• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rio Rinaldy Panggabean 1 1. Akademi Kepolisian Republik Indonesia, Semarang, Indonesia ABSTRAK ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rio Rinaldy Panggabean 1 1. Akademi Kepolisian Republik Indonesia, Semarang, Indonesia ABSTRAK ABSTRACT"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMPETENSI DAN INTEGRITAS

TERHADAP KINERJA PERSONEL SATUAN LANTAS

POLRES CILACAP

Influence of Competence and Integrity on the Performance of Personnel of

the Cilacap Regional Traffic Police Unit

Rio Rinaldy Panggabean1

1 Akademi Kepolisian Republik Indonesia, Semarang, Indonesia

riopanggabean@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangani oleh permasalahan kinerja yang terjadi di Institusi Polri khususnya di Satuan Lalu-lintas. Reseacrh dari WHO menunjukkan bahwa Kinerja Institusi Polri khususnya Satuan Lalu-lintas belum optimal. Kompetensi dan Integritas digunakan sebagai variabel bebas, sedangkan kinerja sebagai variabel terikat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh kompetensi dan integritas terhadap tingkat kinerja personel Satuan Lalu-lintas Polres Cilacap. Beberapa peneliti terdahulu Rizal, dkk. (2013) dan Zaim, Fatif, dan Faruk (2013) menunjukkan adanya pengaruh positif kompetensi terhadap kinerja. Disisi lain, Lotuni, dkk (2014) dan Erkutlu dan Chafra (2015) menunjukkan adanya pengaruh positif integritas terhadap kinerja. Sebelum dilakukan penelitian, dilaksanakan Pilot Project terhadap 30 personel Satuan Sabhara Polres Cilacap. Penelitian ini melakukan survei pada seluruh personel Satuan Lalu-lintas Polres Cilacap yang berjumlah 104 orang. Desain penelitian ini adalah penelitian terapan pada permasalahan kinerja di Polres Cilacap dengan cross-sectional. Analisis dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan menggunakan program AMOS. Hasil dari penelitian ini adalah kompetensi dan integritas sama-sama berpengaruh positif terhadap kinerja Satuan Lalu-lintas Polres Cilacap. Rekomendasi penelitian ini adalah dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap sampel yang lebih besar dengan melibatkan seluruh fungsi kepolisian sehingga model SEM yang didapat akan lebih baik.

Kata Kunci: kompetensi, integritas, dan kinerja.

ABSTRACT

This research is motivated by performance issues that occur at the National Police Institution, especially at the Traffic Unit. Reseacrh from WHO shows that the performance of Polri Institutions especially the Traffic Unit is not optimal. Competence and Integrity are used as independent variables, while performance is the dependent variable. This study aims to examine the effect of competence and integrity on the performance level of the Cilacap Police Traffic Unit personnel. Previous researchers Rizal et al. (2013) and Zaim, Fatif, and Faruk

(2)

(2013) showed the positive influence of competence on performance. On the other hand, Lotuni, et al (2014) and Erkutlu and Chafra (2015) showed a positive effect of integrity on performance. Prior to the research, a Pilot Project was carried out on 30 personnel from the Cilacap Regional Police Station. This study conducted a survey of all 104 Cilacap Police Traffic Unit personnel. The design of this study is applied research on performance problems in the Cilacap District Police with cross-sectional design. The analysis in this study uses the Structural Equation Model (SEM) using the AMOS program. The results of this study are that competence and integrity have a positive effect on the performance of the Cilacap Regional Police Traffic Unit. The recommendation of this research is to conduct further research on a larger sample involving all police functions so that the SEM model obtained will be better. Keywords: competence, integrity, and performance.

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia (Undang undang 1945 alinea IV). Kepolisian Republik Indonesia memiliki tugas pokok untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat (Undang undang no 2 tahun 2002 pasal 13).

Kinerja aparatur pemerintah sebagaimana yang diprogramkan oleh Presiden Republik Indonesia ke-7 Ir. Joko Widodo dalam sembilan agenda prioritasnya (Nawacita, URL) menyatakan bahwa “Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakkan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya”. Sejalan dengan itu internal institusi Polri sendiri juga menjadikan kinerja anggota Polri menjadi bagian penting dalam rancangan strategis jangka panjang (Grand Strategy Polri) tahun 2005-2010 Trust Building, 2011-2015 Partnership Building, 2016-2025 Strive for Excellence (Grand Strategy Polri 2005-2025, 5 Oktober 2011, URL). Grand Strategy Polri tersebut juga dijabarkan lebih lanjut dalam program “Promoter” Kapolri Jenderal Pol. Drs Tito Karnavian melalui 10 program dan 1 Quick Wins sebagai berikut.

1. Pemantapan reformasi internal Polri.

2. Peningkatan pelayanan publik yang lebih mudah berbasis TI. 3. Penanganan kelompok radikal prokekerasandan intoleransi. 4. Peningkatan profesionalisme Polri.

5. Peningkatan kesejahteraan anggota Polri,

6. Tata kelembagaan, pemenuhan proporsionalitas anggaran. 7. Membangun Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat.

8. Penguatan Harkamtimas (pemeliharan keamanan dan ketertiban). 9. Penegakkan hukum yang lebih profesional dan adil

10. Penguatan pengawasan 11. Quick Wins Polri

Salah satu indikator dari usaha mewujudkan Promoter adalah dibidang Lalu-lintas, dengan mewujudkan kamseltibcarlantas (Keamanan Keselamatan Ketertiban Kelancaran lalu Lintas). Salah satu sorotan yang menjadi perhatian kehidupan sosial merujuk pada Lembaga kesehatan dunia WHO yang merilis The Global Report on Road Safety dimana menunjukkan angka kecelakaan lalu lintas yang terjadi sepanjang tahun di 180 negara.

(3)

Laporan tersebut menyatakan bahwa Indonesia menjadi negara ketiga di Asia di bawah Tiongkok dan India dengan total 38.279 total kematian aktibat kecelakaan lalu lintas di tahun 2015 (Analisa, 8 Februari 2017, URL). Tingginya angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia tersebut tidak terlepas dari kinerja satuan polisi lalu-lintas sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang undang no 39 tahun 2009 tentang Lalu-lintas angkutan dan jalan.

Angka kecelakaan lalu-lintas di Polres Cilacap menjadi salah satu indikator belum optimalnya kinerja satuan lalu-lintas di indonesia, berikut akan disajikan data kecelakaan Lalu-lintas yang terjadi di wilayah hukum Polres Cilacap dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dalam Tabel 1.1 dibawah ini

Tabel 1.1

Data kecelakaan Lalu-lintas Polres cilacap

No Tahun Jumlah kecelakaan

1 2012 1079

2 2013 792

3 2014 729

4 2015 722

5 2016 794

Sumber : Satuan Lalu-lintas Polres cilacap

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa angka kecelakaan lalu-lintas Polres Cilacap hingga tahun 2016 masih terjadi peningkatan maupun penurunan setiap tahunnya, pada tahun 2012 terjadi penurunan angka kecelakaan Lalu-lintas sebesar 1079 menjadi 792 pada tahun 2013 dan kembali mengalami penurunan pada tahun berikutnya menjadi 729 namun tetap terjadi kenaikan kecelakaan Lalu lintas pada tahun 2015 sejumlah 722 kasus menjadi 794 kasus pada tahun 2016, hal ini tentunya meskipun bukan menjadi tolak ukur utama kinerja Satuan Lalu-lintas namun tetap menjadi sebuah catatan bahwa kinerja satuan Lalu-Lalu-lintas Polres Cilacap belum optimal.

Sejalan dengan itu, gambaran tingkat kinerja anggota Kepolisian Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat dilihat dari pelanggaran disiplin dan kode etik personel Satuan Lalu-lintas Polres Cilacap. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut.

Tabel 1.2

Data Pelanggaran Disiplin dan Kode Etik Personel Satuan Lalu-lintas Polres Cilacap

No Tahun Disiplin Kode Etik

1 2011 2 1 2 2012 1 0 3 2013 1 0 4 2014 3 1 5 2015 2 0 6 2016 4 2

Sumber data: Provos Polres Cilacap, 2016.

Pada Tabel 1.2 terlihat bahwa pada tahun 2011 terjadi 2 pelanggaran disiplin dan 1 pelanggaran kode etik personel satuan lalu-lintas Polres Cilacap. Pelanggaran tersebut mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi 1 pelanggaran disiplin. Pada tahun 2013 jumlah pelanggaran disiplin dan kode etik personel lalu-lintas tidak mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 terjadi peningkatan jumlah pelanggaran menjadi 3 pelanggaran disiplin disertai 1 pelanggaran kode etik. Pada tahun 2015 pelanggaran menurun menjadi hanya 2

(4)

pelanggaran disiplin tanpa pelanggaran kode etik. Pada tahun 2016 terjadi 4 pelanggaran disiplin disertai 2 pelanggaran kode etik dan. Angka tersebut tidak termasuk pelanggaran karena penyalahgunaan wewenang yang tidak dilaporkan masyarakat karena masyarakat takut untuk melaporkannya. Pelanggaran disiplin dan kode etik yang dilakukan personel satuan lalu-lintas Polres Cilacap menjadi salah satu indikator yang menunjukkan belum optimalnya kinerja Satuan lalu-lintas Polres Cilacap.

Salah satu faktor yang mempengharui kinerja adalah Integritas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia integritas adalah sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Peterson dan Selignman (2004) menyatakan bahwa integritas merupakan kekuatan karakter yang berlaku di segala aspek kehidupan seperti pendidikan, penelitian dan pekerjaan. Disisi lain, Manap, dkk. (2005) menyatakan integritas adalah pengetahuan, kesadaran, pengertian dan berpegang teguh terhadap nilai-nilai yang secara konsisten disertai dengan komitmen penuh terhadap nilai-nilai tersebut didalam setiap kata dan perbuatan untuk mencapai kebaikan secara individu dan organisasi.

Rogers (1961) mendefenisikan integritas sebagai kondisi yang terjadi ketika individu mampu menerima serta bertanggungjawab terhadap perasaan, niat, komitmen, perilaku, termasuk mampu mengakui kondisi itu kepada orang lain bila diperlukan. Sejalan dengan itu Carter (1996) menyatakan bahwa individu yang memiliki integritas bersedia menanggung konsekuensi dari keyakinannya, meskipun hal itu sulit dilakukan, konsekuensinya tidak menyengangkan, bahkan tidak mendapat kerugian jika tidak mempertahankan integritasnya. Sejalan dengan itu Mehrabian (2000) menyatakan bahwa integritas menjelaskan perilaku dari elemen elemen yang melibatkan para pekerja dan kesuksesan dari transaksi yang baik, kejujuran dan reliabitas di tempat kerja. Hal ini didukung oleh Pattinson dan Edgar (2011) yang menjelaskan bahwa integritas adalah pemenuhan seutuhnya terhadap nilai-nilai dari komunitas sosial.

Selain nilai integritas yang memiliki pengaruh terhadap kinerja seorang personel Polri dalam pelaksanaan tugas, kompetensi dalam melaksanakan tugas juga tidak dapat dihindari pengaruhnya terhadap kinerja seorang personel Polri. Taylor (2007) menyatakan bahwa perlu untuk meningkatkan daya saing efektif malalui penyiapan sumber daya manusia sesuai dengan standarisasi kompetensi yang disyaratkan, karena perbedaan kompetensi akan terjadi perbedaan hasil/kinerja.

Riza, dkk. (2013) berpendapat karakteristik kompetensi melekat yang dimiliki seseorang berhubungan sebab akibat dengan kinerjanya pada situasi atau standard kinerja tertentu. Selain itu Kadek dan ayu (2013) menyatakan bahwa kompetensi yang baik dari karyawan akan menambah kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas dengan tepat waktu dan lancar sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan. Sejalan dengan itu Pasca (2013) dalam penilitiannya juga membuktikan bahwa para auditor sebagai koresponden melaksanakan tugas secara jujur guna pencapaian tujuan organisasi yang positif untuk menghasilkan kinerja yang optimal.

Hal ini juga didukung oleh pendapat Zahra (2011) yang menyatakan bahwa pemimpin yang dipercaya adalah pemimpin yang mempunyai integritas, komptensi dan loyalitas yang tinggi terhadap bawahan dan juga terhadap perkerjaanya. Hal ini menjadikan dasar untuk meneliti variabel integritas dan kompetensi dapat mempengharui kinerja personel kepolisian khususnya pada penelitian ini ditunjukkan pada kinerja anggota Satuan Lalu- lintas Polres Cilacap

Dengan didasari pada faktor-faktor tersebut, penelitian ini diharapkan mampu untuk meningkatkan kinerja anggota kepolisian satuan lalu lintas Polres Cilacap dalam mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran berlalu lintas di wilayah hukum Polres

(5)

Cilacap. Untuk itu penelitian ini diberi judul “ Pengaruh Kompetensi dan Integritas

terhadap Kinerja Satuan Lalu lintas Polres Cilacap” 1.2 Perumusan Masalah

Dari identifikasi masalah diatas maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kompetensi dan integritas dapat meningkatkan kinerja personel satuan Lalu-lintas Polres Cilacap ?. persoalan-persoalan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kompetensi berpengaruh meningkatkan kinerja personel Satuan Lalu-lintas Polres cilacap ?

2. Apakah integritas berpengaruh meningkatkan kinerja personel Satuan Lalu-lintas Polres Cilacap ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh integritas terhadap kinerja personel Satuan Lalu-lintas Polres Cilacap.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh kompetensi terhadap kinerja personel Satuan Lalu-lintas Polres Cilacap.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

1. Penelitian diharapkan dapat membantu meningkatkan ilmu pengetahuan tentang kompetensi dan Integritas khususnya dalam meningkatkan kinerja Polri kedepan. 2. Penelitian diharapkan menjadi sumber referensi untuk penelitian-penelitian kedepan

dibidang integritas dan kompetensi khususnya untuk anggota Polri dalam meningkatkan kinerja dalam melaksanakan tugas terhadap bangsa dan negara serta masyarakat.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Manfaat bagi Pemerintah diharapkan menjadi sumber ilmu pengetahuan guna referensi dalam meningkatkan kinerja sektor pemerintahan lainnya terutama sektor pelayanan publik.

2. Manfaat bagi Kepolisian Republik Indonesia diharapkan bermanfaat sebagai referensi guna peningkatan integritas dan kompetensi yang mumpuni di organisasi Polri melalui pengingkatan kinerja anggota Polri kedepan.

3. Manfaat bagi polres Cilacap diharapkan menjadi sebuah pembelajaran dan dasar yang kuat untuk membuat sebuah kebijakan untuk anggota dari pimpinan kedepan guna harmonisasi hubungan anggota dan pimpinan dalam lingkup kerja polres di tiap-tiap fungsi tidak hanya fungsi lantas.

4. Manfaat bagi personel Polres Cilacap agar dapat meningkatkan kompetensi dan integritas guna meningkatkan kinerja pelayanan terhadap masyarakat di Cilacap

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Kepustakaan Penelitian

Kepustakaan penelitian adalah literatur yang menyajikan informasi tentang hasil penelitian terdahulu. Literatur yang dimaksud dapat berupa dokumen ataupun hasil penelitian peneliti terdahulu, berikut kepustakaan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

(6)

2.1.1 Kompetensi terhadap kinerja

Ismail dan Abidin (2010) melakukan penelitian yang melibatkan 1.136 responden pada pegawai di sektor pelayanan swasta di Malaysia. Mereka terdiri dari para eksekutif, manager dan pegawai profesional dari 3 sub-sektor pelayanan yaitu pendidikan, kesehatan dan teknologi informasi dan komunikasi. Kuesioner didistribusikan di beberapa kota yaitu Selangor, daerah kekuasaan federal Kuala Lumpur, Penang, dan Johor Baru. Penelitian tersebut membuktikan bahwa kemampuan pekerja adalah faktor yang paling mempengharui dan merupakan faktor utama disamping pengalaman kerja, karakter pekerja yang terdiri dari kepuasaan kerja, etnik, nilai dan kepribadian pekerja juga mempengharui kinerja pekerja. Namun kompetensi pekerja merupakan hal yang paling mempengharui terhadap kinerja pekerja.

Sejalan dengan itu, Kadarisman (2011) melakukan penelitian kuantitatif terhadap 50 koresponden anggota DPRD kabupaten Bogor. Dimana sebagai wakil dari rakyat anggota DPRD hampir mustahil untuk ditemui oleh masyarakat untuk penyampaian anspirasi. Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel kompetensi terhadap kinerja anggota DPRD kabupaten Bogor terhadap penyampaian anspirasi masyarakat.

Sejalan dengan itu, Pasca (2013) menemukan adanya pengaruh yang positif dan signifikan dari kompetensi terhadap kinerja auditor di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sulawesi Tengah. Hal ini dilakukan terhadap 50 pegawai BPKP Provinsi Sulawesi Tengah yang menjadi auditor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tujuh indikator yang dijadikan sebagai alat ukur terhadap kompetensi, indikator “dapat melaksanakan tugas pengawasan sesuai standar audit” memiliki rata-rata jawaban responden tertingi yang membuktikan bahwa auditor yang bekerja di BPKP Provinsi Sulawesi Tengah telah melakukan pengawasan sesuai dengan standar audit.

Di sisi lain, Sanjaya dan Indrawati (2014) melakukan penelitian terhadap 53 karyawan PT. Pande Agung Segara Dewata, permasalahan yang dialami PT. Pande Agung Segara Dewata mengenai kurang memuaskannya kinerja karyawan yang ada di perusahaan tersebut. Hal ini dilihat dari jumlah pendapatan per bulan yang cenderung berfluktuasi dan jarang memenuhi target yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Penelitian tersebut membuktikan bahwa pengaruh yang cukup besar yang diberikan oleh variabel kompetensi, kompensasi, dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan membuat perusahaan harus memahami dengan baik akibat yang ditimbulkan dari tiga variabel tersebut.

Di lain pihak, Yusuf (2014) menemukan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel kompetensi, objektivitas dan integritas auditor terhadap kualitas hasil kerja auditor. Penelitian ini dilakukan terhadap 70 auditor Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Penelitian tersebut menyatakan bahwa seorang auditor harus memiliki pengetahuan untuk memahami entitas yang diaudit, kemudian auditor harus memiliki kemampuan untuk bekerja sama dalam tim serta kemampuan dalam menganalisa permasalahan guna meningkatkan kualitas kinerja dalam melaksanakan audit.

Di lain pihak, Rizal, dkk. (2013) melakukan penelitian terhadap 202 responden random

sampling meliputi karyawan, general manager, manager, superintendent dan supervisor dan di 6

perusahaan industry Go Public yang membuktikan bahwa kompetensi merupakan faktor utama mempengharui kinerja, maka perusahaan harus dapat mengembangkan faktor-faktor yang mempengharui faktor SDMnya.

Sejalan dengan itu, Zaim, Fatif dan Faruk (2013) melakukan penelitian terhadap perusahaan penyedia jasa industry di Turki yang menggunakan 2679 koresponden dari 30 perusahaan penyedia jasa industry yang diambil secara random sampling yang menunjukkan bahwa Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kompetensi individu dan kemampuan

(7)

individu, kedepannya kemampuan utama sepenuhnya memberikan efek yang signifikan terhadap kinerja individu.

Dari beberapa penelitian di atas, untuk melihat hubungan antara kompetensi dan kinerja dengan lebih rinci, penelitian-penelitian tersebut diringkas dalam tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

Rangkuman penelitian hubungan Kompetensi dan Kinerja

NO PENELITI METODE HASIL PENELITIAN

1 Ismail dan

Zainal (2010)

Pegawai di sektor pelayanan swasta di Malaysia yang berjumlah 1136 orang dengan menggunakan analisis regresi linear berganda

Kompetensi adalah faktor yang paling berpengaruh dan faktor utama dalam meningkatkankinerja pegawai di sektor pelayanan swasta di Malaysia

2 Kadarisman

(2011) Anggota DPRD di kabupaten Bogor sejumlah 50 orang dengan menggunakan analisis regresi linear berganda

Terdapat pengaruh yang besar antara kompetensi anggota DPRD terhadap kualitas pelayanan dan

penerimaan anspirasi dari

masyarkat kepada anggota DPRD

3 Rizal, dkk.

(2013) 202 responden random sampling meliputi karyawan, dan

supervisor di 6 perusahaan industry Go Public dengan

menggunakan analisis regresi linear berganda

Kompetensi adalah faktor utama

mempengharui kinerja, maka

perusahaan harus dapat

mengembangkan faktor-faktor

yang mempengharui faktor

SDMnya

4 Zaim, Fatif,

dan Faruk (2013)

2679 karyawan pekerja di 30

perusahaan penyedia jasa

industry berbeda di Turki dengan menggunakan analisis regresi linear berganda

Ada pengaruh yang positif dan

signifikan antara kompetensi

individu dan kemampuan individu, kedepannya kemampuan utama sepenuhnya memberikan efek yang signifikan terhadap kinerja individu Sumber: Ismail dan Zainal (2010), Kadarisman (2011), Rizal, dkk. (2013), Zaim, Fatif, dan Faruk (2013).

2.1.2 integritas terhadap kinerja

Penelitian tentang hubungan Integritas dengan kinerja pernah dilalukan oleh Zahra (2011). Penelitian dilakukan terhadap 138 karyawan di strategi bisnis unit perkapalan di Palembang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan variabel integritas berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja bawahan sedangkan loyalitas tidak berpengaruh terhadap kepercayaan para bawahan pada SBU perkapalan di Palembang.

Di sisi lain, Pasca (2013) melakukan penelitian kuantitatif terhadap 50 pegawai Badan Pengawasan keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa integritas, obyektivitas, kerahasiaan, kompetensi, dan komitmen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor pada kantor Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sulawesi Tengah. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dari 12 indikator yang dijadikan sebagai alat ukur integritas, melaksanakan tugas secara jujur memliki rata-rata jawaban dengan responden tertinggi. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa para auditor yang bekerja pada BPKP Provinsi Sulawesi Tengah telah melaksanakan tugas secara jujur guna pencapaian tujuan organisasi yang positif untuk menghasilkan kinerja yang optimal.

Sejalan dengan itu, Yusuf (2014) melakukan penelitian kuantitatif terhadap 91 auditor BPKP Provinsi Riau, populasi penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada BPKP

(8)

Provinsi Riau. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa integritas auditor berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas hasil kerja auditor. Membuktikan bahwa terdapat hubungan serarah antara integritas dan pelaksanaan kualitas hasil kerja auditor. Auditor yang berintegritas tinggi akan bertindak jujur dan tegas dalam mempertimbangkan fakta pada saat menyelesaikan pekerjaan audit.

Di sisi lain, Erkutlu dan Chafra (2015) melaksanakan penelitian kuantitatif tentang integritas berprilaku terhadap hotel-hotel bintang lima di Turki. Populasi yang diambil adalah seluruh hotel bintang lima di Turki. Selanjutnya secara acak dipilih 19 hotel bintang 5 untuk menjadi sampel. Penelitian ini melibatkan 969 pekerja perhotelan dari 19 hotel bintang 5 yang dipilih secara acak dari 422 hotel bintang 5 di Turki. Penelitian tersebut menunjukkan pengaruh yang signifikan dan stimulant integritas berprilaku terhadap identifikasi organisasi. Penelitain ini memberikan saran bahwa seharusnya organisasi perhotelan harus membedakan pelayanan dan produk mereka melalui pengembangan dan implementasi dari program-program dan proses peningkatan kualitas untuk dan mencari keuntungan yang kompetitif.

Di lain pihak, Lotuni, dkk., (2014) melakukan penelitian terhadap 516 pekerja kesehatan profesional seperti dokter dan perawat yang menunjukkan jika kepuasan kerja, integritas dan motivasi berdampak secara positif dan simultan dalam meningkatkan kinerja para pekerja kesehatan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa jika kepuasan kerja, integritas, dan motivasi meningkat akan berdampak positif dalam meningkatkan kinerja pekerja kesehatan, sebaliknya jika integritas berkurang akan berdampak negatif terhadap kualitas kinerja pekerja kesehatan. Lotuni, dkk., (2014) menarik kesimpulan bahwa semakin tinggi integritas maka semakin tinggi pula kinerja yang bisa dilakukan oleh para pekerja kesehatan.

Dari beberapa penelitian di atas, untuk melihat hubungan antara integritas dan kinerja dengan lebih rinci, penelitian-penelitian tersebut diringkas dalam Tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2

Rangkuman penelitian Hubungan Integritas dan Kinerja

NO PENELITI METODE HASIL PENELITIAN

1 Zahra

(2011)

138 karyawan organik di Strategi Bisnis Unit perkapalan di Palembang dengan menggunakan analisis regresi linear berganda

Kompetensi dan integritas berpengaruh secara positif

terhadap kinerja, tapi

kompetensi lebih dominan

2 Pasca

(2013) Pegawai di BPKP Provinsi Sulawesi Tengah yang berkerja sebagai

auditor dengan menggunakan

analisis regresi linear berganda

integritas berpengaruh secara positif dan signfikan terhadap kualias audit

3 Yusuf

(2014) Pegawai di BPKP Provinsi Sulawesi tengah yang bekerja sebagai auditor

dengan menggunakan analisis

regresi linear berganda

Pengaruh positf dan signifikan

diberikan kompetensi

terhadap kualitas audit

4 Erkutlu dan

Chafra (2015)

19 hotel bintang lima di Turki yang diambil secara acak dari 422 hotel bintang 5 di Turki yang melibatkan 969 karyawan dari 19 hotel tersebut

dengan menggunakan analisis

regresi linear berganda

Terdapat pengaruh besar

antara integritas perilaku pimpinan terhadap identifikasi

organisasi dan kinerja

karyawan

5 Lotuni, dkk

(2014) Pekerja kesehatan profesional yang terdiri dari dokter dan perawat di kota kendari dengan menggunakan analisis regresi linear berganda

Ketika kepuasan

kerja,integritas,dan motivasi ditingkatkan secara bersamaan

(9)

memberikan dampak dalam peningkatan kinerja pegawai kesehatan

Sumber: Zahra (2011), Pasca (2013), Yusuf (2014), Erkutlu dan Chafra (2015), Lotuni, dkk (2014)

2.2. Kepustakaan Konseptual

Pada kepustakaan konseptual dijelaskan secara rinci dan jelas pengertian dari tiap variabel yang digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan.

2.2.1 Teori Kompetensi

Konsep tentang kompetensi pertama kali diteliti oleh Selznik (1957) yang menggunakan kompetensi untuk mendeskripsikan keuntungan perusahaan dalam melalui berbagai kegiatan, tapi ketika meneliti tentang kompetensi secara lebih rinci maka akan merujuk kepada McClelland yang melakukan penelitian berjudul ““Testing for Competency rather

than for Intelligence” dalam research tersebut MccClelland (1973) mengusulkan tentang jenis

kompetensi yang berbeda dari pandangan-pandangan tradisional terdahulu yang selalu berpatok pada pengetahuan dan IQ test. McClelland (1973) menyatakan bahwa untuk masa kerja kedepan kompetensi akan lebih menentukan keberhasilan seseorang daripada pengetahuan secara profesional dan IQ test.

Penelitian tentang kompetensi dari McClelland (1973) dilanjutkan oleh Spencer and Spencer (1993) yang menyatakan bahwa seseorang harus mampu menemukan letak kompetensi yang tepat untuk meraih performa kinerja yang tinggi, dalam performa yang tinggi posisi karyawan dan manajer merupakan cerminan dari kesusksesan secara individu.

2.2.1.2 Konsep Kompetensi

Kompetensi menurut Spencer and Spencer (1993) adalah karakteristik yang mendasar seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaanya atau karakteristik yang memiliki hubungan kausal atau sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau berkinerja prima atau superior ditempat kerja atau situasi tertentu.

Spencer and Spencer (1993) menyatakan bahwa ada lima karakteristik kompetensi yaitu keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), konsep diri (self concept), motif (motive), sifat (trait). Konsep ini mengatakan bahwa kompetensi pengetahuan (knowledege) dan keterampilan (skill) cenderung lebih tampak visible dan relatif berada di permukaan sebagai salah satu karakteristik yang dimiliki manusia. Konsepdiri (self-concept), sifat (trait), dan motif (motive) lebih tersembunyi dan berada pada titik sentral kepribadian seseorang. Kompetensi realtif dan kompetensi pengetahuan relatif lebih muda untuk dikembangkan dengan cara program pelatihan untuk karyawan. Inti kompetensi yaitu motif dan sikap sulit untuk dinilai dan dikembangkan serta memakan biaya besar. Sedangkan konsep diri berada diantaranya. Sikap dan nilai seperti percaya diri dapat diubah melalui pelatihan atau pengembangan yang positif

2.2.1.3 Defenisi

Klemp (1980) berpendapat kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seorang yang menghasilkan pekerjaan yang efektif dan/atau kinerja yang unggul, sejalan dengan itu Spencer and Spencer (1993) menyatakan kompetensi adalah karakteristik yang mendasar seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaanya atau karakteristik yang memiliki hubungan kausal atau sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau berkinerja prima atau superior ditempat kerja atau situasi tertentu,

(10)

Jenis kompetensi menurut Spencer dan Spencer (1993), mengklasifikasikan 5 dimensi dari kompetensi. Melalui teori superior performance yang menyatakan bahwa ada lima karakteristik kompetensi yaitu: keterampilan, pengetahuan, konsep diri, motif dan sifat yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

1. Keterampilan (Skill). Keterampilan adalah kemampuan untuk mampu melaksanakan tugas-tugas fisik dan mental tertentu.

2. Pengetahuan (Knowledge). Pengetahuan adalah suatu informasi yang dimiliki seseorang khususnya pada bidang spesifik. Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks. 3. Konsep Diri (Self Concept). Konsep diri adalah sikap atau nilai, atau self image dari

orang-orang. Konsep diri yaitu semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengharui individu dalam berhubungan dengan orang lain.

4. Motif (Motive). Motif adalah apa yang secara konsisten dipikirkan atau keinginan-keinginan yang menyebabkan melakukan tindakan. Apa yang mendorong perilaku yang mengarah dan dipilih terhadap kegiatan atau tujuan tertentu

5. Sifat (Trails). Sifat adalah ciri fisik dan reaksi-reaksi yang bersifat konsisten terhadap situasi atau informasi.

2.2.2.1 Teori Rogers (1961)

Rogers (1961) mendefinisikan integritas sebagai perasaan yang dialami, disadari dan diakui individu serta mampu mengkomunikasikanya jika diperlukan, Rogers (1961) memberikan batasan definisi integritas secara lengkap dan jelas. Teori ini lahir dari dari ketidakpuasan terhadap teori perkembangan moral Kholberg yang kurang memberi tempat pada peran self dalam menilai nilai-nilai moral (Masitah, 2012).

2.2.2.2 Konsep Integritas

Proses tercapainya integritas melalu tahapan-tahapan sebagai berikut: Petrick dan Quinn, 2000 seperti kutipan Masitah (2012).

1. Moral Awareness (kesadaran moral) adalah kemampuan memahami dan kepekaan terhadap isu-isu etis yang relevan yang patut menjadi pertimbangan dalam membuat pilihan yang akan memiliki dampak signifikan terhadap orang lain. Moral Awareness dibentuk melalui persepsi dan sensitivitas terhadap etika. Yang dimaksud dengan persepsi adalah kemampuan untuk melihat, mengenali atau menemukan fitur etis dari suatu situasi. Sedangkan sensitivitas terhadap etika adalah kemampuan untuk menilai kepentingan yang terkait dengan fitur etika dari sebuah situasi.

2. Moral Deliberation (pertimbangan moral) adalah kemampuan melakukan analisa kritik terhadap faktor penyebab dan pilihan moral yang dimiliki untuk mendapatkan keputusan yang masuk akal bagi standar yang penting dimasa depan. Moral deliberation terdiri dari analisis etika dan resolusi etika. Analisi etika merupakan langkah rasional berdasarkan argumentasi moral yang dirancang untuk mengindentifikasi, menafsirkan dan mempertimbangkan penyebab utama masalah moral dan sumber daya kunci untuk penyelesaian masalah etika. Sedangkan resolusi etika adalah langka rasional membuat sebuah keputusan

c. Moral Character (karakter moral) adalah kemampuan untuk siap bertindak etis. Moral character dikuatkan dengan melatih nilai nilai seperti moral, social, emosional dan politik. d. Moral Conduct (tindakan moral) berarti individu melakukkan tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan secara berkelanjutan. Jadi untuk mencapai integritas, individu harus melatihnya dengan sengaja.

2.2.2.3 Definisi Integritas

Puka (2004) menjelaskan bahwa integritas adalah konsistensi diri sendiri, menggambarkan sebuah fokus untuk kesatuan dari sebuah rasa subjektif diri sendiri melewati

(11)

konsistensi dari komitmen yang telah dipilih, hal ini sejalan dengan pemikiran Walker (2004) yang mengatakan self adalah kesatuan pengalaman, nilai-nilai, beliefs dan trait yang aktif berperan dalam menyaring dan menyesuaikan nilai-nilai moral, untuk dicocokkan dalam diri individu. Penjelasan Blasi tentang integritas dalam moral identitiy theory selanjutnya dieksplorasi oleh beberapa ahli, diantaranya Puka (2004) Schlenker, Miller, dan Johnson, (2009) dan Walker (2004).

Walker (2004) menyatakan, integritas atau self-consistency ini merupakan motif mendasar yang mampu memaksa individu untuk menyesesuaikan keputusan dan tidakannya. Integritas mencerminkan perasaan terdalam yang tidak hanya dirasakan individu itu sendiri, namun juga dikenal dan diketahui oleh orang lain lewat tindakan-tindakan individu.

Integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan, kejujuran; nasional wujud keutuhan prinsip moral dan etika bangsa dalam kehidupan bernegara (kbbi.web.id/integritas, URL). Integritas merupakan kekuatan karakter yang berlaku di segala aspek kehidupan seperti pendidikan, penelitian dan pekerjaaan (Peterson dan Selignman, 2004)

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Masitah (2012) Integritas merupakan karakteristik positif yang memiliki sifat universal, pekerja di Amerika dan Indonesia sama sama dituntut memiliki integritas dalam pekerjaanya tetapi tentu memiliki alat ukur yang berbeda untuk mengukur integritas ditempat yang berbeda tersebut.

Sejalan dengan itu, Zahra (2012) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki integritas adalah manusia yang utuh, mereka dapat didefenisikan oleh pemikiran tunggal mereka. Orang dengan integritas tidak menyembunyikan sesuatu dan tidak gentar terhadap apapun juga, hidup mereka seperti buku yang terbuka. Nillsen (2004) menyatakan bahwa integritas sekarang memiliki nilai moral dan etis tidak hanya dalam konotasi hubungan antar orang. Rodney (2004) menjelaskan bahwa integritas adalah sebuah produk dari budaya, dan itu tidak bisa diciptakan secara hukum mekanik ataupun secara prosedur, integritas meminta kita untuk melihat sesuatu dalam realita secara organic tidak dengan realita secara mekanik. 2.2.2.4 Pengukuran

Menurut teori Rogers (1961) seperti kutipan Masitah 2012) faktor-faktor mempengharui terbentuknya integritas adalah.

1. Jujur yaitu tidak menghindari hati nurani, berbicara dan bertindak sesuai nilai-nilai pribadi, berbicara dan bertindak sesuai nilai-nilai pribadi yang dipegang teguh serta menjaga komitmen terhadap orang lain (Puka, 2004, seperti kutipan Masitah (2012). Individu dikatakan jujur apabila menerima dan mampu bertanggung jawab atas perasaan serta perilaku sebagimana adanya. Meski memegang erat prinsip kejujuran, namun dalam situasi yang pernah tipu muslihat dan harus menghadapi orang yang tidak jujur, individu yang memiliki integritas tinggi akan bertindak dan menegur dengan mempertimbangkan berbagai hal serta tidak menyakiti. Oleh karena itu individu yang memiliki integritas lebih dihormati daripada disukai (Schlenker, Milner dan Johnson, 2009, seperti kutipan Masitah (2012).

2. Teguh, teguh artinya tidak menyalahi prinsip dalam melaksanakan kewajiban, tidak dapat disuap atau diajak melakukan perbuatan curang meskipun ada godaan materi atau dorongan dari orang lain. (Peterson dan Selignman, 2004, seperti kutipan Masitah (2012) menyatakan ada dua situasi yang membuat individu dikatakan memiliki keteguhan. Pertama ketika harus menghadapi situasi yang tidak menguntungkan seperti pertentangan serta ketidakpercayaan dan yang kedua ketika harus harus menghadapi kesulitan atau keadaan bahaya. Keteguhan yang memiliki integritas dinilai muncul dalam situasi pertama karena integritas melibatkan suatu pilihan antara beberapa tindakan atau cara. Keteguhan menjalankan prinsip berbeda dengan kefanatikan yang rela membunuh

(12)

orang tak bersalah guna mencapai tujuan, yang baginya merupakan prinsip yang hidup. Individu dengan integritas tinggi memiliki kebijakan yang ditujukan bukan hanya untuk kelompok atau golongannya, tetapi kepentingan manusiawi yang lebih besar (Schlenker, Miller dan Jhonson, 2009, seperti kutipan Masitah (2012).

3. Memiliki self-control yang kuat, self-control didefenisikan sebagai kemampuan individu dalam mengontrol atau memantau respon agar sesuai dengan tujuan hidup dan standar moral yang dimiliki. Untuk bisa memperlakukan orang lain, bahkan orang yang sesungguhnya tidak disukai secara baik, individu harus memiliki self-control yang kuat. Ketidakmampuan individu mengontrol atau memantau respon, selain penting untuk menjaga perilaku tetap sesuai dengan tujuan hidup dan standar moral, juga penting untuk berhubungan dengan orang lain (Peterson dan Seleignman, 2004, seperti kutipan Masitah (2012). Individu yang memiliki self-control kuat tidak mudah memperlihatkan reaksi emosional lewat ucapan maupun sikap badan. Individu yang memiliki self-control terlihat tenang bila dihadapkan pada stimulus yang memancing emosi, hal ini menjadikan orang lain lebih nyaman berhubungan dengan mereka.

4. Memiliki self-esteem yang tinggi, self-esteem adalah kepercayaan bahwa individu mampu berprilaku sesuai nilai moral yang diyakini (Power, 2004, seperti kutipan Masitah (2012) menyebut self-esteem sebagai perasaan positif individu bahwa dirinya bermoral dan mampu menjalankan prinsip-prinsip moral. Karena berasal dari belief, Mecca, Smelser dan Vasconcellows (Power, 2004, seperti kutipan Masitah (2012) meyakini bahwa harga diri mampu meningkatkan perilaku yang baik dan keteguhan.

2.2.3.1 Konsep Kinerja

Mahsun (2016) berpendapat bahwa mendefenisikan kinerja sebagai ikhtisar dari sebuah kegiatan, program, atau implementasi kebijakan dalam mewujudkan tujuan organisasi, misi dan visi, sebagai negara di dalam rencana strateginya. Demikian kinerja juga diartikan sebagai rekam jejak dari konsekuensi yang dihasilkan dari sebuah pekerjaan atau kegiatan dalam rentan waktu tertentu dan relevan dengan tujuan organisasi.

Sejalan dengan itu, Kadarisman (2011) menyatakan faktor yang mempengaruhi kinerja individu terdir dari faktor intrinsik, yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri dan faktor ekstrinsik, yaitu faktor diluar bersangkutan. Faktor yang mempengharuhi kinerja bersifat intrinsik adalah (a) kompetensi terdiri dari pemikiran konseptual, orientasi berprestasi, kepedulian terhadap keteraturan, pengarahan, pemahaman keorganisasian, dampak pengaruh dan komitmen; (b) motivasi, (c) kepuasan kerja dan (d) keterikatan. Faktor yang bersifat ekstrinsik adalah (a) kepemimpinan, (b) struktur tim, (c) peran tim, (d) norma, (e) lingkungan, (f) struktur organisasi, (g) strategi, (h) teknologi, serta (i) teknologi dan informasi (Moeheriono, 2009).

Menurut Emron, Yohny dan Imas (2016) Kinerja adalah hasil dari suatu proses yang

mengacu dan diukur selama periode waktu tertentu berdasarkan ketentuan atau kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya Emron, Yohny dan Imas juga mengemukakan dimensi pengukuran dari kinerja ada tiga yaitu : pengetahuan, keahlian dan sikap

2.2.3.2 Definisi Kinerja

Kinerja menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja (kbbi.web.id/kinerja, URL). Kinerja (pencapaian kerja) adalah kualitas dan kuantitas dari seorang hasil kerja seorang pekerja selama memenuhi tanggung jawabnya sesuai dengan tanggung jawab yang telah diberikan (Mangkunegara, 2001).

Kinerja adalah suatu pencapaian berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah

ditetapkan, informasi tentang kinerja organisasi adalah hal yang sangat penting untuk mengevaluasi apakah tujuan organsasi selama ini sudah berjalan atau belum. Hangga dan

(13)

Mayasari (2016) berpendapat kinerja merupakan suatu pencapaian berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Sejalan dengan itu Grote (2002) berpendapat penilaian kinerja adalah sistem manajemen formal untuk menyediakan evaluasi tentang kualitas kinerja seseorang dalam sebuah organisasi, penilaian ini biasanya disiapkan oleh atasan langsung. Prosedur ini biasanya membutuhkan pengawas untuk mengisi formulir penilaian standar yang mengevaluasi individu pada dimensi yang berbeda dan kemudian membahas hasil evaluasi dengan karyawan.

2.2.3.3 Pengukuran

Menurut Hartanto (2012) terdapat 4 indikator penilaian kinerja sebagai berikut: 1. Efektivitas dan Efisiensi yaitu efektifitas dari suatu organisasi apabila tujuan suatu

organisasi dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan, efisensi berkaitan dengan jumlah pengorbanan yang dikeluarkan dalam mencapai tujuan.

2. Otoritas dan Tanggung Jawab, dalam hal ini otoritas adalah wewenang yang dimiliki seseorang untuk memerintah orang lain (bawahannya) untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepada masing-masing bawahan dalam suatu organisasi. Sedangkan tanggung jawab adalah bagian yang tidak terpisahkan atau sebagai akibat dari kepemilikan wewenang tersebut. Bila ada wewenang berarti dengan sendirinya muncul tanggung jawab.

3. Disiplin, yaitu apabila taat pada hukum dan peraturan yang berlaku. Disiplin karyawan sebagai ketaatan karyawan bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dimana karyawan bekerja.

4. Inisiatif, yaitu seseorang berkaitan dengan daya pikir, kreativitas dalam bentuk ide untuk suatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Setiap inisiatif sebaliknya mendapat perhatian atau tanggapan positif dari atasan.

2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh integritas dan kompetensi terhadap kinerja. Variabel bebas dari penelitian ini adalah integritas dan kompetensi. Integritas terdiri dari faktor-faktor sebagai berikut : 1) kejujuran 2) keteguhan 3) memiliki self-control 4) memiliki

self-esttem yang tinggi Masitah (2012). Sedangkan untuk memenuhi unsur kompetensi menurut

Spencer dan Spencer (1993) terdapat 5 unsur pemenuhan kompetensi yaitu: keterampilan, pengetahuan, konsep diri, motif dan sifat.

Sementara itu, untuk variabel terikatnya yaitu kinerja terdapat 4 indikator penilaian kinerja yaitu: efektivitas dan fisiensi, otoritas dan tanggung Jawab, disiplin dan inisiatif (Hartanto, 2012)

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

Sumber : Beberapa penelitian terdahulu Integritas (X1) KINERJA (Y) Kompetensi (X2)

(14)

2.4 Rumusan Hipotesis

Dari kerangka berpikir di atas dengan berdasarkan pada kepustakaan penelitian dan kepustakaan konseptual yang ada, terdapat dua hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

2..4.1 Hubungan kompetensi terhadap kinerja

Kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaanya atau karakteristik dasar individu dalam pekerjaanya atau karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan kausal atau sebab-akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau berkinerja prima atau superior ditempat kerja atau situasi tertentu (Spencer dan spencer, 1993).

Rizal, dkk. (2013) menyebutkan tujuan program pelatihan dan pengembangan dari semua organisasi adalah untuk memelihara atau meningkatkan kinerja individu dan organisasi. Sejalan dengan itu Dessler (2002) menyatakan fokus pelatihan telah diperluas dalam beberapa tahun terakhir. Pelatihan digunakan untuk fokus pada pengajaran keterampilan teknis” dan artinya, pelatihan lebih ditekankan pada keahlian teknis atau kompetensi.

Sejalan dengan itu, Rizal, dkk. (2013) melakukan penelitian yang membuktikan bahwa kompetensi merupakan faktor utama mempengharui kinerja, maka perusahaan harus dapat mengembangkan faktor-faktor yang mempengharui faktor SDMnya

Di lain pihak, Zaim, Fatif, dan Faruk (2013) melakukan penelitian yang membuktikan bahwa Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kompetensi individu dan kemampuan individu, dimana kedepannya kemampuan utama sepenuhnya memberikan efek yang signifikan terhadap kinerja individu

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah :

H1 : Semakin tinggi kompetensi maka akan meningkatkan kinerja personel satuan lalu lintas Polres Cilacap.

2.4.2 Hubungan Integritas terhadap Kinerja

Rogers (1961) mendefinisikan integritas sebagai perasaan yang dialami, disadari dan diakui individu serta mampu mengkomunikasikannya jika diperlukan. Ahli moral seperti Blasi (2004) menambahkan integritas sebagai konsistensi pikiran, emosi, kata-kata serta tindakan yang stabil sepanjang waktu dan situasi (dalam Masitah, 2012). Penelitian tentang hubungan integritas dengan kinerja pernah dilakukan oleh Zahra (2011). Melakukan penelitian terhadap 138 karyawan di Strategi bisnis unit (SBU) perkapalan di Palembang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan variabel integritas dan kompetensi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja bawahan sedangkan loyalitas tidak berpengaruh terhadap kepercayaan para bawahan pada SBU perkapalan di Palembang

Sejalan dengan itu, Erkutlu dan Chafra (2015) melaksanakan penelitian kuantitatif tentang integritas berprilaku. Penelitian tersebut menunjukkan pengaruh yang signifikan dan stimulan integritas berprilaku terhadap identifikasi organisasi. Penelitain ini memberikan saran bahwa seharusnya organisasi perhotelan harus membedakan pelayanan dan produk mereka melalui pengembangan dan implementasi dari program-program dan proses peningkatan kualitas untuk dan mencari keuntungan yang kompetitif

Di lain pihak, Awaludin, Ode dan Wiyati (2016) melakukan penelitian yang menunjukkan jika kepuasan kerja, integritas dan motivasi berdampak secara positif dan simultan dalam meningkatkan kinerja para pekerja kesehatan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa jika kepuasan kerja, integritas, dan motivasi meningkat akan berdampak positif dalam meningkatkan kinerja, sebaliknya jika integritas berkurang akan berdampak negatif terhadap kualitas kinerja. Mereka menarik kesimpulan bahwa semakin tinggi integritas maka semakin tinggi pula kinerja yang bisa dilakukan oleh para pekerja kesehatan.

(15)

H2 : Semakin tinggi integritas maka akan meningkatkan kinerja Personel Satuan Lalu-lintas Polres Cilacap.

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Terdapat beberapa jenis pendekatan penelitian, ada tiga jenis pendekatan penelitian yaitu kuantitatif, kualitatif dan campuran (Creswell, 2014). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, menurut Creswell (2014) penelitian kuantitatif bertujuan untuk menggambarkan fenomena atau gejala sosial secara kuantitatif atau menjelaskan bagaimana fenomena yang terjadi dimasyarakat saling berhubungan satu sama lain.

Cara pengukuran dan perhitungan ilmiah yang berasal dari responden yang diminta untuk menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan presentase tanggapan mereka. Karena pendekatan kuantitatif lebih relevan dalam mendapatkan data yang pasti dari jumlah populasi yang relatif besar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei. Mengumpulkan data dengan cara menyebarkan survei ke lapangan untuk kasus-kasus yang jumlah populasinya relatif besar. Tujuan metode ini adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam survei adalah Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab untuk mengumpulkan data.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Definisi operasional variabel adalah penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian terhadap indikator-indikator yang membentuknya. Definisi operasional penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator

Kompetensi Emmyah (2009)

Karakteristik yang medasari seseorang

berkaitan dengan efektivitas kerja dalam pekerjaanya atau karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan kausal atau sebab-akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau berkinerja superior (Spencer, 1993)

1.Keterampilan 2.Pengetahuan 3.Konsep diri 4.Motif 5.Sifat Integritas

Masitah (2012) Integritas merupakan kekuatan karakter yang berlaku di segala aspek kehidupan seperti pendidikan, penelitian dan pekerjaan (Peterson dan Selignman, 2004).

Perasaan yand dialami, disadari dan diakui individu serta mampu mengkomunikasikannya jika diperlukan (Rogers, 1961).

1.kejujuran 2.keteguhan 3.self esteem 4. self control

(16)

Kinerja Hartanto

(2012)

Kinerja adalah suatu pencapaian berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan, informasi tentang kinerja organisasi adalah hal yang sangat penting untuk mengevaluasi apakah tujuan organsasi selama ini sudah berjalan atau belum (Mangkunegara, 2001).

kinerja sebagai ikhtisar dari sebuah kegiatan, program, atau implementasi kebijakan dalam mewujudkan tujuan organisasi, misi dan visi, sebagai negara didalam rencana strateginya (Kadarisman, 2011). 1.Efektifitas dan Efisiensi 2.Otoritas dan tanggung Jawab 3.Disiplin 4.Inisiatif

Sumber : Masitah (2012), Emmyah (2009), Hartanto (2012).

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh personel Lalu-lintas Polres Cilacap, populasi juga meliputi karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh objek dan subjek penelitian Sugiyono (2012). Menurut Thoifah (2015) sampel mengacu pada subkelompok atau bagian dari populasi. dalam menentukan sampel perlu diperhatikan beberapa hal diantaranya derajat keseragaman populasi, presisi yang dikehendaki, rencana analisis, dan tenaga, biaya serta waktu penelitian.

Semakin besar sampel yang dipergunakan maka akan semakin baik hasil yang diharapkan. Hair (2010) mengatakan sampel seharusnya 100 atau lebih. Atas dasar tersebut maka penelitian ini menggunakan survei terhadap seluruh personel lalu lintas Polres Cilacap untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga dapat dilakukan generalisasi terhadap populasi. besarnya ukuran sampel memiliki peran penting dalam interprestasi. Dalam Ghozali (2014) merekomendasikan ukuran sampel antar 100 dan 200.

3.4 Sumber Data

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yang dipergunakan yaitu data primer dan data sekunder.

3.4.1 Sumber Data Primer

Data ini harus dicari dari narasumber atau responden yaitu orang yang dijadikan objek penelitian. Data primer dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan kuisoner yang disebarkan kepada Personel Lalu-lintas Polres Cilacap. Kuisoner diberikan secara langsung oleh peneliti kemudian responden dimintai untuk mengisi kuisoner tersebut. 3.4.2 Sumber Data Sekunder

Sarwono (2006) mengatakan data sekunder ialah data yang sudah ada tersedia sehingga tinggal mencari dan mengumpulkan data, data sekunder digunakan untuk memahami masalah, menjelaskan masalah, formulir alternatif peneyelesaian masalah yang layak, dan memeberi solusi masalah.Dalam penelitian inik yang menjadi sumber data sekunder ialah berupa data data, laporan atau hasil survei yang dapat memberikan informasi terkait pengaruh integritas dan kompetensi terhadap kinerja personel Lalu-lintas Polres Cilacap.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode survei (survey

(17)

yaitu. Setiap jawaban dari pertanyaan dalam kuisioner tersebut menggunakan skala likert 5 poin, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS) dengan nilai 1, Tidak Setuju (TS) dengan nilai 2, Netral (N) dengan nilai 3, Setuju (S) dengan nilai 4, serta Sangat Setuju (SS) dengan nilai 5.

A.

3.6

Validitas dan Reliabilitas Data

Sugiyono (2014) mengatakan kualitas data hasil penelitian dipengaruhi oleh dua

cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh Karena itu instrumen yang telah teruji validitas dan realibilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Realibilitas dapat diartikan dengan keterpercayaan atau konsistensi. Realibilitas menunjukkan bahwa hal yang sama berulang kali diukur akan diperoleh hasil yang identik atau serupa.

Creswell (2014) mengatakan dalam beberapa penelitian survei, penelitian dilakukan dengan menggabungkan instrumen dari komponen beberapa instrumen. Ketika melakukan modifikasi atau menggabungkan instrumen dalam penelitian, validitas dan reliabilitas sebelumnya tidak perlu disertakan dalam instrumen yang baru. Namun menjadi penting untuk melakukan validitas dan reliabilitas dalam melakukan analisis data. Penelitian ini menggunakan bantuan software AMOS 21.0 dalam melakukan validitas dan reliabilitas data.

Analisis konfirmatori atau Confirmatory Factor Anayisis (CFA) didesain untuk menguji multidimensionalitas dari suatu konstruk teoritis. Analisis ini digunakan untuk menguji validitas suatu konstruk teoritis. Variabel laten yang kita gunakan dalam penelitian dibentuk berdasarkan konsep teoritis dengan beberapa indikator atau manifest. Analisis konfirmatori ingin menguji apakah indikator-indikator tersebut merupakan indikator yang valid sebagai pengukur konstruk laten. Dengan kata lain apakah indikator-indikator tersebut merupakan unidimensionalitas dari suatu konstruk laten (Ghozali, 2014).

Ghozali (2014) mengatakan salah satu manfaat utama dari CFA adalah kemampuan

menilai validitas konstruk dari measurement theory yang diusulkan. Validitas konstruk mengukur sampai seberapa jauh ukuran indikator mampu merefleksikan konstruk laten teoritisnya. Jadi validitas konstruk memberikan kepercayaan bahwa ukuran indikator yang diambil dari sampel menggambarkan skor sesungguhnya didalam populasi. Ada empat ukuran validitas konstruk yaitu (1) Convergent Validity, (2) Variance Extracted, (3) Reliability, dan (4)

Discriminant Validity.

3.6.1 Convergent Validity

Convergent validity yaitu Item-item atau indikator suatu konstruk laten yang converge

atau share (berbagi) proporsi varian yang tinggi. Untuk mengukur validitas konstruk dapat dilihat dari nilai muatan faktornya. Pada kasus dimana terjadi validitas konstruk yang tinggi, maka nilai muatan yang tinggi pada suatu faktor (konstruk laten) menunjukkan bahwa mereka converge pada suatu titik. Syarat yang harus dipenuhi yaitu muatan faktor harus signifikan. Standardized loading estimate harus sama dengan 0,5 atau lebih dan idealnya harus 0,7 (Ghozali, 2014).

3.6.2 Variance Extracted

Rata-rata nilai Variance Extracted (AVE) antar item atau indikator suatu set konstruk laten merupakan ringkasan konvergen indikator (Ghozali, 2014). AVE dapat dihitung dengan menggunakan nilai standardized loading dengan rumus sebagai berikut.

(18)

Simbol λ menunjukkan standardized factor loading dan i adalah jumlah item atau indikator. Jadi untuk n item, AVE dihitung sebagai total kuadrat standardized factor loading dibagi dengan total kuadrat standardized loading ditambah total varians dari error. Nilai AVE sama dengan atau di atas 0,50 menunjukkan adanya konvergen yang baik.

3.6.3 Construct Reliability

Reliabilitas juga merupakan salah satu indikator validitas konvergen (Ghozali, 2014). Ukuran reliabilitas dapat menggunakan cronbach alpha meskipun cronbach alpha memberikan reliabilitas yang lebih rendah (underestimate) dibandingkan dengan construct reliability. Besarnya Construct Reliability (CR) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Construct Reliability 0,70 atau lebih menunjukkan reliabilitas yang baik, sedangkan

reliabilitas 0,60 sampai dengan 0,70 masih dapat diterima dengan syarat validitas indikator dalam model baik (Ghozali, 2014).

3.6.4 Discriminant Validity

Discriminant validity mengukur sampai seberapa jauh suatu konstruk benar-benar berbeda dari konstruk lainnya. Nilai dari discriminant validity yang tinggi memberikan bukti bahwa suatu konstruk adalah unik dan mampu menangkap fenomena yang diukur. Cara mengujinya dengan membandingkan nilai akar kuadrat dan AVE dengan nilai korelasi antar konstruk (Ghozali, 2014).

3.6.4 Pilot Project

Instrumen penelitian ini diambil dari penelitian Emmyah (2009) untuk variabel kompetensi, Masitah (2012) untuk variabel integritas dan Hartanto (2012) untuk variabel Kinerja. Untuk itu perlu diadakan pilot project untuk menguji validitas dan realibitas item-item yang digunakan dalam instrumen penelitian ini.

Pilot project penelitian ini dilaksanakan di Polres Cilacap. Instrumen diberikan kepada

30 personel satuan sabhara Polres Cilacap. Seluruh kuesioner yang diberikan diterima kembali, kemudian dilaksanakan perhitungan validitas dan realibilitas. Item-item yang tidak valid dibuang dan dibentuk instrumen penelitian yang sudah valid untuk digunakan dalam penelitian ini. Hasil pilot project menunjukkan sebelum tes pilot project terdapat 96 pertanyaan, setelah dilakukan penghitungan validitas dan realibilitas dengan menggunakan software SPSS maka butir pertanyaan yang tidak valid realibel dibuang dan dibentuk instrumen penelitian yang sudah valid yang berisi 46 pertanyaan.

(19)

3.7

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah upaya menggambarkan rencana penelitian tentang bagaimana data diolah dan di interpretasikan sehingga dapat menghasilkan kesimpulan. Menurut Sugiyono (2014) disebutkan bahwa teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Teknik analisis data deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Sementara itu statistik inferensial yang disebut juga statistik induktif atau statistik probabilitas, adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisa data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2014).

Penelitian ini menggunakan kedua teknik analisis tersebut di atas, yaitu teknik analisis statistik data deskriptif dan teknik analisis data inferensial. Analisis statistik digunakan untuk mengolah data atau menguji data yang diperoleh dari responden melalui daftar pernyataan untuk mengetahui pengaruh antara dimensi-dimensi dan/atau indikator-indikator dalam variabel. Pada penelitian ini teknik analisis statistik yang digunakan adalah SEM (Structural Equation Modeling). SEM merupakan analisis yang menggabungkan pendekatan analisis faktor dan regresi berganda untuk menguji hubungan keterkaitan antara variabel terukur dan konstruk variabel laten (Hair, dkk., 2010). Dalam hal ini penelitian ini menggunakan software AMOS 21 untuk membantu perhitungan statistik.

Menurut Arbuckle (1999) SEM memiliki beberapa kelebihan dibandingkan analisis statistik lainnya, yaitu:

a. Asumsi yang mendasari analisis statistik jelas dan dapat diuji.

b. Program SEM dapat melakukan tes model fit secara keseluruhan dan tes estimasi parameter secara simultan.

c. Koefisien regresi, rata-rata, dan variasi dapat dibandingkan secara bersamaan.

d. Pengukuran dan model analisis faktor konfirmatori dapat digunakan untuk

menghilangkan kesalahan pengukuran, sehingga membuat estimasi hubungan antara variabel laten lebih baik.

e. Kemampuan untuk menyesuaikan model non-standar, termasuk pengukuran data

longitudinal, database dengan struktur error autocorrelated (time series analysis), dan database dengan data yang tidak terdistribusi normal serta tidak lengkap.

3.7.1 Analisis Deskriptif

Data yang terkumpul diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka dan data kualitatif yang berbentuk kata-kata atau simbol. Data kualitatif dalam pengolahanya disisihkan untuk sementara, karena akan digunakan untuk menyertai dan melengkapi gambaran yang diperoleh dari analisis kuantitatif. Data kuantitatif dijumlahkan atau dikelompokkan sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan.

3.7.2 Structural Equation Model (SEM)

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan Struktural Equation Modelling

(SEM) dengan bantuan Software Analysis Moment of Structure (AMOS) versi 21. SEM juga

sebagai analysis of covariance structures atau disebut juga model sebab akibat (causal modelling) (Ghozali, 2014). Dalam permodelan persamaan struktural (SEM) dilakukan tiga analisis sekaligus dalam sekali analisis secara serentak, yaitu uji (1) validitas dan realibilitas yaitu dengan menggunakan Confirmatory Factor Analisis (CFA), (2) pengujian model hubungan antar variabel dengan analisis jalur (Path Analysis), dan (3) uji kecocokan model (Goodness of Fit) untuk prediksi yang berkaitan dengan analisis model structural (Sugiyono, 2012).

(20)

3.7.3 Estimasi dan Pengujian Model Struktural

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pengujian model struktural, yaitu:

a. Asumsi Kecukupan Sampel

Sampel yang harus dipenuhi dalam permodelan ini berjumlah 100 hingga 200 sampel atau 5 kali parameter variabel laten yang digunakan (Hair, dkk., 2010).

Maximum Likehood (ML) akan menghasilkan estimasi parameter yang valid, efisien

dan reliable apabila data yang digunakan adalah multivariate normally dan akan robust (tidak terpengaruh) terhadap penyimpangan multivariate normally yang sedang atau

moderate (Ghozali, 2014).

b. Asumsi Normalitas

Analisis SEM mengharuskan data memiliki distribusi normal. Jika data meningkat menjadi semakin tidak normal, nilai X2 yang diperoleh dari estimasi maximum likelihood

(ML) dan generalized least squares (GLS) menjadi sangat besar. Jika jumlah sampel kecil, kedua metode ML dan GLS menghasilkan nilai X2 yang inflated. Jika data tidak normal,

fit index seperti Tucker Lewis Index dan Comparative Fit Index menghasilkan nilai yang underestimate. Data yang tidak normal dapat menghasilkan standard errors yang rendah,

sehingga koefisien regresi dan error covariance akan signifikan secara statistik meskipun hal ini tidak terjadi pada populasinya.

c. Asumsi Outliers

Outliers adalah data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat

berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk konstruk tunggal maupun konstruk kombinasi (Hair, dkk., 2010). Deteksi terhadap multivariate outliers dilakukan dengan memperhatikan nilai

mahalanobis distance. Kriteria yang digunakan adalah berdasarkan nilai chi-squares (Χ2)

pada derajat kebebasan (degree of freedom) yaitu jumlah observed variables pada output AMOS, dengan tingkat signifikansi p < 0,01.

d. Skala Pengukuran Variabel harus Kontinu (Interval)

Skor yang dihasilkan oleh skala Likert berkorelasi sebesar 92% jika dibandingkan dengan skala Thurstone (Edward dan Kenney, 1946 dalam Ghozali 2014). Jadi skala likert dapat dianggap kontinu atau interval.

3.7.4 Evaluasi Atas Kriteria Goodness of Fit

Dalam analisis SEM, tidak ada alat uji statistik tunggal untuk menguji hipotesis mengenai model (Hair, dkk., 2010). Tetapi berbagai fit index yang digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian antara model yang disajikan dan data yang disajikan. Fit index yang digunakan meliputi:

a. Chi-square (Χ2)

Tujuan analisis ini adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data. Chi-square sangat bersifat sensitif terhadap sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar. Oleh karenanya pengujian ini perlu dilengkapi dengan alat uji lainnya. Nilai Chi-square merupakan ukuran mengenai buruknya fit suatu model (Ghozali, 2014).

b. Goodness Of Fit Index (GFI)

Indeks yang menggambarkan tingkat kesesuain model secara keseluruhan yang dihitung dari residual kuadrat dari model yang dipresiksi dibandingkan data yang sebenarnya. Nilai GFI ≥ 0,90 mengisyaratkan model yang diuji memiliki kesesuaian yang baik

(21)

(Diamantopaulus dan Siguaw dalam Ghozali, 2014). Derajat kebebasan (df) dalam penelitian ini adalah 62, dengan α = 0,05 maka α cut off untuk chi-square sebesar ≤81,38.

c. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)

RMSEA adalah ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistik chi-squares menolak model dengan jumlah sampel yang besar (Ghozali, 2014). Nilai RMSEA ≤ 0,08 mengindikasikan indeks yang baik untuk menerima kesesuaian sebuah model.

d. Adjusted Goodness Fit Of Index (AGFI)

Indeks ini merupakan pengembangan dari Goodness Fit Of Index (GFI) yang telah disesuaikan dengan ratio dari degree of freedom model (Ghozali, 2014). Nilai yang direkomendasikan adalah AGFI ≥ 0,90, semakin besar nilai AGFI maka semakin baik kesesuaian modelnya.

e. Tucker Lewis Index (TLI)

TLI digunakan untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat kompleksitas model (Ghozali, 2014). TLI merupakan indeks kesesuaian incremental yang membandingkan model yang diuji dengan null model. Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalah nilai TLI ≥ 0,90. TLI merupakan indeks yang kurang dipengaruhi oleh ukuran sampel.

f. Normed Fit Index (NFI)

Menurut Ghozali (2014) normed fit index merupakan indeks kesesuaian incremental dan dapat dijadikan alternatif untuk menentukan model fit. Nilai yang direkomendasikan adalah NFI ≥ 0,90.

g. Comparative Fit Index (CFI)

CFI juga merupakan indeks kesesuaian incremental. Besaran indeks ini adalah dalam rentang 0 sampai 1 dan nilai yang mendekati 1 mengindikasikan model memiliki tingkat kesesuaian yang baik. Indeks ini sangat dianjurkan untuk dipakai Karena kurang dipengaruhi olrh kerumitan model. Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalah CFI ≥ 0,90 (Ghozali, 2014)

h. Normed Chi-square ( CMIN/DF)

Nilai chi-square / degree of freedom (CMIN/DF) adalah nilai chi-square di bagi dengan Degree

of Freedom, dimana dengan nilai ratio 5 atau kurang dari 5 maka ukuran dari sampel

tersebut reasonable. (Wheaton dkk, 1977 dalam Ghozali, 2014). Nilai CMIN/DF dalam penelitian ini adalah 1,251 dimana lebih besar dari nilai 5 oleh karena itu, uji ketepatan model dengan berdasarkan nilai CMIN/DF diketagorikan very good fit.

Indeks-indeks yang digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model dapat diringkas dalam Tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2

Kriteria Goodness of Fit Indeces Goodness Fit Index Cut-off Value

X2 – Chi Square(df=62) ≤81,38 Signification probability < 0.05 RMSEA ≤ 0,08 GFI ≥ 0,90 AGF ≥ 0,90 CMIN/DF ≤ 5,00

(22)

TLI ≥ 0,95

CFI ≥ 0,95

NFI ≥ 0,90

Sumber : Ghozali (2014)

3.7.5 Evaluasi loading factor pada setiap variabel

Masing-masing variabel laten (unobservable variable) dalam penelitian ini akan dievaluasi validitas konstruknya. Evaluasi validitas konstruk variabel laten tersebut didasarkan atas loading (bobot) pada indikator pembentuk variabel laten. Jika loading factor pada suatu indikator pembentuk konstruk lebih besar atau sama dengan dari 0,5 maka indikator tersebut dinyatakan valid demikian sebaliknya. Indikator yang tidak valid akan dikeluarkan atau tidak diikutkan dari model pengukuran (Ghozali, 2014).

3.7.6 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penenlitian ini menggunakan teknisk analisis jalur. Menurut Ghozali (2014) analisis jalur merupakan pengembangan dari model regresi yang digunakan untuk menguji kesesuaian (fit) dari matrik korelasi dari dua atau lebih model yang dibandingkan. Regresi dilakukan untuk setiap variabel dalam model. Nilai regresi diprediksi oleh model dibandingkan dengan matrik korelasi hasil observasi variabel dan nilai goodness of

fit hitung. Model terbaik dipilih berdasarkan nilai goodness of fit. Untuk melakukan analisis jalur

dilaksanakan dalam dua langkah yaitu membangun diagram jalur dan menerjemahkan diagram ke persamaan struktural.

a. Membangun Diagram Jalur

Terdapat dua asumsi yang melandasi diagram jalur. Pertama semua hubungan kausalitas didasarkan pada teori. Teori sebagai dasar memasukan atau menghilangkan hubungan kausalitas. Kedua, hubungan kausalitas dalam model dianggap linear (Ghozali, 2014).Dalam membangun diagram jalur, hubungan antar konstruk ditujukan dengan garis dengan satu anak panah yang menunjukkan hubungan kausalitas (regresi) dari satu konstruk ke konstruk lain. Garis dengan dua anak panah menujukkan hubungan korelasi atau kovarian antar konstruk (Ghozali, 2014). Diagram jalur dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Sumber: Teori dalam Bab II

Dari Gambar 3.1 terlihat hubungan regresi antara konstruk kompetensi dengan kinerja serta konstruk integritas dengan kinerja. Di sisi lain, hubungan antara konstruk kompetensi dengan konstruk integritas merupakan hubungan korelasi atau kovarian.

b. Menerjemahkan Diagram Jalur ke Persamaan Struktural

Berdasarkan Gambar 3.1, diagram jalur diterjemahkan ke dalam persamaan struktural. Persamaan struktural dalam penelitian ini adalah

Gambar 3.1

Diagram Jalur Penelitian

Kompetensi

Integritas

Gambar

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
Tabel 3.1  Operasional Variabel
Diagram Jalur Penelitian
Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa dari 104 responden pada satuan  Lalu-lintas  Polres Cilacap,  masa dinas yang paling dominan adalah rentang masa dinas 11-15 tahun dan  16-20  tahun
+3

Referensi

Dokumen terkait

Efek samping yang paling serius dari beta bloker nonselektif adalah memperburuk penyakit obstruksi jalan napas kronik dan dapat terjadi bronkospasme mendadak

Untuk mengidentifikasi dan memperbaiki pemahaman interpretasi siswa maka, digunakan instrumen tes diagnostik untuk mengukur tingkat kemampuan interpretasi

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa populasi tanaman 6 biji/lubang menghasilkan berat kering brangkasan lebih banyak daripada berat kering brangkasan yang lain,

dengan tidak adanya dukungan dari sistem infromasi yang baik, PT Mahakam Prima Lintas beberapa kali mengalami kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan dalam estimasi

Pada pengujian sifat-sifat fisik bata, material bata dan mortar terdiri dati pengujian penentuan dimensi bata, uji berat volume kering, uji kandlUlgan lumpur dalam pasir,

Permainan edukatif kreatif dapat bersumber dari lingkungan alam sekitar peserta didik, karena lingkungan merupakan media yang sangat tepat untuk dijadikan bahan pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang di olah melalui program SPSS dapat di simpulkan bahwa Terdapat pengaruh positif serta hubungan antara

Hasil uji statistik Paired Sampel T-test untuk mengetahui penurunan kekerasan permukaan email gigi pada kelompok I dengan perlakuan berupa aplikasi bahan pemutih