• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH PADAT DI RUMAH SAKIT UMUM PERTAMINA RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2017 TESIS. Oleh TIA AYUDHIA GALYANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH PADAT DI RUMAH SAKIT UMUM PERTAMINA RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2017 TESIS. Oleh TIA AYUDHIA GALYANI"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH PADAT DI RUMAH SAKIT UMUM PERTAMINA RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2017

TESIS

Oleh

TIA AYUDHIA GALYANI 157032198

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

AN ANALYSIS OF SOLID WASTE MANAGEMENT AT PERTAMINA GENERAL HOSPITAL IN RANTAU ACEH TAMIANG IN 2017

THESIS

By

TIA AYUDHIA GALYANI 157032197

MASTER IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNVERSITY OF SUMATERA UTARA

(3)

ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH PADAT DI RUMAH SAKIT UMUM PERTAMINA RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2017

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

TIA AYUDHIA GALYANI 157032198

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKUKTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(4)

Judul Tesis : Analisis Pengolahan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang Tahun 2017 Nama Mahasiswa : Tia Ayudhia Galyani

Nomor Induk Mahasiswa : 157032198

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dra. Nurmaini, M.K.M, Ph.D) (Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi S2 Dekan

(Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D) (Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)

(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 09 Januari 2018

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dra. Nurmaini, M.K.M, Ph.D Anggota : 1. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M

2. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S 3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes

(6)

PERNYATAAN

ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH PADAT DI RUMAH SAKIT UMUM PERTAMINA RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2017

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 09 Januari 2018

(Tia Ayudhia Galyani)

(7)

ABSTRAK

Rumah sakit merupakan tempat pelayanan kesehatan yang dalam kegiatannya menghasilkan limbah padat medis dan limbah padat medis yang memiliki dampak negatif bagi manusia apabila tidak di kelola dengan baik. Untuk itu perlu diadakan pengolahan limbah rumah sakit sebagai bagian dari penyehatan lingkungan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang ditimbulkan oleh limbah rumah sakit

Penelitin ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan pengolahan limbah Padat di Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang Tahun 2017.

Pelaksanaan pengolahan limbah padat rumah sakit meliputi sumber daya manusia, pembiayaan, sarana dan prasarana, metode dan proses pengolahan yang meliputi penampungan dan pengumpulan, pengangkutan serta pemusnahan dan pembuangan akhir limbah rumah sakit

Jenis penelitian ini menggunakan desain kualitatif yaitu dengan wawancara secara mendalam dan observasi untuk menganalisis pelaksanaan pengolahan limbah padat di Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang. Sebagai objek penelitian adalah ruangan penghasil limbah medis padat dan limbah non medis padat.

Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Instalasi Pemeliharaan Sanitasi Lingkungan (IPSL) dan juga petugas kebersihan Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang memiliki permasalahan dalam hal sumber daya manusia yang tidak terbiasa menggunakan alat pelindung diri serta belum mendapatkan pelatihan khusus, sarana dan prasaran yang belum memenuhi persyaratan, dan skor penilaian pengolahan limbah padat yang didapat adalah sebesar 45%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang belum memenuhi syarat sesuai dengan peraturan yang ada di dalam Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 dimana skor nilai yang di tetapkan untuk rumah sakit tipe c adalah ≥ 65%. Saran bagi Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang adalah agar melakukan peningkatan fasilitas maupun managemen pelaksanaan pengolahan limbah padat rumah sakit agar sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.

Kata kunci : Pelaksanaan, Pengolahan, Limbah Padat, Rumah Sakit

(8)

ABSTRACT

The hospital is a health service which in its activities produces medical solid waste and medical solid waste that have negative impact on human if not well managed. Therefore, it is necessary to conduct the hospital waste treatment as part of environmental sanitation to protect the community from the hazards posed by the hospital waste

This research means to analyze the implementation of solid waste treatment at Pertamina Rantau Aceh Tamiang Public Hospital in 2017. The implementation of solid waste treatment of hospitals includes human resources, financing, facilities and infrastructure, methods and processing which includes shelter and collection, transportation and destruction and final disposal of hospital waste

This research uses qualitative design with in-depth interview and observation to analyze solid waste processing implementation at Pertamina Rantau Aceh Tamiang Public Hospital. As the object of research is a room producing solid medical waste and non-medical solid waste. Informants in this research are Head of Environmental Sanitation Maintenance Installation (IPSL) and also cleaning officer of Pertamina Rantau Aceh Tamiang Public Hospital

The result of the research shows that Public Hospital of Pertamina Rantau Aceh Tamiang has problem in human resource which is not accustomed to using personal protective equipment and has not received special training, facilities and infrastructure which have not fulfill the requirement, and score of solid waste processing score obtained is 70 %.

The conclusion of this research is Public Hospital of Pertamina Rantau Aceh Tamiang not yet fulfill the requirement as according to regulation in Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X /2004 where the value that set for hospital is ≥ 80%.

Suggestion for Pertamina Rantau Aceh Tamiang Public Hospital is to improve facility and management of hospital solid waste processing in order to comply with the regulation.

Keywords: Implementation, Processing, Solid Waste, Hospital

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Analisis Pengolahan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang Tahun 2017” sebagai salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Manajemen Lingkungan Kesehatan Industri Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan Tesis mulai dari awal hingga akhir selesainya Tesis ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

4. Destanul Aulia, S.K.M, M.B.A, M.Ec, Ph.D selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

(10)

5. Dra. Nurmaini, M.K.M, Ph.D dan Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M selaku Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan saran serta bimbingan dalam penyelesaian Tesis ini

6. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S dan Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Komisi Penguji yang telah bersedia menguji dan mengarahkan guna penyempurnaan Tesis ini

7. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berarti selama penulis pengikuti pendidikan

8. Direktur Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan kegiatan penelitian ini

9. Staf Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang yang telah membantu penulis selama kegiatan penelitian berlangsung

10. Selaku Kepala Instalasi Pemeliharaan Sanitasi Lingkungan (IPSL) Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang yang telah meluangkan banyak waktu untuk membantu penulis dalam kegiatan penelitian ini

11. Teristimewa untuk kedua orangtua terkasih, Ayahanda (Ir. Gamal Eka Putra) dan Ibunda (Hj. Muliyani, S.Kep) yang senantiasa memberikan doa, pengertian, kasih sayang dan dukungan yang tiada henti-hentinya kepada penulis selama ini

12. Secara khusus untuk Muhammad Arief Muhtadin Purba, SH yang selalu sabar dan bersedia meluangkan waktu untuk memberikan saran dan dukungan kepada

(11)

13. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2015 secara umum dan Peminatan Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri secara khusus orang terdekat Yenny Farida Siregar, Dessy Irfi Jayanti, Zulfikar, Hasbullah dan Yuki Laura Angeline atas semangat, dukungan dan kebersamaan ini.

Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat.

Medan, 09 Januari 2018 Penulis

Tia Ayudhia Galyani 157032198

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Tia Ayudhia Galyani yang dilahirkan pada tanggal 27 Januari 1993 di Geulumpang Minyeuk. Beragama islam, tinggal di Dusun Setia Desa Purwodadi Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Kode Pos 24477.

Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Ayahanda Ir. Gamal Eka Putra dan Ibunda Hj. Muliyani, S.Kep.

Pendidikan formal penulis dimulai di Sekolah Taman Kanak-Kanak Harapan Bunda Geulumpang Minyeuk pada tahun 1996 dan selesai tahun 1998, Sekolah Dasar Negeri No 1 Sungai Liput pada tahun 1998 dan selesai tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri No 2 Sungai Liput pada tahun 2004 dan selesai tahun 2007, Sekolah Menengah Atas Negeri No 1 Kampung Durian pada tahun 2007 dan selesai tahun 2010, pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Ilmu Kesehatan Lingkungan dan selesai di tahun 2014. Kemudian pada tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan di Pasca Sarjana Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Peminatan Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR ISTILAH ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pengertian Rumah Sakit ... 9

2.2 Klasifikasi Rumah Sakit ... 10

2.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ... 11

2.3.1 Tugas Rumah Sakit ... 11

2.3.2 Fungsi Rumah Sakit ... 11

2.4 Sanitasi Rumah Sakit ... 12

2.5 Limbah Rumah Sakit ... 12

2.5.1 Pengertian Limbah Rumah Sakit ... 12

2.5.2 Sumber Limbah Rumah Sakit ... 13

2.5.3 Jenis Limbah Rumah Sakit ... 14

2.5.3.1 Limbah Medis ... 14

2.5.3.2 Limbah Non Medis ... 18

2.5.4 Jumlah Sampah ... 18

2.6 Peraturan Pengolahan Limbah Rumah Sakit ... 19

2.7 Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit ... 20

2.7.1 Limbah Medis Padat ... 21

2.7.2 Limbah Non Medis Padat ... 25

2.8 Dampak Pencemaran Limbah Rumah Sakit ... 26

2.8.1 Dampak terhadap Kesehatan ... 26

2.8.2 Dampak terhadap Lingkungan ... 28

(14)

2.9 Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit ... 28

2.10 Sarana Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit ... 31

2.10.1 Man (Manusia)... 32

2.10.2 Money (Pembiayaan) ... 33

2.10.3 Machines (Sarana dan Prasarana) ... 34

2.10.4 Methods (Metode) ... 34

2.10.5 Market (Pasar) ... 35

2.11 Landasan Teori ... 35

2.12 Kerangka Konsep ... 37

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Jenis Penelitian ... 39

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 39

3.2.2 Waktu Penelitian ... 39

3.3 Informan Penelitian ... 40

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.4.1 Data Primer ... 40

3.4.2 Data Sekunder ... 40

3.5 Instrumen Penelitian ... 40

3.6 Definisi Operasional ... 41

3.7 Aspek Pengukuran ... 42

3.8 Metode Analisis Data ... 42

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 44

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau ... 44

4.1.1 Sejarah RSUP Rantau ... 44

4.1.2 Visi dan Misi RSUP Rantau ... 45

4.1.3 Sarana Bangunan RSUP Rantau ... 46

4.1.4 Ketenagaan ... 47

4.2 Karakteristik Informan ... 48

4.3 Karakteristik Limbah Padat RSUP Rantau ... 49

4.3.1 Sumber dan Jenis Limbah Padat ... 49

4.3.2 Volume Limbah Padat ... 50

4.4 Sumber Daya Pengolahan Limbah Padat RSUP Rantau ... 52

4.4.1 Man (Sumber Daya Manusia) ... 52

4.4.2 Money (Pembiayaan) ... 54

4.4.3 Machines (Sarana dan Prasarana) ... 56

4.4.4 Methods (Metode) ... 57

(15)

4.5.2 Alur Pengolahan Limbah Padat Non Medis ... 59

4.6 Sistem Pengolahan Limbah Padat RSUP Rantau ... 59

4.6.1 Tahap Pembuangan dan Pengumpulan ... 59

4.6.2 Tahap Pengangkutan ... 63

4.6.3 Tahap Pemusnahan dan Pembuangan Akhir ... 65

4.7 Hasil Pelaksanaan Pengolahan Limbah Padat RSUP Rantau .. 68

4.7.1 Hasil Observasi Pengolahan Limbah Padat ... 69

4.7.1.1 Penampungan dan Pengumpulan ... 69

4.7.1.2 Pengangkutan Limbah Padat ... 70

4.7.1.3 Pemusnahan dan Pembuangan Akhir ... 71

4.7.2 Hasil Observasi Pengolahan Limbah Padat RSUP Rantau Sesuai Dengan Kepmenkes 1204 ... 72

BAB 5. PEMBAHASAN ... 75

5.1 Sumber Daya Pelaksanaan Pengolahan Limbah Padat ... 75

5.1.1 Man (Sumber Daya Manusia) ... 75

5.1.2 Money (Pembiayaan) ... 78

5.1.3 Machines (Sarana dan Prasarana) ... 78

5.1.4 Methods (Metode) ... 80

5.2 Sistem Pelaksanaan Limbah Padat RSUP Rantau ... 81

5.2.1 Tahap Penampungan dan Pengumpulan ... 81

5.2.2 Tahap Pengangkutan ... 84

5.2.3 Tahap Pemusnahan dan Pembuangan Akhir ... 86

5.3 Pelaksanaan Pengolahan Limbah Padat ... 88

5.4 Implikasi Penelitian ... 90

5.5 Keterbatasan Penelitian ... 91

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

6.1 Kesimpulan ... 92

6.2 Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 96 LAMPIRAN

(16)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 Jenis Limbah Menurut Sumbernya ... 13

2.2 Klasifikasi Limbah Medis Padat Rumah Sakit ... 15

2.3 Metode Sterilisasi Limbah Yang Dimanfaatkan Kembali ... 22

2.4 Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori ... 23

4.1 Jumlah Sarana Bangunan RSUP Rantau ... 46

4.2 Tenaga Kesehatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 47

4.3 Karakteristik Informan ... 49

4.4 Volume Limbah Padat Medis RSUP Rantau ... 51

4.5 Hasil Observasi Penampungan dan Pengumpulan Limbah Medis .. 70

4.6 Hasil Observasi Pengangkutan Limbah Padat Medis ... 70

4.7 Hasil Observasi Pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah ... 71

4.8 Hasil Observasi Pengolahan Limbah Sesuai Dengan Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 ... 72

(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Landasan Teori... 39

2.2 Kerangka Konsep ... 40

4.1 Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang ... 45

4.2 Dokumentasi Proses Pengangkutan Limbah Medis ... 54

4.3 Alur Pengolahan Limbah Padat Medis ... 58

4.4 Alur Pengolahan Limbah Padat Non Medis ... 59

4.5 Tempat Penampungan Limbah Padat Medis Diruangan ... 60

4.6 Kotak Penampungan Limbah Jarum Suntik ... 61

4.7 Tempat Penampungan Limbah Padat Non Medis Diruangan... 61

4.8 Tempat Penampungan Limbah Medis dan Non Medis... 63

4.9 Trolley Pengangkutan Limbah Padat Medis dan Non Medis ... 64

4.10 Jalur Pengangkutan Limbah Padat Medis dan Non Medis ... 64

4.11 Pengumpulan Limbah Medis ... 66

4.12 Bak Pembakaran Limbah Padat Non Medis ... 66

4.13 Bukti Penimbangan Limbah Padat Medis... 67

4.14 Bukti Pelaksanaan Pengangkutan Limbah Padat Medis ... 68

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 99

2. Dokumentasi Penelitian ... 108

3. Surat Permohonan Izin Survei Pendahuluan ... 109

4. Surat Keterangan Pelaksanaan Survei Pendahuluan ... 110

5. Surat Permohonan Pelaksanaan Penelitian ... 111

6. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 112

7. Kepmenkes RI Nomor 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit ... 113

(19)

DAFTAR ISTILAH

APD : Alat Pelindung Diri

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia EPA : Enviromental Protection Agency

ICU : Intensive Care Unit

IGD : Instalasi Gawat Darurat

IPAL : Instalasi Pembuangan Air Limbah

IPSL : Instalasi Pemeliharaan Sanitasi lingkungan ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut

Kepmenkes RI : Keputusan Mentri Keseharan Republik Indonesia Limbah B3 : Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Menkes : Mentri Kesehatan

MS : Memenuhi Syarat

NAD : Nanggroe Aceh Darussalam

PT : Perseroan Terbatas

RSK : Rumah Sakit Khusus

RSU : Rumah Sakit Umum

SDM : Sumber Daya Manusia

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SOP : Standar Operasional Prosedur

TMS : Tidak Memenuhi Syarat

TPA : Tempat Pembuangan Akhir

TPS : Tempat Pembuangan Sementara

VIP : Very Important Person

WHO : World Health Organization

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit sebagai sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik, dan non medik yang dalam melakukan proses kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak positif dan negatif. Oleh karenanya perlu upaya penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dan petugas rumah sakit akan bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit (Asmarhany, 2014).

Dari berbagai kegiatannya, rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair, padat, dan gas. Hal ini mempunyai konsekuensi perlunya pengolahan limbah rumah sakit sebagai bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit (Adisasmito, 2014).

Menurut pemaparan yang tertera dalam situs organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa negara - negara maju di

dunia menghasilkan limbah medis sebanyak 6 kg/orang setiap tahunnya, sedangkan negara - negara yang sedang berkembang menghasilkan 0,5 sampai 3 kg/orang setiap tahunnya (WHO, 2013).

(21)

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa di rumah sakit negara Yordania menghasilkan rata - rata limbah berkisar antara 0,29 – 1,36 kg/tempat tidur setiap hari dengan total sampah harian sebesar 6 ton/hari. Penelitian yang dilakukan di rumah sakit negara Kuwait memaparkan limbah yang dihasilkan perhari bervariasi antara 3,87 kg/tempat tidur perhari sampai dengan 7,44 kg/tempat tidur perhari. Limbah tersebut terdiri dari limbah non medis sebesar 71,44%, limbah infeksius sebesar 27,8% dan limbah benda tajam sebesar 0,76% (Renintha, 2016).

Berdasarkan kriteria World Health Organization (WHO), pengelolaan limbah rumah sakit yang baik bila presentase limbah medis 15%, namun kenyataannya di Indonesia mencapai 23,3%, melakukan pewadahan 20,5% dan pengangkutan 72,7%.

Rumah sakit yang sudah melakukan pengelolaan limbah cair sebesar 53,4% dan 51,1% melakukan pengelolaan dengan instalasi IPAL atau septic tanc (Arifin, 2008).

Dalam profil kesehatan Indonesia, Jumlah rumah sakit publik di Indonesia sampai dengan tahun 2015 sebanyak 1.593 RS, yang terdiri dari 1.341 Rumah Sakit Umum (RSU) dan 252 Rumah Sakit Khusus (RSK). Rumah sakit tersebut juga dikelompokkan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan menjadi Kelas A sebanyak 57 RS, Kelas B sebanyak 328 RS, Kelas C sebanyak 837 RS, dan Kelas D sebanyak 843 RS (Depkes RI, 2015).

Selanjutnya cakupan rumah sakit yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar di Indonesia sebesar 10,29%. Ada 11 provinsi yaitu Provinsi Papua, Papua Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara,

(22)

Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, NTT, NTB dan Bengkulu yang seluruh rumah sakit di dalamnya belum melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar (Depkes RI, 2015).

Survei yang dilakukan Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 menunjukkan bahwa produksi sampah sebesar ± 0,14 per kg per tempat tidur per hari.

Produksi sampah berupa limbah non infeksius sebesar 80%, 15% limbah patologis, 1% limbah benda tajam, dan 30% limbah klinik dan farmasi. Diperkirakan secara nasional produksi sampah rumah sakit sebesar 8.123 ton per tahun. Sedangkan pada jumlah rumah sakit yang memiliki incenerator sebanyak 85% (Renintha, 2016).

Hasil penelitian Hidayatullah dkk (2014) tentang Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Umum Sumenep di Yogyakarta menunjukkan bahwa timbulan sampah yang dihasilkan per bulan sebesar 905 kg (0,905 m3) dengan jumlah total bak sampah yang ada yaitu 23 bak sampah ukuran besar dengan jumlah total volume 1840 liter (1,84 m3) dan 18 bak sampah ukuran kecil dengan total volume 270 liter (0,27 m3) kg dengan kondisi tempat penyimpanan sampah medis sementara yang kurang memenuhi syarat, karena ada beberapa bak sampah yang tidak ada tutupnya, tidak ada plastiknya dan tidak adanya pewadahan bak sampah untuk sampah kategori sitotoksis dan limbah kimia dan farmasi.

Selanjutnya dalam penelitian Yunizar dan Fauzan (2014) tentang Sistem Pengolahan Limbah Padat pada RS Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin menjelaskan bahwa timbunan limbah padat yang dihasilkan perhari dengan rata-rata

(23)

dengan sistem pengelolaan limbah padat yang belum sesuai dengan Keputusan Menteri Nomor 1204 Tahun 2014 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Hasil studi pengolahan limbah padat rumah sakit di Indonesia memaparkan bahwa sebagian besar rumah sakit di Indonesia telah melakukan pemisahan antara limbah medis dan non medis (80,7%), tetapi dalam masalah pewadahan sekitar 20,5%

yang menggunakan pewadahan khusus dengan warna dan lambang yang berbeda (Adisasmito, 2014).

Perlu adanya pengelolaan limbah medis padat secara benar dan aman, penanganan limbah medis padat harus segera dibenahi demi menjamin kesehatan dan keselamatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di lingkungan rumah sakit.

Sehingga di perlukan kebijakan sesuai menejemen kesehatan dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan mentoring limbah rumah sakit sebagai salah satu indikator penting yang perlu diperhatikan.

Menurut Hapsari (2010) agar pelaksanaan pengolahan limbah padat atau sampah rumah sakit berjalan dengan baik diperlukan manajemen rumah sakit yang merupakan koordinasi antara berbagai sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian dan kemampuan pengendalian untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools) yang dikenal dengan istilah 5M, yaitu man, money, machines, methode dan market. Mekanisme pengolahan sampah dapat dilaksanakan berdasarkan pada

(24)

pendekatan sistem yaitu konsep pemasukan (input), proses (process) dan keluaran (output). Masukan berupa segala sumber daya yang digunakan dalam pengelolaan sampah rumah sakit yait tenaga, biaya, fasilitas dan metode. Proses adalah bagaimana pengolahan limbah padat rumah sakit tersebut dijalankan, dimulai dari proses pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan sampai pembuangan akhir limbah padat.

Keluaran adalah hasil dari proses pengolahan limbah padat atau sampah yang dilaksanakan oleh rumah sakit (Tjokroamidjojo, 2009).

Pernyataan tersebut terlihat bahwa dari setiap rumah sakit akan menghasilkan limbah padat atau sampah baik limbah medis maupun non medis. Volume limbah yang dihasilkan dari berbagai rumah sakit dapat memberikan potensi resiko terhadap pencemaran lingkungan dan kesehatan masyarakat serta penularan penyakit. Oleh Karena itu, diperlukan pelaksanaan pengelolaan limbah padat yang tepat agar dapat meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan. Selain itu diperlukannya sumber daya manusia, Karena dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan.

Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau adalah rumah sakit negeri kelas C yang mampu memberikan pelayanan kedokteran dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini juga mampu memberikan pelayanan rujukan dari Peskesmas. Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang mempunyai jenis pelayanan berupa pelayanan poli, pelayanan laboratorium, pelayanan radiologi, pelayanan bedah, pelayanan farmasi, pelayanan rehabilitasi medik, pelayanan IGD, pelayanan ICU dan

(25)

memiliki 50 tempat tidur inap.Jumlah dokter yang tersedia adalah sebanyak 4 orang dokter umum, 11 orang dokter spesialis, dan 1 orang dokter gigi.

Berdasarkan hasil survei awal di Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang, di tahun 2016 tercatat jumlah pasien rawat inap sebanyak 541 pasien, jumlah pasien rawat jalan sebanyak 312 pasien dan jumlah pasien Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebanyak 205 pasien. Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang menghasilkan buangan padat berupa limbah padat medis dan limbah padat non medis.Tahun 2016 Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang menghasilkan limbah medis sebesar 26,88% dan non medis sebesar 73,12%. Proses

pengolahan limbah padat medis dan limbah padat non medis di Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang terlihat belum sempurna, yaitu masih tercampurnya limbah padat medis dengan limbah padat non medis. Dalam hal penyimpanan limbah medis masih ada ditemukan sebagian wadah penampungan yang tidak berlabel sesuai dengan kategori limbah medis dan penggunaan alat pelindung diri bagi tenaga pengelola yang belum memenuhi syarat.

Survei peneliti tentang pengolahan limbah non medis padat didapati bahwa limbah non medis padat yang dihasilkan diolah dengan cara dibakar di bak sampah yang disediakan dan menimbulkan kumpulan asap yang cukup tebal dan menyebabkan polusi udara dan mengganggu warga sekitar rumah sakit. Hal ini didukung dengan data yang penulis peroleh dari Puskesmas setempat yang mencatat bahwa penyakit ISPA berada di urutan pertama yaitu sebesar 5937 kasus ditahun 2016 dimana penyakit ISPA terjadi salah satunya dikarenakan lingkungan udara yang

(26)

tidak bersih. Oleh karena itu, penulis terarik melakukan penelitian lebih lanjut tentang pelaksanaan pengolahan limbah padat di Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang tahun 2017.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, terdapat beberapa permasalahan dalam hal pelaksanaan pengolahan limbah padat, sarana dan prasarana pengelolaan limbah padat dan penggunaan alat pelindung diri pada tenaga pengelola, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan pengolahan limbah padat di Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang tahun 2017.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pelaksanaan pengolahan limbah padat di Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menambah pengetahuan pembaca dalam hal pengolahan limbah padat di Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang

(27)

2. Menambah pengetahuan peneliti dalam hal pengolahan limbah padat di Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang

3. Sebagai bahan pembelajaran bagi Fakultas Kesehata Masyarakat Universitas Sumatera Utara terutama jurusan Kesehatan Lingkungan

4. Sebagai masukan bagi program penyehatan lingkungan Rumah Sakit Umum Pertamina Rantau Aceh Tamiang dalam hal upaya minimalisasi limbah padat

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Rumah Sakit

Di Indonesia rumah sakit sebagai salah satu bagian sistem pelayanan kesehatan secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik, dan pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap (Herlambang, 2016).

Rumah Sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap juga perawatan dirumah. Di samping itu, rumah sakit juga berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan juga tempat penelitian (Adisasmito, 2014).

Menurut Undang - Undang No. 44 tahun 2009 rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Undang - Undang No. 44 tahun 2009).

Selanjutnya organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) mengartikan rumah sakit sebagai bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),

(29)

masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik (Adisasmito, 2014).

Dari batasan pengertian di atas, maka jelas rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan yang bergerak dibidang kesehatan masyarakat dalam upaya melakukan pencegahan penyakit dan juga penyembuhan penyakit. Dengan demikian, sasaran pelayanan kesehatan rumah sakit bukan hanya untuk individu pasien, tetapi juga berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat umum.

2.2 Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit berdasarkan jenis dan kelasnya di Indonesia dibedakan menjadi empat kelas (Kepmenkes No. 51 Menkes/SK/II/1979), yaitu :

1. Rumah sakit tipe A

2. Rumah sakit tipe B (pendidikan dan non pendidikan) 3. Rumah sakit tipe C

4. Rumah sakit tipe D

Kelas rumah sakit juga dibedakan berdasarkan jenis pelayanan yang tersedia.

Pada rumah sakit kelas A tersedia pelayanan spesialistik yang luas termasuk subspesialistik. Rumah sakit kelas B mempunyai minimal sebelas spesialistik dan subspesialistik terdaftar. Rumah sakit kelas C mempunyai minimal empat spesialistik

(30)

dasar (bedah, penyakit dalam, kebidanan, dan anak). Di rumah sakit kelas D hanya terdapat pelayanan medis dasar (Herlambang, 2016).

2.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit 2.3.1 Tugas Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif).

2.3.2 Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009, rumah sakit umum mempunyai fungsi :

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

(31)

2.4 Sanitasi Rumah Sakit

Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Arifin, 2008).

Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit berdasarkan Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Rumah Sakit adalah meliputi : sanitasi pengendalian berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, biologi, dan sosial psikologi yang ada di rumah sakit. Kesehatan lingkungan rumah sakit diartikan sebagai upaya penyehatan dan pengawasan lingkungan rumah sakit yang mungkin beresiko menimbulkan penyakit dan atau gangguan kesehatan bagi masyarakat sehingga terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya (Depkes RI, 2009).

2.5 Limbah Rumah Sakit

2.5.1 Pengertian Limbah Rumah Sakit

Limbah atau sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2003).

(32)

Limbah atau sampah juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh pemiliknya dan bersifat padat. Sampah ini ada yang mudah membusuk dan ada pula yang tidak mudah membusuk. Yang mudah membusuk terutama terdiri dari zat-zat organik seperti sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain (Slamet, 2009).

Menurut Undang-Undang No 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, limbah atau sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Limbah padat (solid waste) merupakan semua bahan atau material yang dibuang dan tidak berbentuk cair maupun gas. Berdasarkan beberapa pengertian sampah tersebut dapat disimpulkan bahwa sampah adalah sesuatu yang berbentuk padat yang tidak digunakan lagidan berasal dari aktifitas atau kegiatan manusia dan dibuang secara saniter yaitu dengan cara yang dapat diterima oleh umum sehingga diperlukan pelaksanaan pengelolaan limbah padat/sampah yang baik.

2.5.2 Sumber Limbah Rumah Sakit

Sumber limbah yang dihasilkan dari setiap rumah sakit berbeda. Setiap ruangan atau unit kerja di rumah sakit merupakan penghasil sampah. Jenis sampah dari setiap ruangan berbeda-beda sesuai dengan penggunaan dari setiap ruangan atau unit yang bersangkutan. Sampah yang berasal dari rumah sakit merupakan limbah layanan kesehatan mencakup semua hasil buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium.

(33)

Tabel 2.1 Jenis Limbah/Sampah Menurut Sumbernya

No Sumber/area Jenis Limbah/Sampah

1 Unit Obstetric dan Ruang Perawatan Obstetric

Dressing, sponge, placenta ampul, termasuk kapsul perak nitrat, jarum spyringe, masker disposable, disposable drapes, sanitary napkin, blood lancet disposable, catheter, disposable unit enema, disposable diaper dan underpad, sarung tangan disposable

2 Unit Emergency dan Bedah Termasuk Ruang Perawatan

Dressing, sponge, jaringan tubuh termasuk amputasi, ampul bekas, masker disposable, jarum dan spyringe drapes, casb. Disposableblood lancet disposable, kantong emesis, levintubes, catheter, drainase set, kantong colosiomy, underpads, sarung bedah.

3 Unit Laboratorium,

Ruang Mayat,

Patologi dan Autopsi

Gelas terkontaminasi, termasuk pipet petridish, wadah specimen, slide specimen, jaringan, organ tubuh dan tulang

4 Unit Isolasi Bahan-bahan kertas yang mengandung buangan nasal dan sputum, dressing dan bandages,masker disposable, sisa makanan, perlengkapan makanan 5 Unit Perawatan atau

rawat inap

Ampul, jarum disposable dan spyringe kertas dan lain-lain

6 Administrasi Kertas

7 Unit pelayanan Karton, kertas bungkus, kaleng, botol, sampah dari ruang umum dan pasien, sisa makanan buangan 8 Unit gizi/dapur Sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan

sayuran dan lain-lain

9 Halaman Puskesmas Sisa pembungkus makanan, daun, keras ranting dan debu

Sumber : Depkes RI, 2002

2.5.3 Jenis Limbah Rumah Sakit

Berbagai jenis limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan dapat berbahaya dan menimbulkan gangguan kesehatan bagi pengunjung, rumah sakit dan juga bagi orang-orang yang bekerja di rumah sakit itu sendiri.

Berdasarkan hasil Kepmenkes RI 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, secara garis besar jenis limbah rumah sakit terbagi menjadi 2, yaitu sampah atau limbah medis dan limbah non medis.

(34)

2.5.3.1 Limbah Medis

Limbah medis atau limbah klinis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut juga kegiatan medis di ruang poli klinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi, dan ruang laboratorium. Limbah padat medis sering juga disebut sebagai sampah biologis. Sampah biologis terdiri dari (Chandra, 2012) :

1. Sampah medis yang dihasilkan dari ruang poli klinik, ruang perawatan, ruang bedah, atau ruang kebidanan seperti, misalnya, perban, kasa, alat injeksi, ampul, dan botol bekas obat injeksi, kateter, plester, masker, swab, dan sebagainya.

2. Sampah patologis yang dihasilkan dari ruang poli klinik, bedah, kebidanan, atau ruang otopsi, misalnya, plasenta, jaringan organ, anggota badan, dan sebagainya

3. Sampah laboratorium yang dihasilkan dari pemeriksaan laboratorium diagnostik atau penelitian, misalnya, sediaan atau media sampel dan bangkai binatang percobaan.

Berdasarkan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, klasifikasi limbah medis padat yang berasal dari rumah sakit terdiri dari limbah infeksius, patologis, sitotoksis, benda tajam, farmasi, kimia, radioaktif, logam yang bertekanan tinggi atau berat dan kontainer bertekanan.

(35)

Tabel 2.2 Klasifikasi Limbah Medis Padat yang Berasal dari Rumah Sakit

No Kategori Limbah Definisi Contoh Limbah yang Dihasilkan 1 Infeksius Limbah yang terkontaminasi

organisme patogen (bakteri, virus, parasit, atau jamur)

Kultur laboratorium, limbah dari bangsal isolasi, kapas, materi, atau

yang tidak secara rutin ada lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.

peralatan yang tersentuh pasien yang terinfeksi, ekskreta.

2 Patologis Limbah berasal dari pembiakan dan stok bahan yang sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.

Bagian tubuh manusia dan hewan (limbah anatomis), darah dan cairan tubuh yang lain, janin.

3 Sitotoksis Terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.

Limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup

Dari materi yang

terkontaminasi pada saat persiapan dan pemberian obat, misalnya spuit, ampul, kemasan, obat kadaluarsa, larutan sisa, urine, tinja, muntahan pasien yang mengandung sitotoksis.

4 Benda Tajam Merupakan materi yang dapat menyebabkan luka iris atau luka tusuk. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan.

Benda-benda tajam yang

terbuang mungkin

terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.

Jarum, jarum suntik, skalpel, pisau bedah, peralatan infus, gergaji bedah, dan pecahan kaca.

(36)

Lanjutan Tabel 2.2

No Kategori Limbah Definisi Contoh Limbah yang Dihasilkan 5 Farmasi Limbah farmasi mencakup

produksi farmasi. Kategori ini juga mencakup barang yang akan di buang setelah digunakan untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan, masker, selang penghubung darah atau cairan, dan ampul obat.

Obat-obatan, vaksin, dan serum yang sudah kedaluarsa, tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi, yang tidak diperlukan lagi

6 Kimia Mengandung zat kimia yang berbentuk padat, cair, maupun gas yang berasal dari aktivitas diagnostik dan eksperimen serta dari pemeliharaan kebersihan rumah sakit dengan menggunakan desinfektan.

Reagent di laboratorium, film untuk rontgen, desinfektan yang kadaluarsa atau sudah tidak diperlukan lagi, solven.

7 Radioaktif Bahan yang terkontaminasi dengan radioisotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.

Limbah ini berasal dari : tindakan kedokteran nuklir, radio immunoassay dan bakteriologis, dapat berpentuk padat, cair atau gas.

Cairan yang tidak terpakai dari radio aktif atau riset di laboratorium, peralatan kaca, kertas absorben yang terkontaminasi, urine dan ekskreta dari pasien yang diobati atau diuji dengan radio nuklida yang terbuka.

8 Logam yang bertekanan tinggi/berat

Limbah yang mengandung logam Berat dalam konsetrasi tinggi termasuk dalam subkategori limbah kimia berbahaya dan biasanya sangat toksik. Contohnya adalah limbah merkuri yang berasal dari bocoran perlatan kedokteran yang rusak.

Termometer, alat pengukur tekanan darah, residu dari ruang pemeriksaan gigi, dan sebagainya.

9 Kontainer bertekanan

Limbah yang berasal dari berbagai jenis gas yang digunakan di rumah sakit.

Tabung gas, kaleng aerosol yang mengandung residu, gas cartridge.

Sumber : Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004

(37)

2.5.3.2 Limbah Non Medis

Limbah non medis adalah semua sampah padat di luar sampah padat medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut (Chandra, 2012) :

1. Kantor atau administrasi 2. Unit perlengkapan 3. Ruang tunggu 4. Ruang inap 5. Unit gizi/dapur

6. Halaman parkir dan taman 7. Unit pelayanan

2.5.4 Jumlah Sampah

Mengetahui jumlah sampah yang dihasilkan dari rumah sakit merupakan hal yang penting, karena sebagai langkah awal dalam proses pengelolaan. Jumlah ini akan menentukan jumlah dan volume sarana penampungan lokal yang harus disediakan, pemilihan incenerator dan kapasitasnya dan juga bila rumah sakit memiliki tempat pengolahan sendiri jumlah produksi dapat diproyeksikan untuk memperkirakan pembiayaan dan lain-lain. Dalam pengelolaan sampah, ukuran yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :

1. Jumlah Menurut Berat

Jumlah produksi sampah domestik diperkirakan 2 kg per orang per hari.

Untuk mendapatkan angka yang lebih tepat sebaiknya dilakukan survei

(38)

sampah dirumah sakit yang bersangkutan. Jumlah sampah dengan 500 tempat tidur adalah3,25 kg per pasien per hari.

2. Jumlah Disposable (Limbah Sekali Pakai)

Meningkatkan jumlah sampah berkaitan erat dengan meningkatkan penggunaan barang disposable. Daftar barang disposable merupakan indikator jumlah dan kualitas sampah rumah sakit yang diproduksi. Berat, ukuran dan sifat kimiawi barang-barang disposable mungkin perlu dipelajari sehingga dapat diperoleh informasi yang bermanfaat dalam pengelolaan sampah.

3. Jumlah Menurut Volume

Volume juga harus diketahui untuk menentukan ukuran bak dan sarana pengangkutan. Konversi dari berat ke volume dapat dilakukan dengan membagi berat total dengan kepadatan.

2.6 Peraturan Pengolahan Limbah Rumah Sakit

Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume, konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya pertama yang harus dilakukan adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan yang meliputi upaya mengurangi limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah.

(39)

Dalam pengolahan limbah padat, rumah sakit di Indonesia dapat menerapkan peraturan Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun.

2.7 Pengolahan Limbah Padat Rumah sakit

Rumah sakit merupakan penghasil limbah klinis terbesar. Limbah klinis ini bias membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan bagi pengunjung dan terutama kepada petugas yang menangani limbah tersebut serta masyarakat sekitar rumah sakit (Adisasmito, 2014).

Agar limbah padat yang dihasilkan oleh rumah sakit tidak mengakibatkan dampak terhadap lingkungan dan masyarakat disekitarnya, maka limbah tersebut harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat dan lingkungan. Pengolahan limbah yang baik bukan hanya unuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan (Notoadmodjo, 2003).

Menurut Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, pengolahan limbah padat rumah sakit adalah seluruh rangkaian kegiatan dalam hal meminimasi limbah untuk mengurangi dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan yang kegiatannya mencakup pemisahan,

(40)

pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan dan juga pemusnahan limbah padat rumah sakit.

2.7.1 Limbah Medis Padat

Menurut Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, terdapat beberapa langkah dan juga persyaratan dalam hal pengolahan limbah medis padat, yaitu :

A. Minimisasi Limbah

Proses pengolahan limbah medis padat rumah sakit dengan minimisasi limbah dapat dilakukan dengan :

1. Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber 2. Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan

kimia yang berbahaya dan beracun

3. Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi

4. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang

B. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang

Proses pengolahan limbah medis padat rumah sakit dengan cara pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang limbah medis padat rumah

(41)

1. Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah

2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali

3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya

4. Jarum dan syringers harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali

5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses sterilisasi. Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus stearothernophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis.

Tabel 2.3 Metode Sterilisasi untuk Limbah yang Dimanfaatkan Kembali

Metode Sterilisasi Suhu Waktu Kontak

Sterilisasi dengan panas

• Sterilisasi kering dalam oven “Poupinel

• Sterilisasi basah dalam otoklaf

• Sterilisasi dengan bahan kimia

▪ Ethylenr oxide (gas)

▪ Glutaraldehyde (cair)

160º C 170º C 121º C 50º C - 60º C

120 menit 60 menit 30 menit 3 - 8 jam 30 menit

Sumber : Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004

(42)

6. Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali.

Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi pada Tabel 2.3

7. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan pada Tabel 2.4

8. Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.

Tabel 2.4 Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya

No Kategori

Warna Kontainer atau Kantong

Plastik

Lambang Keterangan

1 Radioaktif Merah

Kantong boks timbal dengan simbol radioaktif 2 Sangat Infeksius Kuning

Kantong plastik kuat, anti bocor, atau dapat

disterilisasi dengan doklaf

3 Limbah infeksius, patologi dan anatomi

Kuning Plastik kuan dan

anti bocor atau kontainer

4 Sitotoksis Ungu Kontainer plastik

kuat dan anti bocor 5 Limbah kimia dan

farmasi

Coklat - Kantong plastik

atau kontainer

(43)

9. Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan diberilabel bertuliskan “Limbah Sitotoksis”.

C. Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah Medis Padat di Lingkungan Rumah Sakit

Proses pengolahan limbah medis padat rumah sakit dengan cara pengumpulan, pengangkutan, dan penyimpanan limbah medis padat di lingkungan rumah sakit dapat dilakukan dengan :

1. Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah menggunakan troli khusus yang tertutup

2. Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam D. Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan ke Luar Rumah Sakit

Proses pengolahan limbah medis padat rumah sakit dengan cara pengumpulan, pengemasan dan pengangkutan limbah ke luar rumah sakit dapat dilakukan dengan :

1. Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat sampah yang kuat

2. Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus E. Pengolahan dan Pemusnahan

Proses pengolahan dan pemusnahan limbah medis padat rumah sakit dapat dilakukan dengan :

1. Limbah medis padat tidak diperboehkan dibuang langsung ke tempat

(44)

pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.

2. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan menggunakan incenerator.

2.7.2 Limbah Non Medis Padat

Menurut Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, terdapat beberapa langkah dan juga persyaratan dalam hal pengolahan limbah non medis padat, yaitu :

A. Pemilahan dan Pewadahan

Proses pemilahan dan pewadahan limbah padat non medis di rumah sakit dapat dilakukan dengan :

1. Pewadahan limbah padat non medis harus dipisahkan dari limbah medis padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam

2. Tempat pewadahan

▪ Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastik warna hitam sebagai pembungkus limbah padat dengan lambang

“domestik” warna putih

▪ Bila kepadatan lalat di sekitar limbah padat melebihi 2 (dua) ekor per- block grill, perlu dilakukan pengendalian lalat.

B. Pengumpulan, Penyimpanan, dan Pengangkutan

(45)

medis rumah sakit dapat dilakukan dengan :

1. Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat lebih dari 20 ekor per-block grill atau tikus terlihat pada siang hari, harus dilakukan pengendalian

2. Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan binatang pengganggu yang lain minimal satu bulan sekali

C. Pengolahan dan Pemusnahan

Proses pengolahan dan pemusnahan limbah non medis padat rumah sakit dapat dilakukan sesuai dengan persyaratan kesehatan.

2.8 Dampak Pencemaran Limbah Rumah Sakit

Rumah sakit menghasilkan limbah medis padat dan limbah non medis padat dalam berbagai kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Keberadaan limbah yang dihasilkan rumah sakit memerlukan penanganan yang baik sebelum limbah tersebut dibuang sehingga tidak menyebabkan masalah kesehatan dan pencemaran lingkungan (Adisasmito, 2014).

2.8.1 Dampak Terhadap Kesehatan

Kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit di samping memberikan kesembuhan atau peningkatan derajat kesehatan masyarakat, juga menghasilkan sejumlah hasil sampingan. Hasil sampingan itu berupa buangan padat, cairan, dan gas yang banyak mengandung kuman pathogen, zat kimia yang beracun, zat

(46)

radioaktif, dan zat lain-lain. Buangan tersebut dapat mengganggu kesehatan masyarakan dan

kelestarian lingkungan ataupun ekosistem di dalam dan sekitar rumah sakit.

Apabila pengelolaan bahan buangan ini tidak dilaksanakan secara saniter, maka akan menyebabkan gangguan terhadap kelompok masyarakat di dan sekitar rumah sakit serta lingkungan di dalam maupun di luar rumah sakit.

Agen penyakit yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit memasuki media lingkungan melalui air ( air kotor dan air minum ), udara, makanan, alat atau benda, serangga, tenaga kesehatan, dan media lainnya. Melalui media ini agen penyakit tersebut akan dapat ditularkan kepada kelompok masyarakat rumah sakit yang rentan, misalnya penderita yang dirawat atau yang berobat jalan, karyawan rumah sakit, pengunjung atau pengantar orang sakit, serta masyarakat di sekitar rumah sakit.

Oleh karena itu, pengawasan terhadap mutu media ini terhadap kemungkinan akan adanya kontaminasi oleh agen penyakit yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit, hendaknya dipantau dengan cermat sehingga media tersebut bebas dari kontaminasi. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah penyakit diare dan leptospirosis (penyakit akibat tikus, penyakit ini terjadi karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat, penyakit kulit

(47)

berbagai jenis bakteri, virus, senyawa - senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi (Adisasmito, 2014).

2.8.2 Dampak Terhadap Lingkungan

Dampak yang ditimbulkan limbah padat rumah sakit yang merugikan bagi lingkungan berupa :

1. Merosotnya mutu lingkungan rumah sakit yang dapat mengganggu dan menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di lingkungan rumah sakit maupun masyarakat luar.

2. Limbah medis yang mengandung berbagai macam, bahan kimia serta benda-benda tajam dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa kecelakaan akibat kerja atau penyakit akibat kerja.

3. Pengelolaan limbah medis yang kurang baik akan menyebabkan estetika lingkungan yang kurang sedap dipandang sehingga mengganggu kenyamanan pasien, petugas, pengunjung serta masyarakat sekitar.

2.9 Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit

Manajemen lingkungan rumah sakit merupakan manajemen yang tidak statis, tetapi sesuatu yang dinamis sehingga diperlukan adaptasi atau penyesuaian diri bila terjadi perubahan di rumah sakit, yang mencakup sumber daya, proses dan kegiatan rumah sakit, juga apabila terjadi perubahan di luar rumah sakit, misalnya perubahan

(48)

peraturan perundang-undangan dan pengetahuan yang disebabkan oleh perkembangan teknologi (Adisasmito, 2014).

Berbagai manfaat yang bisa didapat apabila menerapkan sistem manajemen lingkungan rumah sakit adalah yang terpenting perlindungan terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Dengan mengikuti prosedur yang ada dalam sistem manajemen lingkungan rumah sakit, maka sekaligus akan membantu dalam memenuhi peraturan perundang-undangan dan sistem manajemen yang efektif.

Beberapa manfaat manajemen lingkungan rumah sakit adalah (Adisasmito, 2014):

1. Perlindungan terhadap lingkungan.

2. Manajemen lingkungan rumah sakit yang lebih baik.

3. Pengembangan sumber daya manusia.

4. Kontuinitas peningkatan performa lingkungan rumah sakit.

5. Kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan.

6. Bagian dari manajemen mutu terpadu.

7. Pengurangan atau penghematan biaya.

8. Meningkatkan citra rumah sakit.

Selanjutnya, penerapan manajemen lingkungan rumah sakit tidak lepas pula dari beberapa kompenen penting yang melengkapi sistem manajemen tersebut.

Komponen-komponen penting dalam sistem manajemen lingkungan rumah sakit antara lain (Adisasmito, 2014):

(49)

A. Dukungan Manajemen

Komponen yang paling penting di dalam menjalankan sistem manajemen lingkungan adalah dukungan dari manajemen puncak. Nilai-nilai yang ditentukan oleh manajemen puncak di dalam kebijakan lingkungan memegang peran yang sangat penting dalam membentuk dan menjalankan sistem manajem lingkungan rumah sakit.

B. Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu komponen penting karena apabila gagal dalam membuat perencanaan akan mengalami kendala dalam melakukan kegiatan selanjutnya. Perencanaan lingkungan seharusnya memasukkan hal-hal sebagai berikut:

a. Identifikasi aspek-aspek lingkungan dan evaluasi dampak lingkungan.

b. Persyaratan - persyaratan legal.

c. Kebijakan lingkungan dan kriteria kinerja internal.

d. Tujuan dan sasaran lingkungan.

e. Perencanaan dan program manajemen.

C. Pelaksanaan

Setelah rumah sakit selesai membuat persiapan penerapan sistem manajemen lingkungan yang di dalamnya berupa penyiapan perencanan dan pekerjaan pembuatan atau penyiapan dokumen, maka rumah sakit dapat melaksanakan kegiatan sistem manajemen lingkungan. Bila rumah sakit mengharapkan

(50)

program lingkungannya berjalan dengan sukses, rumah sakit harus mengembangkan kemampuan untuk mendukung sistem manajemen lingkungan tersebut. Pelaksanaan sistem manajemen lingkungan rumah sakit harus mempertimbangkan hal-hal seperti sumber daya manusia dan biaya, menyinergikan dan mengintegrasikan sistem manajemen lingkungan ke dalam aktivitas rutin rumah sakit, sistem lingkungan manajemen rumah sakit harus mampu mempertanggungjawabkan dan dipertanggungjawabkan, kesadaran komunikasi, informasi dan pelaporan, pengendalian operasional dan persiapan cara penanganan darurat.

D. Pemeriksaan

Pengawasan dan pengukuran merupakan salah satu cara untuk mengukur kesuksesan dari kinerja lingkungan diorganisasi dan untuk membuat nyata sistem manajemen. Pemeriksaan manajemen merupakan hal yang penting sebab mencerminkan keterlibatan manajemen untuk sistem manajemen lingkungan.

E. Tindakan

Secara berkala, rumah sakit harus menyiapkan dokumen pencatatan dan pelaporan sistem manajemen lingkungannya dengan faktor-faktor internal dan eksternal yang memengaruhi kebijakan dan kegiatan lingkungan. Tindakan ini

(51)

harus mencerminkan perbaikan berdasarkan hasil audit dan dokumen sistem manajemen lingkungan.

2.10 Sarana Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam sistem manajemen lingkungan rumah sakit, diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 5M, yaitu man, money, machines, methode, dan markets (Tjokroamidjojo, 2009) :

2.10.1 Man (Manusia)

Man yang dimaksud disini adalah merujuk kepada manusia yang diawali oleh

tenaga kesehatan dan petugas kebersihan yang ada di rumah sakit. Dalam manajemen lingkungan, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa adanya manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk pekerja. Oleh karena itu, manajemen lingkungan timbul karena adanya manusia yang bekerja untuk mencapai tujuan (Dinkes Lumajang, 2017).

Menurut Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Rumah Sakit, petugas pengelolasampah harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri dari :

1. Topi/helm 2. Masker

(52)

3. Pelindung mata

4. Pakaian panjang (coverall) 5. Apron untuk industri 6. Pelindung kaki/sepatu boot

7. Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves)

Tenaga sanitasi rumah sakit adalah unsur (provider) utama yang bertanggung jawab terhadap layanan sanitasi rumah sakit. Upaya penyehatan lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan tenaga dengan kualifikasi sebagai berikut:

1. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas A dan B (rumah sakit pemerintah) dan yang setingkat adalah seorang tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah sarjana (S1) di bidang kesehatan lingkungan, teknik lingkungan, biologi, teknik kimia dan teknik sipil.

2. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas C dan D (rumah sakit pemerintah) dan yang setingkat adalah tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah diploma (D3) dibidang kesehatan lingkungan.

3. Rumah sakit pemerintah maupun swasta yang sebagian kegiatan kesehatan lingkungannya dilaksanakan oleh pihak ketiga, maka tenaganya harus berpendidikan sanitarian dan telah mengikuti pelatihan khusus dibidang

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan pengawasan oleh pihak Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit terkait pengelolaan limbah medis padat, mulai dari pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan

Sebelum mengakses setiap informasi yang berkaitan dengan penelitian, petugas harus menandatangani formulir pernyataan persetujuan untuk melindungi keamanan

Dari deskripsi hasil penelitian yang dilakukan tentang tingkat keterampilan lay up shoot siswa peserta ekstrakulikuler bolabasket SMP N 2 DEPOK diperoleh hasil bahwa

Dari hasil pengklasifikasi menggunakan algoritma MOA, didapatkan bahwa terdapat 2 tipe aerosol utama dan 1 tipe aerosol campuran untuk wilayah kajian, yakni

Tugas akhir ini bertujuan memilih perangkat lunak HRM yang tepat untuk perusahaan Radar Jember dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), dimana

Dalam penelitian ini dibatasi pada peningkatan kompetensi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran SQ4R pada mata pelajaran menggambar busana dengan materi bagian-bagian

“Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri

Adapun dalam mencapai tujuan tersebut, diperlukan sasaran-sasaran antara lain sebagai berikut teridentifikasinya kondisi fisik hutan kota dan taman kota di lokasi