5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Keberadaan PPI Terhadap Sosial dan Ekonomi Masyarakat Pelabuhan perikanan mempunyai fungsi mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan, sampai dengan pemasaran. Dengan adanya pelabuhan perikanan di suatu daerah dapat memberikan pengaruh bagi masyarakat sekitar dari segi sosial maupun ekonomi.
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Pangandaran merupakan salah satu pelabuhan perikanan tipe D. Berdasarkan klasifikasinya Pangkalan Pendaratan Ikan memilki fungsi yang sama dengan pelabuhan perikanan tipe A (Samudera), tipe B (Nusantara), dan tipe C (pantai).
Kelengkapan sarana pelabuhan merupakan salah satu faktor penentu kinerja pelabuhan tersebut baik atau tidak dan dapat berpengaruh terhadap kondisi masyarakat sekitar. Sebuah pelabuhan yang memenuhi syarat untuk tingkat PPI yaitu mempunyai fasilitas pokok, penunjang dan fungsional. Dengan adanya fasilitas-fasilitas tersebut dapat mempermudah bagi pelaku kegiatan perikanan dalam melakukan aktivitas disuatu pelabuhan perikanan. Fungsi pelabuhan perikanan memiliki banyak fungsi bagi pelaku kegiatan perikanan diantaranya adalah Pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas perikanan, pelayanan bongkar muat, pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan, pemasaran dan distribusi ikan, serta pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan, pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan.
Berdasarkan hasil pengamatan di PPI Pangandaran, sampai saat ini Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangandaran belum memiliki fasilitas pokok, penunjang dan fungsional. Adapun fasilitas yang disediakan berdasarkan hasil pengamatan di lapangan terdiri dari kantor PPI Pangandaran yang berlokasi kurang lebih 3 Km dari TPI Pangandaran, tempat pendaratan ikan disekitar wilayah teluk Pananjung, tempat pelelangan ikan, dan KUD Minasari.
5.1.1 Aspek sosial
Pelabuhan Perikanan merupakan tempat aktivitas bagi pelaku kegiatan perikanan. Pelabuhan Perikanan memiliki peranan yang berfungsi untuk membantu meringankan para pelaku kegiatan perikanan seperti tersediannya fasilitas pokok dan fasilitas fungsional sehingga terdapat aspek sosial dalam pemanfaatan pelabuhan perikanan.
Aspek sosial dalam pemanfaatan pelabuhan perikanan di dalamnya mencakup:
1) Demografi (Kependudukan)
Keberadaan pelabuhan perikanan menjadi daya tarik ekonomi sehingga banyak orang mendekatinya sehingga menyebabkan terjadinya mobilitas penduduk (Nelayan, Pedagang, Pengolah dll). Berdasarkan hasil pengamatan, penduduk di Pangadaran sebagian besar bekerja sebagai nelayan. Kondisi lokasi Pangandaran sebagai pusat pariwisata membuat perkembangan penduduk di Pangandaran semakin meningkat. Hal ini ditunjukan berdasarkan grafik dari pertumbuhan penduduk masyarakat nelayan (Gambar 9).
Gambar 9 Grafik perkembangan jumlah nelayan di Pangandaran
Dari grafik diatas terlihat bahwa, pada tahun 2006 sampai dengan 2009 terdapat peningkatan jumlah nelayan di daerah Pangandaran, akan tetapi pada tahun 2010 terdapat penurunan jumlah nelayan dan tahun 2011 meningkat kembali. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat peluang yang besar dalam jumlah kependudukan masyarakat nelayan di Pangandaran akibat adanya pelabuhan perikanan.
4,619
4,619
4,860
4,860
3,826
4,504
3,000 3,500 4,000 4,500 5,000 5,500
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah
Tahun
Perkembangan jumlah nelayan
2) Mata pencaharian
Keberadaan Pelabuhan Perikanan dapat menjadi tempat bekerja masyarakat terutama penduduk lokal dan sekitarnya dengan berbagai jenis pekerjaan misalnya nelayan, bakul ikan, pedagang warung dll. Mata pencaharian penduduk di Pangandaran tidak dipengaruhi oleh keberadaan pelabuhan perikanan, hal ini dikarenakan fasilitas pelabuhan perikanan yang diberikan hanya TPI dan kondisi wilayah Pangandaran sebagai pusat pariwisata di Kabupaten Ciamis yang membuat masyarakat sekitar membuat usaha dalam memberikan pelayanan jasa yaitu membuka kios-kios di pinggiran pantai, sewa perahu dan sebagian masyarakat menjadi pemandu wisata.
3) Menciptakan lapangan kerja
Keberadaan Pelabuhan Perikanan dapat membuka lapangan kerja berupa kesempatan usaha dan kerja masyarakat terutama penduduk lokal dan sekitarnya serta pendatang sehingga dapat mengatasi pengangguran.
Berdasarkan hasil wawancara yang didapat, masyarakat Pangandaran khususnya nelayan, pedagang ikan, dan pengolah ikan mendapatkan pekerjaan tanpa adanya pengaruh dari keberadaan pelabuhan perikanan. Masyarakat tersebut mendapatkan pekerjaan berdasarkan keberadaan lokasi Pangandaran sebagai pusat pariwisata yang memberikan keuntungan tersendiri dalam mendapatkan penghasilan tambahan dari luar sektor perikanan.
4) Kelembagaan
Kelembagaan merupakan pola hubungan antar individu atau kelompok masyarakat baik hubungan formal maupun non formal. Dalam pemanfaatan pelabuhan perikanan yang termasuk hubungan formal yaitu kelembagaan sosial yang ada di PPI Pangandaran yang terdiri dari Koperasi unit desa (KUD Mina Sari), Rukun Nelayan, dan HPAP (Himpunan Pedagang Asin Pangandaran), akan tetapi kelembagaan sosial di Pangandaran tidak dimanfaatkan secara maksimal dikarenakan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga sosial tersebut masih kurang dan lebih banyak melakukan sendiri tanpa adanya ikatan (Mandiri), sedangkan untuk hubungan secara informal terlihat dari hubungan antara nelayan dengan pemiliki modal, dimana para pemilik modal di Pangandaran kebanyakan juga adalah pedagang ikan
sehingga ketika nelayan mendaratkan hasil tangkapan nelayan akan lebih mengutamakan menjual kepada pemilik modal.
Fasilitas pokok di suatu pelabuhan merupakan hal terpenting dalam kegiatan perikanan. Fungsi dari adanya fasilitas pokok diantaranya adalah tempat tambat labuh armada penangkapan ikan dan tempat terjadinya bongkar muat hasil penangkapan ikan. Keberadaan pelabuhan perikanan disuatu daerah semestinya memberikan pengaruh bagi masyarakat sekitar khususnya adalah bagi nelayan, pedagang dan pengolah ikan baik dari segi ekonomi sosial maupun budaya. Hasil pengamatan diperoleh keberadan pelabuhan dilihat dari fasilitas pokok yang berada di Pangandaran seperti darmaga, alat bantu navigasi dan pemecah gelombang serta fasilitas lainnya masih dalam pembangunan diantaranya kolam pelabuhan dan darmaga.
Tabel 5 Penggunaan fasilitas pelabuhan oleh masyarakat nelayan
Fasilitas pelabuhan
Berdasarkan penelitian
Kesimpulan Ya/tidak
dipergunakan
Alasan Kolam pelabuhan ya Menggunakan Teluk
Pananjung sebagai kolam Pelabuhan
Berpengaruh negatif
TPI ya Jumlah hasil tangkapan Berpengaruh positif Dermaga Tidak Tidak ada dermaga Berpengaruh negatif
Pasar ikan ya Mempermudah
penjualan Berpengaruh positif Gedung pengelola Tidak Lokasi yang jauh dengan
pemukiman masyarakat
Berpengaruh negatif
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa tingkat penggunaan fasilitas pelabuhan perikanan di Pangandaran memiliki tingkat pengaruh negatif terhadap masyarakat nelayan karena fasilitas yang diberikan belum tersedial. Adapun penjelasan masing-masing tingkat penggunaan fasilitas pelabuhan sebagai berikut :
1) Kolam pelabuhan
Kolam pelabuhan merupakan daerah perairan pelabuhan untuk masuk keluarnya kapal ke dermaga. Kolam pelabuhan di Pangandaran berada di lokasi Teluk Pananjung sehingga mengakibatkan para nelayan mendaratkan hasil tangkapan dari tengah laut ke tepi pantai dan menyandarkan perahu mereka di kawasan cagar alam Pangandaran yang sangat rentan terkena arus gelombang.
Pengaruh dari pengunaan fasilitas dan tidak menggunakan fasilitas pelabuhan
Pangandaran akan mempengaruhi kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat Pangandaran.
Tabel 6 Parameter pengaruh keberadaan kolam pelabuhan
Fasilitas
Pelabuhan Indikator Berdasarkan penelitian
Kesimpulan Ya/Tidak Alasan
Kolam
Pelabuhan Adanya kegiatan pendaratan ikan dan tempat tambat labuh kapal perikanan
Ya dipergunakannya Teluk Pananjung sebagai kolam pelabuhan
Untuk
mendaratkan hasil tangkapan, tambat labuh kapal.
Penggunaan kolam pelabuhan perikanan di Teluk Pananjung mempengaruhi kondisi masyarakat
Berdasarkan tabel diatas menunjukan dipergunakannya Teluk Pananjung sebagai kolam pelabuhan perikanan dapat mempengaruhi kondisi masyarakat dari segi sosial, ekonomi dan budaya. Diantaranya adalah sebagai berikut :
(1) Keselamatan nelayan dalam proses pendaratan ikan sangat dipertaruhkan, (2) Turunya produksi hasil perikanan,
(3) Mengganggu kawasan konservasi karena disekitar cagar alam, (4) Tempat bertukarnya informasi daerah penagkapan ikan, 2) Tempat pelelangan ikan
Tempat pelelangan ikan merupakan tempat melelangkan hasil tangkapan dimana ada tawar menawar antar nelayan dengan pedagang atau pengolah ikan dalam menjual hasil tangkapan. Peran pihak pelabuhan sebagai pihak penengah dalam proses pelelangan terjadi. Hasil penjualan tersebut akan dikenakan retribusi untuk tabungan musim paceklik 5%, masing-masing 2% dari nelayan dan 3% dari pedagang atau pengolah ikan. Berdasarkan hasil pengamatan tempat pelelangan ikan di Pangandaran baru dioperasikan kembali sekitar 3 bulan yang lalu.
Tabel 7 Parameter pengaruh keberadaan TPI
Fasilitas
Pelabuhan Indikator Berdasarkan penelitian
Kesimpulan Ya/Tidak Alasan
Tempat pelelangan ikan
Pelelangan beraktifitas setiap hari, adanya retribusi lelang, dan produksi hasil tangkapan
Ya dipergunakan Harga dari hasil tangkapan lebih terjamin, adanya tabungan musim paceklik dan tergantung jumlah hasil tangkapan
Mempengaruhi kondisi masyarakat
Pengaruh keberadaan TPI ini sangat mempengaruhi kondisi masyarakat dari segi sosial, ekonomi dan budaya. Diantaranya sebagai berikut :
(1) Pendapatan nelayan meningkat karena penjualan hasil tangkapan lebih terjamin,
(2) Perolehan hasil tangkapan lebih mudah bagi pedagang dan pengolah ikan, (3) Jika hasil tangkapan melimpah nelayan menjual hasil tangkapan ke TPI,
(4) Jika hasil tangkapan sedikit nelayan tidak menjual ke TPI, 3) Dermaga
Dermaga merupakan tempat tambat dan labuhnya kapal, bongkar muat hasil tangkapan ikan dan tempat pengisian perbekalan untuk keperluan penagkapan ikan. Hasil pengamatan dermaga pelabuhan di Pangandaran masih dalam pembangunan. Hal ini dapat berpengaruh terhadap kondisi masyarakat pesisir dari segi sosial dan ekonomi.
Tabel 8 Parameter pengaruh keberadaan darmaga
Fasilitas
Pelabuhan Indikator Berdasarkan penelitian
Kesimpulan Ya/Tidak Alasan
Dermaga Adanya kegiatan bongkat muat, tambat labuh kapal, Tidak
dipergunakan Masih dalam
pembangunan Fasilitas darmaga tidak mempengaruhi kondisi masyarakat
Hasil yang diperoleh tidak dipergunakanya dermaga pelabuhan di Pangandaran dikarenakan fasilitas dermaga masih dalam pembangunan. Pengaruh dermaga bagi kondisi masyarakat sebagai berikut :
(1) Keselamatan nelayan dalam melakukan pendaratan ikan, (2) Rusaknya kapal penagkapan ikan,
(3) Produksi hasil tangkapan menurun, 4) Pasar ikan
Pasar ikan merupakan tempat penjualan hasil tangkapan oleh pelaku kegiatan perikanan dalam bentuk ikan basah maupun hasil olahan ikan. Terdapatnya pasar ikan di Pangandaran bukan salah satu fasilitas yang diberikan oleh pihak pelabuhan. Hal ini berdasarkan wawancara bahwa pasar ikan adalah salah satu bentuk bantuan bagi pelaku kegiatan perikan pasca tsunami oleh salah satu intansi. Fasilitas pasar ikan yang diberikan pihak pelabuhan belum dibangun.
Tabel 9 Parameter pengaruh keberadaan pasar ikan
Fasilitas
Pelabuhan Indikator Berdasarkan penelitian
Kesimpulan Ya/Tidak Alasan
Pasar ikan Tersedianya pasar ikan dan
adanya aktifitas penjualan Ya dipergunakan Tempat yang stretegis dan sering dikunjungi wisatawan
Mempengaruhi kondisi masyarakat
Penggunaan pasar ikan oleh pelaku kegiatan perikanan dapat mempengaruhi kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat sekitar. Adapun pengaruh adanya pasar ikan sebagai berikut :
(1) Penjualan hasil tangkapan akan lebih mudah, (2) Membuka lapangan pekerjaan baru,
(3) Pendapatan meningkat, 5) Kantor Pengelola
Kantor pelabuhan sebagai kantor pengelola semestinya dapat memberikan pengaruh kondisi masyarakat nelayan, pedagang dan pengolah ikan seperti dalam pembinaan dan penyuluhan bagi masyarakat tersebut. Lokasi kantor pengelola yang jauh sekita 3 Km dengan pemukiman nelayan di Pangandaran membuat penggunaan kantor tersebut kurang dimanfaatkan secara maksimal.
Tabel 10 Parameter pengaruh keberadaan kantor pengelola
Fasilitas
Pelabuhan Indikator Berdasarkan penelitian
Kesimpulan Ya/Tidak Alasan
Kantor pengelola
Adanya Pembinaan dan penyuluhan
Masyarakat pesisir, penyimpanan dan peminjaman modal.
Tidak dipergunakan
karena lokasi yang jauh dengan pemukiman masyarakat Pangandaran
Fasilitas kantor pelabuhan tidak mempengaruhi kondisi masyarakat untuk sekarang ini
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa penggunaan fasilitas pelabuhan di Pangandaran masih kurang maksimal hal ini dikarenakan fasilitas pelabuhan yang ada di Pangandaran masih dalam pembangunan sehingga fasilitas lainnya tidak dipergunakan. Hasil pengamatan dipeoleh fasilitas yang dipergunakan oleh masyarakat pesisir Pangandaran hanya fasilitas TPI dan pasar ikan. Pengaruh dari penggunaan dan tidak mempergunakan fasilitas pelabuhan di Pangandaran akan mempengaruhi kondisi dari sosial dan ekonomi.
5.1.2 Aspek ekonomi
Aspek ekonomi merupakan salah satu aspek yang memiliki hubungan erat dengan aspek sosial, dimana tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dapat dinilai atau dilihat melalui tingkat ekonomi masyarakat tersebut. Keberadaan PPI Pangandaran akan ada suatu pengaruh bagi masyarakat sekitar dalam hal ini akan mempengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan industri pengolahan ikan, proses pemasaran maupun tingkat pendapatan serta pengeluaran para pelaku kegiatan perikanan(nelayan, pengolah ikan, pedagang ikan).
1) Penyerapan tenaga kerja
Keberadaan Pelabuhan Perikanan dapat menciptakan kesempatan kerja yang bersifat formal maupun informal sehingga mampu menyerap tenaga kerja lokal di institusi pemerintah, industri pengolahan, perdagangan/pemasaran, buruh, dll.
keberadaan pelabuhan perikanan Pangandaran tidak terlalu signifikan dalam
penyerapan tenaga kerja di sekitar PPI Pangandaran. Hal ini terjadi akibat lokasi PPI Pangandaran yang dekat atau berdampingan dengan area pariwisata, yang mengakibatkan lebih banyak masyarakat memiliki mata pencaharian lebih besar ke sektor pariwisata.
2) Tumbuhnya industri pengolahan
Keberadaan pelabuhan perikanan dapat mendorong tumbuhnya industri pengolahan ikan. Faktor yang mendorong tumbuhnya industri pengolahan ikan antara lain :
(1) Bahan baku
Ketersediaan bahan baku dengan kontinuitas yang terjamin khususnya ikan sangat menentukan tumbuhnya industri pengolahan produk perikanan. Bahan baku di Pangandaran sendiri sangatlah melimpah tetapi prasarana yang diberikan kurang maksimal.
(2) Peluang pasar
Peluang pasar ditandai oleh tingginya animo/permintaan masyarakat terhadap produk olahan produk perikanan. Keadaan lokasi Pangandaran sebagai lokasi pariwisata membuat permintaan ikan semakin meningkat sehingga peluang pasar bagi penjualan hasil tangkapan di Pangandaran sangat baik.
(3) Dukungan pemerintah
Meliputi bantuan pelatihan ketrampilan teknis, pembiayaan, kemudahan perijinan, insentif pajak dll. Berdasarkan hasil pengamatan adanya dukungan pemerintah dengan diberikannya bantuan kapal perikanan bagi nelayan untuk meningkatkan produksi perikanan.
3) Pusat pemasaran
Keberadaan Pelabuhan Perikanan menjadi pusat pemasaran dan distribusi hasil tangkapan nelayan dengan adanya tempat pelelangan ikan. Tempat pelelangan ikan menjadi tempat pertemuan antara nelayan dengan calon pembeli.
Melalui mekanisme pelelangan, pemasaran hasil tangkapan nelayan serta harga ikan lebih terjamin.
Berdasarkan hasil wawancara, sebagian nelayan memanfaatan TPI ketika hasil tangkapan melimpah dikarenakan keuntungan yang lebih terjamin. Ketika hasil tangkapan sedikit sebagian nelayan menjual hasil tangkapan kepada pedagang
atau pengolah ikan serta langsung kepada konsumen (pengunjung), sehingga pemanfaatan fasilitas pelabuhan yang dilakukan masyarakat nelayan di Pangandaran belum maksimal dan tidak ada tindakan khusus oleh pihak pelabuhan menghadapi permasalahan tersebut karena dengan adanya kegiatan tersebut akan menyulitkan pihak pelabuhan dalam proses pendataan hasil tangkapan yang didaratkan.
4) Rantai Pemasaran
Pemasaran hasil tangkapan sangat penting bagi pelaku kegiatan perikanan.
Dengan adanya tempat pemasaran disuatu daerah dapat mempermudah bagi para pelaku kegiatan perikanan dalam menjualkan hasil tangkapan dan hasil olahanya.
Keadaan lokasi Pangandaran sebagai daerah pariwisata memberikan keuntungan bagi pelaku kegiatan perikanan karena lokasi sangat strategis bagi penjualan barang dan jasa khususnya hasil tangkapan ikan. Pemasaran hasil tangkapan yang dilakukan oleh nelayan, pedagang, dan pengolah ikan di Pangandaran dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Adapun alur pemasaran hasil tangkapan di Pangandaran disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10 Alur pemasaran hasil tangkapan
Berdasarkan alur pemasaran pada Gambar 10, nelayan merupakan pelaku utama dalam mendapatkan ikan. Nelayan mendapatkan hasil tangkapan setelah melakukan operasi penangkapan dengan menjual hasil tangkapan kepada pengunjung langsung, pedagang ikan, pengolah ikan, pengolah ikan, dan TPI.
Hasil tangkapan yang di dapatkan oleh pedagang ikan berasal dari nelayan dan
PENGUNJUNG
TPI
NELAYAN PENGOLAH IKAN
PEDAGANG IKAN
TPI apabila ikan yang dibeli dalam bentuk basah serta di jual ke pengolah ikan, apabila ikan yang dibeli dalam bentuk kering bersal dari pengolah ikan dan langsung di jual kepada pengunjung atau konsumen. Pengolah ikan mendapatkan hasil tangkapan dari nelayan, TPI, dan pedagang ikan, kemudian hasil tangkapan diolah dan di jual kepada pedagang ikan dalam bentuk olahan kering serta kepada pengunjung.
Adapun hasil yang diperoleh dari pengaruh keberadaan pelabuhan perikanan terhadap masyarakat sekitar dari segi sosial dan ekonomi berdasarkan penggunaan fasilitas PPI di Pangandaran sebagai berikut :
1. Segi sosial
1) saling bekerja sama dalam proses pendaratan ikan,
2) adanya keterkaitan dengan pemilik modal sehingga nelayan pihak yang dirugikan,
3) keselamatan nelayan sangat dipertaruhkan,
4) adanya persaingan dalam penjualan hasil tangkapan,
5) perolehan hasil tangkapan lebih mudah bagi pedagang dan pengolah ikan,
6) mutu hasil tangkapan lebih terjamin,
7) banyaknya masyarakat pendatang yang masuk mendaratkan hasil tangkapan,
8) tawar menawar harga hasil tangkapan,
9) jumlah pendaratan hasil tangkapan lebih banyak dan hasil produksi meningkat,
10) saling menjaga keselamatan perahu nelayan, 11) berbagi informasi lokasi penangkapan,
12) terjadinya konflik dengan kawasan konservasi 2. Segi ekonomi
1) Pendapatan lebih meningkat dengan menjual hasil tangkapan ke TPI, 2) Adanya tabungan musim paceklik dengan membayar retribusi pada
saat pelelangan,
3) Aktifitas pelelangan berjalan dan mempermudah pendataan hasil tangkapan,
4) Penghasilan yang diperoleh langsung dari penjualan hasil tangkapan kepada pengunjung,
5) Pengeluaran untuk perbaikan kapal meningkat, 6) Pendapatan tambahan dari berwirausaha,
5.1.3 Karakteristik masyarakat nelayan
Nelayan merupakan sumberdaya manusia yang memsilki peranan penting dalam operasi penangkapan ikan, karena nelayan adalah pelaku utama yang terjun langsung dalam keberhasilan melakukan kegiatan penangkapan ikan. Berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan nelayan di Pangandaran termasuk kedalam nelayan sambilan utama.
Nelayan di Pangandaran melakukan kegiatan penangkapan sepenuhnya ketika musim ikan dan ketika pada musim barat sebagian para nelayan di Pangandaran melakukan kegiatan lain diluar sektor perikanan. Pekerjaan yang dilakukan nelayan Pangadaran diluar perikanan adalah menjadi buruh tani ataupun buruh bangunan. Hal ini dilakukan oleh nelayan Pangandaran untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Aspek karakteristik nelayan di Pangandaran sebagai berikut : 1) Sistem Pengetahuan
Pengetahuan tentang teknik penangkapan ikan umumnya diperoleh secara turun temurun berdasarkan pengalaman empiris. Kuatnya pengetahuan lokal ini menjadi salah satu faktor penyebab terjaminnya kelangsungan hidup sebagai nelayan. Pengetahuan lokal (indigenous knowledge) tersebut merupakan kekayaan intelektual yang hingga kini terus dipertahankan.
Nelayan di Pangandaran hanya mengandalkan pengalamannya dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan. Pengalaman yang didapat nelayan Pangandaran ini diperoleh dari intensitas nelayan melakukan kegiatan penangkapan dan ilmu yang diturunkan secara turun menurun dari keluarganya.
2) Sistem Kepercayaan
Secara teologi, nelayan masih memiliki kepercayaan yang kuat bahwa laut memiliki kekuatan khusus dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan agar keselamatan dan hasil tangkapan semakin terjamin. Namun seiring
Juragan Pedagang dan pengolah ikan Nelayan tradisional
berjalannya waktu, berbagai tradisi dilangsungkan hanya sebagai salah satu instrumen stabilitas sosial dalam komunitas nelayan. Kepercayaan nelayan di Pangandaran masih mempercayai hal-hal gaib. Hal ini terlihat pada saat sebelum melakukan operasi penangkapan ikan dan pembangunan yang berkaitan dengan kegitan perikanan, nelayan di Pangandaran memberikan sesajian ke laut agar diberikan keselamatan dan keberkahan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang melimpah.
3) Peran Wanita
Umumnya selain banyak bergelut dalam urusan domestik rumah tangga, istri nelayan tetap menjalankan aktifitas ekonomi dalam kegiatan penangkapan di perairan dangkal, pengolahan ikan, maupun kegiatan jasa dan perdagangan.
Istri nelayan juga dominan dalam mengatur pengeluaran rumah tangga sehari- hari sehingga sudah sepatutnya peranan istri nelayan tersebut menjadi salah satu pertimbangan dalam setiap program pemberdayaan. Berdasarkan hasil wawancara peran wanita atau istri nelayan di Pangandaran yang terutama untuk membantu meringankan beban suami sebagai kepala keluarga.
4) Struktur Sosial
Struktur sosial merupakan tingkatan seseorang berdasarkan kemampuan dan penghasilan yang didapat dalam suatu lapisan masyarakat. Kemampuan dan penghasilan yang di dapat masyarakat nelayan Pangandaran yang tergolong rendah membuat masyarakat nelayan di Pangandaran termasuk kedalam struktur sosial paling bawah. Struktur yang terbentuk dalam masyarakat pesisir di Pangandaran disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11 Struktur sosial masyarakat pesisir Pangandaran
Berdasarkan gambar diatas, nelayan Pangandaran memiliki tingkatan yang paling rendah. Nelayan di Pangandaran masih tergolong kedalam nelayan tradisional sehingga kegiatan perikanan yang berada di Pangandaran masih
termasuk skala keci pemilik modal sehin berinvestasi dan hasi sendiri dan dijual di s 5) Umur nelayan
Berdasarkan hasi adalah 36 tahun deng umur 20 tahun (Ta pengalaman yang ti selama berkisar 35 ketika melakukan ke menjadi indikasi bah tingkat pengalaman n 6) Pendidikan nelaya
Pendidikan meru dalam mengatasi s pendidikan seseoran memecahkan suatu p diperoleh presentase sekolah dasar 62,5%
(Gambar 12).
Gambar 12 Pendidikan nelay dasar. Hal ini dapat nelayan di Pangandar ditempuh tamat sekol
SMP SMA, 0%
il dan nelayan Pangandaran memiliki ket ngga nelayan di Pangandaran tidak memilki
l yang didapatkan dipergunakan untuk konsu sekitar Pangandaran.
il yang diperoleh umur rata-rata nelayan gan maksimal umur 52 tahun dan yang termu abel 11). Nelayan Pangandaran dianggap inggi ketika telah melakukan kegiatan pe
tahun dan nelayan yang dianggap kurang egiatan penangkapan ikan selama berkisar 1 hwa umur nelayan dapat menjadi tolak uku nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan.
an
upakan faktor seseorang dalam mengemban suatu permasalahan dalam kehidupan.
ng semakin tinggi tingkat keberhasilan s permasalahan begitu sebaliknya. Hasil dari p
pendidikan nelayan di Pangandaran tidak tam
%, SMP 31,25%, SMA 0% dan pergurua
Presentase tingkat pendidikan nelayan Panga yan Pangandaran rata-rata didomisasi oleh t menunjukan bahwa pendidikan dan tingk ran masih tergolong rendah dengan rata-rata lah dasar.
Tidak tamat, 0%
SD, 62.50%
P, 31.25%
Kuliah, 6.25
% Tidak ta
SD SMP SMA Kuliah
erkaitan dengan i peluang dalam umsi nelayan itu
di Pangandaran uda atau minimal
telah memiliki nangkapan ikan g berpengalaman 0 tahun. Hal ini ur untuk menilai
ngkan pola pikir Semakin tinggi eseorang dalam pengolahan data mat sekolah 0%, an tinggi 6,25%
andaran
lulusan sekolah kat pengetahuan pendidikan yang
amat
7) Teknologi penangkapan ikan
Berdasarkan statistik Kabupaten Ciamis tahun 2011 nelayan di Pangandaran berjumlah 1.935 orang dengan mengunakan berbagai alat tangkap. Perkembangan nelayan di Pangandaran disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Perkembangan jumlah nelayan di Pangandaran
Tahun Jumlah (orang) Pertumbuhan (%)
2006 2.769 -2,3%
2007 2.769 0,0%
2008 2.665 -3,8%
2009 2.665 0,0%
2010 1.935 -2,4%
2011 1.935 0,0%
Rata-rata pertumbuhan per tahun (%) -5,6%
Sumber : Statistik Perikanan Kabupaten ciamis
Berdasarkan Tabel 12, perkembangan jumlah nelayan yang ada di Pangandaran rata-rata per tahun mengalami penurunan sebesar 5,6%. Hasil wawancara diperoleh bahwa penurunan jumlah nelayan setiap tahunnya diantaranya disebabkan oleh bencana alam tsunami yang sempat melanda daerah pesisir Kabupaten Ciamis khususnya Pangandaran pada tahun 2006 yang menelan banyak korban sehingga membuat para nelayan memiliki perasaan ketakutan atau trauma untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut serta sebagian nelayan banyak yang beralih propesi menjadi propesi lain seperti pemandu wisata, tukang ojek atau bekerja di perkotaan.
Alat tangkap yang digunakan dalam proses penangkapan ikan oleh nelayan Pangandaran terdiri dari pukat tarik, pukat kantong, jaring insang/gillnet, pancing dan perangkap. Pengoperasian alat tersebut dilakukan oleh nelayan Pangandaran berdasarkan pengalaman mereka masing-masing dan tergantung musim penangkapan ikan. Perkembangan jumlah alat tangkap di Pangandaran disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12 Perkembangan jenis alat tangkap di Pangandaran
Jenis Alat Tangkap (unit) Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011 1. Pancing Rawai 50 85 201 201 201 201 2. Pukat Pantai 14 14 15 15 15 15
3. Gillnet 475 1,648 1,221 1,221 1,221 1,221
4. Dogol 97 97 193 193 193 193
5. Trammel net 52 52 147 147 147 147
6. Bagan 16 20 20 20 20 20
Jumlah 704 1,916 1,797 1,797 1,797 1,797
Pertumbuhan per tahun (%) 172.2% -6.2% 0.0% 0.0% 0.0%
Rata-rata pertumbuhan per tahun (%) 33.2%
Sumber : Statistik Perikanan Kabupaten Ciamis\
Berdasarkan tabel diatas menunjukan perkembangan alat tangkap di Pangandaran tidak mengalami peningkatan yang signifikan cenderung tetap dan
mengalami peningkatan alat tangkap pada tahun 2007. Hal ini disebabkan adanya bantuan alat tangkap pasca bencana tsunami oleh pemerintah kabupaten ciamis.
8) Tanggungan keluarga
Keluarga nelayan di Pangandaran tergolong kedalam keluarga yang sederhana. Jumlah tanggungan keluarga nelayan rata-rata berkisar 4 orang terdiri dari 2 orang anak dan 1 orang istri serta pendidikan anak masih ditingkat sekolah dasar. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, semakin tinggi jumlah pengeluaran yang dikeluarkan. Hal ini yang mendorong nelayan sebagai kepala keluarga untuk bekerja semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Nelayan yang diamati pada saat penelitian adalah nelayan pukat pantai dan gillnet.
Pengoperasian pukat pantai ini dilakukan dengan cara menebar jaring yang terdiri dari sayap dan kantong kedaerah sekitar pantai untuk mendapatkan ikan pelagis atau demersal, kemudian jaring ditarik dengan 10 orang nelayan masing- masing 5 orang di kanan kiri jaring ke tepi pantai. Sedangkan alat tangkap gillnet adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Lembaran jaring dilengkapi dengan sejumlah pelampung pada tali ris atas dan sejumlah pemberat pada tali ris bawah.
Pengoperasiannya dipasang tegak lurus di dalam perairan dan menghadang arah gerakan ikan.
Musim penangkapan ikan di Pangandaran merupakan faktor utama yang sangat mempengaruhi proses penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan Pangandaran. Musim yang tidak menentu membuat para nelayan di Pangadaran sulit mendapatkan penghasilan. Banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi membuat nelayan Pangandaran berfikir bagaimana cara untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam mengatasi permasalah tersebut sebagian nelayan di Pangandaran melakukan kegiatan lain diluar sektor perikanan. Pada saat terjadi musim barat sebagian nelayan Pangandaran menjadi buruh bangunan atau buruh tani, meskipun hasil yang diperoleh tidak sebesar pada saat melakukan penangkapan ikan.
9) Pendapatan dan pengeluaran rumah tangga nelayan
Penghasilan keluarga nelayan di Pangandaran sangat tergantung oleh keadaan musim penangkapan ikan sehingga mempengaruhi jumlah hasil tangkapan yang
didapat. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh nelayan Pangandaran lebih memilih melakukan kegiatan penangkapan ikan dari pada melakukan kegiatan lain dalam mendapatkan penghasilan karena penghasilan yang diperoleh dari proses kegiatan penangkapan ikan lebih pasti dan menguntungkan. Ketika musim ikan para nelyan Pangandaran sepenuhnya melakukan kegiatan penangkapan ikan dan ketika musim paceklik sebagian nelayan melakukan kegiatan lain dalam mencari kebutuhan sehari-hari.
Kondisi lokasi Pangandaran sebagai pusat daerah pariwisata di Kabupaten Ciamis menjadi peluang bagi masyarakat sekitar dalam mendapatkan penghasilan, khususnya bagi nelayan Pangandaran karena kondisi inilah yang membuat kesempatan bagi mereka dalam menambah penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Penghasilan yang diperoleh nelayan Pangandaran berasal dari bidang perikanan dan luar perikanan. Penghasilan dari bidang perikanan berasal dari hasil penjualan hasil tangkapan kepada pedagang ikan, pengolah ikan, TPI ataupun langsung kepada pengunjung. Penyewaan perahu, dan memberikan pelayanan jasa dengan membuka kios-kios di pinggiran pantai merupakan penghasilan dari luar perikanan karena kondisi Pangadaran sebagai pusat pariwisata. Adapun rincian penghasilan perikanan rata-rata ikan yang didapat nelayan pukat pantai dan gill net per bulannya disajikan pada Tabel 13 dan Tabel 14.
Tabel 13 Rata-rata ikan dan harga jual ikan nelayan pukat pantai Pangandaran
Jenis ikan
Hasil yang didapat (Kg) Rata-rata (Kg)
Harga (Rp)
Penjualan (Rp) Nelayan
Tongkol (Auxis thazard) 20 10 25 10 10 20 15 15 10 15 15 10.000 150.000 Kembung (Rastrelliger kanagurta) 15 10 13 20 15 20 15 10 10 10 13.8 12.000 165.600 Tenggiri (Scomberomorus commerson) 25 17 15 13 20 10 10 15 15 10 15 20.000 300.000 Teri (Paedocypris progenetica) 5 5 5 10 10 15 5 5 5 5 7 5.000 35.000 Layur (trichiurus lepturus) 15 10 13 15 10 9 10 10 10 15 11.7 12.000 140.400 Pepetek (Leiognathus dussummieri) 5 7 5 8 8 10 5 15 15 20 9.8 2.500 24.500
Jumlah 85 59 76 76 73 84 60 70 65 75 72.3 61.500 815.500
Sumber : Pengolahan data primer
Berdasarkan tabel diatas perolehan hasil tangkapan nelayan pukat pantai pada saat musim paceklik total keseluruhan rata-rata 72,3 Kg dengan hasil penjualan rata-rata Rp 815.500,00.
Tabel 14 Rata-rata ikan dan harga jual ikan nelayan gillnet Pangandaran
Jenis ikan Hasil yang didapat (Kg) Rata-rata (Kg)
Harga (Rp)
Penjualan (Rp) Nelayan
Tenggiri (Scomberomorus commerson) 70 70 45 75 75 85 70 40.000 2800.000 Layur (trichiurus lepturus) 30 20 30 30 25 20 26 15.000 387.500 Kembung (Rastrelliger kanagurta) 15 25 15 15 15 15 17 12.000 200.000 Jumlah 115 115 90 120 115 120 113 67.000 3.387.500 Sumber : Pengolahan data primer
Hasil yang didapat nelayan gill net di Pangandaran keseluruhan mendapatkan hasil tangkapan rata-rata 113 Kg dengan hasil penjulan rata-rata Rp 3.387.500,00.
Penghasilan yang didapat akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti pangan, kesehatan, listrik, pendidikan anak, biaya operasi penangkapan dan biaya lainnya. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh sumber penghasilan keluarga nelayan berasal dari kepala keluarga tetapi sebagian keluarga nelayan di Pangandaran mendapakan penghasilan keluarga dari istri nelayan yang bekerja menjadi penjual makanan dan sesekali membantu proses kegiatan penangkapan ikan.
Pendapatan dan pengeluaran merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam mengetahui status ekonomi suatu rumah tangga. Pendapatan dan pengeluaran yang diperoleh masyarakat Pangandaran khususnya nelayan berasal dari sektor perikanan dan luar sektor perikanan. Pendapatan dari sektor perikanan terdiri dari hasil penjualan hasil tangkapan dan pengeluaranya berasal pengeluaran biaya operasi sedangkan dari luar sektor perikanan diperoleh dari pelayanan jasa yang diberikan, seperti penyewaan perahu, pemandu wisata dan membuka kios- kios di pinggiran pantai.
(1) Penghasilan perikanan
Penghasilan keluarga dari sektor perikanan Masyarakat nelayan di Pangandaran diperoleh dari penjualan hasil tangkapan. Hasil tangkapan tersebut dijual kepada pedagang ikan, pengolah ikan, TPI jika perolehan hasil tangkapan banyak dan pengunjung pariwisata. Pengeluaran untuk melakukan operasi penangkapan diperoleh dari pengeluaran perbekalan dan biaya produksi lainnya.
Selisih penghasilan dan pengeluaran keluarga ini dijadikan pendapatan keluarga masyarakat nelayan di Pangandaran dari sektor perikanan. Penghasilan rata-rata yang diperoleh masyarakat nelayan pukat pantai di Pangandaran dari sektor perikanan sebesar Rp 2,242,000.00 dan nelayan gillnet sebesar Rp 1,487,500.00.
Penghasilan sektor perikanan ini diperoleh dari selisih total penjualan ikan dengan pengeluaran operasi.
(2) Penghasilan non perikanan
Penghasilan keluarga masyarakat nelayan di Pangandaran selain berasal dari sektor perikanan juga memperoleh penghasilan tambahan dari luar sektor perikanan seperti pelayanan jasa di sektor pariwisata. Penghasilan keluarga dari
luar perikanan didapat dari selisih penghasilan tambahan dengan pengeluaran untuk kegiatan non perikanan sehingga diperoleh pendapatan keluarga dari luar perikanan. Penghasilan rata-rata yang diperoleh masyarakat nelayan pukat pantai di Pangandaran dari sektor non perikanan diperoleh sebesar Rp 651,000.00 dan nelayan gillnet sebesar Rp1,487,500.00.
Adapun rincian penghasilan rata-rata keluarga masyarakat nelayan pukat pantai dan gillnet dari sektor non perikanan di Pangandaran masing-masing pada Tabel 15 dan Tabel 16.
Tabel 15 Penghasilan rata-rata rumah tangga nelayan pukat pantai non perikanan.
No Kepala keluarga* (Rp) Anggota keluarga**(Rp) Jumlah penghasilan (Rp)
1 1.000.000 1.000.000
2 240.000 240.000
3 1.600.000 1.600.000
4 420.000 420.000
5 1.800.000 1.800.000
6 360.000 360.000
7 350.000 350.000
8 140.000 140.000
9 350.000 350.000
10 250.000 250.000
Total 2.110.000 4.400.000 6.510.000
Rata-rata 301.429 1.466.667 651.000
Sumber : Pengolahan data primer
Berdasarkan dari tabel diatas menunjukan bahwa penghasilan rata-rata keluarga nelayan dari pukat pantai setiap bulannya memperoleh penghasilan dari kepala keluarga dan anggota keluarga. Kepala keluarga nelayan memperoleh rata- rata penghasilan sebesar Rp 301.429,00 dari penghasilan menjadi buruh tani dan buruh bangunan dan penghasilan dari anggota keluarga sebesar Rp 1.466.667,00 diperoleh dari penghasilan berwirausaha, pemandu wisata atau penyewaan perahu.
Tabel 16 Penghasilan rata-rata rumah tangga nelayan gillnet non perikanan.
No Kepala keluarga*(Rp) Anggota keluarga**(Rp) Jumlah penghasilan (Rp)
1 350000 1.000.000 1.350.000
2
3 350000 550.000 900.000
4 450000 450.000
5 1.250.000 1.250.000
6 300000 850.000 1.150.000
Total 1.450.000 3.650.000 5.100.000
Rata-rata 362.500 912.500 1.020.000
Sumber : Pengolahan data primer
Keterangan :* buruh tani atau buruh bangunan, ** Penyewaan perahu, warung, pemandu wisata
Penghasilan keluarga masyarakat nelayan di Pangandaran dari sektor perikanan lebih besar dari pada luar sektor perikanan. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat nelayan di Pangandaran sangat tergantung oleh hasil sumberdaya laut dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
(3) Pengeluaran rumah tangga
Pengeluaran keluarga diperoleh dari pengeluaran pangan dan non pangan.
Pengeluaran pangan terdiri dari kebutuhan jumlah beras yang dibutuhkan, lauk pauk, minyak goreng, kopi, gula dan kebutuhan pangan lainnya tergantung jumlah tanggungan keluarga. Sedangkan pengeluran dari non pangan didapat dari pengeluaran listrik, pajak bangunan, air bersih, pendidikan, kesehatan dan lain- lain. Pengeluaran ini tergantung dari jumlah tanggungan dalam sebuah anggota.
Semakin banyak jumlah anggota semakin banyak juga pengeluaran rumah tangga yang dikeluarkan. Adapun rincian dari pengeluaran pangan dan non pangan nelayan pukat pantai disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17 Pengeluaran rumah tangga nelayan pukat pantai.
No Pengeluaran rumah tangga (Rp) Total Pengeluaran Pangan Non Pangan Rumah Tangga
1 1500.000 1.000.000 2.500.000
2 900.000 700.000 1.600.000
3 1.000.000 1.500.000 2.500.000
4 600.000 500.000 1.100.000
5 1.000.000 1.100.000 2.100.000
6 750.000 500.000 1.250.000
7 1.000.000 450.000 1.450.000
8 800.000 150.000 950.000
9 900.000 500.000 1.400.000
10 1.000.000 550.000 1.550.000
Jumlah 9.450.000 6.950.000 16.400.000
Rata-rata 945.000 695.000 1.640.000
Sumber : Pengolahan data primer
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa rata-rata pengeluaran rumah tangga nelayan pukat pantai lebih besar pengeluaran pangan. Hal ini dikarenakan jumlah konsumsi keluarga nelayan lebih banyak dengan rata-rata jumlah keluarga 4 orang dan kebutuhan pangan yang semakin mahal.
Untuk nelayan gillnet, dari hasil wawancara diperoleh juga bahwa pengeluaran keluarga nelayan lebih besar untuk pangan, karena memang masyarakat nelayan disana lebih mengutamakan untuk pangan dibandingkan dengan hal lain seperti hiburan maupun pendidikan. Untuk data pengeluaran nelayan gill net disajikan padaTabel 18.
Tabel 18 Pengeluaran rumah tangga nelayan gillnet
No Pengeluaran rumah tangga (Rp) Total Pengeluaran Pangan Non Pangan Rumah Tangga
1 1.250.000 1.000.000 2.250.000
2 800.000 250.000 1.050.000
3 900.000 750.000 1.650.000
4 1.300.000 500.000 1.800.000 5 1.000.000 1.500.000 2.500.000 6 850.000 1.500.000 2.350.000
Jumlah 6.100.000 5.500.000 11.600.000
Rata-rata 1.016.667 916.667 1.933.333
Sumber : Pengolahan data primer
(4) Penerimaan bersih rumah tangga
Pendapatan total keluarga dari masyarakat nelayan di Pangadaran diperoleh dari jumlah total penghasilan keluarga dari sektor perikanan dengan total penghasilan dari luar perikanan. Pendapatan keluarga masyarakat nelayan pukat pantai dan gillnet masing-masing rata-rata sebesar Rp 2,893,000.00 dan sebesar Rp 2,337,500.00. Adapun rincian jumlah pendapatan nelayan rata-rata dapat dilihat pada Tabel 19 dan Tabel 20.
Tabel 19 total pendapatan keluarga rata-rata nelayan pukat pantai
Pendapatan rumah tangga nelayan pukat pantai per bulan (Rp) No Usaha
Perikanan
Non
perikanan Pendapatan keluarga
1 2.790.000 1.000.000 3.790.000
2 1.690.000 240.000 1.930.000
3 1.998.000 1.600.000 3.598.000
4 3.400.000 420.000 3.820.000
5 2.440.000 1.800.000 4.240.000
6 2.192.000 360.000 2.552.000
7 2.790.000 350.000 3.140.000
8 1.810.000 140.000 1.950.000
9 1.610.000 350.000 1.960.000
10 1.700.000 250.000 1.950.000
Total 22.420.000 6.510.000 28.930.000 Rata-rata 2.242.000 651.000 2.893.000 Sumber : Pengolahan data primer
Berdasarkan Tabel 19 menunjukan bahwa pendapatan keluarga dari usaha perikanan lebih besar dari pada pendapatan non perikanan. Dengan rata-rata penghasilan masing-masing sebesar Rp 2.242.000,00 dan sebesar 651.000,00. Hal ini dikarenakan pekerjaan masyarakat di Pangandaran rata-rata adalah nelayan dan termasuk kedalam nelayan penuh. Berdasarkan hasil wawancara penghasilan dari sektor penangkapan ikan lebih menguntungkan daripada di luar sektor perikanan.
Tabel 20 Total pendapatan keluarga rata-rata nelayan gillnet
Pendapatan bersih rumah tangga nelayan gillnet per bulan (Rp)
No Perikanan Non perikanan Pendapatan keluarga
1 2.3800.00 1.350.000 3.730.000
2 1.300.000 1.300.000
3 630.000 900.000 1.530.000
4 1.230.000 450.000 1.680.000
5 1.155.000 1.250.000 2.405.000
6 2.230.000 1.150.000 3.380.000
Total 8.92.5000 5.100.000 14.025.000
Rata-rata 1.487.500 1.020.000 2.337.500 Sumber : Pengolahan data primer
Penerimaan total keluarga diperoleh dari selisih pendapatan keluarga dengan pengeluaran keluarga. Rata-rata peroleh penerimaan total keluarga masyarakat nelayan pukat pantai dan nelayan gill net masing-masing di Pangandaran sebesar
Rp 1,253,00.00 dan sebesar Rp 404,167.00. Rincian rata-rata penerimaan total keluarga masyarakat nelayan di Pangandaran setiap bulannya disajikan pada Tabel 21.
Tabel 21 Sisa bersih pendapatan nelayan pukat pantai
Pendapatan rumah tangga nelayan pukat pantai per bulan (Rp)
Pengeluaran rumah tangga (Rp)
Total Pengeluaran
Rumah Tangga
Sisa bersih pendapatan
(Rp) No Perikanan Non
perikanan
Pendapatan
keluarga Pangan Non Pangan
1 2.790.000 1.000.000 3.790.000 1.500.000 1.000.000 2.500.000 1.290.000 2 1.690.000 240.000 1.930.000 900.000 700.000 1.600.000 330.000 3 1.998.000 1.600.000 3.598.000 1000.000 1.500.000 2.500.000 1.098.000 4 3.400.000 420.000 3.820.000 600.000 500.000 1.100.000 2.720.000 5 2.440.000 1.800.000 4.240.000 1.000.000 1.100.000 2.100.000 2.140.000 6 2.192.000 3.600.00 2.552.000 750.000 500.000 1.250.000 1.302.000 7 2.790.000 350.000 3.140.000 1.000.000 450.000 1.450.000 1.690.000 8 1.810.000 140.000 1.950.000 800.000 150.000 950.000 1000.000 9 1.610.000 350.000 1.960.000 900.000 500.000 1.400.000 560.000 10 1.700.000 250.000 1.950.000 1.000.000 550.000 1.550.000 400.000 Total 22.420.000 6.510.000 28.930.000 9.450.000 6.950.000 16.400.000 12.530.000 Rata-rata 2.242.000 651.000 2.893.000 945.000 695.000 1.640.000 1.253.000 Sumber : Pengolahan data primer
Berdasarkan hasil pada tabel diatas menunjukan penghasilan bersih/saving diperoleh nelayan pukat pantai dengan rata-rata Rp 1.253.000,00. Penghasilan ini diperoleh dari selisih total pendapatan keluarga dengan pengeluaran rumah tangga.
Tabel 22 Sisa bersih pendapatan nelayan gillnet
Pendapatan bersih rumah tangga nelayan gillnet per bulan (Rp)
Pengeluaran rumah tangga (RP)
Total
Pengeluaran Sisa bersih pendapatan No Perikanan Non
perikanan
Pendapatan
keluarga Pangan Non Pangan
Rumah Tangga
1 2.380.000 1.350.000 3.730.000 1.250.000 1.000.000 2.250.000 1.480.000 2 1.300.000 1.300.000 800.000 250.000 1.050.000 250.000 3 630.000 900.000 1.530.000 900.000 750.000 1.650.000 -120.000 4 1.230.000 450.000 1.680.000 1.300.000 500.000 1.800.000 -120.000 5 1.155.000 1.250.000 2.405.000 1.000.000 1.500.000 2.500.000 -95.000 6 2.230.000 1.150.000 3.380.000 850.000 1.500.000 2.350.000 1.030.000 Total 8.925.000 5.100.000 14.025.000 6.100.000 5.500.000 11.600.000 2.425.000 Rata-rata 1.487.500 1.020.000 2.337.500 1.016.667 916.667 1.933.333 404.167 Sumber : Pengolahan data primer
Berdasarkan tabel diatas diperoleh pendapatan bersih rata-rata nelayan gillnet sebesar Rp 404.167,00 Dari tabel diatas diantara nelayan ada yang mendapatkan sisa pendapatan bersih negatif berdasarkan wawancara hal ini disebabkan jumlah total pendapatan keluarga tidak sebanding dengan total pengeluaran rumah tangga dan jumlah hasil tangkapan tidak sebanding dengan pengeluaran biaya operasi penangkapan.
5.1.4 Karakteristik pedagang ikan
Pedagang merupakan pelaku dalam kegiatan perikanan yang membeli hasil tangkapan dari nelayan atau TPI serta akan langsung dijual kembali kepada
konsumen seperti dij ikan yang ada di Pan ada 62 orang pedagan Ciamis ada 22 orang daripada Kecamatan Pangandaran sangat Pangandaran sebagai 1) Umur pedagang ik
Pedagang ikan d suami bekerja sebaga di Pangandaran berd maksimal 53 tahun da 2) Pendidikan pedaga Pedagang ikan d sama dengan nelaya pendidikan pendagan
Gambar 13 Prese Pedagang ikan d wadah untuk memud serta mengetahui per Salah satu perhimp Himpunan Pedagang tersebut terdapat beb pengenal yang digun Himpunan ini didiri pedagang asin dalam
SMA, 0%
jual ke pasar, rumah makan atau pengolah ngandaran berdasarkan statistik perikanan Ka ng ikan dengan jumlah pedagang di Kecamat g. Pedagang ikan di Kecamatan Pangandara n lain di Kabupaten ciamis hal ini dik
strategis dalam pemasaran hasil tangka pusat pariwisata di Kabupaten ciamis.
kan
di Pangandaran di dominasi oleh kaum wan ai nelayan atau pengolah ikan. Umur rata-rat dasarkan hasil pengolah data yaitu 38 tahu
an umur minimal yaitu 28 tahun.
ang ikan
di Pangandaran memiliki tingkatan pendidik an 57,15% lulus Sekolah Menengah Pertam ng ikan di Pangandaran disajikan pada Gamba
entase tingkat pendidikan pendagang ikan di P di Pangandaran memiliki suatu himpunan y dahkan pedagang dalam berinterksi sesame rkembangan informasi hasil tangkapan di TP punan pedagang yang terdapat di Pang g Asin Pangandaran (HPAP), dimana did erapa kelompok anggota yang setiap anggota nakan untuk melakukan pembelian ikan di TP
ikan untuk membantu para pedagang keci pembelian ikan basah di TPI maupun luar T
Tidak tamat, 0%
SD, 42.85%
SMP, 57.15%
Kuliah, 0%
T S S S K
ikan. Pedagang abupaten Ciamis tan Pangandaran an lebih banyak arenakan lokasi apan disebabkan
nita karena para ta pedagang ikan un dengan umur
kan yang hampir ma. Data tingkat
ar 13.
Pangandaran yang merupakan e pedagang ikan PI Pangandaran.
gandaran adalah dalam himpunan
a memiliki kartu PI (Gambar 14).
l dalam hal ini TPI Pangandaran.
idak tamat D
MP MA uliah
Keuntungan yang diperoleh para pedagang ikan dengan memiliki kartu anggota ini yaitu kemudahan dalam mendapatan hasil tangkapan dari TPI Pangandaran.
Sumber : Dokumentasi penelitian
Gambar 14 Kartu anggota himpunan pedagang ikan
Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh hasil bahwa tidak sedikit para pedagang ikan di Pangandaran memiliki dua pekerjaan sekaligus yaitu menjadi pedagang ikan dan pengolah ikan. Hal ini dikarenakan kebanyakan suami pedagang ikan bekerja sebagai nelayan dan menjadi buruh bangunan yang mendapatkan penghasilan yang rendah sehingga para pedagang ikan yang mayoritas adalah wanita ingin membantu para suaminya dalam mendapatkan penghasilan yang lebih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pedagang ikan di Pangandaran menjual hasi tangkapan berupa ikan basah dan ikan kering. Ikan basah terdiri dari ikan jambal, teri nasi, udang rebon, pepetek, layur dan ikan lainya yang dibeli dari nelayan dan sebagian dari TPI sedangkan ikan kering diperoleh dari pengolah ikan atau mengolah sendiri yang terdiri dari asin jambal, terasi, dan aneka ikan asin lainya. Harga yang ditawarkan oleh pedagang ikan di Pangandaran sangat bervariasi tergantung dari jenis ikan dan bentuk olahan kering atau basah. Pedagang ikan di Pangandaran menjual hasil ikan di lokasi dekat TPI Pangandaran dan sebagian pedagang ikan menjual dengan cara berkeliling di sekitar lokasi wisata. Pengalaman pedagang ikan di Pangandaran dalam menjualkan hasil tangkapan kering maupun basah dilakukannya cukup lama dengan rata-rata selama 25 tahun, paling lama 30 tahun dan yang paling muda 10 tahun. Berdasarkan hasil pengamatan kebanyakan pedagang ikan di Pangandaran menjual ikan disekitar TPI Pangandaran, hal ini dikarenakan lokasi TPI Pangandaran berdekatan dengan daerah Pariwisata cagar alam yang banyak dikunjungi oleh pengunjung.
3) Pendapatan dan Pengeluaran rumah tangga
Pendapatan dan pengeluaran merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam mengetahui status ekonomi suatu rumah tangga. Pendapatan dan pengeluaran yang diperoleh pedagang ikan berasal dari sektor perikanan dan di luar sektor perikanan. Pendapatan dari sektor perikanan didapat dari selisih penghasilan dari penjualan hasil tangkapan dengan pengeluaran biaya produksi, sedangkan penghasilan dari luar sektor perikanan diperoleh dari pelayanan jasa yang diberikan, seperti membuka kios-kios makanan di pinggiran pantai, jasa tato dan sebagian pedagang menjadi pengolah ikan. Rincian penghasilan rata-rata pedagang dalam memperoleh pendapatan keluarga dari sektor perikanan dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23 Penghasilan rata-rata pedagang ikan
Jenis ikan Hasil yang didapat (Kg) Rata-rata (Kg)
Harga (Kg)
Penjualan (Rp) Pedagang ikan
Bilis (Paedocypris progenetica) 30 15 10 10 15 10 15 6.000 90.000 Gabus (Channa striata) 25 25 5 15 10 8 15 35.000 513.333 Jambal (Djambal sp.) 25 10 5 7 10 7 11 70.000 746.667 Layur (Trichiurus lepturus) 10 5 5 5 10 5 7 35.000 233.333 Petek (Leiognathus dussummieri) 15 10 5 10 20 5 11 5.000 54.167 Jumlah 105 65 30 47 65 35 58 151.000 8.732.833 Sumber : Pengolahan data primer
Penghasilan keluarga dari pedagang ikan diperoleh dari penjualan hasil tangkapan dari selisih penjualan hasil tangkapan dengan jumlah total pengeluaran dari pembelian ikan. Pengeluaran dari sektor perikanan disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24 Pengeluaran rata-rata pedagang ikan
Jenis ikan Hasil yang didapat (Kg) Rata-rata (Kg)
Harga (Rp)
Pembelian (Rp) Pedagang ikan
Bilis (Paedocypris progenetica) 30 15 10 10 15 10 15 3.000 45.000 Gabus (Channa striata) 25 25 5 15 10 8 15 11.000 161.333 Jambal (Djambal sp.) 25 10 5 7 10 7 11 25.000 266.667 Layur (Trichiurus lepturus) 10 5 5 5 10 5 7 15.000 100.000 Petek (Leiognathus dussummieri) 15 10 5 10 20 5 11 2.500 27.083 Jumlah 105 65 30 47 65 35 58 56.500 3.267.583 Sumber : Pengolahan data primer
Penghasilan non perikanan pedagang ikan diperoleh dari kepala keluarga sebagai buruh bangunan atau buruh tani, pemiliki jasa tato temporer dan anggota keluarga warung. Adapun rincian penghasilan keluarga dari sektor non perikanan dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25 Penghasilan rata-rata pedagang dari non perikanan
No Kepala Anggota Total
keluarga* keluarga** penghasilan 1
2 1400000 1400000
3
4 450000 450000
5 2400000 2400000
6 1000000 200000 1200000
Jumlah 4800000 650000 5450000
Sumber : Pengolahan data primer Keterangan :
* buruh bangunan, buruh tani, pemilik jasa tato temporer
**pedagang warung
Jumlah dari penghasilan total dari sektor perikanan dengan non perikanan yang diperoleh oleh pedagang ikan akan menghasilkan pendapatan keluarga.
Pendapatan keluarga dari usaha perikanan dan non perikanan (Tabel 27), selanjutnya dikurangi dengan pengeluaran rumah tangga yang terdiri dari pengeluaran pangan dan non pangan (Tabel 26) sehingga memperoleh penerimaan total bersih setiap bulannya (Tabel 28). Jumlah pengeluaran rumah tangga tergantung oleh jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga. Jumlah anggota rata-rata pedagang di Pangandaran memiliki jumlah anggota keluarga 6 orang.
Sehingga pengeluaran rumah tangga akan cukup banyak dikeluarkan.
Tabel 26 Pengeluaran rumah tangga pedagang
No Pengeluaran Rumah Tangga (Rp) Total Pengeluaran Jumlah anggota Pangan Non Pangan Rumah Tangga Keluarga
1 1.000.000 550.000 1.550.000 3 2 1.000.000 400.000 1.400.000 3 3 1.000.000 650.000 1.650.000 4 4 750.000 750.000 1.500.000 3 5 1.200.000 950.000 2.150.000 5 6 800.000 350.000 1.150.000 3
Jumlah 5.750.000 3.650.000 9.400.000 21
Rata-rata 958.333 608.333 1.566.667 6
Sumber : Pengolahan data primer
Berdasarkan Tabel 26 menunjukan bahwa pengeluaran pangan rumah tangga pedagang lebih besar daripada pengeluaran non pangan. Hal ini dikarenakan jumlah anggota keluarga sangat mempengaruhi jumlah konsumsi yang dikeluarkan dalam satu keluarga dan kebutuhan pangan yang semakin meningkat.
Tabel 27 Pendapatan rumah tangga pedagang
Pendapatan bersih rumah tangga pedagang
No Perikanan Non perikanan Total pendapatan
1 4.752.500 4.752.500
2 3.682.500 1.400.000 5.082.500
3 1.960.000 1.960.000
4 705.000 450.000 1.155.000 5 1.680.000 2.400.000 4.080.000 6 964.000 1.200.000 2.164.000
Jumlah 13.744.000 5.450.000 19.194.000
Rata-rata 2.290.667 1.362.500 3.199.000
Sumber : Pengolahan data primer
Pendapatan pedagang diperoleh dari penghasilan total usaha perikanan ditambah dengan penghasilan total non perikanan. Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa penghasilan usaha perikanan rata-rata lebih besar daripada non perikanan. Hal ini menunjukan tingkat ketergantungan pedagang ikan sangat tinggi terhadap hasil tangkapan.
Tabel 28 Sisa bersih pendapatan rumah tangga pedagang
Pendapatan bersih rumah tangga pedagang per bulan
Pengeluaran Rumah Tangga
Total Pengeluaran
Sisa pendapatan
bersih No Perikanan Non
perikanan
total
pendapatan Pangan Non Pangan
Rumah Tangga
1 4.752.500 4.752.500 1.000.000 550.000 1.550.000 3.202.500 2 3.682.500 1.400.000 5.082.500 1.000.000 400.000 1.400.000 3.682.500 3 1.960.000 1.960.000 1.000.000 650.000 1.650.000 310.000 4 705.000 450.000 1.155.000 750.000 750.000 1.500.000 -345.000 5 1.680.000 2.400.000 4.080.000 1.200.000 950.000 2.150.000 1.930.000 6 964.000 1.200.000 2.164.000 800.000 350.000 1.150.000 1.014.000 Jumlah 13.744.000 5.450.000 19.194.000 5.750.000 3.650.000 9.400.000 9.794.000 Rata-rata 2.290.667 1.362.500 3.199.000 958.333 608.333 1.566.667 1.632.333 Sumber : Pengolahan data primer
Berdasarkan Tabel 28 menunjukan bahwa penerimaan total pedagang ikan diperoleh dari selisih total pendapatan dengan total pengeluaran rumah tangga rata sebesar Rp 1.632.333,00 setiap bulannya. Adanya nilai negatif dari sisa pendapatan bersih terjadi dikarenakan pedagang ini memilki penghasilan rendah daripada pengeluarannya. Hal ini dikarenakan pedagang tersebut hanya menjual ikan dengan skala kecil.
5.1.5 Karakteristik pengolah ikan
Pengolah ikan merupakan orang yang melakukan kegiatan perikanan dalam mengolah hasil tangkapan menjadi barang olahan dalam bentuk ikan kering atau bentuk lainnya untuk konsumsi manusia. Kegiataan usaha pengolahan hasil perikanan di Pangandaran meliputi :
1) Penggaraman/pengeringan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam daging sampai batas tertentu dimana perkembangan mikroorganisme dan enzim terhenti sehingga ikan dapat disimpan cukup lama dalam keadaan layak dimakan. Contoh ikan asin kering, ikan tawar kering dll.
2) Pengasapan/pemanggangan adalah proses pengawetan ikan dengan menggunakan media asap dan atau panas dengan tujuan untuk membunuh bakteri dan memberi citra rasa yang khas. Contohnya ikan asap, ikan panggang dll.
3) Pemindangan adalah cara pengawetan ikan dengan menggunakan suhu tinggi melalui perebusan, bertujuan untuk mendapatkan citra rasa tertentu dan mengurangi kandungan mikroba/spora yang dapat mempengaruhi mutu dan daya simpan produk. Cara pengolahannya pemindangan terdiri atas pemindangan air garam dan pemindangan garam.
4) Pembekuan adalah proses penanganan dan pengolahan ikan dengan cara pencucian, preparasi, pembekuan dengan/ tanpa penggelasan, pengepakan dan pengemasan serta penyimpanan beku. Contohnya udang beku dan ikan beku.
5) Produk Jelly Ikan (Communited product) adalah proses pengolahan yang mencampurkan daging ikan dengan garam sehingga menghasilkan pasta yang lengket kemudian ditambahkan bahan-bahan lain untuk menambah citra rasa dan selanjutnya dibentuk dan dimasak. Produk jelly ikan antara lain bakso, sosis, nugget dll.
Berdasarkan statistik perikanan Kabupaten Ciamis Pengolah ikan yang berada di Kecamatan Pangandaran berjumlah 60 orang dengan 6 kelompok masing- masing kelompok 10 orang. Hasil pengamatan diperoleh pengolah ikan yang berada di sekitar pelabuhan perikanan Pangandaran yang berlokasi di pantai timur terdapat 1 kelompok saja dengan kegiatan usaha pengolahan dengan cara pengeringan. Ikan yang diolah terdiri dari ikan jambal, teri nasi, layur, udang rebon, pepetek dan ikan lainnya. Proses pengeringan dibutuhkan waktu yang cukup lama tergantung cuaca di Pangandaran berkisar 3 hari sampai dengan 7 hari lama pengeringan. Hasil olahan ikan biasanya dalam bentuk ikan asin dan terasi.
Berdasarkan hasil wawancara proses yang dilakukan dalam pengolahan ikan untuk mendapatkan hasil olahan ikan asin adalah pertama bersihkan terlebih dahulu ikan yang akan diolah, kemudian rendam ikan dengan garam disini