• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kepanjangan dari UKM adalah Usaha Kecil dan Menengah. Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 mengartikan usaha kecil sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. Di Indonesia, pelaksanaan dan perlindungan UKM diatur dalam undang-undang, antara lain adalah UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, Keppres No. 56 Tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil dan Menengah, Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, serta beberapa peraturan lain. Semua ini dibuat untuk melindungi UKM di Indonesia yang rentan goyah, bahkan gulung tikar. UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

Kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah diatur dalam payung hukum berdasarkan undang-undang. (wikipedia, 2016)

Secara umum jenis UKM ada dua macam yaitu usaha kecil milik perseorangan dan usaha kecil musiman. Contoh-contoh bisnis UKM dari kedua jenis tersebut:

Usaha kecil milik perseorangan. Usaha milik perseorangan adalah usaha yang didirikan sendiri oleh individu tanpa bekerja sama dengan orang lain dan modal yang digunakan juga dari satu orang. Ada banyak contoh dari UKM jenis ini, seperti usaha makanan, konveksi skala kecil, pedagang kaki lima dan lain-lain.

Usaha kecil musiman. Jenis usaha kecil berikutnya yaitu usaha kecil musiman. Dimana para pelaku usaha hanya menjalankan usahanya di musim-

(2)

musim tertentu, seperti penjual takjil ketika ramadhan, penjual buah musiman dan jenis penjual musiman lain. (majalahbisnes, 2016)

Bisnis kuliner adalah jenis usaha yang akan selalu laris sepanjang masa, alasannya karena makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang tidak bisa lepas dari kehidupan kita. Bisnis kuliner ini pun punya banyak kategori, mulai dari makanan ringan (camilan), minuman, hingga makanan pokok. Semua kategori di bisnis kuliner ini (camilan, minuman, makanan pokok) punya potensi yang sangat bagus, tergantung cara kita dalam memasarkannya.

(maxmanroe.com)

Di berbagai wilayah Indonesia khususnya daerah Semarang banyak industri kecil menengah yang memproduksi makanan khas dari kota Semarang, makanan khas Semarang terdiri dari Wingko babat, Bandeng Presto dan Lumpia.

Sebenarnya masih ada banyak makanan asli Semarang yaitu salah satunya ikan asap atau yang biasa di sebut Ikan Mangut, ikan mangut sendiri sebenarnya Ikan itu bahan masakan dan sedangkan mangut sendiri adalah nama makanan dari ikan asap.

Di Jl. Tambak bandarharjo kota Semarang berdiri beberapa rumah produksi ikan asap, di tempat tersebut banyak pengusaha – pengusaha kecil yang membuat ikan asap. Jenis ikan yang dijadikan ikan asap yaitu ikan manyung, ikan pari, dan ikan tuna. Dan ada juga olahan krupuk yang bahannya di ambil dari leher ikan manyung putih dan manyung hijau, krupuk tersebut di daerah tambak bandarharjo dikenal dengan nama “Krupuk Cekatak”. Padahal sudah banyak perusahan – perusahan rumah produksi ikan asap yang berdiri di daerah Tambak Bandarharjo, tetapi tidak ada satupun yang mempunyai identitas seperti logo, papan nama, dll. Menurut mereka identitas itu tidak terlalu penting, padahal identitas sangat membantu untuk proses penjualan kepada konsumen.

Maka dari itu dengan adanya permasalahan diatas penulis akan membuat Perancangan Identitas Visual Rumah Produksi Ikan Asap di Semarang, sebagai

(3)

contoh yang akan penulis buat yaitu Rumah Produksi Ikan Asap Bapak Sa‟at, diharapkan dengan adanya perancangan identitas visual, rumah produksi ikan asap milik bapak Sa‟at semakin di kenal banyak masyarakat, dari masyarakat kota Semarang sampai seluruh Indonesia. Identitas visual yang akan penulis buat yaitu logo, karena dengan adanya logo perusahaan rumah produksi ikan asap bapak Sa‟at akan mudah diingat oleh konsumen, dan penulis juga akan membuat identitas lain berupa papan nama, nota, stiker, stempel, kartu nama, packaging, kaos, dan sign system, dengan adanya sign system konsumen yang belum mengetahui arah rumah produksi ikan asap bapak Sa‟at akan cepat tahu setelah melihat sign system tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana merancang Identitas Visual Rumah produksi Ikan Asap bapak Saat di Semarang ?

1.3 Tujuan Perancangan

Merancang Identitas Visual Rumah produksi Ikan Asap bapak Saat di Semarang

1.4 Manfaat dan Signifikasi Perancangan 1. Bagi Klien

Membantu menciptakan Identitas yang dapat memperkuat Rumah produksi Ikan Asap bapak Sa‟at agar masyarakat semakin percaya terhadap hasil olahan yang di produksi.

2. Bagi Masyarakat

Menginformasikan kepada masyarakat bahwa Rumah produksi ikan asap milik bapak Sa‟at lebih murah dan aman untuk di konsumsi.

3. Bagi Penulis

Sebagai pembelajaran untuk lebih meningkatkan wawasan tentang desain komunikasi visual dan juga pengaplikasian dari ilmu yang telah di dapat.

(4)

4. Bagi Universitas

Menjadi referensi ilmiah bagi peneliti yang lain dalam perancangan Visual Identity.

1.5 Batasan Masalah

Perancangan ini berkaitan dengan pembuatan Identitas Visual Rumah produksi ikan asap di Semarang.

1.6 Metode Pengumpulan Data

Metode yang akan digunakan dalam perancangan ini adalah metode Kualitatif. Dalam metode Kualitatif, hal yang akan di teliti adalah bagaimana identitas visual yang ada dan bagaimana menciptakan identitas visual yang berkarakter kuat bagi produk ikan asap di Semarang yang dikelola bapak Sa‟at.

Tujuan dari metode kualitatif adalah mendapatkan variabel - variabel data berupa permasalahan internal tentang identitas visual Rumah produksi ikan asap di Semarang. Data-data dari metode ini akan membantu dalam menciptakan identitas visual Rumah produksi ikan asap di Semarang yang dikelola bapak Sa‟at yang lebih berkarakter kuat.

Pengumpulan data menggunakan metode Kualitatif, maka penulis memerlukan data seperti Wawancara, Observasi, Dokumentasi, Literatur.

Wawancara adalah mencari dan mengumpulkan data melalui narasumber yaitu, pemilik, pelanggan, dan pesaing rumah produksi ikan asap. Variabel data yang nanti akan di dapat adalah, permasalahan internal tentang rumah produksi ikan asap dan persepsi ikan asap di pasaran. Observasi adalah mengamati langsung pembuatan ikan asap. Dokumentasi adalah mendokumentasikan data berupa foto-foto dari identitas visual ikan asap bapak Sa‟at dan juga pesaingnya.

Literatur adalah mencari data dari buku-buku/ internet tentang identitas visual sebuah merek / brand.

(5)

1.7 Metode Analisis Data

Setelah data – data diperoleh, nantinya akan dianalisis untuk membantu perancangan identitas visual rumah produksi ikan asap. Metode yang akan digunakan untuk menganalisis data adalah metode analisis Deskriptif Kualitatif yaitu, menganalisis data dengan permasalahan yang muncul kemudian menjabarkan permasalahan lebih mendetail untuk mencari solusinya. Tujuan dari metode analisis Deskriptif Kualitatif adalah membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai faktor-faktor terkait dengan permasalahan identitas visual Rumah produksi ikan asap milik bapak Sa‟at.

(6)

1.8 Bagan Alur Perancangan

Gambar 1.1 Bagan Alur Perancangan LATAR BELAKANG

Di Jl. Tambak bandarharjo kota Semarang berdiri beberapa rumah produksi ikan asap, di tempat tersebut banyak pengusaha – pengusaha kecil yang membuat ikan asap. Jenis ikan yang dijadikan ikan asap yaitu ikan manyung, ikan pari, dan ikan tuna. Walaupun sudah banyak perusahaan – perusahaan rumah produksi ikan asap yang berdiri di daerah Tambak Bandarharjo, tetapi tidak ada satupun yang mempunyai identitas seperti logo, papan nama, dll. Dengan adanya permasalahan yang terjadi, maka penulis akan membuat (Perancangan Identitas Visual Rumah Produksi Ikan Asap di Semarang), sebagai contoh Rumah Produksi Ikan Asap Bapak Sa‟at.

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana merancang Identitas Visual Rumah Produksi Ikan Asap Bapak Sa‟at di Semarang ?

MANFAAT DAN

SIGNIFIKASI PERANCANGAN

BATASAN MASALAH Perancangan ini berkaitan dengan pembuatan Identitas Visual Rumah Produksi Ikan Asap di Semarang

METODE PENGUMPULAN DATA

Wawancara Observasi Dokumentasi Literatur

METODE ANALISIS DATA Deskriptif

DATA

Client Permasalahan Segmentasi Audience

METODE ANALISA DATA Deskriptif

KONSEP PERANCANGAN

Perancangan Konsep logo Identitas Visual rumah produksi ikan asap bapak Sa‟at

PERANCANGAN DESAIN

Perancangan Desain logo Identitas Visual rumah produksi ikan asap bapak Sa‟at

FINAL DESAIN

TUJUAN MASALAH

Merancang Identitas Visual Rumah Produksi Ikan Asap bapak Sa‟at di Semarang

(7)

1.9 Tinjauan Teori

1.9.1 Teori Merek / Brand

Merek merupakan sesuatu yang tentunya tidak asing di telinga kita, karena merek menjadi salah satu pertimbangan penting ketika kita akan membeli suatu produk. Lamb (2001:421) berpendapat bahwa “Merek adalah suatu nama, istilah, simbol, desain atau gabungan keempatnya yang mengidentifikasikan produk para penjual dan membedakannya dari produk pesaing”.

Sedangkan nama merek yaitu bagian dari merek yang dapat disebutkan, diucapkan termasuk huruf-huruf, kata-kata, dan angka-angka.

Brand merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu pada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan mutu.

Menurut Keller dalam Tjiptono (2005:20), Merek bermanfaat bagi produsen, sebagai:

1. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan dan pencatatan akuntansi.

2. Bentuk proteksi terhadap fitur atau aspek produk yang unik.

3. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu.

4. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari para pesaing.

5. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas pelanggan, dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen.

6. Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa datang.

(8)

Menurut Durianto, dkk (2004) merek lebih dari sekedar jaminan kualitas karena di dalamnya tercakup enam pengertian yaitu:

1. Atribut produk, seperti halnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain, dan lain-lain.

2. Manfaat, meskipun merek membawa sejumlah atribut, namun konsumen sebenarnya membeli manfaat dari produk tersebut.

3. Nilai, merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.

4. Budaya, merek juga mencerminkan budaya tertentu.

5. Kepribadian, seringkali produk tertentu menggunakan kepribadian orang yang terkenal untuk mendongkrak atau menopang merek produknya.

6. Pemakai, merek menunjukkan jenis pemakai yang membeli atau menggunakan produk tersebut.

Menurut Shimp (2003), nama yang dipilih untuk suatu merek harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

1. Mempengaruhi kecepatan konsumen dalam menyadari suatu merek.

2. Mempengaruhi citra merek.

3. Memainkan peran penting dalam pembentukan ekuitas merek

Apabila suatu perusahaan memperlakukan merek hanya sekedar nama, maka perusahaan tersebut tidak melihat tujuan merek yang sebenarnya.

Tantangan dalam pemberian merek adalah mengembangkan satu set makna yang mendalam untuk merek tersebut. Dengan 4 pengertian merek di atas, perusahaan harus dapat menentukan pada tingkat mana perusahaan akan menanamkan identitas merek.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa merek adalah nama, terminologi, tanda, simbul atau desain atau kombinasi diantaranya, yang ditujukan untuk mendidentifikasi barang atau jasa dari satu penjual atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari pesaing.

(9)

1.9.2 Teori Identitas

Sebuah merek dapat dikenali dengan dua cara, yaitu melalui identitas dan citranya. Identitas merek dibangun secara terencana dan terarah dari dirinya sendiri untuk mendapatkan citra positif di benak masyarakat.

Representasi dari sebuah merek dapat mencakup beberapa hal di antaranya berupa nama, logo, tagline, warna arsitertur, dan bahkan suara. Jadi semua yang dapat diperlihatkan dan didengarkan oleh merek kepada publik adalah bagian dari identitasnya (Drewniany, 2008 :113).

Sebuah identitas visual adalah artikulasi visual dan verbal merek atau kelompok , termasuk semua aplikasi desain yang bersangkutan , seperti logo , kop surat , kartu nama , dan website , antara aplikasi lain , juga disebut identitas merek , branding , dan identitas perusahaan . Kunci dari setiap identitas visual adalah logo , simbol identifikasi yang unik . Setiap kali melihat logo untuk sebuah merek, penampilan desainnya harus bisa segera mengenali dan mengidentifikasi identitas yang diwakilinya . Sebuah logo dapat membawa nilai yang sangat besar untuk sebuah merek , alasan sosial , atau perusahaan . (lelyumiasih, 2013)

1.9.3 Teori Packaging

Menurut Encyclomedia Americana mengartikannya sebagai “The packing of goods for sale in approprianetlly designed containers”. Yang berarti: Kemasan merupakan pemenuhan kebutuhan yang terjadi akibat adanya hubungan antara penghasil barang dengan masyarakat pembeli.

Untuk keperluan tersebut kemasan harus mampu menampilkan sejumlah fungsi yang dimilikinya.

(10)

Fungsi Kemasan

Jika kemasan akan digunakan semaksimal mungkin dalam pemasaran, fungsi kemasan harus menampilkan sejumlah faktor penting sebagai berikut :

1. Faktor Pengamanan

Melindungi produk terhadap berbagai kemungkinan yang dapat menjadi penyebab timbulnya kerusakan pada barang, misalnya: cuaca, sinar, jatuh, tumpukan, kuman, serangga, dan lain-lain.

2. Faktor Ekonomi

Perhitungan biaya produksi yang efektif termasuk pemilihan bahan, sehingga biaya tidak melebihi proporsi manfaatnya.

3. Faktor Pendistribusian

Mudah didistribusikan dari pabrik ke distributor atau pengecer sampai ke tangan konsumen. Di tingkat distributor atau pengecer, kemudahan penyimpanan dan pemajangan perlu dipertimbangkan.

4. Faktor Komunikasi

Sebagai media komunikasi yang menerangkan atau mencerminkan produk, citra merek, dan juga sebagai bagian dari promosi, dengan pertimbangan mudah dilihat, dipahami, dan diingat.

5. Faktor Ergonomi

Berbagai Pertimbangan agar kemasan mudah dibawa atau dipegang, dibuka, dan mudah diambil/dihabiskan isinya.

(11)

6. Faktor Estetika

Keindahan merupakan daya tarik visual yang mencakup pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek atau logo, ilustrasi, huruf, dan tata letak, untuk mencapai mutu daya tarik visual secara optimal.

7. Faktor Identitas

Secara keseluruhan, kemasan harus berbeda dengan kemasan lain, yakni memiliki identitas produk agar mudah dikenali dan membedakannya dengan produk-produk yang lain.

Packaging yang akan penulis buat berupa packaging plastik dan berupa paper bag, contohnya :

Gambar 1.2 Packaging plastik kedap udara untuk packaging dalam Sumber : pusatikanasincilacap.blogspot.com

(12)

Gambar 1.3 Packaging luar Sumber : bolocetak.com

1.9.4 Teori Desain Komunikasi Visual

Desain komunikasi visual Menurut (Wijanarko, 2010) adalah desain yang mengkomunikasikan informasi dan pesan yang ditampilkan secara visual. Desainer komunikasi visual berusaha untuk mempengaruhi sekelompok pengamat. Mereka berusaha agar kebanyakan orang dalam target group (sasaran) tersebut memberikan respon positif kepada pesan visual tersebut. Oleh karena itu desain komunikasi visual harus komunikatif, dapat dikenal, dibaca dan dimengerti oleh target group tersebut.

Alat-alat canggih seperti komputer dan printer yang up-to-date hanya berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan produktifitas. Dalam perkembangannya selama beberapa abad, desain komunikasi visual

(13)

mempunyai tiga fungsi dasar, yaitu sebagai sarana identifikasi, sebagai sarana informasi dan instruksi, dan yang terakhir sebagai sarana presentasi dan promosi.

1.9.5 Teori Logo

Logo Menurut (Rustan, 2009: 13) adalah penyingkatan dari logotype.

Istilah logo baru muncul tahun 1937 dan kini istilah logo lebih populer daripada logotype. Logo bisa menggunakan elemen apa saja, berupa tulisan, logogram, gambar, ilustrasi, dan lain-lain. Banyak juga yang mengatakan logo adalah elemen gambar/ simbol pada identitas visual.

Menurut Sularko, dkk (2008:6) dalam buku “How Do They Think,”

mengemukakan bahwa logo atau corporate identity atau brand identity adalah sebuah tanda yang secara langsung tidak menjual, tetapi memberi suatu identitas yang pada akhirnya sebagai alat pemasaran yang signifikan, bahwa logo mampu membantu membedakan suatu produk atau jasa dari kompetitornya. Suatu logo diperoleh maknanya dari suatu kualitas yang disimbolkan, melalui pendekatan budaya perusahaan (corporate culture), penempatan posisi (positioning) historis atau aspirasi perusahaan, apa yang diartikan atau dimaksudkan adalah penting daripada seperti apa rupanya.

Penekanannya pada makna di luar atau dibalik wujud logo itu. Secara keseluruhan logo merupakan instrumen rasa harga diri dan nilai-nilainya mampu mewujudkan citra positif dan dapat dipercaya.

1.9.6 Teori Tipografi

Dalam desain komunikasi visual tipografi dikatakan sebagai „visual language‟, yang berarti bahasa yang dapat dilihat. Tipografi adalah salah satu sarana untuk menterjemahkan kata-kata yang terucap ke halaman yang dapat dibaca. Peran dari pada tipografi adalah untuk mengkomunikasikan ide atau informasi dari halaman tersebut ke pengamat. Secara tidak sadar

(14)

manusia selalu berhubungan dengan tipografi setiap hari, setiap saat. Pada merek dagang komputer yang kita gunakan, koran atau majalah yang kita baca, label pakaian yang kita kenakan, dan masih banyak lagi. Hampir semua hal yang berhubungan dengan desain komunikasi visual mempunyai unsur tipografi di dalamnya. Kurangnya perhatian pada tipografi dapat mempengaruhi desain yang indah menjadi kurang atau tidak komunikatif.

(priscilia, 1991 )

1.9.7 Teori Warna

Warna adalah salah satu unsur paling penting dalam dunia desain.

Karena warna tersebut dapat berbicara melalui gambar ataupun karya desain kita. Bila salah dalam memadukan warna, maka karya desain kita akan kehilangan esensi, Warna juga dapat dilihat sebagai warna inti yang terdiri dari: merah; kuning; biru, sedangkan warna campuran terdiri dari:

jingga, hijau, nila, ungu. Sedangkan pandangan lain tentang warna dapat dilihat dengan: warna primer adalah warna dasar yang dapat dipakai untuk membentuk warna lain, misalnya merah, biru dan hijau. warna sekunder adalah warna campuran dari dua warna primer, misalnya kuning, cyan dan magenta. (sadjiman, 2005)

Dari sekian banyak warna, dapat dibagi dalam beberapa bagian yang sering dinamakan dengan sistem warna Prang System yang ditemukan oleh Louis Prang pada 1876 atau disebut juga sebagai atribut warna meliputi : 1. Hue, adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu

warna, seperti merah, biru, hijau dsb.

2. Value, adalah dimensi kedua atau mengenai terang gelapnya warna.

Contohnya adalah tingkatan warna dari putih hingga hitam.

3. Saturation/Intensity, seringkali disebut dengan chroma, adalah dimensi yang berhubungan dengan cerah atau suramnya warna.

(15)

Warna - Dasar

Warna merupakan salah satu unsur yang tidak bisa dipisahkan dari dunia desain grafis. Warna memberikan peranan yang sangat penting, karena setiap warna memiliki karakter dan memberikan dampak secara psikologis kepada audience-nya.

Gambar 1.4 Diagram Lingkaran warna Sumber : edupaint.com

Gambar 1.4 dikenal dengan istilah "lingkaran warna" atau beberapa orang

menyebutnya dengan istilah "roda warna" (Color Wheel), namun apapun sebutan istilahnya yang perlu dipahami adalah prinsipnya. Prinsip dari roda/lingkaran warna di atas adalah menggunakan tiga warna utama (primer), antara lain "merah; kuning;

biru". Sejarah menyebutkan bahwa diagram lingkaran warna tersebut pertama kali dikembangkan oleh Sir Isaac Newton pada tahun 1666. Ada beberapa sumber yang menyebutkan bahwa teori lingkaran warna tersebut mulai dikenal pada taun 1800an.

Mengenai perbedaan tahun ternyata masih merupakan perdebatan.

Gambar

Gambar 1.3 Packaging luar  Sumber : bolocetak.com
Gambar 1.4 dikenal dengan istilah "lingkaran warna" atau beberapa orang

Referensi

Dokumen terkait

Variabel adversity quotient, lingkungan keluarga, dan minat berwirausaha diukur dengan skala Likert, yaitu skala dipergunakan untuk mengetahui setuju atau tidak

Kedua, desain penelitian dalam mengidentifikasi respons tipuan dilakukan dengan membandingkan rerata skor total skala psikologi dari dua kelompok yang memiliki motivasi

Dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa: (a) model pembelajaran menggunakan media wayang kardus dalam pembelajaran IPS dapat

Dari hasil uji homogenitas uranium di dalam meat bahan bakar dengan muatan uranium 4,80 g/cm3 yang menggunakan undakan balok AIMgSi1 standar (kode X), diperoleh

Larva udang galah GIMacro II memiliki kemampuan untuk dapat bertahan hidup pada lingkungan media payau, namun setiap organisme akuatik memiliki kendala yang sama yaitu upaya

Produk inovasi atau invensi yang dimaksud tidak harus selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas

Kebudayaan merupakan pengaruh eksternal yang paling penting terhadap perilaku konsumen dan sebagai penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar untuk mendapatkan

Prosedur percobaan untuk jalur tahapan proses deproteinasi yang dilanjutkan dengan proses demineralisasi dilakukan sebagai berikut : Menyiapkan kulit udang sebagaimana