• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

39

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Intepretasi Variabel

Langkah paling awal dalam penelitian ini adalah penentuan lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini ditentukan dengan membuat peta daerah aliran sungai (DAS) Code. Peta tersebut nantinya akan menjadi acuan dalam penelitian ini.

Setelah peta DAS tersebut jadi, maka selanjutnya adalah membuat peta administrasi. Data yang dibutuhkan adalah data peta administrasi Daerah Istimewa Yogyakarta, data peta administrasi tersebut nantinya akan di clip dengan peta DAS yang telah dibuat sebelumnya (Gambar 5.1).

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui wilayah administrasi yang masuk kedalam DAS Code dijelaskan dalam Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Wilayah Administrasi DAS Code No KECAMATAN Luas (Ha) Persentase %

1 Depok 149,398 3,711

2 Pakem 1984,785 49,306

3 Ngaglik 485,896 12,071

4 Mlati 188,941 4,694

5 Kraton 16,975 0,422

6 Gondomanan 70,681 1,756

7 Mergangsan 194,465 4,831

8 Pakualaman 27,091 0,673

9 Danurejan 89,588 2,226

10 Umbulharjo 90,492 2,248

11 Gedongtengen 14,447 0,359

12 Gondokusuman 77,693 1,930

13 Tegalrejo 7,308 0,182

14 Jetis 52,057 1,293

15 Sewon 244,437 6,072

16 Pleret 146,944 3,650

17 Jetis 112,716 2,800

18 Banguntapan 71,525 1,777

Jumlah 4025,438 100

(2)

Gambar 5.1 Peta DAS Code

(3)

1. Pembuatan Peta Curah Hujan

Pembuatan peta curah hujan ini menggunakan data yang didapat dari BMKG, data tersebut berupa data curah hujan tahun 2016 di 5 stasiun yang tersebar di Kabupaten Sleman sebanyak 3 stasiun dan di Kabupaten Bantul sebanyak 2 stasiun. Data sebaran hujan tersebut ditunjukkan oleh Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Data sebaran curah hujan

BULAN STASIUN

PAKEM DADAPAN STAKUM BANTUL SEWON

JANUARI 309 337 225 150 97

FEBRUARI 454 344 515 285 221

MARET 638 524 642 357 397

APRIL 166 295 287 155 94

MEI 262 343 233 48 128

JUNI 277 448 170 127 128

JULI 135 183 221 44 65

AGUSTUS 172 36 52 61 94

SEPTEMBER 370 403 267 245 195

OKTOBER 474 508 455 243 243

NOVEMBER 503 563 641 319 363

DESEMBER 343 328 373 334 303

JUMLAH 4103 4312 4081 2368 2328

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Mlati 2016 Berdasarkan data pada Tabel 5.2, selanjutnya data tersebut akan diinterpolasi dengan menggunakan software ArcGIS 10.1 untuk mendapatkan sebaran hujan. Interpolasi ini nantinya menghasilkan data sebaran hujan isohyet seperti yang ditunjukan pada Gambar 5.2.

Dari data isohyet yang telah didapat kemudian dilakukan skoring terhadap parameter yang telah ditentukan (dijelaskan pada Gambar 5.3). Pada Gambar 5.3 telah dilakukan skoring berdasarkan kelas hujan dengan parameter skor yang telah ditentukan sebelumnya.

Dapat diketahui bahwa kelas hujan terbagi menjadi dua yaitu kelas sangat basah dan kelas basah yang ditunjukan dalam Tabel 5.3. pada tabel tersebut menunjukan hasil analisis skor dari data sebaran curah hujan isohyet.

(4)

Gambar 5.2 Peta isohyet DAS Code

(5)

Tabel 5.3 Hasil analisis curah hujan Kecamatan Curah Hujan Keterangan Luas

(Ha) Persentase (%) Pakem > 2500 Sangat Basah 1984,786 49,306 Ngaglik > 2500 Sangat Basah 485,897 12,071

Depok > 2500 Sangat Basah 149,398 3,711

Mlati > 2500 Sangat Basah 188,941 4,694

Kraton > 2500 Sangat Basah 16,975 0,422

Gondomanan > 2500 Sangat Basah 70,681 1,756 Mergangsan > 2500 Sangat Basah 194,465 4,831 Pakualaman > 2500 Sangat Basah 27,091 0,673 Danurejan > 2500 Sangat Basah 89,588 2,226 Umbulharjo > 2500 Sangat Basah 90,492 2,248 Gedongtengen > 2500 Sangat Basah 14,447 0,359 Gondokusuman > 2500 Sangat Basah 77,693 1,930 Tegalrejo > 2500 Sangat Basah 7,308 0,182

Jetis > 2500 Sangat Basah 52,057 1,293

Sewon > 2500 Sangat Basah 67,684 1,681

2000 – 2500 Basah 130,02 3,230

Banguntapan > 2500 Sangat Basah 54,099 1,344

2000 – 2500 Basah 17,426 0,433

Pleret 2000 – 2500 Basah 146,944 3,650

Jetis 2000 – 2500 Basah 112,716 2,800

Sewon 2000 – 2500 Basah 46,733 1,161

Jumlah 4025,441 100

Pada Tabel 5.3 menjelaskan bahwa sebaran hujan relatif tinggi

>2500 mm terdapat di bagian hulu, tengah dan sebagian hilir DAS Code. Sedangkan di bagian hilir sebaran hujan di dominasi dengan range 2000 – 2500 mm. Luas untuk curah hujan >2500 mm sebesar 3571,602 ha, sedangkan untuk curah hujan 2000 – 2500 mm sebesar 453,839 ha.

Pada Gambar 5.3 dapat dilihat untuk hasil analisis curah hujan terbagi menjadi 2 kriteria, yaitu curah hujan > 2500 mm dengan keterangan sangat basah) dan curah hujan 2000 – 2500 mm dengan keterangan basah.

(6)

Gambar 5.3 Peta curah hujan DAS Code

(7)

2. Pembuatan peta ketinggian lahan

Pembuatan peta ketinggian lahan ini menggunakan data kontur dengan skala 25.000. Pengolahan peta kontur ini dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi ArcGIS 10.1, peta kontur ini nantinya akan di analisis dan diberi skor sesuai dengan parameter yang telah ditentukan (Gambar 5.4).

Tabel 5.4 Hasil analisis skor ketinggian lahan Kecamatan Ketinggian (m) Keterangan Luas

(Ha) Persentase (%) Pakem

> 1.300 Sangat Aman 82,921 2,060

500 – 1300 Aman 1036,501 25,749

150 – 500 Cukup Aman 865,364 21,497

Ngaglik 150 – 500 Cukup Aman 478,590 11,889

50 – 150 Rawan 7,307 0,182

Depok 150 – 500 Cukup Aman 60,909 1,513

50 – 150 Rawan 88,489 2,198

Mlati 150 – 500 Cukup Aman 56,461 1,403

50 - 150 Rawan 132,48 3,291

Kraton 50 - 150 Rawan 16,975 0,422

Gondomanan 50 - 150 Rawan 70,681 1,756

Mergangsan 50 - 150 Rawan 194,465 4,831

Danurejan 50 - 150 Rawan 89,588 2,226

Gedongtengen 50 - 150 Rawan 14,447 0,359

Gondokusuman 50 - 150 Rawan 77,693 1,930

Tegalrejo 50 - 150 Rawan 7,308 0,182

Jetis 50 - 150 Rawan 52,057 1,293

Pakualaman 50 - 150 Rawan 27,091 0,673

Umbulharjo 50 - 150 Rawan 90,492 2,248

Banguntapan 50 - 150 Rawan 71,525 1,777

Sewon 50 - 150 Rawan 233,749 5,807

< 50 Sangat Rawan 10,688 0,266

Pleret 50 - 150 Rawan 107,892 2,680

< 50 Sangat Rawan 39,053 0,970

Jetis < 50 Sangat Rawan 112,716 2,800

Jumlah 4025,442 100,000

(8)

Dari hasil analisis, wilayah DAS kali Code ini tergolong kedalam wilayah pegunungan dapat dilihat pada Tabel 5.4. Pada bagian hulu yang didominasi ketinggian > 150 m. Daerah tengah atau daerah kota Yogyakarta sendiri mendapatkan skor 4 dengan ketinggian 50 – 15 m yang artinya wilayah tengah rawan terhadap banjir. Pada wilayah hilir DAS kali Code < 50 m atau artinya adalah sangat rawan terhadap banjir dengan skor 5. Luas ketinggian >1300 m sebesar 82,921 ha, untuk ketinggian 500 – 1300 m 1036,501 ha, ketinggian 150 – 500 m sebesar 1461,324 ha, ketinggian 50 – 150 m 1282,239 ha, sedangkan ketinggian <50 m sebesar 162,457 ha.

Peta ketinggian lahan dapat dilihat pada Gambar 5.4. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa untuk wilayah penelitian tergolong kedalam wilayah pegunungan dan tergolong miring. Di bagian hulu DAS Code ini adalah lereng gunung merapi yang memiliki ketinggian

>1300 m, dibawahnya dengan ditunjukan warna hijau muda memiliki ketinggian antara 500 – 1300 m, disusul dengan warna kuning yang memiliki ketinggian antara 150 – 500 m, pada bagian tengah DAS atau di daerah Kota Yogyakarta sendiri memiliki ketinggian antara 50 – 150 m yang ditunjukkan dengan warna orange dan pada bagian hilir yang ditunjukkan dengan warna merah memiliki ketinggian < 50 m.

Berdasarkan hasil analisis (Gambar 5.4) diketahui daerah yang rawan menurut parameter ketinggian lahan adalah yang memiliki ketinggian antara 50 – 150 m dengan keterangan warna orange dan daerah yang sangat rawan ditunjukkan dengan warna merah dengan ketinggian < 50 m.

(9)

Gambar 5.4 Peta ketinggian lahan DAS Code

(10)

3. Pembuatan peta kelerengan

Pembuatan peta kelerengan ini menggunakan data digital elevation model (DEM). Data peta DEM ini di conversion kedalam bentuk data vektor, kemudian diberi skor menurut parameter yang telah ditentukan. Hasil analisis ditunjukan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Hasil analisis skor kelerengan DAS Kali Code Kecamatan Lereng Keterangan Luas

(Ha) Persentase (%)

Pakem

> 45 % Curam 200,901 5,034

25 - 45 % Cukup Curam 180,287 4,517

15 - 25 % Miring 176,132 4,413

8 - 15 % Cukup Miring 563,473 14,118

0 - 8 % Datar 850,136 21,300

Ngaglik

25 - 45 % Cukup Curam 4,15 0,104

15 - 25 % Miring 3,437 0,086

8 - 15 % Cukup Miring 39,665 0,994

0 - 8 % Datar 429,477 10,761

Depok 8 - 15 % Cukup Miring 16,634 0,417

0 - 8 % Datar 132,642 3,323

Mlati

15 - 25 % Miring 1,415 0,035

8 - 15 % Cukup Miring 40,516 1,015

0 - 8 % Datar 146,36 3,667

Umbulharjo

15 - 25 % Miring 0,314 0,008

8 - 15 % Cukup Miring 1,587 0,040

0 - 8 % Datar 87,937 2,203

Mergangsan

25 - 45 % Cukup Curam 0,379 0,009

15 - 25 % Miring 2,015 0,050

8 - 15 % Cukup Miring 5,938 0,149

0 - 8 % Datar 185,876 4,657

Danurejan

25 - 45 % Cukup Curam 0,625 0,016

15 - 25 % Miring 4,361 0,109

8 - 15 % Cukup Miring 29,005 0,727

0 - 8 % Datar 55,094 1,380

Pakualaman

15 - 25 % Miring 0,441 0,011

8 - 15 % Cukup Miring 8,847 0,222

0 - 8 % Datar 17,056 0,427

Gondomanan

15 - 25 % Miring 2,44 0,061

8 - 15 % Cukup Miring 4,722 0,118

0 - 8 % Datar 63,48 1,590

(11)

Tabel 5.5 Lanjutan

Gedongtengen

15 - 25 % Miring 2,204 0,055

8 - 15 % Cukup Miring 3,143 0,079

0 - 8 % Datar 9,039 0,226

Gondokusuman

15 - 25 % Miring 0,38 0,010

8 - 15 % Cukup Miring 55,204 1,383

0 - 8 % Datar 21,714 0,544

Tegalrejo

15 - 25 % Miring 0,535 0,013

8 - 15 % Cukup Miring 2,193 0,055

0 - 8 % Datar 4,57 0,115

Kraton 8 - 15 % Cukup Miring 1,349 0,034

0 - 8 % Datar 15,564 0,390

Jetis

15 - 25 % Miring 0,095 0,002

8 - 15 % Cukup Miring 22,603 0,566

0 - 8 % Datar 28,907 0,724

Sewon

15 - 25 % Miring 0,093 0,002

8 - 15 % Cukup Miring 34,493 0,864

0 - 8 % Datar 208,24 5,217

Jetis

25 - 45 % Cukup Curam 0,765 0,019

15 - 25 % Miring 4,779 0,120

8 - 15 % Cukup Miring 16,355 0,410

0 - 8 % Datar 88,675 2,222

Banguntapan 0 - 8 % Datar 70,658 1,770

Pleret 8 - 15 % Cukup Miring 1,514 0,038

0 - 8 % Datar 142,797 3,578

Jumlah 3991,21 100

Berdasarkan hasil analisis terlihat karakteristik kelerengan dalam DAS sangat beragam atau bergelombang. Kelerengan >45 % memiliki luas sebesar 200,901 ha, kelas kelerengan 25 – 45 % sebesar 186,206 ha, 15 -25 % sebesar 198,641 ha, untuk kelas 8 – 15 % sebesar 847,241 ha, sedangkan untuk luas kelas kelerengan 0 – 8 % sebesar 2558,222 ha.

Peta kelerengan DAS Code dapat dilihat pada Gambar 5.5.

Berdasarkan Gambar 5.5 dapat diketahui bahwa pada wilayah penelitian ini memiliki jenis permukaan tanah yang bergelombang dan beragam, namun masih tetap didominasi oleh kelerengan 0 – 8 % dengan keterangan datar.

(12)

Gambar 5.5 Peta kelerengan DAS Code

(13)

4. Pembuatan peta penggunaan lahan

Pada penelitian ini data peenggunaan lahan didapat dari BPN pada tahun 2014 - 2016, data tersebut berupa data penggunaan lahan dengan format shp file di Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Data ini nantinya dipotong (clip) sesuai dengan DAS Code. Data pada peta ini kemudian disesuaikan sesuai dengan klasifikasi parameter penggunaan lahan.

Tabel 5.6 Hasil analisis penggunaan lahan DAS kali Code No. Jenis Pemanfaatan

Lahan Luas (ha) Persentase % 1 Permukiman/Bangunan 1552,444 39,760

2 Tanah Terbuka 40,403 1,035

3 Semak Belukar 32,133 0,823

4 Hutan 376,386 9,640

5 Kebun 304,895 7,809

6 Tegalan/Ladang 123,997 3,176

7 Sawah 1458,184 37,346

8 Kolam Air Tawar 7,148 0,183

9 Pemakaman 8,971 0,230

JUMLAH 3904,562 100

Dari hasil analisis (Tabel 5.6) didapatkan jenis-jenis pemanfaatan lahan di DAS Code. Dapat diketahui berdasarkan Tabel 5.6 yaitu jumlah permukiman/bangunan pada wilayah DAS Code ini cenderung padat dengan luas 1552,443 ha atau sekitar 39,760 % dari total luas.

Dari hasil analisis didapatkan peta penggunaan lahan yang ditunjukan oleh Gambar 5.6. Dapat diketahui dari Gambar 5.6 yaitu kepadatan permukiman/bangunan didominasi di wilayah Kota Yogyakarta dengan ditunjukan warna merah. Meningkatnya jumlah populasi sumber daya manusia di wilayah Yogyakarta sendiri memicu pada perubahan penggunaan lahan, terlihat pada Gambar 5.6 pada daerah hulu sudah mulai berdiri permukiman/bangunan. Perubahan ini ditakutkan akan berdampak pada pola derah reaspn air.

(14)

Gambar 5.6 Peta penggunaan lahan DAS Code

(15)

B. Analisis Tingkat Kerentanan Banjir

Pada penelitian ini untuk menentukan tingkat kerentanan banjir dilakukan berdasarkan pada data yang telah diperoleh sebelumnya. Data- data yang digunakan dalam penentuan tingkat kerentanan banjir pada penelitian ini yaitu curah hujan, ketinggian lahan, kelerengan (slope) dan penggunaan lahan. Masing-masing parameter dinilai sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap tingkat kerentanan banjir di daerah penelitian.

Proses selanjutnya dalam analisis peta tingkat kerentanan banjir dilakukan sistem tumpangsusun (overlay) dari parameter yang telah dinilai. Hasil analisis overlay tersebut kemudian diklasifikasi dan hasilnya adalah peta tingkat kerentanan banjir di daerah aliran sungai code.

Penentuan kelas interval tingkat rentan diukur berdasarkan penjumlahan skor tertinggi dikurang dengan jumlah skor terendah yang kemudian dibagi jumlah kelas rentan yang diingkan (Tabel 5.7).

Tabel 5.7 Skor tertinggi dan terendah

No Variabel Skor Tertinggi Skor Terendah

1 Curah Hujan 5 1

2 Ketinggian Lahan 5 1

3 Kelerengan 5 1

4 Penggunaan Lahan 5 1

Jumlah 20 4

Pengelompokan zona rentan bencana banjir di sini akan dikelompokan ke dalam 4 kelas Interval. Perhitungan kelas interval yaitu dengan cara jumlah skor tertinggi dikurangi dengan jumlah skor terendah kemudian dibagi dengan kelas interval yang diinginkan. Hasil dari proses penjumlahan tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan dengan kelas kesesuaian lahan yang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Persamaan 5.1) :

Persamaan 5.1 Rumus perhitungan kelas interval

(16)

Berdasarkan hasil dari perhitungan rumus didapatkan nilai kelas interval sebesar 4, sehingga diperoleh kelas interval sebagai berikut (Tabel 5.8) :

Tabel 5.8 Kelas kerentanan banjir

Kelas Nilai Tingkat Kerentanan Banjir

I 17 – 20 Sangat Rentan

II 13 – 16 Rentan

III 9 – 12 Kurang Rentan

IV ≤ 8 Tidak Rentan

Tabel 5.9 Tingkat kerentanan banjir DAS kali Code

Kelas Tingkat Kerentanan Luas (Ha) Persentase (%)

I Sangat Rentan 2609,3 65,4

II Rentan 943,4 23,6

III Kurang Rentan 423,1 10,6

IV Tidak Rentan 15,3 0,4

JUMLAH 3991,0 100

Dari hasil analisis (Tabel 5.9) dapat diketahui bahwa wilayah DAS Code pada penelitian ini tergolong sangat rentan terhadap banjir dengan luas kelas sangat rentan sebesar 2609,3 ha, disusul dibawahnya dengan kelas rentan sebesar 943,4 ha, kelas kurang rentan sebesar 423,1 ha dan pada kelas tidak rentan sebesar 15,3 ha.

Berdasarkan hasil analisis didapatkan peta kerentanan banjir DAS Code (Gambar 5.8) dapat diketahui bahwa pada wilayah Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta memiliki tingkat kerentanan paling tinggi atau sangat rentan dengan ditunjukan oleh warna merah. Sedangkan pada wilayah Kabupaten Sleman masih beragam namun didominasi oleh warna merah yang menunjukan kelas sangat rentan.

(17)

Gambar 5.8 Peta kerentanan DAS Code

(18)

Tabel 5.10 Hasil analisis tingkat kerentanan banjir Kecamatan Kerentanan Luas (Ha) Perentase

(%)

Pakem

Sangat Rentan 762,744 19,111

Rentan 773,747 19,387

Kurang Rentan 423,127 10,602 Tidak Rentan 15,283 0,383 Ngaglik Sangat Rentan 415,008 10,398

Rentan 44,523 1,116

Mlati Sangat Rentan 171,462 4,296

Rentan 9,381 0,235

Depok Sangat Rentan 137,580 3,447 Kraton Sangat Rentan 15,896 0,398 Pakualaman Sangat Rentan 24,280 0,608

Rentan 9,538 0,239

Danurejan Sangat Rentan 83,874 2,102

Rentan 9,971 0,250

Umbulharjo Sangat Rentan 86,082 2,157

Rentan 9,000 0,226

Mergangsan Sangat Rentan 182,514 4,573

Rentan 11,452 0,287

Gondomanan Sangat Rentan 67,996 1,704 Gondokusuman Sangat Rentan 70,046 1,755

Rentan 11,198 0,281

Gedongtengen Sangat Rentan 14,252 0,357 Tegalrejo Sangat Rentan 4,931 0,124 Jetis Sangat Rentan 43,908 1,100

Rentan 12,445 0,312

Pleret Sangat Rentan 136,227 3,413

Rentan 14,957 0,375

Sewon Sangat Rentan 220,876 5,534

Rentan 24,782 0,621

Banguntapan Sangat Rentan 67,957 1,703 Jetis Sangat Rentan 103,651 2,597

Rentan 12,408 0,311

Jumlah 3991,097 100

Pada Gambar 5.8 dapat diketahui bahwa tingkat kerentanan di wilayah DAS Code ini tergolong sangat rentan dengan persentasae 65,4 % dari total luas wilayah. Hasil tersebut membuktikan bahwa lebih dari 50 % wilayah DAS Code ini tergolong kedalam kelas sangat rentan. Unsur

(19)

penentu tingkat kerentanan pada penelitian ini meliputi besarnya curah hujan, ketinggian lahan, kelerengan dan penggunaan lahan yang dianalisis berdasarkan skor dari parameter-parameter tersebut.

Hasil analisis dari peta kerentanan banjir di wilayah DAS Code dalam cangkupan wilayah kecamatan dapat dilihat pada Tabel 5.9. Pada tabel tersebut menunjukan hasil analisis daerah kerentanan banjir di wilayah kecamatan dalam DAS Code. Berdasarkan Tabel 5.9 dapat kita ketahui bahwa pada kecamatan Pakem yang berada di hulu DAS Code ini didominasi oleh kelas rentan yaitu dengan cakupan luas sebesar 773,747 ha.

Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan peta kerentanan berdasarkan wilayah kecamatan. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang tingkat kerentanan terhadap bencana banjir dan segera dapat dilakukan penggulangan dini.

Referensi

Dokumen terkait

´ SDVDO D\DW \DQJ PDQD ³VHJDOD EHQWXN ELD\D pengurusan dibebankan pada APBD, GHQJDQ NDWD ODLQ VHFDUD JUDWLV´ 8QWXN lebih mengoptimalkan pelayanan yang gratis tersebut, Dinas

(i) Seluruh aktiva tetap, kecuali aktiva tetap milik CPI dan CPJF yang dijaminkan dengan nilai buku sebesar Rp399,5 miliar dari jumlah aktiva tetap sebesar Rp820,8 miliar,

Governance dalam setiap kegiatan usaha Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. 5) Direksi dalam penyelenggaraan tugas yang bersifat strategis

Tujuan dari penyusunan rumusam masalah ini tersebut adalah: 1) Tujuan umum yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dalam mempelajari, menganalisa dan mengambil suatu

Dari uraian diatas maka dapat diuraikan masalah sebagai berikut : Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share yang disertai dengan pemberian

Padahal di DKI Jakarta Sendiri, terdapat 3(tiga) Instansi Badan Narkotika Nasional yaitu Badan Narkotika Nasional Pusat, Badan Narkotika Nasional Provinsi DKI Jakarta,

a) Kontrak kuliah dilakukan di awal kuliah, dengan cara kesediaan mengikuti aturan perkuliahan di FIB, sekaligus dosen yang bersangkutan mendapatkan jadwal kuliah yang

(3) Layanan Serang Siaga 112 merupakan pengintegrasian beberapa layanan pengaduan (call Center) bagi masyarakat yang diselenggarakan oleh Instansi terkait lainya