• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI JURNAL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF DAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI USAHATANI KUBIS (Brassica oleracea L.)

(Kasus Kecamatan Bumiaji, Kota Batu)

ANALYSIS OF ALOCATIVE EFFICIENCY AND PRODUCTION FACTORS OF CABBAGE FARMING (Brassica oleracea L.)

(A Case Of Sub-District Bumiaji Batu City)

Oleh

MUHHAMMAD DWI CAHYO PRAKOSO

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

MALANG 2012

(2)

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF DAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI USAHATANI KUBIS (Brassica oleracea L.)

(Kasus Kecamatan Bumiaji Kota Batu)

ANALYSIS OF ALOCATIVE EFFICIENCY AND PRODUCTION FACTORS OF CABBAGE FARMING (Brassica oleracea L.)

(A Case Of Sub-District Bumiaji Batu City)

Nama : Muhhammad Dwi Cahyo Prakoso

NIM : 0810440246

Program Studi : Agribisnis

Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian Menyetujui : Dosen Pembimbing

Pembimbing Utama,

Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani, MS NIP. 19581128 198303 1 005

Pembimbing Pendamping,

Fahriyah, SP, M.Si

NIP. 19780614 200812 2 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Dr. Ir. Syafrial, MS NIP. 19580529 198303 1 001

(3)

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF DAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI USAHATANI KUBIS (Brassica oleracea L.)

(Kasus Kecamatan Bumiaji, Kota Batu)

ANALYSIS OF ALOCATIVE EFFICIENCY AND PRODUCTION FACTORS OF CABBAGE FARMING (Brassica oleracea L.)

(A Case Of Sub-District Bumiaji Batu City)

Muhhammad Dwi Cahyo1, Nuhfil Hanani2, Fahriyah3

1) Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya.

2)Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya.

E-mail: wicazisme@yahoo.co.id

ABSTRACT

Bumiaji Sub district is one of sub districts where take place in Batu city. This sub district has a good prospect in farming. Taking place in 800 meters above the sea level (asl) making Bumiaji Sub district has fertile land and rainfall which is quite high about 2,741 mm. Based on Agriculture Department data in 2010 shows that the production of cabbage is about 4.815 ton which the area is 306 hectare, it means the productivity of cabbage is about 15.73 ton/hectare. Whereas BPS (Badan Pusat Statistik) says that the productivity of cabbage in Indonesia is 20.51 ton/hectare. So, if compare the two data, we can found that the productivity of cabbage in Bumiaji Sub district is low. However, there is a way to make the productivity is higher; by using efficiency factors of production. The objective of this research are; (1) To analyze how suitable farm exertion about cabbage in Bumiaji Sub district; (2) To analyze the factors of production which is effect to the production of cabbage; (3) To analyze the level of efficiency of factors production in field. The result of this research which is shows in total cost is Rp 29,179,460.09 per hectare (in one season). In details the result is total variable cost is Rp 22,296,214.6 and fixed cost is Rp 6,883,245.47. The average revenue is Rp 52,107,709.75 per hectare.

Income analysis is gets result Rp 22,928,249.66 in which the income is reduction between total revenue Rp 52,107,709.75 and total cost Rp 29,179,460.09. By using R/C ratio is getting result 1.78. It means in every Rp 1,00 which come out will get revenue Rp 1,78.

Based on regression analysis using Cobb Douglas’ function production with level of probability 0,1 percent, factors production which is effect to the cabbage production are seeds, labour, and pesticide. Based on the level allocation efficiency analysis, factors production is / ; seeds factors (1.73), labour (1.52) and pesticide (3.08) which bigger than one is showing that those factors production is not efficient n field, so the use of seeds, labour and pesticide must stops.

Key words :farming, cabbage, factor of production, cobb douglass, efficiency allocative

ABSTRAK

Kecamatan Bumiaji merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Batu dimana sektor pertaniannya mempunyai prospek yang baik. Kecamatan Bumiaji yang terletak pada ketinggian > 800 mdpl menjadikan Kecamatan Bumiaji memiliki sumber daya lahan yang subur dengan curah hujan yang tinggi sebesar 2.471 mm. Menurut Dinas Pertanian Kota Batu (2010), produksi kubis Kecamatan Bumiaji sebesar 4.815 ton dengan luas lahan 306 ha, maka produktivitas tanaman kubis Kecamatan Bumiaji sebesar 15,73 ton/ha. Sedangkan menurut BPS (2010), produktivitas nasional tanaman kubis sebesar

1

(4)

20,51 ton/ha. Jadi jika dibandingkan produktivitas tanaman kubis di Kecamatan Bumiaji masih rendah. Produktivitas tanaman kubis di Kecamatan Bumiaji masih bisa ditingkatkan dengan upaya efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan usahatani kubis di Kecamatan Bumiaji Kota Batu, (2) Menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi kubis di Kecamatan Bumiaji Kota Batu, dan (3) Menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani kubis di Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Hasil analisis usahatani kubis biaya total rata-rata per hektar dalam satu musim tanam sebesar Rp 29.179.460,09 dengan rincian total biaya variabel sebesar Rp 22.296.214,6 dan biaya tetap sebesar Rp 6.883.245,47. Penerimaan rata-rata per hektar petani sebesar Rp 52.107.709,75. Analisis pendapatannya menghasilkan Rp 22.928.249,66, dimana pendapatan merupakan hasil pengurangan dari total penerimaan sebesar Rp 52.107.709,75 dengan total biaya sebesar Rp 29.179.460,09. Dari perhitungan R/C rasio dihasilkan nilai R/C rasio sebesar 1,78 yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,78. Berdasarkan hasil analisis regresi dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas faktor produksi yang mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi kubis adalah bibit, tenaga kerja dan pestisida. Berdasarkan analisis tingkat efisiensi alokatif faktor produksi diperoleh bahwa nilai / faktor bibit (1,73), tenaga kerja (1,52) dan pestisida (3,08) lebih besar dari 1 sehingga menunjukkan faktor-faktor tersebut belum efisien dalam penggunaannya maka penggunaan faktor produksi bibit, tenaga kerja dan pestisida harus ditingkatkan.

Kata kunci: usahatani, kubis, faktor produksi, cobb douglass, efisiensi alokatif PENDAHULUAN

Kecamatan Bumiaji terletak pada ketinggian > 800 mdpl menjadikan Kecamatan Bumiaji memiliki sumber daya lahan yang subur dengan curah hujan yang tinggi sebesar 2.471 mm. Bumiaji dikenal sebagai kecamatan yang menghasilkan beberapa hasil pertanian seperti komoditas hortikultura mulai dari tanaman sayuran, buah-buahan dan tanaman hias (Dinas Pertanian Kota Batu, 2010). Tahun 2010 produksi kubis Kecamatan Bumiaji sebesar 4.815 ton dengan luas lahan 306 ha, maka produktivitas tanaman kubis Kecamatan Bumiaji sebesar 15,73 ton/ha. Sedangkan menurut BPS (2010), produktivitas nasional tanaman kubis sebesar 20,51 ton/ha. Jadi produktivitas tanaman kubis di Kecamatan Bumiaji masih rendah dibandingkan dengan produktivitas nasional.

Produktivitas tanaman kubis di Kecamatan Bumiaji masih bisa ditingkatkan dengan upaya efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Petani dituntut untuk lebih efisien dalam mengelola usahataninya agar produksi yang diperoleh lebih tinggi dan keuntungan yang didapat semakin besar.

Kubis termasuk dalam salah satu jenis tanaman sayur-sayuran daun yang sangat potensial untuk dikembangkan, karena selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, kubis juga berpotensi sebagai komoditas ekspor. Salah satu negara tujuan ekspor komoditas kubis adalah Singapura. Selain Singapura, negara pengimpor kubis dari Indonesia adalah Malaysia, Taiwan dan Jepang. Indonesia menjadi negara kelima terbesar dalam hal suplier sayuran untuk Singapura setelah Malaysia, Cina, Australia dan India (Bisnis UKM, 2009). Pada tahun 2009 volume ekspor untuk tanaman kubis mencapai 44.904 ton, dimana volume tersebut paling besar dibandingkan dengan volume ekspor sayuran seperti jamur, bawang merah dan kentang (Ditjen Pemasaran Internasional, 2010).

Penanaman tanaman kubis di Kecamatan Bumiaji sebagian besar dilakukan oleh petani-petani yang merupakan warga setempat. Pola tanam yang dilakukan adalah pergiliran tanaman. Petani setempat biasa menanam tanaman sayuran kentang, wortel dan kubis. Tetapi pola tanam tersebut juga disesuaikan dengan kebutuhan pasar, karena hasil

(5)

dari usahatani selanjutnya akan dijual ke pasar regional, domestik ataupun internasional.

Proses produksi kubis meliputi pengolahan lahan, persemaian, penanaman, pemeliharaan dan panen. Proses produksi tersebut tidak dilakukan sendiri oleh petani pemilik lahan, tetapi biasa mempekerjakan tenaga kerja untuk melakukan produksi. Jumlah tenaga kerja juga disesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki.

Permasalahan yang terjadi dalam praktek yang ada pada petani penggunaan faktor produksi dalam usahatani tidak ditakar secara persis, sehingga petani sering tidak memperhatikan biaya yang dikeluarkan untuk mengelola faktor produksi secara terperinci. Hal ini mengakibatkan perolehan keuntungan yang didapatkan petani sedikit atau bahkan petani mengalami kerugian. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang analisis efisiensi alokatif dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani kubis di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan usahatani kubis di Kecamatan Bumiaji Kota Batu, (2) Menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi kubis di Kecamatan Bumiaji Kota Batu, dan (3) Menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor- faktor produksi pada usahatani kubis di Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Desa Sumber Brantas dan Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu pada tanggal 1 Agustus - 29 Februari 2011. Penentuan lokasi ditentukan secara purposive (sengaja) dengan alasan di daerah tersebut merupakan daerah penghasil komoditas tanaman sayuran khususnya kubis paling tinggi di Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Lokasi tersebut mempunyai ketinggian masing-masing 1.400-1.700 mdpl dan 1.000-1.400 mdpl dimana ketinggian tersebut memenuhi syarat untuk usahatani tanaman sayuran khususnya tanaman kubis.

Pengambilan sampel secara Gugus Bertahap (Cluster Sampling Gradually Method).

Menurut Singarimbun dan Effendi (2008), pengambilan sampel gugus bertahap merupakan metode dimana pengambilan sampel dilakukan bertahap berdasarkan wilayah- wilayah yang ada. Hal ini memungkinkan untuk dilaksanakan bila populasi terdiri dari bermacam-macam tingkat wilayah. Penentuan sampel yang mewakili populasi Kecamatan Bumiaji Kota Batu diambil dengan metode simple random sampling dari total jumlah petani kubis di Dusun Junggo, Desa Tulungrejo dan Dusun Jurang Kuali, Desa Sumber Brantas. Menurut Arikunto (1998), apabila jumlah populasi lebih dari 100, maka dapat diambil antara 10% – 15% atau 20% – 25% atau lebih dari jumlah populasi. Maka dalam penelitian ini diambil 10% dari jumlah petani kubis di daerah penelitian. Sehingga berdasarkan metode sampel gugus bertahap diambil 63 petani kubis sebagai responden atau 10% dari jumlah petani sayur di Dusun Junggo Desa Tulungrejo dan Dusun Jurang Kuali Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

Data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 jenis meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui proses wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuisioner yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Wawancara dilakukan untuk mencari informasi mengernai karakteristik petani, proses produksi, biaya-biaya produksi yang dikeluarkan dalam satu musim tanam kubis dan hasil penerimaan yang didapatkan oleh petani. Data sekunder meliputi keadaan umum desa, luas lahan, tipe penggunaan lahan, sumberdaya manusia serta data-data lain yang berhubungan dengan penelitian.

Metode analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif.

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu keadaan yang berhubungan dengan masalah penelitian yang tidak bisa dijelaskan secara kuantitatif, meliputi keadaan geografis daerah penelitian, karakteristik petani, keadaan penduduk dan keadaan usahatani kubis di daerah penelitian. Anallisis kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tingkat biaya, penerimaan dan pendapatan

(6)

usahatani kubis, serta mengetahui faktor – faktor produksi apa saja yang berpengaruh pada usahatani kubis, sehingga dapat diketahui tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi tersebut.

1. Analisis Biaya

Analisis biaya digunakan untuk mengetahui total biaya yang dikeluarkan pada saat proses produksi usahatani dengan cara menjumlahkan seluruh biaya pengeluaran. Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

TC = TFC + TVC Dimana :

TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp)

TFC = Total Fixed Cost atau Total Biaya Tetap (Rp), seperti : sewa lahan, dan penyusutan peralatan.

TVC = Total Variable Cost atau Total Biaya Variabel (Rp), seperti : pupuk, bibit, pestisida dan tenaga kerja.

a. Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung pada perubahan tingkat produksi dalam menghasilkan keluaran atau produk di dalam interval tertentu.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa biaya yang termasuk dalam biaya tetap diantaranya sewa lahan dan penyusutan peralatan.

b. Biaya Variabel

Biaya variabel, merupakan biaya yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan tingkat produksi. Dalam penelitian ini terdapat beberapa biaya yang termasuk dalam biaya variabel, diantaranya adalah biaya bibit, biaya pupuk, biaya pestisida dan biaya tenaga kerja.

2. Analisis Penerimaan

Penerimaan merupakan perkalian antara jumlah produksi kubis dengan harga jual kubis. Perhitungan penerimaan dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

TR = P x Q Dimana :

TR = Total Revenue atau Total Penerimaan (Rp) P = Harga jual kubis (Rp)

Q = Jumlah produksi (kg) 3. Analisis Pendapatan

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Penerimaan usahatani di kurangi dengan total biaya yaitu: biaya tetap dan biaya variabel, sehingga di temukan suatu keuntungan usahatani. Dapat dituliskan sebagai berikut :

Pd = TR - TC Dimana :

Pd = Pendapatan (Rp)

TR = Total Revenue atau Total Penerimaan (Rp) TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp)

4. Analisis Kelayakan Usahatani Kubis

Kelayakan usahatani dapat dilakukan dengan menghitung Revenue Cost Ratio (Analisis R/C), yaitu perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya produksi atau analisis imbangan biaya dan penerimaan.

R/C ratio =

(7)

Analisis ini menunjukkan tingkat efisiensi ekonomi dari usahatani yang dilakukan, dengan kriteria efisiensi dari perbandingan ini akan dicapai apabila :

a. R/C ratio > 1 berarti usahatani layak dan menguntungkan.

b. R/C ratio < 1 berarti usahatani belum layak dan tidak menguntungkan.

c. R/C ratio = 1 berarti usahatani tidak merugi dan tidak menguntungkan.

5. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Kubis

Faktor – faktor yang mempengaruhi produksi usahatani kubis dapat diketahui dari besaran elastisitas fungsi produksi Cobb – Douglas dengan menggunakan program analisis data yaitu SPSS. Bentuk fungsi produksi Cobb – Douglas :

Y = Dimana :

= Intersep / konstanta

= Elastisitas produksi dari = Elastisitas produksi dari = Elastisitas produksi dari = Elastisitas produksi dari = Elastisitas produksi dari

= Bibit (unit)

= Pupuk (kg)

= Tenaga Kerja (HOK)

= Pestisida (liter) e = Bilangan Natural

u = Kesalahan (Disturbance Term)

Agar fungsi produksi ini dapat ditaksir, maka persamaan tersebut perlu ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan linear sebagai berikut :

LnY = Ln + + + + + u

6. Analisis Efisiensi Alokatif Faktor Produksi dalam Usahatani Kubis

Untuk mengukur tingkat efisiensi alokatif (harga) dari penggunaan faktor produksi usahatani kubis digunakan analisis rasio antara Nilai Produk Marginal (NPM) dengan harga faktor produksi persatuan dengan rumus sebagai berikut :

= atau = 1 atau = · · !

"

Dimana :

NPMx = Nilai produk marjinal faktor produksi x b1 = Elastisitas produksi xi

Xi = Rata-rata penggunaan faktor produksi ke-i Y = Rata-rata produksi per satuan luas (kg/ha) Px = Harga per satuan faktor produski (Rp) Py = Harga satuan hasil produksi (Rp) Kriteria pengujiannya sebagai berikut :

1. < 1, maka penggunaan input x tidak efisien sehingga perlu mengurangi penggunaan input.

2. > 1, maka penggunaan input x belum efisien sehingga dan perlu menambah jumlah penggunaan input.

(8)

3. = 1, maka secara ekonomi alokasi faktor produksi sudah efisien HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Usahatani

Analisis usahatani kubis dilakukan untuk mengetahui jumlah pendapatan petani di Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Analisis yang digunakan meliputi analisis biaya, analisis penerimaan dan analisis pendapatan.

a. Biaya Tetap

Biaya tetap dalam penelitian ini meliputi sewa lahan dan penyusutan peralatan. Sewa lahan dihitung dari biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk keperluan menyewa lahan dalam usahatani kubis. Sewa lahan biasa dihitung dalam jangka waktu satu tahun, tetapi usahatani kubis dalam satu tahun rata-rata terdiri dari tiga kali musim tanam. Penyusutan peralatan dihitung dari harga pembelian awal peralatan dibagi dengan umur ekonomis peralatan tersebut. Apabila memiliki peralatan dengan jumlah lebih dari satu, maka dikali dengan jumlah peralatan yang dimiliki. Peralatan yang dimiliki oleh petani di daerah penelitian antara lain cangkul, sabit, diesel dan selang. Rata- rata biaya tetap usahatani kubis per hektar per satu musim tanam disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-Rata Biaya Tetap Usahatani Kubis Per Hektar dalam Satu Musim Tanam di Kecamatan Bumiaji Kota Batu, Tahun 2011.

Komponen Biaya Nilai (Rp) Prosentase (%)

Sewa Lahan 6.666.666,67 96,85

Biaya Penyusutan 216.578,80 3,15

Total Biaya Tetap 6.883.245,47 100

Sumber : Data Primer, 2011 (Diolah) b. Biaya Variabel

Biaya variabel, merupakan biaya yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan tingkat produksi. Dalam penelitian ini terdapat beberapa biaya yang termasuk dalam biaya variabel, diantaranya adalah biaya bibit, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain. Komponen biaya variabel usahatani kubis di daerah penelitian disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Rata-Rata Biaya Variabel Usahatani Kubis Per Hektar dalam Satu Musim Tanam di Kecamatan Bumiaji Kota Batu, Tahun 2011.

Komponen Biaya Nilai (Rp) Prosentase %

Bibit 2.555.261,87 11,46

Pupuk 3.587.479,57 16,09

Pestisida 11.247.889,38 50,45

Tenaga Kerja 4.745.919,62 21,29

Lain-Lain 159.664,18 0,72

Total Biaya Variabel 22.296.214,62 100

Sumber : Data Primer, 2011 (Diolah)

Bibit kubis yang digunakan oleh petani kebanyakan adalah jenis Grand Eleven.

Petani memilih bibit berjenis tersebut karena menurut petani kualitas bibit mempunyai daya adaptasi yang bagus terhadap kondisi lingkungan setempat, sehingga produksi dari varietas tersebut lebih banyak.

Di daerah penelitian pupuk yang sering digunakan oleh petani kubis terdapat dua jenis pupuk, yaitu pupuk alami dan pupuk kimia. Pupuk alami yang digunakan biasanya

(9)

pupuk kandang yang terbuat dari kotoran ayam dan biasanya dibeli oleh petani dengan harga Rp 10.000,00 per sak atau per 50 kg.

Biaya pestisida dihitung dari total biaya pestisida yang digunakan dalam satu musim tanam kubis. Pestisida yang biasa digunakan adalah jenis insektisida dan fungisida.

Biaya tenaga kerja dihitung dari jumlah hari orang kerja (HOK) dikali dengan upah yang diberikan per HOK dengan jam kerja efektif selama 6 jam dimana biasanya pekerja mulai bekerja dari pukul 06.00 - 12.00 siang. Tenaga kerja rata-rata merupakan tenaga kerja dari luar keluarga dengan upah untuk laki-laki Rp 30.000,00 dan perempuan Rp 25.000,00. Biaya tenaga kerja terdiri dari biaya pengolahan, biaya penanaman, biaya pemupukan, biaya penyiangan, biaya penyemprotan, biaya pengairan dan biaya panen.

c. Biaya Total

Dari kedua komponen biaya tersebut, maka rata-rata total biaya dalam usahatani kubis di Kecamatan Bumiaji Kota Batu dapat diperoleh dengan menjumlahkan total biaya tetap dan biaya variabel. Rata-rata total biaya dalam usahatani di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-Rata Total Biaya Usahatani Kubis Per Hektar dalam Satu Musim Tanam di Kecamatan Bumiaji Kota Batu, Tahun 2011.

Komponen Biaya Nilai (Rp) Prosentase %

Biaya Tetap 6.883.245,47 23,59

Biaya Variabel 22.296.214,62 76,41

Total Biaya 29.179.460,09 100

Sumber : Data Primer, 2011 (Diolah)

Dari Tabel 3 diatas dapat dijelaskan bahwa proporsi biaya variabel lebih besar dengan prosentase 76,41%, sedangkan biaya tetap mempunyai prosentase 23,59%. Hal ini berarti besarnya pendapatan yang diperoleh petani dipengaruhi oleh biaya variabel.

d. Analisis Penerimaan

Penerimaan usahatani kubis merupakan hasil kali produksi kubis dengan harga jual pada saat panen. Besarnya penerimaan sangat tergantung pada hasil produksi dan harga jual kubis. Apabila hasil produksi dan harga jual kubis tinggi, maka penerimaan yang akan didapat oleh petani akan semakin besar. Begitu juga sebaliknya, jika hasil produksi dan harga jual rendah, maka penerimaan yang diperoleh juga rendah. Rata-rata penerimaan usahatani kubis per hektar dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Rata-Rata Total Penerimaan Usahatani Kubis Per Hektar dalam Satu Musim Tanam di Kecamatan Bumiaji Kota Batu, Tahun 2011.

Uraian Nilai (Rp)

Produksi (kg) 43.423,09

Harga (Rp/kg) 1200

Penerimaan 52.107.709,75

Sumber : Data Primer, 2011 (Diolah)

Dari Tabel 14 dapat dijelaskan bahwa produksi rata-rata per hektar sebesar 43.423,09 kilogram dengan harga jual rata-rata sebesar Rp 1.200,00/kg. Dengan demikian dapat diketahui rata-rata penerimaan petani responden adalah sebesar Rp 52.107.709,75.

e. Analisis Pendapatan

Penerimaan usahatani kubis merupakan hasil kali produksi kubis dengan harga jual pada saat panen. Besarnya penerimaan sangat tergantung pada hasil produksi dan harga jual kubis. Apabila hasil produksi dan harga jual kubis tinggi, maka penerimaan yang akan didapat oleh petani akan semakin besar. Begitu juga sebaliknya, jika hasil produksi

(10)

dan harga jual rendah, maka penerimaan yang diperoleh juga rendah. Rata-rata penerimaan usahatani kubis per hektar dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Rata-Rata Total Penerimaan Usahatani Kubis Per Hektar dalam Satu Musim Tanam di Kecamatan Bumiaji Kota Batu, Tahun 2011.

Uraian Nilai (Rp)

Produksi (kg) 43.423,09

Harga (Rp/kg) 1200

Penerimaan 52.107.709,75

Sumber : Data Primer, 2011 (Diolah)

Dari Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa produksi rata-rata per hektar sebesar 43.423,09 kilogram dengan harga jual rata-rata sebesar Rp 1.200,00/kg. Dengan demikian dapat diketahui rata-rata penerimaan petani responden adalah sebesar Rp 52.107.709,75.

f. Analisis Kelayakan Usahatani

Analisis kelayakan usahatani dapat dilakukan dengan menghitung Revenue Cost Ratio (Analisis R/C), yaitu perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya produksi atau analisis imbangan biaya dan penerimaan. Berikut perhitungan R/C rasio secara matematis:

R/C rasio =

= . $.$ %,$

%. $%. ' , %

= 1,78

Dari perhitungan R/C rasio tersebut dihasilkan nilai R/C rasio sebesar 1,78. Dari perhitungan R/C rasio dihasilkan nilai R/C rasio sebesar 1,78 yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,78. Nilai R/C rasio sebesar 1,78 lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa usahatani kubis yang dilakukan di Kecamatan Bumiaji Kota Batu sangat layak.

2. Analisis Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usahatani Kubis

Sebelum dilakukan analisis regresi, data ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural (ln). Dari analisis regresi variabel-variabel yang berpengaruh terhadap produksi usahatani kubis dapat dilihat pada Tabel 5.

Uji F merupakan uji untuk mengetahui keberartian R (R square) dalam persamaan atau model yang menjelaskan variabel dependen. Hasil uji F yang dilakukan dengan analisis menggunakan alat analisis regresi diperoleh nilai )* + ,- sebesar 58,350. Nilai )+. /0 dengan tingkat kepercayaan 99% (α = 0,01) untuk df = 4 dan df = 58, maka nilai )+. /0 sebesar 3,66. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai )* + ,- (58,350) > )+. /0 (3,66).

Uji Koefisien Determinasi (R ) dilakukan untuk mengetahui tingkat prosentase pengaruh variabel bebas terhadap naik turunnya variabel terikat. Dari hasil analisis dengan menggunakan alat analisis SPSS versi 17 dihasilkan nilai R sebesar 0,801 atau mencapai 80,1 %.

(11)

Tabel 5. Hasil Uji Regresi

Variabel Koefisien Regresi 2345678

Konstanta 2,525 3,644

Bibit 0,085 1,900

Pupuk -0,023 -0,815

Tenaga kerja 0,189 2,966

Pestisida 0,665 10,891

R = 0,895 9: = 0,801 DW = 2,029

;345678 = 58,350

;5<=>? = 3,66 (α=0,01) 55<=>? =1,67 (α=0,1)

Sumber : Data Primer, 2011 (Diolah)

Uji statistik pada model persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini adalah uji yang merupakan pengujian secara individual (parsial). Uji t dilakukan dengan melihat nilai @* + ,- dengan @+. /0. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 90% (α

= 0,1) dan degre of freedom (df) dengan rumus n – 1 sebesar 62, diperoleh nilai @+. /0 sebesar 1,999. Nilai koefisien regresi pada variabel bibit sebesar 0,085 dengan nilai

@* + ,- sebesar 1,900 lebih besar daripada nilai @+. /0 sebesar 1,67. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa variabel bibit secara statistik berpengaruh nyata terhadap produksi kubis di Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Nilai koefisien regresi pada variabel pupuk sebesar -0,023 serta hasil uji t pada variabel pupuk didapatkan nilai

@* + ,-AB0,815G < @+. /0(1,67) dengan kesimpulan bahwa secara parsial tidak ada hubungan antara pupuk dengan produksi usahatani kubis. Nilai koefisien regresi pada variabel tenaga kerja sebesar 0,189 serta hasil uji t pada variabel pupuk didapatkan nilai

@* + ,-A2,966G > @+. /0(1,67) dengan kesimpulan bahwa secara parsial terdapat hubungan positif antara variabel tenaga kerja dengan produksi kubis. Nilai koefisien regresi pada variabel pestisida sebesar 0,665 serta hasil uji t pada variabel pestisida didapatkan nilai

@* + ,-A10,891G > @+. /0(1,67) dengan kesimpulan bahwa secara parsial terdapat hubungan antara variabel pestisida dengan produksi kubis.

Dari analisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh pada jumlah produksi usahatani kubis dapat disimpulkan bahwa faktor bibit, tenaga kerja dan pestisida mempunyai pengaruh nyata, karena secara statistik nilai @* + ,- > @+. /0.

3. Analisis Efisiensi Alikatif Faktor Produksi

Analisis efisiensi ini dilakukan pada fator-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi kubis. Seperti yang dijelaskan pada analisis koefisien regresi secara parsial, faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata meliputi bibit, tenaga kerja, dan pestisida. Untuk variabel faktor pupuk diketahui bahwa secara statistik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi kubis serta tidak bisa dengan baik dalam memperkirakan produksi kubis dengan tepat. Hasil uji analisis efisiensi alokatif dapat dilihat pada Tabel 6.

Dari hasil analisis efisiensi alokatif yang ditunjukan pada Tabel 6, nilai rasio antara produk marginal dari faktor bibit adalah lebih besar dari satu (1,73). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan bibit dalam usahatani kubis di Kecamatan Bumiaji Kota Batu tidak efisien. Maka perlu dilakukan peningkatan jumlah bibit untuk meningkatkan produksi dan memaksimalkan keuntungan. Diketahui rasio antara nilai produk marginal dari faktor produksi tenaga kerja adalah lebih besar dari satu (1,52). Hal ini menjelaskan bahwa

(12)

faktor produksi berupa tenaga kerja tidak efisien. Jadi untuk memaksimalkan keuntungan dari hasil produksi kubis, para petani di daerah penelitian dapat menambah pengalokasian faktor produksi tenaga kerja agar lebih efisien. Faktor produksi pestisida yang dilihat dari rasio nilai produk marginal dimana lebih besar dari satu (3,08). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi pestisida tidak efisien, sehingga perlu dilakukan usaha peningkatan jumlah penggunaan pestisida untuk memaksimalkan keuntungan petani di daerah penelitian. Untuk mencapai hasil produksi yang optimal maka penggunaan pestisida perlu ditingkatkan.

Tabel 6. Hasil Analisis Efisiensi Alokatif Penggunaan Faktor Produksi Pada Usahatani Kubis Di Kecamatan Bumiaji Kota Batu

Variabel Rata-rata peubah (K4)

LMNK4/MK4 Keterangan Alokasi Optimal Bibit 51.105,24

unit

1,73 Belum efisien, perlu ditingkatkan

88.583,10 unit Tenaga kerja 215,88 HOK 1,52 Belum efisien, perlu

ditingkatkan

328.28 HOK Pestisida 17,3 liter 3,08 Belum efisien, perlu

ditingkatkan

53,3 liter Sumber : Data primer, 2011 (Diolah)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari perhitungan R/C rasio dihasilkan nilai R/C rasio sebesar 1,78 yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,78.

Nilai R/C rasio sebesar 1,78 lebih besar dari 1, jadi hal ini menunjukkan bahwa usahatani kubis yang dilakukan di Kecamatan Bumiaji Kota Batu sangat layak dan sangat menguntungkan. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi kubis yaitu faktor bibit ( ) yang ditunjukkan dari nilai @* + ,- bibit (1,900) > nilai @+. /0 (1,67), tenaga kerja ( ) yang ditunjukkan dari nilai @* + ,- tenaga kerja (2,966) > nilai @+. /0 (1,67) dan pestisida ( ) yang ditunjukkan dari nilai @* + ,- (10,891) > nilai @+. /0 (1,67) mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi kubis. Sedangkan faktor produksi pupuk ( ) yang ditunjukkan dari nilai @* + ,- (-0,815) < nilai @+. /0 (1,67) menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh nyata terhadap produksi kubis di Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

Berdasarkan analisis tingkat efisiensi alokatif faktor produksi diperoleh bahwa nilai / faktor bibit (1,73), tenaga kerja (1,52) dan pestisida (3,08) lebih besar dari 1 sehingga menunjukkan faktor-faktor tersebut belum efisien dalam penggunaannya maka penggunaan faktor produksi bibit, tenaga kerja dan pestisida harus ditingkatkan.

Saran

Dari hasil analisis koefisien regresi dan efisiensi alokatif untuk mengatasi belum optimalnya penggunaan bibit, maka disarankan penggunaan faktor produksi bibit harus ditingkatkan. Penggunaan bibit yang optimal untuk luasan lahan 1 hektar sebanyak 88.583,10. Penggunaan tenaga kerja juga belum optimal, maka faktor produksi tenaga kerja juga harus ditingkatkan penggunaannya menjadi 328,28 HOK. Sedangakan faktor produksi pestisida juga harus ditingkatkan jumlah penggunaannya menjadi 53,3 liter.

Selain itu perlu adanya penyuluhan dari Dinas Pertanian tentang inovasi-inovasi yang dapat dilakukan oleh petani dalam usahatani untuk meminimalkan biaya yang dikeluarkan.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Jawa Timur. 2010. Luas Areal Tanam Panen Produksi

Produktivitas Kubis Jawa Timur. Available at

http://www.jatimprov.go.id/index.php?option=com_bankdata&task=tag&tag=Per tanian&Itemid=94&limit=10&limitstart=150. Verified 25 Desember 2011.

Bisnis Ukm. 2009. Prospek Agribisnis Indonesia. Available at http://bisnisukm.com/prospek-agrobisnis-indonesia.html. Verified 8 Januari 2012.

Dinas Pertanian Kota Batu. 2010. Profil Desa se-Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Dinas Pertanian, Kota Batu.

Direktur Pemasaran Domestik, Ditjen PPHP Kementrian Pertanian, 2010. Perkembangan Trend Pemasaran Sayuran di Indonesia. Seminat Nasional PVT ke-5, Surabaya.

Singarimbun, M. dan Sofian E. 2008. Metode Penelitian Survai. Pustaka LP3ES, Jakarta.

Soekartawi. 1993, Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi. Grafindo Persada, Jakarta.

2002. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglass. Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Kutai Kartanegara (Tindak Lanjut Program KOTAKU dan RP2KPKP) Tahap III (Kel. Loa

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar ureum dan kreatinin pada pasien gagal ginjal kronik berdasarkan lama menjalani terapi hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah

Maka Rasulullah SAW bersabda, &#34;Puasalah pada hari pertama, karena satu kebaikan itu dibalas dengan 10 kali lipat, lalu puasalah pada hari pertengahan bulan, dan pada hari

Kembar mayang adalah sepasang hiasan dekoratif simbolik setinggi setengah sampai satu badan manusia yang dilibatkan dalam upacara perkawinan adat Jawa, khususnya sejak

O1 Besarnya peluang industri asuransi di dalam industri property saat ini 3 O2 Penanaman modal asing yang cukup besar membantu perkembangan usaha 3 O3 Perkembangan

Oleh kerana penghasilan seni arca banyak dilakukan oleh pelajar Program Seni Bina, maka kursus Sejarah Kesenian Islam mengambil inisiatif melakukan inovasi dalam pengajaran

Pada Tabel 1 dapat dibaca bahwa berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi ektoparasit caplak pada deteksi infestasi ektoparasit caplak Boophilus sp di peternakan

(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup pula rekomendasi penyempurnaan atas peraturan perundang-undangan yang menjadi referensi atau dasar hukum