• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dimensi Keluarga Terhadap Kinerja Usaha Tahu Di Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Dimensi Keluarga Terhadap Kinerja Usaha Tahu Di Kabupaten Bogor"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DIMENSI KELUARGA TERHADAP KINERJA

USAHA TAHU DI KABUPATEN BOGOR

FEBRINA MAHLIZA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Dimensi Keluarga terhadap Kinerja Usaha Tahu di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2016

(4)

RINGKASAN

FEBRINA MAHLIZA. Pengaruh Dimensi Keluarga terhadap Kinerja Usaha Tahu di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA dan BURHANUDDIN.

Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam perekonomian nasional, antara lain keberadaan jumlah unit usaha, penyerapan tenaga kerja dan kontribusinya terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Salah satu ciri UMKM di Indonesia merupakan usaha keluarga. Usaha keluarga mendominasi dan menyebar di berbagai sektor usaha di Indonesia. Salah satunya adalah usaha pembuatan tahu. Usaha pembuatan tahu sering menghadapi berbagai kendala dari lingkungan ekonomi antara lain bahan baku. Bahan baku kedelai yang digunakan merupakan kedelai impor. Perubahan harga kedelai akan mempengaruhi keberlangsungan dan perkembangan usaha. Meskipun usaha ini mendapat kendala dari lingkungan ekonomi, sebagian besar usaha tahu tetap bertahan dan berjalan. Melihat usaha tahu sebagai usaha keluarga, penelitian pengaruh keluarga disertai pengaruh lingkungan ekonomi pada usaha tahu menjadi penting untuk diteliti. Berdasarkan uraian tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik usaha tahu yang termasuk usaha keluarga; (2) menganalisis pengaruh dimensi keluarga dan lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu yang termasuk usaha keluarga.

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling sebanyak 114 responden di 9 wilayah pelayanan Kopti Kabupaten Bogor, yaitu Parung, Tamansari, Bojong Gede, Dramaga, Ciampea, Cibungbulang, Sukaraja, Ciawi Megamendung dan Caringin Cijeruk. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan analisis deskriptif dan Structural Equation Modeling (SEM).

Berdasarkan hasil penelitian, usaha tahu di Kabupaten Bogor memiliki karakteristik usaha yang bervariatif. Sebagian besar usaha memproduksi tahu kuning, menggunakan kedelai sebanyak 10-133 kg per hari, menghasilkan omset sebesar 200 ribu sampai dengan 5.2 juta rupiah per hari, menggunakan 1-8 tenaga kerja dan menjual tahu secara langsung ke konsumen dengan membuka lapak di pasar. Salah satu dimensi pengaruh keluarga, yaitu budaya, berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha. Budaya direfleksikan oleh keselarasan antara nilai keluarga dan usaha serta komitmen usaha keluarga. Anggota keluarga menjalankan nilai-nilai keluarga seperti disiplin, saling berkomunikasi dan saling bekerja sama. Nilai-nilai tersebut mereka terapkan juga saat mereka menjalankan usaha tahu. Mereka menganggap penerapan nilai tersebut sangat penting pada usaha keluarga demi tercapainya hasil usaha yang baik. Anggota keluarga memiliki komitmen kuat terhadap usaha keluarga. Anggota keluarga mendukung setiap visi, misi dan keputusan yang akan dijalankan oleh usaha keluarga. Anggota keluarga percaya apa yang diputuskan demi kebaikan usaha keluarga. Komitmen usaha keluarga merupakan indikator yang memberikan kontribusi terbesar terhadap budaya.

(5)

meningkat sehingga tahu yang diproduksi berkurang. Pengurangan produksi tahu dapat mengurangi kinerja usaha tahu dari sisi omset, profit, volum penjualan, jumlah tenaga kerja dan pemasaran. Sedangkan daya beli masyarakat terlihat pada konsumen tahu yang didominasi oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah. Ketika pendapatan konsumen masyarakat menengah ke bawah naik, mereka memiliki peluang untuk dapat membeli dan menikmati lauk yang lebih mahal dibandingkan tahu sehingga pembelian tahu dapat menurun. Daya beli masyarakat menjadi indikator yang memberikan kontribusi terbesar terhadap lingkungan ekonomi.

Dengan demikian, pelaku usaha dan anggota keluarga sebaiknya menerapkan nilai keluarga dan usaha secara selaras, disiplin dalam melakukan aktivitas usaha seperti pengolahan maupun pemasaran, serta dapat saling berkomunikasi dan bekerja sama sehingga kinerja usaha dapat meningkat. Anggota keluarga juga harus selalu berkomitmen kuat terhadap usaha keluarga, seperti mendukung visi dan misi usaha keluarga, agar usaha dapat terus berjalan dengan baik. Keluarga juga bisa mulai mencoba untuk membidik konsumen menengah ke atas maupun konsumen instansi-instansi tertentu agar pembelian tahu dapat tetap stabil dan tidak menurun.

(6)

SUMMARY

FEBRINA MAHLIZA. The Influence of Family Dimension on Tofu Business

Performance in Kabupaten Bogor. Guided by WAHYU BUDI PRIATNA and

BURHANUDDIN.

Micro, small and medium enterprises (MSMEs) has an important role in the national economy, such as the existence of the number of business units, employment and its contribution to Gross Domestic Product (GDP). One of the characteristics of MSMEs in Indonesia is family business, which is managed by family members and potentially passed down across generations. Family businesses dominate and spread in various business sectors in Indonesia, one of them is “tofu” business. The “tofu” business face many constraints from economic environment. One of the constraints is the price of raw materials. The soybeans are imported soybean. The changes in soybean prices will affect the survival and development of the business. Although these businesses are constrained by the economic environment, most of them can survive. Seeing “tofu” business as a family business, the research of family influence with the influence of the economic environment in the business is important to study. Based on the description, the purpose of this study were (1) identify and analyze the characteristics of the “tofu” business; (2) analyze the influence of family dimension and economic environment on the performance of the “tofu” business that including a family business

This research was conducted in Bogor. The sample is determined by purposive sampling method as many as 114 respondents in nine service areas of Kopti Kabupaten Bogor, namely Parung, Tamansari, Bojong Gede, Dramaga, Ciampea, Cibungbulang, Sukaraja, Ciawi Megamendung and Caringin Cijeruk. The primary data obtained through interviews using questionnaire. Data were analyzed with descriptive analysis and Structural Equation Modeling (SEM).

According to the result of the study, “tofu” businesses in Kabupaten Bogor has varied business characteristics. Most of them are producing the “yellow tofu”, using soybeans as much as 10-133 kg per day, earning 200 thousand up to 5.2 million per day, having 1-8 workers and selling the tofu to the consumer directly by opening a stall in the market. One dimension of family influence, namely culture, has significant effect on business performance. Culture reflected by the overlap between family and business values as well as the family business commitment. Family members run family values such as discipline, communicate and cooperate with each other. These values are also applied in the family business. Family consider these values are very important to the family business in order to achieve good performance. Family members have a strong commitment to the family business. Family members support each vision, mission and decisions that will be run by family businesses. Family members believe what is decided for the good of the family business. Family business commitment is an indicator that gives the greatest contribution to the culture.

(7)

power seen in the consumer which is dominated by the lower middle class people. When their incomes rising, they have opportunity to buy and enjoy dishes than buy tofu so the tofu puchasing and business permformance decreased. The people purchasing power be an indicator that gives the largest contribution to the economic environment.

Therefore, family should implement family values and business values in harmony, discipline in business activities such as in production and marketing, also communicate and cooperate each others so that business performance can be improved. Family members should have strong commitment to family businesses, such as supporting the vision and mission of the family business, so the business can continue well. Family can also start trying to target the upper middle consumers and institution consumers so that the tofu purchasing can stable and not declining.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agribisnis

PENGARUH DIMENSI KELUARGA TERHADAP KINERJA

USAHA TAHU DI KABUPATEN BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(10)

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr Ir Suharno, MAdev

(11)
(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Januari sampai Desember 2015 ini ialah kewirausahaan, dengan judul “Pengaruh Dimensi Keluarga terhadap Kinerja Usaha Tahu di Kabupaten Bogor”. Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi dan Dr Ir Burhanuddin, MM selaku komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan hingga terselesaikannya tesis ini.

2. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen evaluator pada pelaksanaan kolokium proposal penelitian.

3. Dr Ir Suharno, MAdev dan Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama dan penguji wakil departemen pada sidang tesis.

4. Bapak Endang dari Kopti Kabupaten Bogor, beserta seluruh pelaku usaha tahu di Kabupaten Bogor atas waktu dan informasi pada saat pengambilan data. 5. Bapak Mahpud, Mamah Enzah Azizah, Papah Erwin Tyrana, Mamah Etty I.

Tjahjawati, Kak Lia Octavia, Bang Wahyu Kurniawan, Ardho Mahfeliza, dan Alviana Mahfeliza, selaku orang tua dan saudara, serta suami tercinta, Denny Indra Nugraha yang telah memberikan doa dan kasih sayang.

6. Teman-teman: Tita Nursiah, Silvia Sari, Diyani Fauziyah, Retna Dewi atas waktu dan dukungan selama pengambilan dan pengolahan data, serta seluruh teman Magister Sains Agribisnis (MSA) angkatan 4 yang telah memberikan semangat selama penelitian hingga terselesaikannya tesis ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2016

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xvi

DAFTAR GAMBAR xvii

DAFTAR LAMPIRAN xvii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 4

Pengaruh Keluarga dalam Usaha Keluarga 4

Pengaruh Dimensi Keluarga terhadap Kinerja Usaha 7

Pengaruh Lingkungan Ekonomi terhadap Kinerja Usaha 8

3 KERANGKA PEMIKIRAN 9

Kerangka Teoritis 9

Kerangka Pemikiran Operasional 12

4 METODE 14 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 Metode Penentuan Sampel 14 Metode Pengumpulan Data 15 Metode Analisis Data 15

Variabel Penelitian 17

Definisi Operasional 19

5 GAMBARAN UMUM 20

Gambaran Umum Usaha Tahu di Kabupaten Bogor 20

Gambaran Umum Responden 24

Persepsi Responden berdasarkan Variabel Kekuatan 28

Persepsi Responden berdasarkan Variabel Pengalaman 29

Persepsi Responden berdasarkan Variabel Budaya 29

Persepsi Responden berdasarkan Variabel Lingkungan Ekonomi 30

Persepsi Responden berdasarkan Variabel Kinerja Usaha 31

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 32

Karakteristik Usaha Tahu di Kabupaten Bogor 32

Analisis Pengaruh Dimensi Keluarga dan Lingkungan Ekonomi terhadap Kinerja Usaha Tahu di Kabupaten Bogor dengan pendekatan SEM 37

7 SIMPULAN DAN SARAN 52

DAFTAR PUSTAKA 53 LAMPIRAN 58

(16)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan jumlah usaha dan tenaga kerja menurut skala usaha

tahun 2011- 2013 1

2 Jumlah kontribusi PDB atas dasar harga konstan 2000 menurut

skala usaha tahun 2011-2013 1

3 Definisi UMKM di Indonesia berdasarkan UU No 20 tahun 2008 7 4 Anggota Kopti Kabupaten Bogor per wilayah pelayanan tahun 2012 14

5 Sebaran wilayah responden 15

6 Kriteria uji kecocokan model SEM 16

7 Variabel laten dan indikator model pengaruh dimensi keluarga dan

lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor 17

8 Sebaran responden berdasarkan usia 25

9 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin 26

10 Sebaran responden berdasarkan pendidikan 26

11 Sebaran responden berdasarkan asal daerah 27

12 Sebaran responden berdasarkan lama menjalankan usaha 27 13 Sebaran persepsi responden berdasarkan variabel kekuatan 28 14 Sebaran persepsi responden berdasarkan variabel pengalaman 29 15 Sebaran persepsi responden berdasarkan variabel budaya 30 16 Sebaran persepsi responden berdasarkan variabel lingkungan ekonomi 31 17 Sebaran persepsi responden berdasarkan variabel kinerja usaha 31 18 Sebaran usaha responden berdasarkan jenis produk 32 19 Sebaran usaha responden berdasarkan penggunaan kedelai 33 20 Sebaran usaha responden berdasarkan jumlah tenaga kerja 34 21 Sebaran usaha responden berdasarkan omset harian dan tahunan 35

22 Sebaran usaha responden berdasarkan pemasaran 37

23 Hasil uji validitas model awal pengaruh dimensi keluarga dan

lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor 39 24 Hasil uji reliabilitas model awal pengaruh dimensi keluarga dan

lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor 39 25 Hasil uji kecocokan model awal pengaruh dimensi keluarga dan

lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor 40 26 Hasil uji kecocokan model respesifikasi pengaruh dimensi keluarga dan

lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor 41 27 Hasil uji reliabilitas model respesifikasi pengaruh dimensi keluarga dan

lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor 42 28 Hasil uji validitas model respesifikasi pengaruh dimensi keluarga dan

lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor 42 29 Loading factor dan t-hitung indikator variabel kekuatan 43 30 Loading factor dan t-hitung indikator variabel pengalaman 44 31 Loading factor dan t-hitung indikator variabel budaya 44 32 Loading factor dan t-hitung indikator variabel budaya 45 33 Loading factor dan t-hitung indikator variabel kinerja usaha 46 34 Ringkasan keseluruhan hasil analisis model pengaruh dimensi keluarga dan

(17)

DAFTAR GAMBAR

1 Family-Power Experience Culture (F-PEC) 10 2 Dimensi-dimensi dari F-PEC sebagai variabel yang

mendahului kinerja 11

3 Pengaruh faktor lingkungan terhadap kinerja usaha 12 4 Kerangka pemikiran operasional pengaruh dimensi keluarga dan

Lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor 13 5 Diagram lintas persamaan struktural pengaruh dimensi keluarga dan

lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor 18

6 Bak plastik untuk perendaman kedelai 21

7 Mesin giling kedelai 21

8 Tahang besi untuk merebus bubur kedelai 22

9 Tahang kayu besar untuk merebus bubur kedelai 22

10 Bak penampung bubur kedelai hasil perebusan 22

11 Bak penyimpanan cairan bekas 23

12 Cetakan kayu dari kayu 23

13 Kain bungkus putih untuk mencetak tahu 23

14 Rak penyimpanan tahu 24

15 Standardized Coeficient model awal pengaruh dimensi keluarga dan

lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor 38 16 T-hitung model awal pengaruh dimensi keluarga danlingkungan

ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor 40 17 T-hitung model respesifikasi pengaruh dimensi keluarga danlingkungan

ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor 47 18 Standardized Coeficient model respesifikasi pengaruh dimensi keluarga

danlingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor 49

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil ouptut analisis model pengaruh dimensi keluarga dan

(18)
(19)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menjadi salah satu kekuatan pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi Indonesia. UMKM memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Peran UMKM dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kedudukannya sebagai pelaku utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, penyedia lapangan kerja yang terbesar, pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, pencipta pasar baru dan sumber inovasi serta sumbangannya dalam menjaga necara pembayaran melalui kegiatan ekspor masyarakat sehingga mengurangi tingkat kemiskinana dan lain-lain (Tedjasuksmana 2014).

Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menjadi roda penggerak enonomi dan tangguh dalam menghadapi krisis ekonomi. UMKM juga memiliki kontribusi besar dalam beberapa aspek, yaitu keberadaan jumlah unit usaha, penyerapan tenaga kerja, dan sumbangan terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Berikut data perkembangan jumlah unit usaha dan tenaga kerja UMKM di Indonesia tahun 2011-2013 yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan jumlah usaha dan tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2011- 2013 Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM (2015)

Berdasarkan data di atas, jumlah UMKM di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 57.9 juta unit usaha dengan jumlah tenaga kerja yang diserap mencapai 96.99 persen. Melihat besarnya penyerapan tenaga kerja tersebut, pemberdayaan UMKM dapat memberikan peluang membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja pun menjadi berkurang. Selain jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja yang besar, kontribusi UMKM terhadap PDB juga besar. Pada tahun 2013, kontribusi UMKM terhadap PDB nasional sebanyak Rp 1.5 milyar atau 57.56 persen (Tabel 2).

(20)

2

Pemberdayaan UMKM di Indonesia menjadi sangat strategis karena memiliki potensi yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. UMKM bersifat income gathering, yaitu menaikkan pendapatan dengan ciri-ciri usaha milik keluarga (Sudaryanto et al. 2014), dimana keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap yang sama dalam keadaaan saling ketergantungan. UMKM di Indonesia merupakan usaha turun temurun (Tambunan 2002; Riyanti 2003). Oleh karena itu, keberadaan UMKM di Indonesia sering dikaitkan sebagai usaha keluarga.

Usaha keluarga mendominasi usaha di Indonesia dan menyebar di berbagai 2ariab usaha (Winoto dan Graito 2008). Tidak hanya di Indonesia, sekitar 80-90 persen dari keseluruhan usaha yang ada di dunia saat ini dapat diklasifikasikan sebagai usaha keluarga (Ward 1997). Usaha keluarga secara luas dilihat sebagai tulang punggung ekonomi karena menciptakan kesejahteraan, menyediakan pekerjaan, memiliki komunitas dan bertahan untuk jangka waktu yang lama. Usaha keluarga adalah suatu usaha dimana dua atau lebih anggota keluarga sama-sama berperan sebagai pemilik atau bekerja sama dalam operasi bisnis dan kepemilikannya diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya (Longenecker et al. 1994). Usaha keluarga adalah usaha yang dikelola oleh sebuah koalisi dominan yang terdiri dari beberapa anggota dari keluarga yang sama yang memberikan perhatian untuk membentuk dan menjalankan visi usaha, dimana visi usaha tersebut berpotensi untuk berlanjut sampai dengan lintas generasi (Chua et al. 1999). Sebuah usaha dengan banyak keterlibatan keluarga harus memiliki minimal satu anggota keluarga dalam sebuah posisi manajemen dan multigenerasi yang bekerja dalam perusahaan (Shanker dan Astrachan 1996).

Usaha keluarga unik karena keterlibatan anggota keluarga dalam proses kebijakan dan peraturan, kepemilikan aset dan lain sebagainya. Keluarga dianggap berpengaruh pada keberlangsungan dan perkembangan usaha keluarga. Pengaruh keluarga mengacu pada 2 ariab-faktor keluarga yang mempengaruhi sebuah perilaku perusahaan atau perilaku dan pilihan anggota keluarga yang menghasilkan dampak pada hal-hal yang yang tekait dengan perusahaan (Duh dan Belak 2009). Penelitian-penelitian saat ini menggunakan dimensi kekuatan, pengalaman dan budaya sebagai ukuran pengaruh keluarga. Hal ini karena kekuatan, pengalaman dan budaya didefinisikan sebagai pengaruh keluarga dalam usaha keluarga (Astrachan et al. 2002).

(21)

3 keluarga yang terdiri dari kekuatan, pengalaman dan budaya pada UMKM menjadi hal yang menarik untuk diteliti.

Perumusan Masalah

Salah satu UMKM yang dicirikan sebagai usaha keluarga adalah usaha pembuatan tahu. Usaha tahu merupakan usaha turun temurun yang telah dijalankan dari generasi selanjutnya. Usaha tahu terbukti telah turun temurun berproduksi secara konsisten (Arifin 2011). Pekerjaan sebagai pengrajin tahu diturunkan dari orang tua kepada anaknya seperti secara otomatis. Umumnya diawali dengan mengikutsertakan anak-anaknya dalam kegiatan produksi atapun pemasaran karena terbatasnya tenaga kerja yang dimiliki. Dari kebiasaan tersebut, anak mendapat keterampilan membuat tahu dan tertarik meneruskan pekerjaan tersebut. Apalagi melihat pekerjaan membuat tahu berhasil dalam menghidupi keluarga, maka generasi selanjutnya akan terpengaruh secara langsung maupun tidak langsung untuk mengikuti kegiatan tersebut (Wardhini et al. 2013). Usaha tahu bersifat sebagai usaha rumah tangga dimana pemilik dan tenaga kerjanya masih mempunyai hubungan keluarga (Bank Indonesia 2011b).

Usaha tahu sering mengalami permasalahan yang berasal dari lingkungan di luar usaha, salah satunya adalah lingkungan ekonomi. Contoh permasalahan dari lingkungan ekonomi yang sering dihadapi oleh usaha tahu adalah bahan baku kedelai. Sebagian besar pelaku usaha tahu menggunakan kedelai impor. Kalangan usaha tahu cenderung memilih kedelai impor sebagai bahan baku dibanding kedelai nasional karena pasokan bahan bakunya terjamin. Ketergantungan kedelai terhadap produk impor berpengaruh terhadap harga kedelai di dalam negeri akibat terjadinya fluktuasi harga kedelai di pasar internasional. Bahkan selama periode 2002-2012, harga kedelai di dalam negeri terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dengan perubahan kenaikan sekitar 11.46 persen per tahun (BKP Pertanian 2013). Adanya kenaikan harga bahan baku kedelai akan mengganggu aktivitas produksi usaha tahu karena biaya produksi tahu menjadi meningkat.

Meskipun usaha tahu mendapat tekanan dari lingkungan ekonomi, usaha ini tetap konsisten berproduksi. Jika melihat usaha tahu sebagai usaha keluarga, keluarga diindikasikan mempengaruhi keberlangsungan hidup usaha selain kondisi lingkungan ekonomi yang juga mempengaruhi keberlangsungan hidup usaha keluarga. Usaha tahu yang merupakan usaha keuarga pun dapat bertahan hinga bertahun-tahun. Keberlangsungan hidup usaha berkaitan erat dengan kinerja usaha dimana kinerja merupakan hal yang dapat menentukan pertumbuhan dan perkembangan usaha. Dengan demikian, secara bersamaan, pengaruh dimensi keluarga (kekuatan, pengalaman, budaya) dan lingkungan ekonomi dapat dilihat pengaruhnya secara langsung terhadap kinerja usaha tahu terutama pada usaha tahu yang merupakan usaha keluarga yang kepemilikannya berpotensi diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Berdasarkan uraian di atas, muncul beberapa masalah yang akan menjadi kajian pada penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana karakteristik usaha tahu yang termasuk usaha keluarga?

(22)

4

Tujuan Penelitian

Terkait dengan pertanyaan-pertanyaan yang melandasi dilakukannya penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik usaha tahu yang termasuk usaha keluarga.

2. Menganalisis pengaruh dimensi keluarga (kekuatan, pengalaman, budaya) dan lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu yang termasuk usaha keluarga.

Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Peneliti, merupakan wadah untuk melatih kemampuan analisis serta mengaplikasikan konsep-konsep ilmu yang diperoleh dengan melihat fenomena praktis yang terjadi di lapangan.

2. Kalangan akademisi, sebagai bahan kajian untuk penelitian selanjutnya.

3. Instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan usaha keluarga dalam rangka pengembangan UMKM di Indonesia.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini terbatas pada analisis pengaruh dimensi keluarga (kekuatan, pengalaman, budaya) dan lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu yang termasuk usaha keluarga dengan menggunakan analisis Structural Equation Modeling (SEM). Usaha tahu yang diteliti merupakan usaha yang termasuk dalam skala usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Variabel yang digunakan antara lain kekuatan terdiri dari kekuatan melalui kepemilikan, kekuatan melalui pengawasan dan kekuatan melalui manajemen. Pengalaman terdiri dari generasi dalam kepemilikan, generasi dalam pengawasan, generasi dalam manajemen dan jumlah anggota keluarga yang berpartisipasi aktif. Budaya terdiri dari kesamaan antara nilai keluarga dan nilai usaha serta komitmen usaha keluarga. Lingkungan ekonomi terdiri dari harga input, harga output, ketersediaan input dan daya beli masyarakat. Kinerja usaha terdiri dari omset, profit, volum penjualan, jumlah tenaga kerja dan pemasaran.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Keluarga dalam Usaha Keluarga

(23)

5 perusahaan (Duh dan Belak 2009). Pada umumnya, keluarga akan mendominasi manajemen dalam usaha sehingga nepotisme akan banyak terjadi terutama dilihat dari adanya pengambilan keputusan yang emosional dan informal (Siakas et al. 2014). Shanker dan Astrachan (1996) menyatakan bahwa sebuah usaha dengan banyak keterlibatan keluarga memiliki minimal satu anggota keluarga dalam posisi manajemen dan generasi yang beragam yang bekerja dalam usaha tersebut.

Merino et al. (2012) meneliti tentang hubungan pengaruh keluarga terhadap aktivitas ekspor di 500 usaha kecil dan menengah manufaktur di Spanyol. Pengaruh keluarga yang digunakan terdiri dari kekuatan, pengalaman dan budaya. Dari tiga dimensi yang digunakan, hanya budaya yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap aktivitas ekspor, sedangkan kekuatan dan pengalaman tidak berpengaruh signifikan terhadap aktivitas ekspor. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori prediksi yang terkait dengan budaya, dimana usaha-usaha keluarga tersebut dijalankan oleh generasi baru yang membagi nilai yang sama dengan keluarga sehingga aktivitas ekspor yang dijalankan generasi baru dianggap lebih baik dibandingkan dengan aktivitas ekspor yang dikelola oleh generasi sebelumnya.

Ketiga dimensi dari pengaruh keluarga tersebut juga digunakan oleh Zainol et al. (2012) dalam menguji hubungan antara pengaruh keluarga dengan orientasi berpelaku usaha pada usaha kecil dan menengah di Malaysia. Adapun dimensi-dimensi dari pengaruh keluarga dalam kedua penelitian tersebut sama karena diukur oleh 5 ariable 55 yang valid dan terstandar, yakni F-PEC, yang dibangun oleh Astrachan et al. (2002). F-PEC dibangun sebagai sebuah 5ariable55 untuk menilai pengaruh keluarga dalam sebuah usaha keluarga, meskipun 5 ariab lainnya dianggap berkenaan dengan keluarga (Ayranci 2014). F-PEC ini pun sudah banyak digunakan oleh peneliti-peneliti yang meneliti tentang usaha keluarga di berbagai 5ariab.

Melihat hasil beberapa penelitian di atas, penelitian tentang pengaruh keluarga dalam usaha keluarga pada umumnya banyak menggunakan sampel usaha kecil dan menengah. Akan tetapi, pengaruh keluarga berdasarkan F-PEC juga 5ari digunakan dengan sampel perusahaan keluarga skala usaha besar. Contohnya Erikson et al. (2013) yang melakukan studi kasus pada perusahaan Spendrups Bryggeri AB. Pada hasil studi kasus tersebut, perusahaan Spendrups dimiliki oleh anggota keluarga secara tidak langsung. Keluarga memiliki 5 ariabl meskipun mereka bukan satu-satunya yang mengambil keputusan 5ariab ketika menyeleksi anggota dewan baru. Anggota keluarga yang menjadi anggota dewan kekuasaaan sebanyak 7 dari 15 anggota. Sedangkan anggota keluarga yang menduduki manajemen hanya 1 dari 11 anggota, sehingga keterlibatan anggota dalam top manajemen dinilai rendah. Perusahaan Spendrups dijalankan oleh generasi ketiga dan keempat. Pergeseran kesuksesan antar generasi di perusahaan Spendrups dan pengalaman antar manajemen dinilai tinggi, dimana CEO adalah generasi keempat dan deputi CEO adalah generasi ketiga. Komitmen usaha pada perusahaan Spendrups juga dinilai tinggi meskipun kesamaan antara nilai usaha dan nilai keluarganya rendah.

(24)

6

keefektifan perencanaan 6 ariable 6 pada usaha keluarga 6 ariable kecil di Coimbatore. Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pengaruh keluarga memiliki kaitan erat dalam usaha keluarga. Pengaruh keluarga yang digunakan oleh banyak peneliti saat ini adalah pengaruh keluarga dari F-PEC yang terdiri dari kekuatan, pengalaman dan budaya. Para peneliti pun menggunakan sampel pada usaha mikro, kecil dan menengah (Merino et al. 2012; Zainol et al. 2012; Maheswari et al. 2013). Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunakan ketiga dimensi tersebut untuk melihat pengaruhnya terhadap kinerja usaha keluarga pelaku usaha tahu. Pelaku usaha tahu dipilih karena termasuk ke dalam UMKM di Indonesia dan dianggap masih mendekati definisi dan kriteria UMKM di luar negeri, meskipun definisi UMKM untuk setiap 6ariab berbeda.

Definisi UMKM di dunia internasional umumnya didasarkan pada beberapa hal, yaitu jumlah tenaga kerja yang terlibat, jumlah 6aria dan jumlah penjualan tahunan. Beberapa 6ariab yang mendefinisikan UMKM hanya berdasarkan jumlah karyawan antara lain Maroko (kurang dari 200 orang), Brazil (kurang dari 100 orang), El Savador (kurang dari 4 orang untuk usaha mikro, 5-49 orang untuk usaha kecil, dan antara 50-99 orang untuk usaha menengah), dan Kolombia (kurang dari 10 orang untuk usaha mikro, 10-50 orang untuk usaha kecil, dan 51-200 orang untuk usaha menengah). Sedangkan 6ariab yang mendefinisikan UMKM hanya berdasarkan nilai total penjualan per tahun antara lain Chile (kurang dari USD2 400 untuk usaha mikro, USD25 000 untuk usaha kecil, dan USD1 juta untuk usaha menengah) (Bank Indonesia 2011a).

Sementara itu, ada beberapa 6 ariab yang mengkombinasikan definisi UMKM seperti Singapura (UKM memiliki minimal 30 persen pemegang saham 6aria serta 6aria produktif tetap di bawah SG $15 juta), Malaysia (6ariable kecil memiliki tenaga kerja 5-50 orang atau jumlah modal maksimal M $ 500 000; 6ariable menengah memiliki tenaga kerja 50-75 orang atau jumlah modal maksimal M $ 500 000-2.5juta), Komisi Eropa (usaha mikro memiliki tenaga kerja kurang dari 10 orang, pendapatan setahun tidak melebihi $ 2 juta, jumlah 6aria tidak melebihi $2 juta; usaha kecil memiliki tenaga kerja kurang dari 50 orang, pendapatan tahunan tidak melebihi $10 juta, jumlah 6aria tidak melebihi $13 juta; usaha menengah memiliki tenaga kerja kurang dari 250 orang, pendapatan setahun tidak melebihi $50 juta, dan jumlah 6aria tidak melebihi $30 juta), serta World Bank (usaha mikro memiliki tenaga kerja kurang dari 10 orang, pendapatan setahun tidak melebihi $100 ribu, jumlah 6 aria tidak melebihi $100 ribu; usaha kecil memiliki tenaga kerja kurang dari 30 orang, pendapatan setahun tidak melebihi $3 juta, jumlah 6aria tidak melebihi $3 juta; usaha menengah memiliki tenaga kerja maksimal 300 orang, pendapatan setahun hingga $15 juta dan jumlah 6aria hingga $15 juta).

(25)

7 Tabel 3 Definisi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia

berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2008 Skala

usaha

Kekayaan bersih

(tidak termasuk tanah dan bangunan usaha) Hasil penjualan tahunan

(rupiah) (rupiah)

Mikro < 50juta < 300juta

Kecil >50juta–500juta >300juta–2.5milyar

Menengah >500juta-10milyar >2.5– 50milyar

Sumber: Bank Indonesia (2011a)

Pengaruh Dimensi Keluarga terhadap Kinerja Usaha

Kinerja merupakan hal yang dapat menentukan pertumbuhan dan perkembangan usaha. Kinerja usaha adalah ukuran apakah suatu usaha yang dijalankan berjalan sukses. Kinerja usaha tidak hanya diukur dari nilai profit yang diperoleh, namun didukung dengan ukuran-ukuran keberhasilan yang lain antara lain pengetahuan, akses pasar dan pengakuan (penghargaan) dari pihak lain. Kinerja bersifat multidimensional. Banyak peneliti yang menganjurkan pertumbuhan penjualan, tenaga kerja, pendapatan dan pangsa pasar sebagai pengukuran kinerja perusahaan kecil (Kim dan Choi 1994; Lee dan Miller 1996; Hadjimanolis 2000 dalam Handayani 2013). Hal ini berdasarkan argumentasi bahwa pertumbuhan merupakan indikator yang lebih mudah diperoleh data dan informasinya dibandingkan kinerja keuangan.

Jumlah indikator kinerja usaha yang digunakan dalam beberapa penelitian tentang kinerja usaha pada usaha mikro, kecil dan menengah dapat berbeda-beda. Contohnya Munizu (2010) yang menggunakan 5 indikator yaitu pertumbuhan penjualan, modal, tenaga kerja, pasar dan keuntungan serta Dirlanudin (2010) yang menggunakan kepuasan pihak yang berkepentingan, kesetiaan pelanggan, pangsa pasar, kemampuan bersaing dan pendapatan. Nurhayati et al. (2011) menggunakan 4 indikator yaitu profit, akses pengetahuan, akses pasar dan praise. Sedangkan Sumantri (2013) dan Handayani (2013) menggunakan 3 indikator kinerja usaha yang terdiri dari pendapatan, pemasaran dan volum penjualan. Penjualan pun dapat berupa pertumbuhan penjualan harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Pertumbuhan penjualan tahunan ini yang digunakan oleh Rose et al. (2006) dalam mengukur kinerja usaha pelaku usaha kecil dan menengah di Malaysia.

(26)

8

hubungan positif dengan kinerja keuangan sedangkan pengalaman tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha.

Penelitian pengaruh keluarga terhadap kinerja usaha tidak semuanya menggunakan tiga dimensi secara lengkap. Di Pofi (2003) dalam Ayranci (2010) menggunakan 2 dimensi dalam menganalisis hubungan antara pengaruh keluarga dengan kepuasan manajer terhadap kinerja keuangan. Dimensi yang digunakan meliputi pengalaman dan budaya. Kedua dimensi tersebut menunjukkan sebuah hubungan yang positif dengan kepuasan kinerja keuangan.

Sementara itu, penggunaan satu dimensi dalam pengaruh keluarga dapat dilihat pada penelitian Dudaroglu (2008) dalam Ayranci (2010). Dimensi yang digunakan untuk menilai pengaruh keluarga terhadap kinerja usaha di 8ariable bahan baku otomotif hanya budaya. Budaya tersebut menunjukkan hubungan yang positif dengan perilaku integrasi top manajemen dan kinerja usaha. Sedangkan Dewantoro (2011) hanya menggunakan kekuatan keluarga untuk melihat pengaruhnya terhadap kinerja usaha keluarga (ukuran keuangan dan non keuangan) di Surabaya. Dari penelitian yang telah dilakukan, kekuatan keluarga mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja perusahaan, yaitu semakin tinggi tingkat kekuatan keluarga yang berkembang dalam perusahaan maka semakin tinggi pula kinerja perusahaan.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas, pengaruh keluarga yang terdiri dari kekuatan, pengalaman dan budaya dianggap dapat memberikan dampak pada kinerja usaha keluarga. Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunakan ketiga dimensi tersebut untuk melihat pengaruhnya terhadap kinerja usaha tahu yang termasuk usaha keluarga. Sedangkan kinerja usaha yang akan digunakan terdiri dari omset, profit, volum penjualan, jumlah tenaga kerja dan pemasaran.

Pengaruh Lingkungan Ekonomi terhadap Kinerja Usaha

Kinerja suatu usaha bergantung pada lingkungan karena usaha akan berjalan jika terdapat permintaan terhadap barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan. Kinerja dapat dibentuk secara langsung oleh lingkungan di luar usaha (Delmar 1996). Lingkungan ekonomi dan non-ekonomi termasuk lingkungan di luar usaha yang dapat mempengaruhi daya hidup usaha sehingga lingkungan ekonomi dan non-ekonomi dapat dilihat pengaruhnya secara langsung terhadap kinerja usaha.

(27)

9 Dengan demikian, dapat diketahui bahwa lingkungan ekonomi dapat dilihat pengaruhnya terhadap kinerja usaha secara langsung. Oleh karena itu, penelitian ini juga akan melihat pengaruh lingkungan ekonomi, khususnya yang terkait dengan harga input, harga output, ketersediaan input, dan daya beli masyarakat, terhadap kinerja usaha tahu. Adapun pengaruh lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu akan dianalisis menggunakan Structural Equation Modeling seperti penelitian Munizu (2010) dan Sumantri (2008).

3 KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Teoritis

Pengaruh Dimensi Keluarga terhadap Kinerja Usaha

Usaha keluarga adalah sebuah usaha dimana anggota keluarga memiliki keterlibatan dalam kepemilikan dan manajemen (Handler 1994).Sebuah usaha dengan banyak keterlibatan keluarga harus memiliki minimal satu anggota keluarga dalam sebuah posisi manajemen dan multigenerasi yang bekerja dalam perusahaan (Shanker dan Astrachan 1996). Chua et al. (1999) mendefinisikan usaha keluarga sebagai sebuah usaha yang dikelola dengan tujuan untuk membentuk dan meraih visi usaha yang diselenggarakan oleh sebuah koalisi dominan yang dikontrol oleh anggota dari keluarga yang sama atau sejumlah kecil dari keluarga yang berpotensi berlanjut melintasi generasi.

Berdasarkan analisis mendalam berbagai definisi tentang usaha keluarga, terdapat tiga dimensi penting dari pengaruh keluarga, yaitu kekuatan, pengalaman dan budaya (Astrachan et al. 2002). Tiga dimensi tersebut merupakan bagian dari F-PEC (Family-Power Experience Culture), yaitu sebuah pengukuran dari pengaruh keluarga yang menyediakan sebuah ukuran keseluruhan dari pengaruh keluarga. F-PEC memungkinkan untuk membedakan tingkat keterlibatan keluarga dan dampaknya terhadap kinerja usaha.

Dimensi yang pertama adalah kekuatan. Kekuatan dari pengaruh keluarga menilai derajat pengaruh keseluruhan yang berada di tangan anggota keluarga yakni melalui kepemilikan, pengawasan dan partisipasi manajemen. Kekuatan mengacu pada dominasi dalam hal aset/keuangan, kepemimpinan, pengawasan serta pengaturan melalui manajemen yang dijalankan oleh anggota keluarga. Kepemilikan, pengawasan dan partisipasi manajemen dipadukan menjadi sebuah definisi dimana tingkat pengaruh satu sama lain dapat menyeimbangkan kekurangan yang ada pada salah satu unsur dari tiga unsur tersebut. Misalkan jika terjadi kekurangan dalam kepemilikan akibat dari keluarga tidak memiliki 9aria dan/atau modal penuh pada usaha, maka kekurangan dalam kepemilikan tersebut dapat diimbangi oleh pengaruh dari pengawasan atau partisipasi manajemen. Sedangkan pengaruh keluarga melalui pengawasan dan manajemen dapat diukur sebagai keberadaan keluarga yang menjadi pelaku pengawasan dan manajemen.

(28)

10

maupun manajemen. Sebuah perusahaan dapat dilihat sebagai sebuah usaha keluarga ketika telah terjadi transfer atau pewarisan ke generasi selanjutnya (Heck et al. 1999). Pengalaman mengacu pada jumlah pengalaman yang keluarga bawa ke dalam usaha dan dijalankan oleh lintas generasi pada manajemen, pengawasan dan kepemilikan usaha sehingga dapat dilihat pada generasi yang sedang menjalankan kepemilikan, manajemen dan pengawasan. Selain itu, pengalaman juga dibangun dari jumlah anggota keluarga yang berkontribusi dan berasosiasi aktif dengan usaha karena akan menambah atau memperbanyak pengalaman yang dimiliki oleh usaha keluarga.

Dimensi yang ketiga adalah budaya. Budaya melihat keselarasan antara nilai keluarga dengan nilai usaha serta komitmen keluarga terhadap usaha. Nilai usaha dibentuk oleh apa yang dianggap penting oleh keluarga, sehingga nilai keluarga adalah dasar bagi pengembangan nilai pada usaha. Apa yang dipegang teguh dan diaplikasikan dalam keluarga akan diaplikasikan juga dalam usaha keluarga. Komitmen usaha keluarga merupakan perilaku pengabdian anggota keluarga terhadap usaha keluarga. Komitmen usaha keluarga dapat dilihat pada tiga hal, yaitu keinginan menjalin hubungan dengan usaha, kepercayaan dan dukungan terhadap tujuan dan rencana usaha, serta kesediaan untuk berkontribusi terhadap usaha.

Pengaruh keluarga F-PEC telah divalidasi oleh Klein et al. (2005) sebagai sebuah lensa teoritikal untuk menguji bagaimana pengaruh keluarga mempengaruhi kinerja perusahaan. Hal ini juga didukung oleh Cliff dan Jennings (2005) yang memaparkan pengaruh keluarga sebagai sebuah 10 ariable independen, dimana dapat digunakan untuk menjelaskan hubungannya dengan beberapa hal seperti keberhasilan dan hasil (kinerja), kesediaan generasi selanjutnya untuk bergabung dengan perusahaan, berbagai strategi yang dikejar oleh perusahaan serta derajat profesionalisme dalam perusahaan. Adapun F-PEC secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 1.

(29)

11 Kinerja adalah hasil kerja individu maupun perusahaan dalam rangka mencapai tujuan, yaitu dalam bentuk profitabilitas dan kesejahteraan (Baye 2010). Penilaian kinerja sangat penting sebab selain digunakan sebagai ukuran keberhasilan, hal ini juga dapat menjadi masukan untuk perbaikan atau peningkatan kinerja suatau organisasi (Riyanti 2003). Kinerja usaha dapat dilihat dari adanya keberlangsungan dan pertumbuhan usaha, penambahan tenaga kerja, peningkatan keuntungan dan pendapatan (Praag 2008). Sedangkan menurut Day (1988) kinerja usaha meliputi kepuasan yang terkait dengan semakin banyak pihak merasa terpuaskan oleh keberadaan perusahaan, loyalitas yang menyangkut kesetiaan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan, pangsa pasar yang dikaitkan dengan kemampuan memperluas pangsa pasar, dan peningkatan pendapatan yang ditandai dengan adanya peningkatan profit yang signifikan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dimensi-dimensi pengaruh keluarga berdasarkan F-PEC, yang terdiri dari kekuatan, pengalaman, dan budaya, dapat menjadi 11 ariable yang mendahului atau yang mempengaruhi kinerja usaha keluarga. Adapun hal ini didukung pula oleh Astrachan dan Zellweger (2008) yang memberikan pemahaman mengenai bagaimana pengaruh keluarga mempengaruhi kinerja usaha keluarga yang dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Dimensi-dimensi dari F-PEC sebagai 11ariable yang mendahului kinerja (sesuai dengan Astrachan et al. 2002)

Sumber: Astrachan dan Zellweger (2008)

Pengaruh Lingkungan Ekonomi terhadap Kinerja Usaha

Lingkungan merupakan faktor yang berada di luar usaha dan dapat mempengaruhi keberadaaan usaha. Delmar (1996) menunjukkan bahwa faktor lingkungan dapat berpengaruh langsung ke kinerja usaha. Hal ini didukung oleh Kuratko dan Hodgetts (2004) yang menunjukkan bahwa lingkungan menjadi salah satu dimensi yang dapat memengaruhi kinerja secara langsung.

Kekuatan

- Kekuatan melalui kepemilikan

- Kekuatan melalui manajemen

- Kekuatan melalui pengawasan

Kinerja usaha keluarga Pengalaman

- Generasi berkontribusi dalam kepemilikan - Generasi berkontribusi dalam manajemen - Generasi berkontribusi dalam pengawasan - Jumlah anggota keluarga yang terlibat

Budaya

(30)

12

Gambar 3 Pengaruh faktor lingkungan terhadap kinerja usaha Sumber: di adopsi dari Delmar (1996)

Lingkungan terdiri dari lingkungan internal dan eksternal dimana lingkungan ekonomi dan non-ekonomi termasuk ke dalam lingkungan eksternal jauh yang dapat memengaruhi daya hidup usaha (Porter 1980, Siagian 2008 dan Suryana 2009). Menurut Kumar et al. (2003), faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan usaha dibagi menjadi dua kategori, yaitu kondisi ekonomi (modal, tenaga kerja, bahan baku dan pasar) dan kondisi non-ekonomi (sosial, psikologi dan politik).

Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha tahu di kabupaten Bogor merupakan usaha yang sebagian besar merupakan usaha keluarga, yaitu usaha yang dikelola oleh anggota keluarga dan berpotensi diturunkan ke generasi selanjutnya. Pelaku usaha tahu di Kabupaten Bogor menghadapi kendala kondisi ekonomi seperti fluktuasi harga bahan baku, yaitu harga kedelai, karena kedelai yang digunakan merupakan kedelai impor.

Meskipun usaha tahu mengalami kendala dari lingkungan ekonomi, usaha ini tetap bertahan dan berjalan dimana seharusnya usaha tersebut sudah dapat dikatakan rugi atau bahkan harus tutup produksi. Jika melihat usaha tahu di Kabupaten Bogor sebagai usaha keluarga, pengaruh keluarga dapat diindikasikan sebagai faktor yang mempengaruhi keberlangsungan hidup dan kinerja usaha tahu di samping lingkungan ekonomi.

Sebagai penggerak sektor ekonomi wilayah Kabupaten Bogor, pengkajian mengenai pengaruh keluarga dan lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu yang termasuk usaha keluarga perlu dilakukan. Pengaruh keluarga dan lingkungan ekonomi menjadi variabel independen, sedangkan kinerja usaha menjadi variabel dependen. Pengaruh keluarga yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan Astrachan et al. (2002) yang terdiri dari kekuatan, pengalaman dan budaya (Family-Power Experience Culture). Kekuatan mencakup kekuatan melalui kepemilikan, kekuatan melalui manajemen, dan kekuatan melalui pengawasan. Pengalaman terdiri dari generasi dalam kepemilikan, generasi dalam manajemen, generasi dalam pengawasan, dan jumlah anggota keluarga yang terlibat. Budaya terdiri dari keselarasan nilai keluarga dan usaha serta komitmen usaha keluarga. Lingkungan ekonomi terdiri dari harga input, harga output, ketersediaan input dan daya beli masyarakat. Sedangkan kinerja usaha terdiri dari omset, profit, volum penjualan, jumlah tenaga kerja dan pemasaran. Adapun kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.

(31)

13

Dimensi Keluarga

Gambar 4 Kerangka pemikiran operasional pengaruh dimensi keluarga dan lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten

Bogor Identifikasi dan analisis karakteristik UMKM tahu

Kekuatan

- Kekuatan melalui kepemilikan

- Kekuatan melalui manajemen

- Kekuatan melalui pengawasan

Lingkungan ekonomi - Harga input - Harga output - Ketersediaan input - Daya beli masyarakat

Kinerja usaha - Omset - Profit

- Volum penjualan - Jumlah tenaga kerja - Pemasaran

Kondisi UMKM tahu:

Sering mengalami fluktuasi kondisi ekonomi. Tetapi sebagai usaha yang sebagian besar merupakan usaha keluarga, usaha tahu tersebut tetap berjalan

Pengalaman

- Generasi dalam kepemilikan - Generasi dalam manajemen - Generasi dalam pengawasan

- Jumlah anggota keluarga yang terlibat

Budaya

- Keselarasan antara nilai keluarga dan usaha - Komitmen usaha keluarga

Teori:

Keluarga dan lingkungan ekonomi dapat berpengaruh langsung terhadap kinerja usaha

Analisis pengaruh dimensi keluarga (kekuatan,

(32)

14

4 METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive, yakni berdasarkan pertimbangan bahwa di Kabupaten Bogor terdapat 327 pelaku usaha tahu dan usaha tersebut bersifat turun temurun dan atau berpotensi untuk diturunkan ke generasi selanjuntya (Kopti Kabupaten Bogor 2014). Jumlah pelaku usaha tahu di Kabupaten Bogor pada tahun 2012 yang tercatat sebagai anggota Kopti Kabupaten Bogor yakni sebanyak 327 orang dan tersebar di 15 wilayah pelayanan dengan kebutuhan kedelai per bulan mencapai 720 150 kg. Usaha ini mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1 567 orang dengan umlah tenaga kerja yang dimiliki pelaku usaha tahu rata-rata kurang dari 10 orang (Tabel 4). Waktu pengambilan data dilakukan dari bulan Januari hingga Maret 2015.

Tabel 4 Anggota Kopti Kabupaten Bogor per wilayah pelayanan tahun 2012

No. Wilayah pelayanan

Jumlah anggota (orang)

Jumlah tenaga kerja

(orang)

Kebutuhan Kedelai per bulan (kg)

1 Ciseeng 74 456 183 300

2 Parung 11 44 28 200

3 Cibinong 44 166 10 100

4 Citereup I 4 14 7 800

5 Citereup II 6 19 11 400

6 Bojong gede 2 15 12 000

7 Sukaraja 21 95 40 200

8 Ciawi Megamendung 19 101 55 350

9 Caringin Cijeruk 46 177 97 650

10 Tamansari 47 216 121 750

11 Leuwiliang 1 5 2 400

12 Ciampea 6 25 10 500

13 Cibungbulang 34 185 97 350

14 Jasinga 6 31 24 300

15 Dramaga 6 28 17 850

Total 327 1 567 720 150

Sumber: Kopti Kabupaten Bogor 2014 (diolah)

Metode Penentuan Sampel

(33)

15 Jumlah sampel yang diambil sebanyak 114 pelaku usaha tahu. Penentuan jumlah sampel ini berdasarkan referensi Bentler dan Chou (Wijanto 2008) yang menyarankan bahwa paling rendah rasio lima responden untuk setiap variabel teramati untuk mencukupi distribusi normal agar hasil analisis yang diperoleh dapat mendekati bahkan menggambarkan yang sebenarnya.

Tabel 5 Sebaran wilayah responden

Wilayah Jumlah responden (orang)

Parung Tamasari Bojong Gede Dramaga Ciampea Cibungbulang Sukaraja

Ciawi Megamendung Caringin Cijeruk

47 15 5 8 6 11 6 7 9

Total 114

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan di dalam penelitian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan dengan cara wawancara langsung menggunakan bantuan daftar pertanyaan kepada pelaku usaha tahu. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui catatan lembaga atau organisasi terkait seperti Kopti Kabupaten Bogor, Kemenkop dan BPS, serta literatur lainnya yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan yang berhubungan dengan penelitian.

Metode Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan pendekatan deskriptif untuk menggambarkan pengaruh keluarga, lingkungan ekonomi dan kinerja usaha pelaku usaha kecil tahu. Analisis kuantitatif diolah dengan menggunakan analisis Structural Equation Modeling (SEM) untuk melihat pengaruh keluarga dan lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha. Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan alat bantu software Microsoft Excel 2013 untuk tabulasi data, SPSS 15 serta program LISREL 8.3 untuk analisis SEM.

Analisis Strucural Equation Modeling (SEM)

(34)

16

Secara umum komponen dalam model SEM terdiri dari dua jenis variabel yaitu variabel laten (unobserved variable) dan variabel teramati (manifest variable) serta dua jenis model yaitu model struktural dan model pengukuran. Model pengukuran yaitu bagian dari model SEM yang menggambarkan hubungan antara variabel laten dan indikatornya. Model struktural yaitu model yang menggambarkan hubungan antar variabel laten atau antar variabel laten eksogen dengan variabel laten endogen. Terdapat beberapa tahapan dalam penggunaan SEM menurut Bollen dan Long 1993 (Wijanto 2008), yaitu:

1. Spesifikasi model

Tahap ini merupakan pembentukan model awal persamaan struktural sebelum dilakukan estimasi. Model awal ini berdasarkan pada teori yang telah ada maupun berdasarkan dari penelitian sebelumnya.

2. Identifikasi

Tahapan mengkaji adanya kemungkinan diperolehnya nilai yang unik pada setiap parameter yang ada di dalam model.

3. Estimasi

Tahapan estimasi terhadap model untuk menghasilkan nilai-nilai parameter dengan menggunakan salah satu metode estimasi.

4. Uji kecocokan

Tahapan ini ditujukan untuk mengevaluasi derajat kecocokan antara data dengan model. Kriteria kesesuaian model digunakan untuk menilai apakah model secara keseluruhan sudah dapat mempresentasikan fakta di lapangan atau belum. Adapun kriteria uji kecocokan model SEM dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Kriteria uji kecocokan model SEM

Uraian Nilai Kritis

Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) ≤ 0.08 Goodness of Fit Index (GFI) ≥ 0.90 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)

Compar ativeFit Index (CFI) Normed Fit Index (IFI) Relative Fit Index (IFI) Critical N (CN)

≥ 0.90 ≥ 0.90 ≥ 0.90 ≥ 0.90 ≥ 200

Sumber: Wijanto (2008)

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Pada output SEM, jika t-hitung lebih besar dari t-tabel (1.96) maka variabel tersebut dinyatakan valid. Sedangkan reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten. Pemeriksaan terhadap kekonsistenan pengukuran ini dilakukan terhadap peubah laten (construct reliability) dengan batas nilai minimal sebesar 0.7 dan variance extracted minimal sebesar 0.5. Adapun formula untuk menemukan nilai CR dan VE sebagai berikut: Construct reliability (CR) = (jumlah muatan faktor)2

Jumlah error + (jumlah muatan faktor)2

Variance extracted (VE) = jumlah muatan faktor2

(35)

17

Dimensi Keluarga

5. Respesifikasi

Tahap ini berkaitan dengan respesifikasi model berdasarkan atas hasil uji kecocokan pada tahap sebelumnya. Tahapan ini ditujukan untuk melakukan spesifikasi ulang terhadap model untuk memperoleh derajat kecocokan yang lebih baik. Proses ini dapat dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh tingkat kecocokan terbaik.

Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel laten, yaitu variabel yang sulit diukur secara langsung dan variabel manifes, yaitu indikator dari variabel laten (Wijanto 2008). Variabel laten terdiri dari kekuatan, pengalaman, budaya, lingkungan ekonomi dan kinerja usaha. Berikut keterangan dan rujukan penggunaan variabel laten (eksogen dan endogen) dan variabel indikator yang dapat dilihat pada Tabel 7. Setiap variabel indikator akan diindikasikan oleh pernyataan dan setiap pernyataan dalam kuesioner diberi skala dengan menggunakan skala Likert 1-5.

Tabel 7 Variabel laten dan indikator model pengaruh dimensi keluarga dan lingkungan ekonomi terhadap kinerja usaha tahu di Kabupaten Bogor

Variabel Laten Variabel Indikator Rujukan

Kekuatan

(36)

18

Dimensi Keluarga

Berdasarkan uraian variabel-variabel di atas, berikut adalah diagram lintas model persamaan struktural yang akan digunakan pada penelitian ini (Gambar 5).

(37)

19

Definisi Operasional

Definisi operasional menjabarkan definisi yang mencerminkan ruang lingkup penelitian dan variabel-variabel yang digunakan. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap yang sama dalam keadaaan saling ketergantungan.

2. Usaha keluarga adalah suatu usaha dimana dua atau lebih anggota keluarga sama-sama berperan sebagai pemilik atau bekerja sama dalam operasi bisnis dan kepemilikannya diwarisakan dari generasi ke generasi berikutnya.

3. Pengaruh keluarga adalah pengaruh keluarga terhadap usaha keluarga yang dapat diukur melalui dimensi kekuatan, pengalaman dan budaya (berdasarkan model Astrachan et al. 2002).

4. Kekuatan adalah dominasi keluarga dalam hal kepemilikan aset dan keuangan, manajemen dan pengawasan.

5. Kekuatan melalui kepemilikan adalah kekuatan keluarga yang dilihat dari kepemilikan aset dan modal usaha yang dimiliki oleh anggota keluarga. 6. Kekuatan melalui manajemen adalah kekuatan keluarga yang dilihat dari

pelaksanaan tugas pengaturan/manajemen usaha (produksi, pemasaran dan keuangan yang dilakukan oleh anggota keluarga.

7. Kekuatan melalui pengawasan adalah kekuatan keluarga yang dilihat dari pelaksanaan tugas pengawasan yang dilakukan oleh anggota keluarga.

8. Pengalaman adalah jumlah pengalaman yang keluarga bawa ke dalam usaha dan dijalankan lintas generasi pada manajemen, kepemilikan, pengawasan serta keterlibatan anggota keluarga dalam usaha.

9. Generasi dalam kepemilikan adalah generasi yang memiliki usaha saat ini. 10. Generasi dalam manajemen adalah generasi yang melakukan tugas manajemen

usaha saat ini.

11. Generasi dalam pengawasan adalah generasi yang melakukan tugas pengawasan usaha saat ini.

12. Jumlah anggota keluarga yang terlibat adalah jumlah anggota keluarga yang terlibat aktif dalam usaha keluarga.

13. Budaya adalah nilai dan komitmen yang dijalankan dalam usaha yang berakar dari nilai keluarga.

14. Keselarasan antara nilai keluarga dan usaha adalah kesamaan anatara nilai keluarga dan nilai yang diterapkan dalam usaha karena nilai usaha dibentuk oleh apa yang dianggap penting oleh keluarga. Contohnya disiplin, komunikasi dan kerja sama.

15. Komitmen usaha keluarga adalah komitmen anggota keluarga terhadap usaha keluarga, seperti kepercayaan dan dukungan terhadap rencana usaha serta kesediaan untuk berkontribusi terhadap usaha.

16. Lingkungan ekonomi adalah kondisi ekonomi yang dapat berpengaruh terhadap usaha tahu diantaranya harga input, harga output, ketersediaan input dan daya beli masyarakat.

(38)

20

19. Ketersediaan input adalah ketersediaan dan kemudahan dalam mendapatkan bahan baku kedelai yang digunakan.

20. Daya beli masyarakat adalah kemampuan masyarakat dalam pembelian tahu. 21. Kinerja usaha adalah perspektif hasil kerja usaha secara keseluruhan selama

periode tertentu yang dapat dilihat antara lain melalui omset, profit, volum penjualan, jumlah tenaga kerja, dan pemasaran.

22. Omset adalah penerimaan hasil penjualan tahu yang diperoleh dari waktu ke waktu.

23. Profit adalah keuntungan hasil penjualan tahu yang diperoleh dari waktu ke waktu.

24. Volum penjualan adalah jumlah tahu yang dijual dan yang dibeli oleh konsumen dari waktu ke waktu.

25. Jumlah tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dari waktu ke waktu.

26. Pemasaran adalah pemasaran produk tahu baik dari wilayah distribusi penjualan produk dan jumlah konsumen dari waktu ke waktu.

5 GAMBARAN UMUM

Gambaran Umum Usaha Tahu di Kabupaten Bogor

Usaha tahu di Kabupaten Bogor didominasi oleh usaha keluarga, yaitu usaha yang dikelola oleh anggota keluarga dengan tradisi turun temurun dari generasi sebelumnya. Jumlah pelaku usaha tahu di Kabupaten Bogor pada tahun 2012 sebanyak 327 orang yang terbagi dalam 14 wilayah pelayanan, yaitu Cibinong, Citereup I, Citereup II, Bojong Gede, Sukaraja, Ciawi Megamendung, Caringin Cijeruk, Tamansari, Leuwiliang, Ciampea, Cibungbulang, Jasinga, dan Dramaga. Usaha tahu mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1 567 orang. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki pelaku usaha tahu rata-rata kurang dari 10 orang. Total kebutuhan kedelai per bulan mencapai 720 150 kg (Kopti Kabupaten Bogor 2014). Sebagian besar pelaku usaha tahu menggunakan kedelai impor. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Sonalia dan Hubeis (2013) yang menunjukkan bahwa umumnya pelaku usaha tahu di Bogor menggunakan kedelai impor, karena harganya lebih murah dan tersedia dibandingkan kedelai lokal. Pelaku usaha tahu membeli kedelai dari agen terdekat. Hanya sebagian kecil yang memperoleh kedelai dari Kopti Kabupaten Bogor. Hal ini karena pasokan kedelai dari Kopti belum bisa memenuhi kebutuhan kedelai seluruh pelaku usaha. Saat ini Kopti baru bisa menyalurkan kedelai kurang lebih sebanyak 500 ton per bulan. Selain itu, pelaku usaha tahu memilih membeli kedelai dari luar Kopti karena harga kedelainya lebih murah dibandingkan harga kedelai yang dijual oleh Kopti.

(39)

21 luar wilayah Kabupaten Bogor, yaitu seperti Depok, Tangerang Selatan dan Tangerang. Pemasaran yang mencapai luar wilayah Kabupaten Bogor ini dilakukan oleh pelaku usaha tahu yang langsung menjual tahunya di pasar dan membuka lapak di pasar tersebut.

Dalam memproduksi tahu, sarana dan prasarana yang digunakan oleh sebagian besar pelaku usaha tahu di Kabupaten Bogor masih bersifat sederhana. Bengkel pembuatan tahu pun umumnya di dalam atau di pekarangan rumah mereka. Tidak semua pelaku usaha memiliki alat produksi secara lengkap. Ada beberapa pelaku usaha yang tidak memiliki mesin penggiling kedelai sehingga mereka menumpang di tetangga sesama pelaku usaha tahu untuk menggiling kedelai dan membayar biaya sewa. Berikut adalah alat-alat yang digunakan untuk proses pembuatan tahu di Kabupaten Bogor secara keseluruhan:

1. Bak perendaman kedelai

Sebelum digiling, biasanya kedelai direndam terlebih dahulu di dalam bak. Hal ini dilakukan agar kedelai lebih lunak sehingga mempermudah dalam penggilingan. Bak plastik banyak digunakan untuk merendam kedelai karena dapat dengan mudah dipindahkan.

Gambar 6 Bak plastik untuk perendaman kedelai 2. Mesin penggiling kedelai

Kapasitas mesin giling untuk setiap satu kali giling adalah 8-15 kg kacang kedelai. Penggunaan mesin penggiling kedelai bertujuan untuk menghasilkan kedelai yang halus.

(40)

22

3. Alat perebus bubur kedelai

Ada beberapa pelaku usaha tahu yang masih menggunakan tahang besi untuk merebus bubur kedelai. Biasanya pelaku usaha yang penggunaan kedelai di bawah 100 kg per hari. Sedangkan pelaku usaha tahu yang penggunaan kedelai di atas 100 kg per hari menggunakan wajan semen atau kayu besar yang menyatu dengan dapur pembakaran. Pada pembuatan tahu, perebusan kedelai tidak membutuhkan penutup karena sari kedelai gampang meluap pada saat mendidih.

Gambar 8 Tahang besi untuk merebus bubur kedelai

Gambar 9 Tahang kayu besar untuk merebus bubur kedelai 4. Bak penampung

Bak penampung dipakai guna menampung bubur kedelai hasil perebusan dan diberi kain saringan berwarna putih. Biasanya bak terbuat dari kayu.

(41)

23 5. Bak penyimpanan cairan bekas

Bak penyimpanan cairan bekas bisa dibuat dari semen, plastik atau besi. Cairan bekas yang dihasilkan berupa cairan berwarna kuning hasil sari tahu yang diberi cuka atau bibit tahu (air tahu kemarin).

Gambar 11 Bak penyimpanan cairan bekas

6. Cetakan tahu dan kain pembungkus

Tahu dapat dicetak dengan cetakan atau dibungkus dengan kain putih. Tahu yang dicetak dapat menggunakan cetakan kayu atau alumunium.

Gambar 12 Cetakan tahu dari kayu

(42)

24

7. Rak penyimpanan tahu

Rak penyimpanan tahu biasanya berupa rak susun dari kayu yang digunakan untuk menyimpan tahu yang sudah dicetak atau dibungkus.

Gambar 14 Rak penyimpanan tahu

Bahan yang dibutuhkan untuk proses pembuatan tahu adalah kedelai, bibit tahu, asam cuka, garam, kunyit. Proses pembuatan tahu melalui beberapa tahapan. Proses pembuatan tahu diawali dengan mencuci kedelai menggunakan air bersih untuk memisahkan kedelai dari kotoran. Setelah melalui proses pencucian, maka kedelai harus direndam dalam air bersih selama 3-4 jam. Kemudian dilakukan proses pembilasan. Setelah dibilas bersih, lalu dilakukan penggilingan kacang kedelai dengan menggunakan mesin penggiling hingga kedelai tersebut halus. Kedelai yang sudah digiling selanjutnya direbus hingga matang. Setelah melalui proses perebusan maka akan terbentuk bubur kedelai cair. Langkah berikutnya adalah mengambil sari tahu dari bubur kedelai cair dengan memindahkannya ke wadah lain yang telah dilapisi kain saringan. Ampas tahu yang tidak digunakan dapat dijadikan oncom atau pakan ternak. Sari tahu yang merupakan hasil dari proses penyaringan dieendapkan dengan menggunakan air cuka dan bibit tahu (air rendeman tahu yang kemarin) selama 30 menit sampai 1 jam. Setelah sari tahu mengendap, sari tahu ditiriskan dari cairan kuning. Kemudian sari tahu yang berwarna putih dibentuk menjadi tahu dengan menggunakan alat cetak atau dibungkus dengan kain pembungkus putih. Tahu yang dihasilkan tersebut adalah tahu putih. Tahu putih dapat direndam dengan cairan kunyit hingga berwarna kuning sehingga disebut sebagai tahu kuning.

Gambaran Umum Responden

(43)

25

Usia

Usia berkaitan dengan keberanian pelaku usaha dalam mengambil keputusan secara rasional dalam menjalankan usahanya. Hal ini karena peningkatan usia pada umumnya akan mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Semakin meningkatnya usia, pelaku usaha pun dianggap telah memiliki pengalaman yang lebih banyak sebelumnya dalam menjalankan usaha. Menurut Hurlock (Riyanti 2003) perkembangan karir berjalan seiring dengan proses perkembangan manusia. Perkembangan karir manusia dibagi menjadi tiga kelompok usia, yaitu (1) usia dewasa awal antara 18 sampai 40 tahun, ciri khasnya terkait dengan tugas pengembangan dalam membentuk keluarga dan pekerjaan, memiliki tugas pokok, memilih bidang pekerjaan yang cocok dengan bakat, minat dan faktor psikologis yang dimiliki sehingga kesehatan mental dan fisiknya tetap terjaga; (2) usia dewasa madya antara 40 sampai 60 tahun, ciri khasnya keberhasilan dalam pekerjaan. Keberhasilan itu biasanya dicapai pada usia empat puluh dan lima puluh, pada usia ini kebanyakan mencapai prestasi puncak, memiliki pekerjaan yang lebih baik dibanding dengan pekerjaan yang dimiliki ketika masih muda; (3) usia dewasa akhir diatas 60 tahun, pada masa ini mulai mengurangi kegiatan kariernya, karena menurunnya kesehatan dan fisik, lebih banyak melakukan kegiatan sosial dan menikmati hasil jerih payah selama bekerja.

Pelaku usaha pembuatan tahu di Kabupaten Bogor memiliki usia yang beragam (Tabel 8). Mayoritas pelaku usaha tahu berusia 44-55 tahun yaitu sebesar 40 persen. Pelaku usaha tahu lainnya yaitu berusia 20-31 tahun sebesar 13.2 persen, berusia 32-43 tahun sebesar 35.1 persen, serta berusia 56-67 tahun sebesar 12.3 persen. Pelaku usaha yang berusia di atas 20 dan 30 tahun, umumnya adalah pelaku usaha yang sudah menurunkan usahanya dari generasi sebelumnya. Sedangkan pelaku usaha yang berusia di atas 40 dan 50 tahun, umumnya pelaku usaha yang masih memegang kendali utama usaha tahu yang dijalankan, namun sudah ada generasi selanjutnya yang ikut serta dalam usaha tersebut.

Tabel 8 Sebaran reponden berdasarkan usia

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

Usia (tahun)

(44)

26

Tabel 9 Sebaran reponden berdasarkan jenis kelamin

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

Pendidikan

Wanita umumnya hanya bertindak sebagai tenaga kerja dalam proses produksi. Selain itu, umumnya usaha keluarga menurunkan usaha kepada anak laki-laki. Jika diturunkan kepada anak perempuan, suami mereka yang akan menjadi kepala dalam menjalankan usaha tahu tersebut. Adapun adanya pelaku usaha tahu yang dijalankan oleh wanita karena status mereka yang sudah menjadi janda, sehingga mereka melanjutkan usaha yang telah dijalankan sebelumnya oleh suami mereka.

Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu hal yang dapat menyumbang keberhasilan usaha pada usaha mikro kecil dan menengah dengan asumsi bahwa pendidikan yang lebih baik akan memberikan pengetahuan yang lebih baik dalam mengelola usaha (Riyanti 2003). Tingkat pendidikan yang lebih tinggi membuat pengusaha sebagai ahli teknologi, mampu membaca peluang dan berpikir kreatif (Casson et al. 2006). Akan tetapi, sebaran responden pelaku usaha tahu yang termasuk usaha keluarga di Kabupaten Bogor masih memiliki pendidikan yang rendah, dimana sebagian besar responden hanya pada jenjang Sekolah Dasar (SD) dengan persentase sebesar 59.7 persen diikuti Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 26.3 persen (Tabel 10).

Tabel 10 Sebaran reponden berdasarkan pendidikan

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

Pendidikan

Gambar

Gambaran Umum Usaha Tahu di Kabupaten Bogor
Tabel 2  Jumlah kontribusi PDB atas dasar harga konstan 2000 menurut skala usaha
Gambar 1  Family-Power Experience Culture (F-PEC)
Gambar 2  Dimensi-dimensi dari F-PEC sebagai 11ariable yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan metode kerja kelompok dan media katu kata dapat meningkatan kemampuan menulis kalimat aktif dan pasif

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Informasi Fundamental yang terdiri atas Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Debt to Equity

Perubahan konsepsi siswa dalam menentukan penyebab larutan dan lelehan senyawa ion dapat menghantarkan arus listrik .... Kategorisasi pola perubahan konsepsi

(1) Bidang Pembiayaan Pembangunan mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan dan pelaksanaan penyusunan rencana pembangunan Provinsi Jawa Timur di

Multimedia yang dibangun dan dikembangkan umumnya menggunakan bahasa pemrograman yang sulit dimengerti pada setiap komponen dan button yang digunakan, oleh karena itu penulis

Namun bila bila dijawab Belum maka beri tanda √ pada kolom (4) dan berikan penjelasan mengapa belum tahu tentang Stranas PPRG pada kolom (5).. 2 adalah lanjutan dari

Keunggulan : - Potensi hasil tinggi, kualitas biji baik dengan pengisian tonggol yang baik. - Batangnya kokoh dan perakaran baik, tahan terhadap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pada ke empat kelompok perlakuan terdapat penurunan jumlah geliat mencit yang berarti bila dibandingkan dengan jumlah geliat kelompok