MAKALAH
TEORI TRAIT AND FACTOR Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Teori Bimbingan Konseling Karier Dosen Pengampu : Dr. Naharus surur, M.Pd.
Oleh :
1. Hanifah Nur Fitriana (K3120026) 2. Herninda Salma Ayuni (K3120028) 3. Muhammad Ibnu Angkawijaya (K3120040)
4. Rani Mar’atulChamidah (K3120050) 5. Salwa Zakiya Rahma (K3120060)
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori Trait and factor” ini dengan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Teori Bimbingan Konseling Karier dan untuk menambah wawasan tentang teori trait and factor bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Naharus, selaku dosen matakuliah teori bimbingan konseling karier yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Surakarta, 12 September 2021
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... ii
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 2
C. Tujuan …... 2
BAB II PEMBAHASAN A....Pengertian dan Konsep Diri Teori Trait and Factor... ... 3
B....Penerapan Teori Trait and Factor dalam Kegiatan Konseling... 8
C....Tahapan dalam Konseling Trait and Factor... 9
D....Kelebihann dan Kekurangan Teori Trait and Factor... ... 11
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan... 13
B. Saran... ... 14
DAFTAR PUSTAKA... ... 15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
Teori Trait and Factor dikembangkan berdasarkan sumbangan beberapa ahli perkembangan karir seperti Frank Parson, E. G. Williamson, D. G. Patterson, J.G.
Darley, dan Miller yang tergabung dalam kelompok “Minnesota (Munandir, 1996).
Istilah “trait” itu sendiri merujuk pada karakteristik individu yang dapat diukur melaui tes. “factor” merujuk pada karakteristik yang dibutuhkan untuk penampilan kerja yang sukses. Jadi istilah “trait and factor” merujuk pada penilaian karakteristik individu dan pekerjaan (Sharft, 1992 : 17).
Konseling dengan pendekatan Trait and Factor, digolongkan ke dalam kelompok pendekatan pada dimensi kognitif atau rational. Dalam proses penanganan kasus konseling menggunakan metode rational. Teori atau pendekatan ini secara intelektual, logis dan rasional menerangkan, memecahkan kesulitan-kesulitan klient dalam suatu proses konseling. Konseling dengan pendekatan Trait and Factor atau pendekatan rasional ini sering disebut konseling yang direktif (directive counseling), karena konselor secara aktif membantu klien mengarahkan perilakunya menuju pemecahan kesulitannya, sehingga konseling ini juga disebut konseling yang “counselor centered”
dan ada juga yang menyebutnya sebagai “clinical counseling”. Beberapa pendapat mengenai esensi konseling ini telah dikemukakan oleh para ahli dalam pendekatan ini yang kesemuanya itu sepenuhnya menggambarkan bahwa konseling ini benar-benar bersifat “directive”.
Teori trait and factor berpengaruh besar terhadap studi tentang deskripsi pekerjaan dan persyaratan pekerjaan dalam upaya memprediksi keberhasilan pekerjaan di masa depan berdasarkan pengukuran traits yang terkait dengan pekerjaan. Karakteristik utama dari teori ini adalah asumsi bahwa individu mempunyai pola kemampuan unik atau traits yang dapat diukur secara objektif dan berkorelasi dengan tuntutan berbagai jenis pekerjaan. Williamson merupakan seorang pendukung kuat konseling berdasarkan teori trait-and-factor. Penggunaan prosedur konseling Williamson menggunakan pendekatan trait-and-factor yang dikembangkan dari karya Parsons. Bahkan ketika diintegrasikan ke dalam teori-teori bimbingan karir lain, pendekatan trait-and-faktor memainkan peranan yang sangat vital. Dampak dan pengaruhnya terhadap perkembangan teknik-teknik asesmen dan penggunaan informasi tentang karir sangat besar. Namun demikian, selama tiga dekade terakhir ini asumsi dasar pendekatan trait-and-factor telah mendapat
tantangan yang sangat kuat. Keterbatasan testing telah dibuktikan dalam dua proyek penelitian. Banyak individu yang menjabat pekerjaan yang tidak berhubungan dengan hasil pengukuran kemampuannya. Penelitian lain oleh Ghiselli (1966) menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan prediksi keberhasilan dalam program pelatihan kerja berdasarkan hasil tes hanya moderat saja. Pada umumnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tes saja tidak memberikan cukup informasi untuk dapat memprediksi secara akurat keberhasilan karir di masa depan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang sesuai dengan latar belakang di atas adalah:
1. Apa pengertian dan konsep dasar dari teori trait and factor?
2. Bagaimana penerapan teori trait and factor dalam kegiatan konseling?
3. Bagaimana tahap-tahap dalam konseling trait and factor?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori trait and factor?
5.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dan konsep dasar teori trait and factor
2. Untuk mengetahui penerapan teori trait and factor dalam kegiatan konseling 3. Untuk mengetahui tahap-tahap dalam konseling trait and factor
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori trait and factor
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Konsep Dasar Teori Trait and Factor
Secara etimologi, kata trait and factor berasal dari dua kata yaitu Trait and Factor. Istilah “Trait” mempunyai arti “ciri atau sifat” merujuk pada karakteristik individu yang dapat diukur seperti kemampuan bakat, watak, sifat dan sejenisnya yang secara singkat diperlihatkan seseorang, termasuk aspek tingkah laku, dan karakteristik- karakteristik keperibadian yang merupakan perpaduan dari warisan maupun pengalaman-pengalaman. Sedangkan kata “Factor” berasal dari bahasa inggris yang berarti “faktor” atau “unsur”. Manurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “faktor”
berarti hal (keadaan peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu. Istilah “factor merujuk pada penilaian karakteristik individu dan pekerjaan (Umam, 2008).
Menurut Winkel (Winkel, 1997) istilah pendekatan konseling trait and faktor merupakan corak konseling yang menekankan pada pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka masalah yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program studi dan atau bidang pekerjaan.
Menurut Manrihu, dalam (Suherman, 2013) mengatakan bahwa teori trait and factor memandang individu sebagai organisasi kapasitas dan sifat-sifat lain yang dapat diukur dan dihubungkan dengan persyaratan program latihan atas dasar informasi yang diperoleh tentang perbedaanperbedaan individu yang menduduki okupasi atau hubungan pilihan karir dan kepuasan.
Selanjutnya Dharsana (Dharsana, 2010) berpendapat bahwa trait and factor mengacu pada satu orentasi utama yang terkandung di dalam psikologi kejuruan/pekerjaan yaitu untuk menggambarkan dan menjelaskan pengambilan keputusan dan mementukan karier.
Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa teori trait and factor merupakan pendekatan konseling yang mengacu pada pemahaman diri peserta didik mengenai karakteristik dan sifat-sifat yang dapat diukur melalui tes psikologi yang bertujuan untuk menggambarkan serta memecahkan masalah dalam pengambilan keputusan karir. Jadi konseling karir trait and factor dapat digunakan konselor dalam membantu permasalahan peserta didik yang berkaitan dengan pemilihan karier.
Teori trait anda factor dikembangkan oleh bapak gerakan bimbingan dan konseling dunia yaitu Frank Parson. Teori trait and factor merupakan teori awal yang muncul bagi konseling perkembangan karir. Hal ini diuraikan dalam bukunya Choosing a Vacation (1990) dalam (Ani, 2017) dimana pada awalnya Frank Parson mengorganisasikan lembaga kecil dan independen yang dikenal dengan Boston Vocational Bureau untuk :
1. Memenuhi kebutuhan informasi dan pelatihan bagi anak-anak muda yang ingin mencari kerja di bidang tertentu.
2. Melatih para guru di sekolahsekolah untuk bisa berfungsi sebagai konselor karir bagi siswasiswanya yang akan lulus atau meraih kerja dibidang tertentu.
3. Guru dilatih menyeleksi siswasiswanya bagi sekolah kejuruan yang cocok dengan pilihan kerja siswa, membantu memilihkan bidang pekerjaan/karir yang sesuai dengan bakat dan kemampuan belajar siswa atau memberikan nasehat serta membantu pemindahan siswa ke sekolah yang lebih tepat untuk karirnya nanti.
Pendekatan trait and factor menekankan pada ciri atau sifat yang dimiliki peserta didik dan berdampak pada pengambilan keputusan karir. Setiap peserta memiliki perbedaan ciri dan sifat, sehingga pendekatan trait and faktor sangat membantu peserta didik dalam pengambilan keputusan karir sesuai dengan pilihan jurusan dan bidang pekerjaan yang diinginkan. Wiliams dalam (Ariantoko, 2011) mempunyai pandangan mengenai asumsi dasar konseling trait and factor yaitu :
1. Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan potensi seperti taraf intelegensi, bakat khusus dan taraf kreativitas, serta taraf minat dan keterampilan yang bersama- sama membentuk suatu pola yang khas setiap individu. Kemampuan dan potensi- potensi itu merupakan ciri-ciri kepribadian (trait).
2. Pola kemampuan dan potensi yang tampak pada seseorang menunjukkan hubungan yang berlainan dengan kemampuan dan keterampilan yang dituntut pada seorang pekerja diberbagai bidang pekerjaan.
3. Di institut pendidikan, program studi menuntut kurikulum dengan kualifikasi tertentu.
Konseli akan lebih mudah belajar jika tuntutan kurikulum tersebut sesuai dengan minat dan kemampuan siswa.
Selain itu Miller, James dan Gilliland (James, 1989) juga mempunyai pandangan mengenai asumsi dasar konseling trait and factor, yaitu : 1) Setiap individu memiliki sifat yang unik dan tetap yang dapat diukur, 2) Ada sebuah pola yang unik dari kepribadian individu yang berguna untuk sebuah penampilan yang meyakinkan dari setiap pekerjaan, 3) Sangat mungkin untuk mencocokkan kepribadian individu dengan
sifat yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan dengan dasar yang rasional dan aktual, 4) Semakin dekat kecocokan antara sifat seseorang dengan persyaratan pekerjaan yang dibutuhkan, semakin besar kemungkinan individu tersebut akan sukses, 5) Kepribadian seseorang dapat dilihat dari sebuah konteks seberapa cocoknya individu dalam suatu lingkungan luas yang meliputi letak geografis, warisan budaya, latar belakang keluarga, pengaruh kelas ekonomi sosial, keadaan sekolah, dan keadaan iklim ekonomi, 6) Dalam konteks yang lebih luas, konseling karir dapat sejalan dengan tugas perkembangan seperti pergi ke sekolah, mengurus keluarga, atau merencanakan passion.
Selanjutnya Patterson (Patterson, 1980) mengemukakan hakekat manusia dalam konseling trait and factor yaitu :
1. Manusia dilahirkan dengan membawa potensi baik dan buruk. Hal tersebut tergantung oleh diri sendiri dan lingkungannya. Untuk menjadi manusia yang seutuhnya ditentukan oleh seberapa besar individu tersebut dapat mengontrol dirinya untuk mencapai suatu individu yang penuh dengan rasa kemanusiaan.
2. Manusia membutuhkan manusia lain untuk mencapai perkembangan yang optimal untuk memenuhi potensi dirinya. Aktualisasi diri membutuhkan bantuan dari orang lain.
3. Manusia selalu ingin mencapai hidup yang baik. Salah satu hakikat dari hidup yang baik adalah memiliki sebuah masalah di sepanjang hidup. Manusia akan hidup lebih baik jika individu memperoleh keunggulan pada seluruk aspek dari perkembangan manusia.
4. Manusia banyak berhadapan dengan banyak pilihan-pilihan yang diintrodusir oleh berbagai pihak. Dalam keluarga, individu berkenalan dengan konsep hidup dari orang tuanya. Di sekolah, individu memperolehnya dari guru, selain itu dari teman dan anggota masyarakat lain.
5. Hubungan manusia berkaitan erat dengan konsep alam semesta.
Lufti Fauzan (Fauzan, 2004) secara ringkas menyebukan bahwa tujuan konseling ini adalah sebagai upaya untuk mengetahui kejelasan diri (self clarification), pemahaman diri (self understanding), penerimaan diri (self acceptance), pengarahan diri (self direction) dan perwujudan diri (self actualization). Selain itu Menurut Williamson dalam Jayadi, Setiani, dan Fitria (2020) mengungkapkan tujuan konseling trait and factor adalah mengajar klien keterampilan membuat keputusan-keputusan, membantunya untuk dapat menilai karakteristiknya dengan lebih efektif dan mengkaitkan penilaian diri dengan kriteria psikologis dan sosial yang signifikan. Selain itu trait and factor sendiri memiliki tujuannya tersendiri yaituuntuk berfikir mengenai dirinya (konseli) serta mampu mengembangkan cara-cara yang dilakukan agar dapat keluar dari masalah yang dihadapinya.
Konsep dasar teori konseling trait-factor yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berprilaku, seperti intelegensi (berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berprilaku). Ciri itu dianggap sebagai suatu dimensi kepribadian, yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau skala yang terentang dari sangat tinggi sampai sangat rendah. Teori Trait dan Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu.
Konseling Trait dan Factor berpegang pada pandangan yang sama dan menggunakan tes-tes psikologis untuk menganalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri dimensi/aspek kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam jabatan dan mengikuti suatu program studi. Dan juga istilah konseling trait dan factor dapat dideskripsikan adalah corak konseling yang menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan baraneka problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program studi/bidang pekerjaan.
Eysenck tokoh lain dari Aliran Trait-factor menyebut pula sifat sebagai konsep pokoknya. Ia memberikan batasan yang pada dasarnya sama, tetapi dengan perumusan yang agak lain. Ia menyebut sifat sebagai prinsip pengatur yang dapat disimpulkan dari pengamatan perilaku. Secara lebih sederhana ia menyebut sifat sebagai kelompok prilaku yang berkorelasi. Metode yang digunakan untuk penelitianya sama dengan Cattell ialah analisis faktor. Mengenai tipe-tipenya ia banyak mengambil dari tipelogi yang sudah ada. Jadi sifat-sifat seseorang dikaitkanya kepada tipe-tipe.
Eyseck jga memakai istilah sikap seperti Cattell, tetapi dihubungkannya dengan minat, opini (pendapat dan ideologi). Menurut pendapatnya, minat adalah sikap yang menunjukkan nilai positif terhadap sesuatu. Sedangkan sentimen sesuai dengan arti yang diberikan Mc Dougall mencangkup daerah afektif (perasaan) maupun conative (kemauan).
Williamson berpendapat bahwa kepribadian terdiri dari sistem sifat atau faktor yang saling tergantung, seperti kemampuan, minat, sikap dan temperamen.
Perkembangan individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa maju kalau faktor- faktor tersebut diperkuat dan menjadi matang. Studi ilmiah telah dilakukan untuk mengetahui berbagai sifat individu dan membantunya mengenal dirinya sendiri serta meramalkan keberhasilanya dalam berbagai kegiatan atau jabatan.
Williamson pun memiliki konsep pokok bahwa terdapat sifat (trait) yang unik pada tiap individu dan yang harus diselidiki secara objektif dengan pengukuran yang objektif pula. Sama juga dengan tokoh-tokoh yang lainnya, ia menekankan pentingnya lingkungan, terutama masyarakat. Tujuan penyuluhan tidak dapat terbatas kepada bantuan kepada individu untuk mengenal dirinya sendiri dan mengatur dirinya sendiri saja. Dengan demikian, ia mungkin menjadi orang yang berpusat pada diri sendiri dan hanya mementingkan diri sendiri dan tak mungkin pula ia menjadi orang yang baik dalam arti yang sebenarnya.
Sifat ini merupakan konsep pokok dalam aliran yang dipengaruhi oleh Allport, karena Allport yang mulai menekankan pentingnya konsep diri. Untuk aliran ini, sifat dapat disebut struktur mental yang ditemukan melalui pengamatan perilaku dan merupakan keteraturan dan ketetapan dari perilaku tertentu. Ada beberapa jenis dan pengelompokan sifat, yaitu:
A. Sifat umum (comon traits) ialah sifat yang terdapat pada semua manusia.
B. Sifat khas (unique traits) yang terdapat pada orang-orang tertentu, yang dapat lagi dibagi menjadi:
Sifat unik relatif, perbedaanya terjadi karena pengaturan sifat yang berbeda.
Sifat unik intrinsik, sifat yang betul-betul berbeda dengan orang lain, yang menyebabkan keunikan seorang individu.
Sifat-sifat ini dikelompokan pula menjadi:
a. Sifat permukaan (surfacetraits) yang bisa tampak pada seseorang dan bisa diamati orang lain merupakan hasil interaksi antara pembawaan dan lingkungan dan merupakan sekelompok peristiwa perilaku yang beralan bersama.
b. Sifat asal (source trait) merupakan pengaruh struktural sebenarnya yang mendasari kepribadian, berasal dari pembawaan dan konsistusi seseorang, sifat asal yang berinteraksi dengan lingkungan ada yang tampak sebagai sifat permukaan, tetapi ada juga yang tetap intrinsik sifatnya.
Adapun tujuan dari konseling trait dan factor adalah untuk mengajak siswa (konseling) untuk berfikir mengenai dirinya serta mampu mengembangkan cara-cara yang dilakukan agar dapat keluar dari masalah yang dihadapinya. Selain itu, dimaksudkan agar siswa mengalami:
Self-Clarification / Klarifikasi diri
Self-Understanding / Pemahaman diri
Self-Acceptance / Penerimaan diri
Self-Direction / Pengarahan diri
Sel-Actualization / Aktualisasi diri
B. Penerapan Teori Trait and Factor Dalam Kegiatan Konseling
Dari pemahaman teori trait and factor banyak hal yang bisa dilakukan oleh seorang konselor dalam penerapannya dilapangan. Secara garis besar, setidaknya ada empat langkah yang diterapkan konselor, yaitu:
a. Mengenal klien, dengan data yang akurat dan lengkap sehingga data kien menjadi modal awal bagi konselor untuk melakukan proses preventif, kuratif dan diploment.
b. Mengadakan peninjauan terhadap berbagai pekerjaan yang ada, dilengkapi dengan pengenalan sifat pekerjaan, keahlian yang dibutuhkan pekerjaan dan prasyarat lainnya, sehingga seorang konselor betul memiliki referensi, wawasan luas dan sempurna tentang pekerjaan dan jabatan yang ada.
c. Mencocokan potensi (bakat, minat, kecendrungan, keahlian dan kondisi objektif lainnya) yang dimiliki oleh klien dengan pekerjaan dan jabatan yang ada
d. Melakukan konseling dengan klien dan mendiskusikan perihal sehubunggan dengan data diri dan pekerjaan, untuk melakukan pilihan, keputusan diri dan berbagai solusi terhadap masalah yang dialami klien. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa konseling karir mencocokkan kedua factor ini, yaitu diri dan okupasional. Dengan bertambahnya pengalaman, maka proses penyesuaian menjadi lebih efisien.
Williamson (Issacson 1977: 38), menunjukkan konseling melibatkan enam langkah antara lain:
Analisis, mengumpulkan data tentang individu, dapat dilakukan dengan wawancara, catatan harian, otobiografi dan tes psikologi.
a. Sintesis: Merangkum, menggolongkan dan menghubungkan data yang diperoleh sehingga memperoleh gambaran tentang kelemahan dan kelebihan individu.
b. Diagnosis: Masalah dan sebab-sebabnya dikemukakan. Menarik kesimpulan logis atas dasar gambaran, pribadi individu yang diperoleh dari hasil analisis dan sintesis
c. Prognosis: kemungkinan keberhasilan setiap pilihan diperiksa.
d. Konseling: Konselor membantu klien untk memahami, menerima dan menggunakan informasi tentang diri dan okupasi-okupasi.f. Tindak lanjut: Pengecekan dilakukan mengenai kesesuaian keputusan-keputusan dan kebutuhan akan bantuan lanjutan.
C. Tahapan dalam konseling Trait and Factor
Menurut Lutfi Fauzan (2004:92) dalam proses konseling trait and factor memiliki enam tahap, yaitu :
1. Analisis
Analisis merupakan langkah mengumpulkan informasi yang diperoleh tentang diri klien beserta latar belakangnya. Data yang dikumpulkan mencakup segala aspek kepribadian yang dimiliki klien, seperti kemampuan, minat, motif, kesehatan fisik, dan karakteristik lain yang dapat mempermudah atau mempersulit penyesuaian diri klien pada umumnya.
Data yang dikumpulkan diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
a) Data Vertikal (mencakup diri klien) yang dapat dibagi lebih lanjut atas:
Data Fisik: kesehatan, ciri-ciri fisik, penampakan atau penampilan fisik dan lain sebagainya.
Data Psikis: bakat, minat, sikap, cita-cita, hobi, kebiasaan dan lain sebagainya.
b) Data Horizontal (berkenaan dengan lingkungan klien yang berpengaruh terhadapnya):
keluarga klien, hubungan dengan familinya, teman-temannya, orang-orang terdekatnya, lingkungan tempat tinggalnya, sekolahnya dan lain sebagainya.
2. Sintesis
Sintesis adalah usaha merangkum, mengolong-golongkan dan menghubungkan data yang telah terkumpul pada tahap analisis, yang disusun sedemikian sehingga dapat menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri klien. Dari hasil analisis dapat menunjukkan bakat klien, kelemahan serta kekuatan, penyesuaian diri maupun ketaksanggupanmenyesuaikan diri. Rumusan diri klien dalam sistesis ini bersifat ringkas dan padat. Ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam merangkum data pada tahap sistesis tersebut: cara pertama dibuat oleh konselor, kedua dilakukan klien, ketiga adalah cara kolaborasi antara konselor dan klien.
3. Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data dalam bentuk (dari sudut) problema yang ditunjukkan. Rumusan diagnosis dilakukan melalui proses pengambilan atau penarikan simpulan yang logis. Sesuai dengan Sayekti (2002:53) dalam tahap ini terdapat tiga kegiatan yang dilakukan, yaitu :
Identifikasi masalah, yang bersifat deskriptif berdasar pada data yang diperoleh, dapat merumuskan dan menarik kesimpulan permasalahan klien.
Menentukan sebab-sebab, mencangkup pencaharian hubungan antara masa lalu, masa kini atau masa depan yang dapat menerangkan sebab-sebab gejala. Konselor menggunakan intuisinya yang dicek oleh logika, oleh uji coba dari program kerja berdasarkan diagnosis sementara.
Menentukan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Konselor bertanggung jawab dan membantu siswa untuk mencapai tingkat pengambilan tanggung jawab untuk dirinya sendiri, berarti ia mampu dan mengerti secara logis, tetapi juga secara emosional mau. Sebab mungkin saja secara logis mengerti, tetapi emosional belum mau menerima.
4. Prognosis
Winkel (2010:412) prognosis atau perkiraan tentang perkembangan klien serta berbagai implikasi dari hasil diagnosis. Menurut Williamson prognosis ini bersangkutan dengan upaya memprediksikan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada sekarang. Misalnya: bila seorang klien (siswa di sekolah) berdasarkan data sekarang dia malas, maka kemungkinan nilainya akan rendah, kemungkinan nanti tidak dapat diterima dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru.
5. Konseling (Treatment)
Dalam konseling, konselor membantu klien untuk menemukan sumber-sumber pada dirinya sendiri, sumber-sumber lembaga dalam masyarakat guna membantu klien dalam penyesuaian yang optimum sejauh dia bisa. Bantuan dalam konseling ini mencakup lima jenis bantuan yaitu:
Hubungan konseling yang mengacu pada belajar yang terbimbing kearah pemahaman diri.
Konseling jenis edukasi atau belajar kembali yang individu butuhkan sebagai alat untuk mencapai penyesuaian hidup dan tujuan personalnya.
Konseling dalam bentuk bantuan yang dipersonalisasikan untuk klien dalam memahami dan trampil untuk mngaplikasikan pinsip dan teknik-teknik dalam kehidupan sehari-hari.
Konseling yang mencakup bimbingan dan teknik yang mempunyai pengaruh teraputik atau kuratif.
Konseling bentuk redukasi bagi diperolehnya kataris secara terapiutik.
Sesuai dengan lima jenis konseling menurut Sayekti dalam buku “Berbagai Pendekatan Dalam Konseling” (2002:54), yaitu:
belajar terpimpin menuju pengertian diri.
mendidik kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan individu sebagai alat untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
bantuan pribadi dari Konselor supaya klien mengerti dan terampil dalam menerapkan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif
suatu bentuk mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran.
Konseling merupakan usaha dari konselor untuk membantu klien sehingga lebih siap untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan situasi penyesuaiannya, sebelum klien begitu jauh terlibat dalam konflik diri dan penilaiannya hingga membutuhkan terapi.
6. Tindak Lanjut (Follow Up)
Tindak lanjut merujuk pada segala kegiatan membantu siswa setelah mereka memperoleh layanan konseling, tetapi kemudian menemui masalah-masalah baru atau munculnya masalah yang lampau. Tindak lanjut ini juga mencakup penentuan keefektifan konseling yang telah dilaksanakan, sehingga menjamin keberhasilan konseling. Teknik yang digunakan konselor harus disesuaikan dengan individualitas klien, mengingat bahwa tiap individu memiliki keunikan sifatnya, sehingga tak ada teknik yang baku yang berlaku untuk semua.
D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Trait and Factor
Kelebihan Teori Trait and factor yang dimilikidiantaranya sebagai berikut :
penekanan pada penggunaan data tes objektif membawa kepada upaya perbaikan dalam pengembangan tes dan penggunanya, serta perbaikan dalam pengumpulan data lingkungan;
penekanan yang diberian pada diagnosa mengandung makna sebagai suatu perhatian terhadap masalah dan sumbernya mengarahkan kepada upaya pengkreasian teknik-teknik untuk mengarasinya; dan
penekanan pada aspek kognitif merupakan upaya menyeimbangkan pandangan lain yang lebih menekaankan afektif atau emosional.
Kekurangan Pendekatan Trait and factor menyangkut pilihan bidangstudi dan pekerjaan. Kelemahan tersebut antara lain sebagai berikut :
kurang diindahkan adanya pengaruh dari perasaan,keinginan,dambaan aneka nilai budaya,nilai-nilai kehidupan,dan cita-cita hidup,terhadap perkembangan jabatan anak dan remaja serta pilihan program/bidang studi dan bidang pekerjaan;
diandalkan bahwa pilihan jabatan dan pilihan program studi terjadi
sekali saja da ini pun bersifat keputusan terakhir atau definitif, dengan berfikir secara rasional;
kurang diperhatiakn peranan keluarga dekat, yang ikut mempengaruhi rangakaian pilihan anak dengan cara mengungkapkan harapan,dambaan dan memberikan pertimbangan untung-rugi sambal menunjuk tradisi keluarga;tuntutan mengingat ekonomi keluarga;serta keterbatasan yang konkret dalam kemampuan finansial;
kurang diperhitungkan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat yang ikut memperluas atau membatasi jumlah pilihan yang tersedia bagi seseorang;
kurang disadari bahwa konstelasi kualifikasi yang dituntut untuk mencapai sukses di suatu bidang pekerjaan atau program studi dapat berubah selama bertahun- tahun yang akan datang; dan
pola ciri-ciri kepribadian tertentu belum pasti sangat membatasi jumlah kesempatan yang terbuka bagi seseorang,karena orang dari berbagai pola ciri kepribadiab dapat mencapai sukses di bidang pekerjaan yang sama.
Diantara kelebihan dan kekurangan dari teori ini yang telah disebutkan di atas dalam pemilihan karir konselor harus lebih menguasai teori lain karena tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan teori yang sama. Oleh karena itu konselor dituntut untuk menguasai berbagai teori untuk penyesuaian masalah lainya.
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, seperti: kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Manusia berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar pengembangan potensinya.
Pendekatan faktor-sifat/watak bagi pengambilan keputusan karir adalah yang tertua.
Corak konseling trait dan faktor ini bersumber pada gerakan bimbingan jabatan, sebagaimana dikembangkan di Amerika Serikat sejak awal abad yang ke-20. Pelopor pengembangan corak konseling trait dan faktor yang paling terkenal adalah E.G.
Williamson.
Trait and Factor dapat dideskripsikan sebagai corak konseling yang menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka problem/masalah yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program studi/bidang pekerjaan.
Pandangan tentang Trait and Factor ini mempunyai relevansi bagi bimbingan dan konseling karir di institusi pendidikan. Data tentang diri peserta didik sendiri merupakan bahan pertimbangan penting dalam merencanakan karir, asal data itu tidak hanya dibatasi pada data hasil testing psikologi. Demikian pula data tentang kualifikasi yang dibutuhkan dalam memegang suatu jabatan merupakan sebagian dari data tentang lingkungan hidup (data sosial) yang harus ikut dipertimbangkan.
Tujuan konseling Trait adn Factor adalah membantu individu merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya sendiri dan membantu individu berfikir lebih jernih dalam memcahkan masalah dan mengontrol perkembangannya secara rasional, memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat sehingga dapat bereaksi secara wajar dan stabil, mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam penilaian diri (konsep diri) dengan menggunakan metode atau cara ilmiah.
Dalam prosesnya terdapat dua teknik yang digunakan yaitu teknik tes dan teknik non tes.
Tahapan proses konseling yang dilakukan adalah analisis, sistesis, diagnosis, prognosis, konseling (treatment) dan tindak lanjut ( follow-up ).
B. Saran
Hendaknya setelah kita mempelajari makalah ini kita dapat menghindari sifat angkuh dalam kehidupan sehari- hari karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Dampak dari sifat angkuh sangat tidak baik bagi orang tersebut.
Manfaat konselor :
Bermanfaat bagi konselor dalam membantu konseli, selain itu Menjadi sebuah pengalaman yang baru bagi kami yang masih awam tentang bagaimana cara mengatasi sebuah permasalahan/kasus pada umumnya dan khususnya mengenai kasus yang di selesaikan melalui pendekatan trait and factor
Manfaat konseli :
Bermanfaat bagi konseli dalam menghadapi masalah yang ia sedang alami, agar ia dapat mengendalikan dirinya.kemudian mendapatkan gambaran untuk bisa mengambil keputusan yang lebih baik dalam menyelesaikan masalahnya di kemudian hari.
Manfaat Orang Tua :
Agar Orang Tua dapat mengerti dan memahami anaknya yang sedang mengalami masalah dan lebih peka terhadap kondisi yang di alami oleh anak dan menjadi figur yang lebih perduli terhadap masalah yang dihadapi anak.
Manfaat Bagi pembaca pada umumnya :
Dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari permasalahan ini agar keluarga maupun orang terdekat mereka tidak mengalami nasib yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
GudangIlmu.(2017).Teori Trait and Factor Makalah.
http://gudangilmukita212.blogspot.com/2017/01/teori-trait-and-factor-makalah.html, diakses pada tanggal 11 September
Arofah, Siti.2018.Efektivitas Konseling Kelompok Trait and Factor Dalam Membantu Menentukan Pilihan Jurusan di Perguruan Tinggi Pada Peserta Didik Kelas XII IPA SMA Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019.Skripsi.Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.Bandar Lampung.
Tarsidi, D. (2007). Teori perkembangan karir. Jurnal Universitas PendidikanIndonesia.
Trias Ristian, Nadya Rahmadani , Dede Rahmat Hidayat . (2020). Studi Literature:
Pendekatan Teori Trait and Factor Dalam Pengambilan Keputusan Karir Siswa SMA.
JIBK Undiksha, 11 (1).
Xerma. (2014). Pengertian Teori Trait and Factor.
http://xerma.blogspot.com/2014/04/pengertian-teori-trait-and-factor.html?m=1 diakses pada tanggal 12 September
Jumadi Mori Salam Tuasikal. (2020). Teori dan Perkembangan Karir : Trait and Factor Theory.