• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENEMPATAN DAN PELINDUNGAN KAWASAN ASIA DAN AFRIKA (DEPUTI I) BADAN PELINDUNGAN PEKERJA MIGRAN INDONESIA TAHUN 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENEMPATAN DAN PELINDUNGAN KAWASAN ASIA DAN AFRIKA (DEPUTI I) BADAN PELINDUNGAN PEKERJA MIGRAN INDONESIA TAHUN 2020"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA STRATEGIS

DEPUTI BIDANG PENEMPATAN DAN PELINDUNGAN KAWASAN ASIA DAN AFRIKA (DEPUTI I)

BADAN PELINDUNGAN PEKERJA MIGRAN INDONESIA

TAHUN 2020 – 2024

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. KONDISI UMUM

Penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) untuk bekerja ke luar negeri sampai dengan saat ini masih berlangsung baik yang tercatat resmi oleh Pemerintah ataupun melalui jalur non procedural yang tidak tercatat/terdata oleh pemerintah. Berdasarkan data resmi dari Sistem Komputerisasi Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (SiskoP2MI) terdapat 3,7 (tiga koma tujuh) juta Pekerja Migran Indonesia yang bekerja di luar negeri sedangkan merujuk Data Bank Dunia pada Tahun 2016, Laporan Pekerja Global Indonesia: Antara Peluang dan Risiko, jumlah Pekerja Migran Indonesia yang bekerja di berbagai negara sebanyak 9 juta, dimana sekitar 32% (tiga puluh dua persen) bekerja sebagai pekerja rumah tangga atau pengasuh anak, pekerja pertanian 19% (sembilan belas persen), pekerja konstruksi 18% (delapan belas persen), pekerja pabrik 8% (delapan persen), perawat lansia 6% (enam persen), pekerja toko/restoran/hotel, supir 2% (dua persen), dan 0,5%

(nol koma lima persen) pekerja kapal pesiar.

Penempatan Pekerja Migran Indonesia tersebut memberikan dampak positif dan negative dalam kehidupan sosial, ekonomi dan hukum. Dampak positif adanya penempatan Pekerja Migran Indonesia ke luar negeri adalah: membuka lapangan pekerjaan sehingga Pekerja Migran Indonesia dapat memperoleh pekerjaan dan dapat menghidupi keluarganya, peningkatan devisa negara yang berasal dari nilai remitansi Pekerja Migran Indonesia, sebagai informasi remitansi di tahun 2019 saja mencapai Rp 159 Trilyun, dampak positif lainnya adalah menggerakkan roda perekonomian di negara penempatan, dan yang terakhir adalah dapat menjadikan sebagai alih teknologi. Namun disisi yang lain akibat penempatan dan penempatan Pekerja Migran Indonesia ke luar negeri memberikan dampak negative seperti dampak jaminan hukum karena

(3)

banyaknya kasus eksploitasi, penyelundupan perdagangan orang, penganiayaan dan kekerasan baik sebelum, selama dan sesudah bekerja, dampak sosial seperti tidak terurusnya pola asuh anak Pekerja Migran Indonesia, meningkatnya angka perceraian rumah tangga, kasus selama bekerja di negara penempatan seperti gaji tidak dibayar, hilang kontak, hingga sakit, meninggal, dan dipulangkan karena melanggar ketentuan hukum di negara penempatan.

Upaya Pemerintah dalam pembenahan tata kelola pelayanan bagi Pekerja Migran Indonesia Pekerja Migran Indonesia guna memberikan perlindungan dan kepastian hukum telah mengalami perubahan konsep dan strategi mendasar dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 yang memiliki sejumlah perubahan fundamental dalam tata kelola pelayanan penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia, seperti penanganan Pekerja Migran Indonesia mencakup Pekerja Migran Indonesia land based dan sea based, pelindungan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya sebelum, selama dan setelah bekerja, baik dari aspek sosial, hukum maupun ekonomi, adanya Jaminan Sosial bagi PMI, pembagian tugas yang jelas antara Pemerintah Pusat, Daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota), dan Desa, kejelasan terkait tugas dan fungsi antara pembuat kebijakan (Kementerian) dan pelaksana kebijakan/operator (Badan), serta penerapan sanksi yang berat bagi pihak yang melanggar ketentuan.

Tantangan pembenahan tata kelola bagi Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya saat ini tidaklah mudah, saat ini kondisi para Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya belum sepenuhnya ideal seperti tergambar dalam perumusan di Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017, beberapa ceruk permasalahan masih dijumpai dalam setiap pelayanan kepada Calon Pekerja Migran Indonesia seperti maraknya calo/sponsor yang memonopoli informasi kepada calon Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya, eksploitasi dari saat calon Pekerja Migran Indonesia keluar

(4)

rumah sampai dengan kembali ke rumah, kerentanan akan jerat Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), penganiayaan dan kekerasan baik sebelum berangkat dan selama bekerja di negara penempatan, serta buruknya koordinasi lintas lembaga pemangku kepentingan dalam mengelola pelindungan Pekerja Migran Indonesia.

Untuk mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 dimaksud, telah diterbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 90 Tahun 2019 tentang Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) sebagai pengganti Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Dengan terbitnya Perpres dimaksud maka keberadaan BP2MI telah resmi dan mengalami transformasi organisasi secara menyeluruh.

Perubahan fundamental dalam organisasi BP2MI pun tidak terhindarkan, dengan mengedepankan pendekatan pelindungan berbasis dari kawasan negara penempatan Pekerja Migran Indonesia sehingga harapannya pelindungan yang komprehensif dan terarah akan lebih dimunculkan. Organisasi dan Tata Kerja Unit Eselon I BP2MI saat ini meliputi Sekretariat Utama, Kedeputian Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika (Deputi I), Kedeputian Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Amerika dan Pasifik (Deputi II), dan Kedeputian Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Timur Tengah dan Eropa (Deputi III).

Penempatan Pekerja Migran Indonesia selama ini sebagian besar didominasi ke negara-negara tujuan di Kawasan Asia dan Afrika seperti di Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam, Korea Selatan, Hong Kong dan Taiwan. Berdasarkan dari data SiskoP2MI penempatan ke negara Kawasan Asia dan Afrika dalam 5 tahun terakhir sebanyak 1,2 Juta PMI, atau rata rata 95% dari jumlah penempatan Pekerja Migran Indonesia pertahunnya. Secara rinci penempatan Pekerja Migran Indonesia di Kawasan Asia Afrika adalah sebagai berikut: Tahun 2015 sebanyak 226.821 PMI, Tahun 2016 sebanyak 211.956 PMI, Tahun 2017 sebanyak 246.645 PMI, Tahun 2018 sebanyak 270.326, dan Tahun 2019 sebanyak

(5)

263.409 PMI.

Dominasi angka penempatan Pekerja Migran Indonesia di Kawasan Asia dan Afrika ini tentunya juga berbanding lurus dengan banyaknya angka pengaduan kasus yang terjadi selama Pekerja Migran Indonesia bekerja, berdasarkan data Crisis Center BP2MI dalam sebanyak 13.053 aduan dihimpun dalam kurun waktu tahun 2015-2019, angka ini secara persentase adalah 60% dari total angka pengaduan secara keseluruhan dari seluruh negara penempatan Pekerja Migran Indonesia. Sebagian besar aduan kasus berasal dari negara penempatan seperti Malaysia, Hong Kong, dan Taiwan yang memang diketahui sebagai negara tujuan penempatan Pekerja Migran Indonesia terbesar.

Dari jumlah data angka penempatan dan jumlah pengaduan kasus Pekerja Migran Indonesia tersebut tentunya menjadi perhatian bahwa Kawasan Asia dan Afrika meskipun digolongkan ke pasar tenaga kerja sektor tradisional yang diukur dari penempatan yang masih didominasi sektor informal (tidak berbadan hukum) serta jabatan pekerjaan yang masih berada di low level, namun menjadi titik tujuan penempatan Pekerja Migran Indonesia dan sumber pemasukan negara melalui penempatan remitansi terbesar.

Berdasarkan data periode tahun 2015-2019 tercatat 1,3 juta orang atau 97% penempatan Pekerja Migran Indonesia didominasi melalui skema penempatan non pemerintah (skema private to private atau P to P, perseorangan dan penempatan Untuk Kepentiangan Perusahaan Sendiri atau UKPS) dengan persentase sejumlah 83% melalui skema penempatan P to P. Berdasarkan hal tersebut tentunya tata kelola penempatan (khususnya) pada penempatan non pemerintah menjadi hal yang utama dikarenakan persentasi Pekerja Migran Indonesia yang mendominasi pun berada pada sektor informal (tidak berbadan hukum) serta jabatan pekerjaan yang masih berada di low level serta keterlibatan multi stakeholder dalam pelaksanaan penempatan non pemerintah ini.

Dalam rangka pembenahan tata kelola penempatan berdasarkan

(6)

Undang-Undang Nomor 18 tahun 2017, telah diterbitkan kebijakan- kebijakan yang implementatif untuk meningkatkan pelindungan Pekerja Migran Indonesia dan mendukung terciptanya clean government dan good governance pada pelayanan penempatan non pemerintah di internal Kedeputian maupun stakeholder terkait, diantaranya peningkatan tata kelola rekrutmen dan verifikasi dokumen calon Pekerja Migran Indonesia berbasis online sistem di dalam negeri dan luar negeri melalui integrasi sistem pelayanan Job Order (JO) dengan 10 perwakilan Republik Indonesia di wilayah Asia dan Afrika yaitu Kantor Dagang Ekonomi Indonesia (KDEI) Taiwan, KJRI Hong Kong, KBRI Singapura, KBRI Kuala Lumpur, KBRI Bandar Seri Begawan, KJRI Johor Baru, KJRI Kuching, KJRI Kota Kinabalu, dan KRI Tawau. Penyediaan pelayanan yang menyangkut pra keberangkatan secara online (penerbitan dan atau pencabutan SIP2MI Nasional, pendaftaran, seleksi, pemenuhan dokumen persyaratan sampai dengan keberangkatan Pekerja Migran Indonesia), serta reformasi pada pembiayaan Pekerja Migran Indonesia melalui pembebasan pembiayaan penempatan Pekerja Migran Indonesia.

Selain tata kelola penempatan Pekerja Migran Indonesia land based, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia bahwa Pekerja Migran Indonesia salah satunya meliputi Awak Kapal dan Pelaut Perikanan sehingga pelindungan awak kapal dan pelaut perikanan pun mencakup pelindungan pada masa sebelum, selama dan setelah bekerja. Adanya kekhususan kondisi awak kapal dan pelaut perikanan menyebabkan perlu diatur secara terpisah dari peraturan mengenai penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia secara umum tentunya dengan bisnis proses yang berbeda.

Skema penempatan Pekerja Migran Indonesia profesional berdasarkan pola kerja sama antar dua negara yaitu program Goverment to Goverment (G to G) masih berlangsung setiap tahunnya dengan negara Jepang dan Korea Selatan sebagai negara tujuan penempatan.

Penempatan Program G to G ke Jepang selama periode 2008 s.d 2019

(7)

telah menempatkan 2.783 orang Pekerja Migran Indonesia, dan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir telah menempatkan sebanyak 1.548 orang PMI yang bekerja sebagai Nurse dan Careworker dengan gaji 100 s.d 200 yen per bulan, sedangkan program G to G ke negara penempatan Korea Selatan selama periode 2004 s.d 2019 telah menempatkan Pekerja Migran Indonesia Sebanyak 79.919 orang dan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir telah menempatkan Pekerja Migran Indonesia sebanyak 28.007 orang yang bekerja di sektor manufacture dan perikanan dengan gaji sampai dengan 1.795.310 Won per bulan. Pada tahun 2019, Program G to G pemerintah Indonesia mendapatkan penghargaan peringkat ke tiga dari 16 negara penempatan lain sebagai penyelenggara dan pelaksana proses penempatan program Government to Government (G to G) dari Pemerintah Korea Selatan dalam konferensi Employment Permit System (EPS). Penghargaan tersebut merupakan wujud usaha BP2MI dalam memberikan pelayanan terbaik kepada Pekerja Migran Indonesia dan calon Pekerja Migran Indonesia, khususnya dalam proses penempatan program G to G ke Korea Selatan. BP2MI mengedepankan prinsip-prinsip pelayanan publik yang mudah, murah dan akuntabel.

Dalam rangka mendukung program BP2MI selama periode 2020 - 2024, maka Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika mempunyai tugas dan fungsi salah satunya untuk membuat peraturan pelaksanaan, norma, standar, pedoman dan kriteria bidang Penempatan dan Pelindungan land based dan sea based di Kawasan Asia dan Afrika. Sehingga dalam pelaksaaan pelayanan Penempatan dan Pelindungan sesuai dengan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria yang telah di tetapkan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria Penempatan dan Pelindungan yang akan disusun sejalan dengan arah kebijakan dan strategi BP2MI yaitu: Pemberantasan Sindikasi Pekerja Migran Indonesia Non Prosedural, Peningkatan Penempatan Pekerja Migran Indonesia terampil dan professional, penurunan jumlah Pekerja Migran Indonesia low skilled beresiko tinggi, tata kelola Pekerja Migran Indonesia sea based (Awak

(8)

Kapal Perikanan Migran dan Awak Kapal Niaga Migran), Pembebasan Biaya Penempatan, Peningkatan purna Pekerja Migran Indonesia produktif dan re-integrasi sosial Pekerja Migran Indonesia dan Keluarganya, Peningkatan Sinergi dan Koordinasi multi stakeholders.

Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika bertugas melakukan fasilitasi penguatan peran pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota/desa) untuk mengoptimalkan pelayanan penempatan dan pelindungan PMI sesuai dengan amanat dari Undang- Undang Nomor 18 tahun 2017, Pasal 40 tentang tugas dan tanggung jawab Pemerintah Daerah Provinsi, Pasal 41 tentang tugas dan tanggung jawab Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Pasal 42 tentang tugas dan tanggung jawab Pemerintah Desa.

Upaya fasilitasi penguatan peran pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota/desa) sejalan dengan program arah kebijakan dan strategi BP2MI dalam pemberantasan sindikasi Pekerja Migran Indonesia non prosedural, menjadikan Pekerja Migran Indonesia sebagai Very Very Important Person (VVIP), Peningkatan Pekerja Migran Indonesia terampil dan professional, penurunan jumlah Pekerja Migran Indonesia low skilled beresiko tinggi, tata kelola sea based (Awak Kapal Perikanan Migran dan Awak Kapal Niaga Migran), Peningkatan purna Pekerja Migran Indonesia produktif dan reintegrasi sosial Pekerja Migran Indonesia dan Keluarganya, Peningkatan Sinergi dan Koordinasi multi stakeholders.

Lembaga penempatan dan lembaga pendukung penempatan sebagai mitra strategis pemerintah dalam mendukung program penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia wajib memenuhi Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria pelayanan yang telah di tetapkan oleh peraturan perundang-undangan pemerintah Indonesia. Sesuai data BP2MI sampai dengan semester I tahun 2020; jumlah perusahaan penempatan Pekerja Migran Indonesia yang memiliki Surat Izin Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (SIP3MI) sebanyak 318, Jumlah Balai Latihan

(9)

Kerja Luar Negeri sebanyak 375, Lembaga Sertifikasi Profesi sebanyak 19 lembaga dan Sarana Kesehatan sebanyak 118 lembaga. Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika memiliki tugas untuk melaksakan pembinaan dan pengawasan Lembaga Penempatan dan Lembaga Pendukung penempatan untuk kawasan Asia dan Afrika sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2017, Pasal 44 tentang pelaksanaan tugas pemerintah di bidang pelindungan Pekerja Migran Indonesia diselenggarakan oleh Kementerian dan Badan.

Untuk memenuhi standar pelayanan Lembaga Penempatan dan Lembaga Pendukung Penempatan, maka Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Lembaga Penempatan dan Lembaga Pendukung Penempatan kawasan Asia dan Afrika sesuai dengan arah kebijakan dan strategi BP2MI yaitu; pemberantasan sindikasi Pekerja Migran Indonesia non prosedural, menjadikan Pekerja Migran Indonesia sebagai VVIP, Peningkatan Penempatan Pekerja Migran Indonesia terampil dan Profesional, Penurunan jumlah Pekerja Migran Indonesia low skilled, beresiko tinggi, tata kelola Pekerja Migran Indonesia sea based (Awak Kapal Perikanan Migran dan Awak Kapal Niaga Migran), pembebasan biaya penempatan, Peningkatan Sinergi dan Koordinasi multi stakeholders.

Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di bidang Penempatan dan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia kawasan Asia dan Afrika.

Dalam melaksanakan tugas Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan kebijakan di bidang layanan pelindungan, penempatan, pemenuhan hak, dan verifikasi dokumen Pekerja Migran Indonesia kawasan Asia dan Afrika;

b. penyusunan penerbitan dan pencabutan surat izin perekrutan Pekerja Migran Indonesia kawasan Asia dan Afrika;

(10)

c. pengawasan pelaksanaan pelayanan jaminan sosial Pekerja Migran Indonesia kawasan Asia dan Afrika;

d. pelaksanaan penempatan Pekerja Migran Indonesia atas dasar perjanjian secara tertulis antara pemerintah pusat dengan pemerintah negara pemberi kerja Pekerja Migran Indonesia dan/atau pemberi kerja berbadan hukum di negara tujuan penempatan kawasan Asia dan Afrika;

e. penyusunan usulan pencabutan dan perpanjangan surat izin perusahaan penempatan Pekerja Migran Indonesia kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan terhadap perusahaan penempatan Pekerja Migran Indonesia kawasan Asia dan Afrika;

f. pelaksanaan pelindungan selama bekerja dengan berkoordinasi dengan Perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan penempatan kawasan Asia dan Afrika;

g. pelaksanaan fasilitasi, rehabilitasi, dan reintegrasi purna Pekerja Migran Indonesia kawasan Asia dan Afrika;

h. pelaksanaan pemberdayaan sosial dan ekonomi purna Pekerja Migran Indonesia kawasan Asia dan Afrika; dan

i. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala

Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika terdiri atas 4 (empat) Direktorat, yaitu:

1. Direktorat Sistem dan Strategi Penempatan dan Pelindungan;

2. Direktorat Penempatan Pemerintah;

3. Direktorat Penempatan Non Pemerintah;

4. Direktorat Pelindungan dan Pemberdayaan.

Rencana Strategi Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika diharapkan menjadi pedoman bagi unit kerja yang berada di kedeputian dalam melaksanakan kebijakan yang selaras dengan Renstra BP2MI 2020 – 2024 untuk melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017, bahwa negara wajib membenahi

(11)

keseluruhan sistem pelindungan bagi Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya khususnya wilayah Kawasan Asia dan Afrika baik dalam tahapan sebelum bekerja, selama bekerja, dan setelah bekerja disemua aspek bidang hukum, ekonomi dan sosial.

B. POTENSI DAN PERMASALAHAN

Sejalan dengan dinamika lingkungan strategis, baik nasional maupun di Kawasan Asia dan Afrika, potensi dan permasalahan yang dihadapi akan semakin kompleks ke depannya. Berbagai tantangan yang harus dihadapi tersebut menuntut adanya keberpihakan melalui penguatan peran dan kapasitas Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika dalam menciptakan berbagai kebijakan teknis dan pelayanan pelindungan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya sehingga mampu mewujudkan terjaminnya pemenuhan hak Pekerja Migran Indonesia, baik sebelum bekerja, selama bekerja, dan setelah bekerja dalam aspek hukum, ekonomi, dan sosial.

Beberapa hal yang menjadi potensi dan permasalahan bagi BP2MI umumnya dan Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika dalam melaksanakan pelayanan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya sebagai berikut:

1. Potensi

a. Peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaannya yang mendukung peran BP2MI

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 memandatkan beberapa peraturan pelaksanaan, baik dalam bentuk Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri dan Peraturan Badan. Dari 3 mandat Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP), yang sudah diselesaikan pemerintah yaitu satu Peraturan Pemerintah yakni Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2020 tentang Tata Cara Penempatan Pekerja Migran Indonesia oleh BP2MI, dan yang belum diselesaikan adalah dua RPP, yaitu RPP tentang Pelaksanaan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia dan RPP tentang Penempatan

(12)

dan Pelindungan Awak Kapal Niaga Migran dan Awak Kapal Perikanan Migran.

Untuk Rancangan Peraturan Presiden, dari dua Peraturan Presiden (Perpres) yang dimandatkan, satu Perpres sudah selesai, yakni Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2019 tentang Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia dan yang belum selesai Rancangan Perpres tentang Tugas dan Wewenang Atase Ketenagakerjaan.

Demikian juga dengan Peraturan Menteri, dalam hal ini Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI (Permenaker). Terdapat 12 pokok substansi yang dimandatkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017, namun setelah ditelaah Kementerian Ketenagakerjaan RI, cukup disusun 5 (lima) Permenaker dan semua sudah terbit, yaitu: Permenaker Nomor 18 Tahun 2018 tentang Jaminan Sosial Pekerja Migran Indonesia; Permenaker Nomor 9 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penempatan Pekerja Migran Indonesia; Permenaker Nomor 10 Tahun 2019 tentang Tata Cara Pemberian Izin Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia; Permenaker Nomor 17 Tahun 2019 tentang Penghentian dan Pelarangan Penempatan Pekerja Migran Indonesia; Permenaker Nomor 7 Tahun 2020 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif dalam Pelaksanaan Penempatan dan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia.

Selain itu, untuk 3 (tiga) Peraturan Badan (Perban) yang dimandatkan, satu Perban telah terbit yakni Perban Nomor 01 Tahun 2020 tentang Standar Penandatanganan dan Verifikasi Perjanjian Kerja Pekerja Migran Indonesia, sedangkan satu Rancangan Perban tentang Proses yang Dipersyaratkan Bagi Calon Pekerja Migran Indonesia masih dalam pembahasan dan satu Rancangan Perban lainnya yaitu tentang Pembebasan Biaya Penempatan sedang dalam proses pengundangan.

(13)

b. Transformasi Organisasi

Dengan telah diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2019 tentang Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia dan Peraturan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia Nomor 04 Tahun 2020 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, maka secara otomatis akan ada perubahan cara pandang yang adaptif dari transformasi BNP2TKI menjadi Lembaga baru yaitu BP2MI. Perubahan cara pandang yang adaptif tersebut diantaranya:

• Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) baru merubah pola kerja dan membutuhkan kekuatan kerjasama di unit kerja di tingkat kedeputian bahkan lintas kedeputian, karena berdasarkan Kawasan, dengan mengurusi a to z bidang layanan untuk calon Pekerja Migran Indonesia/Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya di tiap kedeputian.

• Dengan momentum transformasi organisasi baru dan dukungan Kepala BP2MI yang baru maka unit kerja akan berusaha keras menerjemahkan dalam program kegiatan sesuai Renstra baru dan visi besar Kepala BP2MI yang baru.

Hal tersebut memaksa BP2MI akan berupaya dalam branding image kepada masyarakat dan stakeholder secara masif.

• BP2MI tidak dapat melaksanakan tata kelola pelayanan Pekerja Migran Indonesia secara sendiri, maka sinergi dengan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah hingga Pemerintah Desa mutlak dilakukan.

• Momentum perubahan transformasi organisasi dari BNP2TKI ke BP2MI ini seharusnya menjadi pemantik semangat untuk menerapkan budaya kerja baru yang lebih sinergi, siap, sigap dalam membawa perubahan kinerja organisasi yang lebih maju dan profesional.

(14)

c. Dukungan Sistem Informasi Terintegrasi

BP2MI mempunyai sistem informasi terpadu bernama SiskoP2MI yang telah terintegrasi dan terinterkoneksi dengan K/L seperti Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil), Direktorat Jenderal Imigrasi, Kementerian Luar Negeri RI, Kementerian Kesehatan RI, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, Kementerian Ketenagakerjaan RI, Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), dan stakeholder industri seperti Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI), Sarana Kesehatan (Sarkes), Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLK-LN), Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dan Lembaga keuangan.

Di masa mendatang diperlukan penguatan atas sistem informasi yang telah dibangun, dan pengembangan inovasi yang berkelanjutan sehingga menunjang pelayanan dan analisa kajian di kedeputian Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika.

d. Infrastruktur Layanan Terpadu yang terjangkau

Dalam pengelolaan penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia, BP2MI telah didukung sistem layanan terpadu yang terintegrasi dengan instansi terkait, yaitu sistem kependudukan dan catatan sipil Kementerian Dalam Negeri, sistem imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian Luar Negeri, Kepolisian Republik Indonesia, Dinas Ketenagakerjaan Provinsi/Kabupaten/Kota, Sarana Kesehatan/ Rumah Sakit, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), lembaga keuangan, dan lain- lain.

Sampai dengan Juli 2020 sebanyak 38 Layanan Terpadu Satu Aatap (LTSA) telah diresmikan dan beroperasional di 12 Provinsi di Indonesia, selain itu dengan dukungan 23 Unit Pelayanan Teknis (UPT) BP2MI di tingkat provinsi dan 23 UPT di tingkat Kab/Kota.

(15)

e. Peluang kerja terampil profesional bagi Pekerja Migran Indonesia dan program penempatan baru

Saat ini banyak negara di dunia yang memerlukan tenaga kerja asing dalam berbagai sektor, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Hal ini dapat dijadikan momentum dalam rangka mengelola bonus demografi Indonesia. BP2MI telah melakukan penempatan G to G ke Negara Jepang dan Korea Selatan; Program Special Placement Program to Taiwan (SP2T) ke negara Taiwan dan Program Specified Skilled Worker (SSW) ke Negara Jepang. BP2MI akan melakukan perluasan negara tujuan penempatan tenaga kerja terampil dan profesional ke sejumlah negara penempatan baru di kawasan Asia dan Afrika.

2. Permasalahan

Beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian dan penanganan serius antara dalam penempatan pelindungan Pekerja Migran Indonesia, yaitu:

a. masih banyaknya Pekerja Migran Indonesia nonprosedural

Masih banyak Pekerja Migran Indonesia nonprosedural akan menjadi permasalahan jika tidak diantisipasi dan ditangani secara benar karena meningkatkan resiko permasalahan Pekerja Migran Indonesia seperti gaji tidak sesuai dengan standar, kekerasan di tempat kerja, terlibat kasus kriminal, dan deportasi dari negara setempat. BP2MI harus terus membenahi peran serta meningkatkan sinergitas antar stakeholders untuk menekan pemberangkatan Pekerja Migran Indonesia nonprosedural serta dapat memberikan pelayanan yang lebih cepat, murah, dan aman agar Pekerja Migran Indonesia lebih memilih bekerja ke luar negeri secara prosedural.

b. permasalahan pembebanan biaya melebihi ketentuan (overcharging) biaya penempatan Pekerja Migran Indonesia

(16)

Isu overcharging terhadap Pekerja Migran Indonesia masih menjadi isu yang belum tuntas di beberapa negara penempatan, seperti Hongkong, Taiwan, dan Singapura, dimana masih terdapat pembebanan biaya di luar struktur biaya yang telah ditentukan (cost structure), seperti transportasi dari daerah asal ke Jakarta, biaya pemeriksaan kesehatan (medical check up), uang saku, isu jual beli pekerjaan (job), pungutan jasa perusahaan (service fee agency), dan pungutan biaya perpanjangan perjanjian kerja.

Untuk itu, diperlukan pola penanganan permasalahan overcharging yang terukur dan tuntas yang dapat diterapkan ke seluruh negara penempatan dan diperlukan dukungan serta concern seluruh stakeholders dalam menangani isu overcharging agar dapat mengambil tindakan yang tepat secara bersama-sama.

Selain itu, perlu dilakukan penyebarluasan informasi berupa peringatan terhadap pelaku penempatan agar mematuhi aturan biaya penempatan sesuai dengan cost structure yang telah ditentukan, serta perlunya dukungan terkait peluang skema penempatan yang bersifat tidak dipungut biaya penempatan (zero cost), seperti re-entry hiring dan SP2T ke Taiwan.

c. pelindungan Pekerja Migran Indonesia di luar negeri

BP2MI tidak dapat melakukan pelindungan Pekerja Migran Indonesia di negara tujuan penempatan secara langsung, melainkan melalui koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. Saat ini BP2MI hanya memiliki 1 (satu) perwakilan petugas BP2MI di luar negeri yaitu di KDEI Taipei.

d. Ketidaksiapan kompetensi Pekerja Migran Indonesia

Tingkat pendidikan dan keterampilan calon Pekerja Migran Indonesia masih banyak di bawah standar, sehingga tidak dapat memenuhi standar persyaratan peluang kerja dari negara tujuan penempatan. Oleh karena itu pemerintah wajib mengupayakan peningkatan fasilitasi pendidikan dan keterampilan melalui

(17)

pelatihan dan vokasi bagi calon Pekerja Migran Indonesia sesuai dengan peluang kerja di negara tujuan penempatan demi mendukung program BP2MI untuk Meningkatkan Penempatan Pekerja Migran Indonesia terampil dan Profesional.

Adapun tantangan penempatan dan pelindungan di Kawasan Asia dan Afrika diantaranya adalah:

1) Profil Pekerja Migran Indonesia yang masih didominasi oleh Tenaga Kerja Sektor Informal

57% Pekerja Migran Indonesia masih bekerja di sektor informal, sehingga diperlukan upaya pemerintah untuk meningkatkan minat sebagai tenaga kerja di sektor formal melalui inovasi- inovasi di bidang pelayanan diantaranya diseminasi informasi pasar kerja, pelayanan yang mudah, murah dan cepat serta dukungan infrastruktur di daerah asal Pekerja Migran Indonesia dalam hal peningkatan kompetensi.

2) Potensi demand di negara tujuan penempatan dan peta supply Potensi demand di negara penempatan wilayah Asia dan Afrika belum sepenuhnya terpetakan oleh Pemerintah Indonesia.

Sehingga perlu dipetakan potensi demand agar calon Pekerja Migran Indonesia dapat mempunyai banyak pilihan peluang kerja yang sesuai dengan kompetensinya dan menghilangkan mindset peluang kerja Pekerja Migran Indonesia hanya ada di sektor low skill. Berbanding lurus dengan demand, supply menjadi tantangan sendiri yang harus dipetakan dan ditingkatkan kompetensinya. Sehingga potensi demand yang telah dipetakan dapat dipenuhi oleh supply.

3) Kebijakan negara penempatan yang memberikan peluang Pekerja Migran Indonesia nonprosedural menjadi “prosedural”

Di kawasan Asia dan Afrika terdapat negara penempatan tradisional dan non tradisional yang memberikan peluang Pekerja

(18)

Migran Indonesia yang nonprosedural menjadi prosedural dengan menyampaikan dokumen tertentu sesuai dengan kebijakan penempatan diantaranya negara Singapura, dan Nigeria. Untuk mengatasi hal ini tentunya inovasi pelayanan penempatan yang mudah, murah dan cepat perlu dilakukan sehingga Pekerja Migran Indonesia dapat dengan mudah mengakses pelayanan penempatan dan menjadi terlindungi di setiap tahapan penempatan.

4) Belum adanya atau belum diperpanjangnya MoU sebagai dasar pelindungan PMI di negara penempatan

Memorandum of understanding (MoU) menjadi salah satu dokumen bilateral antar negara yang menjad acuan pelindungan PMI di negara tujuan penempatan. Saat ini ada beberapa negara penempatan yang tidak mempunyai MoU ketenagakerjaan dengan Pemerintah Indonesia sehingga hak-hak Pekerja Migran Indonesia belum optimal di negara penempatan tersebut. Tidak hanya belum adanya MoU ketenagakerjaan dengan dengan negara penempatan tetapi juga belum diperpanjangnya MoU kedua belah pihak menjadi tantangan tersendiri. Belum sepakatnya pemenuhan hak-hak Pekerja Migran Indonesia menjadi salah satu dasar belum terupdatenya MoU kedua negara.

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENEMPATAN DAN PELINDUNGAN

KAWASAN ASIA DAN AFRIKA

Visi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 yaitu:

“Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong”.

(19)

A. VISI

Selaras dengan Visi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia tersebut, sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya, BP2MI mengusung visi: “BP2MI yang andal, profesional, inovatif, dan berintegritas dalam pelayanan kepada Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia untuk mewujudkan pelindungan Pekerja Migran Indonesia guna meningkatkan kesejahteraan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya, dalam mendukung Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong”.

Implementasi dari visi BP2MI tersebut menjadi panduan agenda prioritas untuk Kedeputian Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika dalam mewujudkan pelindungan Pekerja Migran Indonesia di Kawasan Asia dan Afrika guna meningkatkan kesejahteraan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya.

B. MISI

Untuk mewujudkan dan mendukung Visi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, misi yang akan dilaksanakan yaitu mendukung 4 (empat) misi dari sembilan Misi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang sudah ditetapkan dalam RPJMN 2020-2024 sebagai berikut:

1. peningkatan kualitas manusia Indonesia;

2. struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing;

3. pembangunan yang merata dan berkeadilan;

4. mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan;

5. kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;

6. penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;

7. perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga;

8. pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya; dan 9. sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.

(20)

BP2MI melaksanakan Misi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Nomor 1, 2, 7 dan 8, dengan uraian sebagai berikut:

1. memberikan dukungan teknis dan administrasi serta analisis yang cepat, akurat dan responsif, kepada Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dalam pengambilan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan negara;

2. memberikan dukungan teknis dan administrasi kepada Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dalam penyelenggaraan penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia;

3. menyelenggarakan pelayanan yang efektif dan efisien di bidang pengawasan, administrasi umum, informasi, dan hubungan kelembagaan; dan

4. meningkatkan kualitas SDM dan prasarana BP2MI.

sejalan dengan misi yang diemban oleh BP2MI, Kedeputian Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika membuat indikator misi yaitu: “memberikan dukungan teknis dan administrasi serta analisis yang cepat, akurat dan responsif dalam penyelenggaraan penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia di Kawasan Asia Afrika”.

C. TUJUAN

Untuk mewujudkan visi dan melaksanakan misi sebagaimana dimaksud pada huruf A dan B diatas, Kedeputian Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam 5 (lima) tahun ke depan yaitu ”terwujudnya pelindungan Pekerja Migran Indonesia melalui penempatan Pekerja Migran Indonesia terampil dan professional di Kawasan Asia Afrika guna meningkatkan kesejahteraan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya sebagai aset bangsa”.

(21)

Tujuan tersebut ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu strategis, serta mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program, dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi. Tujuan yang dirumuskan berfungsi juga untuk mengukur sejauh mana Kinerja telah dicapai mengingat tujuan dirumuskan berdasarkan Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Tahun 2020 – 2024.

D. SASARAN STRATEGIS

Untuk mewujudkan visi dan melaksanakan misi sebagaimana dimaksud pada huruf A dan B, Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika menetapkan sasaran strategis sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan yang akan dicapai dalam 5 (lima) tahun kedepan.

Sasaran strategis dari tujuan ”terwujudnya pelindungan Pekerja Migran Indonesia melalui penempatan Pekerja Migran Indonesia terampil dan professional di Kawasan Asia Afrika guna meningkatkan kesejahteraan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya sebagai aset bangsa” yaitu meningkatnya pelindungan dan kesejahteraan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya, dengan indikator kinerja sasaran strategis:

a. produktivitas tingkat upah Pekerja Migran Indonesia terhadap pendapatan per kapita; dan

b. penurunan Kasus Pekerja Migran Indonesia di Kawasan Asia dan Afrika.

(22)

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,

KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL

Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia menjadi salah satu landasan utama penyusunan RPJMN 2020 – 2024, yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam 7 (tujuh) agenda pembangunan. Salah satu agenda pembangunan yang terkait langsung dengan pelindungan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya yaitu

(23)

memperkuat stabilitas politik hukum pertahanan keamanan (polhukhankam) dan transformasi pelayanan publik. Dalam agenda ini terkandung pesan bahwa negara wajib hadir dalam melayani dan melindungi segenap bangsa, serta menegakkan kedaulatan negara.

Agenda dimaksud dapat diwujudkan melalui reformasi birokrasi kelembagaan untuk pelayanan publik yang berkualitas dan peningkatan pelayanan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia di luar negeri.

Gambar 1. Visi, Misi, Arahan Presiden dan 7 (tujuh) Agenda Pembangunan

(24)

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BP2MI

Untuk mencapai Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis BP2MI selama 5 (lima) tahun (2020-2024), dengan menjunjung nilai pelayanan pelindungan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya dengan motto

“Melayani dan Melindungi dengan Nurani”, dengan tema besar selama 5 (lima) tahun ke depan yaitu memerangi sindikasi penempatan Pekerja Migran Indonesia nonprosedural, arah kebijakan dan strategi yang akan dilakukan yaitu:

1. arah kebijakan dan strategi yang perlu dilakukan dalam pemberantasan sindikasi Pekerja Migran Indonesia nonprosedural, sebagai berikut:

a. melakukan edukasi, propaganda, dan sosialisasi secara masif untuk memerangi human trafficking;

b. membentuk satuan tugas pemberantasan sindikasi Pekerja Migran Indonesia nonprosedural;

c. meningkatkan koordinasi dalam rangka pemberantasan sindikasi PMI nonprosedural;

d. pengawasan dan sweeping di penampungan P3MI dan Lembaga Pendukung Penempatan serta di debarkasi dan embarkasi;

e. penguatan pengawasan P3MI, dengan cara memberikan peringatan serta rekomendasi skorsing dan pencabutan Surat Izin Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (SIP3MI);

f. penguatan pos lintas batas melalui kerja sama dengan Kementerian/Lembaga terkait;

g. simplifikasi proses pelayanan penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia yang mudah, cepat dan transparan;

h. meminimalisir kasus Pekerja Migran Indonesia tidak berdokumen; dan

(25)

i. membentuk pendamping Pekerja Migran Indonesia hingga tingkat desa.

2. arah kebijakan dan strategi yang perlu dilakukan untuk menjadikan Pekerja Migran Indonesia sebagai Very Very Important Person (VVIP), sebagai berikut:

a. memaksimalkan pelayanan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya;

b. pelindungan aspek hukum, sosial dan ekonomi;

c. penyediaan help desk dan lounge di bandara dan pelabuhan laut melalui kerja sama dengan Kementerian/Lembaga terkait;

d. pengawasan jaminan sosial; dan

e. melakukan langkah strategis pelindungan, mulai dari pencegahan (preventive), deteksi dini (early detection), sampai kepada immediate response.

3. arah kebijakan dan strategi yang perlu dilakukan dalam peningkatan penempatan Pekerja Migran Indonesia terampil dan profesional, sebagai berikut:

a. meningkatkan kompetensi/kapasitas Pekerja Migran Indonesia;

b. pemetaan demand pasar kerja dan supply yang ditindaklanjuti dengan harmonisasi;

c. meningkatkan kerja sama bilateral dan multilateral di bidang penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia dengan negara tujuan penempatan dan lembaga internasional;

d. sosialisasi dan diseminasi informasi peluang kerja terampil dan profesional di luar negeri; dan

e. penguatan skema penempatan Pekerja Migran Indonesia (G to G, G to P, P to P, UKPS, dan Mandiri termasuk SP2T, SSW dan SPSK).

(26)

4. arah kebijakan dan strategi yang perlu dilakukan dalam penurunan jumlah Pekerja Migran Indonesia low skilled beresiko tinggi, sebagai berikut:

a. mengarahkan penempatan Pekerja Migran Indonesia low skilled ke negara tujuan penempatan yang memiliki hukum ketenagakerjaan;

b. mengajukan usulan moratorium penempatan Pekerja Migran Indonesia low skilled ke negara yang tidak memiliki hukum ketenagakerjaan;

c. meningkatkan kampanye penyadaran publik untuk pilihan bekerja di luar negeri;

d. mengusulkan penetapan standar minimum yang layak, upah dan kondisi kerja Pekerja Migran Indonesia di luar negeri; dan e. menyederhanakan alur proses penempatan Pekerja Migran

Indonesia ke luar negeri.

5. arah kebijakan dan strategi yang perlu dilakukan dalam tata kelola Pekerja Migran Indonesia sea based (awak kapal niaga migran dan awak kapal perikanan migran), sebagai berikut:

a. meningkatkan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait;

b. menyusun pedoman pelaksanaan teknis tata kelola penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia sea- based; dan

c. membentuk satuan tugas penanganan Pekerja Migran Indonesia sea based.

6. arah kebijakan dan strategi yang perlu dilakukan dalam pembebasan biaya penempatan, sebagai berikut:

a. penyebarluasan peraturan BP2MI mengenai pembebasan biaya penempatan;

(27)

b. mendorong revitalisasi Balai Latihan Kerja (BLK) pusat dan daerah;

c. memperkuat negosiasi bilateral dengan negara tujuan penempatan;

d. memperluas sarana kesehatan di kantong Pekerja Migran Indonesia; dan

e. meningkatkan koordinasi dengan Negara penempatan, Kementerian/Lembaga terkait, perwakilan Republik Indonesia dan stakeholders terkait.

7. arah kebijakan dan strategi yang perlu dilakukan dalam peningkatan Purna Pekerja Migran Indonesia produktif dan reintegrasi sosial Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya, sebagai berikut:

a. memperkuat fasilitasi rehabilitasi Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya;

b. meningkatkan pemberdayaan sosial Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya melalui program stunting dan parenting;

c. meningkatkan pemberdayaan ekonomi Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya melalui edukasi keuangan, kewirausahaan, dan kegiatan produktif; dan

d. memperkuat dan memperluas program komunitas keluarga buruh migran.

8. Arah kebijakan dan strategi yang perlu dilakukan dalam peningkatan sinergi dan koordinasi multi-stakeholder, sebagai berikut:

a. integrasi sistem pendataan Pekerja Migran Indonesia, data tunggal terpadu-terintegrasi (SIDABIT-Sistem Data Tunggal Terpadu Terintegrasi);

b. penguatan peran Pemerintah Daerah dalam tata kelola penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia.

(28)

B. KERANGKA REGULASI

Untuk mendukung tata kelola penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, diperlukan peraturan pelaksana baik dalam bentuk Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan maupun Peraturan BP2MI.

1. Peraturan Pemerintah

Peraturan Pemerintah yang menjadi amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia terdiri atas:

a. Peraturan Pemerintah tentang Penempatan Pekerja Migran Indonesia oleh BP2MI sudah diterbitkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2020 tentang Tata Cara Penempatan Pekerja Migran oleh BP2MI;

b. Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia; dan

c. Peraturan Pemerintah tentang Penempatan dan Pelindungan Awak Kapal Niaga Migran dan Awak Kapal Perikanan Migran.

2. Peraturan Presiden

Peraturan Presiden yang menjadi amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia terdiri atas:

a. Peraturan Presiden tentang Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia sudah diterbitkan dengan Peraturan

(29)

Presiden Nomor 90 Tahun 2019 tentang Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia; dan

b. Peraturan Presiden tentang tentang Tugas dan Wewenang Atase Ketenagakerjaan.

3. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan yang menjadi amanat Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia terdiri atas:

a. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Jaminan Sosial Pekerja Migran Indonesia sudah diterbitkan dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 18 Tahun 2018 tentang Jaminan Sosial Pekerja Migran Indonesia;

b. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Penghentian dan Pelarangan Penempatan Pekerja Migran Indonesia sudah diterbitkan dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 17 Tahun 2019 tentang Penghentian dan Pelarangan Penempatan Pekerja Migran Indonesia;

c. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Tata Cara Pemberian Izin Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia sudah diterbitkan dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 10 Tahun 2019 tentang Tata Cara Pemberian Izin Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia;

d. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Tata Cara Penempatan Pekerja Migran Indonesia sudah diterbitkan dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 9 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penempatan Pekerja Migran Indonesia; dan

e. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Sanksi Administratif.

(30)

4. Peraturan BP2MI

Peraturan BP2MI yang menjadi amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia terdiri atas:

a. Peraturan BP2MI tentang Standar, Penandatanganan, dan Verifikasi Perjanjian Kerja Pekerja Migran Indonesia sudah diterbitkan dengan Peraturan BP2MI Nomor 01 Tahun 2020 tentang Standar, Penandatanganan, dan Verifikasi Perjanjian Kerja Pekerja Migran Indonesia;

b. Peraturan BP2MI tentang Biaya Penempatan Pekerja Migran Indonesia sudah diterbitkan dengan Peraturan BP2MI Nomor 02 Tahun 2020 tentang Biaya Penempatan Pekerja Migran Indonesia, dicabut digantikan dengan Peraturan BP2MI tentang Pembebasan Biaya Penempatan Pekerja Migran Indonesia;dan

c. Peraturan BP2MI tentang Proses yang Dipersyaratkan bagi Calon Pekerja Migran Indonesia Sebelum Bekerja.

Mengingat penggantian Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri menjadi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia kemudian diturunkan dalam peraturan pelaksanaan yaitu Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2019 tentang Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia yang membawa perubahan fundamental tata kelola penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia dengan tambahan sejumlah tugas, fungsi, dan kewenangan sehingga kedudukan BP2MI perlu diperkuat sebagai lembaga pemerintah nonkementerian setingkat menteri.

C. KERANGKA KELEMBAGAAN

(31)

Dengan telah diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2019 tentang Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia dan telah selesainya pelaksanaan harmonisasi draf Peraturan Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, maka diperlukan perubahan cara pandang yang adaptif dari transformasi BNP2TKI menjadi Lembaga baru yaitu BP2MI.

Perubahan cara pandang yang adaptif tersebut diantaranya:

1. SOTK kedepan akan merubah pola kerja dan membutuhkan kekuatan kerjasama di unit kerja di tingkat kedeputian bahkan lintas kedeputian, karena berdasarkan kawasan, dengan mengurusi a to z bidang layanan untuk calon Pekerja Migran Indonesia/Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya di tiap kedeputian.

2. Dengan momentum transformasi organisasi baru dan dukungan Kepala BP2MI yang baru maka unit kerja akan berusaha keras menerjemahkan dalam program kegiatan sesuai Renstra baru dan visi besar Kepala BP2MI yang baru. Hal tersebut memaksa BP2MI akan berupaya dalam branding image kepada masyarakat dan stakeholder secara masif.

3. BP2MI tidak dapat melaksanakan tata kelola pelayanan PMI secara sendiri, maka sinergi dengan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah hingga Pemerintah Desa mutlak dilakukan.

4. Momentum perubahan transformasi organisasi dari BNP2TKI ke BP2MI inilah seharusnya menjadi pemantik semangat untuk menerapkan Budaya Kerja Baru yang lebih sinergi, siap, sigap dalam membawa perubahan kinerja organisasi yang lebih maju dan profesional.

5. Program dan kegiatan BP2MI kedepan seharusnya lebih menyasar dan fokus langsung dan dirasakan langsung oleh calon Pekerja Migran Indonesia/Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya.

(32)

6. Dengan model SOTK perkawasan maka juga diperlukan sistem informasi yang yang mengakomodir model perkawasan tersebut, sehingga akan memudahkan analisa, kajian, pengelolaan database dan penyeberluasan informasi. Penataan Organisasi dan Kelembagaan Deputi Bidang Perlindungan:

2. Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika atau disebut dengan Deputi I terdiri atas unit kerja sebagai berikut:

a. Direktorat Sistem dan Strategi Penempatan dan Pelindungan;

b. Direktorat Penempatan Pemerintah;

c. Direktorat Penempatan Nonpemerintah; dan d. Direktorat Pelindungan dan Pemberdayaan

Dalam rangka mencapai visi dan misi Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika diperlukan kerangka kelembagaan yang kuat dengan dukungan 4 (empat) Kegiatan.

Adapun 4 (empat) Kegiatan Prioritas Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika dalam kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan (2020-2024) adalah:

1. Peningkatan Kualitas Sistem dan Strategi Penempatan dan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia Kawasan Asia dan Afrika 2. Peningkatan Pelayanan Penempatan Pemerintah Kawasan Asia dan

Afrika;

3. Peningkatan Pelayanan Penempatan Non Pemerintah serta Pengamanan dan pengawasan Kawasan Asia dan Afrika;

4. Peningkatan Pelindungan dan Pemberdayaan Kawasan Asia dan Afrika.

(33)

Berikut ini merupakan struktur organisasi Deputi Penempatan dan Pelindungan Bidang Asia dan Afrika:

(Gambar Bagan Struktur Organisasi)

(34)

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

A. TARGET KINERJA

Target Kinerja Kedeputian Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika Badan Penempatan dan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia disusun untuk memberikan gambaran tentang hasil yang akan dicapai dan sebagai bentuk pertanggungjawaban program dan kegiatan yang akan dilaksanakan selama kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu 2020-2024 yang diketahui oleh pimpinan dan masyarakat serta sebagai dasar dalam menentukan langkah yang akan dilakukan dalam rangka perbaikan kinerja pelayanan penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia.

Dalam rangka pengelolaan kinerja di lingkungan Kedeputian Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika BP2MI, penanggung jawab sasaran strategis dan sasaran program yang bersifat teknis serta pengelola indikator kinerja sasaran strategis dan indikator kinerja program di lingkungan Kedeputian Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika BP2MI yakni Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika.

Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis, Sasaran Program, Indikator Kinerja Program Kedeputian Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika BP2MI Tahun 2020-2024 adalah sebagai berikut:

(35)

Tabel 1

Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis Tahun 2020 – 2024

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS

Meningkatnya pelindungan dan kesejahteraan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya

Produktivitas tingkat upah Pekerja Migran Indonesia terhadap pendapatan per kapita

Penurunan kasus Pekerja Migran Indonesia

Tabel 2

Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan

Kawasan Asia dan Afrika Tahun 2020-2024

SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM Meningkatnya pencegahan

dan penindakan

penempatan Pekerja Migran Indonesia nonprosedural

Pekerja Migran Indonesia nonprosedural/Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang berhasil dicegah

Meningkatnya penempatan Pekerja Migran Indonesia terampil dan profesional

Penempatan Pekerja Migran Indonesia terampil dan profesional

Meningkatnya pelindungan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya

Penurunan kasus Pekerja Migran Indonesia

Pekerja Migran Indonesia dan

keluarganya yang melakukan kegiatan produktif

(36)

B. KERANGKA PENDANAAN

Kerangka pendanaan merupakan kebutuhan pendanaan secara keseluruhan selama tahun 2020–2024 untuk menunjang program kegiatan Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika dan sesuai dengan target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan. Untuk memastikan sasaran program dan indikator kinerja sasaran program Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika periode tahun 2020–2024 dapat tercapai, diperlukan adanya dukungan alokasi anggaran yang memadai dalam Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) 2020–2024 yang disusun berdasarkan kebutuhan untuk program penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia dan program dukungan manajemen internal, diperlukan dukungan anggaran sebesar Rp.

180.000.000.000 (seratus delapan puluh milyar rupiah) yang didanai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2020 tentang Perubahan Postur dan Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2020 serta Surat Menteri Keuangan Nomor S- 302/MK.02/2020 perihal Langkah-Langkah Penyesuaian Belanja Kementerian/Lembaga Tahun 2020, penghematan anggaran Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika BNP2TKI yang semula sebesar Rp. 12.182.699.000 (dua belas milyar seratus delapan puluh dua juta enam ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah) sehingga Pagu Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika pada Tahun Anggaran 2020 menjadi Rp. 6,260.000.000 (enam miliar dua ratus enam puluh juta rupiah) dengan struktur anggaran sebagaimana terlampir:

(37)

Tabel 6

Rekapitulasi Kerangka Pendanaan Deputi Penempatan Tahun 2020

KODE K/L 104

PROGRAM/KEGIATAN

KEBUTUH AN RIIL ANGGARA

N TAHUN 2020 (Rp.Miliar) PROG KEG

06 3894 Peningkatan Fasilitasi Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI

6,26 06 3904 Peningkatan Kerja Sama dan Verifikasi

Penyiapan Dokumen

1,40

06 3905 Peningkatan Pelayanan Penempatan Pemerintah

1,62

06 3906 Penyiapan dan Pembekalan Pemberangkatan

0,99

06 3907 Peningkatan Sosialisasi dan Pembinaan Kelembagaan

2,25

Sementara itu mulai tahun 2021 hingga 2024 pelaksanaan kegiatan di lingkungan Deputi Bidang Penempatan dan Perlindungan Kawasan asia dan Afrika menggunakan struktur anggaran sesuai struktur organisasi, sebagai berikut:

(38)

38

Rencana Strategi 2020 - 2024

Tabel 7

Rekapitulasi Kerangka Pendanaan

Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika Tahun 2021–2024

KODE K/L

104 PROGRAM/KEGIATAN

TOTAL ALOKASI

RPJMN 2021-2024

KEBUTUHAN RIIL ANGGARAN 2021-2024

(Rp.Miliar)

TOTAL KEBUTUHAN

2021-2024 (Rp.Miliar)

PROG KEG 2021 2022 2023 2024

Peningkatan Fasilitasi Pelayanan Penempatan dan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia

265,94 387,90 477,33 556,68 1.687,85

Peningkatan Kualitas Sistem dan Strategi Pelayanan Penempatan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika

11,55 15,02 18,02 20,73 65,32

Peningkatan Pelayanan Penempatan Pemerintah Kawasan Asia dan Afrika

4,22 5,49 6,58 7,57 23,86

Peningkatan Pelayanan Penempatan Non Pemerintah Kawasan Asia dan Afrika

6,31 7,10 8,72 9,73 31,86

Peningkatan Pelayanan Pelindungan dan Pemberdayaan Kawasan Asia dan Afrika

10,38 13,49 16,19 18,61 58,67

(39)

39

Rencana Strategi 2020 - 2024

BAB V PENUTUP

Renstra Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis, dan arah kebijakan dengan strategi beserta alat ukur dan targetnya, sebagai implementasi visi dan misi Kepala BP2MI yang selaras dengan Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia serta agenda pembangunan yang berkaitan langsung dengan pelindungan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya, yaitu

“Memperkuat stabilitas polhukhankam dan transformasi pelayanan publik”.

Renstra Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika akan menjadi pedoman pelaksanaan tata kelola pelindungan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya untuk 5 (lima) tahun ke depan, yang akan menjadi dasar dan acuan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika setiap tahunnya. Lebih lanjut dokumen ini diharapkan juga berfungsi sebagai bahan referensi bagi stakeholders atau unit terkait sehingga terwujud harmonisasi perencanaan program dan kegiatan tata kelola pelindungan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya yang terarah, sesuai RPJMN 2020–2024.

Dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dinamika perubahan lingkungan strategis, dokumen ini bersifat dinamis sehingga dapat disesuaikan dengan perkembangan situasi sosial, politik, dan ekonomi pada periode 5 (lima) tahun ke depan. Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika BP2MI, setiap tahun akan dilaksanakan evaluasi terhadap capaian pelaksanaannya dan jika diperlukan, dapat dilakukan perubahan/revisi muatan Renstra Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika termasuk indikator kinerjanya yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Keberhasilan pelaksanaan Renstra Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika sangat ditentukan oleh kesiapan kelembagaan, ketatalaksanaan, Sumber Daya Manusia, dukungan data dan informasi, sumber pendanaan, serta komitmen seluruh pihak di Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika. Disamping itu, pencapaian target kinerja Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika dan keberhasilan pelaksanaan pelindungan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya secara keseluruhan juga sangat dipengaruhi oleh stakeholders terkait. Oleh karena itu peran, keterlibatan, dan sinergisitas seluruh komponen stakeholders terkait juga harus dilaksanakan demi

(40)

40

Rencana Strategi 2020 - 2024

peningkatan kinerja tata kelola pelindungan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya.

Renstra Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika periode 2020–2024 menjadi acuan kerja bagi unit kerja di lingkungan Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Kawasan Asia dan Afrika sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Semua unit kerja diharapkan dapat melaksanakan dengan akuntabel dan senantiasa berorientasi pada peningkatan kinerja guna “Terwujudnya Pelindungan Pekerja Migran Indonesia melalui Penempatan Pekerja Migran Indonesia Terampil dan Profesional guna Meningkatkan Kesejahteraan Pekerja Migran Indonesia dan Keluarganya sebagai Aset Bangsa”.

(41)

- 41 -

Rencana Strategi 2020 - 2024

LAMPIRAN

(42)

- 42 -

Rencana Strategi 2020 - 2024

MATRIKS RENCANA STRATEGIS TAHUN 2020 – 2024 BADAN PELINDUNGAN PEKERJA MIGRAN INDONESIA

A VISI :

BP2MI yang andal, profesional, inovatif, dan berintegritas dalam pelayanan kepada Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia untuk mewujudkan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia guna meningkatkan kesejahteraan Pekerja Migran Indonesia dan Keluarganya, dalam Mendukung Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong

B MISI :

1. memberikan dukungan teknis dan administrasi serta analisis yang cepat, akurat dan responsif, kepada Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dalam pengambilan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan negara;

2. memberikan dukungan teknis dan administrasi kepada Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesiadalam penyelenggaraan penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia;

3. menyelenggarakan pelayanan yang efektif dan efisien di bidang pengawasan, administrasi umum, informasi, dan hubungan kelembagaan; dan

4. meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan prasarana BP2MI.

C TUJUAN :

1. terwujudnyapelindungan Pekerja Migran Indonesia melalui penempatan Pekerja Migran Indonesia terampil dan profesional guna meningkatkan kesejahteraan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya sebagai aset bangsa;

dan

2. terselenggaranya peningkatan tata kelola organisasi yang efisien, efektif dan akuntabel.

MATRIKS RENCANA STRATEGIS TAHUN 2020 – 2024

(43)

- 43 -

Rencana Strategi 2020 - 2024

DEPUTI BIDANG PENEMPATAN DAN PELINDUNGAN KAWASAN ASIA DAN AFRIKA BADAN PELINDUNGAN PEKERJA MIGRAN INDONESIA

A VISI :

BP2MI yang andal, profesional, inovatif, dan berintegritas dalam pelayanan kepada Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia untuk mewujudkan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia guna meningkatkan kesejahteraan Pekerja Migran Indonesia dan Keluarganya, dalam Mendukung Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong

B MISI :

1. memberikan dukungan teknis dan administrasi serta analisis yang cepat, akurat dan responsif, kepada Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dalam pengambilan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan negara;

2. memberikan dukungan teknis dan administrasi kepada Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesiadalam penyelenggaraan penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia;

3. menyelenggarakan pelayanan yang efektif dan efisien di bidang pengawasan, administrasi umum, informasi, dan hubungan kelembagaan; dan

4. meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan prasarana BP2MI.

C TUJUAN :

1. terwujudnyapelindungan Pekerja Migran Indonesia melalui penempatan Pekerja Migran Indonesia terampil dan profesional guna meningkatkan kesejahteraan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya sebagai aset bangsa;

dan

2. terselenggaranya peningkatan tata kelola organisasi yang efisien, efektif dan akuntabel.

(44)

- 44 -

Rencana Strategi 2020 - 2024

NO TUJUAN

SASARAN STRATEGIS

ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

URAIAN INDIKATOR KINERJA 1. terwujudnya

pelindungan Pekerja Migran Indonesia melalui penempatan Pekerja Migran Indonesia terampil dan profesional guna meningkatkan kesejahteraan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya sebagai aset bangsa

meningkatnya pelindungan dan

kesejahteraan Pekerja Migran Indonesia dan Keluarganya

a. persentase Produktivitas Tingkat Upah Pekerja

Migran Indonesia terhadap Pendapatan Per Kapita;

b. persentasePe nurunan Kasus Pekerja Migran Indonesia.

1.1 pemberantasan

sindikasi Pekerja Migran Indonesia nonprosedural

a. melakukan edukasi, propaganda dan sosialisasi secara masif untuk memerangi human trafficking;

b. membentuk satuan tugas pemberantasan sindikasi Pekerja Migran Indonesia nonprosedural;

c. meningkatkan koordinasi dalam rangka pemberantasan sindikasi Pekerja Migran Indonesia nonprosedural;

d. pengawasan dan sweeping di penampungan P3MI dan Lembaga Pendukung Penempatan serta di debarkasi dan embarkasi;

e. penguatan pengawasan P3MI, dengan cara memberikan peringatan serta rekomendasi skorsing dan pencabutan Surat Izin Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (SIP3MI);

f. penguatan pos lintas batas melalui kerja sama dengan Kementerian/Lembaga terkait;

g. simplifikasi proses pelayanan penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia yang mudah, cepat dan transparan;

(45)

- 45 -

Rencana Strategi 2020 - 2024

NO TUJUAN

SASARAN STRATEGIS

ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

URAIAN INDIKATOR KINERJA

h. meminimalisir kasus Pekerja Migran Indonesia tidak berdokumen; dan

i. membentuk pendamping Pekerja Migran Indonesia hingga tingkat desa.

1.2 menjadikan Pekerja Migran Indonesia sebagai Very Very Important Person (VVIP)

a. memaksimalkan pelayanan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya;

b. pelindungan aspek hukum, sosial dan ekonomi;

c. penyediaan help desk &loungedi bandara dan pelabuhan laut melalui kerja sama dengan Kementerian/Lembaga terkait;

d. pengawasan jaminan sosial;

e. melakukan langkah strategis pelindungan, mulai dari pencegahan (preventive), deteksi dini (early detection), sampai kepada immediate response; dan

(46)

- 46 -

Rencana Strategi 2020 - 2024

NO TUJUAN

SASARAN STRATEGIS

ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

URAIAN INDIKATOR KINERJA

1.3 peningkatan

penempatan Pekerja Migran Indonesia terampil dan profesional

a. meningkatkan kompetensi/kapasitas Pekerja Migran Indonesia;

b. pemetaan demand pasar kerja dan supply yang ditindaklanjuti dengan harmonisasi;

c. meningkatkan kerja sama bilateral dan multilateral di bidang penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia dengan negara tujuan penempatan dan lembaga internasional;

d. sosialisasi dan diseminasi informasi peluang kerja terampil dan profesional di luar negeri;

dan

e. penguatan skema penempatan Pekerja Migran Indonesia (G to G, G to P, P to P, UKPS, dan Mandiri termasuk SP2T, SSW dan SPSK).

1.4 penurunan jumlah Pekerja Migran Indonesia low skilled beresiko tinggi

a. mengarahkan penempatan Pekerja Migran Indonesia low skilled ke negara tujuan penempatan yang memiliki hukum ketenagakerjaan;

b. mengajukan usulan moratorium penempatan Pekerja Migran Indonesia low skilledke negara yang tidak memiliki

(47)

- 47 -

Rencana Strategi 2020 - 2024

NO TUJUAN

SASARAN STRATEGIS

ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

URAIAN INDIKATOR KINERJA

hukum ketenagakerjaan;

c. meningkatkan kampanye penyadaran publik untuk pilihan bekerja di luar negeri;

d. mengusulkan penetapan standar minimum yang layak, upah dan kondisi kerja Pekerja Migran Indonesia di luar negeri; dan

e. menyederhanakan alur proses penempatan Pekerja Migran Indonesia ke luar negeri.

1.5 tata kelola Pekerja Migran Indonesia sea- based (awak kapal niaga migran dan awak kapal perikanan migran)

a. meningkatkan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait;

b. menyusun pedoman pelaksanaan teknis tata kelola penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia sea-based; dan

c. membentuk satuan tugas penanganan Pekerja Migran Indonesia sea-based.

1.6 pembebasan biaya penempatan

a. penyebarluasan peraturan BP2MI mengenai pembebasan biaya penempatan;

b. mendorong revitalisasi Balai Latihan Kerja (BLK) pusat dan daerah;

c. memperkuat negosiasi bilateral dengan negara tujuan penempatan;

Gambar

Gambar 1.  Visi, Misi, Arahan Presiden dan 7 (tujuh) Agenda  Pembangunan

Referensi

Dokumen terkait

Nota Kesepakatan tentang Penempatan dan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia ini dibuat dengan maksud dan tujuan sebagai pedoman bagi PARA PIHAK untuk melakukan kerja sama dalam

Deputi Bidang Penempatan dan Pelindungan Direktur Penempatan

Nota Kesepakatan tentang Penempatan dan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia ini dibuat dengan maksud dan tujuan sebagai pedoman bagi PARA PIHAK untuk melakukan kerja sama dalam

perlu peningkatan sinergitas tata kelola Pekerja Migran Indonesia, diantaranya melalui penyelenggaraan Rapat koordinasi Nasional (Rakornas) pelayanan penempatan dan

parsial terhadap kepuasan keluarga pasien rawatjalan. 2) Untuk dapat meningkatkan kualitas layanan dari Rumah Sakit Jiwa Menur, agar. dapat meningkatkan kepuasan

Dapat disimpulkan bahwa masih banyak pengusaha UKM batik yang ada di kota Surakarta belum ataupun tidak menfaatkan pelindungan HKI dengan mendaftarkan merek batik

Jumlah pengaduan selama tahun 2020 sebanyak 1.812 pengaduan dari seluruh negara penempatan di seluruh kawasan, sedangkan jumlah pengaduan berbasis sistem untuk Kawasan

Saat ini BP2MI hanya memiliki 1 (satu) perwakilan petugas BP2MI di luar negeri yaitu di KDEI Taipei. Penguatan penataan lembaga dalam seluruh aspek, yaitu:.. Rencana Strategis