asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka serta dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian Penanaman Modal
Investasi berasal dari kata invest yang berarti menanam atau menginvestasikan uang atau modal. Istilah investasi atau penanaman modal merupakan istilah yang dikenal dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam bahasa perundang-undangan. Istilah investasi merupakan istilah yang populer dalam dunia usaha, sedangkan istilah penanaman modal lazim digunakan dalam perundang-undangan. Namun pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama, sehingga kadangkala digunakan secara interchangeable.
Investasi memiliki pengertian yang lebih luas karena dapat mencakup baik investasi langsung (direct investment), maupun investasi tidak langsung
(portofolio investment), sedangkan penanaman modal lebih memiliki konotasi kepada investasi langsung.7
Secara umum investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh orang pribadi (natural person) maupun badan hukum (juridical person) dalam upaya untuk meningkatkan dan atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai (cash money), peralatan (equipment), aset tidak bergerak, hak atas kekayaan intelektual,maupun keahlian.8
Istilah investasi berasal dari bahasa latin, yaitu investire (memakai), sedangkan dalam bahasa inggris, disebut dengan investment. Para ahli memiliki pandangan yang berbeda mengenai konsep teoretis tentang investasi. Fitztgeral mengartikan investasi adalah aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang, dan dengan barang modal akan dihasilkan aliran produk baru dimasa yang akan datang.9
Defenisi lain dari tentang investasi di kemukakan oleh Kamaruddin Ahmad. Ia mengartikan investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut.10
7 Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, (Jakarta:Sinar Grafika,2009) hlm.3.
8 Ibid.
9 Salim HS dan Budi sutrisno, Op.Cit. hlm.31.
10 Ibid,hlm.32.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan, investasi berarti pertama, penanaman uang atau modal di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan; kedua, jumlah uang atau modal yang ditanam.11
Penanaman modal dapat dilakukan dengan melalui penanaman modal asing. Hal ini dijabarkan dalam pasal 1 ayat (3), penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan penanam modal asing sepenuhnya maupun berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.12
Kegiatan penanaman modal dilakukan dalam bentuk pertama, penanaman modal dalam negeri. Pengertian penanaman modal dalm negeri di jabarkan dalam pasal 1 ayat (1) yang mengemukakan, penanaman modal dalam negeri adalah suatu kegiatan menanam modal untuk melakukan suatu usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Kedua, penanaman modal dapat dilakukan melaui penanaman modal asing. Hal ini dijabarkan dalam pasal 1 ayat (3), penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha diwilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan penanam modal asing. Baik menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.13
11 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).(Jakarta: Balai Pustaka. 1995 Edisi Ke empat), hlm,386.
12 Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, (Bandung: Nuansa Aulia, 2010), hlm.134
13 Ibid.
2. Asas- Asas Hukum Investasi
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing jo, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri jo, Undang-Undang Nomor 12 tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri tidak di temukan ketentuan yang menyebutkan tentang asas-asas hukum dalam pelaksanaan investasi di indonesia. Namun, kalau dikaji beberapa ketentuan yang terdapat di dalam kedua Undang-undang tersebut dapat ditemukan beberapa asas-asas hukum yang berkaitan dengan investasi, asas hukum itu di sajikan berikut ini:
1. Asas ekonomi perusahaan, yaitu asas dimana dalam penanaman investasi dapat di usahakan dan dilakukan secara optimal, dan sesuai dengan prinsip efisiensi (Pasal 26 UUPMA)
2. Asas hukum internasional merupakan asas di dalam menyelesaikan sengketa antara pemerintah dengan penanaman modal, apabila pemerintah melakukan tindakan nasionalisasi/ pencabutan hak milik secara menyeluruh, dan penyelesaiannya harus di dasarkan pada asas- asas hukum internasional (Pasal 21 UUPMA)
3. Asas demokrasi ekonomi, yaitu asas dimana penanam investasi didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi ekonomi (Penjelasan pasal 4 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang PMDN)
4. Asas manfaat, yaitu merupakan asas, dimana di dalam penanam investasi dapat memberikan manfaat yang sebesar besarnya bagi kemakmuran rakyat Indonesia.14
Didalam pasal 3 ayat (1)Undang-Undang Penanaman Modal telah di tentukan 10 asas dalam penanaman modal atau investasi. Kesepuluh asas itu di sajikan berikut ini :
1. Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang undangan dengan segala dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.
2. Asas keterbukaan, yaitu asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal.
3. Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan penanaman modal di pertanggung jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara adalah asas perlakuan persamaan non diskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal dari satu negara asing dan penanaman modal dari penanaman modal asing lainnya.
14 Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.Cit. Hlm.13-14.
5. Asas kebersamaan adalah asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
6. Asas efisiensi berkeadilan adalah asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif dan berdaya asing.
7. Asas berkelanjutan adalah asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun yang akan datang.
8. Asas berwawasan lingkungan adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.
9. Asas kemandirian adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.
10. Asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional adalah asas yangberupa menjaga keseimbangan dan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional.
Disamping asas-asas hukum diatas, dalam Agreement on Trade Related Invesment Measures (TRIMs) telah ditentukan sebuah asas, yaitu asas nondiskriminasi, yaitu asas dalam penanaman modal tidak membedakan antara investasi asing maupun lokal mengingat investasi itu sendiri bersifat state
borderless (tidak mengenal batas negara). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa investasi yang ditanamkan oleh investor tidak dibedakan antara investasi asing dengan investasi lokal, asas ini telah dimasukkan kedalam Pasal 3 ayat (1) huruf d Undang-Undang Penanaman Modal. Dalam ketentuan ini, tidak dibedakan antara investasi asing dengan investasi domestik.15
3. Pengertian Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup berasal dari kata lingkungan dan hidup, Dalam Kamus Besar Bahasa yang disususn oleh tim penyususn kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa departemen pendidikan dan kebudayaan, terbitan balai pustaka, 1989, lingkungan di artikan sebagai daerah (kawasan dan sebagainya), yang termasuk didalamnya; sedang lingkungan alam di artikan sebagai keadaan (kondisi, kekuatan) sekitar, yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku organisme. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang disususn oleh W.J.S.
Poerwadarminta, terbitan PN Balai Pustaka Jakarta, 1976, lingkungan di artikan sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari); Lingkaran; sekalian yang terlingkung dalam suatu daerah atau alam sekitarnya, bekerja sebagaimana mestinya yang dapat mempengaruhi penghidupan dan kehidupan manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan ataupun makhluk lainnya.
Berdasarkan uraian diatas maka dapatlah di simpulkan bahwa perkataan lingkungan hidup mengandung arti tempat,wadah atau ruangan yang ditempati oleh makhluk hidup dan tak hidup yang berhubungan dan saling mempengaruhi
15 Ibid, Hlm. 14-16.
satu sama liannya, baik antara makhluk-makhluk itu sendiri maupun antara makhluk-makhluk itu dengan lingkungannya.16
Soedjono mengartikan lingkungan hidup sebagai lingkungan hidup fisik atau jasmani yang mencakup atau meliputi semua unsur dan faktor fisik jasmaniah yang terdapat dalam alam. Dalam pengertian ini, maka manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan tersebut dilihat dan dianggap sebagai perwujudan fisik jasmani belaka. Dalam hal ini lingkungan hidup manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan yang ada di dalamnya.
NHT. Siahaan, merumuskan unsur-unsur lingkungan sebagai berikut:
1. Semua benda, berupa : manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, organisme, tanah, air, udara, rumah, sampah, mobil, angin, dan lain-lainnya keseluruhan ini digolongkan sebagai materi. Sedangkan satuan-satuan yang disebut sebagai komponen
2. Daya, disebut juga dengan energi
3. Keadaan, disebut juga kondisi atau situasi 4. Perilaku atau tabiat
5. Ruang, yaitu wadah berbagai komponen berada
6. Proses interaksi, disebut juga saling mempengaruhi, atau biasapula disebut dengan jaringan kehidupan
Keseluruhan unsur-unsur tersebut diatas, tidaklah merupakan unsur-unsur yang terlepas satu sama lain. Unsur-unsur tersebut mempunyai pola hubungan
16 Harun M.Husein, Lingkungan Hidup: Masalah Pengelolaan dan Penegakan Hukumnya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1993)Hlm,6
tertentu yang bersifat tetap dan teratur yang merupakan suatu sistem hubungan timbal balik (interaksi) yang saling pengaruh-mempengaruhi.17
Inti permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan tibal balik antara makhluk hidup dengan benda mati, khususnya manusia dan lingkungannya.jadi, lingkungan hidup merupakan menia hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan benda mati yang merupakan satu kesatuan yang utuh, dan manusia ada di dalamnya. Dikatakan manusia ada didalamnya karena manusia adalah salah satu makhluk hidup yang sangat dominan perannya dengan lingkungan hidup. Manusia dengan tingkahlakunya dapat mempengaruhi lingkungan ( dapat mencemari, merusak atau melestarikan lingkungan), sedangkan makhluk hidup lainya tidaklah demikian.
Mengenai pengertian lingkungan hidup itu sendiri dapat melihat defenisi lingkungan hidup, dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997, yang mengatakan: “lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan serta makhluk hidup lainnya.18
Dari pengertian lingkungan hidup menurut pasal 1 angka 1 Undang- Undang Nomor 23 Tahun1997 tersebut, maka dapat dirumuskan menjadi unsur- unsur sebagai berikut:
1. Kesatuan ruang
17 Ibid, Hlm. 7-8
18 Sodikin, Penegakan Hukum Lingkungan (Jakarta: Djambatan,2007) Hlm.1
Maksud kesatuan ruang, yang berarti ruang adalah sebagai bagian tempat berbagi komponen lingkungan hidup bisa menempati dan melakukan proses interaksi di antara berbagai komponen lingkungan hidup tersebut.
Jadi, ruang merupakan suatu tempat berlangsungnya ekosistem, misalnya ekosistem pantai, ekosistem hutan. Ruang atau tempat dapat mengintari berbagai komponen lingkungan hidup yang merupakan suatu ekosistem satu sama lain antara lain pada hakikatnya berwujud pada suatu kesatuan ruang.
2. Semua benda
Benda dapat dikataka juga sebagai materi atau zat. Materi atau zat merupakan segala sesuatu yang berada pada suatu tempat dan pada suatu waktu. Pendapat kuno mengatakan suatu benda terdiri atas empat macam materi asal (zat asal), yaitu api, air, tanah,dan udara. Dalam perkembangan sekarang empat materi tersebut tidak dapat lagi disebut zat tunggal (zat asal), perkembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi, materi adalah apa saja yang mempunyai massa yang menempati suatu ruang baik yang berbentuk padat, cair, dan gas. Materi ada yang dilihat dan dipegang seperti kayu, kertas, batu, makanan, pakaian. Ada materi yang bisa dilihat, tetapi tidak bisa dipegang seperti air, adapula materi yang tidak dapat dilihat dan dipegang seperti udara, memang udara tidak dapat di lihat dan dipegang, tetapi memerlukan tempat.
3. Daya
Daya atau disebut juga dengan energi atau tenaga merupakan suatu yang memberi kemampuan untuk menjalankan kerja atau dengan kata lain
energi atau tenaga adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Alam lingkungan hidup penuh dengan energi yang berwujud seperti energi cahaya, energi panas, energi magnet, energi listrik, energi gerak, energi kimia dan lainnya.
4. Keadaan
Keadaan disebut juga dengan situasi atau kondisi. Keadaan memiliki berbagai ragam yang satu sama lainya ada yang membantu berlangsungnya proses kehidupan lingkungan, ada yang merangsang makhluk hidup untuk melakukan sesuatu, ada juga yang mengganggu berprosesnya interaksi lingkungan dengan baik.
5. Makhluk hidup (termasuk manusia dan perilakunya)
Makhluk hidup merupakan komponen lingkungan hidup yang sangat dominan dalam siklus kehidupan. Makhluk hidup memiliki ragam yang berbeda satu sama lainya, makhluk hidup seperti binatang dan tumbuh- tumbuhan perannya dalam lingkungan hidup sangat penting, tetapi makhluk hidup seperti itu tidaklah merusak dan mencemari lingkungan, lain halnya dengan manusia. Menurut falsafahnya manusia terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Dengan adanya kedua unsur tersebut , maka manusia dapat berperilaku dan bertindak, perilaku manusia itu ada yang baik dan tidak baik, sehingga disinilah perlu adanya hukum yang mengatur perilaku tersebut. Manusia dengan perilakunya akan mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.19
19 Ibid, Hlm 2-4.
4. Pengertian Hukum Lingkungan
Pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan melakukan kerja sama para ahli lingkungan dari bebagai disiplin ilmu untuk secara bahu membahu meneliti faktor-faktor yang menghambat maupun mendorong pengembangan dan pembinaan lingkungan di negara kita. Kerja sama ini dilakukan sekaligus di perlukan untuk membahas permasalahan serta memberikan pengaruh ke arah pengelolaan lingkungan secara serasi dan terpadu, sesuai dengan kemampuan dan keilmuannya demi keberhasilan pembangunan berkelanjutan.
Masalah lingkungan dapat di tinjau dari aspek medik, planologis, teknologis, teknik lingkungan, ekonomi dan hukum. Segi-segi hukum pengelolaan lingkungan hidup dan konservasi sumber daya alam di indonesia perlu dikaji secara intensif, karena pengelolaan lingkungan tidak mungkin tanpa pengaturan hukum. Hukum lingkungan telah berkembang dengan pesat, bukan saja dengan hubungan nya dengan fungsi hukum sebagai perlindungan, pengendalian dan kepastian bagi masyarakat dengan peran agent of stability, tetapi terlebih menonjol lagi sebagai sarana pembangunan (a tool of social angineering) dengan peran sebagai agent of development atau agent of change.20
Hukum lingkungan berhubungan erat dengan kebijaksanaan lingkungan yang di tetapkan oleh penguasa yang berwewenang di bidang pengelolaan lingkungan. Dalam menetapkan kebijaksanaan lingkungan, penguasa ingin mencapai tujuan tertentu. Untuk dapat di pergunakan sebagai sarana, misalnya
20 Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijakan Lingkungan Nasional (Surabaya : Airlangga University Press, 2005) Hlm.1-2.
penyuluhan, pendidikan, subsidi, pelaksanaan kegiatan-kegiatan nyata dan sebagainya.21
Untuk memberikan pengertian yang lebih mendalam tentang hukum lingkungan, maka menurut Munadjat Danusaputro, membedakan hukum lingkungan menjadi hukum lingkungan modern dan hukum lingkungan klasik.Menurut Munadjat Danusaputro, bahwa hukum lingkungan modern menetapkan ketentuan dan norma-norma guna mengatur tindakan perbuatan manusia dengan tujuan untuk melindungi lingkungan dari kerusakan dan kemerosotan mutunya demi untuk menjamin kelestariannya agar dapat secara langsung terus-menerus digunakan oleh generasi sekarang ataupun generasi- generasi mendatang. Sebaliknya hukum lingkungan klasik menetapkan ketentuan- ketentuan dan norma-norma dengan tujuan terutama sekali untuk menjamin penggunaaan dan eksploitasi sumber-sumber daya lingkungan dengan berbagai akal dan kepandaian manusia guna mencapai hasil semaksimal mungkin, dan dalam jangka waktu yang sesingkat-singkatnya.22
Hukum lingkungan dalam pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan, berfungsi mencegah/menangkal terjadinya pencemaran dan atau perusakan lingkungan (sebagai sarana preventif), agar lingkungan hidup dan sumber daya alam, kesinambungan dan daya dukungannya tidak terganggu.
Disamping itu hukum lingkungan pula dimensi yang bersifat represif, sebagai sarana penindakan hukum bagi perbuatan perbuatan yang merusak atau mencemari lingkungan hidup dan sumber daya alam.23
21 Ibid, Hlm.5-6.
22 Sodikin, Op.Cit. Hlm.12.
23 Harun M.Husein, Op.Cit. Hlm.36.
5. Pengendalian Penanaman Modal
Pengendalian adalah kegiatan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan agar pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan peundang- undangan. Di dalam pasal 2 ayat (1) Peraturan Kepala Badan koordinasi Penanaman Modal Nomor 3 tahun 2012, yang selanjutnya disebut Perka BKPM 3/2012, maksud dari pengendalian penanaman modal adalah melaksanakan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penanaman modal sesuai hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal serta ketentuan peraturan perundang-undangan. Sehubungan dengan itu dikarenakan penanaman modal memiliki hak, kewajiban, dan tanggung jawab, maka dilakukan pengendalian penanamman modal sehingga dapat dilakukan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal serta ketentuan perundang-undangan.24
Tujuan dilaksanakannya pengendalian penanaman modal sebagaimana di jabbarkan dalam pasal 2 ayat (2) adalah:
a. Memperoleh perkembangan realisasi penanaman modal dan informasi masalah dan hambatan yang dihadapi oleh perusahaan.
b. Melakukan bimbingan dan fasilitasi penyelesaian masalah dan hambatan yang di hadapi oleh perusahaan.
c. Melakukan pengawasan pelaksanaan penanaman modal, penggunaan fasilitas fiskal dan melakukkan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan lapangan terhadap perusahaan.
24 Pasal 2 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 3 Tahun 2012
Dari pengaturan pengendalian pelaksanaan penanaman modal ini, pemerintah mengharapkan tercapainya realisasi penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ruang lingkup pengendalian penanaman modal sesuai dengan defenisinya yaitu melaksanakan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan terhadap penanaman modal.
a. Pemantauan
Pemantauaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memantau dan mengevaluasi perkembangan pelaksanaan penanaman modal yang telah mendapat perizinan penanaman modal.
b. Pembinaan
Pembinaan adalah kegiatan bimbingan kepada penanam modal untuk merealisasikan penanaman modalnya dan fasilitas penyelesaian masalah /hambatan atas pelaksanaan kegiatan penanaman modal.
c. Pengawasan
Pengawasan adalah upaya yang dilakukan guna mencegah dan mengurangi terjadinya penyimpangan terhadap ketentuan pelaksanaan penanaman modal dan penggunaan fasilitas penanaman modal.
F. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan kontruksi yang dilakukan secara metodologi, sistematis dan konsisten.
Metodologi berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah
berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten adalah tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.25
Adapun metode penelitian yang dilakukan sebagai berikut:
1. Spesifikasi Penelitian
Pendekatan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan yuridis empiris, dengan melihat kenyataan yang terjadi di lapangan dengan mengaitkannya dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendekatan secara yuridis empiris dilakukan dengan wawancara narasumber yang berkompeten dan berhubungan dengan penulisan skripsi ini.
Penelitian ini juga didukung dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan dengan melakukan pengkajian dan analisa terhadap Aspek Hukum Dalam Dampak Kegiatan Usaha Rumah Makan Yang Berdampak Kepada Lingkungan (Studi Pada Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan)
Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan tentang suatu hal tertentu dan pada saat tertentu26. Sehingga pada skripsi ini menggambarkan dan menguraikan keadaan ataupun fakta yang ada tentang hukum mengenai tanggung jawab oleh investor atau penanam modal jika terdapat kesalahan atau kelalaiannya dalam melaksanakan kewajiban kewajiban yang harus dilakukan terutama dalam aspek lingkungan hidup sehingga dapat merugikan masyarakat sekitar maupun negara.
25 Waluyo Bambang, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Edisi I, Cet ke-3 (Jakarta: Sinar Grafika,2002),Hlm.2.
26 Ibid.
2. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder dan didukung oleh data primer.
Adapun data sekunder yang dimaksud adalah:
a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahum 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM)
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH)
3. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 3 Tahun 2012 (PERKA BKPM) tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
b. Bahan hukum sekunder, berupa buku-buku yang berkaitan dengan skripsi, artikel-artikel, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan dan sebagainya yang diperoleh melalui media cetak maupun media elektronik.
c. Bahan hukum tersier, yaitu semua dokumen yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan dan bahan hukum sekunder, seperti: jurnal ilmiah, kamus hukum, dan bahan bahan lain yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam menyusun skripsi ini.
3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data a. Studi kepustakaan (Library Research)
Pengumpulan data dari skripsi ini dilakukan melalui teknik studi pustaka, yang mengumpulkan, mempelajari, menganalisa, dan membandingkan buku-buku yang berhubungan dengan judul skripsi ini. Selain itu, pengumpulan data dilakukan melalui media elektronik/internet.
b. Studi lapangan (Field Research)
Yaitu dengan mengadakan pendekatan langsung kepada sumbernya dengan melakukan wawancara untuk memperoleh data dengan anggota teknis hukum di kantor Dinas lingkungan Hidup kota Medan.
Alat pengumpulan data:
1. Studi dokumen
Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dan pencatat terhadap berkas-berkas atau dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan materi yang dibahas.27
2. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan cara menginventariskan dan mengutip buku-buku literatur ilmu hukum, ketentuan perundang-undangan, serta karangan- karangan ilmiah dan catatan-catatan kuliah yang ada kaitannya dengan penulisan skripsi ini.28 Serta dengan cara membaca, mempelajari, mengutip, dan menghimpun data yang diperoleh dari literatur, serta peraturan-peraturan lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.
27 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia, 1984), Hlm. 66.
28 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2004), Hlm.66.
3. Wawancara
Metode wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan bertatap muka secara fisik dan bertanya-jawab dengan informan. Dengan metode ini, penulis berperan sekaligus sebagai piranti pengumpul data. Dalam berwawancara, penulis juga mencermati perilaku gestural informan dalam menjawab pertanyaan.29Penulis akan melakukan wawancara untuk memperoleh data dengan anggota teknis hukum di kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan.
4. Analisis Data
Metode analisis data yang dilakukan penulis adalah metode kualitatif dimana data yang diperoleh disusun secara sistematis selanjutnya di analisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibuat secara terperinci dan sistematis, agar memberikan kemudahan bagi pembacanya dan memahami makna dan memperoleh manfaatnya. Keseluruhan sistematika ini merupakan kesatuan yang saling berhubugan satu dengan yang lain. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah:
BAB I PENDAHULUANBerisikan pendahuluan yang pada pokoknya menguraikan tentang latar belakang pengangkatan judul skripsi, perumusan masalah, yang menjadi pokok pembahasan dalam bab pembahasan, tujuan dan
29 Amiruddin dkk, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003). Hlm.82.
manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan diakhiri dengan sistematika penulisan.
BAB II PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL BERDASARKAN HUKUM DI INDONESIABerisikan pokok-pokok pengaturan penanaman modal di indonesia, pengendalian dan pengawasan kegiatan penanaman modal dan juga peran lembaga terkait pengendalian dan pengawasan kegiatan penanaman modal.
BAB III TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL DALAMPERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM HUKUM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA.Berisikan usaha usaha atau instrumen pengelolaan lingkungan hidup dan aspek hukum terhadap lingkungan hidup melalui pelayanan terpadu satu pintu serta bagaimana tanggung jawab bagi penanam modal atas perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
BAB IV ASPEK HUKUM PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL DALAM KEGIATAN USAHA RUMAH MAKAN YANG BERDAMPAK KEPADA LINGKUNGAN DIKOTA MEDAN Berisi pengaturan kewajiban perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bagi pelaku usaha rumah makan dan bagaimana pemenuhan kewajiban-kewajiban pelaku usaha rumah makan serta bagaimana aspek hukum terhadap pengendalian dan pengawasan kegiatan usaha rumah makan yang tidak memenuhi kegiatan perlindungan lingkungan hidup dikota Medan.
BAB V PENUTUPBerisikan bab penutup dan sekaligus merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini, dimana dikemukakan mengenai kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL BERDASARKAN HUKUM DI INDONESIA
A. Pokok- pokok Pengaturan Penanaman Modal di Indonesia 1. Sumber Hukum Kegiatan Penanaman Modal
Berkaitan dengan sumber hukum penanaman modal, Sumartono telah melakukan penelitian inventarisasi lengkap tentang seluruh peraturan perundang- undangan investasi di Indonesia dengan menggunakan kriteria:
1. Peraturan perundang-undangan yang merupakan latar belakang peraturan perundang-undangan dibidang penanaman modal
2. Peraturan perundang- undangan yang langsung mengatur kegiatan penanaman modal
3. Peraturan perundang-undangan yang mengatur materi yang menjadi subjek dari kegiatan penanaman modal
4. Peraturan perundang-undangan yang secara langsung dan tidak langsung menunjang dan memberi fasilitas pada penyelenggaraan penanaman modal, dan
5. Peraturan perundang-undangan lainnya yang karena bentuk, sifat, ruang lingkupnya tidak termasuk kriteria diatas, akan tetapi berpengaruh pada pelaksanaan kegiatan penanaman modal.30
Pada dasarnya sumber hukum dapat dibedakan menjadi dua macam, sumber hukum materil dan sumber hukum formal. Sumber hukum materil ialah
30 Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonnesia, (Malang: Bayu Media Publishing, 2004). Hlm. 27
tempat dari mana materi hukum itu diambil. Sumber hukum materil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya hubungan sosial, kekuatan politik, situasi sosial ekonomi, tradisi (pandangan keagamaan dan kesusilaan), hasil penelitian ilmiah, perkembangan internasional, dan keadaan geografis.
Sumber hukum formal merupakan tempat memperoleh kekuatan hukum.
Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum formal itu berlaku. Sumber hukum yang diakui umum sebagai sumber hukum formal ialah undang-undang, perjanjian antar negara, yurisprudensi, dan kebiasaan.31
Sumber hukum investasi sibagi menjadi dua macam, yaitu sumber hukum investasi tertulis dan sumber hukum investasi tidak tertulis, sumber hukum investasi tertulis adalah tempat ditemukanya kaidah-kaidah hukum investasi yang berasal dari sumber tertulis. Umumnya sumber hukum investasi tertulis terdapat didalam peraturan perundang-undangan, traktat, yurisprudensi, dan doktrin.
Sumber hukum investasi tertulis diantaranya:
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing jo. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri jo. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan
31 Salim HS dan Budi Sutrisno, Op,Cit. Hlm.16
Tambahan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri
3. Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 1992 tentang Persyaratan Pemilikan Saham dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing
4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
7. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal RI Nomor 13 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
8. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman modal yang menjadi payung dari investasi di Indonesia saat ini.32
32Ibid, Hlm 17-18
2. Bentuk Hukum Usaha Penanaman Modal
Pada dasarnya, tidak setiap penanam modal dalam negeri dapat melakukan investasi di Indonesia, investor domestik yang dapat melakukan penanaman modal di Indonesia harus berbentuk badan usaha. Dalam pasal 5 ayat (1) Undang- Undang Penanaman Modal telah ditentukan bentuk badan usaha yang dapat melakukan penanaman modal dalam negeri. Ada dua bentuk badan usaha yang dapat melakukan kegiatan investasi domestik, yaitu badan usaha berbentuk badan hukum dan badan usaha tidak berbentuk badan hukum.
Didalam hukum positif Indonesia, ada dua jenis badan usaha yang telah diberi status yuridis sebagai badan hukum yaitu perseroan terbatas dan koperasi.
Sementara itu, yayasan yang merupakan badan sosial, keagamaan dan kemanusiaan telah mendapat status yuridis sebagai badan hukum sesuai dengan peraturan purundang-undangan yang berlaku.
Perseroan terbatas diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun1995.
Pengertian perseroan terbatas diatur dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995. Perseroan terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah “ badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaan.
Ciri-ciri suatu perseroan terbatas disebut sebagai badan hukum yaitu:
1. Didirikan berdasarkan perjanjian
2. Melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham-saham
3. Memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini sebagai peraturan pelaksanaannya.33
Koperasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau seseorang atau badan hukum koperasi yang melandaskan kegiatanya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkanatas asas kekeluargaan (pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Perkoperasian.
Ciri-ciri koperasi sebagai badan hukum, sebagai berikut ini:
1. Anggota terdiri atas orang atau seseorang atau badan hukum
2. Tujuannya, yaitu memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur bberdasarkan pancasila dan UUD 1945
3. Landasannya pada prinsip koperasi, yaitu anggota bersifat sukarela, pengelolaan dilakukan secara demokratis, pembagian sisa hasil usaha dilakukan dengan adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing- masing anggota, pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, kemandirian, dan kerjasama antar koperasi
33Ibid, Hlm.112-113
4. Syarat pembentukan, bagi koperasi primer dibentuk oleh sekurang- kurangnya dua puluh orang dan bagi koperasi sekunder sekurang- kurangnya dibentuk oleh tiga koperasi
5. Pembentukan koperasi dengan akta pendirian yang memuat anggaran dasar
6. Akta pendirian koperasi disahkan oleh pemerintah, berdasarkan permintaan tertulis dari para pendiri.
Yayasan diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo. Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Yang diartikan dengan yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota (Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001).
Ciri-ciri yayasan sebagai badan hukum, antara lain:
1. Mempunyai kekayaan yang dipisahkan 2. Mencapai tujuan tertentu
3. Ruang lingkup kegiatannya bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan
4. Yayasan tidak mempunyai anggota
5. Organ yayasan terdiri atas pembina, pengurus, dan pengawas
6. Didirikan satu orang atau lebih dengan memisahkan harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal
7. Pendiriannya dilakukan dengan akta notaris dan didirikan berdasarkan surat wasiat
8. Memperoleh status sebagai badan hukum setelah akta pendirian yayasan memperoleh pengesahan menteri.34
Mengenai bentuk badan usaha bagi penanam modal di Indonesia berdasarkan ketentuan Undang-Undang Penanaman Modal dalam Bab IV Pasal 5 adalah sebagai berikut:
1. Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
2. Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum indonesia dan berkedudukan diwilayah Negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang 3. Penanaman modal dalam negeri maupun asing yang melakukan
penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas dilakukan dengan:
a. Mengambil bagian saham pada saat pendirian peseroan terbatas b. Membeli saham
c. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.35
34Ibid, Hlm. 114-115
35Dhaniswara K.Harjono, Hukum Penanaman Modal, (Jakarta: PT Raja grafindo Persada, 2007). Hlm. 129