BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
Komunikasi dalam bahasa latin disebut communis yang bermakna menciptakan kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi yang asal usul katanya berasal dari kata common yang berarti sama, yang mana artinya sama adalah sama maknanya sehingga dapat dipahami bahwa komunikasi sebagai proses dalam meleburkan persamaan persepsi dua orang ataupun lebih. Menurut Onong dalam buku kamus komunikasi menjelaskan bahwa komunikasi adalah tindakan pengiriman pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai pikiran, acuan dan dilakukan komunikator pada komunikan dengan tujuan merubah afektif dan kognitif lawan bicara, baik menggunakan alat/saluran komunikasi ataupun secara bertatap muka. Perasaan yang dirasakan komunikator digambarkan menjadi sebuah ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan dan sebagainya yang dilakukan seseorang kepada orang lain. (Effendy,1989:60).
Sedangkan Menurut Bernard Berelson dan Gary A. Steiner “Komunikasi merupakan transmisi informasi gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan symbol-simbol, kata-kata, gambar, figure,grafik dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang disebut komunikasi. (Bernard Dalam Deddy Mulayana,2007:68)”
Theodore M. Newcomb Menjelaskan Bahwa setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai transmisi informasi, terdiri dari rangsangan yang diskrimatif dari sumber kepada penerima. (Bernard Dalam Deddy Mulayana,2007:68). Everet M. Rogers: Rogers menjelaskan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber dari kepada suatu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Bernard Dalam Deddy Mulayana, 2007:69) Raymond S.Ross: Menjelaskan bahwa komunikasi (internasional) adalah suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan symbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar, membangkitkan makna atau respons dari fikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator (Deddy Mulayana, 2010:69).
Sementara Devito menjelaskan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (Noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. (Devito, 1997:23). Dari penjelasan para ahli diatas terkait dengan pengertian komunikasi, maka dapat dijelaskan bahwa komunikasi itu merupakan proses penyampaian fikiran, perasaan yang diwujudkan dalam bentuk pesan dari seseorang (komunikator) lawan bicara (komunikan) baik secara verbal atau non-verbal melalui tatap muka maupun dengan menggunakan media, yang dapat menimbulkan efek, baik yang bersifat kognitif, afektif maupun behavioural sehingga memungkinkan terjadinya umpan balik. Namun Dalam proses komunikasi yang terjadi pada satu situasi atau lingkungan tentu juga dipengaruhi noise atau gangguan.
Terkait dengan kajian ini maka proses komunikasi yang terjadi antara orang tua sebagai komunikator dengan para anaknya yang sedang menempuh kuliah di Kota Malang.
Orang tua menyampaikan pesan secara persuasif baik langsung ataupun menggunakan media dalam bentuk motivasi untuk dapat segera menyelesaikan studinya. Efek yang diharapkan baik yang bersifat kognitif artinya anak mendapatkan pengetahuan tentang perlunya untuk penyelesaian studi tepat waktu, dalam bentuk afeksi memunculkan perasaan yang sifatnya semangat untuk segera menyelesaikan studi, sedangkan efek yang berbentuk behaviroual mahasiswa yang bersangkutan bersungguh-sungguh untuk aktif mengikuti perkuliahan, penelitian dan penyelesaian studi secara menyeluruh. Umpan balik yang diharapkan orang tua adalah anak/mahasiswa tersebut memberi respon yang positif kepada orang tuanya dengan cara meyakinkan pada orang tuanya bahwa apa yang dilakukan di Malang seluruhnya terkait dengan upaya penyelesaian studi secara tepat waktu. Dalam proses komunikasi orang tua dan anak mengingat jaraknya yang begitu jauh (antara Banjarbaru dengan Malang) Maka kadang-kadang terjadi noise dalam komunikasi baik yang bersifat teknis maupun yang bersifat linguistic/kebahasaan.
2.2. Unsur-Unsur Komunikasi 2.2.1. Komunikator
Komunikator merupakan salah satu unsur komunikasi yang bertujuan sebagai penyampaian pesan dalam kegiatan komunikasi. Komunikator merupakan poros informasi untuk komunikan. Komunikator berkewajiban untuk menyandi dan mengirimkan pesan
atau informasi yang hendak diberikan kepada sang komunikan, Sehingga diperlukannya Komunikator untuk melakukan transisi pikiran atau perasan ke dalam lambang yang diperkirakan sehingga pesan yang dikirimkan dapat mempengaruhi dan mencapai keberhasilan dalam pengiriman pesan komunikasi.
Mengenai komunikan mampu memahami sebuah pesan atau tidak, dan bagaimana balasan pesan yang dilakukan komunikan sangat ditentukan oleh kemampuan komunikator dalam menyampaikan pesan. (Effendy, 2011) Beberapa hal yang perlu dimiliki oleh seorang komunikator agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh komunikan:
1. Menguasai tehnik bicara atau menulis untuk menyampaikan pesan.
2. Memiliki pengetahuan luas mengenai pesan yang akan disampaikan.
3. Memiliki kemampuan untuk menyusun isi pesan dengan baik.
4. Memiliki kemampuan untuk memilih media yang paling tepat untuk digunakan dalam menyampaikan pesan.
5. Memiliki kredibilitas yang baik dimata audience atau komunikan.
6. Memiliki pengetahuan untuk mengantisipasi gangguan yang mungkin timbul.
7. Memiliki kemampuan untuk memberikan tanggapan atas feedback yang diberikan komunikan.
2.2.2 Pesan
Informasi dalam pesan disini dapat berupa teks, gambar, dan bahasa tubuh. Pesan berisi materi yang dimaksudkan untuk mempengaruhi atau mengubah pendapat/pengetahuan koresponden. Pesan berisi pikiran, informasi, perasaan atau berita yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.
Pesan itu sendiri dibagi menjadi beberapa jenis berikut:
1. Pesan informasi
Pesan informasi adalah pesan yang memberikan informasi, fakta, atau informasi lainnya.
Pesan jenis ini merupakan pesan yang dapat dijadikan acuan ketika koresponden mengambil keputusan. Contoh pesan tersebut mencakup informasi tentang bencana alam dan jenis bantuan apa yang dibutuhkan pengungsi.
2. Pesan Persuasif
Persuasif adalah berita persuasif. Tujuan dari jenis informasi ini adalah untuk mengubah sikap komunikator. Melalui jenis informasi ini, komunikator dapat mengubah sikap komunikator tanpa paksaan, melainkan dari keinginan komunikator sendiri. Contoh dari pesan tersebut adalah iklan produk.
3. Pesan Koersif
Pensan Koersif berbeda dari 2 pesan diatas, Pesan Koersif ini merupakan bentuk pesan yang bersifat memaksa, dimana Komunikator diwajibkan untuk mematuhi perintah pesan, contoh seperti masyarakat yang harus mengikuti peraturan pemerintah, UUD 1945 atau peraturan sebagai dosen dalam sebuah kampus.
Dalam komunikasi, informasi diterima oleh panca indera manusia, kemudian diproses di otak, dan kemudian dihasilkan umpan balik. Informasi yang disampaikan dalam bentuk gambar dan suara biasanya lebih menarik daripada informasi yang disampaikan hanya melalui kata-kata. Pilihan media atau metode komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi tergantung pada sifat, jenis atau bentuk informasi yang ingin disampaikan. Misalnya, surat kabar atau majalah dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dalam bentuk tertulis.
2.2.3 Saluran Komunikasi
Saluran Komunikasi adalah sarana bagi komunikator untuk menyampaikan informasi atau, misalnya selebriti, sarana komunikasi yang digunakan oleh dua orang sendiri atau dalam komunikasi pribadi media BBM atau Precall (seperti Skype dan Whatsapp), media metode komunikasi atau metode komunikasi metode jenis informasi atau bentuk informasi yang ingin disampaikan. biasanya Untuk menyampaikan informasi dalam bentuk video (gambar dan suara). Dua jenis media komunikasi, yaitu:
1. Media pribadi/personal
Media perorangan adalah metode komunikasi dua orang untuk berkomunikasi secara individu atau pribadi, seperti media telepon, media pesan atau chat (seperti whatsapp telegram, line, bbm) atau media video call (seperti Skype, whatsapp, dll).
2. Media massa
Komunikasi massa kepada media merupakan salah satu cara untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat luas. Tujuan yang jelas sama spesifiknya dengan komunikasi antara orang-orang. Karena sifatnya yang besar, informasi yang dapat disampaikan melalui ini biasanya dapat digunakan untuk menyampaikan informasi. Massa orang memiliki pengaruh besar. Contoh media massa, seperti televisi, surat kabar, surat kabar, atau radio.
2.2.4 Komunikan
Komunikan merupakan penerima pesan, pihak yang menjadi sasaran komunikasi.
Target yang ditentukan oleh komunikator untuk menerima pesan yang disampaikannya.
Komunikan bisa seorang individu, kelompok, organisasi atau lainnya. Komunikan mempunyai tanggung jawab untuk dapat memahami apa yang disampaikan komunikator kepadanya, untuk itu seorang komunikan yang baik harus memperhatikan apa yang disampaikan komunikator dengan baik. Maka ada 4 hal yang perlu diperhatikan dari seorang komunikan, agar tujuan komunikasi dapat tercapai:
1. Kecakapan komunikasi
Kecakapan komunikasi disini berkaitan dengan kecakapan komunikan dalam membaca, medengar serta menangkap apa yang dibaca dan didengarnya.
2. Sikap
Sikap disini berkaitan dengan sikap komunikan terhadap komunikator serta pesan yang disampaikannya. Ketika seorang memiliki asumsi yang negatif misalnya, komunikan cenderung akan bersikap acuh atau juga sebaliknya.
3. Pengetahuan
Pengetahuan komunikan terhadap pesan yang disampaikan juga sangat mempengaruhi tingkat pemahaman komunikan terhadap pesan yang disampaikan.
Misalnya pesan berisi informasi mengenai kehamilan tidak tepat untuk disampaikan kepada anak SD.
4. Keadaan Lahiriah
Manusia yang terlahir normal mempunyai indra penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman. Namun sangat disayangkan ada beberapa orang yang kurang beruntung karena terlahir berbeda/tidak normal, seperti mengalami disabilitas atau kecacatan pada dirinya, seperti tidak mampu melihat, mendengar, berbicara dan terlahir dengan anggota tubuh yang tidak lengkap. Dari hal tersebut perlunya komunikator memperhatikan kata dengan tepat sehingga pesan tersebut dapat dicerna dengan baik.
2.2.5 Efek
Efek komunikasi merupakan bentuk dari efektivitas strategi komunikasi yang dituju kepada sasaran sehingga dapat dipahami sebagai hasil dari pengeriman pesan tersebut mampu memberikan perubahan kepada penerima pesan. Efek komunikasi dapat dilihat baik dalam komunikasi antarpribadi atau komunikasi massa yang efektif, efek komunikasi ditandai dengan adanya bentuk perubahan dari sikap, prilaku dan pengetahuan.
2.2.6 Feedback
Feedback atau umpan balik merupakan respon yang diberikan komunikan untuk menanggapi pesan yang telah diterimanya dari komunikator. Sama seperti kelima unsur komunikasi yang telah disebutkan sebelumnya, feedback memegang peranan penting dalam tercapainya tujuan komunikasi. Feedback dari komunikan menjadi alat ukur dalam penilaian dari keberhasilan komunikasi berjalan dengan baik ataukah tidak, apakah komunikan mengerti keseluruhan pesan yang diutarakan dari komunikator, dan apakah tujuan komunikasi sesuai tujuannya atau tidak.
Feedback dari komunikan bisa berupa pesan verbal atau non-verbal, pesan dalam bentuk positif atau negative. baik itu gesture tubuh seperti gelengan atau anggukan kepala, senyuman atau prilaku seperti mencatat informasi (Non-Verbal), atau juga ucapan tanggapan berupa gumaman tertentu (Verbal),
Feedback sendiri dibagi menjadi dua kategori, yatu:
1. Feedback negatif
Feedback negatif merupakan respon yang sifatnya cenderung tidak setuju atau menolak pesan yang disampaikan. Contohnya bersikap acuh, gelengan kepala, atau semacamnnya.
2. Feedback positif
Feedback positif merupakan respon yang menunjukkan persetujuan komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Misalnya berupa anggukan kepala, senyuman, atau sikap responsif lainnya.
2.2.7 Gangguan (noise)
Dalam komunikasi antarpribadi, Gangguan atau noice merupakan kejadian yang kerap dihadapi, dalam aktifitas komunikasi merupakan gangguan yang menyebabkan terdistorsi pesan dalam aktifitas dalam berkomunikasi. Gangguan yang tejradi kerap menghalangi sumber infromasi dalam mengirimkan pesan dan juga berlaku untuk penerima pesan dalam menerima sebuah pesan yang disampaikan. Dalam suatu sistem komunikasi gangguan tidak dapat dihindari, hal tersebut menjadi membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang ingin disampaikan dan pesan yang diterima berbeda daripada seharusnya pesan yang diterima.
Gangguan dalam komunikasi tidak terhindarkan. Semua komunikasi mengandung gangguan, dan walaupun kita tidak dapat meniadakannya sama sekali, kita dapat berusaha untuk mengurangi dampak dari gangguan ataupun gangguan itu sendiri. Seperti menggunakan bahasa yang lebih akurat, mempelajari keterampilan mengirim dan menerima pesan non-verbal, juga meningkatkan keterampilan mendengarkan pesan dan menerima serta mengirimkan umpan balik adalah beberapa cara untuk menanggulangi adanya gangguan dalam berkomunikasi.
Sementara itu menurut Effendy (2003) menyebutkan ada 2 jenis gangguan dalam berkomunikasi yang perlu diperhatikan agar pesan yang disampaikan dari komunikator sampai dengan baik pada komunikan,:
1. Gangguan Mekanik (Mechanical, Channel Noice)
Hambatan mekanik adalah salah satu jenis gangguan yang terjadi dalam berkomunikasi yang dikarenakan oleh salah satu alat saluran mengalami gangguan sehingga tidak berkerja fungsional. Hal tersebut dapat digambarkan seperti
potongan gambar yang dijadikan video oleh satu stasiun televisi tidak muncul di layar televisi atau tulisan yang buram pada buku, jurnal atau koran.
2. Gangguan Semantik (Semantic Noice)
Hambatan semantik terjadi dalam aktifitas komunikasi disebabkan kesalahan dalam pemilihan bahasa yang digunakan komunikator untuk melakukan transfer pesan kepada komunikan, sehingga meyebatkan perbedaan pemahaman pesan antara pengiriman pesan.
2.2.8 Lingkungan Komunikasi
Komunikasi adalah kegiatan yang selalu ditemui dalam sehari-hari, digunakan oleh semua golongan manusia dan dapat ditemukan disetiap tempat kita kunjungi, baik itu tempat ibadah, Sekolah ataupun Rumah. Komunikasi yang efektif tentu tidak melupakan lingkungan komunikasi itu sendiri, maksud lingkungan komunikasi itu sendiri ialah penempatan pemilihan pesan/emosional secara Verbal/Non-verbal yang dikirimkan cocok dengan Environment/suasana, seperti mengadakan pesta pernikahan pada gedung yang disewa, karena tidak mungkin mengadakan pesta pernikahan dalam Rumah Sakit, karena suasana dirumah sakit cenderung kearah sedih sementara suasana pernikahan bahagia.
Sementara itu menurut (DeVito, 1997: 24-26).
Lingkungan (konteks) komunikasi memiliki 3 (tiga) komponen penting yaitu :
1. Fisik, adalah ruang dimana komunikasi itu terjadi secara nyata atau berwujud.
Maksud dari hal tersebut komunikasi bersifat nyata dan real sehingga dikatakan mempunyai tampilan fisik, baik berupa suara maupun gerakan-gerakan sebagai tanda.
2. Sosial-psikoilogis meliputi, misalnya tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat dimana mereka melangsungkan aktifitas komunikasi. Lingkungan atau konteks ini termasuk rasa permusuhan atau kekerabatan, informal atau formal serta bercanda atau serius,
3. Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi berlangsung.
Ketiga komponen komunikasi tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi.
2.3 Komunikasi Persuasif
Komunikasi Persuasif merupakan sebuah pilihan dalam cara berkomunikasi yang bertujuan menyentuh dan berusaha merubah kepercayaan, tujuan, sikap, ataupun kebiasaan komunikan,baik itu komunikator menggunakan pesan secara tidak diucapkan/bahasa/gerakan tubuh (Non-Verbal) ataupun bisa juga menggunakan suara/berbicara (Verbal) sebagai wujud daripada komunikasi. Dalam melakukan persuasif syarat wajib persuasif harus memiliki paling tidak tiga unsur utama : yang pertama adalah komunikator (seseorang yang berwenang memberikan sebuah pesan kepada komunikan), pesan (persuasi), dan yang terakhir adalah komunikan (seseorang yang berfungsi sebagai penerima pesan). Persuasif bertujuan untuk selalu berkomunikasi untuk proses penyamaan sudut pandang dan pikiran yang sama, sehingga tidak ada perbedaan dalam pengambilan langkah atau keputusan pribadi maupun dalam sebuah kelompok bahkan dalam sebuah organisasi. Komunikasi memungkinkan para komunikator pesan bertindak sebagai penyampai pesan terhadap penerima pesan yang diharapakan dapat merubah pikiran dan perilakunya yang dituju (Alo Liliweri, 2011).
Dampak dari komunikasi persuasif adalah sebuah proses yang terjadi pada diri pemberi pesan sebagai sebuah hasil dan proses pesan diterima tersebut melalui cara komunikasi, dampak yang bisa terjadi mungkin saja berupa sikap yang bisa berubah, pendapat dan cara seseorang berperilaku. Persuasif menerangkan bahwa ada sebuah kategori pada sebuah pesan tertentu apabila dibuat sedemikian rupa hanya untuk memberikan pengaruh sebuah keyakinan, kepercayaan, dan tingkah laku orang lain.
Sebuah pendapat seseorang terhadap fungsi persuasif komunikasi terjadi jika merasakan sebuah bentuk pesan itu mempunyai motif dan pesan tertentu. Manfaat dari suatu komunikasi persuasif sangat berlaku dalam relasi antar individu. Kebanyakan diantarnya personal memiliki tingkat kesadaran yang kurang, terlihat seberapa sering mempersuasi beberapa orang atau kelompok apabila membutuhkan suatu hal. Terkadang, orang yang sedang melakukan persuasi pun juga terpengaruh dan merespon berbagai peristiwa hanya karena cenderung menganggap belum tentu semua pesan mempersuasi orang lain (Harjani Hefni, 2015).
2.3.1 Proses Komunikasi Persuasi
Komunikasi persuasi adalah salah satu bentuk upaya dalam memberi pengaruh pendapat, sikap atau tingkah laku serta opini sesorang dan tentunya dibutuhkannya proses.
Menurut Hovlan dalam buku yang ditulis oleh Perloff (2003) yang berjudul “Dynamic of Persuasion” menyatakan seorang komunikan yang berhasil dipengaruhi oleh komunikasi adalah dimana komunikan melewati 4 tahapan, tahapan pertama pemahaman, perhatian pembelajaran, menerimanya dan menyimpan pesan persuasif. Dari penjelasan tersebut bahwa komunikasi proses persuasi yang baiknya dilakukan oleh orang tua terhadap anak sebuah konsep mengenai proses komunikasi persuasif yang berfokus pada pemahaman pesan orang tua, perhatian dari orang tua, pemberian pembelajaran dari orang tua hingga penerimaan dan penyimpanan pesan yang baik.
Berikut diagram model persuasion The Hovland/Yale.
Komunikasi
Perhatian Pemahaman Penerimaan Penyimpanan Tindakan
Gambar Model of Persuasion dari Hovland, Yale Sumber utama : Perloff (2003)
Dapat dilihat dari gambar diatas, peneliti menggambarkan untuk meingformasikan bahwa dalam suatu teknik komunikasi persuasif, ada langkah dimana persuadee mempelajari pesan persuasif dari pihak penyampai pesan. Dalam sebuah proses belajar ada beberapa bagian, yang pertama adalah perhatian, lalu selanjutnya pemahaman, tahapan berikutnya belajar, setelah itu penerimaan, dan yang terakhir penyimpanan. Cara-cara
Pesan Pembelajaran Perubahan Sikap
tersebut termasuk proses yang dilakukan komunikator setelah mendapatkan informasi dan kemudian memutuskan untuk menyampaikan pesannya kepada komunikan.
2.3.2 Dasar Persuasi
Robert Cialdini menuliskan di buku miliknya tentang persuasi yang disampaikan ulang oleh Alo Liliweri (2011) memaparkan bahwa ke-6 dasar yang mempengaruhi sebuah persuasi, sebagai beikut:
1. Reciprocation. Keadaan pada saat seseorang lebih cenderung kembali pada
keadaan yang aman dan menyenangkan.
2. Consistency Commitmment. adalah kondisi dimana seseorang berkomitmen, saat
itu juga seseorang merasa bahwa dirinya benar. Karena pada dasarnya manusia lebih bahagia apabila eksistensinya dihargai daripada komitmen yang telah ia buat tercoreng, karena sebagai upaya konsistensi yang utama adalah sebagai manusia.
Dalam hal ini, berkomitmen sangat mempunyai harga tinggi dalam sebuah hubungan. Tujuannya persuasi yang dilaksanakan wajib lebih memerlihatkan konsisten dan komitmen.
3. Social Proof. Bisa diartikan dengan “daya tahan sosial”, yang meyinggung
adanya persamaan nasib diantara orang-orang yang terkumpul kemudian hal tersebut yang dapat memicunya sebagai “daya tahan sosial” supaya bisa menghadapi semua bentuk tantangan, gangguan juga ancaman dari luar yang dapat menghancurkan sebuah kelompok.
4. Authority. Dalam hal ini seseorang lebih cenderung mematuhi dan mentaati
sebuah peraturan atau orang yang mempunyai kedudukan tertinggi pada beberapa kelompok sekalipun mereka dipaksa untuk mengerjakan sesuatu yang mereka tidak suka.
5. Liking. Pada hal ini, seseorang akan sangat mudah dikuasai oleh komunikasi
persuasinya karena, seseorang itu menyukai orang tersebut.
6. Scarcity. Masalah yang jarang juga menjadi suatu faktor penyebab mudahnya
seseorang dipersuasi, karena seseorang tau bahwa yang mereka cari tidak mudah untuk didapatkan.
2.3.3 Hal-hal yang Mempengaruhi Persuasi
Beberapa hal yang bisa memberikan pengaruh dalam menjalankan kegiatan persuasi menurut Alo Liliweri (2011) adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik Sasaran
Apabila akan memulai komunikasi persuasif, hal yang sangat penting bagi seorang Komunikator adalah memberikan batasan pada sasaran komunikasinya.
Haltersebut dilakukan karena tujuan agar bisa meminimalisir jumlah sasaran komunikasinya dan mengkotak-kotakan sasaran pada kriteria yang telah ditetapkan. Sasaran komunikasi tersebut bisa dikategorikan berdasarkan jenis kelamin, usia, populasi, regional. Faktor - faktor tersebut yang nanti akan memberikan kemudahan pihak yang nantinya menyampaikan pesan dalam mempersuasif sasarannya.
2. Karakteristik Sumber
Berhasilnya sebuah pesan dilihat dari cara penyampaiannya atau bisa dibilang bagaimana cara komunikator menyampaikan pesan tersebut, untuk menyampaikan pesan tersebut komunikator perlu memiliki acuan pada karakteristik sumber layaknya sikap, pengetahuan, profesi, pendidikan, keahlian komunikannya. Seorang yang melakukan pengiriman informasi diwajibkan untuk bisa mengirimkan pesanya dengan kreasinya sendiri dalam proses
penyampainnya, sehingga dari pemberian pengaruh kepada penerima pesan tersampaikan dengan baik dan bisa mengerjakan dengan bijak.
3. Karakteristik Pesan
Memilah dan memilih sebuah kata/bahasa (Verbal) dalam kegiatan penyampaian pesan yang dilakukan komunikator kepada komunikan juga dapat mempengaruhi keberhasilan persuasif, seperti raut wajah atau bahasa tubuh (Non- Verbal) dari pihak yang memberikan pesan.
2.3.4 Metode Persuasi
Ada banyak teori yang dapat digunakan sebagai acuan dasar untuk melaksanakan persuasif, yang nantinya saat pelaksaan bisa dikembangkan menjadi berbagai macam metode. Kafie (1993) dalam Pranata (2016) mengungkapkan bahwa metode persuasi dibagi menjadi:
a. Metode asosiasi
Metode asosiasi merupakan sebuah proses dengan cara memberikan sajian pesan komunikasi yang selanjutnya menumpangkan kepada satu kejadian yang sedang heboh diperbincangkan atau menjadi sorotan masyarakat sebuah negara.
b. Metode Integrasi
Metode Integrasi dipahami Sebagai metode yang bertujuan menyatukan diri dengan komunikan sehingga komunikator persuasi terlihat menyatu dengan komunikan. Dalam metode integrasi nilai kebersamaan/nasib serupa yang dijadikan ax`lasan/patokan sehingga dapat memberikan pesan persuasi.
c. Metode Pay-off dan Fear–Arousing (ganjaran)
Adalah sebuah langkah untuk memberikan pengaruh dengan komunikan yang meberikan gambaran janji-janji secara terperinci dengan keuntungan yang akan
didapat nantinya saat komunikan mendengarkan dan menjalankan pesan persuasi tersebut dengan benar.
d. Metode Icing Device
Komunikator diwajibkan untuk menyajikan pesan secara indah agar dapat menarik Attention komunikan, sehingga subyek persuasi tersebut tergugah perasaannya
untuk mengikuti pesan persuasive dari komunikator.
e. Metode Red-Hearing
Metode ini dapat dikatakan metode sebagai kemenangan mutlak seorang komunikator yang mempunyai pengaruh besar dengan menggunakan kekuatan penuh yang dimilikinya, metode ini dijalankan dengan teknik mengelakkan argument yang tidak kuat dari komunikan kemudian dialihkan kedalam aspek yang dikuasai komunikator untuk dijadikan senjata ampuh untuk memberikan persuasi sehingga komunikan hanya mendengarkan perintah absolute dari komunikator
f. The Yes-Respons Technique
Tujuan dari metode ini adalah untuk dapat membimbing mediator dalam pembentukan pendapat (mental), sikap (emosional) bahkan perilaku (kebulatan suara) dengan saling menanyakan pertanyaan atau pernyataan. Dalam merumuskan pertanyaan dan pernyataan ini, upaya harus dilakukan untuk mengasumsikan jawaban "ya".
g. Putting it up to u
Dalam teknik ini, komunikator menempatkan diri untuk bisa berasa dekat dengan komunikan, mendekatkan diri dalam segi psikologis. Sehingga komunikator dapat menanyakan kejelasan, persetujuan, penilaian, sudut pandang dari topi yang sedang dibicarakan.
h. Simulated Disinterest
Menggunakan teknik ini komunikator mengandalkan factor penekanan pada perasaan cemas dan sikap memaksa sasaran untuk mengikuti kehendaknya.
i. Teknik Transfer
Keberhasilan teknik ini dinilai dari pengaruh lingkungan terhadap suasana dalam alur komunikasi, sehingga apabila komunikator bersikap positif maka nantinya diharapkan bahwa itu dapat menunjang keberhasilan persuasi.
j. Bandwagon Teknik
Teknik ini bermaksud untuk membujuk target persuasi dengan cara menyampaikan bahwa semua orang setuju dengan adanya gagasan yang dikemukakan atau mengerjakan hal tersebut. Sehingga melalui teknik ini komunikator berupaya membentuk keyakinan pada diri komunikan tentang apa yang ditawarkan sedemikian rupa sehingga mereka dapat yakin atas pembahasan tersebut.
k. Say It With Flowers
Melaui teknik ini komunikator bertujuan mengambil hati persuade/sasaran komunikasi persuasif dengan cara memuji nilai plus dalam komunikan, baik itu kebaikan,bentuk fisik,kelebihan,kemampuan, dll. Dan hal tersebut dilakukan dengan sewajarnya.
Komunikasi persuasif merupakan salah satu bentuk komunikasi yang terbilang rumit/kompleks karena komunikasi persuasif sendiri perlu memperhitungkan nilai-nilai kemanusiaan untuk mencapai efektifitas dalam penyampaian pesan dalam aktifitas komunikasi persuasif yang hendak dibangun, seperti yang dijelaskan oleh Roekomy (1992:3) persuasi merupakan kegiatan psikologis dengan tujuan mempengaruhi pendapat, tingkah laku dan sikap seseorang atau orang banyak dan dalam mencapai tujuan komunikasi persuasif diperlukan memasukkan alasan-alasan dengan memperhatikan 4
faktor fisiologis dalam argumentasi tanpa menggunakan teknik koersif dalam penyampaian pesan, factor diantaranya adalah Kebutuhan, Keinginan, Dorongan Dasar dan Motivasi.
Sementara selain berpatokan kepada fokus melakukan 4 pendekatan untuk menciptakannya perubahan dalam perusasi dari pemaparan Reokomy, menurut pendapat Graves & bowman dalam Reokomy (1992:25) menjalankan komunikasi persuasif, semestinya sebagai persuader yang baik hendaknya memperhatikan 8 pendekatan agar maksimalnya pesan yang tersampaikan sehingga dapat mengubah perilaku dengan pemahaman yang benar didalam diri komunikan. 8 pendekatan diantaranya adalah :
1). Memperhatikan Sikap Komunikan
Persuader yang baik, hendaknya menyesuaikan gagasan yang ingin disampaikan kepada komunikan. Sebab sikap-sikap yang terbentuk didiri komunikan karena pengalaman, budaya dan latar belakang pendidikan memiliki dampak besar dalam mementukan perhatian serta tanggapan terhadap aktifitas persuasi.
2). Menumbuhkan Keinginan
Persuader baiknya menumbuhkan keinginan dalam membangun pesan komunikasi persuasif yang efektif, sebab komunikan cendurung mempercayai apa yang dia percayai.
3). Menumbuhkan Perhatian
Persuader diharuskan mengerti apabila komunikasi yang terjalin diantara komunikator dan komunikan terasa membosankan maka kemungkinan besar komunikan sangat mudah teralihkan fokus dari membaca pesan atau mendengarkan.
4). Memberikan informasi dengan sebaik-baiknya
Persuader hendaknya menerangkan dan memberikan keterangan sebaik mungkin, karena komunikan yang memiliki kekurangan informasi(misinformed) dan bersikap masa bodoh dapat berubah menjadi orang yang berprasangka. Sementara prasangka merupakan adalah salah satu hambatan yang paling berat dalam persuasi. Maka dalam persuasi yang efektif diperlukannya menyampaikan pesan seringan mungkin.
5). Membenturkan kenyataan dengan alasan logis
Persuader hendaknya dapat menjadikan kenyataan dan alasan-alasan yang logis dalam memperkuat kesimpulan dalam argumentasi, mengajukan dua masalah atau contoh sudah lebih dari cukup.
6). Pandai Dalam menyanggah penolakan
Persuader harus mengerti disaat perhatian serta fikirann komunikan merasa terlambat pada gagasan dalam persuasi atau soal yang berlawanan dengan persuader. Maka dengan mudahnya komunikan akan mengabaikan persuasi.
7). Mengambil hati komunikan
Persuader hendaknya dapat memikat hati pihak yang bersifat ragu, masa bodoh atau yang menentang sekalipun.
8.) Persuader dapat mengarahkan komunikan
Manakala komunikan sudah terpengaruh, komunikator memberikan arah untuk menggerakkan komunikan. Keberhasilan persuasi ditentukan oleh banyak faktor, dalam
penelitian ini komunkasi persuasif dilakukan karena memiliki tingkat kebersamaan dan visi serta misi bersama.
2.3.5 Pesan Persuasif
Selain memfokuskan kepada pendekatan persuasi, persuader wajib memperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam pesan agar dapat menyentuh aspek yang dituju dengan tepat, Seperti yang dikemukakan oleh Jamaluddin Ritonga (2005:5) yang menjelaskan terdapat 3 Kriteria unsur pesan yang harus dicermati, diantaranya ialah :
1). Isi pesan
Isi pesan harus berkorelasi dengan apa informasi yang dibutuhkan sasaran persuasi dan memiliki bukti dalam argumentasi, bisa saja seperti politik, medis, ekonomi, hukum dan lainnya. Ada 4 bukti yang terdapat dalam pesan yaitu contoh, fakta, testimoni dan statistik.
2). Struktur pesan
Struktur pesan dapat dipelajari dalam ilmu bahasa Indonesia seperti pesan bersifat deduktif ataupun induktif, yang mana bermaksud struktur pesan harus bersangkutan dengan dimanakah akan meletakkan fokus informasi yang ingin disampaikan, bisa diawal (Antiklimaks), ditengah (piramida) ataupun diakhir (Klimaks). Hal ini juga bertujuan guna memudahkan komunikan dalam mencerna pesan sehingga nanti perubahan yang diharapkan persuader dapat terwujud.
3) Format Pesan
Rasional berhadapan dengan emosional, yaitu fokus memberikan penekanan dalam pesan yang bersifat emosional. Penyajian pesan yang ditujukan dalam usaha menggambarkan keindahan, kesedihan, kasih sayang, cinta dan hal-hal yang lainya.
2.3.6 Tujuan Komunikasi Persuasif
Persuasif merupakan salah satu bentuk komunikasi yang diharuskan menggunakan metode yang tepat guna mencapai tujuan komunikasi persuasif, yaitu komunikator dapat mengajak komunikan untuk merubah sikap. Sementara itu menurut DeVito (2011:506) persuasif berasal dari kata lain persuasion yang berarti membujuk, mengajak, atau merayu.
Devito juga berpendapat mengenai tujuan komunikasi persuasif adalah berkomunikasi dengan mengetengahkan pembicaraan yang bersifat memberikan gambaran, memperkuat,
dan memberikan informasi kepada khalayak atau personal, akan tetapi tujuan utamanya itu sendiri adalah menguatkan atau memberikan perubahan pada sikap dan perilaku sehingga fakta, pendapat hingga himbauan motivasional berhasil memperkuat pesan persuasif.
Sehingga tujuan persuasif pihak orang tua dalam penelitian ini merupakan untuk membantu memperkuat sang anak, membantu anak dalam melewati permasalahan hingga tuntas.
2.3.7 Manfaat Komunikasi Persuasif
Sejatinya persuasi telah menjalar kedalam banyak aspek kehidupan dengan didasari sadar atau tidaknya. Dalam aktifitas komunikasi persuasif, manfaat komunikasi persuasif itu sendiri adalah untuk melahirkan/menumbuhkan sikap baru yang disepakati komunikan dan komunikator demi tujuan yang ingin dituju agar dapat menguntungkan satu sama lain, menumbuhkan pemikiran baru dan memberikan kontribusi kepada diri orang lain. Pesan persuasi yang sering ditemui dalam dunia akademis adalah ketika guru mendikte murid, persuasif sendiri bahkan dapat ditemukan dalam hubungan sehari – hari seperti misalnya hubungan kekasih bahkan orang tua dengan anak.
2.4 Komunikasi Keluarga
Komunikasi keluarga merupakan salah satu bentuk komunikasi yang terjadi didalam keluarga inti, komunikasi keluarga dibangun bukan tanpa tujuan, tapi tentu memiliki arah dan tujuan bersama yang ingin dicapai. Orang tua selain sebagai komunikator tetap, lembaga pendidikan pertama, sekaligus pemimpin dalam berlangsungnya komunikasi keluarga tidak hanya diwajibkan untuk mengerti betul bagaimana cara berkomunikasi yang baik, kemudian memahami komunikan melalui pendekatan psikologisnya. Tetapi juga diwajibkan untuk menyentuh kecerdasan emosional, menyentuh kecerdasan emosional yang dimaksud adalah mengerti dan membantu meluruskan perasaan anak yang sedang berada dalam masalah, mampu berempati, menjadi sang penghibur dikala anak bersedih dan menjadi guru untuk menuntun anak ke jalan yang benar seiring berdampingan dengan mimpi anak tersebut dan bukan hanya menuntut tapi juga untuk membukakan jalannya anaknya menjadi sukses. Menurut Gunarsa (2004: 209) Patokan keharmonisan keluarga adalah dimaknai dengan seluruh anggota keluarga memiliki perasaan yang sama, seperti bahagia yang ditandai oleh berkurangnya perasaan kecewa dan tegang dalam keluarga juga memiliki perasaan puas terhadap segala keadaan dan keberadaan dirinya (eksistensi dan aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan soial.
Salovey dan Mayer ( Shapiro,1997 ) mengemukakan 11 psikologis manusia yang termasuk dalam golongan kecerdasan emosial, sementara definisi kecerdasan emosional menurut salovey adalah sebagai kecerdasan sosial dalam memantau perasaan dan emosi pada diri sendiri maupun orang lain, mampu mengeolah informasi menjadi data didalam kepalanya untuk membimbing fikiran dan tindakannya tersebut
1) Empati
2) Kemampuan memahami dan eksplenasi perasaan 3) Kemampuan mengendalikan emosional
4) Tidak bergantung dengan orang lain 5) Kemampuan adaptasi dengan lingkungan 6) Digemari orang lain
7) Dapat memecahkan masalah pribadi 8) Tekun
9) Setia kawan 10) Ramah 11) Hormat
2.4.1 Fungsi Keluarga
Keluarga merupakan kelompok kecil didalam masyarakat yang anggotanya merasa saling ketergantungan antara satu dengan lain, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Keluarga merupakan ibu dan bapak berserta anak-anaknya; seisi rumah. Keluarga merupakan ikatan yang berlandaskan 2 hubungan yaitu hubungan darah dan pernikahan.
Menurut Day dalam Sri Lestari (2012:5) bahwa definisi keluarga pada umumnya merupakan melahirkan, merawat, saling perduli, menyelesaikan permasalahan dan mendidik anak.
Sementara menurut Sofyan Sauri (2006:65) Untuk menciptakan keluarga yang sakinah- mawaddah-warohmah harus memiliki ilmu mengenai alam jagat raya guna mengatur eksistensi diri di dalam kehidupan. Sehingga diperlukannya mengerti 10 fungsi keluarga tersebut:
1. Fungsi Edukatif
Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama, sehingga kepala keluarga diharuskan memberikan pendidikan kepada anaknya sedini mungkin karena pendidikan adalah modal dalam mengarungi kehidupan anaknya, pendidikan yang dimulai sedini mungkin harus diusahakan mencapai setinggi-tingginya. Orang tua harus mengerti bahwa manusia yang hidup tanpa pendidikan adalah orang yang menjalani kehidupan dalam kesengsaraan.
2. Fungsi Sosial
Keluarga yang termasuk dalam komponen kecil dalam berkehidupan bermasyarakat merupakan mahluk social yang tidak bisa berdiri sendiri-sendiri, karena pada dasarnya manusia membutuhkan pertolongan dari manusia lain, sehingga kepala keluarga memiliki tanggung jawab social dalam keluarganya dalam bentuk memberikan pengetahuan kepada anak kesadaran dalam bermasyarakat dengan baik dan benar. Contohnya seperti bagaimana cara bersosialisasi.
3. Fungsi Proteksi
Anak yang terlahir di dunia dilahirkan dengan memiliki banyak kelemahan dalam dirinya sehingga dari hal tersebut anak membutuhkan perlindungan dari orang tuanya, sehingga orang tua memiliki tanggung jawab untuk melindungi anaknya dalam segala hal. Perlindungan terhadap anak-anaknya tersebutpun semakin hari harus semakin berkembang mengikuti perkembangan negatif dalam dunia yang dijalani sang anak.
4. Fungsi Afeksi
Fungsi afeksi mencakup sikap, nilai, perilaku, perasaan. Fungsi ini diharapkan dapat dicapai dengan dilaluinya kehidupan bersama sehari-harinya sehingga agar adanya perasaan yang sehat dalam keluarga sehingga bersih dari dengki dan iri hati.
Hal yang perlu diperhatikan untuk tidak disampaikan kepada anak: sifat minder, penakut, rendah diri, pemarah dan hasut.
5. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi dalam keluarga ialah berarti orang tua menafkahi keluarganya, keluarga yang sehat tentu memiliki sektor ekonomi yang halal, karena dari pendapatan atau ekonomi yang halal cara secara tidak langsung ikut berfikir mengehai hal-hal yang halal.
6. Fungsi Biologis
Makan dan minum merupakan kebutuhan biologis manusia sejak dari dalam rahim orang tua, hal tersebut menjadikan orang tua perlu memerhatikan kebutuhan biologis seperti, kebutuhan perlindungan, keamanan, kesehatan mental & fisik, rasa nyaman, dkk pada anaknya di dunia guna anak dapat menjalani kehidupan dengan baik.
7. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Pembinaan lingkungan merupakan sebuah keharusan dalam mendirikan keluarga yang sehat, karena dalam keadaan lingkungan yang sehat diantara keluarga dapat mencerminkan sikap dan kebiasaan sang anak dalam bersosialisasi di masyarakat dan tempat anak menuntut ilmu.
8. Fungsi Rekreatif
Kegiatan rekreasi dalam keluarga merupakan salah satu kegiatan untuk menghilangkan perasaan jenuh dalam setiap anggota keluarga. Karena orang tua yang baik tidak hanya memenuhi tanggung 7 tanggung jawab sebelumnya, tetapi mampu memberikan motivasi dan reward kepada sang anak. Contohnya dengan mengajaknya liburan setelah penat selama beraktifitas selama satu tahun.
9. Fungsi Reproduktif
Keluarga yang baik adalah keluarga yang dapat menjadikan anaknya sebagai penerus keluarga yang baik, sehingga orang tua diharapkan tidak menurunkan kelemahan fisik, ilmu dan keburukan sikap terhadap anak. Sehingga dari pemikiran
tersebut pihak orang tua tidak meninggalkan anak dengan ilmu yang bisa membuat anak di masa depan sengsara.
10. Fungsi Religius
Orang tua dapat dikatakan memiliki tugas sepanjang hayat, sayangnya tidak mengerti kapan kehidupan akan berakhir, maka dari hal tersebut perlunya orang tua membekali dan melandasi sang anak dengan ilmu dunia dan akhirat, sehingga ketika nanti meninggalkan anak dalam keadaan khusnul qotimah, anak dapat menerapkan ilmu pengetahuan berimbang dengan ilmu akhirat yang dimaksud berupa ilmu agama yang mencakup iman serta ketaqwaan kepada sang pencipta.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa fungsi keluarga menyentuh banyak aspek dalam hidup. Orang tua diwajibkan membimbing ilmu agama anaknya, memberikan rasa aman nyaman pada anaknya di rumah, memberikan uang sebagai bentuk tanggung jawab perekonomian keluarga, hingga bertanggung jawab untuk pendidikan anaknya, maka dari itu fungsi keluarga dalam pendidikan merupakan salah satu ketertarikan peneliti dalam penelitian ini. Karena anak memiliki karakteristik dan tingkatan masalah yang berbeda- beda dalam penyelesaian studinya sehingga orang tua perlu memahami bagaimana kondisi anaknya agar dapat mengirimkan pesan motivasi dengan tepat, maka dari itu fokus penelitian teknik komunikasi persuasif orang tua dalam memotivasi penyelesaian studi pada anak.
2.4.2 Lingkungan Keluarga
Keluarga inti pada umumnya terdiri dari Ayah, Ibu dan anak, yang mana setiap orang dalam keluarga memiliki tugasnya masing. Keluarga merupakan bentuk akhir atau hasil dari pernikahan antara dua orang laki-laki dan perempuan dewasa yang telah memiliki perasaan dan tujuan yang sama dan berharap dapat mewujudkan harapannya bersama dan harapanya masing-masing. Sehingga setiap orang yang termasuk dalam kelompok kecil tersebut selain mengetahui salah satu tugas ialah menuntun satu sama lain kearah yang lebih baik, setiap orang dalam keluarga diharuskan menyadari bahwa membangun lingkungan keluarga yang sehat diantara satu sama lain tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja perlu adanya kerja keras bersama dan adanya komunikasi antarpribadi yang baik dan unsur timbal balik dari anak, agar nantinya apabila ada aktifitas komunikasi persuasif dalam keluarga, dapat memudahkan satu dengan lainnya untuk mengerti posisi, tugas dalam perencanaan dan tujuan.
Definisi keluarga menurut Widowati dalam Dr. Sofyan Sauri (2006:62), bahwa keluarga adalah kumpulan yang terdiri dari beberapa orang yang terikat oleh adanya suatu turunan lalu mengerti dan berkumpul sebagai satu gabungan yang khas, juga berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan untuk kemuliaan anggota keluarga satu dengan lainya.
Menurut Reardon dalam Alo Liliweri (1997:13), bahwa komunikasi antarpribadi yang berada dibawah komunikasi keluarga memiliki 6 buah ciri:
1).Dilaksanakan atas alasan dengan banyak faktor sebagai hambatan.
2). Adanya unsur timbal balik.
3). Menimbulkan dampak dengan sengaja.
4). Menggambarkan hubungan dua orang atau lebih.
5). Menggunakan lambang yang bermakna baik dalam verbal dan non-verbal.
6). Berlangsung dengan tanpa adanya unsur paksaan.
2.4.3 Pendidikan Dalam Keluarga
Pendidikan merupakan sebuah kepentingan dalam hidup, pendidikan dapat diibaratkan cahaya dalam kehidupan, digambarkan sebagai cahaya karena fungsi dari pendidikan adalah menjadi sudut pandang dalam melihat segala sesuatu dengan nilai positif. Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang termasuk jalur pendidikan di luar sekolah agar dapat mencapai dan meningkatkan kebutuhan dan kualitas pribadi, kebutuhan rumah tangga, kebutuhan ketenangan, keamanan, dan dasar dari keluarga yang bahagia. Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan esensial, sehingga orang tua sebagai guru pertama bagi anak memiliki tanggung jawab membangun fondasi yang baik dan kuat bagi anak, karena hal tersebut akan berdampak bagi perkembangan anak kedepannya ketika tiada diawasi orang tua. Orang tua sebagai sumber pendidikan utama dan terbaik bagi anak memiliki hubungan edukatif, hubungan edukatif disini terbentuk karena dua dasar, yaitu kasih sayang terhadap anak dan menjalankan kewajiban sebagai orang tua. Menurut Dewantara dalam Dr. Sofyan Sauri (2006:85) keluarga merupakan tempat sebaik-baiknya melakukan pendidikan daripada pusat pendidikan lainya, karena disitulah diajarkan kecerdasan budi pekerti sebagai bekal hidup. Sehingga pendidikan
didalam keluarga merupakan kunci dasar daripada menjalani kehidupan baik itu bermasyarakat atau sedang menuntut ilmu, sehingga ketika mengalami problematika dalam menjalani kehidupan pendidikan maka mencari solusi paling tepat ialah berkomunikasi dengan pihak keluarga.
2.5 Motivasi
Motivasi merupakan kondisi internal seseorang yang dibutuhkan dan ikut menopang diri sendiri dalam beraktivitas setiap hari, membantu menyelesaikan setiap hal yang dianggap sebagai tanggung jawab dalam berkehidupan. Motivasi dalam pengertian bahasa latin mover, yaitu memiliki arti sebuah dorongan atau gerakan untuk bergerak.
Motivasi juga merupakan sebuah intuisi seseorang untuk memberikan dorongan kepada diri sendiri yang berasal dari dalam (Walgito,2002). Sehingga seseorang yang dimotivasi tersebut mendapatkan suatu dorongan untuk berubah dari kondisinya. benang merah daripada definisi motivasi ini terdapat pada sudut pandang dalam bidang ilmu Psikologi, seperti yang dikemukakan oleh McClelland (1967) dalam Sri Mulyani (1983:13) menurut kebanyakan ahli psikologi menyampaikan bahwa dalam setiap diri masing-masing orang pasti ada suatu kebutuhan (Need) ataupun motif yang akan berkerja dengan sendirinya untuk menentukan perilaku seseorang.
Motif dan motivasi merupakan hal serupa dalam menentukan perilaku seseorang, motif merupakan hal yang tidak dapat selalu dilihat begitu saja dari perilaku komunikan.
Sebab sewaktu-waktu malah berbanding terbalik daripada yang terlihat. Maka dari itu lebih baiknya dilakukannya penilitian terhadap aspek motif yang berada dalam ruang fantasi seseorang. Banyak cara untuk mengukur motif itu sendiri, salah satu caranya adalah dengan melihat ciri-ciri perilaku komunikan termotivasi.
Menurut (winter,1973). Ada 7 ciri perilaku komunikan yang dapat dilihat sebagai patokan untuk mengukur motif. Berikut penjelasan 7 ciri perilaku:
1). Jika Tujuan sudah dekat dengan perilaku makin nyata, maka akan makin mudah diramalkan.
2). Perilaku bervariasi menurut kondisinya, terutama jika adanya hambatan.
3). Peningkatan kemantapan yang terlihat dari performa yang menunjukan adanya kecepatan, efisien yang meningkat daripada sebelumnya.
4). Laporan dari Individu yang termotivasi bersangkutan dengan motif perilakunya 5). Tanggapan emosial dalam menghadapi permasalahan dalam mencapai tujuannya 6). Sifat pilihan dan perhatian.
7). Gambaran kognitif komunikan yang mengandung tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Apakah Antisipasinya positif atau negative dan kepekaan dalam mengamati obyek yang bertujuan.
Menerapkan 7 ciri perilaku diatas ada sisi baik dan buruknya, seumpama ketika peneliti melaksanakan observasi, riset kemudian melakukan eksperimen. Hasilnya tentu dapat diandalkan. Tetapi bisa juga hasilnya menjadi kurang akurat yang disebabkan oleh motif- motif yang terdapat didiri peneliti itu sendiri seperti proyeksi, hubungan peneliti dengan objek dan memasukkan prasangka dalam penelitian.
2.5.1 Jenis Motivasi
Motivasi merupakan makna dari isi pesan persuasif yang pada akhirnya menghasilkan (Feedback) dari komunikasi persuasif yang dapat dicerna dan dilaksanakan dengan baik oleh komunikan, dorongan atau motivasi itu sendiri dapat muncul dari intusi komunikan (Internal/intrinsik) dan dapat dimunculkan oleh intuisi komunikator (eksternal/ekstrinsik).
Sehingga dapat dipahami bahwa motivasi terbagi dalam dua jenis kategori:
1. Motivasi Intrinsik
Adalah salah satu bentuk dorongan mental yang tidak memerlukannya dukungan dari pihak eksternal diri karena tujuan yang ingin dituju sesuai dengan kebutuhannya.
Menurut Yudhawati dan Hardiyanto (2011:88) menjelaskan 7 hal penting dari motivasi intrinsic:
1. Persepsi mengenai diri sendiri, 2. Harapan,
3. Harga diri, 4. Kebutuhan, 5. Keinginan, 6. Kepuasan kerja, 7. Minat,
8. Prestasi yang dihasilkan.
2. Motivasi ekstrinsik
Salah satu teknik yang mampu membangun nilai internal dalam mencapai tujuan hidup dengan cara memperhitungkan dan menggunakan kepentingan/nilai-nilai yang berada diluar lingkungan dari diri sendiri, motivasi tersebut ada karena sifat negatif manusia. Maka dari itu motivasi ekstrinsik merupakan suatu bentuk dorongan yang terbilang terbalik daripada motivasi intrisik, contoh memerlukan dukungan mental dari pihak keluarga demi meyakinkan dirinya agar mampu melewati ujian matematika, berkerja lebih giat karena ingin memperoleh gaji lebih banyak daripada lawan kerja, diam di dalam kelas karena takut dimarahi guru/dosen.
Sementara itu menurut Yudhawati dan Haryanto ( 2011:88) Motivasi ekstrinsik bisa dilihat dari sisi :
1. Jenis sifat pekerjaan,
2. Kelompok kerja dimana seseorang bergabung, 3. Organisasi tempat bekerja,
4. Situasi lingkungan pada umumnya
5. Sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya 2.5.2. Tujuan Motivasi
Tujuan motivasi adalah memberikan kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan ketegangan (tension states) juga mekanisme- mekanisme lain guna memulai serta menjaga kegiatan-kegiatan yang diharapkan ke arah tercapainya tujuan personal yang bersangkutan dengan dua belah pihak. (Purwanto, 1992).
Sehingga tujuan daripada pengiriman pesan motivasi dari orang tua untuk memberikan perubahan pada diri anak dari yang awalnya kurang baik menjadi lebih baik serta menunjukan keperdulian orang tua kepada perkembangan studi anak.
2.5.3. Manfaat Motivasi
Motivasi merupakan sebuah penemuan daripada ilmu psikologis yang berada pada manusia, maka dari itu hal tersebut dibutuhkan berada disetiap manusia dalam berkehidupan, karena akan nampak sekali seseorang yang menjalani hidup dengan memiliki motivasi dan seseorang yang hidup tanpa memegang motivasi. Manusia yang mempunyai motivasi dapat merasakan manfaat daripada motivasi, Karena dalam bidang psikologi diketahui motivasi merupakan sebuah kebutuhan (need) seseorang agar dapat terlihat memiliki perubahan yang terjadi dalam hidup. Manfaat motivasi sendiri dapat membuat diri menjadi sumber semangat dalam kehidupan, dapat merubah pola hidup,
menjadi pengingat untuk mencapai tujuan hidup. Menurut Dr. Shurki Ahmad (2010:31) Hakikatnya manusia adalah mahluk yang berakal, ketika manusia menggunakan otaknya untuk merenung, berfikir kemudian mengkaji sesuatu hal, maka manusia tersebut dapat disebut menjadi manusia dengan mengerjakan tugas utamanya sebagai manusia kemudian penggerak untuk melakukan
Untuk melaksanakan setiap kegiatan tentunya perlu ada dorongan motivasi intrisik atau ekstirisk dalam manusia, seperti contohnya alasan pergantian status dari anak menjadi orang tua pun harus memiliki motivasi sendiri-sendiri, dikarenakan tujuan motivasi itu nantilah yang membangun tujuan dan arah kedepannya.
Sehingga dapat dipahami, dalam penelitian ini tujuan dan manfaat merupakan keinginan yang diharapkan orang tua terdapat pada anaknya setelah mendapati terpaan pesan persuasif. Manfaat itu sendiri dapat dilihat dari keberhasilan meningkatnya emosional pada anak untuk mempercepat pengerjaan studinya.
2.6 Teori Icing Device
Teori icing device ini berfokus pada cara mengadakan persuasi dengan jalan membangkitkan rasa emosional (Emotional appeal), icing awal mulanya merupakan ideologi dalam pembuatan kue tar. Penjual kue tar tidak mungkin akan menjajakan kuenya dalam keadaan langsung menjual kuenya setelah dari oven tanpa hiasan warna dan aroma yang membuat kue tersebut terlihat menarik dan menggiurkan untuk dibeli. Seperti itulah juga icing device, agar pesan persuasif terlihat menarik dan dapat dikerjakan dengan baik maka perlunya menaruh (emotional appeal) dalam pesan.
2.7 Fokus Penelitan
Adapun fokus dari penelitan ini adalah teknik komunikasi persuasif orang tua dalam memotivasi penyelesain studi pada mahasiswa asal Banjarbaru di Malang, yang peneliti maksudkan dengan teknik komunikasi persuasif orang tua dalam memotivasi penyelesain studi pada mahasiswa asal Banjarbaru di Malang merupakan cara orang tua didalam upaya melakukan perubahan dalam diri anak dengan memberi dorongan atau stimulasi sehingga anak dapat menyelesaikan studinya dengan cepat. Dengan demikian indikator yang menjadi pegangan peneliti untuk mengungkapkan hal tersebut diatas diantaranya adalah:
1. cara orang tua berkomunikasi dengan anak.
2. harapan orang tua agar terjadi perubahan pada diri anak.
3. pesan motivasi baik berupa kedisiplinan, ketekunan, dan semangat peneyelesaian studi pada anak.