• Tidak ada hasil yang ditemukan

Scanned by TapScanner

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Scanned by TapScanner"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Scanned by TapScanner

(2)

Scanned by TapScanner

(3)

Scanned by TapScanner

(4)

Scanned by TapScanner

(5)

Scanned by TapScanner

(6)

Scanned by TapScanner

(7)

Scanned by TapScanner

(8)

MOTTO

---

Jujur, hormat dan percaya ---

Laa Tahzan Innallaha Ma’ana

Jangan bersedih sesungguhnya Allah bersama kita QS. At-Taubah:40

---

“Tanda Allah cinta kepadamu ketika allah membimbingmu untuk mengingat-Nya, itu tandanya Allah cinta kepadamu”

-Ali Bin Abi Thalib- ---

SKRIPSI INI SAYA PERSEMBAHKAN KEPADA:

1. Kedua Orang Tua dan Saudara Saya Tercinta 2. Keluarga Besar yang saya sayangi

3. Para Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Saya dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi

4. Sahabat dan teman-teman 5. Almamater kebanggaan.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... viii

DAFTAR ISI ... ix

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Kerangka Teori ... 8

1.6 Metode Penelitian ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tindakan Pemerintah ... 21

2.1.1 Pengertian Tindakan Pemerintah ... 21

2.1.2 Unsur-Unsur Tindakan Pemerintah ... 23

2.1.3 Macam-Macam Tindakan Pemerintah ... 25

2.1.4 Karakteristik Tindakan Pemerintah ... 26

2.1.5 Jabatan Pemerintahan ... 28

(10)

2.2 Kewenangan ... 31

2.2.1 Pengertian Kewenangan ... 31

2.2.2 Sumber Kewenangan ... 35

2.2.3 Sifat dan Isi Kewenangan ... 40

2.3 Penyalahgunaan Wewenang ... 41

2.4 Keuangan Negara ... 47

2.4.1 Pengertian Keuangan Negara ... 47

2.4.2 Ruang Lingkup Keuangan Negara ... 50

2.4.3 Asas-Asas Pengelolaan Keuangan Negara ... 52

2.4.4 Kerugian Keuangan Negara ... 55

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Kualifikasi Tindakan Penyalahgunaan Wewenang Oleh Pejabat Pemerintah Bedasarkan Putusan Hakim Dalam Kasus Kerugian Keuangan Negara ... 60

3.2 Akibat Hukum Tindakan Penyalahgunaan Wewenang Oleh Pejabat Pemerintah Terkait Kerugian Keuangan Negara ... 77

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 89

4.2 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

LAMPIRAN ... 99

(11)
(12)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam Pasal 5 dan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan menyatakan bahwa wewenang merupakan hak yang dimiliki oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintah atau penyelenggara negara lainnya untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan dalam penyelengaraan pemerintah.

Kewenangan Pemerintah atau kewenangan adalah kekuasaan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan atau penyelenggra negara lainnya untuk bertindak dalam ranah hukum publik.1

Keterkaiatan antara wewenang dengan kekuasaan terdapat dalam konsep hukum publik, ialah kekuasaan yang dimiliki pejabat pemerintah merupakan bagian dari wewenangnya maka dalam pelaksanaanya wewenang wajib dilakukan berdasarkan hukum positif. Untuk menciptakan hubungan hukum yang harmonis antara pemerintah dengan warga masyarakat dan menjauhkan konflik kepentingan antar dua belah pihak.2 Wewenang bagian dasar untuk bertindak, berbuat dan/atau untuk melakukan sesuatu, tanpa wewenang pejabat pemerintah tidak dapat melakukan apapun secara sah.

Badan dan/atau pejabat pemerintah sebagai subyek hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban. Dalam melaksanakan tindakan pemerintah terdapat

1 Indonesia, Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014, Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 5601, Pasal 5 dan Pasal 6.

2 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2019,hlm 100.

(13)

dua hal yang harus diperhatikan oleh pejabat pemerintah yaitu tindakan nyata dan tindakan hukum. Tindakan nyata merupakan tindakan yang tidak ada relevansinya terhadap hukum sehingga tidak menimbulkan akibat-akibat hukum.3 Tindakan hukum adalah tindakan yang berdasarkan sifatnya untuk menciptakan hak dan kewajiban.4 Sehingga Tindakan administrasi pemerintah merupakan tindakan dari pejabat pemerintah atau penyelenggaraan negara lainnya untuk melakukan dan/atau tidak melakukan perbuatan kongkret dalam rangka penyelenggaraan pemerintah.5

Badan dan/atau pejabat pemerintah memiliki batasan-batasan dalam menjalankan kewenangannya, yaitu harus sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang memberikannya wewenang tersebut. Batasan-batasan tersebut ialah masa atau tenggang waktu wewenang, wilayah atau daerah berlakunya wewenang, dan cakupan bidang atau materi wewenang.6 Keabsahan Pejabat pemerintah dalam melakukan tindakan pemerintah harus memenuhi empat syarat yaitu;7

1. Ketetapan harus dibuat oleh alat atau organ yang memiliki wewenangan dalam membuatnya;

2. Ketentuan tersebut merupakan suatu pernyataan kehendak (wilsverklaring), maka pembentukannya tidak boleh memuat kekurangan juridis;

3 Ibid., Hal 109.

4 Harsanto Nursadi, Tindakan Hukum Administrasi (Negara) Perpajakan Yang Dapat Berakibat Pada Tindakan Pidana, Jurnal Hukum & Pembangunan 48 No.1 (2008):110-136, hlm 119.

Mengutip dari R.J.H.M. Husman, Algemeen Bestuursrecht, een Inleiding, Kobra: Amsterdam, hlm 110.

5 Pasal 1 angka 8, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan

6 Pasal 15 ayat 1, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan

7 E. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Surabaya: Pustaka Tinta Mas, 1986, hlm 118, dikutip dari Harsanto Nursadi, Loc.,Cit.

(14)

3. Ketentuan harus memiliki bentuk (vorm) yang ditetapkan dalam sebuah peraturan yang menjadi dasar dan pembuatanya harus memperhatikan cara (prosedure) dalam membuat ketetapan tersebut;

4. Isi dan tujuan ketetapan harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan dasar.

Dalam melaksanakan tindakan pemerintahan, sering kali pejabat pemerintah melakukan tindakan penyalahgunan wewenang. Penyalahgunaan wewenang merupakan tindakan yang melampaui wewenang, tindakan yang mencampuradukan wewenang dan bertindak sewenang-wenang.8 Terjadinya penyalahgunaan wewenang dapat dilihat sumber wewenang, substansi wewenang dan asas kebebasan bertindak (freise ermessen). Selain itu dapat melihat sumber dari wewenang tersebut yaitu dari Undang-Undang (atribusi), pelimpahan (delegasi), atau penugasan (mandat).9

Dalam melihat apakah telah terjadi penyalahgunaan wewenang terdapat tiga unsur penting yaitu; unsur kesengajaan, unsur pengalihan tujuan dari wewenang, dan unsur kepribadian yang negatif.10 Untuk mengukur telah terjadi penyalahgunaan wewenang harus dibuktikan secara faktual bahwa pejabat telah menggunakan wewenangnya untuk tujuan lain. Serta terjadinya penyalahgunaan wewenang tersebut bukanlah karena kealpaan, melainkan dilakukan secara sadar yaitu untuk mengalihkan tujuan yang telah diberikan kepada penerima wewenang yang

8 Pasal 17, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan

9 Ridwan HR, Op.,Cit., hlm 102.

10Enrico Parulian Simanjuntak, Pengujian Ada Tidaknya Penyalahgunaan Wewenang Menurut Undang-Undang Administrasi Pemerintah, Jurnal Hukum dan Peradilan, Volume 7, Nomor 2, Juli 2018:237-262, hlm 242.

(15)

didasarkan atas kepentingan pribadi, baik untuk kepentingan diri sendiri ataupun untuk kepentingan orang lain.11

Selanjutnya untuk mengukur “tujuan dan maksud” dari pemberian wewenang dalam menentukan apakah telah terjadinya penyalahgunaan wewenang dikenal dengan asas spesialitas (specialiteitsbeginsel) yakni asas yang menentukan wewenang diberikan kepada organ pemerintahan dengan tujuan tertentu.12 Pejabat pemerintahan yang dengan sengaja menyalahgunakan wewenang wajib bertanggung jawab berdasarkan unsur kesalahannya sesuai dengan ranah hukum administrasi negara.13

Tindakan jabatan sebagai tindakan pemerintah sering terjadi penyalahgunaan wewenang. Dalam pengadilan majelis hakim menyatakan yang dimaksud penyalahgunaan wewenang ketika menyalahgunakan wewenang, kesempatan, atau sarana yang ada karena jabatan atau kedudukan tidak sesuai dengan tujuan dari pemberian kewenangan tersebut. Dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 14/Pid.Sus-TPK/2018/PN.Amb, Majelis hakim menimbang bahwa cara yang harus dipenuhi dari pejabat yang melakukan tindakan penyalahgunaan wewenang yaitu ketika;14

a. Menyalahgunakan kewenangan yang ada pada jabatan atau kedudukan dari pelaku untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar kewajibannya

11 Philipus M. Hadjon, Hukum Administrasi dan Tindak Pidana Korupsi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011, hlm 22.

12 Nur Basuki Minarno, Penyalahgunaan Wewenang dalam Pengelolaan Keuangan Daerah yang Berimplikasi Tindak Pidana Korupsi. Surabaya: Laksbang Mediatama, 2011, hlm 97.

13 Tatiek Sri Djatmiati, Prinsip Izin Usaha Industri di Indonesia, Universitas Airlangga, Disertasi Program Pasca Sarjana, Surabaya, 2004, hlm 62.

14 Pertimbangan Majelis Hakim dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 14./Pid.Sus- TPK/2018/PN.Amb.

(16)

dapat diselesaikan dengan baik, kewenagan tersebut tercantum dalam ketentuan tentang tata kerja.

b. Adanya kesempatan seperti peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku, yang tercantum didalam ketentuan-ketentuan tata kerja yang berkaitan dengan jabatan atau kedudukan yang dijabatnya oleh pelaku. Kesempatan diperoleh akibat adanya kekosongan atau kelemahan dari ketentuan tata kerja.

c. Menyalahgunakan sarana yang ada pada jabatan atau kedudukan dari pelaku yaitu syarat, cara atau media.yang dimaksud sarana adalah cara kerja atau metode dengan jabatan pelaku.

Dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 7/Pid.Sus-TPK/2018/PN.Amb, majelis hakim meyatakan pelaku melakukan tindak penyalahgunaan wewenang ketika tindakan dari pelaku bertentangan dengan kewajibanya dalam kedudukanya sebagai bendahara, pelaku tidak menjalankan perintah jabatanya dalam menatausaha keuangan dalam pengelolaan dana dan secara nyata tidak membuat laporan pertanggungjawaban. Perbuatan pelaku bertentangan dengan kewajibanya yang secara sadar dan sengaja dilakukan pelaku dengan maksud dan tujuan tertentu.

Menggunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang melekat pada jabatan sehingga majelis hakim berpendapat bahwa unsur menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan telah terpenuhi.15

15 Pertimbangan Majelis Hakim dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 7/Pid.Sus- TPK/2018/PN.Amb

(17)

Selanjutnya dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 12/Pid.Sus- TPK/2018/PT.Amb, majelis hakim juga menyatakan pelaku melakukan tindak penyalahgunaan wewenang ketika pelaku telah melaksanakan kewajibanya akan tetapi dalam pelaksanaanya pelaku membuat pertanggungjawaban yang tidak benar dan menunjuk istri sendiri sebagai bendahara. Majelis hakim Judex Factie Tingkat Banding menyatakan bahwa tindakan tersebut sebagai perbuatan melawan hukum, karena telah bertentangan denga kewajiban hukum yang melekat pada diri pelaku.

Bahwa penyalahgunaan wewenang merupakan salah satu bentuk dari perbuatan melawan hukum (species dari perbuatan melawan hukum) sehingga penyalahgunaan wewenang juga perbuatan melawan hukum.16

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis ingin meneliti apa yang mendasari atau kualifikasi majelis hakim memutuskan suatu perkara termasuk dalam tindak penyalahgunaan wewenang dan akibat hukum dari pemabatasan tersebut. Penelitian tersebut dilakukan dalam bentuk skripsi dengan judul “Kualifikasi Tindakan Penyalahgunaan Wewenang Oleh Pejabat Pemerintah Dalam Kasus Kerugian Keuangan Negara Menurut Putusan Hakim”.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan permasalahan yang akan dibahas oleh penulis adalah sebagai berikut.

16 Pertimbangan Majelis Hakim dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 12/Pid.Sus- TPK/2018/PT.Amb

(18)

1. Apa kualifikasi tindakan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat pemerintah berdasarkan putusan hakim dalam kasus kerugian keuangan negara?

2. Bagaimana akibat hukum tindakan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat pemerintah terkait kerugian keuangan negara?

3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengidentifikasi atau menganalisis kualifikasi tindakan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat pemerintah berdasarkan putusan hakim dalam kasus kerugian keuangan negara.

2. Untuk menganalisis akibat hukum tindakan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat pemerintah terkait kerugian keuangan negara.

4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dari penulisan proposal skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai menambah pengetahuan dan membuka wawasan tentang apa yang menjadi kualifikasi pengadilan dalam memutus perkara sebagai tindak penyalahgunaan wewenang dari tindakan pemerintah yang mengakibatkan kerugian bagi negara dan akibat hukum yang ditimbulkan dari tindakan penyalahgunaan wewenang terkait kerugian keuangan negara

2. Manfaat Praktis

(19)

Hasil penelitian dari kajian hukum dalam penulisan proposal skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi dalam pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum administrasi negara terkhusus pada kualifikasi tindakan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat pemerintah berdasarkan putusan pengadilan terkait kerugian keuangan negara dan akibat hukum yang ditimbulkan.

5. Kerangka Teori

Dalam penulisan yang akan digunakan tidak hanya konsep hukum dan teori- teori hukum serta peraturan perundang-undangan, tetapi dapat memasukkan pandangan dari para pakar hukum yaang melandasi pemikiran dalam penulisan ini.

Sehingga untuk memperkaya wawasan dalam penerapan aturan hukum, maka perlu menelaah konsep-konsep hukum untuk menggali teori-teori yang ada di belakang ketentuan hukum tersebut.17

A. Tindakan Pemerintah

Tindakan pemerintah (bestuurshandeling) adalah tindakan pemerintah untuk menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai pemerintahan. Terdapat dua bentuk tindakan pemerintah yaitu tindakan berdasarkan hukum (rechthandeling) dan tindakan berdasarkan fakta (feitelijkehendeling).18

Menurut R..H.M. Huisman, menyebutkan bahwa tindakan pemerintah berdasarkan hukum adalah tindakan yang sifatnya menimbulkan akibat hukum berupa hak dan kewajiban, seperti tercipta atau terhapusnya hak dan kewajiban tertentu.

17 Ridwan HR, Diskresi dan Tanggung Jawab Pemerintah,Yogyakarta:FH UII Press, 2014, hlm 188-190.

18 Ibid., hal 109-110.

(20)

Sedangkan menurut H.D. Van Wijk/Williem Konijnenbelt, akibat hukum dari tindakan pemerintah adalah;19

a. Menimbulkan beberapa perubahan hak, kewajiban atau kewenangan;

b. Menimbulkan perubahan kedudukan hukum seseorang atau obyek;

c. Menimbulkan hak-hak, kewajiban, kewenangan atau status tertentu.

Tindakan pemerintah berdasarkan hukum terbagi menjadi dua yaitu tindakan hukum pemerintah berdasarkan hukum publik (publiekrechttelijke handeling) dan tindakan hukum pemerintah berdasarkan hukum privat (privatrechttelijke handeling).

Tindakan hukum berdasarkan fakta merupakan tindakan yang tidak ada relevansinya dengan hukum, karena itu tidak menimbulkan akibat hukum. Menurut Kuntjoro Probopranoto menyebutkan bahwa tindakan pemerintah berdasarkan itu tidak relevan, karena tidak mempunyai hubungan langsung dengan kewenangannya.20

Unsur-unsur dalam tindakan pemerintah yang di kemukakan E. Utrecht yaitu;21 1. Tindakan tersebut harus dilakukan oleh aparatur pemerintah sebagai

penguasa atau alat pelengkap pemerintahan (bestuursorgan);

2. Tindakan dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai pemerintah (Bestuursfunctie);

3. Tindakan yang dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat hukum (rechtsgevolgen);

4. Tindakan dilakukan dalam rangka pemeliharaan kepentingan umum;

5. Tndakan dilakukan berdasarkan norma kewenangan pemerintah;

19 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Edisi Revisi, Cet-9, Jakarta:Rajawali Press, 2013, hlm 110-111

20 Ibid., hlm 109.

21 E. Utrech, Loc.Cit.

(21)

6. Tindakan berorientasi pada tujuan berdasarkan hukum.

Alat ukur keabsahan dari tindakan pemerintah yaitu asas legalitas yang memiliki makna setiap tindakan pemerintah harus berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Apabila tindakan pemerintah tidak dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku maka tindakan tersebut termasuk dalam tindakan sewenang-wenang atau penyalahgunaan wewenang yang berakibat cacat yuridis pada tindakan hukum yang ada.22

B. Kewenangan

Terdapat kaitan antara wewenang dengan kekuasaan dalam konsep hukum publik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Philiphus M. Hadjon, wewenang (bevoegdheid) adalah kekuasaan terhadap hukum.23 Kekuasaan yang dimiliki oleh pemerintah adalah bagian dari wewenangnya maka dalam pelaksanaan wewenang wajib dilakukan berdasarkan hukum positif, agar menciptakan hubungan hukum yang harmonis antara pemerintah dengan warga masyarakat dan menjauhkan konflik kepentingan antara dua belak pihak.24

Memperoleh kewenangan menurut H.D. Van Wijk/ Willem Konjinenbelt memdefinisikan bahwa atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan. Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan

22 Ridwan HR., Op.,Cit., hlm 98-100.

23 Enrico Parulian Simanjuntak, Loc.Cit.

24 Op.,Cit., hlm 100

(22)

lainnya. Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya.25

Artibusi berkenaan dengan penyerahan wewenang baru, wewenang dikemukakan bila ada undang-undang yang menyerahkan wewenang tertentu pada organ lain. Sedangkan delegasi terkait pelimpahan wewenang yang sudah ada, sehingga pelimpahan wewenang oleh organ pemerintahan yang telah diberikan wewenang kepada yang akan melaksanakan wewenang yang dilimpahkan sebagai wewenangnya sendiri. Mandat tidak membicarakan penyerahan wewenang, maupun tidak melimpahkan wewenang. Dalam mandat tidak terjadi perubahan wewenang apapun, yang ada hanya hubungan internal.26

C. Penyalahgunaan Wewenang

Penyalahgunaan wewenang adalah tindakan yang melampaui wewenang, tindakan yang mencampuradukan wewenang dan bertindak sewenang-wenang.

Dalam hukum administrasi, menurut Jean Rivero dan Waline penyalahgunaan kewenangan dapat diartikan dalam tiga bentuk, yaitu:27

a. penyalahgunaan kewenangan untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan kepentingan umum atau tindakan menguntungkan kepentingan pribadi, kelompok atau golongan;

b. penyalahgunaan kewenangan dalam arti bahwa tindakan pejabat pemerintah tersebut adalah benar ditujukan untuk kepentingan umum, tetapi menyimpang dari tujuan kewenangan tersebut diberikan oleh undang-undang atau peraturan-peraturan lain; dan

25 Ibid., hlm 101.

26 Ibid., hlm 103-104

27 Indriyanto Seno Adji, Korupsi dan Penegakan Hukum, Cetakan Pertama, Jakarta: Diadit Media, 2009, hlm. 2-3.

(23)

c. penyalahgunaan kewenangan dalam arti menyalahgunaan prosedur yang seharusnya dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi telah menggunakan prosedur lain agar terlaksana.

Dalam penyalahgunaan wewenang terdapat tiga unsur penting yaitu: unsur kesengajaan, unsur pengalihan tujuan dari wewenang, dan unsur kepribadian yang negatif.28 Menurut Philipus M. Hadjon, untuk mengukur apakah telah terjadi penyalahgunaan wewenang harus dibuktikan secara faktual bahwa pejabat telah menggunakan wewenangnya untuk tujuan lain. serta terjadinya penyalahgunaan wewenang tersebut bukanlah karena kealpaan, melainkan dilakukan secara sadar yaitu untuk mengalihkan tujuan yang telah diberikan kepada penerima wewenang yang didasarkan atas kepentingan pribadi, baik untuk kepentingan diri sendiri ataupun untuk kepentingan orang lain.29

Selanjutnya untuk mengukur “tujuan dan maksud” dari pemberian wewenang dalam menentukan apakah telah terjadinya penyalahgunaan wewenang dikenal dengan asas spesialitas (specialiteitsbeginsel) yakni asas yang menentukan wewenang diberikan kepada organ pemerintahan dengan tujuan tertentu.30 Pejabat pemerintahan yang dengan sengaja menyalahgunakan wewenang wajib bertanggung jawab berdasarkan unsur kesalahannya sesuai dengan ranah hukum administrasi negara.31

D. Keuangan Negara

28 Enrico Parulian Simanjuntak, Loc.,Cit.

29 Philipus M. Hadjon, Loc.,Cit.

30 Nur Basuki Minarno, Loc.,Cit.

31 Tatiek Sri Djatmiati, Op.,Cit, hlm 62.

(24)

Secara konsep, definisi keuangan negara lebih bersifat praktis dan tergantung sudut pandang. Apabila berbicara mengenai makna keuangan negara dari sudut pemerintah, maka keuangan negara adalah membicarakan APBN. Keuangan negara dilihat dari sudut pemerintah daerah, yang dimaksud adalah membicarakan perihal APBD. Sedangkan BUMN yang terbagi atas dua bentuk perusahaan yaitu perusahaan umum (perum) dan perseroan terbatas (PT). Dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan konsepsi dari keuangan negara, definisi keuangan negara adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan APBN, APBD, keuangan negara pada semua BUMN.32

Kerugian negara menurut Pasal 1 ayat 22 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang dimaksud dengan kerugian negara atau daerah adalah kekurangan uang, surat berharga dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.

Lebih lanjut dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,33 merupakan semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. secara historis konseptual pengertian tersebut sebenarnya mengikuti rumusan pengertian keuangan negara yang pernah dihasilkan dalam seminar Indische

32 Adrian Sutedi, Hukum Keuangan Negara, Jakarta, Sinar Grafika, 2010, hlm 16.

33 Indonesia, Undang-Undang tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4286.

(25)

Comptabilities Wet (ICW) tanggal 30 Agustus-5 September 1970 di Jakarta. Dalam teori hukum keuangan negara pernah dikemukakan oleh Van der Kemp.34

Pendekatan yang dipakai dalam merumuskan keuangan negara dapat dilihat dari sisi objek, subjek, proses dan tujuan dijelaskan sebagai berikut. Pengertian keuangan negara dilihat dari sudut pandang:35

1. Objek: semua hak, kewajiban, negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan. Selain itu juga segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

2. Subjek: keuangan negara meliputi negara, dan/atau Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.

3. Proses: seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan objek tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban.

4. Tujuan: seluruh kebijakan, kegiatan, dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintah negara.

6. Metode Penelitian

Metode adalah salah satu teknik yang dilakukan dalam proses penelitian.

Sedangkan Penelitian merupakan upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk mendapatkan sebuah fakta dan prinsip dengan kesabaran, kehati-

34 W. Riawan Tjandra, Hukum Keuangan Negara, Jakarta:PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2013, hlm 6.

35 Ibid., hlm 7-8

(26)

hatian dan secara sistematis untuk mendapatkan kebenaran.36 Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode yuridis normatif. Metode yuridis normatif artinya metode yang digunakan dalam penelitian hukum normatif dengan menggunakan sumber utama data sekunder atau bahan perpustakaan.37 Metode penetilian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Tipe penelitian

Tipe penelitian yang akan dipakai dalam penulisan skripsi adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif (normative law reseach) adalah penelitian yang dilakukan menggunakan produk hukum, seperti mengkaji peraturan perundang-undangan. Penelitian hukum normatif berfokus pada asas-asas hukum, penemuan hukum dalam perkara in concreto.38 Penelitian ini juga disebut penelitian kepustakaan atau studi dokumen karena bertolak pada bahan hukum yang bersifat tertulis.

2. Metode pendekatan

1. Pendekatan Undang-Undang (Statute Approach)

Pendekatan Undang-Undang (Statute Approach) merupakan penelitian yang mengutamakan bahan hukum yaitu peraturan perundang-undangan sebagai bahan dasar dalam melakukan penelitian. Penelitian ini digunakan karena menggunakan Undang- Undang nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintah

36 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Proposal, Jakarta: Bumi Aksara, 1998, hlm 24.

37 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, hlm 13.

38 Simorangkir, dkk, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, hlm 2.

(27)

dan Undang-Undang nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara serta Undang-Undang nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara sebagai bahan utama dalam penelitian.39 2. Pendekatan konseptual (conceptual approach)

Pendekatan konseptual (conceptual approach) merupakan penelitian hukum yang memberikan sudut pandang analisa dalam penyelesaian permasalahan hukum dari segi konsep hukum yang melatarbelakanginya, atau dapat melihat dari nilai yang terkandung dalam penormaan sebuah peraturan terkait. Hal ini dilakukan untuk menganalisa adakah kesesuaian antara penyelesaian permasalahan hukum dengan peraturan perundangan-undangan terkait konsep hukum yang berlaku dalam ilmu hukum.40

3. Pendekatan Kasus (case approach)

Pendekatan kasus (case approach) merupakan penelitian yang membangun argumentasi hukum dalam perspektif kasus kongkrit yang dibangun pada latarbelakang, karena dalam penelitian ini menggunakan putusan pengadilan sebagai bahan penelitian. Putusan pengadilan menjadi bahan penelitian untuk mencari kualifikasi dari tindakan penyalahgunaan wewenang oleh majelis hakim. Sehingga penelitian ini membutuhkan beberapa putusan pengadilan untuk

39 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Cet Ke-9, Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2014, hlm 133.

40 Ibid.

(28)

menjadi perbandingan antara putusan satu dengan yang lain, apa sebenarnya kualifikasi majelis hakim dalam menentukan tindakan penyalahgunaan wewenang tersebut, dengan putusan pengadilan tersebut dan dibantu dengan norma hukum yang berlaku agar mendapatkan argumentasi yang kongkret dan dapat dipertanggungjawabkan.41

3. Bahan Penelitian

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat seperti peraturan perundang-undanagan yang berkaitan dengan pembahasan dalam kepenulisan, yaitu diantaranya adalah;42

a. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Peberantasan Tindak Pidana Korupsi

b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

d. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan bahan hukum primer terdiri dari buku-buku kepustakaan terkait penyalahgunaan wewenang, doktrin-doktrin, putusan-putusan

41 Ibid.

42 Amiruddin Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UII Press, 1986, hlm 52.

(29)

dan karya ilmiah lain yang dapat dijadikan bahan penulisan.43 Diantaranya dalam bentuk literatur-liteatur hukum administrasi negara, hukum keuangan negara, pernyalahgunaan wewenang, serta bahan lain khusus yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian.

3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan baik bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Kamus Hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Ensiklopedia, majalah, surat kabat, internet sebagai perpanjangan informasi dalam penelitian dan lain-lain.44

4. Teknik Pengumpulan Bahan Penelitian

Teknik pengumpulan bahan penelitian dilakukan dengan studi kepustakaan (library research) yaitu studi kepustakaan yang dilakukan untuk mengumpulkan data primer dan sekunder melalui pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, literatur, tulisan pakar hukum dan lain-lain yang bersifat normatif. Teknik yang digunakan yaitu menganalisis atau meneliti peraturan perundang-undangan dan bahan hukum yang berkaitan dengan bidang wewenang, penyalahgunaan wewenang, tindakan pemerintah, kerugian keuangan negara, hukum administrasi yang relevan dengan teori-teori pendukung dalam penyesuaian konsep penelitian.

43 Soerjono Soekanto, Op. Cit, hlm 13.

44 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm 157-158.

(30)

5. Teknik Analisis Bahan Penelitian

Teknik analisis bahan penelitian dengan analisis secara deskriptif normatif ialah menganalisis data yang tidak dapat dihitung. Bahan-bahan hukum yang telah dikumpulkan sebelumnya, kemudian di analisis dengan cara menentukan deskripsi secara sistematis hingga menjadi sebuah data informasi. Selanjutnya menginterpretasikan informasi data dengan cara sistematis untuk menentukan struktur hukum yang digunakan dalam penelitian, dengan memperhatikan naskah hukum seperti norma, nilai, putusan, undang-undang, pasal dan asas yang dijadikan acuan.

6. Teknik Penarikan Kesimpulan

Teknik penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan cara deduktif yaitu dari hal yang bersifat umum manuju yang hal bersifat khusus. Dalam analissi bahan yang diarahkan untuk menentukan keterkaitan hubungan antara peraturan perundang- undangan dengan pendapat para ahli terhadap permasalahan yang dibahas. Sehingga didapat pemahaman tentang ilmu seharusnya barulah dapat diperbandingkan dengan senyataanya dalam permasalahan. Akan didapat kesimpulan akhir dari permasalahannya.

(31)

xi A. Buku

Abdul Latif, Hukum Administrasi Dalam Praktik Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Kencana, 2014.

Adrian Sutedi, Hukum Keuangan Negara, Jakarta, Sinar Grafika, 2010.

Amiruddin Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UII Press,

1986.

Anton M. Moeliono,dkk, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 1995.

C.T.S. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Badai Pustaka, 2002.

E. Utrecht, Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia, NV Bali Buku Indonesia, Jakarta, 1957.

---Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Cet. IC, Ichtiar, 1960.

---,Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Surabaya:

Pustaka Tinta Mas, 1986.

Ridwan H.R, Hukum Administrasi Negara, edisi revisi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.

---,Hukum Administrasi Negara, edisi revisi cet-9, Jakarta:Rajawali Press, 2013.

---,Diskresi dan Tanggung Jawab Pemerintah,Yogyakarta:FH

UII Press, 2014

---,Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2019.

(32)

xi

Hernold Ferry Makawimbang, Kerugian Keuangan Negara, Yogyakarta:

Thafa Media, 2014.

Indriyanto Seno Adji, Korupsi dan Penegakan Hukum, Cetakan Pertama, Jakarta: Diadit Media, 2009.

Jeremy Pope, Strategi Memberantas Korupsi, Elemen Sistem Integritas Nasional, Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2003.

Jum Anggriani, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta; Graha Ilmu, cet-

1, 2012.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka, Jakarta, 2005.

Logeman, Over deTheori van een Stelling Staatsrecht, Universite Press Leiden, 1984, diterjemahkan Makkatutu and J.C Pangkerego, Tentang Teori Suatu Hukum Tata Negara Positif, Jakarta 1975. Mardalis, Metode Penelitian Suatu Proposal, Jakarta: Bumi Aksara, 1998..

Muchsan, Beberapa Catatan tentang Hukum Administrasi Negara dan Peradilan Administrasi Negara di Indonesia, Yogyakarta:

Liberty, 1981.

Muhammad Djafar Saidi, Hukum Keuangan Negara, Jakarta:Rajawali

Pers,2008.

Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

(33)

xi

Keuangan Daerah yang Berimplikasi Tindak Pidana Korupsi. Surabaya: Laksbang Mediatama, 2011.

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta:Kencana, 2009.

---,Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Cet-9, Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2014.

Philipus M. Hadjon, Pengkajian Ilmu Hukum, Makalah Pelatihan Metode Penelitian Hukum Normatif, Universitas Airlangga,

Surabaya, 1997.

---,Hukum Administrasi dan Tindak Pidana Korupsi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011.

---,“Hukum Administrasi dan Good Governance, Jakarta:

Penerbit Universitas Trisakti, 2012.

Sahya Anggara, Administrasi Keuangan Negara, Bandung: CV Pustaka

Setia, 2016.

Simorangkir, dkk, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2000.

Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Perss, Jakarta,

1988.

---,Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

W. Riawan Tjandra, Hukum Keuangan Negara, Jakarta:PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2013.

---,Hukum Keuangan Negara, Jakarta: GRAINDO, 2014.

(34)

xi

Indonesia, Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 3874.

Indonesia, Undang-Undang tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor

4286.

Indonesia, Undang-Undang tentang Perbendaharan Negara, Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara ,Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia

Nomor 4355.

Indonesia, Undang-Undang tentang Ombudsman Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008, Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor139, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4899.

Indonesia, Undang-Undang tentang Aparatur Sipil Negara, Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2014

(35)

xi

Nomor 5494.

Indonesia, Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan, Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2014, Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 5601.

Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung tentang Pedoman Beracara Dalam Penilaian Unsur Penyalahgunaan Wewenang, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Thaun 2015, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1267

C. Putusan

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Nomor 14./Pid.Sus-TPK/2018/PN.Amb.

Direktoti Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Nomor 7/Pid.Sus-TPK/2018/PN.Amb

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Nomor 12/Pid.Sus-TPK/2018/PT.Amb

D. Jurnal dan Internet

Abrar, Hak Penguasa Negara Atas Pertambangan Berdasarkan Undnag- Undang Dasar 1945, Disertasi, Universitas Padjajaran, Bandung, 1999, dikutip dari Lukman Hakim, Kewenangan Organ Negara Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan, Jurnal Konstitusi, Vol, No 1, Juni, 2011.

(36)

xi

Program Pascarsarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta 2005.

Bagir Manan, Wewenang Provinsi, Kabupaten dan kota dalam Rangka Otonomi Daerah, Makalah pada Seminar Nasional Pengembangan Wilayah dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Kawasan Pesisir dalam Rangka Penataan Ruang, Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, Bandung, 13 Mei

2000.

Disiplin F. Manao, Pertanggungjawaban Penyalahgunaan wewenang pejabat pemerintah menurut hukum administrasi dihubungkan dengan tindak pidana korupsi, Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan,

Bandung, 2017.

Ebrico Parulian Simanjuntak, Pengujian Ada Tidaknya Penyalahgunaan Wewenang Menurut Undang-Undang Administrasi Pemerintah, Jurnal Hukum dan Peradilan, Ditjn Badan Peradilan Militer dan Tata Usaha Negara MA-RI, VOL.7

NO.2,2018.

Firna Novi Anggoro, Pengujian Unsur Penyalahgunaan Wewenang Terhadap Keputusan Dan/Atau Tindakan Pejabat Pemerintahan Oleh PTUN, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, Vol 10 No.4, October-Desember, 2016:605-820.

(37)

xi

Yang Dapat Berakibat Pada Tindakan Pidana, Jurnal Hukum & Pembangunan 48 No.1 2008.

Henny Juliani, Akibat Penyalahgunaan Wewenang Admnistrasi Pejabat Pemerintahan yang Menimbulkan Kerugian Keuangan Negara, Jurnal Administrasi Law & Governance, Vol 2, Issue 4, Nov 2019.

Lukman Hakim, Kewenangan Organ Negara Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan, Puskasi Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang, Jurnal Konstitusi, Vol. IV, No.1, Juni

2011.

Tatiek Sri Djatmiati,Prinsip Izin Usaha Industri di Indonesia, Univrsitas Airlangga, Disertasi Program Pasca Sarjana, Surabaya,

2004.

Zudan Arif Fakrulloh, Tindakan Hukum Bagi Aparatur Penyelenggara Pemerintahan, Seminar Nasional HUT IKAHI Ke-62, Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, 26 Maret 2015.

Hera Yulindasari, Tindakan Pemerintah Dalam Implementasi Hukum Administrasi Negara, Oktober, Universitas Sriwijaya, https://www.researchgate.net/publication/336878175.

Tri Jata Ayu Pramesti, Cara Menentukan Adanya Kerugian Keuangan

Negara, Hukum Pidana,

http://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/It51fb46e7a8edc/

Referensi

Dokumen terkait

a) Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat agar mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum dalam hal penegakan

Pada penelitian ini dibahas mengenai peningkatan performansi dengan meningkatkan nilai availability pada jaringan transport serat optik yang menggunakan teknologi

Scanned by TapScanner... Scanned

Scanned by TapScanner... Scanned

Scanned by TapScanner... Scanned

Scanned by TapScanner... Scanned

Scanned by TapScanner... Scanned

Scanned by TapScanner... Scanned