• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Harga diri adalah salah satu komponen dari konsep diri. Harga diri ialah hasil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Harga diri adalah salah satu komponen dari konsep diri. Harga diri ialah hasil"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Harga diri adalah salah satu komponen dari konsep diri. Harga diri ialah hasil penilaian seseorang terhadap diri sendiri, dan diekspresikan dalam sikap menerima atau menolak, dan menunjukan tingkat keyakinan bahwa orang tersebut mampu, bermakna, sukses, dan berharga bagi diri sendiri (Stuart, G.W, Keliat, & Pasaribu, 2016). Pada penderita gagal ginjal kronik, kondisi fisik yang terganggu dengan penyakit metabolisme hanyalah sebagian penyebab yang membuat penanganan pasien menjadi lebih rumit. Selain itu faktor psikologis penderita dengan kondisi penyakit ginjal kronis juga sangat terpengaruh. Ini adalah alasan selain perjalanan penyakit yang panjang, ketidakmampuan dan ketidaknyamanan pasien disebabkan oleh ketergantungan pada mesin hemodialisis yang sering menjadi sumber keputusasaan, yang mengarah pada bahaya psikologis lebih lanjut (Andri, 2013).

Biasanya faktor psikologis seperti takut dan cemas yang kemudian menimbulkan perasaan khawatir dikarenakan belum ada pengalaman menjalani cuci darah atau bahkan karena ketidaktahuan akan penyakit gagal ginjal itu sendiri. Dimana dikhawatirkan dapat memengaruhi keselamatan dirinya dan juga keluarganya yang akhirnya berdampak pada stress sebagai akibat dari tekanan pikiran akan nasib keluarganya seandainya penyakitnya tidak dapat disembuhkan, memikirkan biaya perawatan dan lain sebagainya (Kamila, 2013). Faktor stres tersebut terjadi sepanjang waktu (berurutan) sehingga dapat mengakibatkan harga diri rendah (Carpenito, 2006).

(2)

Penyakit ginjal masih menjadi masalah besar bagi dunia. Selain sulit disembuhkan, biaya perawatan dan pengobatan penderita gagal ginjal sangat mahal. Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita cukup tinggi. Saat ini jumlah penderita gagal ginjal mencapai 4.500 orang. Kecenderungan kenaikan penderita gagal ginjal terlihat dari meningkatnya jumlah pasien yang menjalani hemodialisa (Habibie. R.A, 2006). Berdasarkan Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) menunjukkan kurva pasien ginjal selalu mengalami kenaikan dengan pesat setiap tahunnya. Pada tahun 2017, jumlah pasien aktif adalah 77.892 dan pasien baru 30.832, tahun 2018 sebanyak 135.486 dan pasien baru 66.433, dan tahun 2019 tercatat naik menjadi 185.901 pasien aktif, sedangkan pasien baru menjadi 69.124.

Pada gagal ginjal kronik memiliki prognostik morbiditas dan mortalitas yang buruk terhadap organ tubuh yang lain, mengurangi kualitas hidup dan meningkatkan angka kematian. Hal ini memberi gambaran bahwa pada gagal ginjal kronis terjadi perubahan- perubahan progresif yang ditandai dengan penurunan kondisi pasien. Penumpukan hasil metabolisme tubuh yang selanjutnya dapat meracuni organ lain sehingga membutuhkan tindakan seperti hemodialisa untuk mengeluarkannya (Price & Wilson, 2005). Penurunan fungsi tubuh yang sedang dialami oleh pasien dengna gagal ginjal kronik menyebabkan mereka merasa tidak berguna yang secara emosional memengaruhi proses interaksi dengan orang lain. Mereka sangat sensitif, cepat marah dan sering menutup diri dalam berinteraksi. Kondisi ini menunjukkan bahwa mereka sedang kehilangan kepercayaan diri dan merasa putus asa. Masalah psikologis yang biasa terjadi pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa umumnya adalah kecemasan, ketakutan, depresi, gangguan citra tubuh dan harga diri rendah (Linton, 2016). Seseorang yang mengalami harga diri rendah akan cenderung menarik diri dan menahan untuk mengekspresikan emosinya, sehingga sering merasakan

(3)

ketegangan otot, seolah sedang menghadapi ancaman, tekanan darah dan denyut jantung akan meningkat. Hal ini kemudian akan memicu masalah kardiovaskuler (Kusumawati, 2010).

Menurut Coopersmith (1967) dalam Heatherton & Wyland (2003), harga diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis kelamin, kondisi fisik dan lingkungan. Sementara itu, Stuart (2016) mengemukakan harga diri dapat dipengaruhi oleh idealisme diri yang tidak realistis, kecemasan, kegagalan berulang, ketergantungan pada orang lain, berkurangnya interaksi sosial, dan kehilangan orang yang dicintai. Orang dengan harga diri yang kuat atau tinggi mampu mengendalikan tingkat kecemasannya sendiri, menerima perubahan yang berkaitan dengan penyakitnya, dan mampu terlibat dalam interaksi social yang positif dengan kelompok. Sedangkan harga diri rendah adalah evaluasi diri yang negatif disertai perasaan lemah, tidak berdaya, dan putus asa, ketakutan, kerentanan, dan ketidakberdayaan (Stuart, G.W, Keliat, & Pasaribu, 2016).

Selain itu faktor psikologi yang berkaitan dengan harga diri, ialah karena harus memikirkan penyakitnya, sekaligus memikirkan keluarganya yang harus mencari biaya pengobatan, sehingga pada akhirnya pasien mungkin akan mengalami kesulitan dalam penerimaan diri terhadap penyakit gagal ginjal yang dideritanya. Perubahan fisik dapat menyebabkan pasien mengalami kelemahan, tidak mampu melakukan aktifitas seperti sebelum dia mengalami penyakit tersebut. Karena kelemahan atau keterbatasan fisik yang dialaminya, keadaan ini dapat membuat penderita merasa tidak berdaya dan tidak mampu, membuat penderita merasa canggung/ tidak aman, tidak mau menemui orang lain, dan bersikap anti sosial pada lingkungan sosial. Jika mekanisme koping dan sumber koping tidak dapat dilakukan dengan baik oleh pasien, maka dapat

(4)

menyebabkan harga diri rendah, sehingga memperburuk kondisi kesehatannya (Mulia, Mulyani, Pratomo, & Chusna, 2018).

Menurut penelitian Setyaningsih (2011), 27 pasien (56,85%) yang menjalani hemodialisis memiliki harga diri yang rendah. Pasien merasa bahwa dirinya membebani oranglain, bahkan pasien merasa malu dengan penyakit tersebut. Hasil penelitian Mardiyaningsih, Priyanto & Markus (2016), juga membuktikan hal tersebut. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa dari 43 responden, 18 responden memiliki harga diri tinggi (41,9%), sedangkan 25 responden memiliki harga diri rendah (58,1%).

Berdasarkan fenomena, hasil penelitiaan dan teori yang telah di paparkan maka penulis tertarik untuk melakukan studi literatur tentang faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga diri pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa berdasarkan studi literatur ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga diri pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa berdasarkan studi literatur.

(5)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Instansi pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar evaluasi untuk mengkaji dan memahami faktor yang mempengaruhi harga diri.

1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk mengevaluasi permasalahan yang terjadi pada pasien gagal ginjal kronik uang menjalani terapi hemodialisa dan faktor- faktor yang dapat mempengaruhi harga diri.

1.5 Keaslian Penelitian

1. Penelitian Tendy Ar Riqi (2019) yang meneliti tentang hubungan citra tubuh dengan kesehatan mental pasien hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara citra tubuh dan kesehatan mental pasien yang menjalani terapi hemodialisa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebanyak 15% orang memiliki citra tubuh yang negatif. Dan sebanyak 86,7% memiliki kesehatan mental yang cukup. Di ruang hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Gamping, nilai p-value antara citra tubuh dengan keadaan mental pasien yang menjalani terapi hemodialisa adalah 0,027 < 0,05.

Perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah peneliti ingin mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi harga diri pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

2. Penelitian Frazo, Tinoco, Fernandes, Macedo, Freire, dan Lira (2016), meneliti tentang Body changes experienced by patients with chronic kidney disease undergoimg

(6)

hemodialysis. Dalam penelitian ini membahas tentang perubahan apa saja yang terjadi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Penelitian ini meruapakan sebuah penelitian cross sectional, dengan mengumpulakan data dari bulan oktober 2011 sampai bulan februari 2012 dengan sampel 178 pasien yang menjalani terapi hemodialisa di klinik rujukan Brazil Timur. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pasien gagal ginjal kronik yang sedang melalui hemodialisa dapat mengalami perubahan pada tubuhnya, terkait dengan penyakit dan pengobatan mereka seperti perubahan pada berat badan, seks, dan kelainan muskuloskeletal.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang ingin dilakukan peneliti adalah peneliti meneliti faktor apa saja yang memengaruhi harga diri pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

3. Penelitian Oxtavia, Jumaini, dan Lestari (2015), meneliti tentang hubungan citra tubuh dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Dalam penelitian ini mengguanakan metode penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada 60 pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis minimal 2 kali seminggu dan sekurang- kurangnya telah menjalani hemodialisis selama 1 tahun. Hasil penelitian menunjukkan apabila responden dengan citra tubuh yang tergganggu akan memiliki kualitas hidup yang buruk.

(7)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah pada bagian metode penelitian, dimana dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah dengan metode studi literatur.

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran model Problem Based Learning peserta didik dapat menjelaskan prinsip dasar bioteknologi, perbedaan bioteknologi konvensional dengan bioteknologi modern,

menunjukkan, antara proses diferensiasi produk penerbit dan produsen paper proses diferensiasi produk kita bisa ditemukan zona abu-abu, antarmuka pelanggan, dimana

Berdasarkan hasil analisis model structural (SEM) dan analisis moderasi regresi (MRA) yang menguji hipotesis dalam penelitian ini didapatkan hasil antara lain :

Pada tataran praktis klinis, jika penyebab anemia sudah ditemukan dan tempat perdarahan berlangsung sudah berhasil eliminasi, pengobatan diarahkan untuk mengganti

Demikian pentingnya koordinasi ini, maka dalam seleksi calon mahasiswa baru jurusan POR tetap mempertahankan tes koordinasi menjadi salah satu item tes yang harus

c) Kolam air dingin. Kolam air dingin terletak pada atau dekat bagian bawah menara, dan menerima air dingin yang mengalir turun melalui menara dan  bahan pengisi. Kolam

Daerah KRB I yang berpotensi terlanda produk letusan jatuhan piroklastika dan ba­ han lontaran batu pijar berukuran lebih kecil dari 6 cm serta lahar/banjir, dapat dipisahkan

Asumsi peneliti, dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dapat dilihat tidak ada hubungan yang signifikan antara lama pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan dengan gangguan