• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. experimental (true experiment research). Kajian literatur didapatkan dari berbagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. experimental (true experiment research). Kajian literatur didapatkan dari berbagai"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

23 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian experimental (true experiment research). Kajian literatur didapatkan dari berbagai

sumber baik dari buku maupun jurnal yang terkait digunakan untuk menambah informasi yang diperlukan.

3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian

Adapun waktu dan tempat penelitian dijabarkan sebagai berikut.

1. Pengelasan dilakukan di PPPPTK BOE - VEDC Malang.

2. Pembentukan dan perapian spesimen dilakukan di Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Pengujian kekerasan dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang

3.3 Alat dan Bahan 3.3.1 Bahan

1. Baja ASTM A36

Baja ASTM A36 Low carbon adalah spesimen yang akan digunakan pada penelitian yang akan dilakukan. Dengan ukuran 100 mm x 50 mm dan ketebalan 10 mm.

2. Kawat las seri E701T-1 dengan diameter 1,2.

E adalah simbol elektroda atau kawat las.

(2)

7adalah kekuatan tarik minimum dari kawat las tersebut yaitu dikali 10.000 psi.

0 adalah posisi pengelasan yang berarti untuk posisi Flat dan Horizontal, namun jika diganti 1 maka dapat digunakan untuk semua posisi.

T adalah Simbol dari bentuk elektroda tersebut yaitu Tubular, karena pada proses Las FCAW bentuk kawat lasnya adalah tubular karena ada flux di dalam kawat las.

1 adalah tipe gas dan performa dari kawat las, berikut ini beberapa tipe gas beserta kodenya.

3. Flux aktif TiO2

Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan, pada fluks TiO2

memiliki pengaruh penetrasi yang paling dalam yang diterapkan pada material stainless steel, sehingga mengacu pada hasil pengujian yang telah dilakukan, fluks yang akan dilakukan pada pengujian ini adalah fluks TiO2

yang akan diaplikasikan pada material baja karbon. Peningkatan kedalaman penetrasi dengan menggunakan fluks TiO2 hanya disebabkan oleh konveksi Marangoni.

Gambar 3.1 Fluks Aktif TiO2

(3)

4. Aseton

Aseton (isopropanon) adalah senyawa organik dengan rumus (CH3) 2CO. Ini adalah cairan yang tidak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar, dan merupakan keton paling sederhana dan terkecil. Aseton mudah larut dengan air dan berfungsi sebagai pelarut penting dalam haknya sendiri, Sekitar 6,7 juta ton diproduksi di seluruh dunia pada tahun 2010, terutama untuk digunakan sebagai pelarut.

Gambar 3.2 Aseton

3.3.2 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut.

1. Mesin las FCAW

Fungsi mesin las FCAW adalah melakukan penyambungan dua logam atau lebih dengan berbagai posisi dan tempat .

Gambar 3.3 Mesin Las FCAW

(4)

2. Alat uji kekerasan Vikers

Prinsip dasar pengujian ini sebenarnya sangat sederhana yaitu menggunakan indentor berupa bola yang berbentuk prisma yang dipasang tepat di bagian tengah hardness tester. Setelah itu dilakukan penekanan pada benda atau material yang diuji dengan besar gaya tekanan yang sudah ditentukan sebelumnya. Nantinya, hasil penetrasi atau penekanan akan dianalisa untuk mengukur tingkat kerasa material tersebut.

Gambar 3.4 Alat uji kekerasan vikers

3. Jangka sorong

Fungsi dari jangka sorong adalah untuk mengukur panjang,lebar dan ketebalan plat yang akan di gunakan untuk pengujian.

(5)

Gambar 3.5 Jangka Sorong

4. Gelas

Fungsi dari gelas kimia ini yaitu sebagai tempat untuk mencampurkan TiO2 dengan aseton.

Gambar 3.6 Gelas Kimia

5. Spatula Pengaduk

Fungsi spatula ini untuk mengadun campuran antara TiO2 dengan aseton.

Gambar 3.7 Spatula Pengaduk

(6)

6. Timbangan Digital

Timbangan digital yang digunakan dengan merk ACIS dengan kapasitas 500 g x 0,1 g. Ini berfungsi untuk menimbang berat TiO2 yang akan digunakan.

Gambar 3.8 Timbangan digital

7. Gerinda

Fungsi dari gerinda adalah untuk menghaluskan permukaan speciemen setelah proses pengelasan.

Gambar 3.9 Mesin Gerinda

(7)

8. Mesin pemotong spesimen ( Mesin potong hidrolik)

Fungsi mesin pemotong hidrolik adalah memotong speciemen dengan tujuan tidak merubah dari structur asli dari speciemen yang akan di gunakan.

Gambar 3.10 Mesin Potong Hidrolik

9. Amplas

Amplas 360,500,1500. Fungsi amplas untuk membersihkan lapisan oksida yang ada pada permukaan spesiemen.

Gambar 3.11 Amplas

10. Penjepit Pengelasan

Gambar 3.12 Penjepit Material Saat Pengelasaan

(8)

3.4 Langkah Penelitian 3.4.1 Tahap Persiapan

1. Pemotongan sampel

Dalam penelitian ini material yang digunakan adalah jenis Baja karbon rendah yaitu baja astm 36 yang di potong dengan Tebal 10 mm dengan panjang & lebar 100 mm x 50 mm. Pembuatan spesimen dilakuakan dengan cara memotong sebagian material baja dengan menggunakan alat potong gergaji mesin atau tangan dalam hal ini pemotongan material tidak menggunakan las potong ataupun gerinda potong karena untuk menghindari terjadinya rekristalisasi dan mengurangi distribusi panas.

2. Pembuatan kampuh V terbuka

Pembuatan kampuh V terbuka dengan menggunakan mesin frais bahan yang dipersiapkan dengan ukuran :

1. Tebal 10 mm 2. Panjang 50 mm 3. Lebar 50 mm

4. Jumlah 12 pasang (100 mm x 50 mm) 5. Sudut kampuh 1 sisi 300

Bahan dipersiapkan didalam pencekam pada sudut pengefraisan 30° maka tahap pengefraisan pun langsung dilakukan dan yang perlu diperhatikan pada saat pengefraisan yaitu ragum pencekam pada mesin frais dan setelan mata bor haruslah centre dan lurus agar hasil pada pengefraisan ampuh benar-benar lurus dan sudut didapatkan benar-benar sempurna.

(9)

Gambar 3.13 Kampuh Join

3.5 Proses Pengelasan FCAW Langkah – langkah dalam penglasan 1. Cara kerja alat bantu pengelasan

sepulley penggerak akan berputar sesuai dengan putaran motor daya motor dari pulley 1 (penggerak) akan ditranmisikan ke pulley 2 melalui v-Belt.

Kemudian daya dari pulley 2 ditranmisikan ke batang penggerak melalui proses ulir. Poros ulir berputar sesuai putaran pulley 2 akan menggerakan batang penggerak dengan merubah gaya putar menjadi gaya horisontal.

50 2

8 4

600

2

102

50

(10)

Daya ini selanjutnya akan digunakan untuk menggerakan batang penggerak yang sekaligus sebagai tumpuan dari toch las dan toch pemanas. Setelah batang penggerak mulai berjalan, maka proses pengelasan mulai berjalan dan akan berhenti sesuai jarak yang sudah ditentukan.

2. Proses pengoperasian pengelasan FCAW

 Mempersiapkan alat pengelasan FCAW.

 Atur jarak dan sudut las dengan benda kerja sesuai dengan yang

diinginkan.

 setting ampere las sebesar 250 A dengan tegangan 25 volt

 Membuka gas pelindung CO2 pada tabung.

 Memulai proses pengelasan

 Jika panjang pengelasan sudah tercapai maka pencet tombol stop untuk menghentikan alat pengelasan.

Gambar 3.14 Proses Pengelasan 3. Proses penambahan flux aktif TiO2 dan ASETON

Proses penambahan flux aktif TiO2 yang di larutkan dalam aseton ini dilakukan sebelum specimen di las dimana spesimen yang sudah disiapkan diolesi pada bagian yang akan di las oleh campuran flux aktif

(11)

TiO2 dengan aseton dengan menggunakan perbandingan TiO2 0,5 g,1 g dan 1,5 g .lalu baru kemudian dilakukan pengelasan pada spesimen tersebut.

Gambar 3.15 penambahan TiO2

4. Pengamplasan Speciemen

Pengamplasan speciemen bertujuan untuk menghilangkan oksidasi yang ada pada permukaan speciemen dan membuat benda menjadi lebih halus dan daerah HAZ dan daerah terlihat jelas.

Gambar 3.16 hasil pengamplasan spesimen

5. Proses Pengujian kekerasan Vikers

Tahap selanjutnya adalah melakukan pengujian kekerasan Vikers dimana untuk pengambilan titik dilakukan di 3 daerah yaitu daerah base metal , daerah las dan yang terakhir di daerah HAZ ( Heat Affected Zone).

(12)

3.6 Analisa Data

Analisa Data Setelah data diperoleh selanjutnya menganalisa data dengan cara mengolah data yang sudah terkumpul data dari hasil pengujian dimasukan kedalam persamaan-p ersamaan yang ada sehingga di peroleh data yang bersifat kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka teknik analisa data pengaruh pengelasan otomatis di sekitar pengelasan dengan las FCAW terhadap nilai kekeraan pada baja carbon A36 berupa perbedaan nilai kekerasan di 3 daerah seperti daerah base metal, daerah las dan daerah HAZ ( Heat Affected Zone) dimana setelah itu dibandingkan antara 3 variasi penambahan TiO2 sebanyak 0,5 g,1 g,1,5 g dilihat diantara 3 variasi tersebut berapa kenaikan nilai kekerasan dibanding yang tidak menggunakan penambahan flux aktif TiO2 dan dibandingkan diantara 3 variasi tersebut manakah variasi yang paling bagus dan memiliki nilai kekerasan yang paling tinggi serta kelebihan dan kekurangan dari setiap variasi.

(13)

3.7 Diagram Alir

Dari tahap pengelasan dan pengujian, maka diperoleh diagram alir sebagai berikut.

(14)

Gambar

Gambar 3.1 Fluks Aktif TiO 2
Gambar 3.4 Alat uji kekerasan vikers
Gambar 3.5 Jangka Sorong
Gambar 3.8 Timbangan digital
+4

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

menunjukkan bahwa kekasaran permukaan dipengaruhi secara langsung oleh kecepatan spindel dan laju umpan. Hal ini diamati bahwa kekasaran permukaan meningkat dengan

Untuk ekstraksi fitur tekstur akan didapatkan nilai dari histogram fitur yang dihasilkan dan akan dilakukan pengujian dengan kuantisasi panjang histogram, sedangkan

Dalam hal ini peneliti menganalisis tentang perilaku komunikasi remaja sebagai pengguna aktif dalam mengganti display picture BlackBerry Messenger dan juga tentang

Pengujian Impact dilakukan untuk mengetahui sifat mekanik komposit berdasarkan ASTM D265, ukuran spesimen seperti pada gambar 3.9 diatas. Adapun langkah-langkah pengujian

• Hanya satu proses yang boleh berjalan (executing) dalam monitor pada

Di berbagai hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya dapat diambil asumsi bahwa keberadaan dari komite audit dan eksternal auditor yang bekerja independen, dan dapat ditarik

Jawaban kuisioner ini digunakan untuk penelitian ilmiah (skripsi), sebagai salah satu syarat untuk mengakhiri studi di fakultas syari’ah dan hukum program studi keuangan