• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIAK MASA REVOLUSI TESIS. Oleh MURNI WAHYUNI NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SIAK MASA REVOLUSI TESIS. Oleh MURNI WAHYUNI NIM"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)SIAK MASA REVOLUSI 1945-1949. TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora Dalam Program Studi Magister Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Oleh MURNI WAHYUNI NIM. 167050003. PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019. Universitas Sumatera Utara.

(2) SIAK MASA REVOLUSI 1945-1949. TESIS. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora Dalam Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Oleh MURNI WAHYUNI NIM. 167050003. . PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 i Universitas Sumatera Utara.

(3) ii Universitas Sumatera Utara.

(4) iii Universitas Sumatera Utara.

(5) iv Universitas Sumatera Utara.

(6) ABSTRAK. Tesis ini berjudul Siak Masa Revolusi 1945-1949. Revolusi Kemerdekaan Indonesia 1945-1949 adalah rangkaian peristiwa yang penuh dengan gerakan heroik demi memperjuangkan kedaulatan Republik Indonesia. Siak termasuk wilayah yang tidak luput dari gelombang revolusi tersebut. Wilayah yang dulunya merupakan kesultanan yang berdaulat ini turut mewarnai garis waktu perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Sultan Syarif Kasim II memainkan perannya dalam revolusi tersebut. Penelitian ini memfokuskan pada pembahasan: (1) proses peralihan Siak menuju Republik, (2) alasan Sultan Syarif Kasim II mendukung Republik Indonesia, (3) Kebijakan Sultan Syarif Kasim II pada masa revolusi. Metode yang digunakan adalah metode sejarah dengan mengumpulkan sumbersumber sejarah yang relevan dengan penelitian tesis ini. data dikumpulkan melalui studi pustaka, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) sultan menunjukkan sikap antikolonial selama pemerintahannya, berita proklamasi Indonesia ditanggapi secara positif oleh Siak yang langsung menyatakan kesediaannya untuk bergabung dengan Indonesia. (2) Ide demokrasi, pendidikan dan rasa nasionalisme menjadi alasan utama dibalik alasan sultan untuk mendukung Republik Indonesia. (3) sultan memberikan dukungan dengan membentuk Tentara Keamanan Rakyat dan ikut terlibat dalam konferensi raja-raja di Sumatera Timur. Sultan yang dijuluki “Sultan Republikan” ini juga tidak segan menyumbangkan harta dan kekayaannya demi perjuangan Republik Indonesia. Kata Kunci: Revolusi, Siak Sri Indrapura, Kolonialisme, Sultan Syarif Kasim II, Republik Indonesia. v Universitas Sumatera Utara.

(7) ABSTRACT. This thesis is titled Siak Masa Revolusi 1945-1949. The Revolution of Indonesian Independence 1945-1949 was a series of events which were full of heroic movements in order to fight for the sovereignty of the Republic of Indonesia. Siak is one of the regions that has not escaped the wave of the revolution. The area that was once a sovereign sultanate also colored the timeline of the struggle for independence of the Republic of Indonesia. Sultan Syarif Kasim II played his role in the revolution. This study focuses on the discussion: (1) the Siak transition process towards the Republic, (2) the reason Sultan Syarif Kasim II supported the Republic of Indonesia, (3) the policy of Sultan Syarif Kasim II during the revolutionary period. The method used is a historical method by collecting historical sources relevant to this thesis research. Data is collected through literature studies, interviews and documentation. The results showed that, (1) the sultan showed an anticolonial attitude during his administration, the news of the Indonesian proclamation was responded positively by Siak who immediately expressed his willingness to join Indonesia. (2) The idea of democracy, education and a sense of nationalism were the main reasons behind the sultan's reasons for supporting the Republic of Indonesia. (3) the sultan provided support by forming the Tentara Keamanan Rakyat and was involved in the conference of kings in Sumatra Timur. The sultan, nicknamed the "Republican Sultan" also did not hesitate to contribute his property and wealth to the cause of the struggle of the Republic of Indonesia. Keyword: Revolution, Siak Sri Indrapura, Colonialism, Sultan Syarif Kasim II, Republic of Indonesia. vi Universitas Sumatera Utara.

(8) PERNYATAAN KEASLIAN TESIS. Dengan ini saya, Murni Wahyuni, menyatakan bahwa tesis ini adalah asli hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan baik Strata Satu (S1), Strata Dua (S2), maupun Strata Tiga (S3) pada Universitas Sumatera Utara maupun perguruan tinggi lain. Semua informasi yang dimuat dalam tesis ini yang berasal dari penulis lain baik yang dipublikasikan maupun tidak telah diberikan penghargaan dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari tesis ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya pribadi sebagai penulis.. Medan, Penulis. 2019. Murni Wahyuni NIM. 167050003. vii Universitas Sumatera Utara.

(9) LEMBAR PERSEMBAHAN. The Highest Result of Education is Tolerance. -Helen Keller-. Dipersembahkan untuk: Kedua orang tua dan adikku. viii Universitas Sumatera Utara.

(10) KATA PENGANTAR. Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta‟ala yang senantiasa memberikan kenikmatan-kenikmatan-Nya yang agung, terutama kenikmatan iman dan islam. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, segenap keluarga, para sahabat, dan seluruh umatnya yang konsisten menjalankan dan mendakwahkan ajaran-ajaran yang dibawanya. Dengan tetap mengharapkan pertolongan, karunia dan hidayah-Nya, Alhamdulillah penulis mampu menyelesaikan penulisan tesis ini untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, dengan judul: SIAK MASA REVOLUSI 1945-1949. Meskipun demikian, penulis adalah manusia biasa yang tentu banyak kekurangan, semaksimal apapun usaha yang dilakukan tentunya tidak pernah lepas dari kekurangan dan pastiya kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak senantiasa diharapkan. Namun, sebuah proses yang cukup panjang dalam penyusunan tesis ini tidak lepas dari doa, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini, penulis haturkan rasa terimakasih kepada: 1. Terimakasih yang setulusnya kepada kedua orangtua tercinta, ayahanda H. Abdul Malik, S.E dan Ibunda Dra. Hj. Kasmayana, yang dalam situasi apapun tidak pernah berhenti mengalirkan rasa cinta dan kasih sayangnya serta adikku tersayang Sri Hardianti.. ix Universitas Sumatera Utara.

(11) 2. Kepada Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan pada Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Sumatera Utara. 3. Kepada Bapak Dr. Suprayitno, M.Hum selaku ketua Program Studi Magister Ilmu Sejarah dan Ibu Lila Pelita Hati, M.Si selaku sekretaris jurusan yang telah banyak membantu demi kelancaran studi kami. 4. Kepada Bapak Dr. Budi Agustono selaku pembimbing I dan Bapak Warjio, Ph.D selaku pembimbing II yang telah banyak membantu dan membimbing saya dalam penulisan tesis ini. 5. Kepada Ibu dan Bapak dosen Program Magister Ilmu Sejarah yang telah memberikan ilmu nya bagi saya maupun teman-teman seperjuangan di Magister Ilmu Sejarah. 6. Kepada Pemerintah Kabupaten Siak yang telah melancarkan perizinan saya dalam melaksanakan penelitian. 7. Segenap pengelola perpustakaan Universitas Sumatera Utara, perpustakaan Tengku Luckman Sinar, Perpustakaan Wilayah Soeman HS Provinsi Riau dan Arsip Nasional Indonesia. Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan imbalan yang berlipat ganda dan meridhoi semua amal baik yang telah diberikan. Penulis sadar bahwa tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, sumbangan kritik dan saran yang membangun sangat penulis nantikan. Penulis berharap semoga tesis ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi semua pihak. Amin.. Medan, Penulis. 2019. Murni Wahyuni NIM. 167050003. x Universitas Sumatera Utara.

(12) DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii ABSTRAK ..............................................................................................................v ABSTRACT .......................................................................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... vii LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................ viii KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xv DAFTAR TABEL............................................................................................... xvi DAFTAR BAGAN STRUKTUR ..................................................................... xvii DAFTAR SALINAN SURAT KEPUTUSAN ................................................ xviii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 1.1. Latar Belakang .............................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................8 1.3. Fokus Penelitian ...........................................................................................8 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................................................10 1.5. Teori dan Kerangka Konseptual .................................................................11 1.6. Kajian Sebelumnya.....................................................................................17 1.7. Metode Penelitian .......................................................................................23 1.8. Sistematika Tulisan ....................................................................................26 1.9. Jadwal Penelitian ........................................................................................28 BAB II SIAK SRI INDRAPURA ........................................................................29 2.1. Gambaran Umum Siak Sri Indrapura .........................................................29 2.2. Hubungan Siak Sri Indrapura dengan Belanda ..........................................45 2.3. Masuknya Jepang di Siak Sri Indrapura .....................................................49 2.4. Siak Bergabung dengan Republik Indonesia Tahun 1945 .........................52. xi Universitas Sumatera Utara.

(13) BAB III SULTAN SYARIF. KASIM II MENDUKUNG REPUBLIK. INDONESIA ..........................................................................................55 3.1. Nasionalisme dalam Pandangan Sultan Syarif Kasim II ............................61 3.2. Siak Sri Indrapura di bawah Pemerintahan Sultan Syarif Kasim II ...........66 BAB IV KEBIJAKAN SULTAN SYARIF KASIM II PADA MASA REVOLUSI .............................................................................................79 4.1 Upaya Sultan Syarif Kasim II Mempertahankan Republik Indonesia melalui Diplomasi ......................................................................................79 4.2. Pecahnya Revolusi Sosial di Sumatera Timur: Sultan Syarif Kasim II Berlindung ke Kotaraja ..............................................................................89 4.3. Campur Tangan Belanda di dalam Siak Raad dan Sultan Raad ................91 BAB V PENUTUP ..............................................................................................101 5.1. Kesimpulan ...............................................................................................101 5.2. Kritik dan Saran........................................................................................102 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................103 LAMPIRAN 1 .....................................................................................................111 LAMPIRAN 2 .....................................................................................................112 LAMPIRAN 3 .....................................................................................................113 LAMPIRAN 4 .....................................................................................................114 LAMPIRAN 5 .....................................................................................................115 LAMPIRAN 6 .....................................................................................................116 LAMPIRAN 7 .....................................................................................................117 LAMPIRAN 8 .....................................................................................................118 LAMPIRAN 9 .....................................................................................................119 LAMPIRAN 10 ...................................................................................................120 LAMPIRAN 11 ...................................................................................................121. xii Universitas Sumatera Utara.

(14) DAFTAR ISTILAH. Afdeeling. : Sebuah wilayah administratif pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda setingkat Kabupaten.. Assistant Resident. : Pimpinan wilayah afdeeling (setingkat dengan bupati).. Babul Qawaid. : Kitab pegangan hukum dalam Kerajaan Siak.. Batin. : Orang yang mengepalai suku asli.. BKR. : Badan Keamanan Rakyat.. Controleur. : Kepala Kewedanan.. Datuk Syahbandar. : Kepala Pelabuhan.. Dewan Kerajaan. : Terdiri dari orang-orang besar kerajaan yang berfungsi sebagai pelaksana pemerintahan dan penasehat utama sultan.. Districthoofd. : Kepala distrik setingkat asisten wedana.. Distrik. : Wilayah atau bagian.. Gun-Cho. : Sebutan untuk pemimpin distrik pada masa penjajahan Jepang.. Hakim Provinsi. : Orang yang memimpin provinsi sebelum wilayah Siak dibagi dalam bentuk distrik.. Hinduk Kepala Suku. : Hakim kepala suku bertugas melaksanakan pemerintahan mengurusi kehidupan masyarakat seperti hal beragama, budaya, adat istiadat yang taat kepada kerajaan dan sultan.. Keisatsunsho. : Kepala Polisi.. KNI. : Komite Nasional Indonesia.. KNIL. : Koninklijke Nederland Kerajaan Hindia Belanda.. Korte Verklaring. : Perjanjian pendek berisi pernyataan setia kepada Raja Belanda atau Gubernur Jenderal sebagai wakilnya.. Kun-Cho. : Sebutan untuk pimpinan onderdistrik pada masa penjajahan Jepang.. Indische. Leger/Tentara. xiii Universitas Sumatera Utara.

(15) Luhak. : Setingkat kelurahan.. Onderdistrik. : Setingkat kecamatan.. Pancong Alas. : Pajak berupa cukai yang dikenakan pada setiap orang, tetapi aturannya berbeda untuk orang asing dan penduduk asli.. Residensi. : Wilayah yang dipimpin oleh seorang residen yang mewakili negaranya dengan status diplomatik.. Sayyid. : Disebut juga Said. Gelar kehormatan kepada orangorang keturunan Nabi Muhammad SAW melalui cucunya, Hasan Bin Ali dan Husain Bin Ali. Keturunan wanita mendapat gelar Sayyidah, Alawiyah, Syarifah, Sharifah.. Siak Raad. : Dewan Siak.. Sultan Raad. : Dewan Sultan.. Sun-Tjo. : Sebutan untuk penghulu pada masa penjajahan Jepang.. Tapak Lawang. : Setiap tanah penduduk yang dipergunakan untuk perkebunan/ladang dikenakan pajak per ladang.. Territoriale Bestuur Administrateur. : Administrator wilayah pemerintahan.. TKR. : Tentara Keamanan Rakyat.. Treaties. : Perjanjian berskala internasional. Perjanjian yang berisi persetujuan, pakta, perdamaian, kontrak besar antar negara, pasukan militer, pemerintah, dan kelompok suku.. Zelfbestuur. : Disebut juga swapraja. Wilayah yang memiliki hak pemerintahan sendiri.. xiv Universitas Sumatera Utara.

(16) DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Peta Wilayah Siak ..............................................................................111 Gambar 2. Peta Kerajaan-Kerajaan di Riau Abad Ke-19 ....................................112 Gambar 3. Peta Wilayah Kekuasaan Kerajaan Siak Tahun 1815-1946 ...............113 Gambar 4. Peta Riau Tahun 1942-1945 ...............................................................114 Gambar 5. Peta Rute Perjuangan Sultan Syarif Kasim II ....................................115 Gambar 6. Foto Sultan Syarif Kasim II bersama Isteri Tengku Maharatu ..........116 Gambar 7. Foto Sultan Syarif Kasim II bersama Isteri Bertemu Bung Karno ....117 Gambar 8. Foto dan Peta Pembangunan Rel Kereta Api Logas-Pekanbaru ........118. xv Universitas Sumatera Utara.

(17) DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Daftar Sultan-Sultan Siak.......................................................................43 Tabel 2.2 Beberapa Komoditas Perdagangan di Siak ............................................46. xvi Universitas Sumatera Utara.

(18) DAFTAR BAGAN STRUKTUR. Bagan Pembagian Wilayah Siak Asli ....................................................................31 Bagan Pembagian Wilayah Siak Berdasarkan Traktat Siak 1858 .........................34 Bagan Struktur Administrasi Pemerintahan Belanda Tahun 1938-1942 ...............48 Bagan Susunan Pemerintahan Masa Jepang Tahun 1942-1945 .............................52 Bagan Struktur Pemerintahan Masa Pemerintahan Sultan Syarif Kasim II ...........56. xvii Universitas Sumatera Utara.

(19) DAFTAR SALINAN SURAT. Surat No. 10/U/50 tertanggal Djakarta, 17 Februari 1950, perihal permata-permata Sultan Siak ...........................................................................................................119 Surat No. 212/P/10 tertanggal Bengkalis, 13 Mei 1950, perihal pembentukan Swapraja (Daerah Istimewa) Siak dari Panitia Persiapan Swapraja Siak (PPSS) ..................................................................................................................120 Surat/Pemberitahuan “Kemudian Hendaklah Mengetahui” yang Salinan Awalnya Ditulis dalam Aksara Arab-Melayu Kemudian Sudah Diterjemahkan Salinannya Kedalam Bahasa Melayu dan Inggris. Salinan Ini Bisa Juga Dibaca di Istana Siak Sri Indrapura.........................................................................................................121. xviii Universitas Sumatera Utara.

(20) BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kajian tentang Siak memang sudah banyak ditulis oleh para peneliti, terutama mengenai sejarah Kesultanan Siak, mulai dari awal berdirinya hingga proses perleburannya dengan Republik Indonesia. Namun, belum ada bahasan secara khusus mengenai Siak pada masa revolusi. Sekalipun ada hanya berkisar kedalam sub bab tertentu yang menyinggung tentang Zaman Kemerdekaan (19451975) keadaan pemerintah dan kenegaran dalam buku Sejarah Daerah Riau dalam karangan Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah tahun 1977/1978. Kesultanan Siak Sri Indrapura, atau singkatnya Kesultanan Siak memiliki sejarah yang panjang. Kerajaan Siak Sri Indrapura terletak tepat di tepi sungai yang bernama Sungai Siak, sekalipun begitu kerajaan ini pernah berpindah-pindah lokasi mulai dari Buantan, Mempura Besar, Senapelan, Mempura Kecil lalu berakhir di Siak.1 Saat ini kita masih dapat melihat Istana Asserayah Hasyimiyah (Istana dari Timur) yang masih berdiri tegak melawan waktu di tepian Sungai Siak. Kerajaan ini pada awalnya didirikan oleh Raja Kecik yang merupakan keturunan Raja Johor, ia kemudian dibesarkan di Pagaruyung. Maka tidak heran jika model pemerintahan Kerajaan Siak banyak meniru model pemerintahan Kerajaan Pagaruyung. Terbukti dengan tergabungnya Kepala Suku dari Minangkabau yaitu Datuk Tanah Datar, Datuk Limapuluh, Datuk Pesisir dan. 1. Marsis Sutopo. Sisa-sisa Kerajaan Siak Sri Indrapura. BA AMOGAPASHA 3/1/ MARET 1995, hlm. 37.. 1 Universitas Sumatera Utara.

(21) Datuk Kampar kedalam Dewan Orang Besar Kerajaan, dengan penegcualian mereka hanya sekadar pembesar kerajaan yang tidak punya tanah ulayat. 2 Sepanjang jalan pemerintahan Kerajaan Siak Sri Indrapura, kerajaan ini pernah dipimpin oleh 12 raja. Masing-masing raja tentu memiliki cara masingmasing dalam memimpin kerajaan ini di masa nya. Sistem pemerintahan yang mereka terapkan pun berbeda-beda. Raja Kecik atau Raja Kecil dengan nama Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah sebagai raja pertama memutuskan untuk membangun kerajaan baru di tepi Sungai Buantan (anak Sungai Siak). Sedangkan raja kedua, yaitu, Sultan Muhammad Abdul Jalil Jalaluddin Syah justru memindahkan pusat kerajaan ke Mempura Besar akibat peristiwa Perang Guntung I melawan Belanda. Pada masa Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah pusat pemerintahan dipindahkan lagi ke wilayah Senapelan. E. Netscher dalam bukunya “de Nederlander in Djohor en Siak” menyebutnya dengan sebutan Chinapella. Wilayah ini terkenal dengan Pekan (pasar) yang ramai sehingga berkembang menjadi Pekanbaru sekarang ini. Perbedaan kebijakan dalam sistem pemerintahan Kerajaan Siak Sri Indrapura tentu akan menjadi sebuah kajian yang cukup menarik. Sistem kesultanan dengan corak Islam dan Melayu yang sangat kental turut ikut andil dalam pengambilan kebijakan para raja Siak. Sultan Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin atau yang lebih dikenal dengan nama Sultan Syarif Kasim II merupakan sultan terakhir dari Kesultanan Siak.. 2. Asril. Raja Kecil Pendiri Kerajaan Siak Sri Indrapura. Jurnal Ilmu-ilmu Sejarah, Budaya dan Sosial, hlm. 63-64.. 2 Universitas Sumatera Utara.

(22) Beliau memerintah dimulai tahun 1915-1945.3 Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Sultan Syarif Kasim II menolak untuk bekerjasama dengan Belanda yang terlalu ikut campur mengenai hal internal istana.4 Sultan Syarif Kasim II adalah seorang yang antikolonial.5 Kekuasaan dan otoritas Sultan pun sangat terbatas. Kekuasaan raja pada abad 19 hanya sebatas ilusi kedaulatan karena dimasukkan dalam sistem kolonial Belanda. By the end of the nineteenth century both Siak and Riau-Lingga were Malay polities incorporated into the Dutch colonial system. Although they still maintained the illusion of sovereignty, the power and authority of their sultans and officials was effectively limited to the cultural/social significance they held for their subjects. 6 Banyak cara yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda untuk terus menggerus kekuasaan Sultan pada masa itu terutama dengan cara menandatangani berbagai. kontrak. (treaties).7. Sultan. Syarif. Kasim. II. hanya. mampu. mempertahankan sedikit “sisa” otonomi akibat menandatangani Korte Verklaring (Perjanjian Pendek)8 pada 1912.9. 3. Ellya Roza. Penyerahan Sumbangan Kerajaan Siak kepada Pemerintah RI di Gedung Agung Yogyakarta. (Pekanbaru: Dinas Pendidikan Provinsi Riau. 2010) hlm. 112. 4. Pengangkatan Sultan Syarif Kasim II tidak disukai oleh Belanda dan mencoba menghasut controluer agar tidak mengangkat keturunan Hasyim menjadi sultan. Keinginan ini ditentang oleh Datuk Empat Suku (Dewan Kerajaan). Hasilnya, Belanda mencampuri urusan zelfbestuuur dan soal-soal kepentingan rakyat Siak. 5. Suwardi, MS, dkk. Sultan Syarif Kasim II: Pahlawan Nasional dari Riau. (Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau. 2005) hlm. 62. 6. Timothy P. Barnard. Rules for Rulers: Obscure Texts, Authority, and Policing in Two Malay States. Journal of Southeast Asian Studies, 32 (2), pp 211-225 June 2001. (Printed in United Kingdom: The National University of Singapore. 2001) hlm. 215. 7. B. Andaya Watson. Recreating a vision; Daratan and Kepulauan in historical context. In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, Riau in transition. 153 (1997), no: 4, Leiden, 483508, hlm. 497. 8. Berisi: 1. Tentang pengusaha dan pekerja di pertanian/pertambangan, serta jual beli, 2. Mulai berlakunya kontak pendek tersebut. 9. Ibid.. 3 Universitas Sumatera Utara.

(23) Hal ini dapat dilihat dalam urusan politik, pemerintah Hindia Belanda juga mengecilkan arti dan fungsi Dewan Kerajaan kemudian menghapusnya, juga menghapus undang-undang kerajaan dan tata pemerintahan dalam Babul Qawaid (pintu segala pegangan). Untuk mengatasinya, Sultan Syarif Kasim II kemudian membangun kekuatan fisik dan mental rakyat serta pendidikan bagi rakyat. 10 Saat jepang mulai untuk melakukan beberapa propaganda di Indonesia, diantaranya yaitu anti-kolonial. Ide-ide ini jelas lebih mudah diterima, ditambah lagi dengan kalimat “sesama-bangsa-asia-yang-juga-membenci-kolonialisme”. Begitu Jepang masuk, dua tokoh penting Indonesia yaitu Soekarno dan Hatta dibebaskan dari penjara dan mereka mendapatkan posisi penting dalam administrasi Jepang. Sambil menyelam minum air mungkin adalah pernyataan yang tepat, meski selama ni Soekarno selalu di cap “terlalu dekat” dengan Jepang, ia juga mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, yang memang sudah dijanjikan oleh Jepang sejak awal kedatangan mereka. Saat Jepang tiba, kerajaan siak tetap berjalan seperti biasa, pemerintah Jepang menganggap bahwa Kesultanan Siak adalah sahabat dan bekerjasama mengusir Belanda demi kepentingan rakyat. Tata pemerintahan tetap sama, hanya saja penggantian penyebutan nama jabatan dengan bahasa Jepang. 11 Sultan pun sempat menggunakan Jepang sebagai alat untuk melawan Belanda, namun ini tidak berlangsung lama, karena ternyata Jepang tidak jauh lebih baik dari Belanda. Jepang kemudian menguasai pemerintahan secara struktural di wilayah Siak.. 10. O.K. Nizami Jamil yang berjudul “Sultan Syarif Kasim II dengan rela meletakkan mahkota kerajaan Siak demi perjuangan bangsa Indonesia” dalam seminar Sejarah Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Riau, hlm. 13-15. 11. Districthoofd berubah menjadi Gun Cho, dan Onderdistricthoofd menjadi Kucho.. 4 Universitas Sumatera Utara.

(24) Kesultanan Siak tergabung kedalam Keresidenan Sumatera Timur (Afdeeling Siak yang meliputi wilayah Kesultanan Siak, Pelalawan, wilayah Kampar dan Rokan) yang kemudian dikeluarkan dari Keresidenan ini oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 1 Januari 1941 dan dimasukkan kedalam Residensi Riau.12 13 Siak sendiri baru tahu kabar kemerdekaan ini pada tanggal 28 Oktober 1945, hal ini dikarenakan ketatnya pengawasan Jepang terhadap telekomunikasi radio yang menjadi sumber penghubung Riau ke dunia luar ditambah lagi sikap Jepang pada saat itu yang harus mempertahankan status quo Indonesia sebagai syarat terhadap sekutu. Siak yang tergabung dalam residensi Riau, ikut tergabung dalam konferensi yang diadakan oleh Gubernur T.M Hasan. Gubernur T.M Hasan mengadakan konferensi besar Raja-raja Sumatera Timur didorong oleh sikap positif mereka atas pendirian Republik bersama dengan aparat pemerintahan NRI dan Komite Nasional serta partai-partai pada tanggal 3 Februari 1946 di Jalan Sukamulia, Medan. Sultan Langkat bersama raja-raja Sumatera Timur lainnya termasuk Sultan Syarif Kasim II menyatakan mendukung Republik dan mematuhi semua perintah pemerintah Republik serta segera menyusun peraturan pembentukan Dewan Perwakilan rakyat pada tiap Daerah Istimewa (Swapraja) dan mengadakan proses demokratisasi dalam tubuh kerajaan, sesuai dengan tuntutan revolusi Indonesia.14. 12. Panitia Konferensi Internasional. Denyut Nadi Revolusi Indonesia: Revolusi Nasional: Kajian, Kenangan dan Renungan. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1997) hlm. 133. 13. Netscher, E. Beschrijving van een Gedeelte der Residentie Riouw, Tijdschrift voor Indische Taal-Land- en, Volkenkunde. 1854. 14. Panitia Konferensi Internasional. op.cit. hlm. 147.. 5 Universitas Sumatera Utara.

(25) Memilih antara penghapusan kerajaan15 dengan sistem demokrasi nampaknya juga merupakan pilihan yang cukup sulit pada saat itu, pendekatan maupun sikap yang diambil mengenai hal ini tentu akan mempengaruhi setiap keputusan tersebut. Pasca pengibaran bendera merah putih pertama kali di Rengat,16 setelah sebelumnya masyarakat kesulitan mendapatkan akses informasi terutama dari radio. Sekutu kembali datang untuk mengusik kemerdekaan Indonesia, di wilayah Pekanbaru terjadi peristiwa Mountbatten Hotel, berisi usaha pelucutan senjata tentara Jepang oleh Sekutu. Para tawanan yang menganggap mereka sudah kembali berkuasa, para pemuda yang marah kemudian atas komando Hasan Basri pada 18 November 1945 mengepung dan menyerang hotel tersebut. Perundingan kemudian terjadi dan Sekutu harus meninggalkan wilayah Pekanbaru dalam tempo 15 hari.17 Selain peristiwa tersebut, ada beberapa peristiwa lain yang turut mewarnai peristiwa revolusi di Siak. Siak Raad (Dewan Siak) termasuk salah satunya. Ini merupakan strategi Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia. Dewan ini dipimpin oleh Abubakar dengan anggotanya Dt. Ahmad dan Dt. Kasim. 18 Sultan Syarif Kasim II yang pada saat bersamaan sedang berada di Kutaraja sama sekali tidak mengetahui mengenai pembentukan dewan ini. Sultan Syarif Kasim II yang pada saat bersamaan sedang berada di Kutaraja sama sekali tidak mengetahui. 15. Anthony, Reid. Menuju Sejarah Sumatra: antara Indonesia dan Dunia (terj.) Masri Maris. (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2011) hlm. 329. 16. Ahmad Yusuf, dkk. Sejarah Perjuangan Rakyat Riau 1942-2002. (Pekanbaru: Badan Kesejahteraan Sosial Povinsi Riau. 2004) hlm. 145. 17. Ahmad Yusuf, dkk. op.cit. Hlm. 188-190.. 18. Toer, Pramoedya Ananta, dkk. Kronik Revolusi Indonesia Jilid V (1949). (Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). 2014) hlm. 381.. 6 Universitas Sumatera Utara.

(26) mengenai pembentukan dewan ini.19 Beliau kemudian berpidato dan disiarkan oleh RRI ke rakyat Siak, yang menyatakan bahwa Sultan ingin rakyat memilih untuk merdeka bersama Republik Indonesia. Sultan Syarif Kasim II memutuskan untuk lebih memilih bergabung dengan Republik Indonesia, hal ini didukung oleh kondisi pada masa itu, karena pasca Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, Belanda justru kembali untuk menguasai Indonesia. Atas berbagai pilihan dan kondisi politik pada masa itu, ada banyak hal yang justru menjadi bahan pertimbangan yang mempengaruhi rakyat Siak pada masa itu. Apa yang melatarbelakangi sikap sultan hingga beliau memutuskan untuk integrasi dengan Indonesia? Penulis menganggap kajian ini cukup menarik, Siak yang sudah keluar dari Keresidenan Sumatera Timur, memilih bergabung dan merundingkan masa depan kerajaannya bersama raja-raja Melayu lain bersama Gubernur Sumatera pada masa itu. Sikap Sultan Syarif Kasim II justru berbeda, ia memilih untuk berkorban dan berjuang untuk Republik dengan menyerahkan harta dan kekuasaannya, 20 serta memilih untuk melebur bersama Republik Indonesia. Tekanan-tekanan dari pihak Belanda pada masa kolonial dan penjajahan Jepang semakin menguatkan tekad untuk bebas dari penjajahan. Sikap Sultan Syarif Kasim II yang mencoba menempatkan diri ditengah rakyat, ingin agar rakyat Siak bersama-sama berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik. 19. Ahmad Yusuf, dkk. op.cit. Hlm. 340.. 20. Berdasarkan surat dari Mr. T.M. Hasan, dengan tanggal 19 Januari 1950 No. 649/AO perihal Permata-permata Sultan Siak. Isinya tentang penyerahan sejumlah harta yang dibawa oleh Sultan Siak ke Pematang Siantar untuk diserahkan kepada Gubernur T.M. Hasan. Sultan Siak berjanji akan menghadiahkan sebahagian dari harta benda tersebutkepada pemerintah Republik Indonesia, sebagai sumbangan beliau untuk membantu perjuangan Republik Indonesia.. 7 Universitas Sumatera Utara.

(27) Indonesia. Dilihat dari segi umur dan lamanya kesultanan ini berdiri, 21 usia Kesultanan ini jauh lebih tua dan lebih matang dalam hal kedaulatan dan kepemimpinan. 1.2 Rumusan Masalah Untuk membahas lebih lanjut, ada tiga pokok persoalan yang akan dikaji, antara lain: 1. Bagaimana proses bergabungnya Siak dengan Republik Indonesia? 2. Mengapa Sultan Syarif Kasim II mendukung Republik Indonesia? 3. Bagaimana kebijakan Sultan Syarif Kasim II pada masa revolusi? 1.3 Fokus Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, terlihat tentang sikap Sultan Syarif Kasim II yang antikolonial terutama pada masa kolonial Hindia-Belanda. Setelah Jepang menjajah Indonesia, Sultan yang menaruh harapan agar Jepang bisa mengalahkan Belanda justru harus menelan pil pahit, karena kenyataannnya Jepang tidaklah sebaik yang beliau pikir. Setelah Indonesia merdeka, pilihannya hanya ada dua, merdeka tapi kehilangan status sosial atau kembali dibawah cengkeraman Belanda sebagai orang terhormat. Fokus penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah mengenai kebijakan dari Sultan Syarif Kasim II, yang ia ambil terhadap kemerdekaan Indonesia, integrasi atau tidak? Posisi Kesultanan Siak sebagai suatu pemerintahan yang berdaulat berjalan menuju proses revolusi dan bergabung kedalam Republik Indonesia. Siak yang pada saat sebelum proklamasi masih. 21. Kesultanan Siak dipimpin oleh 12 raja, Raja pertama adalah Raja Kecik (Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah) tahun 1723, dan berlangsung selama 226 tahun hingga raja ke-12, Sultan Syarif Kasim II (Assyaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin) dengan gelar Tengku Syarif Qasyim yang berakhir tahun 1949.. 8 Universitas Sumatera Utara.

(28) berbentuk suatu kesultanan yang berdaulat, sehingga berbagai kebijakan seputaran pemerintahan Siak, masih dipegang oleh Sultan Syarif Kasim II. Pada saat penulis berbicara tentang Siak, maka penulis akan membahas mengenai tindak tanduk Sultan Syarif Kasim II, terutama mengenai kebijakan yang beliau ambil pada saat revolusi. Pada masa revolusi ini, ada banyak pergolakan-pergolakan yang terjadi di Indonesia, baik di Jawa (Peristiwa Tiga Daerah), maupun di Sumatera Timur (Revolusi Sosial tahun 1946). Berdasarkan peristiwa-peristiwa ini, penulis ingin merekonstruksi kembali apa yang terjadi dengan Siak pada masa itu dan apa tindakan atau pun keputusan yang Sultan Syarif Kasim II ambil pada saat Indonesia merdeka, serta mengapa beliau mengambil pilihan untuk berintegrasi dengan Indonesia. Penelitian ini mendeskripsikan tentang Siak pada masa revolusi tahun 19451949 dan kebijakan apa saja yang diambil oleh Sultan Syarif Kasim II pada masa itu. Agar area kajiannya tidak terlalu luas, waktu yang menjadi sasaran penelitian dalam penulisan ini adalah tahun 1945, awal kemerdekaan Indonesia, hingga tahun 1949, pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada 27 Desember 1949. Tahun 1945 adalah titik awal kemerdekaan Indonesia. Pada masa ini, masih banyak kesultanan di Indonesia yang masih berdaulat pada masa itu. Begitu mendengar ada berita tentang proklamasi, karena keterbatasan komunikasi, masih ada beberapa di daerah yang belum mengetahui bahwasannya Indonesia sudah merdeka. Kesultanan-kesultanan kemudian mulai mengambil sikap. Untuk Siak, Sultan Syarif Kasim II, yang baru mendengar berita ini pada Oktober 1945, langsung menyatakan kesediaannya untuk bergabung dengan Indonesia.. 9 Universitas Sumatera Utara.

(29) Tahun 1946, Siak terlibat dalam pertemuan dengan Gubernur Sumatera, T.M. Hasan untuk membicarakan perihal penyerahan kekuasaanya ke pemerintah Republik Indonesia, beliau berangkat meninggalkan Siak menuju Medan, pada saat yang bersamaan ini, di wilayah Sumatera Timur terjadi Revolusi Sosial, beliau hampir terbunuh, karena peristiwa itu. Beliau berhasil diselamatkan dan langsung menuju wilayah Kutaraja (sekarang Aceh). Tahun 1949, Siak dikuasai Belanda kembali, disana Belanda mendirikan Siak Raad22 sebagai boneka Belanda. Sultan Syarif Kasim II yang pada masa itu berada di Aceh tidak tahu-menahu tentang pendirian Dewan Siak yang berpusat di Bengkalis ini. Sultan tetap menyerukan kepada rakyatnya agar tidak mau di adu domba dan terus melakukan perlawanan terhadap Belanda. Di tahun 1949 inilah Sultan Syarif Kasim II secara resmi menyerahkan kekuasaannya kepada Ir. Sukarno dan menyatakan kesetiaannya kepada Republik Indonesia di Istana Presiden Yogyakarta, sekaligus menandai berakhirnya pemerintahan Kesultan Siak dengan raja terakhir Sultan Syarif Kasim II. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian sejarah dalam bentuk tesis ini dimaksudkan dalam rangka: 1. Menganalisa proses bergabungnya Siak dengan Republik Indonesia. 2. Menganalisa faktor apa saja yang mendorong Sultan Syarif Kasim II untuk mendukung Republik Indonesia. 3. Menganalisa kebijakan dari Sultan Syarif Kasim II pada masa revolusi. Penelitian sejarah kedaerahan tentang bergabungnya Kesultanan Siak kedalam wilayah Republik Indonesia dalam proses Revolusi Sosial yang berjalan. 22. Suwardi, MS. op.cit. Hlm. 74.. 10 Universitas Sumatera Utara.

(30) cukup sulit bahkan menimbulkan korban di beberapa wilayah di Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat anatara lain: 1. Memperkaya khasanah sejarah lokal/ kedaerahan Siak yang diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pemahaman sejarah nasional. 2. Mengungkap sejarah lokal Siak, khususnya dalam proses integrasi dengan Republik Indonesia dan bagaimana kebijakan yang diambil oleh Sultan Syarif Kasim II. 3. Studi ini diharapkan mampu menambah minat para sejarawan maupun penulis lainnya untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana proses perjalanan Siak melewati Revolusi Sosial dan usaha-usahanya dalam proses integrasi sebuh kerajaan yang berdaulat kedalam sebuah republik baru. 1.5 Teori dan Kerangka Konseptual Teori adalah sekumpulan interrelasi berbagai pernyataan (atau konsep) yang terorganisasi dan sistematik yang secara khusus menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel, yang bertujuan untuk memahami permasalahan atau latar belakang masalah.. Sementara itu “konsep” adalah pernyataan simbolis yang. menjelaskan suatu fenomena atau sub fenomena tertentu.23 Kerangka teori pada dasarnya adalah garis besar atau ringkasan dari berbagai konsep, teori, dan literatur yang digunakan oleh peneliti. Penentuan kerangka teori harus sesuai dengan topik/permasalahan penelitian dan tujuan dari penelitian. Tidak terdapat perbedaan yang khusus untuk menyusun kerangka teori pada penelitian kualitatif maupun kuantitatif. Keduanya menggunakan pedoman dan aturan yang sama. 23. Green, Helen Elise (2014). “Use of Theoretical and Conceptual Frameworks in Qualitative Research” dalam Nurse Researcher Vol.21 No.6, hlm. 34-38.. 11 Universitas Sumatera Utara.

(31) Mengembangkan suatu teori dapat digunakan sebagai pemecah masalah. Titik awal upaya penyusunan suatu teori dimulai dai peninjauan kembali teoriteori yang relevan dengan teori-teori yang akan dipakai.24 Untuk mengkaji tentang Siak pada masa Revolusi, kita harus memaknai dengan benar arti dari revolusi tersebut. Revolusi selalu identik dengan jalan kekerasan. Revolusi adalah suatu bentuk perubahan yang bersifat radikal atau fundamental yang terjadi secara menyeluruh atau dalam bidang tertentu dalam waktu yang cepat dan tiba-tiba yang menyangkut masalah kemasyarakatan dan ketatanegaraan yang dilakukan oleh sekelompok pihak dan selalu mengalami benturan.25 Dalam beberapa pidato Sukarno, ia selalu meyuarakan tentang revolusi. Soekarno merumuskan arti dan hakekat tiap revolusi sebagai “perombakan, penjebolan, penghancuran, pembinasaan dari semua yang tidak kita sukai, dan membangun apa yang kita sukai. Revolusi adalah perang melawan keadaan yang tua untuk melahirkan keadaan yang baru.”26 A state arises, a special power is created, special bodies of armed men, and every revolution, by destroying the state apparatus, shows us the naked class struggle, clearly shows us how the ruling class strives to restore the special bodies of armed men which serve it, and how the oppressed class strives to create a new organization of this kind, capable of serving the exploited instead of the exploiters.27. 24. A. Daliman. Metode Penelitian Sejarah. (Yogyakarta: Ombak. 2012) hlm. 44 .. 25. Ronald MP Silalahi. Analisis Makna Revolusi. (FIB UI. 2010) hlm. 63.. 26. http://www.berdikarionline.com/bung-karno-dan-soal-soal-revolusi/ diakses pada tanggal 30 Maret 2018 pada pukul 11.00 WIB. 27. V.I. Lenin. The State and Revolution: The Marxist Theory of the State & the Tasks of the Proletariat in the Revolution. Collected Works, Volume 25, p. 381-492. Diakses dari Lenin Internet Archive (marxists.org).. 12 Universitas Sumatera Utara.

(32) Saat sebuah negara berdiri, bukan tidak mungkin orang-orang akan mulai membentuk suatu perjuangan kelas, terutama kaum-kaum tertindas yang berusaha membentuk organisasi baru yang bisa menjadi kendaraan bagi mereka untuk memperjuangkan apa yang mau mereka perjuangkan. Aristoteles banyak menjelaskan hal-hal mengenai revolusi28. Menurutnya, revolusi berarti dua hal. “Firstly it implies any major or minor change in the constitution such as a change in monarchy or oligharcy and so on. Secondly, it implies a change in the ruling power even though it did not lead to a change in the government or the constitution. He further stated that a revolution could be either direct or indirect, thereby affecting a particular institution”. Pertama, ini menyiratkan perubahan besar atau kecil apa pun dalam konstitusi seperti perubahan monarki atau oligarki dan sebagainya. Kedua, ini menyiratkan perubahan dalam kekuasaan yang berkuasa meskipun tidak mengarah pada perubahan dalam pemerintahan atau konstitusi. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa revolusi bisa langsung atau tidak langsung, sehingga mempengaruhi lembaga tertentu. Revolusi kemudian timbul sebagai bentuk akibat dari represi kolonial.29 Ada dua persepsi mengenai bagaiman suatu revolusi akan digerakkan dan dikendalikan. Pertama, pendirian bahwa walaupun revolusi akan berwujud perubahan cepat dan mendasar dalam berbagai bidang, namun agar tetap bersifat konstruktif, revolusi harus tetap dikendalikan oleh akal sehat dan kepala dingin, merupakan sikap dari kaum reformis dan realistis terhadap revolusi tersebut.. 28. Puja Mondal. Aristotle‟s Theory of Revolution: Causes and Methods to Prevent Revolution. yourarticlelibrary.com/politics/aristotles-theory-of-revolution-causes-and-methods-toprevent-revolution/40126 diakses pada 19 Juli 2018 pukul 20.56 WIB. 29. Panitia Konferensi Internasional. Denyut Nadi Revolusi Indonesia: Revolusi Nasional: Kajian, Kenangan dan Renungan. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1997) hlm. 3.. 13 Universitas Sumatera Utara.

(33) Mereka masih ingin memberlakukan hukum, tata tertib dan diplomasi didalamnya. Kedua, revolusi akan bersifat revolusioner, ia harus merupakan suatu penjungkirbalikan dan pendobrakan segala nilai lama sampai ke akar-akarnya. Diatasnya kemudian akan dibangun sebuah tatanan baru. Sikap ini kemudian dinamakan sebagai suatu ultra radikal terhadap revolusi.30 Perbedaan pandangan mengenai revolusi ini kemudian akan memengaruhi kebijakan apa yang akan diambil oleh pemerintah nantinya. Revolusi sendiri merupakan perombakan mendasar struktur sistem politik melalui kekerasan dalam waktu yang relatif singkat, ada beberapa pola yang biasa digunakan, diawali dengan penghancuran tata pemerintahan lama dan berakhir dengan pembentukan pemerintahan baru yang relatif stabil.31 Didalam revolusi tidak dapat dipungkiri akan terjadi perubahan-perubahan didalamnya, baik perubahan besar maupun perubahan kecil. Tidak hanya itu, perubahan dalam hal kekuasaan pun terjadi, yaitu perubahan kekuasaan yang berkuasa. Meskipun tidak mengarah pada perubahan dalam pemerintahan atau konstitusi. Lebih lanjut Aristoteles juga menjelaskan penyebab timbulnya revolusi. “According to Aristotle, revolutions take place when the political order fails to correspond to the correspond to the distribution of property and hence tensions arise in the class structure, eventually leading to revolutions. Arguments over justice are at the heart of revolution. And some motivated by an urge to possess property, which is in the name of their opponents, in other words, the cause of upheaval is inequality”. Penyebabnya adalah tatanan politik yang gagal juga munculnya ketegangan dalam struktur kelas yang akhirnya mengarah kepada revolusi. Dengan asas keadilan berada di jantung revolusi. Penyebab pergolakan ini sebenarnya adalah. 30. Ibid. Hlm. 4.. 31. Anthony, Reid. op.cit. Hlm. 320.. 14 Universitas Sumatera Utara.

(34) akibat dari ketidaksetaraan yang terjadi. Ada beberapa pihak yang merasa termotivasi dengan dorongan untuk memiliki properti atas nama lawan mereka. Sesuai dengan apa yang terjadi di Siak, pada masa-masa awal revolusi nasional, demokrasi dianggap sebagai pembawa cahaya perubahan bagi Indonesia, bukan lagi kerajaan yang dianggap sudah “kolot” dan tidak layak digunakan pada abad 20. “As a historical process, “revolution” refers to a movement, often violent, to overthrow an old regime and effect complete change in the fundamental institutions of society. After the French Revolution of the 18th century which deposed the monarchy and attempted to refashion society from top to bottom, revolution became synonymous with the radical overcoming of the past.. Modernity, many came to believe, could only be achieved through such violent and total transformation.”32 Revolusi memang selalu diidentikkan dengan kekerasan, secara historis, revolusi adalah alat untuk menumbangkan pemerintahan dan melakukan perubahan total pada institusi fundamental masyarakat. Setelah Revolusi Perancis abad ke-18, yang menggulingkan monarki dan berusaha mengubah masyarakat dari atas ke bawah, revolusi menjadi identik dengan radikal mengatasi masa lalu. Modernitas, banyak yang percaya, hanya dapat dicapai melalui kekerasan dan total transformasi. Dalam kasus Indonesia, orang-orang merasa tidak tenang atas penguasaan pemimpin lokal dengan anggapan mereka akan kembali bekerjasama dengan Belanda.33 Maka revolusi dibutuhkan untuk merubah pola sistem pemerintahan secara keseluruhan menjadi sebuah Republik. Sultan Syarif Kasim II mampu 32. Laura Neitzel. What is Revolution?. Department of History. Brookdale Community College. Hlm. 2. Diakses pada 17 April 2019 pukul 11.00 WIB. 33. New World Encyclopedia Contributors. Indonesian War of Independence. New World Encyclopedia. 23 Maret 2018, 14.36 UTC (http:/www.NewWorldEncyclopedia.org/p/index.php? title=Indonesian_War_of_Independence&oldid=1010048) diakses pada 20 Juli 2018 pukul 08.14 WIB.. 15 Universitas Sumatera Utara.

(35) menepis hal ini. Dibuktikan dengan turutnya bergabungnya Siak kedalam Republik Indonesia.34 Dari sini beliau sudah mendapatkan “public trust” atas tindakannya ini. Tidak seperti di Siak, wilayah lain Indonesia terutama Sumatera Timur mengalami Revolusi Sosial. Sementara Siak mengalami Revolusi Kemerdekaan/Nasional. Atas kesetiannya kepada Republik Indonesia, Sultan Syarif Kasim II dan rakyat Siak, terutama Riau tidak mengalami “suram” nya masa Revolusi Sosial. Kecuali ada suatu saat ketika Sultan Syarif Kasim II dipaksa untuk menyerahkan kekuasaannya karena dianggap masih berhubungan dengan Belanda, sehingga beliau terpaksa diasingkan ke wilayah Kutaraja. Much of the tension in discussion on the Indonesian Revolution is generated by the question of the regions‟ relative autonomy, the extent to which they had, and could pursue, their own aims. Was there, in fact, “a national revolution,” uniting all areas, or was there simply a miscellany of local outbursts, capitalized upon (and often repressed) by the small Westernized elite in its pursuit of recognition and power. Was this “national” revolution nourished or undermined by local initiatives, and vice versa. 35 Revolusi Nasional selalu diikuti masalah mengenai otonomi daerah atau sejauh mana dapat menyatukan wilayah atau justru sebagai kesempatan elit-elit untuk terus mendapatkan pengakuan dan kekuasaan dari orang lain. Perlu untuk dipahami, keinginan ini atas nama nasional atau justru didasari keinginan lain. Di Indonesia, Kesultanan Siak Sri Indrapura termasuk yang langsung mengumumkan bergabung dengan RI, setelah pengakuan pertama dari Sultan Hamengkubuwono IX dan Paku Alam, VIII. Pendekatan sejarah dapat dipakai untuk menjelaskan fenomena-fenomena politik. Pada dasarnya, politik sangat menentukan dalam membuat sejarah, dan 34. Samin, S.M. Sultan Syarif Kasim II: Pahlawan Nasional dari Riau. (Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau. 2002) 35. Sutherland, Heather. The Indonesian Revolution: A Review. No. 42, pp 113-118. JSTOR, www.jstor.org/stable/3351190. 1986. Hlm. 115-116.. 16 Universitas Sumatera Utara.

(36) hampir seluruh peristiwa sejarah merupakan peristiwa politik.36 Kajiannya antara lain mengenai kekuasaan, kepentingan, kebijakan dan budaya politik. Juga beberapa unsur yang akan sering ditemui. nantinya. adalah mengenai. kepemimpinan, otoritas, ideologi, organisasi, dsb. 37 Penulis akan mencoba mengkajinya dengan kajian sejarah politik untuk menggambarkan sikap politik dari Sultan Syarif Kasim II. 1.6 Kajian Sebelumnya Kajian sebelumnya dapat menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang akan dikaji. Mengenai Revolusi yang ada Indonesia, kita mengenal Revolusi Sosial Sumatera timur yang menimbulkan korban pada tahun 1946. Tinjauan pustaka mencakup cuplikan isi bahasan pustaka yang berkaitan dengan maslaah penelitian, berupa sajian hasil atau bahasan ringkas dari hasil temuan penelitian sebelumnya yang relevan dengan masalah penelitian. Sumber primer yang menjadi acuan adalah sumber arsip yang ditulis oleh penulis Belanda. Buku maupun jurnal yang penulis temukan adalah berisi tentang Revolusi Sosial di Sumatera Timur, tidak ada bahasan khusus tentang bagaimana kondisi Siak pada masa revolusi. Sekalipun tergabung kedalam Sumatera Timur, hanya sedikit bagian yang membahas tentang Kesultanan Siak. Hijmans van Anrooij, H.A. 1885. Nota Omtrent Het Rijk van Siak. Tijdscrift voor Indische Taal Laand en Volkenkunde 30: 259-390. Berisikan tulisan mengenai Siak. Dalam penulisannya Anrooij banyak menulis dari pengalamannya. 36. Ibid. Hlm. 20-21.. 37. Sartono Kartodirdjo. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. (Yogyakarta: Ombak. 2014) hlm. 170.. 17 Universitas Sumatera Utara.

(37) langsung dan berbagai laporan dari Pemerintah Belanda, diantaranya laporan dari E. Netscher. Isi dari tulisannya adalah penjelasan mengenai sejarah Kerajaan Siak, pembagian wilayah Kerajaan Siak, unsur-unsur penduduk Siak, Tapung, Tanah Putih, Bango dan Kubu. Walaupun dalam tulisannya terkadang ada beberapa cerita rakyat yang sebenarnya belum pernah dilihatnya langsung dan perlu dipertanyakan ualng, karena tidak ada saksi mata, tulisan Anrooij ini memiliki pengaruh yang sangat penting sebagai salah satu sumber primer dalam sejarah Siak. Dari sini bisa dilihat, sejauh mana pengaruh siak dan wilayah mana saja yang merupakan daerah taklukkannya, berikut dengan suku apa saja yang mendiami wilayah itu. Anrooij mencatat sejarah awal Kesultanan Siak yang masih ada keterkaitannya dengan Kerajaan Gasib (14-15 M). Kerajaan ini berlokasi di wilayah Gasib dengan wilayah yang meliputi Tapung Kanan sampai perbatasan Kerajaan Minangkabau. Namun, tidak banyak sumber sejarah yang mampu menjelaskan mengenai kerajaan ini. Tercatat bahwa kerajaan in hancur akibat serangan dari Aceh. Setelah itu, berdirilah Kerajaan Siak. Siak masih memiliki hubungan darah Kerajaan Johor. Raja Kecik (kecil) merupakan keturunan Kerajaan Johor. Setelah mengalami konflik di internal kerajaan dan kalah, Raja Kecik kemudian memutuskan untuk meninggalkan Johor dan membangun kerajaan baru di Siak. Anrooij juga menulis mengenai sumber daya alam yang menjadi pemasukan Kerajaan Siak. Selain itu, sumber kekayaan sultan yang lain adalah: cukai eksorimpor disepanjang aliran sungai yang menjadi bagian wilayah Kerajaan Siak, pajak perikanan terubuk, cukai pengangkutan untuk orang asing yang lewat,. 18 Universitas Sumatera Utara.

(38) candu dan garam, penyetoran wajib, pemungutan uang dan perdagangan serahan, dll. Barang larangan/larangan raja termasuk komoditas yang hanya merupakan hak milik raja dan dikumpulkan oleh orang-orang untuk diserahkan kepada raja, bukan bersifat penghasilan, melainkan sebagai upeti, yaitu, gading gajah, cula badak, guliga, gaharu merupa, cula tupai, taring napoh dan musang cabu, serta kamper. Sebagain orang menganggap wilayah Siak hingga ke Panei. Anrooij tidak setuju dengan pendapat ini, menurutnya, wilayah Siak yang sebenarnya terdiri dari: daerah empat penghulu Siak, Mandau Hilir, Daerah Batin 38 Melayu di sepanjang Sungai Siak serta batin Perawang; Pertalangan, Tiga Luhak (lurah), Tiga Kampung, Teratak Buluh, Daerah Penghulu Domei (Laksamana Bukit Batu), daerah batin sepanjang pantai di selatan muara Sungai Siak, daerah Suku Sakei di Mandau Hulu, daerah yang ditinggalkan atau tidak dihuni, dan pulau-pulau. Dalam bab mengenai unsur-unsur penduduk Siak, Anrooij membaginya terkait daerah asal dan status sosialnya. Orang Minangkabau memiliki posisi yang tinggi di Siak. Sebelum kedatangan Raja Kecik, sudah banyak orang Minangkabau yang menetap disana. Raja Kecik juga banyak mendapat bantuan dari orang-orang Minangkabau, sejak beliau masih belia. Sekalipun posisi mereka penting dan memiliki status sosial yang tinggi, menurut Anrooij, mereka tetap bukan orang Siak. Mereka tidak memiliki hak atas tanah. Wilayah Tapung, Tanah Putih, Bangko dan Kubu dimasukkan dalam tulisan Anrooij ini. Menurutnya, wilayah ini memang menjadi bagian dari Kerajaan Siak 38. Batin adalah oang yang mengepalai suku asli. Jabatan ini didapat secara turun temurun dan memiliki hutan tanah (ulayat). Dalam menjalankan tugasnya, batin dibantu oleh; a. Tongkat (pembantu btin dalam urusan yang menyangkut kewajiban-kewajiban terhadap sultan), b. Monti (pembantu batin dalam urusan adat), c. Antan-antan (pembantu batin yang sewaktu-waktu dapat mewakili tongkat/monti jika keduanya berhalangan.. 19 Universitas Sumatera Utara.

(39) sebagai wilayah taklukkan. Nota ini merupakan sumber primer yang sangat penting dan banyak dipakai sebagai rujukan dalam penlisan sejarah Kerajaan Siak. Tulisan ini juga telah diterjemahkan oleh Wilaea, dkk sehingga sangat membantu penulisan tesis, namun tetap membandingkan dengan tulisan asli untuk menghindari kesalahan. Tijdschrift voor indische taal-, land –en volkenkunde uitgegeven door het bataviaasch genootschap van kunsten en wetenscappen, tulisan Mr. J.A. van der Chijs Deel XIII, merupakan terjemahan mengenai kondisi awal Kerajaan Siak Sri Indrapura, kehidupan sosial budaya dan tulisan mengenai wilayah kekuasaan dan hukum yang berlaku pada saat itu. Isinya sebagian besar adalah laporan perjalanan J.S.G. Gramberg dari Batavia ke Bengkalis, dalam perjalannya, ia juga menju daerah Siak. Perjalanan ini dilakukan pada 1863. Gramberg berangkat dari Batavia menggunakan kapal api dengan tujuan Pantai Timur Sumatera, terutama ke Sungai Siak. Wilayah yang pertama kali disinggahi adalah Bengkalis. Menurutnya, wilayah itu dapat menjadi tumpuan perdagangan bagi daerah sekitarnya karena dekat dengan muara Sungai Siak yang kaya dengan hasil-hasil dari daerah pedalaman dan tidak jauh dari pantai, sehingga memudahkan perdagangan dengan Singapura. Di Siak, Gramberg mencatat, tidak ada perdagangan dan industri. Wilson dari Singapura yang menyediakan alat-alat bangunan untuk benteng yang dibangun di Siak dan juga mengekspor getah perca, rotan, dsb. Satu-satunya industri yang dilihat dalam ukuran kecil yang dikerjakan adalah menenun dan mewarnai sutra yang dilakukan oleh wanita. Sebagian lainnya mengerjakan ladang. Dalam laporannya, ia juga menuliskan tentang statistik ekspor dan impor tahun 1862 di Bengkalis, Siak dan Bukit Batu.. 20 Universitas Sumatera Utara.

(40) Pembagian tanah di Siak juga terdapat dalam laporan ini. Pembagiannya adalah: daerah penghulu empat suku, darah mandau hilir atau muara mandau, daerah batin-batin Melayu disepanjang Sungai Siak dan juga daerah batin Perawang, Petalangan, Tiga Luhak (lurah), Tiga Kampung, Teratak Buluh, Daerah Penghulu Domei (Laksamana Bukit Batu), daerah batin sepanjang pantai di selatan muara Sungai Siak, daerah Suku Sakei di Mandau Hulu, daerah yang ditinggalkan atau tidak dihuni, dan pulau-pulau. Encyclopædie van Nederlandsch-Indie, Koninklijk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde van Nedrlandsch Indie disusun oleh P.A. van Der Lith, A.J. Spaan dan F. Fokkens. Sesuai namanya, buku ini ditulis dalam bentuk ensiklopedia menyerupai kamus untuk memudahkan pencarian diberi label huruf. Didalam ensiklopedia banyak memuat data mengenai Siak. Berbahasa Belanda, dan dijadikan rujukan agar dapat mudah digunakan. Ensiklopedia ini dibuat untuk membedakannya dengan kamus geografis dan statistik mengenai Hindia Belanda, isinya mencakup keseluruhan bidang ilmu Indologi, seperti sejarah, geografi, etnologi, administrasi, administrasi, perdagangan, industri, budaya, bahasa dll. L.J.P.J. Jeekel. Het Sumatra-Tractaat. Leiden, P. Somerwil. 1881. Sebuah disertasi yang berisi mengenai perjanjian-perjanjian yang pernah terjadi di Sumatra. Dalam pengantarnya tertulis, sebuah tinjauan historis mengenai hubungan antara Belanda dan Inggris setelah tahun 1824, hal ikhwal mengenai Traktat Sumatra serta kompromi antara kedua pihak, yaitu Belanda dan Inggris. Netscher, E. 1854. Beschrijving van een Gedeelte der Residentie Riouw. Tijdschrift voor Indische Taal-Land- en, Volkenkunde dan Netscher, E. 1870. De Nederlanders in Djohor en Siak 1602 tot 1865. Ditulis oleh seorang Residen. 21 Universitas Sumatera Utara.

(41) Belanda di Riau. Dalam tulisan ini, sub pembahasan yang ada adalah mengenai hubungan Johor-Siak, Siak, dan Johor-Lingga. Kerajaan Siak memang dimulai dari kepingan sejarah Kerajaan Johor. Pendiri Siak adalah keturunan Siak dan hal ini cukup menjelaskan banyak hal. Sejarah Siak tidak bisa lepas dari sejarah Kerajaan Johor. Pada awal bab, menjelaskan mengenai Johor (1603-1611), kedatangan orang Belanda pertama ke Johor dibawah pimpinan van Heemskerk. Perjanjian-perjanjian dengan Belanda Mei 1606. Pada tahun 1699-1735 mencatat mengenai kaitan antara Johor dan Siak juga menceritakan mengenai sejarah Raja Kecik, mulai darikelahirannya hingga bagaimana ia melengserkan kekuasaan raja Johor sebelumnya dan akhirnya ia kalah melawan Daeng Parani, hingga akhirnya ia meninggal dunia. Tahun 1735-1756 mencatat mengenai konflik diantara anakanak Raca Kecik. Setelah wafat, Raja Kecik kemudian diganti oleh Raja Muhamad. Terdapat perjanjian baru antara Bugis dan Melayu, pendirian pos di Pulau Guntung, dsb. Pergantian raja, kepemimpinan dan hubungan politik juga banyak dibahas oleh Netscher, termasuk hal pernikahan. Perjanjian dengan Ingrris juga ia tulis. Seperti traktat perdagangan antara E.I.C Inggris dengan Sultan Abdul Jalil Syaifuddin beserta daerah jajahannya diaksanakan oleh Mayor Wm. Farquhar, Residen Malaka, berdasarkan kuasa yang diberikan kepadanya oleh John Alexander Bannerman, gubernur dari kepulauan Prince of Wales dan daerah taklukkannya. Salah satu isi pasalnya, yaitu pasal lima bertuliskan bahwa Sultan Siak tidak akan memberikan hak monopoli kepada siapapun juga, baik bangsa Eropa, Amerika ataupun penduduk asli. Penyelidikan hidrigrafis Sumatera Timur oleh Inggris juga tercatat.. 22 Universitas Sumatera Utara.

(42) 1.7 Metode Penelitian Penulis merupakan lulusan sarjana (S-1) dari Universitas Riau. Siak sebagai salah satu Kesultanan Melayu yang peninggalannya masih bisa dilihat hingga saat ini, bahkan beberapa sudah menjadi objek wisata edukasi dan rekreasi di Provinsi Riau, Siak khususnya. Penulis memiliki rasa keterikatan dan memiliki rasa tanggung jawab untuk lebih mengeksplor tentang Kesultanan Siak, terutama mengenai kebijakan Sultan Syarif Kasim II pada saat Revolusi Nasional tahun 1945. Sultan selaku bangsawan terhormat rela melepaskan status sosialnya dan melebur menjadi rakyat biasa, pasca memutuskan untuk berintegrasi dengan Republik Indonesia yang masih “baru lahir”. Penulis merasa perlu untuk menggali lebih dalam lagi mengenai kebijakan dan peran dari Sultan Syarif Kasim II, selaku pemimpin dan panutan rakyat, terutama wilayah Siak, sebagai seseorang yang dipandang cukup nasionalis dimata rakyat Siak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode historis. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia atau yang lebih dikenal dengan pola-pola.39 Creswell mendefinisikan penelitian kualitatif yang kurang bertumpu pada sumbe-sumber informasi, tetapi membawa ide-ide yang sama. Ia menekankan suatu gambaran yang “kompleks dan holistik”, suatu rujukan pada naratif yang. 39. Suparlan, Parsudi. Pengantar Metode Penelitain Kualitatif. (Jakarta: Akademika Pressindo. 1985) hlm. 4.. 23 Universitas Sumatera Utara.

(43) kompleks yang mengajak pembaca kedalam dimensi jamak dari sebuah masalah atau isu dan menyajikannya dalam semua kompleksitasnya. 40 Sekumpulan data aturan yang memberikan bantuan secara efektif untuk mebgumpulkan bahan-bahan kajian sejarah, menilai secara teoritis dan kemudian menyajikan suatu sintesa dan hasil-hasilnya dalam bentuk tertulis. Dalam hal ini diperlukan proses mencari dan menentukan sumber, diuji dan dinilai secara kritik intern dan ekstern, data dan faktanya dirangkaikan dan kemudia diinterpretasikan dan dituangkan dalam penulisan sejarah.41 Dalam penulisan tesis ini, penulis menggunakan metode historis atau metode sejarah. Menurut Gilbert J. Garraghan, metode sejarah mengandung seperangkat aturan dan prinsip yang sistematik dalam mengumpulkan sumbersumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis dan mengajukan sintesis dari hasil yang dicapai dalam bentuk tesis.42 Metode sejarah digunakan sesuai dengan karakteristik kajian penelitian yaitu tentang kehidupan masyarakat di masa lampau. Sesuai dengan kepentingan dalam melakukan penulisan karya ilmiah, dalam prosesnya metode historis ini menggunakan empat tahapan penting, antara lain: Pertama, Heuristik yaitu menemukan jejak-jejak atau sumber-sumber dari sejarah suatu peristiwa yang kemudian dirangkai menjadi satu kisah. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library research), studi arsip dan penelitian lapangan (field research). Sumber arsip didapat dari ANRI (Arsip 40. Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2012) hlm. 2. 41. Nugroho, Notosusanto. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. (Jakarta: Yayasan Penerbit UI. 1984) hlm. 11. 42. Abdurrahman, D. Metode Penelitian Sejarah. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1999) hlm.. 43-44.. 24 Universitas Sumatera Utara.

(44) Nasional Republik Indonesia), Arsip Daerah Riau di Pekanbaru, Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Siak, dan Perpustakaan Wilayah Soeman H.S Provinsi Riau. Penelitian kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan bahan atau sumber berupa buku-buku, surat kabar, arsip dan media lainnya sesuai dengan kajian yang diteliti. Juga melalui serangkaian wawancara sebagai teknik pengumpulan data secara oral, dengan bertanya langsung atau melakukan tanya jawab kepada para informan yang menjelaskan tentang objek yang sedang diteliti. Kedua, Kritik sumber yaitu metode untuk menilai sumber-sumber yang diperoleh. Dalam tahap ini data-data yang sudah dikumpulkan kemudian dikritik secara intern dan ekstern, fungsinya agar sumber-sumber yang didapat benarbenar dapat dipercaya dan berkaitan dengan kajian penelitian. Ketiga, Interpretasi yaitu proses pemberian penafsiran atau fakta sejarah yang telah dikritisi melalui kritik sumber. Dalam tahap ini diperlukan tafsiran dari fakta-fakta yang sudah terkumpul lalu dianalisa. Peneliti kemudian diharapkan bersifat objektif terhadap data yang beragam. Setelah ditafsirkan menjadi satu bagian yang relevan, logis dan objektif, maka akan dihasilkan sebuah fakta sejarah sesuai dengan hasil analisa peneliti. Dan Keempat, Historiografi yaitu tahapan terakhir dari metode ilmiah sejarah, yaitu tahapan penulisan sejarah. Penulis juga merasa perlu untuk membaca buku-buku dan jurnal mengenai Siak, tidak lupa juga dengan sumber lisan sebagai pendukung sumber tulisan penulis. Penulis akan melakukan penelitian lapangan di Siak, terutama yang masih terkait dengan keluarga Sultan Syarif Kasim II. Beliau memang tidak memiliki. 25 Universitas Sumatera Utara.

(45) keturunan dari kedua istrinya, 43 namun setidaknya, masih ada sumber lisan dari para tetua dan kerabat jauh beliau yang kiranya masih bisa untuk diwawancarai. Oleh karena itu, penulis sudah memperoleh beberapa sumber-sumber tulisan sebagai penunjang dalam penulisan tesis ini, seperti Sumber-sumber Belanda, Memorie van Overgave, Politiek Bijdragen, Algemenee Secretarie, Politiek Verslag van Sumatra, Geschiedenis van Sumatra‟s Oostkust oleh W.H.M Schadee, De Nederlanders in johor en Siak oleh E. Netscher yang juga pernah menjabat sebagai Residen Riau. 1.8 Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Fokus Penelitian 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5 Teori dan Kerangka Konseptual 1.6 Kajian Sebelumnya 1.7 Metode Penelitian 1.8 Sistematika Tulisan 1.9 Jadwal Penelitian BAB II Siak Sri Indrapura 2.1 Gambaran Umum Siak Sri Indrapura 2.2 Hubungan Siak Sri Indrapura dengan Belanda 2.3 Masuknya Jepang di Siak Sri Indrapura 43. Suwardi, MS, dkk. op.cit. Hlm. 79. Lihat juga T. Mohammad Toha, Syarifah Farradina (Ed). Warisan Sejarah Kesultanan Siak Sri Indrapura: Dalam Warisan Kisah Mahkota di Sungai Jantan. (KITLV Press, ISBN 90-6718-219-2), 2012, hlm. 41.. 26 Universitas Sumatera Utara.

(46) 2.4 Siak Bergabung dengan Republik Indonesia Tahun 1945 BAB III Sultan Syarif Kasim II Mendukung Republik Indonesia 3.1 Nasionalisme dalam Pandangan Sultan Syarif Kasim II 3.2 Siak Sri Indrapura di bawah Pemerintahan Sultan Syarif Kasim II BAB IV Kebijakan Sultan Syarif Kasim II pada Masa Revolusi 4.1 Upaya Sultan Syarif Kasim II Mempertahankan Republik Indonesia melalui Diplomasi 4.2 Pecahnya Revolusi Sosial di Sumatera Timur: Sultan Syarif Kasim II Berlindung ke Kotaraja 4.3 Campur Tangan Belanda di dalam Siak Raad dan Sultan Raad BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan 5.2 Kritik dan Saran Kepustakaan. 27 Universitas Sumatera Utara.

(47) 1.9 Jadwal Penelitian Bulan Ke. No. Kegiatan. 1. Persiapan, Perizinan dan Surat-menyurat. ✔. 2. Pengumpulan Sumber. 3. Seleksi Sumber. 4. Analisis Sumber. 5. Penulisan dan Pengetikan Laporan. ✔. ✔. 6. Konsultasi dan Penyempurnaan Laporan. ✔. ✔. 7. Penyelesaian Akhir dan Perizinan. 1. 2. 3. ✔. ✔. ✔. ✔. ✔. ✔ ✔. 4. 5. 6. ✔. ✔. 28 Universitas Sumatera Utara.

(48) BAB II SIAK SRI INDRAPURA. 2.1 Gambaran Umum Siak Sri Indrapura Menurut Bab Al-Qawa‟id,44 Kesultanan Siak Sri Indrapura terbagi kedalam 10 Provinsi,45 diantaranya: Siak, Tebing Tinggi, Merbau, Bukit Batu, Bangko, Tanah Putih, Kubu, Pekanbaru, Tapung Kanan, Tapung Kiri. Pembagian ini berlaku sampai 1915. Atas tekanan Kerajaan Belanda, kekuasaan Kesultanan Siak Sri Indrapura menjadi sangat dibatasi, para hakim provinsi (orang yang memimpin provinsi) kekuasaannya dipersempit bahkan hilang. Wilayah Siak kemudian dibagi dalam bentuk distrik. Berdasarkan Het Maleische Gebied No. 12: Zelfbestuursverordening van Siak (1915) disebutkan bahwa Pemerintahan Kesultanan Siak Sri Indrapura dibagi 5 distrik yaitu, Siak, Pekanbaru, Bagan Apiapi, Bukit Batu dan Selat Panjang.46 47 48 Pada abad ke-19, batasan wilayah Kesultanan Siak Sri Indrapura yaitu: 1. Selatan : Kerajaan Pelalawan 2. Utara. : Kerajaan Panai. 3. Timur. : Selat Malaka. 44. Junus, H. Bab Al-Qawa‟id: Kitab Pegangan Hukum dalam Kerajaan Siak. (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau. 2016) 45. Kitab ini dicetak di Siak tahun 1901 mengenai hukum yang digunakan kepada masyarakat Melayu dan masyarakat lain yang terlibat, dibuat oleh Sultan Syarif Hasyim (Sultan ke 11). 46. Model Penataan Kampung Adat di Kabupaten Siak, hlm. 71.. 47. Perubahan ini ditetapkan dalam keputusan Sultan Siak No. 1/1915 tanggal 15 Juni 1915 dan disahkan oleh Gubernur Pantai Timur Sumatera tanggal 29 Oktober 1915. 48. Kawasan Siak mulai dibatasi wilayahnya berdasarkan peraturan Gubernur Jenderal Hindia Belanda C.B. Nederburgh dengan tanggal 6 November 1901. Pada masa ini juga mulai diberlakukannya Bab al-Qawaid sebagai pedoman hukum dalam Kerajaan Siak.. 29 Universitas Sumatera Utara.

(49) 4. Barat. : Kerajaan Rokan IV Koto. Pembagian wilayah di Siak49 terus mengalami perubahan baik itu perluasan maupun penyempitan wilayah disetiap masa sultan memimpin, agak sulit memang untuk memetakan wilayahnya. Pada dasarnya pemegang hukum tertinggi dimiliki oleh sultan, namun di luar itu tersebar juga beberapa raja lokal yang memimpin wilayahnya masing-masing. Misalnya saja mengenai bagaimana cara sultan menguasai wilayah tersebut. Ada beberapa cara yang digunakan untuk menguasai suatu wilayah, baik itu kekerasan maupun intimidasi. Dalam Nota Omtrent Het Rijk van Siak wilayah Tanah Putih, Kubu dan Bangko masuk kedalam wilayah kekuasaannya, sementara wilayah Tapung tidak. Tapung kemudian menganggap penting untuk berhubungan dengan Siak, karena dianggap menguntungkan dan mengakui Sultan Siak sebagai raja mereka. Setelah itu, wilayah ini masuk kedalam wilayah kedaultan Kesultanan Siak yang dipimpin oleh sultan menjadi daerah taklukkannya. Pembagian wilayah Siak termasuk kedalam wilayah asli dan wilayah yang kemudian ditaklukkan juga berdasarkan perjanjian dalam traktat tahun 1858. Bagian-bagiannya adalah:. 49. Hijmans van Anrooij, H.A. Nota Omtrent Het Rijk van Siak. Tijdscrift voor Indische Taal Laand en Volkenkunde 30: 259-390. Terjemahan oleh Wileala, dkk. (Pekanbaru: Asa Riau. 1885). 30 Universitas Sumatera Utara.

(50) Bagan Pembagian Wilayah Siak Asli50. 1. Daerah Empat Penghulu Wilayah ini terdiri dari Tanjungbalai sampai muara sungai Mandau. Penghasilan wilayah ini adalah hasil pemungutan cukai (pancong alas), lilin, gading, dll. 2. Mandau Hilir Wilayah ini berada di daerah hilir sepanjang aliran Sungai Mandau Hilir dan anak sungai Ulah dan Merbungkal. Wilayah ini didiami oleh suku Melayu yang biasanya disebut orang Mandau atau Talang Mandau, terbagi lagi kedalam tiga suku, yaitu: suku Mandau, Gronggangang. Pandau/Pandan? Serta suku Sakai. Penghasilannya adalah pancong alas51 dan tapak lawang52. 3. Daerah batin Melayu di sepanjang Sungai Siak serta daerah Batin Prawang Daerah ini meliputi wilayah Gasip, Senapelan dan Sigales.. 50. Ibid. Nota Omtrent Het Rijk van Siak.. 51. Pajak berupa cukai yang dikenakan kepada setiap orang, tetapi aturannya berbeda untk orang asing dan orang penduduk asli. 52. Setiap tanah penduduk yang dipergunakan untuk perkebunan/ladang dikenakan pajak per. ladang.. 31 Universitas Sumatera Utara.

(51) 4. Pertalangan Wilayah ini terletak di aliran kanan Siak disatu sisi dan batas Pelalawan disisi lain. Orang Talang sendiri terbagi kedalam tiga, yaitu, Talang Dayun, Talang Gasip, Talang Pandau dan Talang Kutip. Mereka hanya hidup dari ladang, ketika ladang tidak lagi subur tanahnya, maka mereka akan pindah dan tinggal ke tempat lain. 5. Tiga Luhak (Lurah) Terletak diantara Pekanbaru dan Teratak Buluh. Hidup dari hasil ladang dengan membuka lahan hutan. Isinya adalah orang-orang Lima Puluh, Pasisir dan Tanah Datar. 6. Tiga Kampung Yang dimaksud Tiga Kampung adalah Lubuk Siam, Buluh Cina dan Buluh Nipis, yang terletak di Kampar Kanan antara Muara Sako (pertemuan aliran Kampar kanan dan kiri) dan Teratak Buluh. Penghasilan Sultan tidak ada dari sana, tetapi penduduk mengikuti ekspedisi ke Kota Intan untuk melakukan kerja kuli. 7. Teratak Buluh Kampung Teratak Buluh yaitu pangkalan di Sungai Kampar sebagai tempat dagang yang penting, yang bisa disinggahi dari pelayaran Dataran Tinggi Padang melalui V Kota ke Siak dan seterusnya ke Singapura. Penduduk dari sini melakukan kerja kuli dalam ekspedisi ke Kota Intan. Penghasilan dari sini tidak dipungut oleh Sultan Siak.. 32 Universitas Sumatera Utara.

(52) 8. Daerah Penghulu Domei (Laksamana Bukit Batu) Daerah ini terbentang di sepanjang pantai Sumatera di barat laut muara Sungai Siak dari Tanjungbalai, perbatasan dengan Siak Kecil, berdasarkan aliran sungai itu bermuara di Sungai Rokan, sebagian lagi melewati Selat Rupat dan dianggap berbatasan dengan Bangko. Penghasilan daerah ini meliputi candu, garam, pancong alas, dan tapak lawang. 9. Daerah Batin sepanjang pantai di selatan muara Siak Meliputi Utan Tanah Akit Penguling dan Utan Tanah Orang Rawa. Suku yang mendiami adalah orang Akit dan orang Rawa. Wilayah orang Akit tidak lagi dihuni, mereka tinggal di atas rakit-rakit di Sungai Siak. Mereka hidup dari mengumpulkan hasil hutan dan pembukaan ladang termasuk kayu dan kajang. Orang Rawa yang tinggal di hutan terbebas dari pemerintahan Siak. 10. Daerah Sakai di Mandau Hulu Daerah ini meliputi Mandau yang berakhir di sebelah kiri Sungai Bringin dan kanan sampai Sungai Minas. Mereka tidak menanam padi, mereka hidup dari menanam ubi di hutan. Mereka dibebaskan untuk memberikan persemabahan kepada sultan, bila mereka dipaksa meeka akan pergi seperti orang Sakai yang lainnya. 11. Tanah yang ditinggalkan Ada dua wilayah yang tidak berpenghuni di daratan Siak, yaitu, tanah disepanjang Sungai Siak, Buatan dan Gasip serta tanah di pedalaman sebelah barat Tiga Luhak. Dulu, sempat ada batin Bangsa yang mendiami wilayah tersebut, namun wilayah ini kemudian ditinggalkan oleh penduduk itu yang semuanya meninggal atau pergi meninggal wilayah tersebut.. 33 Universitas Sumatera Utara.

(53) 12. Pulau-pulau Pulau didepan dan selatan muara sungai Siak dan Pulau Rupat serta pulau sekitarnya. Didiami oleh penduduk asli yang sebagian memeluk agama Islam, tetapi hanya diatas kertas saja. Selain itu ada juga orang Melayu dartan dan Cina. Mereka menanam padi, sagu juga mengumpulkan hasil hutan. Orang Cina juga megelola hasil hutan untuk dibuat papan (panglong). Sementara penduduk Rupat diisi oleh orang Akit dan orang asing yang tinggal disana. Bagan Pembagian Wilayah Siak Berdasarkan Traktat Siak 1858 53. 1. Tapung Wilayah Tapung berbeda dari wilayah Siak lainnya. Wilayah ini ditaklukkan sebagai bagian dari federasi Kesultanan Siak bukan sebagai subordinat. Tapung terbagi dalam dua wilayah, yaitu Tapung Kanan dan Kiri. Wilayah ini juga disebut sebagai Kota Intan. Tapung Kiri terdii dari empat perkumpulan yaitu Petapahan, Batu Gajah, Kebon dan Tandun. Tapung Kanan meliputi Lindei dan Sikijang. 2. Tanah Putih, Bangko dan Kubu Wilayah ini ditaklukkan dan merupakan bagian dari Siak serta tunduk dan menganggap Sultan Siak sebagai sultan mereka. Wilayah ini ditaklukkan oleh 53. Ibid. Nota Omtrent Het Rijk van Siak.. 34 Universitas Sumatera Utara.

(54) Said Ali (1791). Tanah Putih terdiri dari suku Melayu Besar, Melayu Tengah, Mesah dan Batu Hampar. Sebagian mereka adalah penduduk pendatang, karena tidak memiliki hasil kebun. Penduduk Bangko hidup dari membuka lahan dan menangkap udang. Penduduk Cina disana juga menangkap udang untuk kemudian diolah menjadi belacan. Penduduk Kubu terbagi kedalam tiga suku, yaitu, suku Hamba Raja (keturunan Johor), suku Rawa (berasal dari Riau) dan suku Haru (berasal dari Haru, sebuah kerajaan besar yang sudah hilang terletak disebelah barat Langkat di Teluk Besitang dan sungai Sarang Jaya). Penghasilannya adalah hasil hutan. Tahun 1873 Belanda merombak pembagian administrasi wilayahnya. Kalau pada mulanya Kerajaan Siak masuk dalam daerah wewenang Residen Riau di Tanjung Pinang, dengan dibentuknya wilayah keresidenan baru, yaitu Keresidenan Sumatera Timur, maka Kerajaan Siak dimasukkan ke dalam administrasi keresidenan baru ini. Ibu kota Keresidenan Sumatera Timur dipusatkan di Bengkalis. Daerah Kerajaan Siak menjadi Afdeeling bagian Keresidenan Sumatera Timur. Di Siak ditempatkan seorang Assistant Resident dengan dibantu seorang Controleur. Tanah di Siak mulai dari muara sampai ke Kota Siak cocok untuk tanaman kelapa, padi, dan tebu. Ke arah hulu terdapat lapisan humus yang tebal dan di bawahnya terdapat lapisan kekuning-kuningan yang rapuh dan bercampur pasir, merupakan tanah yang cocok untuk tembakau dan tanaman kapas, serta tanaman cokelat. Hutan juga menghasilkan banyak hasil hutan seperti berbagai macam tumbuhan, kemenyan, minyak-minyak, buah-buhan, dan kayu-kayuan. Namun,. 35 Universitas Sumatera Utara.

Gambar

Tabel 2.1 Daftar Sultan-Sultan Siak 74
Tabel 2.2 Beberapa Komoditas Perdagangan di Siak 76
Foto Sultan Syarif Kasim II bersama Isteri Tengku Maharatu
Foto Sultan Syarif Kasim II bersama Isteri Bertemu Bung Karno
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Yang dimaksud dengan “pengusaha” adalah direksi atau komisaris perusahaan, pemilik saham dalam perusahaan yang kegiatan usahanya berada dalam ruang lingkup kekuasaannya, atau

Website sebagai bagian dari teknologi internet berperan penting dalam penyebaran informasi, berbagai kegiatan yang bersifat online, serta berbagai aktivitas lain yang

[r]

muscle water content after SW transfer. However, when cortisol 50 m g r g was injected simultaneously with PRL, cortisol abolished the decrease in muscle water. We concluded

Petunjuk Teknis Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional Sekolah Dasar Tahun 2018 Petunjuk Teknis.. DIREKTORAT PEMBINAAN

Kayu yang tidak mengalami pengawetan dan yang mengalami pengawetan diuji Physical Properties dan Mechanical Propertiesnya menggunakan acuan Standar Nasional Indonesia (SNI)

Pada hari ini Selasa, tanggal Sembilan Belas bulan Agustus tahun Dua ribu empat belas, berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) Nomor : 016/PLG-PN.KPG/VIII/2014,

Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan,