• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV GAMBARAN UMUM Kondisi Umum Daerah Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV GAMBARAN UMUM Kondisi Umum Daerah Kabupaten Bogor"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

IV GAMBARAN UMUM

Kondisi Umum Daerah Kabupaten Bogor

Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ±298,838.304 Ha, secara geografis terletak di antara 6º18'0"–6º47'10" Lintang Selatan dan 106º23'45"–

107º13'30" Bujur Timur, dengan batas wilayah (Bappeda Kab.Bogor, 2011) :

 Sebelah Utara, berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, Kota Depok, Kabupaten/Kota Bekasi;

 Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Lebak;

 Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta;

 Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur;

 Bagian Tengah berbatasan dengan Kota Bogor.

Kabupaten Bogor memiliki tipe morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian selatan, yaitu sekitar 29,28% berada pada ketinggian 15-100 meter di atas permukaan laut (dpl), 42,62% berada pada ketinggian 100-500 meter dpl, 19,53% berada pada ketinggian 500–1,000 meter dpl, 8,43% berada pada ketinggian 1.000–2.000 meter dpl dan 0,22% berada pada ketinggian 2.000–2.500 meter dpl. Selain itu, kondisi morfologi Kabupaten Bogor sebagian besar berupa dataran tinggi, perbukitan dan pegunungan dengan batuan penyusunnya didominasi oleh hasil letusan gunung, yang terdiri dari andesit, tufa dan basalt. Gabungan batu tersebut termasuk dalam sifat jenis batuan relatif lulus air dimana kemampuannya meresapkan air hujan tergolong besar. Jenis pelapukan batuan ini relatif rawan terhadap gerakan tanah bila mendapatkan siraman curah hujan yang tinggi.

Selanjutnya, jenis tanah penutup didominasi oleh material vulkanik lepas agak peka dan sangat peka terhadap erosi, antara lain Latosol, Aluvial, Regosol, Podsolik dan Andosol. Oleh karena itu, beberapa wilayah rawan terhadap tanah longsor. (Bappeda Kab. Bogor 2011).

Secara klimatologis, wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis sangat basah di bagian selatan dan iklim tropis basah di bagian utara, dengan rata- rata curah hujan tahunan 2.500–5.000 mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara dan sebagian kecil wilayah timur curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun. Suhu rata-rata di wilayah Kabupaten Bogor adalah 20°- 30°C, dengan rata-rata tahunan sebesar 25°C. Kelembaban udara 70% dan kecepatan angin cukup rendah, dengan rata–rata 1,2 m/detik dengan evaporasi di daerah terbuka rata– rata sebesar 146,2 mm/bulan.Sedangkan secara hidrologis, wilayah Kabupaten Bogor terbagi ke dalam 7 buah Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu: (1) DAS Cidurian; (2) DAS Cimanceuri; (3) DAS Cisadane; (4) DAS Ciliwung; (5) Sub DAS Kali Bekasi; (6) Sub DAS Cipamingkis; dan (7) DAS Cibeet. Selain itu juga terdapat 32 jaringan irigasi pemerintah, 794 jaringan irigasi pedesaan, 93 situ dan 96 mata air.

Secara administratif, Kabupaten Bogor terdiri dari 413 desa dan 17 kelurahan (430 desa/kelurahan), 3.768 RW dan 14.951 RT yang tercakup dalam 40 kecamatan. Jumlah kecamatan sebanyak 40 tersebut merupakan jumlah kumulatif setelah adanya hasil pemekaran 5 (lima) kecamatan di tahun 2005, yaitu Kecamatan Leuwisadeng (pemekaran dari Kecamatan Leuwiliang), Kecamatan

(2)

Tanjungsari (pemekaran dari Kecamatan Cariu), Kecamatan Cigombong (pemekaran dari Kecamatan Cijeruk), Kecamatan Tajurhalang (pemekaran dari Kecamatan Bojonggede) dan Kecamatan Tenjolaya (pemekaran dari Kecamatan Ciampea). Selain itu, pada akhir tahun 2006 telah dibentuk pula sebuah desa baru, yaitu Desa Wirajaya, sebagai hasil pemekaran dari Desa Curug Kecamatan Jasinga dan pada awal tahun 2011 telah dibentuk 2 ( dua) desa baru yaitu Desa Gunung Mulya hasil pemekaran dari Desa Gunung Malang Kecamatan Tenjolaya dan Desa Batu Tulis hasil pemekaran dari Desa Parakan Muncang Kecamatan Nanggung.

Luas wilayah Kabupaten Bogor berdasarkan pola penggunaan tanah dikelompokkan menjadi kebun campuran seluas 85.202,5 Ha (28.48%), kawasan terbangun/pemukiman 47.831,2 Ha (15.99%), semak belukar 44.956,1 Ha (15.03%), hutan vegetasi lebat/perkebunan 57.827,3 Ha (19.33%), sawah irigasi/tadah hujan 23,794 Ha (7.95%), tanah kosong 36.351,9 Ha (12.15%).

Berdasarkan limpahan sumber daya alam sebagaimana diuraikan diatas, idealnya sektor pertanian merupakan sumber penghidupan bagi sebagian besar masyarakat Kabupaten Bogor dan karenanya Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan misi dan prioritas pembangunan selama tahun 2008-2013, yaitu revitalisasi pertanian dan pembangunan berbasis perdesaan.

Kondisi Demografis

Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2011 berdasarkan estimasi data Badan Pusat Statistik (BPS) berjumlah 4,922,205 jiwa (angka sementara) yang terdiri dari penduduk laki-laki 2,510,325 jiwa dan penduduk perempuan 2,411,880 jiwa. Jumlah penduduk tersebut telah mengalami kenaikan bilamana dibandingkan dengan penduduk pada tahun 2010 yang berjumlah 4,771,932 jiwa. Kondisi ini menyebabkan tingginya rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2011 sebesar 3.15 %. Laju pertumbuhan penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Gunung Putri sebesar 6.27%, Kecamatan Bojonggede sebesar 5.86%, Kecamatan Cileungsi sebesar 5.72% dan Kecamatan Cibinong sebesar 4.62 %, Parung sebesar 4.22%, Gunung Sindur sebesar 4.31% dan Tajur halang sebesar 4.16%. Pertambahan penduduk di tujuh kecamatan tersebut dapat dikatakan pesat karena merupakan pusat pengembangan usaha industri dan permukiman. Disana cukup berkembang beragam jenis usaha industri besar maupun sedang, yang menyebabkan tingginya migrasi masuk penduduk dari luar kecamatan sebagai tenaga kerja untuk bermukim di kecamatan setempat.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, masih tampak bahwa penyebaran penduduk Kabupaten Bogor masih bertumpu pada Kecamatan Cibinong yakni sebesar 6.84%, Kecamatan Gunung Putri 6.49% dan Kecamatan Cileungsi sebesar 5.16%, sedangkan kecamatan lainnya kurang dari angka 4%.

Berdasarkan luas wilayah Kabupaten Bogor sebesar ± 29,838,304 Ha yang didiami oleh 4,771,932 orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk sebanyak 1,791 orang/km². Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah kecamatan Ciomas, yakni sebanyak 9,148 orang/km², sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Tanjungsari, yakni sebanyak 385 orang/km². Sementara itu, Kecamatan Cibinong, Gunung Putri dan Cileungsi adalah tiga kecamatan dengan urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk

(3)

terbanyak, yang masing-masing berjumlah 326,519 orang, 309,918 orang dan 246,369 orang. Sedangkan Kecamatan Cariu merupakan kecamatan yang paling sedikit penduduknya, yakni sebanyak 46,186 orang.

Data sex ratio penduduk Kabupaten Bogor adalah sebesar 106, artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 106 orang laki-laki. Hampir di semua kecamatan di Kabupaten Bogor memiliki sex ratio diatas 1, yang berarti berlaku umum bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan di daerah tersebut. Namun terdapat satu kecamatan yang nilai sex rationya dibawah 1, yaitu Kecamatan Gunung Putri sebesar 0.99, yang artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 99 orang laki-laki. Hal ini disebabkan sebagai daerah pengembangan usaha industri besar dan sedang, tampaknya menarik minat banyak pekerja wanita untuk bekerja dan bermukim di wilayah Kecamatan Gunung Putri. Kondisi demografis Kabupaten Bogor sebagaimana diuraikan di atas secara ringkas disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Kondisi Demografi Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011

NO INDIKATOR REALISASI KINERJA

2008 2009 2010 2011*

1 Jumlah penduduk (jiwa) 4,505,679 4,643,186 4,771,932 4,922,205

2 Laju pertumbuhan penduduk (%) 3.08 3.05 3.15 3,15

3 Jumlah pengangguran terbuka (org) 231,561 194,221 205,032 181,880 4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 63.01 62.99 59,60 62,72

*Angka estimasi Sumber: BPS, 2010

Berdasarkan Tabel 13, dapat dijelaskan kondisinya sebagai berikut:

1. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2011 lebih tinggi dari jumlah penduduk Kabupaten Bogor tahun 2010, atau meningkat sebanyak 150,272 orang (3.15 %). Kondisi ini disebabkan pertumbuhan alami dan tingginya migrasi masuk ke Kabupaten Bogor;

2. Estimasi Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2011 sama dengan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor tahun 2010.

Kondisi ini merupakan implikasi dari bertambahnya jumlah penduduk secara kumulatif selama beberapa tahun sebelumnya. Adapun rata-rata laju pertumbuhan penduduk selama 10 tahun terakhir (2000-2010) adalah sebesar 3.13 %;

3. Jumlah pengangguran terbuka pada tahun 2011 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2010, yaitu dari 205,032 orang, menjadi 181,880 orang, turun sebanyak 23,152 orang (atau sekitar 11.29 %). Kondisi ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah Kabupaten Bogor dalam menurunkan jumlah pengangguran telah menunjukan hasil yang memadai, baik yang dilakukan dengan cara mengundang investor, membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan keterampilan para pekerja maupun upaya lainnya melalui kemudahan untuk membuka usaha baru dan wirausaha mandiri di sektor formalaupun informal;

4. Tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami peningkatan pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan tahun 2010, yaitu sebesar 3.12 %. Kondisi ini disebabkan implikasi dari bertambahnya angkatan kerja dari luar kabupaten

(4)

yang mendapatkan kesempatan kerja atau peluang kerja sehingga berpengaruh terhadap proporsi dari tingkat partisipasi angkatan kerja lokal.

Kondisi Ekonomi

Kondisi ekonomi Kabupaten Bogor pada tahun 2011 relatif stabil bahkan mengalami peningkatan seiring dengan tumbuhnya beberapa sektor penggerak ekonomi dan membaiknya infrastruktur penunjang ekonomi. Hal ini dapat terlihat dari pergerakan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pada tahun 2011, PDRB Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku mencapai RP 82.69 trilyun, lebih tinggi dari nilai PDRB pada tahun 2010 sebesar RP 73.80 triliyun atau meningkat 12.06 %, sedangkan PDRB berdasarkan harga konstan mencapai RP 34.38 triliyun, lebih tinggi dari tahun 2010 sebesar RP 32.53 triliyun atau naik 5.70 %.

Tabel 14 Realisasi Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Bogor Tahun 2009-2011

No INDIKATOR REALISASI KINERJA

2009 2010 2011*) 1 Nilai PDRB (RP Juta)

a. Berdasarkan Harga Berlaku 66,083,789 73,800,700 82,699,458

Primer 3,704,824 4,126,720 4,387,943

Sekunder 44,952,879 49,614,606 55,043,884

Tersier 17,426,085 20,059,375 23,267,631

b. Berdasarkan Harga Konstan 30,952,138 32,526,450 34,378,837

Primer 1,987,540 1,987,614 1,996,900

Sekunder 21,220,240 22,178,636 23,378,341

Tersier 7,844,357 8,360,199 9,003,596

2 Laju Pertumbuhan ekonomi (%) 4.14 5.09 5.70

3 Inflasi (%) 2.78 6.79 2.85

4 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku (Rp.)

14,232,423 15,465,580 16,781,675 5 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan

(Rp.)

6,666,142 6,816,201 6,976,279

*) Angka Estimasi

Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2011

Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa nilai PDRB, baik berdasarkan harga konstan maupun berdasarkan harga berlaku mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa dari sisi makro, kondisi ekonomi Kabupaten Bogor relatif meningkat, yang ditunjukkan oleh angka laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 berdasarkan harga konstan sebesar 5.70

%. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh tingkat inflasi tahun 2011 yang cukup rendah. Sebagaimana terlihat dari inflasi nasional sebesar 3.79 %, inflasi Jawa Barat sebesar 3.10 %, sedangkan tingkat inflasi di Bogor mencapai 2.85 %, jauh lebih rendah dibandingkan inflasi pada tahun 2010, yaitu sebesar 6.79 %.

Selanjutnya, untuk melihat prosentase kontribusi laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor berdasarkan lapangan usaha, maka komposisi laju pertumbuhan ekonominya sebagai berikut:

(5)

1. Sektor primer yang meliputi lapangan usaha: pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan sebesar -0.04%,pertambangan dan penggalian sebesar 0.07%. Total kontribusinya terhadap LPE sektor primer sebesar 0.03%;

2. Sektor sekunder yang meliputi lapangan usaha: industri pengolahan sebesar 3.18%, listrik, gas dan air bersih sebesar 0.21% dan bangunan sebesar 0,30%.

Total kontribusinya terhadap LPE sektor sekunder sebesar 3.69%;

3. Sektor tersier yang meliputi lapangan usaha: perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1.37%, pengangkutan dan komunikasi sebesar 0.27%, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 0.13% serta jasa-jasa lainnya sebesar 0.21%. Total kontribusinya terhadap sektor tersier sebesar 1.98%.

Berdasarkan uraian data di atas, dapat disimpulkan bahwa kontribusi laju pertumbuhan ekonomi dari kelompok lapangan usaha sektor sekunder lebih tinggi dari sektor primer maupun sektor tersier, terlihat dari total kontrbusi terhadap LPE tertinggi, yaitu sektor sekunder sebesar 3.69% dan terendah sektor primer sebesar 0.03%. Kondisi demikian mengindikasikan peranan pertumbuhan industri bergerak positif seiring dengan dimulainya realisasi investasi yang masuk ke Kabupaten Bogor pada kelompok lapangan usaha di sektor sekunder tersebut.

Selain itu, tingginya kontribusi sektor sekunder ini membuka peluang dalam menunjang sektor lain bergerak terutama sektor primer, khususnya kelompok lapangan usaha pertanian yang kontribusi terhadap laju pertumbuhannya sebesar - 0.04%.

Pada tingkat pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bogor (dihitung dari angka PDRB dibagi dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama), maka diperoleh tingkat pendapatan per kapita berdasarkan harga berlaku yaitu mencapai RP 16,781,675,- juta/kapita/tahun. Jumlah ini jauh lebih tinggi dari tingkat pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bogor baik pada tahun 2010 maupun tahun 2009. Bilamana pendapatan per kapita di atas, dihitung berdasarkan tingkat pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku pada setiap bulan, maka diperoleh pendapatannya sebesar Rp.1,398,473,- kapita/bulan. Demikian pula apabila dihitung pendapatan perkapita atas dasar harga konstan, maka hasilnya sebesar RP 581,357,-/kapita/bulan. Perbandingan realisasi indikator makro ekonomi Kabupaten Bogor pada kurun waktu 2009-2011 dapat dilihat pada Tabel 13. Jika dicermati lebih jauh lagi, peningkatan kondisi ekonomi makro tersebut tentu tidak terlepas dari limpahan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki Kabupaten Bogor serta jumlah atau tingkat investasi yang masuk ke wilayah Kabupaten Bogor yang merupakan modal dasar dalam mengembangkan sumber daya ekonomi.

Kabupaten Bogor memiliki banyak sekali sumberdaya alam yang sangat potensial untuk menjadi komoditi unggulan daerah. Untuk itu potensi unggulan tersebut harus selalu dikembangkan agar memiliki daya saing yang kuat, baik di tingkat Kabupaten, regional maupun tingkat nasional bahkan internasional.

Pengembangan komoditas unggulan di Kabupaten Bogor didasarkan pada Peraturan Bupati Nomor 84 Tahun 2009 tentang Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan dan Peraturan Bupati nomor 62 tahun 2010 tentang Peningkatan Daya saing Produk Kabupaten Bogor, Potensi Unggulan Kabupaten.

(6)

Tabel 15 Potensi Unggulan Daerah

Zona Kecamatan Arah Pengembangan

1 Rumpin, Cigudeg, Parung Panjang, Jasinga, Tenjo

Agrosilvopastoral, yaitu pengembangan agroforestry yang didukung oleh sektor pertanian tanaman pangan dan peternakan

2 Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Cibungbulang, Pamijahan

Agroekowisata yang didukung oleh sektor pertanian tanaman pangan dan perikanan. Pola pengembangan komoditas strategis: agropolitan dan minapolitan 3 Ciampea, Tenjojaya,

Dramaga, Ciomas

Industri non-farm yang didukung dengan sektor pertanian, perikanan, kehutanan, dan peternakan 4 Tajurhalang, Kemang,

Rancabungur, Parung, Ciseeng, Gunung Sindur

Industri perdesaan dan pengembangan UMKM, yang tetap berbasiskan pada produk atau komoditas pertanian secara luas

5 Tamansari, Cijeruk, Cigombong, Caringin

Diversifikasi pertanian dan agroekowisata 6 Ciawi, Cisarua,

Megamendung, Sukaraja, Babakan Madang

Ekowisata yang dikerjasamakan dengan berbagai pihak dalam rangka membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat

7 Cileungsi, Klapanunggal, Gunung Putri, Citeureup, Cibinong, Bojonggede

Pertanian perkotaan dan industri. Pengembangan urban agriculture bertitik tolak pada produk/komoditas pertanian yang sudah diusahakan oleh warga. Pengembangan industri besar dikaitkan dengan rencana pengembangan Cibinong Raya 8 Sukamakmur, Cariu,

Tanjungsari, Jonggol

Lumbung pangan melalui peningkatan dan rehabilitasi sarana dan prasarana pemukinman Sumber: LKPJ Kabupaten Bogor, 2011

Beberapa komoditi sektor primer telah ditetapkan sebagai komoditi unggulan, pada lapangan usaha pertanian terutama komoditi tanaman pangan dan hortikultura komoditi yang sudah menjadi unggulan adalah talas Bogor, Nanas Gati, Pisang Rajabulu dan Manggis Raya. Untuk komoditi perikanan ikan hias dan benih ikan lele telah ditetapkan sebagai komoditi unggulan kawasan minapolitan Kabupaten Bogor (LKPJ Kabupaten Bogor, 2011).

Kondisi Kesejahteraan Masyarakat

Selain realisasi dari kondisi ekonomi yang telah dikemukakan, salah satu indikator dari taraf kesejahteraan rakyat yang biasa digunakan adalah Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indikator Jumlah Penduduk Miskin.

Realisasi indikator kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 memperlihatkan bahwa realisasi pencapaian dari indikator IPM dan indikator jumlah penduduk miskin adalah sebagai berikut:

1) Realisasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) komposit Kabupaten Bogor telah mencapai 72.82 poin pada tahun 2011. Kondisi ini menunjukkan bahwa realisasinya lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu sebesar 72.16 poin, atau meningkat sebesar 0.66 poin. Hal ini disebabkan adanya peningkatan realisasi dari seluruh komponen IPM, baik komponen pendidikan (angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah), kesehatan (angka harapan hidup) maupun komponen ekonomi (kemampuan daya beli masyarakat). Angka IPM sebesar 72.82 poin di atas, maka sesuai dengan klasifikasi UNDP, angka tersebut termasuk dalam kelompok masyarakat sejahtera menengah atas, namun belum termasuk dalam kelompok masyarakat sejahtera atas. Sementara itu,

(7)

pencapaian IPM tahun 2010 (sebesar 72.16 poin) tersebut masih di bawah IPM Nasional yang mencapai 72.27 dan IPM Provinsi Jawa Barat sebesar 72.29.

Dengan demikian Kabupaten Bogor pada tahun 2010 menempati urutan ke-13 di antara 26 kabupaten/kota di Jawa Barat;

Tabel 16 Realisasi Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Bogor Tahun 2009-2011

NO INDIKATOR REALISASI KINERJA

2009 2010 2011*

1 2 3 4 5

1 Indeks Pembangunan Manusia (Komposit) 71.35 72.16 72.82 Komponen IPM terdiri dari;

a. Angka Harapan Hidup (AHH) (tahun) 68.44 68.86 69.15

b. Angka Melek Huruf (AMH) (%) 94.29 95.02 95.89

c. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) (tahun) 7.54 7.98 8.25 d. Kemampuan Daya Beli Masyarakat

(Konsumsi riil per kapita) (Rp/kap/bln) 628,340 629,620 630,890 2 Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) 446,040 477,100 464,365

*) Angka Estimasi

Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2011

2) Realisasi komponen pembentuk IPM tahun 2011 berdasarkan estimasi BPS yaitu :

a. Angka Harapan Hidup (AHH) terealisasi sebesar 69.15 tahun, lebih tinggi dari tahun 2010 sebesar 68.86 tahun, atau meningkat sebesar 0.29 tahun;

b. Angka Melek Huruf (AMH) terealisasi sebesar 95.89%, lebih tinggi dari tahun 2010 sebesar 95.02%, atau meningkat sebesar 0.87 %. Kondisi ini disebabkan masih adanya individu atau warga Kabupaten Bogor yang belum bebas dari tiga buta yaitu buta pengetahuan dasar, buta bahasa Indonesia dan buta huruf latin sebesar 4.11 % dari total penduduk yang berusia di atas 15 tahun;

c. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) terealisasi sebesar 8.25 tahun, lebih tinggi dari tahun 2010 sebesar 7.98 tahun, atau meningkat sebesar 0.27 tahun.

Realisasi dari RLS diatas menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Bogor yang berumur 15 tahun keatas secara rata-rata lama pendidikannya telah mencapai setara dengan SMP kelas dua;

d. Kemampuan Daya Beli Masyarakat (Purchasing Power Parity = PPP) yang dihitung berdasarkan tingkat konsumsi riil per kapita per bulan, realisasinya pada tahun 2011 mencapai sebesar RP 630,890 /kapita/bulan, lebih tinggi dari tahun 2010 yaitu sebesar RP 629,620 /kapita/bulan. Kondisi ini mengungkapkan bahwa kemampuan daya beli masyarakat semakin tinggi pada tahun 2011, sebagai akibat dari meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten Bogor.

3) Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor berdasarkan angka estimasi BPS Kabupaten Bogor pada tahun 2011 berjumlah 464,365 jiwa, lebih rendah dari tahun 2010 yang berjumlah sebanyak 477,100 jiwa (9.97%), berarti mengalami penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 12,735 jiwa atau turun sekitar 0.55 % dibandingkan dengan tahun 2010. Persentase jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor pada tahun 2010 tersebut (9.97%), menempati urutan ke

(8)

343 dari 494 kabupaten/kota di Indonesia. Realisasi Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Bogor.

Kondisi Sektor Perikanan di Kabupaten Bogor

Wilayah Kabupaten bogor merupakan salah satu sentra produksi ikan air tawar yang ada di Jawa Barat. Kabupaten Bogor memiliki keunggulan komparatif sebagai daerah yang memiliki sumber daya air yang melimpah, lokasi geografis yang cukup strategis serta aksesibilitas yang memadai untuk pengembangan kegiatan perikanan khususnya komoditas air tawar. Perikanan di Kabupaten Bogor tersebar disemua kecamatan. Budidaya perikanan yang ada di wilayah ini seluruhnya berupa budidaya perikanan air tawar, baik itu berupa pembenihan, Kolam Air Tenang (KAT), Kolam air deras (KAD), Sawah (Minapadi), Karamba, Kolam Jaring Apung (KJA) maupun budidaya ikan hias. Selain itu, Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten yang ditunjuk oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI sebagai lokasi pengembangan minapolitan. Kebijakan tersebut selaras dengan kebijakan revitalisasi pertanian dan pembangunan pedesaan (RP3) kabupaten Bogor yang menerapkan pendekatan pengembangan pertanian berdasarkan zonasi. Prinsip zonasi pengembangan RP3 ditujukan agar di kabupaten Bogor ada percepatan pembangunan pertanian dalam arti luas melalui pengembangan komoditas unggulan di masing-masing zona.

Cabang usaha perikanan dibagi menjadi 3 bagian yaitu : pembesaran (Ikan Konsumsi), Pembenihan dan Ikan Hias. Data perkembangan produksi ikan di Kabupaten Bogor dari tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 1. Data pada Tabel 1 menunjukan produksi ikan air tawar di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan jumlah produksi yang signifikan setiap tahunnya. Adapun data pencapaian produksi perikanan di kabupaten Bogor dapat dilihat pada tabel 2 yang menunjukan bahwa pada cabang usaha pembesaran (ikan konsumsi), total nilai produksi yang dicapai pada cabang usaha ini sebesar RP 861,257,139.50 atau 87,54% dari total nilai produksi. Untuk cabang usaha ikan hias, jumlah produksi yang dicapai sebesar 156,618.83 ekor dengan total nilai produksi sebesar RP 2,626,996,427. Sedangkan untuk cabang usaha pembenihan yaitu sebesar 1,378,014.50 ekor, dengan total nilai produksi sebesar RP 235,145.21. Jika dilihat dari capaian nilai produksi, nilai produksi tertinggi terdapat pada cabang usaha ikan hias. Adapun data perkembangan perikanan berdasarkan perkembangan luas areal, jumlah RTP, dan perkembangan jumlah produksi perikanan dapat dilihat pada Tabel 17.

(9)

Tabel 17 Perkembangan Perikanan 2009-2011

No Cabang Usaha

Luas Areal (Ha)

RTP (Orang)

Jumlah Produksi (Ton/RE)

2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011

I IKAN KONSUMSI (TON) 2,341.35 1,131.41 1,505.51 9,585 7,032 8,176 28,742.72 36,062.44 56,576.67 A. Budidaya Perikanan Air Tawar

- Kolam Air Tenang (KAT) 1,075.94 601.38 966.57 6,605 6,058 6,334 24,072.98 31,167.15 50,277.36

- Kolam Air Deras (KAD) 12.72 10.36 13.64 480 489 494 4,023.64 4,207.87 5,561.75

- Perikanan Sawah 220.27 10.57 15.43 788 101 107 261.87 261.61 201.65

- Jaring Apung 0.99 0.50 0.81 201 72 204 302.28 336.93 408.30

- Keramba 0.09 0.04 0.06 156 62 67 31.56 34.17 37.75

B. Perairan Umum 1,031.34 508.56 509.00 1,355 250 970 50.29 54.71 89.87

II IKAN HIAS (RE) 55.71 30.85 33.09 792 424 468 104,603.55 112,085.82 156,618.83

III PEMBENIHAN (RE) 226.11 693.22 830.14 1,105 1,569 1.980 847,112.06 920,352.39 1,378,014.50

Sumber: Disnakan Kabupaten Bogor, 2012

(10)

49

Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa terjadi perubahan yang sangat signifikan pada luas areal perikanan untuk cabang usaha pembesaran yang sangat signifikan pada luas areal perikanan untuk cabang usaha pembesaran. Pada tahun 2010 terjadi penurunan yang sangat drastis yaitu sebesar 107%. Hal ini disebabkan oleh banyaknya lahan perikanan yang beralih fungsi pada sektor lain, diantaranya beralih pada usaha pembenihan maupun pemukiman. Pada tahun 2011 luas areal perikanan kembali mengalami kenaikan sekitar 25% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 terjadi penurunan yang sangat drastis yaitu sebesar 107% . Hal ini disebabkan oleh banyaknya lahan perikanan yang beralih fungsi pada sektor lain, diantaranya beralih pada usaha pembenihan maupun pemukiman.

Pada tahun 2011 luas areal perikanan kembali mengalami kenaikan sekitar 25%

dari tahun sebelumnya.

Tahun 2011 pemerintah berupaya memotivasi kembali pelaku usaha perikanan dengan cara memberikan bantuan melalui beberapa program , baik itu berupa bantuan langsung tunai (BLM), bantuan calon induk ikan maupun sarana dan prasarana perikanan untuk mendorong tercapainya peningkatan produktifitas perikanan. Untuk cabang usaha ikan hias, luas areal mengalami kenaikan sebesar 5 persen pada tahun 2009, dan mengalami penurunan yang sangat drastis pada tahun 2010 sekitar 81%, dan kembali meningkat sekitar 7 persen ditahun 2011. Ini disebabkan oleh beralihnya pola budidaya ikan hias dari kolam ke aquarium.

Sedangkan untuk cabang usaha pembenihan tidak mengalami penurunan.

Fluktuasi tidak hanya terjadi pada perkembangan luas areal perikanan, hal ini terjadi pula pada perkembangan rumah tangga perikanan (RTP). Namun fluktuasi yang terjadi pada luas areal perikanan dan RTP tidak berdampak negatif terhadap perkembangan jumlah produksi perikanan dari 2009-2011, produksi perikanan mengalami peningkatan antara 7 persen sampai dengan 36%.

Kondisi Pasar Ekspor Ikan Hias Air Tawar

Ikan hias Indonesia telah lama berada di ekspor ke seluruh dunia. Saat ini, ikan hias dibudidayakan dari perairan Indonesia menguasai 7.5 persen pasar dunia. Tapi, para pemain domestik mulai menyadari bahwa potensi mereka sebenarnya jauh lebih besar dari itu. Indonesia, memiliki perairan air tawar yang luas, kaya akan sumber daya perikanan, termasuk ikan hias seperti arwana, Koi Carp, Discus, Guppy, dan banyak lagi yang lainnya. Mengamankan 7.5 persen dari pasar dunia, ikan hias Indonesia telah diekspor ke berbagai negara, terutama ke Singapura, Malaysia, Jepang, Cina, Hong Kong, Negara Eropa, dan Amerika Serikat. Nilai ekspor Indonesia kemancanegara tahun 2007 adalah US$ 1.92 juta, tahun 2008 naik 32.78 % menjadi US$ 2.85 juta, tahun 2009 naik lagi 49.46%

menjadi US$ 5.64 juta, tahun 2010 naik lagi 40.04 % menjadi US$ 9.41 juta, tahun 2011 turun -3.99% menjadi US$ 9.05 juta. Perkembangan nilai ekspor ikan hias Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.

Total impor ikan hias dunia dari tahun 2006 s.d. 2010 adalah US$ 1.82 milyar. Dari total tersebut, impor tahun 2006 adalah US$ 347.43 juta, tahun 2007 impor dunia naik 2.14% menjadi US$ 355.04 juta, tahun 2008 mengalami kenaikan agak tinggi sebesar 14.13% menjadi US$ 413.44 juta, krisis global berdampak kepada impor tahun 2009 turun sebesar -16.13% atau menjadi US$

356.03 juta, tahun 2010 terus turun lagi sebesar -2.12% menjadi US$ 348.63 juta.

(11)

Sumber : DJPEN, 2011

Gambar 4 Perkembangan Nilai Impor Ikan Hias Dunia 2006-2010

Dari Gambar 2 terlihat bahwa impor ikan hias dunia sepanjang 2006-2010 adalah US$ 1.82 milyar, sedangkan Ikan Hias dipasok oleh Indonesia dari tahun 2007 s.d. 2011 ke pasar dunia hanya US$ 28.88 juta. Ini menunjukan bahwa Indonesia masih memiliki pangsa pasar ikan hias yang perlu lebih didorong lagi, sehingga akan meningkatkan ekspor ikan hias Indonesia. Adapun 10 negara pelaku utama importir ikan hias dunia dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber: DJPEN, 2011

Gambar 5 10 Negara Pelaku Utama Importir Ikan Hias Dunia 2010 (Juta US$ ) Dari Gambar 5 terlihat bahwa USA merupakan importir ikan hias terbanyak di dunia (23.29%), Inggris (1.21%), Singapore (10.69%), German

347,437

355,041

413,445

356,031

348,629

300,000 320,000 340,000 360,000 380,000 400,000 420,000

2006 2007 2008 2009 2010

Perkembangan Impor Ikan Dunia 2006-2010 (US$ Juta)

53.70

28.15 24.66

23.81 21.19

20.67 15.27

15.13 14.13 13.91

10 Negara Pelaku Utama Importir Ikan Hias Dunia (Juta US$)

USA UK SIN GER FRA

JPN NL BGL MAY ITA

(12)

(10.32%), Perancis (9.19%), Japan (8.96%), Belanda (6.62%), Belgia (6.56%), Malaysia (6.13%), dan Itali (6.03%).

Potensi ikan hias air tawar yang dimiliki daerah Kabupaten Bogor sangat besar, beberapa tahun belakangan ini pengusaha ikan hias air tawar Kabupaten Bogor secara rutin mengekspor ikan hias ke berbagai Negara: Belanda, Jerman, Italia, Polandia, Switzerland, Jepang, Iran, Uni Emirat Arab, Korea, Saudi Arabia, Singapura, dan Thailand. Data ekspor komoditas ikan hias air tawar (freshwater ornamental fish) yang terekam di IPSKA Cibinong-Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor sebagai berikut: tahun 2010 adalah US$ 1.46 juta, tahun 2011 naik 21.14% menjadi US$ 1.79 juta, tahun 2012 naik lagi 63.62% menjadi US$ 2.94 juta, tahun 2013 naik lagi 17% menjadi US$

3.44 juta.

Sumber : DJPEN, 2012

Gambar 6 Perbandingan Perkembangan Nilai Ekspor Ikan Hias Air Tawar Nasional dan Kabupaten Bogor 2010-2012 (USD 000)

Dari Gambar 6 dapat terlihat bahwa share ekspor ikan hias Kabupaten Bogor terhadap ekspor ikan hias air tawar nasional Tahun 2010 adalah 15.29%, Tahun 2011 adalah 19.87%, dan Tahun 2012 sebesar 18.97%. Eksportir ikan hias yang mengekspor ikan hias melalui Diskopukmperindag Kab. Bogor, adalah PT.

Maram Aquatic, CV. Maju Aquarium, CV. Borneo Fish Farm, CV. Harlequin Aquatic, CV. Aquarium Indonesia, PD. Indokreasi, PT. Sunny Indo Pramita dan PT.Qianhu Joe Aquatic. Jenis ikan yang banyak diekspor dari Kabupaten Bogor antara lain jenis Arowana, Tetra, Chiclid, Platy, Knife Fish, Gold Fish, Bicher,Rainbow, Rasbora, Guppy dan lain sebagainya. Sebaran pasar ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 18.

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000

2010 2011 2012

NASIONAL KABUPATEN BOGOR 2,943

15,512

9,413

1,468 9,052

(13)

Tabel 18 Sebaran Pasar Ekspor Ikan Hias Kabupaten Bogor Tahun 2012

NO NEGARA TUJUAN EKSPOR NILAI EKSPOR (USD) PRESENTASE (%)

1 Japan 412,697.34 14.02

2 Germany 409,308.87 13.90

3 Iran, Islamic Republic Of 385,088.23 13.08

4 Netherlands 278,406.57 9.46

5 Saudi Arabia 259,547.23 8.82

6 Thailand 194,173.00 6.60

7 Switzerland 186,476.20 6.33

8 Republic Of Korea 156,190.52 5.31

9 Greece 102,552.27 3.48

10 Spain 62,878.64 2.14

11 Sweden 58,868.12 2.00

12 Brazil 54,243.25 1.84

13 Czech Republic 50,781.01 1.72

14 Bulgaria 49,044.35 1.67

15 Italy 46,342.25 1.57

16 Poland 42,133.35 1.43

17 China 28,846.44 0.98

18 Viet Nam 26,206.02 0.89

19 Cyprus 21,433.03 0.73

20 Australia 17,995.08 0.61

21 Austria 17,690.89 0.60

22 Qatar 14,607.44 0.50

23 Norway 10,705.06 0.36

24 France 8,886.83 0.30

25 Jordan 8,432.97 0.29

26 Denmark 8,017.29 0.27

27 Russian Federation 6,428.41 0.22

28 Bahrain 4,978.36 0.17

29 Kuwait 3,536.59 0.12

30 Romania 2,860.01 0.10

31 United Arab Emirates 2,457.43 0.08

32 Nepal 2,227.32 0.08

33 Egypt 2,074.77 0.07

34 Turkey 1,860.00 0.06

35 Croatia 1,792.30 0.06

36 Iraq 1,350.06 0.05

37 Kazakstan 1,180.01 0.04

38 South Africa 941.85 0.03

39 Lebanon 576.65 0.02

40 United States Of America 161.00 0.01

Jumlah 2,943,977.00 100.00

Sumber: Diskopukmperindag Kabupaten Bogor, 2012

Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa pada Tahun 2012, 5 negara tujuan ekspor ekspor utama ikan hias dari Kabupaten Bogor adalah Japan (14.02%), Germany (13.90%), Iran (13.08%), Netherlands (9.46%), dan Saudi Arabia (8.82%). Adapun sebaran pasar ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 19 :

(14)

Tabel 19 Sebaran Pasar Ekspor Ikan Hias Kabupaten Bogor Tahun 2013

NO NEGARA TUJUAN NILAI (USD) PRESENTASE (%)

1 Netherlands 541,807.88 15.71

2 Iran, Islamic Republic Of 527,148.57 15.28

3 Republic Of Korea 477,807.91 13.85

4 Saudi Arabia 313,469.39 9.09

5 Germany 302,982.45 8.78

6 Japan 299,481.81 8.68

7 Thailand 173,247.53 5.02

8 Australia 114,959.58 3.33

9 Switzerland 109,095.59 3.16

10 Poland 100,117.93 2.90

11 China 84,458.58 2.45

12 Brazil 77,136.10 2.24

13 Bulgaria 59,940.69 1.74

14 Sweden 35,439.07 1.03

15 Spain 33,119.34 0.96

16 Czech Republic 32,156.53 0.93

17 Italy 27,572.78 0.80

18 Greece 26,246.56 0.76

19 Viet Nam 24,922.50 0.72

20 Austria 22,124.59 0.64

21 Kuwait 12,816.00 0.37

22 Bahrain 11,878.36 0.34

23 Algeria 9,452.00 0.27

24 Cyprus 8,692.70 0.25

25 Norway 7,573.56 0.22

26 Qatar 6,698.68 0.19

27 Nepal 4,747.32 0.14

28 Croatia 3,793.30 0.11

3,448,887.30 100.00

Sumber: Diskopukmperindag Kabupaten Bogor, 2013

Dari Tabel 21 terlihat bahwa 5 negara tujuan ekspor ekspor utama ikan hias dari Kabupaten Bogor tahun 2013 adalah Netherland (14.02%), Iran (13.90%), Korea (13.08%), Saudi Arabia (9.46%), dan Germany (8.82%). Tabel sebaran pasar ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor menunjukan bahwa pasar ekspor ikan hias Kabupaten Bogor cenderung ke arah pasar ekspor non tradisional yaitu negara-negara di Asia, Timur Tengah, dan negara-negara kecil di Eropa. Ekspor ikan hias Kabupaten Bogor ke USA sebagai pasar ekspor tradisional dan importir ikan hias nomor satu di dunia hanya sekitar 1 persen. Ini menunjukan peluang ekspor ikan hias Kabupaten Bogor ke pasar ekspor non tradisional yang cukup besar dan selaras dengan kebijakan perdagangan ekspor nasional untuk mengurangi ketergantungan pada pasar ekspor tradisional dan mengembangkan ekspor ke pasar ekspor non tradisional.

Referensi

Dokumen terkait

This thesis contends that leisure time as a right of transmigrant workers enables them to move from being restricted to ‘ working ’ as a condition of living to becoming apparent

untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahlcan berbagai masalah yang timbuldalam kehidupan

Ask regarding s/s of uterine fibroid / pelvic mass: menses- whether had heavy bleeding, pelvic pain, recurrent miscarriage, pressure symptoms (frequency, urinary

Dengan demikian, sesungguhnya Mahkamah Pelayaran tidak memiliki yurisdiksi untuk memutus perkara yang berkaitan dengan aspek keperdataan (seperti tanggung jawab pengangkut,

5) Menyiapkan konsep penyusunan rencana kebijakan dan indikator kinerja; 6) Menyajikan bahan sosialisasi kebijakan dan indikator kinerja program. Melakukan penyiapan bahan

Sahib Saesar Anugrah, dan Amrie Firmansyah Pengaruh Pengembangan Karir Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Showroom Lestari Mobilindo Arga Christian Sihotang Pengaruh 4P in

1) Dedikasi yang luhur dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat adalah didasari semangat mengabdi dan berbuat kebaikan dihadapan Tuhan Yang Maha Kuasa. 2) Kepuasan dalam