• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR JASA ANGKUTAN KOTA DI MAKASSAR ROSMIATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR JASA ANGKUTAN KOTA DI MAKASSAR ROSMIATI"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA

SEKTOR JASA ANGKUTAN KOTA DI MAKASSAR

ROSMIATI 10571 01831 11

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2015

(2)

ii

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA

SEKTOR JASA ANGKUTAN KOTA DI MAKASSAR

ROSMIATI 10571 01831 11

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Ilmu Ekonomistudi Pembangunan

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2015

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v ABSTRAK

ROSMIATI, 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Jasa Angkutan Kota Di Makassar, dibimbing oleh : Hj.

Naidah dan Syartini Indrayani

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Metode ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk, jumlah angkutan kota dan panjang jalan kota terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa angkutan kota di makassar.

Pengumpulan data yang dilakukan melalui penelitian lapangan dan kepustakaan. Kemudian jenis data yang digunakan yaitu data kualitatif dan data kuantitatif dengan sumber data yakni data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian disimpulkan bahwa pertambahan jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa angkutan kota di makassar . dan angkutan kota pete-pete berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa angkutan kota di makassar. Kemudian panjang jalan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa angkutan kota di makassar.

Kata kunci: Jumlah Angkutan Dan Penyerapan Tenaga Kerja

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, atas limpahan rahmat, hidayat serta inayah-nya kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Skripsi ini berjudul “ faktor- faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa angkutan kota di makassar”.

Alhamdulillah dengan perjalanan waktu yang cukup panjang dengan pengalaman yang berliku-liku bisa penulis selesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penelitian ini terdapat banyak sekali kekurangan- kekurangan baik dari segi penggunaan kata dan bahasa yang belum memenuhi kaidah yang tepat, maupun dari isi penelitian ini sendiri. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan bantuan, kritik dan saran yang membangun dari berrbagai pihak yang membaca penelitian ini.

Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis cukup banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan baik secara moril maupun material. Oleh sebab itu penulis mempersembahkan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, SE,.MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

3. Ibu Hj. Naidah, SE,.M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan sekaligus Pembimbing 1

(7)

vii

4. Ibu Syartini Idrayani, SE,.M.Si selaku pembimbing II

5. Kepala Dinas Perhubungan Kota Makassar beserta Jajarannya

6. Terkhusus dan teristimewa kepada kedua Orang Tua tercinta yang selalu mensuport dan mendoakan anaknda.

7. Para dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Teman-teman dan para Sahabat-sahabatku yaitu: Aisah Binti oesman, Mirnawati, Irmawati dan Agusman yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

Wassalamu „alaikum warahmatullaahi wabarakatuh

Makassar, juni 2015 penulis

(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENYESAHAN... iii

ABSTRAK ………... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakang... 1

B. RumusanMasalah... 5

C. Tujuan Penelian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Transportasi ... 6

B. PengaruhJumlah Penduduk Kota Makassarterhadap PenyerapanTenagaKerja... 13

C. PengaruhJumlahAngkutan Kota terhadap PenyerapanTenagaKerja... 13

D. PengaruhPanjangJalan Kota Makassar terhadap PenyerapanTenagaKerja... 14

E. KerangkaPikir ... 21

F. Hipotesis... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian... 22

(9)

ix

B. MetodePengumpulan Data... 22

C. JenisdanSumber Data... 23

D. MetodeAnalisis... 23

E. DefinisiOperasional... 25

BAB IVGAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Letak Geografis ... 27

B. Jumlah Penduduk ... 28

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Makassar ... 31

B. Jumlah Kendaraan ... 33

C. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Jasa Angkutan Kota ... 35

D. Trayek Angkutan Kota ... 37

E. Panjang Jalan Kota Makassar ... 39

F. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pertambahan Jumlah Kendaraan, Panjang Jalan Kota Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Jasa Angkutan Kota Di Makassar... 41

G. Pembahasan ... 45

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 51

B. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penyerapan Tenaga Kerja Jasa Angkutan Kota Pete-Pete Periode 2007-2013 (Dalam Jiwa)... 4 2. Penyebaran Penduduk Kota Makassar (Menurut Kecamatan) Tahun 2014... 24 3. Kepadatan Penduduk Kota Makassar Menurut Kecamatan Tahun 2014 ... 24 4. Jumlah Penduduk Kota Makassar Periode 2007-2013 (Dalam Jiwa)... 27 5. Jumlah Angkutan Kota Pete-Pete Dalam Wilayah Kota Makassar Tahun 2007-2013 ... 29 6. Penyerapan Tenaga Kerja Jasa Angkutan Kota Pete-Pete Periode 2004-2010

Dalam Jiwa ... 31 7. Jumlah Angkutan Kota Di Wilayah Kota Makassar Sesuai Trayek... 33 8. Panjang Jalan Kota Makassar Periode 2007-2013

(Dalam Kilometer) ... 34 9. Rekapitulasi Data Hasil Regresi Linear ... 37

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan

Tenaga Kerja Pada sektor jasa angkutan kota di makassar ...

21

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masyarakat memerlukan interaksi sosial akibat adanya kebutuhan komoditas atau jasa lain yang menimbulkan suatu perjalanan dan akhirnya memerlukan suatu sarana yang dapat mempermudah untuk melakukan perjalanan tersebut. Jumlah permintaan perjalanan ketempat tersebut dipengaruhi oleh faktor- faktor yang penting antara lain adalah jenis-jenis kegiatan yang dapat dilakukan ditempat tersebut atau tingkat pencapaian tujuan perjalanan itu seperti biaya, karakteristik alat transportasi, populasi penduduk pada tempat asal, penghasilan, kegiatan utama yang biasa dihasilkan.

Transportasi merupakan salah satu unsur yang penting dalam mendukung kegiatan dan perputaran roda pembangunan nasional khususnya dalam bidang perekonomian seperrti kegiatan perdagangan dan kegiatan industri. Kawasan kota merupakan tempat kegiatan penduduk dengan segala aktivitasnya. Sarana dan prasarana diperlukan untuk mendukung aktivitas kota. Menurut Eka Merdekawati (2012 Hal : 6), kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis. Jadi kota merupakan tempat bermukim warga kota, tempat bekerja, tempat hidup, dan tempat rekreasi, karena itu kelangsungan dan kelestarian kota harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.

(13)

2

Bagi daerah perkotaan, transportasi memegang peranan yang penting. Kota yang teratur dan dikelola dengan baik antara lain ditandai dengan melihat kondisi transportasi. Pelayanan transporrtasi yang aman dan lancar, selain mencerminkan keteraturan kota, juga mencerminkan kelancaran kegiatan perekonomian kota.

Kota makassar sebagai sentral untuk kawasan indonesia bagian timur, merupakan kota dengan kepadatan penduduk sehingga menyebabkan arus perputaran kendaraan tinggi. Hal terrsebut menjadi salah satu penyebab meningkatnya kebutuhan masyarakat kota akan kendaraan angkutan umum. Peran angkutan kota sangat besar dalam menunjang mobilitas warga kota makassar untuk melakukan aktivitasnya.

Kebutuhan angkutan kota penduduk didalam wilayah kota makassar dilayani oleh angkutan kota jenis mobil penumpang (pete-pete) dalam upaya memberikan pelayanan kepada pengguna jasa angkutan kota, saat ini pelayanan angkutan kota yang terbagi dalam beberapa trayek rute dimana semua rute menjadikan pusat kota sebagai tujuan akhir, karena pusat kota merupakan pusat kegiatan perdagangan dan jasa serta perkantoran.

Kebutuhan akan pelayanan transportasi orang pada daerah perkotaan biasanya dilayani oleh angkutan umum. Angkutan kota yang dimaksud adalah angkutan umum mobil mikrolet yang biasa juga disebut angkutan kota. Angkutan kota yang kemudian disebut dengan istilah angkot atau istilah di kota makassar di sebut (pete-pete) sudah menjadi kebutuhan utama dalam mendukung kehidupan sehari-hari bagi sebagian besar masyarakat kota makassar. Angkutan kota

(14)

3

mempunyai peranan penting dalam mendukung aktivitas dan mobilitas penduduk sehari-hari di suatu perkotaan.

Angkutan kota menurut Setijowarno dan Frazila (2001) merupakan angkutan dari suatu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil penumpang umum yang terikat pada trayek tetap dan teratur.

Angkutan kota mengangkut penumpang dalam jumlah banyak dalam satu kali perjalanan, sehingga tujuan utama keberadaan angkutan kota adalah memberikan pelayanan angkutan yang aman, cepat, murah, dan nyaman bagi masyarakat.

Angkutan kota bisa dikatakan cukup berkembang, karena kebanyakan penduduk memerlukan angkutan kota untuk bekerja, berbelanja, berwisata, maupun untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi lainnya. Kepadatan penduduk didalam suatu kota mempengaruhi permintaan angkutan kota, karena kawasan berkepadatan penduduk rendah cenderung ditempati oleh kelompok masyarakat berpenghasilan secara ekonomis dapat dilayani oleh angkutan kota.

Disamping itu kawasan dengan kepadatan penduduk rendah cenderung ditempati oleh kelompok masyarakat berpenghasilan menengah dan tinggi biasanya lebih memilih menggunakan taksi. Angkutan kota dikota makassar jumlahnya tidak tetap karena ada yang masuk bengkel dan ada juga yang pergi ke daerah.

Angkutan kota menyerap banyak tenaga kerja di dalamnya. Ada yang sebagai sopir, pemilik asli, dan sopir pengganti, sehingga 80% dalam 1 angkutan kota dibawah oleh 3 atau 4 orang yang bergantian setiap hari. Penyerapan tenaga kerja pada angkutan kota bertujuan untuk mensejahterakan penduduk utamanya

(15)

4

yang bekerja pada angkutan kota, karena dengan adanya angkutan kota maka kebutuhan sopirr beserta keluarganya dapat terpenuhi dengan baik.

TABEL.1

Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Jasa Angkutan Kota Pete-Pete Periode 2007-2013 (Dalam Jiwa)

TAHUN JUMLAH PERTUMBUHAN

2004 12.350 5,24%

2005 14.256 6,04%

2006 16.452 6,98%

2007 17.175 7,28%

2008 26.385 11,19%

2009 30.435 12,90%

2010 31.550 13,38%

2011 32.565 13,54%

2012 35.640 13,61%

2013 40.565 17,00%

Sumber data: Dinas perhubungan kota makassar2014

Jumlah angkutan kota di kota makassar selalu meningkat, sehingga penyerapan tenega kerja pada sektor jasa angkutan kota ikut meningkat begitu permintaan masyarakat akan jasa angkutan kota kian menunjukkan peningkatan.

Bertitik tolak dari kondisi tersebut diatas maka menarik untuk diteliti mengenai “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Jasa Angkutan Kota Di Makassar”.

(16)

5 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dukemukakan, maka yang menjadi rumusan masalah adalah “apakah ada pengaruh jumlah penduduk Kota makassar, pertambahan jumlah kendaraan, dan Jumlah Rute terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa angkutan kota di kota makassar?”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh jumlah penduduk Kota Makassar, pertambahan jumlah kendaraan, dan Jumlah Rute, terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa angkutan kota di kota makassar.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah kota makassar dalam upaya merangsang peningkatan sektor jasa angkutan kota.

b. Sebagai bahan referensi bagi yang berminat melakukan penelitian yang berhubungan dengan penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa angkutan kota di kota makassar

(17)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Transportasi

Transportasi secara umum (Dinas Perhubungan,2010) dapat diartikan sebagai kegiatan perpindahan barang dan atau manusia dari tempat asal ke tempat tujuan membentuk suatu hubungan yang terdiri dari tiga bagian yaitu: ada muatan yang diangkut, tersedianya sarana sebagai alat angkut, dan tersedianya prasarana jalan yang dilalui. Proses transportasi merupakan gerakan dari tempat asal pengangkutan dimulai ke tempat tujuan kemana kegiatan pengangkutan diakhiri.

Proses transportasi tercipta akibat perbedaan kebutuhan antara manusia satu dengan yang lain, antara satu tempat dengan tempat yang lain, yang bersifat kualitatif dan mempunyai ciri berbeda sebagai fungsi dari waktu, tujuan perjalanan, jenis yang diangkut, dan lain-lain. Fungsi transportasi adalah untuk menggerakkan atau memindahkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sistem tertentu untuk tujuan tertentu. Transportasi dilakukan karena nilai dari orang atau barang yang diangkut akan menjadi lebih tinggi ditempat lain (Tujuan) dibandingkan ditempat asalnya. (Morlok, 1995).

Kegiatan pengangkutan selalu melibatkan banyak lembaga karena fungsi dan peranan masing-masing tidak mungkin seluruhnya ditangani oleh satu lembaga saja. Karena demikian banyak pihak dan lembaga yang bersangkutan paut, maka diperlukan suatu sistem untuk menangani masalah pengangkutan, (Nasution, 2004).

(18)

7

Pelaksanaan kegiatan transportasi adalah suatu perpindahan barang atau manusia dari satu tempat ke tempat lain, yang mana dalam hal ini mengisyaratkan adanya suatu pergerakan dari satu tempat ke tempat lainnya dalam rangka memperoleh kebutuhan yang hendak dicapainya pada tempat tujuan. Transportasi secara menyeluruh masing-masing saling terkait dan saling mempengaruhi.

Sistem transportasi tersebut terdiri dari sistem kegiatan, sistem jaringan prasarana transportasi, sistem pergerakan lalu lintas, dan sistem kelembagaan (Tamin, 2000).

Setiap kegiatan transportasi atau pergerakan dan memiliki kaitannya atau interaksi dengan penggunaan tata guna lahan, interaksi antara kedua sektor ini saling berkaitan dan dipengaruhi oleh beberapa aspek kepentingan yang terkandung didalamnya. Dimana setiap perubahan tata guna lahan akan berdampak pada kegiatan transportasi yang ada, begitu pula sebaliknya.

Transportasi merupakan suatu jasa yang diberikan, guna menolong orang-orang, dan barang untuk dibawa dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dengan demikian transportasi dapat diberi definisi sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang dan atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya.

Kegiatan transportasi ini membutuhkan tempat yang disebut dengan prasarana transportasi. Ciri utama transportasi adalah melayani pengguna bukan berupa barang, atau komoditas. Sistem transportasi diusahakan memberikan suatu transportasi yang aman, cepat, dan murah.

Transportasi secara umum berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah antara pusat kota dengan wilayah

(19)

8

daerah pinggiran kota. Infrastruktur transportasi mencakup transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara didalam program pembangunan di Kota Makassar. Pada umumnya infrastruktur transportasi mengembangkan fungsi pelayanan publik dan misi pembangunan di Kota Makassar dan di sisi lain sebagai tujuan untuk mendukung perwujudan masyarakat dalam lalu lintas perekonomian barang, jasa, dan manusia.

Pembangunan transportasi diharapkan dapat menunjang kesejahteraan masyarakat yang disediakan melalui ketersediaan infrastruktur transportasi yang akan menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan. Demikian pula dengan adanya pemerataan transportasi secara adil dan merata di dalam wilayah Kota Makassar, maka masyarakat bisa mendapatkan kebutuhan pelayanan jasa transportasi secara mudah dan terjangkau. Secara umum kendala yang dihadapi sektor transportasi meliputi aspek kapasitas, kondisi, jumlah, kuantitas prasarana dan sarana fisik, teknologi, sumber pembiayaan, operasi, dan pemeliharaan.

Dalam sejarah perkembangan manusia terhadap perkembangan kota dapat kita lihat bahwa manusia selalu berhasrat untuk bepergian dari suatu tempat ke tempat lain guna mendapatkan keperluan yang dibutuhkan. Dalam hal ini manusia sangat membutuhkan suatu sarana transportasi yang disebut moda atau angkutan.

Kebutuhan akan sarana transportasi dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan akibat semakin banyaknya kegiatan-kegiatan yang membutuhkan jasa transportasi, sehingga bertambah pula intensitas pergerakan lalu lintas antar kota. Kinerja pelayanan jasa angkutan kota dapat dilihat dari efektifitas dan

(20)

9

efesiensinya suatu pengoperasian angkutan kota. Penilaian kriteria efektif biasanya diberikan kepada moda angkutan sedangkan kriteria efisien diberikan kepada aspek penumpang.

Retribusi izin trayek merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khususnya disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah kota makassar untuk beroperasi di jalan-jalan kota makassar.

Berdasarkan keputusan walikota makassar No. 03 Tahun 2002 tentang penetapan kembali cara pemberian izin dalam kota makassar dan keputusan kota makassar No. 21 tahun 2002. Retribusi izin trayek diatur oleh perda nomor 14 tahun 2002 dan bekerja sama dengan Dinas Perhubungan Kota Makassar. Jumlah penduduk di kota makassar dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan, hal ini tercermin dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin yang dapat ditunjukkan dengan rasio jenis penduduk Kota Makasar yaitu sekitar 97,55 persen, yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 98 penduduk laki-laki.

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerjaadalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha.

Dalam penyerapantenaga kerja ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan dalam melaksanakan proses produksi. Dalam proses produksi tenaga kerja memperoleh pendapatan sebagai balas jasa dari usaha yang telah dilakukannya yakni upah.

(21)

10

Menurut (Ehrenberg, 1998) menyatakan apabila terdapat kenaikan tingkat upah rata-rata, maka akan diikuti oleh turunnya jumlah tenaga kerja yang diminta, berartiakan terjadi pengangguran. Atau kalau dibalik, dengan turunnya tingkat upah rata-rataakan diikuti oleh meningkatnya kesempatan kerja, sehingga dapat dikatakan bahwakesempatan kerja mempunyai hubungan terbalik dengan tingkat upah. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Kuncoro (2001), di mana kuantitas tenaga kerja yang diminta akan menurun sebagai akibat dari kenaikan upah.

Apabila tingkat upah naik sedangkan harga input lain tetap, berarti harga tenaga kerja relatif lebih mahal dari input lain. Situasi ini mendorong pengusaha untuk mengurangi penggunaan tenaga kerja yang relatif mahal dengan input-input lain yang harga relatifnya lebih murah guna mempertahankan keuntungan yang maksimum.

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha yang nantinya bisa mendatangkan keuntungan bagi masing-masing orang. Pada jasa angkutan kota, tentu saja dalam hal penyerapan tenaga kerja lebih banyak menyerap tenaga kerja, hal ini terbukti dengan banyaknya angkutan kota yang beroperasi di jalanan ibu kota. Sehingga mendatangkan banyak keuntungan bagi banyak orang, khususnya masyarakat kecil, atau kurang mampu.

Menurut Warpani (1990) anggota masyarakat pemakai jasa angkutan dikelompokkan dalam dua golongan besar yaitu paksawan yaitu mereka yang tidak mampu memiliki kendaraan atau menyewa sendiri, dan pilihwan yaitu:

(22)

11

merekayangmampu.Tujuan utama keberadaan angkutan kota adalah menyelenggarakan pelayanan angkutan yang aman, cepat, murah, dan nyaman bagi masyarakat. Karena sifatnya yang massal, maka diperlukan adanya kesamaan diantara para penumpang berkenaan dengan asal dan tujuan. Sektor jasa angkutan kota pada dasarnya banyak menyerap tenaga kerja, akan tetapi kurangnya perhatian dari Pemerintah dan berbagai pihak yang terkait masih kurang peka dengan masyarakat kurang mampu yang ingin hidupnya lebih sejahtera. Sehingga dengan begitu banyaknya penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa angkutan kota haruslah diimbangi dengan kualitas yang juga harusnya lebih memadai.

1. Karakteristik dan Pola Aktivitas Angkutan Kota

Angkutan kota beroperasi menurut trayek kota yang sudah ditentukan.

Berdasarkan keputusan Menteri Perhubungan No 68 1993, trayek kota seluruhnya berada dalam suatu wilayah kota. Menurut Sutijowarno dan Frazila (2001), trayek pelayanan angkutan kota dipengaruhi oleh data perjalanan,penduduk, dan penyebarannya, serta kondisi fisik daerah yang akan dilayani oleh angkutan kota.

2. Permintaan Jasa Angkutan Kota

jasa angkutan kota merupakan bagian dari suatu sistem transportasi kota.

Tingkat kebutuhan angkutan kota erat kaitannya dengan pola pergerakan atau penyebaran perjalanan pengguna jasa angkutan kota (penumpang).

Kecenderungan masyarakat kota menggunakan kendaraan pribadi dalam mengadakan perjalanan dalam tingkat-tingkat tertentu dapat menimbulkan masalah transportasi yang memerlukan penyelesaian. Salah satu cara menurunkan tingkat penggunaan kendaraan pribadi adalah meningkatkan sistem pelayanan

(23)

12

angkutan kota, sehingga pemakai kendaraan pribadi berkenan menggunakan jasa angkutan kota. Struktur perekonomian sebuah kota yang relatif maju ditandai dengan semakin besarnya peran sektor jasa dalam menopang perekonomian kota tersebut, sehingga diharapkan peran sektor tersebut akan terus mendominasi dalam memberikan kontribusi nilai tambah terhadap perekonomian.

3. Pergerakan Dan Kebutuhan Terhadap Angkutan Kota

Karakteristik akan kebutuhan terhadap angkutan umum bagi setiap individu sangat berbeda, dimana hal ini di pengaruhi oleh karakteristik penduduk dan pola penggunaan lahan. Karakteristik penduduk ini berawal dari adanya pebandingan antara kelompok masyarakat choice dan captive yang pada akhirnya akan menentukan banyaknya model dan rrute angkutan kota yang akan dilaluinya.

4. Prasarana Jalan

Secara umum kondisi jaringan jalan di wilayah kota makassar beberapa tahun terakhir ini terjadi peningkatan, tetapi disisi lain untuk mempertahankan kondisi fisiknya memerlukan biaya yang besar dari segi pemeliharaan dari jalan tersebut. Hal ini sangat menjadi beban biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah kota makassar.

5. Penduduk

Semakin banyak jumlah penduduk, maka peningkatan pada sektor jasa angkutan kota juga akan ikut meningkat itu dikarenakan tidak semua orang memiliki kendaraan pribadi. Sehingga akan banyak orang yang akan menggunakan angkutan kota untuk melakukan segala aktivitasnya dengan begitu

(24)

13

banyak pihak yang merasa diuntungkan dan menimbulkan efek yang positif bagi kedua belah pihak antara penyedia jasa dan pengguna jasa tersebut.

B. Pengaruh Jumlah Penduduk Kota Makassar TerhadapPenyerapan Tenaga Kerja

Pertumbuhan penduduk adalah merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan mengurangi jumlah penduduk.

Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh beberapa komponen yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), migrasi masuk dan migrasi keluar. Selisih antara kelahiran dan kematian disebut pertumbuhan alamiah (natural increase), sedangkan selisih antara migrasi masuk dan migrasi keluar disebut migrasi netto.

Adanya pengaruh positif pertumbuhan penduduk terhadap penyerapan tenaga kerja dimana kondisi dan kemajuanpenduduk sangat erat terkait dengan tumbuh dan berkembangnya usaha ekonomi. Penduduk disatu pihak dapat menjadi pelaku atau sumber daya bagi faktor produksi, pada sisi lain dapat menjadi sasaran atau konsumen bagi produk yang dihasilkan kondisi-kondisi kependudukan, data dan informasi kependudukan akan sangat berguna dalam memperhitungkan berapa banyak tenaga kerja akan terserrap atau kualifikasi tertentuyang dibutuhkan dan jenis-jenis teknologi yang akan dipergunakan untuk memproduksi barang atau jasa. Disisi lain pengetahuan tentang struktur penduduk dan kondisi sosial ekonomi pada wilayah tertentu akan sangat bermanfaat dalam memperhitungkan berapa banyak penduduk yang dapat memanfaatkan peluang dan hsil pembangunan atau seberapa luas pangsa pasar bagi suatu produk usaha tertentu (Todaro, 2003).

(25)

14 a. Teori Adam Smith

Menurut Mulyadi (2003), teori klasik menganggap bahwa manusialah sebagai faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran bangsa-bangsa.

Alasannya, alam (tanah) tidak ada artinya kalau tidak ada sumber daya manusia yang pandai mengolahnya sehingga bermanfaat bagi kehidupan. Dalam hal ini teori klasik adam smith (1729-1790) juga melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh dengan kata lain, alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu bagi pertumbuhan ekonomi.

b. Teori Malthus

Setelah Adam Smith, Thomas robert malthus (1766-1834) dianggap sebagai pemikir klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran- pemikiran ekonomi. Buku malthus yang dikenal paling luas adalah prineciples of population. Menurut Mulyadi (2003), dari buku tersebut akan dilihat bahwa meskipun malthus termasuk salah satu pengikut adam smith, tidak semua pemikirannya sejalan dengan pemikiran smith. Disatu pihak Smith optimis bahwa kesejahteraan umat manusia akan selalu meningkat sebagai dampak positif dari pembagian kerja dan spesialisasi. Sebaliknya, Malthus justru pesimis tentang masa depan umat manusia. Kenyataan bahwa tanah sebagai salah satu faktor produksi utama tetap jumlahnya. Dalam banyak hal justru luas tanah untuk pertanian berkurang karna sebagian digunakan untuk membangun perumahan, pabrik-pabrik dan bangunan lain serta pembuatan jalan. Menurut Malthus manusia

(26)

15

berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan hasil-hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan umat manusia. Malthus tidak percaya bahwa teknologi mampu berkembang lebih cepat dari jumlah penduduk sehingga perlu dilakukan pembatasan dalam jumlah penduduk. Pembatasan ini Malthus sebagai pembatasan moral.

c. Teori Keynes

Kaum klasik percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada kekuatan mekanisme pasar akan selalu menuju keseimbangan. Dalam posisi keseimbangan semua sumber daya, termasuk tenaga kerja, akan digunakan secara penuh dengan demikian di bawah sistem yang didasarkan mekanisme pasar tidak ada pengangguran. Kalau tidak ada yang bekerja, dari pada tidak memperoleh pendapatan sama sekali, maka mereka bersedia bekerja dengan tingkat upah lebih rendah ini akan menarik perusahaan untuk memperkerjakan mereka lebih banyak.

Kritikan Jhon Maynard Keynes (1883-1946) terhadap sistem klasik salah satunya adalah tentang pendapatnya yang menyatakan bahwa tidak ada mekanisme penyesuaian (adjustment) otomatis yang menjamin bahwa perekonomian akan mencapai keseimbangan pada tingkat penggunaan kerja penuh. Dalam kenyataan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik di atas. Di manapun para pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan pekerja dan penurunan tingkat upah. Kalaupun tingkat upah diturunkan, maka boleh jadi tingkat pendapatan masyarakat akan turun. Turunnya pendapatan sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada

(27)

16

gilirannya akan memyebabkan konsumsi secara keseluruhan akan berkurang.

Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong turunnya harga-harga.

Kalau harga-harga turun, maka nilai kurva produktivitas marjinal tenaga kerja (marginal value of productivityo of labour) yang dijadikan sebagain patokan oleh pengusaha dalam memperkerjakan tenaga kerja akan turun. Jika penurunan dalam harga-harga tidak begitu besar, maka kurva produktivitasnya hanya turun sedikit. Meskipun demikian jumlah tenaga kerja yang bertambah tetap saja lebih kecil dari jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga- harga turun drastis dimana jumlah tenaga kerja yang tertampung menjadi semakin kecil dan pengangguran menjadi semakin bertambah luas (Mulyadi 2003).

d. Teori Harrod-Domar

Teori Harrod-Domar dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut teori ini dalam Mulyadi (2003), investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas produksi. Peran modal fosik di dalam model pertumbuhan sangat penting, akan tetapi kapasitas produksi hanya dapat meningkat bila sumber daya lain (modal fisik) membesar. Di samping itu dalam model pertumbuhan , jumlah penduduk yang besar tidak mengurangi pendapatan per kapita asalkan modal fisiknya meningkat. Model yang sama juga dikemukakan oleh model solow di mana dalam model ini dipakai suatu fungsi produksi Cobb-douglas. Angkatan kerja diasumsikan tumbuh secara geometris dan full imployment selalu tercapai tetapi, dalam model ini pekerja sudah diperluaskan secara jelas sebagai salah satu faktor produksi, dan bukan sekedar pembagi (untuk memperoleh output pekerja).

Dalam model ini juga dilihat substitusi antara modal fisik dan pekerja.

(28)

17 e. Teori Ester Boserup

Boserup berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk justru menyebabkan dipakainya sistem pertanian yang lebih intensif disuatu masyarakat dan meningkatnya output di sektor pertanian. Boserup juga berpendapat bahwa pertambahan penduduk berakibat dipilihnya sistem teknologi pertanian pada tingkatan yang lebih tinggi. Dengan kata lain, inovasi (teknologi) ada lebih dahulu. Inovasi itu hanya menguntungkan bila jumlah penduduk lebih banyak.

Inovasi menuru Boserup dapat meningkatkan output pekerja, tetapi hanya dilakukan bila jumlah jumlah pekerjanya banyak. Pertumbuhan penduduk justru mendorong diterapkannya suatu inovasi (teknologi) baru (Mulyadi, 2003).

Dari keseluruhan teori tenaga kerja dan pertumbuhan yang mendominasi sebagian besar teori-teori pembangunan pada tahun 1950-an dan 1960-an dan pada awal tahun 1980-an dikenal bentuk ekonomi sisi penawaran atau supply- sideeconomics, yang memfokuskan kepada kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan output nasional melalui akumulasi modal. Karena model ini menghubungkan tingkat penyediaan kesempatan kerja dengan tingkat pertumbuhan GNP, artinya dengan memaksimumkan penyerapan tenaga kerja, untuk memaksimumkan pertumbuhan GNP dan kesempatan kerja dengan cara memaksimumkan tingkat tabungan dan investasi.

f. Teori Pasar Tenaga Kerja

Solmon (1980) dalam Sinaga (2005) menjelaskan bahwa pasar tenaga kerja adalah tempat aktivitas dari bertemunya pelaku-pelaku, pencari kerja dan pemberi lowongan kerja. Proses bertemunya pencari kerja dan pemberi lowongan

(29)

18

kerja dapat terjadi sebentar saja namun dapat pula memakan waktu yang lama, masalah yang dihadapi kedua belah pihak di pasar yaitu: setiap perusahaan yang menawarkan lowongan kerja maka menginginkan kualitas serta keahlian pekerja berbeda-beda sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat upah.

Sedangkan pencari kerja memiliki keahlian juga berbeda-beda sehingga pekerja menginginkan tingkat upah yang juga berbeda-beda pula. Di mana letak masalah dari kedua belah pihak adalah keterbatasan informasi.

Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, maka laju maka pertumbuhan angkatan kerjanya pun cukup tinggi. Untuk di kota makassar itu sendiri pertumbuhan penduduknya sangat tinggi sehingga penyerapan tenaga kerja pun cukup banyak terkhusus pada sektor jasa angkutan kota.

Pengaruh jumlah penduduk terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa angkutan kota di kota makassar berpengaruh positif dan signifikan. Hal tersebut terbukti bahwa dengan semakin banyaknya jumlah penduduk maka pencari kerja pun cukup banyak khususnya untuk sektor jasa angkutan kota pete- pete.

Jumlah penduduk di Kota Makassar setiap tahunnya menunjukkan peningkatan, itu terbukti dengan banyaknya orang yang mencari kerja. Angkutan kota dalam hal ini banyak menyerap tenaga kerja di dalamnya, semakin meningkat jumlah penduduk di Kota Makassar maka akan semakin meningkat pula orang yang ingin bekerja.

Pengaruh jumlah penduduk di Kota Makassar terhadap penyerapan tenaga kerja menunjukkan pengaruh yang positif, itu terbukti apabila jumlah penduduk di

(30)

19

Kota Makassar meningkat, maka otomatis akan terjadi peningkatan juga pada penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa angkutan kota.

C. Pengaruh Jumlah Kendaraan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pesatnya pertambahan jumlah penduduk di kota-kota besar menyebabkan semakin bertambahnya pula jumlah kendaraan yang ada. Sehingga angkutan kota cukup berkembang, karena kebanyakan penduduk memerlukan angkutan kota untuk bekerja, berbelanja, berwisata, maupun untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi lainnya. Kepadatan penduduk dalam suatu kota mempengaruhi permintaan angkutan kota, karena kawasan berkepadatan tinggi secara otonomis dapat dilayani oleh angkutan kota (pete-pete), oleh sebab itu peran angkutan kota sangat besar dalam menunjang mobilitas warga kota makassar untuk melakukan aktivitasnya.

Kebutuhan angkutan kota penduduk didalam wilayah kota makassar dilayani oleh angkutan kota jenis mobil penumpang (pete-pete). Dalam upaya memberikan pelayanan pengguna jasa angkutan kota, saat ini telah dioperasikan pelayanan angkutan kota, yang terbagi dalam 17 trayek rute dimana pada semua rute menjadikan semua pusat kota sebagai tujuan akhir, karena kawasan pusat kota merupakan pusat kegiatan perdagangan dan jasa serta perkantoran.

D. Pengaruh Jumlah Rute Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Rute adalah jaringan jalan raya yang dilewati oleh suatu kendaraan dimana angkutan kota (pete-pete) adalah salah satu kendaraan yang beroperasi di ibu kota.

Panjang jalan di Kota Makassar dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan yang begitu besar, itu ditandai dengan banyaknya jalanan yang rusak di Kota

(31)

20

Makassar, sehingga sarana transportasi yang memadai dalam menunjang mobilitas penduduk dan kelancaran dalam melaksanakan aktifitasnya dapat terganggu, maka kegiatan perekonomian di Kota Makassar dapat terkendala.

Usaha pembangunan yang makin meningkat menuntut adanya perbaikan jalanan yang rusak agar segera diperbaiki. Kelancaran jasa angkutan kota sangat di tentukan oleh kondisi jalan itu sendiri karena apabila kondisi jalan di Kota Makassar baik, maka dengan begitu akan terjadi peningkatan pada angkutan kota yang nantinya akan banyak menyerap tenaga kerja. Jasa angkutan kota yang tersedia selama ini kurang memadai itu karena fasilitas yang diberikan masih kurang baik, hal ini membuat kita berfikir bahwa Pemerintah dalam hal ini masih kurang perhatian terhadap angkutan kota. Akan tetapi masih banyak orang yang memerlukan pekerjaan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya.

Pengaruh jumlah rute di Kota Makassar terhadap penyerapan tenaga kerja menunjukkan pengaruh yang positif, itu terbukti apabila kondisi jalan di Kota Makassar baik, maka akan terjadi peningkatan pada jasa angkutan kota yang nantinya akan banyak menyerap tenaga kerja di dalamnya.

E . Kerangka Pikir

Penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa angkutan kota di Kota Makassar sangat berpengaruh terhadap sarana dan prasarana transportasi di Kota Makassar di latar belakangi oleh adanya kegiatan pembangunan rehabilitasi dan rekontruksi yang sedang berjalan di Kota Makassar. Dimana dengan kegiatan ini akan tumbuh menjadi pusat pembangunan bagi masyarakat Kota Makassar khususnya.

(32)

21

Sehingga untuk memadukan permasalahan diatas, maka perlunya penaganan secara khusus bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya.

Gambar 1.Bagan Kerangka Pikir.

Berdasarkan pada tujuan dan sasaran penelitian serta kajian teori yang ada, maka variabel penelitian dalam penelitian ini adalah meliputi tiga variabel yaitu:

Jumlah penduduk kota makassar, jumlah kendaraan/angkutan, dan Jumlah Rute.

Setiap variabel memiliki keterkaitan dan memiliki dampak terhadap satu dengan lainnya. Hasil pengolahan data yang diperoleh dari identifikasi tersebut kemudian dilakukan analisis statistik dan non statistik, sehingga akan diperoleh suatu keterkaitan antara penyerapan tenaga kerja dengan sektor jasa angkutan kota yang ada di Kota Makassar.

JUMLAH PENDUDUK

KOTA MAKASSAR

(X1) JUMLAH KENDARAAN

(X2)

PENYERAPAN TENAGA KERJA JASA ANGKUTAN

KOTA JUMLAH RUTE (Y)

(X3)

(33)

22 F. Hipotesis

Diduga bahwa Jumlah Penduduk Kota Makassar, Jumlah Kendaraan, dan Jumlah Rute, berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa angkutan kota di Makassar.

(34)

23 BAB III

METODE PENELITIAN A.Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat atau lokasi Penelitian dilaksanakan di Kota Makassar selama 2 bulan, mulai dari bulan Maret sampai dengan April 2015 .

B.Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh sejumlah data yang diperlukan, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Penelitian Kepustakaan (library research)

Penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan serta membaca literatur-literatur, artikel-artikel, serta karangan ilmiah lainnya yang erat hubungannya dengan masalah yang dibahas, sehingga dapat membantu dalam penulisan skripsi ini.

2. Penelitian Lapangan (field research)

Penelitian yang dilakukan secara langsung pada instansi yang dimaksud adalah dalam bentuk wawancara langsung untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan pada obyek yang berkaitan, dalam hal ini Dinas Perhubungan Kota Makassar.

(35)

24 C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang diperoleh dalam bentuk penjelasan-penjelasan yang relevan dengan objek penelitian. Sedankan data kuantitatif yaitu data uang berupa angka-angka.

2. Sumber Data

a. data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian b. data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait, baik berupa data statistik maupun berupa informasi tertulis lainnya.

Adapun sumber data tersebut diperoleh dari:

1.) Dinas Perhubungan Kota Makassar 2.) BPS Kota Makassar, dan

3.) Sumber Yang Relevan D. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

Menggunakan model regresi linear berganda dengan rumus (prabowo supranto, 2004):

Y = 01X12X23X3

(36)

25 Keterangan:

Y = Penyerapan Tenaga Kerja (Orang)

X1 =Jumlah Penduduk Kota Makassar (Orang) X2 = Jumlah Kendaraan( Unit)

X3 = Jumlah Rute (Kode) β0 = Konstanta

β1, β2, β3 = Nilai koefisien regresi

 = Standar eror

Sedangkan untuk mengetahui tingkat signifikansi dari masing-masing koefisien regresi variabel independen terhadap variabel dependen maka dapat menggunakan uji statistik berikut ini :

1. Uji Statistik F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dengan menggunakan Level of significance 5 persen, apabila nilai F-hitung < F-tabel maka hipotesis diterima

yang artinya seluruh variabel independen yang digunakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Apabila F-hitung > F-tabel maka hipotesis ditolak yang berarti seluruh variabel independen berpengaruh secara signifikan taerhadap variabel dependen dengan taraf signifikan tertentu.

2. Uji statistik t

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing

(37)

26

variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen secara nyata.

3. Analisis koefisien determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) yang kecil atau mendekati nol berarti kemampuan variabel – variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel – variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel – variabel dependen.

E. Definisi Operasional

1. Variabel Dependent (Terikat)

Perkembangan penyerapan tenaga kerja (Y) merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha yang nantinya bisa mendatangkan keuntungan bagi masing-masing orang dalam hal ini sektor jasa angkutan kota diukur (dalam orang).

2. Variabel Independent (Bebas)

a. Jumlah penduduk Kota Makassar (X1) adalah semua orang yang menetap di suatu wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu diukur (dalam orang).

b. Jumlah Kendaraan (X2) adalah jumlah kendaraan yang beroperasi di kota makassar (perunit).

(38)

27

c. Jumlah Rute (X3) adalah seluruh Jumlah jalan raya yang dilewati angkutan kota pete-pete yang ada di Kota Makassar yang merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian diukur (dalam kilometer).

(39)

28 BAB IV

GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR A. Letak Geografis

Kota makassar terletak antara 119 24’17’38’ Bujur timur dan 5 8’6’19’

lintang selatan yang berbatasan sebelah utara dengan kabupaten pangkep, sebelah timur kabupaten maros, sebelah selatan kabupaten gowa dan sebelah barat adalah selat makassar. Luas wilayah kota makassar tercatat 175,77 km persegi yang meliputi 14 kecamatan. Dan memiliki batas-batas wilayah administrratif dari letak kota makassar, antara lain :

Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten pangkep Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten maros Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten gowa Sebelah barat berbatasan dengan selat makassar

Secara geografis, letak kota makassar berada ditengah pulau-pulau besar lain dari wilayah kepulauan nusantara sehingga menjadikan kota makassar dengan sebutan “Angin Mammiri” ini menjadi pusat pergerakan spasial dari wilayah barat kebagian timur maupun utara ke selatan indonesia. Dengan posisi ini menyebabkan kota makassar memiliki daya tarik kuat bagi para imigran dari daerah sulawesi selatan itu sendiri maupun daerah lain seperti provinsi yang ada dikawasan timur indonesia untuk datang mencari tempat tinggal dan lapangan pekerjaan.

(40)

29

Kota makassar cukup unik dengan bentuk menyudut dibagian utara, sehingga mencapai dua sisi pantai yang saling tegak lurus dibagian utara dan barat. Disebelah utara kawasan pelabuhan hingga tallo telah berkembang kawasan campuran termasuk didalamnya armada angkutan laut, perdagangan, pelabuhan rakyat dan samudera, sebagai rawa-rawa tambak, dan empang dengan perumahan kumuh hingga sedang. Kawasan pesisir dari arah tengah kebagian selatan berkembang menjadi pusat kota (centre business disctrict-CBD) dengan fasilitas perdagangan, pendidikan, pemukiman, fasilitas rekreasi dan resortyang menempati pesisir pantai membelakangi laut yang menggunakan lahan hasil reklamasi pantai.

Kenyataan diatas menjadikan beban kawasan pesisir kota makassar saat ini dan dimasa mendatang akan semakin berat terutama dalam hal daya dukung dan aspek fisik lahan termasuk luasnya yang terbatas. Ditambah lagi pertumbuhan dan perkembangan penduduk sekitarnya yang terus berkompetis untuk mendapatkan sumber daya didalamnya.

B. Jumlah Penduduk

Secara keseluruhan kota makassar memiliki luas 175.77 km2 yang terdiri dari 14 kecamatan, 143 Kelurahan, 805 ORW, dan 4.445 ORT. Penduduk kota makassar tahun 2013 tercatat sebanyak 1.408.072 jiwa yang terdiri dari 695.955 laki-laki dan 712.117 perempuan. Sementara itu jumlah penduduk kota makassar tahun 2012 tercatat sebanyak 1.369.606 jiwa. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin penduduk kota makassar

(41)

30

yaitu sekitar 97,73%,yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 98 penduduk laki-laki.

TABEL.2

Penyebaran Penduduk Kota Makassar (Menurut Kecamatan), Tahun 2013

KECAMATAN JUMLAH PERTUMBUHAN

Ujung Pandang 26.904 2,01%

Rappocini 151.091 11,28%

Biringkanaya 167.741 12,52%

Tamalate 170.878 12,76%

Sumber: BPSSulawesi Selatan, Tahun 2014

Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut Kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi diwilayah Kecamatan Tamalate, disusul Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan Rappocini, dan yang terendah adalah Kecamatan Ujung Pandang.

TABEL.3

Kepadatan Penduduk Kota Makassar (Menurut Kecamatan), Tahun 2013

KECAMATAN JUMLAH PERTUMBUHAN

Makassar 33.155 5,93%

Mariso 31.753 4,10%

Mamajang 26.772 4,28%

Tamalanrea 3.393 7,67%

Biringkanaya 3.837 13,14%

Manggala 5.299 9,08%

Ujung Tanah 8.103 3,42%

Panakukkang 8.512 10,31%

Sumber: BPS Sulawesi Selatan, Tahun 2014

(42)

31

Ditinjau dari kepadatan penduduk per Km persegi, kecamatan makassar yang terpadat, disusul kecamatan mariso, kecamatan mamajang, sedangkan kecamatan tamalanrea merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah, kemuadian kecamatan biringkanaya, kecamatan manggala, kecamatan ujung tanah dan kecamatan panakukkang. Wilayah-wilayah yang kepadatan penduduk masih rendah tersebut masih memungkinkan untuk pengembangan daerah pemukiman terutama di 3 (tiga) kecamatan, yaitu biringkanaya, tamalanrea dan manggala.

Pesatnya pertumbuhan penduduk tersebut dipengaruhi oleh kelahiran dan urbanisasi yang cukup besar. Implikasi pertumbuhan penduduk yang cukup pesat tersebut tentu saja menimbulkan masalah-masalah sosial ekonomi di perkotaan.

Kota makassar sebagai salah satu kota dengan kepadatan penduduk terbesar di indonesia dan merupakan kota metropolitan mempunyai prospek yang potensial untuk meningkatkan jumlah angkutan kota yang berfungsi untuk menungkatkan pertumbuhan ekonomi di sulawesi selatan khususnyamaupun pembangunan nasional pada umumnya.

(43)

32 BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Makassar

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili diwilayah geografis suatu wilayah selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga komponem yaitu: mortalitas, fertilitas, dan migrasi. Tingginya laju pertumbuhan penduduk dibeberapa bagian di dunia ini menyebabkan jumlah penduduk meningkat dengan cepat.

Jumlah penduduk adalah semua orang yang menetap disuatu wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu. Jumlah penduduk sutu negara dapat diketahui melalui beberapa cara yaitu: sensus penduduk, survey penduduk, dan registrasi penduduk.

Sensus penduduk (cacah jiwa) yaitu perhitungan jumlah penduduk oleh pemerintah dalam jangka waktu tertentu secara serentak. Sensus penduduk dilaksanakan tiap 10 tahun dan dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Survey penduduk yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah untuk melakukan penelitian dan menyediakan data statistik kependudukan kepada waktu dan tempat tertentu. Survey yang dilakukan meliputi survey ekonomi nasional, survey angkatan kerja nasional, dan survey penduduk antar sensus (SUPAS).

Registrasi penduduk yaitu proses kegiatan pemerintah yang meliputi pencatatan kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, perubahan tempat

(44)

33

tinggal, dan perubahan pekerjaan secara rutin. Pencatatan ini terutama dilakukan di tingkat pemerintah terendah yaitu kelurahan.

Jumlah penduduk di kota makassar meningkat, maka permintaan akan sektor transportasi juga ikut meningkat, karena akan banyak orang yang ingin melakukan aktivitasnya diluar rumah.

TABEL.4

Jumlah Penduduk Kota Makassar Periode 2004-2013 (Dalam Jiwa)

TAHUN JENIS KELAMIN JUMLAH PERTUMBUHAN

LAKI-LAKI PEREMPUAN

2004 582.382 596.641 1.179.023 6,60%

2005 582.572 610.862 1.193.434 6,68%

2006 611.049 612.491 1.223.540 6,85%

2007 618.233 617.006 1.235.239 6.92%

2008 601.304 652.352 1.253.656 7,02%

2009 610.270 662.079 1.272.349 7,08%

2010 661.379 677.995 1.339.374 7,13%

2011 667.681 684.455 1.348.312 7,50%

2012 676.744 692.862 1.369.606 7,72%

2013 695.955 712.117 1.408.072 8,05%

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan, Tahun 2014

Tabel di atas menunjukkan bagaimana perkembangan jumlah pendudk kota makassar selama periode penelitian. Jumlah penduduk kota makassar mengalami peningkatan dari tahun ketahun ini diimangi dengan jumlah penduduk

(45)

34

yang sudah bekerja dan baru mencari kerja. Di kota makassar sektor transportasi menyerap banyak tenaga kerja, sehingga peluang untuk mensejahterakan hidup lebih terjamin.

Pertumbuhan jumlah penduduk kota makassar pata tahun 2004 adalah sebanyak 1.179.023jiwa dan mengalami peningkatan pada tahun 2005 yaitu 1.193.434, dan selalu mengalami peningkatan hingga 2013.

Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat harus diimbangi dengan penyerapan tenaga kerja yang juga memadai karena pada dasarnya jasa angkutan kota banyak menyerap tenaga kerja tanpa memperhatikan tingkat pendidikan karena rata-rata pendidikan terakhir seorang sopir adalah SD dan SMP. Penduduk kota makassar lebih memperhatikan kenyamanan yang akan mereka dapat pada angkutan kota.

B. Jumlah Kendaraan

Pesatnya pertambahan jumlah penduduk di kota-kota besar menyebabkan semankin bertambahnya pula jumlah kendaraan yang ada. Sehingga angkutan kota cukup berkembang, karena kebanyakan penduduk memerlukan angkutan kota untuk bekerja, berbelanja, berwisata maupun untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi lainnya. Kepadatan penduduk di dalam suatu kota mempengaruhi permintaan angkutan kota, karena kawasan yang berkepadatan tinggi secara otonomis dapat dilayani oleh angkutan kota (pete-pete). Oleh sebab itu peran angkutan kota sangat besar dalam menunjang mobilitas warga kota makassar untuk melakukan aktivitasnya.

(46)

35

Kebutuhan angkutan kota penduduk didalam wilayah kota makassar dilayani oleh angkutan kota jenis mobil penumpang (pete-pete). Dalam upaya memberikan pelayanan kepada pengguna jasa angkutan kota, saat ini telah dioperasikan pelayanan angkutan kota, yang terbagi dalam 17 trayek rute dimana semua rute menjadikan semua pusat kota sebagai tujuan akhir, karena kawasan pusat kota merupakan pusat kegiatan perdagangan dan jasa serta perkantoran.

TABEL. 5

Jumlah Angkutan Kota (pete-pete) dalam Wilayah Kota Makassar Tahun 2004-2013

Tahun Jumlah Pete-Pete Pertumbuhan

2004 3.550 0%

2005 3.550 0%

2006 3.550 0%

2007 3.550 0%

2008 4.113 12,06%

2009 4.113 0%

2010 4.113 0%

2011 4.113 0%

2012 4.113 0%

2013 4.113 0%

Sumber Data: Dinas Perhubungan Kota Makassar. 2014

Berdasarkan data tersebut diatas, dapat dilihat bahwa jumlah angkutan kota (pete-pete) pada tahun 2004 adalah sebanyak 3.550 dan tidak ada pertambahan sampai pada tahun 2007. Dan pada tahun 2008 mengalami

(47)

36

pertambahan sebanyak 4.113 sampai pada tahun 2013 pun jumlah angkutan kota pete-pete mengalami pertambahan. Ini berdasarkan keputusan walikota makassar untuk membatasi atau tidak menambah angkutan kota pete-pete untuk sementara sampai dengan waktu yang belum ditentukan.

C. Perkembangan penyerapan tenaga kerja jasa angkutan kota

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari angkutan kota yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha.

Dalam penyerapan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan dalam melaksanakan proses produksi. Dalam proses produksi tenaga kerja memperroleh pendapatan sebagai balas jasa dari usaha yang telah dilakukan dalam bentuk upah.

Sektor jasa angkutan kota menyerap banyak tenaga kerja, akan tetapi kurangnya perhatian dari pemerintah serta pihak yang terkait masih kurang peka dengan masyarakat kurang mampu yang ingin hidupnya lebih sejahtera. Sehingga dengan begitu penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa angkutan kota haruslah diimbangi dengan kualitas yang juga harus lebih memadai.

(48)

37 TABEL. 6

Penyerapan tenaga kerja jasa angkutan kota pete-pete Periode 2004-2013 (dalam jiwa)

TAHUN JUMLAH PERTUMBUHAN

2004 12.350 5,24%

2005 14.256 6,04%

2006 16.452 6,98%

2007 17.175 7,28%

2008 26.385 11,19%

2009 30.435 12,90%

2010 31.550 13,38%

2011 32.565 13,54%

2012 35.640 13,61%

2013 40.565 17,00%

Sumber: dinas perhubungan kota makassar, tahun 2014

Tabel tersebut diatas menunjukkan bagaimana perkembangan penyerapan tenaga kerja pada jasa angkutan kota pete-pete selama periode penelitian.

Penyerapan tenaga kerja pada jasa angkutan kota pete-pete dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar.

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada angkutan kota pete-pete sehingga bisa mendatangkan keuntungan bagi sopir angkutan kota pete-pete itu sendiri dalam hal ini sektor jasa angkutan kota di makassar.

(49)

38

Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja jasa angkutan kota pete-pete tidak mengalami penurunan dari tahun ke tahun ini membuktikan bahwa angkutan kota pete-pete masih banyak di gunakan oleh masyarakat kota makassar yang berdampak pada pendapatan sopir angkutan kota pete-pete sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

Penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa angkutan kota pete-pete mengalami peningkatan itu disebabkan karena keinganan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari beserta keluarganya, sehingga pendapatan yang diperoleh lebih meningkat.

D. Trayek Angkutan kota

Berdasarkan pada peraturan pemerintah Nomor 41 Tahun 2007, yakni tentang angkutan kota, dijelaskan bahwa sebagai berikut: Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap, dan jadwal tetap maupun tidak terjadwal. Sedangkan jaringan trayek adalah kumpulan dari trayek yang menjadi satu kesatuan jaringan pelayanan angkutan orang.

(50)

39

TABEL.7

Jumlah Angkutan Kota Di Wilayah Makassar Sesuai Trayek Tahun 2007-2013

KODE

TRAYEK JALAN YANG DILALUI JUMLAH PERTUMBUHAN

A Mks. Mall – Btn Minasa Upa 165 4,01%

B Psr. Butung-Cendrawasih- Trm Malengkeri

421 10,24%

C Mks. Mall – Tallo 220 5,35%

D Mks. Mall – Terminal Regional Daya – Perumnas Sudiang

809 19,67%

E Mks. Mall – Unm – Perumnas Panakukang

379 9,21%

F Mks. Mall – Veteran – Trm Malengkeri

286 6,95%

G Mks. Mall – Ir Sutami/Toll – Trm Regional Daya

348 8,46%

H Mks. Mall – Perumnas Antang 329 7,10%

I Mks. Mall - Stiki – Borong 299 7,27%

J Mks. Mall – Pa’baeng-Baeng – Perumnas Panakukkang

200 4,86%

S Mks. Mall – Btp 221 5,37%

B1 Trm Malengkeri – Cenderawasih – Kampus. Unhas

146 3,55%

C1 Tallo – Kampus. Unhas 36 0,88%

E1 Perumnas Panakukang – Veteran – Kampus Unhas

149 3,26%

F1 Trm. Malengkeri – Veteran – Kampus. Unhas

53 1,29%

R1 Psr. Baru – Ujung Tanah – Kampus Unhas

2 0,05%

W Btp – Trm. Daya – Sma N 6 (Trayek Pinggiran Kota

50 1,22%

JUMLAH 4113

Sumber: Dinas Perhubungan Kota Makassar 2014

(51)

40

E. Perkembangan Panjang Jalan Kota Makassar

Jalan merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Usaha pembangunan yang makin meningkat menuntut adanya sarana transportasi yang memadai untuk menunjang mobilitas penduduk dan kelancaran distribusi barang dari dan ke daerah.

Perkembangan yang terjadi di sektor transportasi belakangan ini tidak terlepas dari adanya campur tangan Pemerintah ditambah dengan para pihak yang terkait di dalamnya, sehingga boleh dikatakan kalau sektor transportasi mengalami peningkatan, maka akan diikuti dengan bertambahnya panjang jalan di Kota Makassar yang berfungsi untuk memperlancar sarana dan prasarana.

TABEL.8

Jumlah Rute Kota Makassar Periode 2004-2013 (Dalam Kilometer)

TAHUN

KONDISI JALAN

JUMLAH

BAIK SEDANG RUSAK

RINGAN

RUSAK BERAT

2004 1.287,51 152,05 226,13 30,50 1.696,19

2005 1.213,34 311,18 149,69 35,22 1.709,43

2006 830,38 195,07 226,86 470,30 1.722,61

2007 684,35 293,07 215,84 560,94 1.754,20

2008 870,04 147,60 171,50 597,32 1.786,46

2009 899,26 347,37 201,96 369,41 1.818,00

2010 1.029,36 264,04 238,15 318,58 1.850,13

2011 727.69 264.04 283.15 318.58 1.593.46

2012 627.36 423.46 304.15 238.50 1.593.47

2013 722.46 356.36 335.50 179.14 1.593.46

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Makassar, Tahun 2014

(52)

41

Tabel diatas menunjukkan bahwa panjang jalan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, walaupun jumlahnya tidak terlalu besar. Panjang jalan pada tahun 2004 yaitu sepanjang 1.696,19Km dan panjang jalan pada tahun 2005 yaitu sepanjang 1.709,43Km, sedangkan panjang jalan pada tahun 2006 yaitu sepanjang 1.722,61Km dan panjang jalan pada tahun 2007 juga meningkat sepanjang 1.754,20 Km.

Kemudian meningkat masing-masingsepanjang 1.786,46 Km pada tahun 2008. Pada tahun 2009 sampai 2010 panjang jalan mengalami peningkatan yang cukup stabil.Panjang jalan tahun 2009 yaitu sepanjang 1.818.00 Km, pada tahun 2010 juga terjadi peningkatan yaitu sepanjang 1.850,13 Km. Dan pada 2011 sampai tahun 2013 panjang jalan mengalami penurunan, sehingga panjang jalan pada tahun 2011 yaitu sepanjang 1.593.46 Km, dan sedikit mengalami peningkatan panjang jalan pada tahun 2012 yaitu sepanjang 1.593.47 Km, dan panjang jalan pada tahun 2013 sepanjang 1.593.46 Km.

Panjang jalan di Kota Makassar dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, sehingga kalau panjang jalan meningkat maka akan berdampak pada angkutan kota karena rute yang akan dilalui oleh angkutan kota menjadi bertambah dan dapat mengurangi kemacetan di Kota Makassar.

Sehingga rencana Pemerintah untuk membuka trayek baru dapat terealisasi dengan baik karena tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengurangi kemacetan terutama pada jalur-jalur padat kendaraan dan mengurangi tingkat kecelakaan di Kota Makassar.

(53)

42

F. Analisis Pengaruh Pertambahan Jumlah Penuduk, Jumlah Angkutan Kota Dan Panjang Jalan Kota Makassar Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Jasa Angkutan Kota Di Makassar

Tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda yaitu persamaan regresi yang melibatkan 2 (dua) variabel atau lebih (gujarati, 2003). Regresi linear digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari suatu variabel dependen terhadap variabel independen. Perhitungan data dalam penelitian ini menggunakan program SPSS membantu dalam melakukan pengujian model yang telah ditentukan, mencari nilai koefisien dari tiap-tiap variabel, serta pengujian hipotesis secara parsial maupun bersama-sama.

1. Koefisien Determinasi (R2)

Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol sampai satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Berdasarkan hasil regresi pengaruh variabel jumlah penduduk, jumlah angkutan kota (pete-pete) dan jumlah panjang jalan terhadap penyerapan tenaga kerja jasa angkutan kota (Y) diperoleh nilai R2 sebesar 0,980. hal ini berarti variasi variabel independen (bebas) menjelaskan varriasi penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa angkutan kota di kota makassar sebesar 98 persen. adapun sisanya variasi variabel lain dijelaskan di luar model sebesar 2 persen.

(54)

43 Tabel.9

Rekapitulasi Data Hasil Regresi Linear

Variabel Penelitian Coefficient Std.Error T-Statistic Sig

Konstanta (C) -31,081 5,872 -5,293 002

Jumlah Penduduk 3,720 875 4,252 005

Jumlah Angkutan Pete-Pete 3,223 650 4,959 003

Panjang Jalan Kota 229 582 394 007

R-squared=0,980 R=0,990

Adjusted R-squared=0,970 F-statistik=98,903

F-tabel=4,757

n =10 Df=6

t table (0,05;6)=2,446

 Signifikan pada level 5%

Sumber : Data diolah, 2015

(55)

44 1. Koefisien Regresi

Hasil persamaan dari Analisis Regresi Linear Berganda diperoleh persamaan :

Y= -31,081 + 3,720X1+3,223X2+ 0,229X3+

R =0,990

R- squared =0,980 Uji F =98,903

Koefisien regresi (X1) menunjukkan bahwa pengaruh jumlah penduduk adalah positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja jasa angkutan kota.

Ini menunjukkan bahwa jika jumlah penduduk meningkat 1 persen maka penyerapan tenaga kerja akan naik sebesar 3,720 persen.

Koefisien regresi (X2) menunjukkan bahwa pengaruh jumlah penduduk adalah positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja jasa angkutan kota.

Ini menunjukkan bahwa jika jumlah angkutan kota meningkat 1 persen maka penyerapan tenaga kerja akan naik sebesar3,223 persen.

Koefisien regresi (X3) menunjukkan bahwa pengaruh jumlah rute adalah negatif terhadap penyerapan tenaga kerja jasa angkutan kota. Ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja jasa angkutan kota ditentukan oleh jumlah rute yaitu jika panjang jalan meningkat 1 persen, maka penyerapan tenaga kerja jasa angkutan kota akan turun sebesar0,229 persen. Dikarenakan masih banyaknya jalanan ibu kota yg belum diperbaiki.

Gambar

Tabel          Halaman
Gambar        Halaman
Gambar 1.Bagan Kerangka Pikir.
Tabel  di  atas  menunjukkan  bagaimana  perkembangan  jumlah  pendudk  kota  makassar  selama  periode  penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tes formatif, adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui sudah sejauhmanakah peserta didik telah terbentuk sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan setelah

Karena itu, terkait dengan potensi model pembelajaran TPS, perlu dilakukan kajian untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan keterampilan metakognitif siswa

Mengubah Daftar Proyek pada Lampiran sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 15 Tahun 2010 tentang Daftar Proyek-Proyek Percepatan

 Menjalin kerja sama dengan penulis bahan ajar dan tutor (dosen dan praktisi) dari perguruan tinggi di seluruh Indonesia..  Meningkatkan kemampuan dosen baik dalam hal

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Uji Vitamin

Untuk mengetahui proses sedimentasi yang terjadi di muara Sungai Semat, dilakukan penelitian tentang sedimentasi di muara Sungai Semat dengan cara menghitung

tingkat kesehatan KPRI Dinas Perhubungan dan LLAJ Surabaya dapat diketahui dari adanya peningkatan rasio permodalan yaitu pada rasio modal sendiri terhadap total aset dapat dilihat

Memperhatikan ketentuan-ketentuan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana diubah terakhir dengan