• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI MELALUI DIPA DIREKTORAT P2TK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PANDUAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI MELALUI DIPA DIREKTORAT P2TK"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN PELAKSANAAN

PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI MELALUI DIPA DIREKTORAT P2TK

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

2013

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Pada tahun anggaran 2013, penyaluran tunjangan profesi bagi seluruh guru Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) lulusan program sertifikasi tahun 2006 sampai dengan tahun 2012 dibayarkan melalui dana transfer daerah. Sedangkan penyaluran tunjangan profesi bagi guru bukan PNS dan guru PNS binaan provinsi dan pengawas satuan pendidikan dibayarkan melalui DIPA tahun 2013 Direktorat P2TK terkait .

Mulai tahun 2013, mekanisme yang digunakan untuk pelaksanaan pembayaran tunjangan profesi melalui DIPA tahun 2013 dilakukan melalui 2 cara yaitu dengan cara sistem digital (dapodik) dan manual.

Untuk kelancaran penyaluran tunjangan profesi pendidik bagi guru melalui mekanisme DIPA tahun 2013 Direktorat P2TK terkait, maka perlu disusun petunjuk teknis pelaksanaan. Petunjuk teknis ini merupakan acuan bagi pengelola baik di tingkat pusat maupun daerah serta pihak terkait lainnya.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan petunjuk teknis ini.

Jakarta,... 2013

Direktur Jenderal Direktur Jenderal Direktur Jenderal

PAUDNI, Dikdas, Dikmen,

Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.Psi Prof. Suyanto, Ph.D Hamid Muhammad, Ph.D

NIP. 195703221982112001 NIP.195303021977031001 NIP.1959051219831110

(6)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Landasan Hukum ... 3

C. Tujuan ... 5

D. Ruang Lingkup ... 6

E. Sasaran ... 6

BAB II ... 8

TUNJANGAN PROFESI GURU PNS DI BAWAH BINAAN PROVINSI, GURU BUKAN PNS ... 8

DAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN ... 8

A. Pengertian ... 8

B. Besaran ... 9

C. Sumber Dana... 10

D. Kriteria Penerima Tunjangan Profesi ... 11

BAB III ... 16

PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI GURU ... 16

(7)

A. Mekanisme Penerbitan SKTP ... 16

B. Mekanisme Penyaluran Tunjangan Profesi ... 20

C. Jadwal Pelaksanaan Program ... 27

BAB IV ... 29

PEMBATALAN DAN PENGHENTIAN ... 29

A. Pembatalan Pembayaran ... 29

B. Penghentian Pembayaran ... 29

C. Perubahan Data Individu Penerima Tunjangan... 31

BAB V ... 32

PENGENDALIAN PROGRAM ... 32

A. Pengendalian ... 32

B. Pengawasan ...33

C. Pelaporan dan Rekonsiliasi ...33

D. Sanksi ...35

BAB VI ... 36

PENUTUP ... 36

(8)
(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

Sebagai pendidik profesional, guru diwajibkan memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi pendidik bagi guru, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.

Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa guru yang

(10)

2

telah memiliki sertikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya berhak mendapatkan tunjangan profesi yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok dan dalam ayat (3) menyatakan tunjangan profesi sebagaimana dimaksud dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan Pasal 17 menjelaskan bahwa tanggung jawab pemerintah terhadap pendanaan biaya personalia pegawai negeri sipil di sektor pendidikan di antaranya adalah biaya personalia satuan pendidikan, baik formal maupun nonformal. Dalam peraturan pemerintah tersebut disebutkan bahwa salah satu biaya personalia satuan pendidikan adalah tunjangan profesi.

Pelaksanaan pembayaran tunjangan profesi bagi guru harus memperhatikan data kepegawaian guru yang bersangkutan, karena terkait dengan perubahan besaran gaji pokok dan status kepegawaiannya.

Berdasarkan Keputusan Rapat Kerja Komisi X DPR-RI

dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tanggal

14 Desember 2012 menyepakati bahwa semua kegiatan

dekonsentrasi ditarik ke pusat kecuali kegiatan yang

sesuai dengan pembagian urusan pemerintahan bidang

pendidikan di provinsi yaitu: perencanaan, koordinasi,

sosialisasi, pengawasan, dan evaluasi dan monitoring.

(11)

3

Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah mengambil kebijakan mulai tahun 2013, bahwa anggaran tunjangan profesi bagi guru PNS di bawah binaan provinsi dan guru bukan PNS serta pengawas satuan pendidikan dianggarkan pada dana APBN Direktorat P2TK terkait. Untuk kelancaran pembayaran tunjangan profesi bagi seluruh guru PNS di bawah binaan provinsi dan guru bukan PNS serta pengawas sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perlu disusun Petunjuk Teknis Pembayaran Tunjangan Profesi melalui DIPA tahun 2013 Direktorat P2TK terkait.

B. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999;

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintahan Daerah;

(12)

4

5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, serta Tunjangan Kehormatan Profesor;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 1977 tentang Gaji Pokok Pegawai Negeri Sipil Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Gaji Pokok Pegawai Negeri Sipil Republik Indonesia.

12. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 Tentang

Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara,

(13)

5

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

13. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011;

14. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Negara Pendayagunaan dan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri Agama : Nomor 05/X/PB/2011, SPB/03/M.Pan-RB/10/2011, 48 Tahun 2011, 158/PMK.01/2011, 11 Tahun 2011, Tahun 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS;

15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2012 Tentang perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

C. Tujuan

Petunjuk Teknis ini disusun sebagai acuan dalam

pelaksanaan pembayaran tunjangan profesi guru PNS di

(14)

6

bawah binaan provinsi dan guru bukan PNS serta pengawas satuan pendidikan melalui DIPA tahun 2013 Direktorat P2TK terkait.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Petunjuk Teknis pembayaran tunjangan profesi bagi guru PNS di bawah binaan provinsi dan guru bukan PNS serta pengawas satuan pendidikan melalui DIPA tahun 2013 Direktorat P2TK terkait meliputi: kriteria guru penerima tunjangan profesi, pembayaran tunjangan profesi, jadwal pelaksanaan program; mutasi, pembatalan, dan penghentian pembayaran tunjangan profesi; pengendalian, pengawasan, dan pelaporan, serta sanksi atas pelanggaran dalam pelaksanaannya.

E. Sasaran

Petunjuk Teknis ini disusun sebagai acuan bagi pihak yang berkepentingan yaitu :

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2. Kementerian Keuangan,

3. Badan Pemeriksa Keuangan, 4. Badan Kepegawaian Daerah,

5. Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota,

6. Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah, Bagian Keuangan, Badan Pengelola

Keuangan Daerah pada Provinsi/Kabupaten/Kota,

(15)

7

7. Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah, 8. Satuan Pendidikan dan guru,

9. Instansi terkait lainnya.

(16)

8

BAB II

TUNJANGAN PROFESI GURU PNS DI BAWAH BINAAN PROVINSI, GURU BUKAN PNS DAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN

A. Pengertian

Tunjangan profesi dimaksudkan untuk peningkatan mutu guru PNS di bawah binaan provinsi dan guru bukan PNS serta pengawas satuan pendidikan sebagai penghargaan atas profesionalitas untuk mewujudkan amanat Undang- Undang Guru dan Dosen antara lain mengangkat martabat guru, meningkatkan kompetensi guru, memajukan profesi guru, meningkatkan mutu pembelajaran, dan meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu.

Tunjangan profesi yang dibayarkan melalui DIPA tahun 2013 Direktorat P2TK terkait adalah tunjangan yang diberikan kepada guru PNS di bawah binaan provinsi dan guru bukan PNS, dan pengawas satuan pendidikan kecuali guru pendidikan agama, yang telah memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya.

Tunjangan profesi dibayarkan paling banyak 12 (dua

belas) bulan dalam satu tahun, serta diberikan kepada

guru PNS di bawah binaan provinsi dan guru bukan PNS

serta pengawas satuan pendidikan terhitung mulai awal

(17)

9

tahun anggaran berikut setelah yang bersangkutan dinyatakan lulus sertifikasi dan memperoleh Nomor Registrasi Guru (NRG) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

B. Besaran

Tunjangan profesi bagi guru PNS di bawah binaan provinsi dan pengawas satuan pendidikan adalah setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok sesuai peraturan perundang-undangan, bagi guru bukan PNS yang memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya sesuai dengan petunjuk teknis ini, dan dikenakan pajak penghasilan berdasarkan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008.

Tunjangan Profesi bersifat tetap selama guru yang bersangkutan melaksanakan tugas sebagai guru atau guru yang mendapat tugas tambahan sebagai pengawas satuan pendidikan dengan memenuhi persyaratan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, dengan ketentuan tentang kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat bagi guru PNS dan pengawas satuan pendidikan, dan kesetaraan golongan dan jabatan bagi guru bukan PNS sebagai berikut :

1. Gaji berkala dan kenaikan pangkat yang terbit pada

tahun berjalan, tunjangan profesinya akan

(18)

10

diperhitungkan dan dibayarkan mulai Januari tahun berikutnya setelah diverifikasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

2. Guru bukan PNS yang menerima SK inpassing pada tahun berjalan akan diperhitungkan dan dibayarkan tunjangan profesi hasil penyesuaian inpassingnya mulai Januari tahun berikutnya setelah diverifikasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Jika SK inpassing tidak dilaporkan dan dilampirkan pada saat pengusulan tahun berjalan, maka penyesuaian pembayaran tunjangan profesi akan diperhitungkan dan dibayarkan pada tahun berikutnya setelah SK inpassing tersebut dilaporkan dan dilampirkan dalam usulan pemberkasan ke Direktorat P2TK terkait.

3. Kenaikan gaji Pegawai Negeri yang diakibatkan aturan pemerintah tentang gaji PNS pada tahun berjalan, mulai diperhitungkan dan dibayarkan tahun berikutnya.

C. Sumber Dana

Dana untuk pembayaran tunjangan profesi bagi guru

PNS di bawah binaan provinsi dan pengawas satuan

pendidikan serta guru bukan PNS Pendidikan Dasar

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) melalui DIPA Direktorat P2TK Dikdas,

sedangkan untuk guru bukan PNS TK bersumber dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

(19)

11

melalui DIPA Direktorat P2TK PAUDNI, dan untuk guru bukan PNS SMA dan SMK bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui DIPA Direktorat P2TK Dikmen, yang ditransfer ke rekening guru penerima tunjangan profesi.

D. Kriteria Penerima Tunjangan Profesi

Tunjangan profesi melalui DIPA tahun 2013 Direktorat P2TK terkait diberikan kepada penerima yang telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengenai penerima tunjangan profesi guru yang melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kriteria penerima tunjangan profesi melalui DIPA tahun 2013 Direktorat P2TK terkait:

1. Guru Tetap Bukan PNS yang mengajar pada satuan pendidikan di bawah binaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan diangkat oleh Pemerintah Daerah atau Yayasan kecuali guru pendidikan agama;

2. Guru PNS TKLB/SDLB/SMPLB/SMLB yang mengajar pada satuan pendidikan di bawah binaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kecuali guru pendidikan agama;

3. Pengawas satuan pendidikan di bawah binaan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

(20)

12

4. Memiliki satu atau lebih sertifikat pendidik yang telah diberi satu Nomor Registrasi Guru (NRG) oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

5. Memiliki Surat Keputusan Tunjangan Profesi (SKTP) yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

6. Memenuhi kewajiban melaksanakan tugas paling sedikit 24 jam tatap muka per-minggu sesuai dengan sertifikat pendidik yang dimilikinya dan dibuktikan dalam sistem data pokok pendidikan (Dapodik) atau melalui surat keterangan dari kepala sekolah dan telah diverifikasi/disahkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Provinsi;

7. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 6 dikecualikan apabila guru :

a. Mendapat tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan, mengajar paling sedikit 6 jam tatap muka per minggu atau membimbing 40 (empat puluh) peserta didik bagi kepala satuan pendidikan yang berasal dari guru bimbingan dan konseling/konselor;

b. Mendapat tugas tambahan sebagai wakil kepala

satuan pendidikan, mengajar paling sedikit 12 jam

tatap muka per minggu atau membimbing 80

(21)

13

(delapan puluh) peserta didik bagi wakil kepala satuan pendidikan yang berasal dari guru bimbingan dan konseling/konselor;

c. Mendapat tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan, kepala laboratorium, kepala bengkel, kepala unit produksi mengajar paling sedikit 12 jam tatap muka per minggu;

d. Bertugas sebagai pengawas harus melaksanakan tugas sesuai dengan Permenpan No. 21 Tahun 2010

e. Bertugas sebagai guru Bimbingan Konseling paling sedikit mengampu 150 peserta didik pada satu atau lebih satuan pendidikan;

f. Bertugas sebagai guru pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka per minggu;

g. Bertugas sebagai guru pada satuan pendidikan di

daerah khusus yang kriteria daerah khususnya

sudah ditetapkan di dalam Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan nomor 34 tahun 2012

tentang Kriteria Daerah Khusus dan Pemberian

Tunjangan Khusus Bagi Guru dan Keputusan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor

123/P/2012 Tentang Penetapan Daerah Khusus

Tahun 2012.

(22)

14

h. Berkeahlian khusus yang diperlukan untuk mengajar mata pelajaran atau program keahlian sesuai dengan latar belakang keahlian langka yang terkait dengan budaya Indonesia;

i. Bertugas sebagai guru di sekolah Indonesia di luar negeri;

j. Bertugas sebagai guru yang ditugaskan menjadi guru di negara lain atas dasar kerjasama antarnegara.

8. Belum pensiun;

9. Tidak beralih status dari guru atau pengawas sekolah;

dan

10. Tidak merangkap sebagai eksekutif, yudikatif, atau legislatif.

11. Dalam masa transisi perubahan Peraturan

Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, dan

dalam rangka implementasi Peraturan Bersama Lima

Menteri (Mendiknas , Mennegpan dan RB, Mendagri,

Menag, dan Menkeu) tentang Penataan dan

Pemerataan Guru PNS, guru yang sudah memiliki

sertifikat pendidik tetapi, dialihtugaskan antarjenjang

dan/atau antarmatapelajaran oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota/Provinsi, mereka masih tetap

mendapatkan tunjangan profesinya apabila yang

bersangkutan memenuhi persyaratan nomor 1 s/d 10

di atas.

(23)

15

12. Dinas kabupaten/Kota/Provinsi mengirimkan SK

alihtugas guru PNS yang memiliki sertifikat pendidik

sebagaimana dimaksud pada butir 11 kepada

Direktorat P2TK terkait. dengan melampirkan SK

Bupati/Walikota/Gubernur.

(24)

16

BAB III

PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI GURU

A. Mekanisme Penerbitan SKTP

1. Penerbitan SKTP dilakukan dengan 2 (dua) cara : a. Secara digital yaitu menggunakan sistem Data

Pokok Pendidikan (Dapodik). SKTP diterbitkan oleh Direktorat P2TK terkait secara otomatis dengan menggunakan data PTK dari Dapodik

sehingga dinas pendidikan

kabupaten/kota/provinsi tidak perlu melakukan verifikasi data pendukung persyaratan calon penerima tunjangan profesi. Penjelasan penerbitan SKTP secara digital adalah sebagaimana gambar 1.

b. Secara manual yaitu Dinas pendidikan kabupaten/kota/provinsi melakukan verifikasi data pendukung persyaratan calon penerima tunjangan profesi. Setelah data dinyatakan valid, Direktorat P2TK terkait menerbitkan SKTP.

Penjelasan penerbitan SKTP secara manual adalah sebagaimana gambar 2.

c. Khusus pengawas satuan pendidikan penerbitan

SKTP, diterbitkan oleh Direktorat P2TK Dikdas.

(25)

17

Untuk pengawas satuan pendidikan Dikmen diusulkan dari Direktorat P2TK Dikmen.

2. Direktorat P2TK terkait menyusun dan menetapkan daftar penerima tunjangan profesi sebagaimana Lampiran 1 yang berdasarkan:

a. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang penerima tunjangan profesi guru;

b. Keputusan Kepegawaian yang menunjukkan gaji pokok dan/atau gaji berkala;

c. Keputusan inpassing bagi guru bukan PNS;

Keputusan melaksanakan kegiatan mengajar bagi guru

satuan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan;

(26)

18

Gambar 1. Proses Digital Pelaksanaan Pembayaran Tunjangan Profesi Pemuktahiran Data Awal Pencairan Tunjangan per Tri Wulan (SPP/SPM) Penerbitan SP2D Per Tri Wulan Penyaluran Ke Rekening Penerima

SATUAN PENDIDIKANKPPN/BANK PENYALURPEMERINTAH PUSAT Sosialisasi Ke Provinsi Tidak

DAPODIK Diinformasikan melalui Situs Kemdikbud MONEV Pelaksanaan PembayaranTunjangan

Syarat Terpenuhi? Penerbitan SKTP

Ya

Data Penerima TP & Lulusan Baru TA 2013

PEMERINTAH KAB/KOTA Sosialisasi Ke Kab/Kota

PEMERINTAH PROVINSI Pemuktahiran Data LanjutanKoordinasi Pemutakhiran Data Pemutakhiran Data Lanjutan Copy SKTP

(27)

19

Gambar 2. Proses Manual Pelaksanaan Pembayaran Tunjangan Profesi Pemuktahiran Data Pencairan Tunjangan per Tri Wulan (SPP/SPM) Penerbitan SP2D Penyaluran Ke Rekening Penerima

SATUAN PENDIDIKANKPPN/BANK PENYALURPEMERINTAH PUSAT Sosialisasi Tidak MONEV Pelaksanaan

Syarat Terpenuhi? Penerbitan SKTP

Ya

Data Penerima TP & Lulusan Baru TA 2013

PEMERINTAH KAB/KOTA Pemberkasan

PEMERINTAH PROVINSI Koordinasi Pemutakhiran Data Copy SKTP

Sosialisasi Ke Satuan Pemutakhiran Data

Sosialisasi Ke Kab/Kota

(28)

20

B. Mekanisme Penyaluran Tunjangan Profesi 1. Umum

a. Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, Badan PSDMP dan PMP menyerahkan data kelulusan dan NRG tahun 2012 ke Direktorat P2TK terkait paling lambat akhir Desember 2012.

b. Direktorat P2TK terkait menerbitkan SKTP 1 (satu) kali dalam satu tahun bagi calon penerima tunjangan profesi yang memenuhi syarat.

c. Apabila ada perubahan data individu penerima tunjangan profesi, maka akan diterbitkan SKTP baru pada tahun berikutnya dengan disertai bukti perubahan data dari dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota.

d. Apabila terjadi kesalahan data penerima tunjangan, Direktorat P2TK terkait dapat melakukan penyesuaia perubahan data individu penerima tunjangan profesi.

e. Dinas pendidikan provinsi melakukan koordinasi

dengan dinas pendidikan kabupaten/kota untuk

melakukan verifikasi data penerima tunjangan

profesi yang dilakukan 2 (dua) kali yaitu bulan

Februari dan agustus 2013.

(29)

21

f. Berdasarkan SKTP, Direktorat P2TK menyiapkan berkas SPP dan SPM untuk diajukan ke Kantor Perbendaharaan Kas Negara (KPPN).

g. KPPN menelaah dan menerbitkan surat perintah pencairan dana (SP2D). Selanjutkan SP2D tersebut dikrimkan ke direktorat sebagai Bukti Penyaluran dana.

h. KPPN melalui Bank Operasionalnya mentransfer dana tunjangan profesi kepada rekening masing- masing penerima tunjangan sesuai dengan yang tertera dalam lampiran pengajuan pembayaran.

i. Apabila terjadi kesalahan data yang menyebabkan terjadinya retur, maka akan diselesaikan sesuai peraturan perundang-undangan.

j. Tunjangan profesi disalurkan kepada rekening penerima per-tri wulan.

k. Pelaksanaan Pembayaran Tunjangan dan Perencanaan Anggaran memperhatikan hal-hal berikut :

1) Apabila terjadi kekurangan dana yang

dialokasikan dengan realisasinya, maka akan

diperhitungkan pada tahun anggaran

berikutnya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangan, dan apabila terjadi

kelebihan dana akan dikembalikan ke Kas

Negara.

(30)

22

2) Tunjangan profesi bagi guru PNS di bawah binaan provinsi dan guru bukan PNS serta pengawas satuan pendidikan dibayarkan melalui DIPA Direktorat P2TK terkait sesuai terbitnya SK tunjangan profesi pada tahun anggaran berjalan.

3) Apabila terjadi perubahan tempat tugas atau status kepegawaian guru antarsatuan pendidikan, antarjenis pendidikan dalam satu provinsi atau antarprovinsi, dan antarkementerian, baik atas kepentingan kedinasan atau pemekaran wilayah, maka tunjangan profesi bagi guru PNS di bawah binaan provinsi dan guru bukan PNS serta pengawas satuan pendidikan tetap dibayarkan oleh Direktorat P2TK terkait apabila penerima tunjangan profesi yang bersangkutan masih memenuhi persyaratan dan statusnya akan disesuaikan pada SK tunjangan profesi tahun berikutnya.

4) Apabila terjadi mutasi guru PNS di bawah

binaan provinsi dan guru bukan PNS serta

pengawas satuan pendidikan menjadi pejabat

struktural, fungsional lainnya, meninggal

dunia atau karena pensiun dini, maka

pembayaran tunjangan profesinya harus

dihentikan bulan berikutnya, kecuali mutasi

(31)

23

guru PNS binaan provinsi menjadi pengawas satuan pendidikan.

5) Apabila terjadi perubahan status guru bukan PNS menjadi CPNS, maka tunjangan profesinya dihentikan sejak tanggal SPMT (Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas) pada satuan pendidikan yang dituju. Guru dimaksud dapat diusulkan menerima tunjangan profesi apabila telah menjadi PNS dan memenuhi persyaratan untuk menerima tunjangan profesi.

6) Jika guru mengambil cuti (sakit, bersalin, alasan penting, tugas belajar, cuti di luar tanggungan negara) selama lebih dari atau sama dengan 3 hari dalam satu minggu maka tidak berhak memperoleh tunjangan profesi karena tidak dapat memenuhi beban mengajar minimal 24 jam tatap muka per minggu.

7) Jika guru mengambil ijin belajar, tunjangan

profesi yang bersangkutan tetap dibayarkan

selama yang bersangkutan memenuhi beban

mengajar minimal 24 jam per minggu. Ijin

belajar yang dimaksud adalah mengikuti

sekolah formal untuk melanjutkan ke jenjang

yang lebih tinggi dengan biaya sendiri dan

(32)

24

dilakukan dengan tidak mengganggu tugas mengajarnya.

8) Cuti studi untuk pengembangan profesionalitas (penelitian, penulisan buku, praktik kerja di dunia industri atau usaha yang relevan dengan tugasnya, pelatihan yang relevan dengan tugasnya, pengabdian kepada masyarakat dan atau magang pada satuan pendidikan lain atas inisiatif sendiri) tetap memperoleh tunjangan profesi, jika dapat memenuhi beban mengajar minimal 24 jam tatap muka per minggu.

9) Selama liburan berdasarkan kalender akademik, guru tetap memperoleh tunjangan.

l. Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan

pembayaran tunjangan profesi dilakukan pada

periode antara bulan Mei sampai Desember tahun

berjalan dengan berkoordinasi dengan

stakeholder terkait.

(33)

25

2. Dapodik

a. Direktorat P2TK terkait memverifikasi kelayakan calon penerima tunjangan profesi lulusan tahun 2007 sampai dengan 2011 maupun lulusan tahun 2012 (beban mengajar 24 jam, rasio siswa guru, masa kerja, golongan, dan gaji pokok) sebelum SKTP diterbitkan secara digital sesuai dengan gambar 1 di atas.

b. Sebelum penerbitan SKTP, guru dapat melihat kelengkapan data dan/atau persyaratan untuk menerima tunjangan profesi pada situs www.kemdikbud.go.id dan akan dikirim melalui email, untuk melengkapi jika ada persyaratan yang kurang melalui sistem dapodik di sekolah masing-masing.

c. Bagi guru yang SKnya belum terbit karena

datanya belum memenuhi persyaratan pada

penerbitan SK sebelumnya, akan diterbitkan jika

guru tersebut memenuhi syarat berdasarkan hasil

pengecekan Dapodik yang datanya sudah

diperbaiki oleh guru yang bersangkutan melalui

operator sekolah. SK tersebut mencakup seluruh

hak guru jika guru tersebut memenuhi

persyaratan menerima tunjangan profesi.

(34)

26

3. Manual

a. Bagi guru penerima tunjangan profesi dengan manual, maka mekanisme penerbitan SKTP sama dengan tahun sebelumnya, yaitu Direktorat P2TK menyampaikan data calon penerima di awal tahun untuk selanjutnya diverifikasi oleh dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota.

b. Direktorat P2TK terkait meminta dinas pendidikan provinsi memverifikasi kelayakan calon penerima tunjangan profesi lulusan tahun 2007 sampai dengan 2011 maupun lulusan tahun 2012 (beban mengajar 24 jam, rasio siswa guru, masa kerja, golongan, dan gaji pokok) sebelum SKTP diterbitkan secara manual sesuai dengan gambar 2 di atas.

c. Bagi guru yang menambah pemenuhan jam

mengajar di Madrasah/SMA/SMK harus sesuai

dengan ketentuan perundangan dan wajib

melampirkan surat keterangan penugasan

disertai jadwal mengajar mingguan dari kepala

satuan pendidikan yang disahkan oleh kantor

kementerian agama provinsi/provinsi bagi yang

mengajar di madrasah atau dinas pendidikan

provinsi bagi yang mengajar di SMA/SMK. Surat

keterangan dan jadwal mengajar tersebut dikirim

ke Direktorat P2TK terkait.

(35)

27

C. Jadwal Pelaksanaan Program

Berikut adalah jadwal pelaksanaan program tunjangan profesi tahun 2013 :

No Kegiatan

2012 2013

9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1

Sosialisasi Petunjuk Teknis pelaksanaan pembayaran

tunjangan profesi.

2

Penerimaan daftar guru yang lulus sertifikasi dari Badan Pengembangan SDMP dan PMP

3

Verifikasi data secara manual penerima tunjangan dari dinas pendidikan

kabupaten/kota dan provinsi DKI Jakarta

4

Kemdikbud

menerbitkan SK Penerima Tunjangan Profesi

(36)

28

No Kegiatan

2012 2013

9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

5

Penyaluran tunjangan profesi ke rekening penerima tunjangan.

6

Pelaporan rekapitulasi data guru penerima tunjangan profesi

7 Rekonsiliasi tunjangan

profesi

8

Monev Pelaksanaan Pembayaran

Tunjangan

(37)

29

BAB IV

PEMBATALAN DAN PENGHENTIAN

A. Pembatalan Pembayaran

Tunjangan profesi bagi guru dibatalkan pembayarannya apabila:

1. Memperoleh sertifikat pendidik secara melawan hukum;

2. Menerima lebih dari satu tunjangan profesi;

3. Surat Keputusan Tunjangan Profesi dibatalkan oleh pejabat yang berwenang.

Guru wajib mengembalikan tunjangan profesi yang dibatalkan dan kelebihan penerimaan tunjangan profesi guru kepada kas negara.

B. Penghentian Pembayaran

Pemberian tunjangan profesi dihentikan apabila guru penerima tunjangan profesi memenuhi satu atau beberapa keadaan sebagai berikut:

1. Meninggal dunia;

2. Mencapai batas usia pensiun;

3. Tidak bertugas lagi sebagai guru atau pengawas pada

satuan pendidikan;

(38)

30

4. Sedang mengikuti tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;

5. Tidak memenuhi beban kerja 24 jam tatap muka;

6. Tidak mengampu mata pelajaran yang sesuai dengan sertifikat pendidik yang diperuntukannya kecuali bagi guru yang dimutasi akibat implementasi SKB Lima Menteri tentang penataan dan pemerataan guru PNS;

7. Memiliki jabatan rangkap, sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

8. Mutasi menjadi pejabat struktural atau fungsional lainnya;

9. Pensiun dini; atau

10. Dengan alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kondisi tersebut di atas dibuktikan dengan surat resmi atau surat keterangan dari pihak yang berwenang.

Penjelasan lebih lanjut mengacu kepada Pedoman Status

Pengangkatan, hak dan kewajiban guru bersertifikat

pendidik yang diterbitkan di masing – masing Direktorat

terkait.

(39)

31

C. Perubahan Data Individu Penerima Tunjangan

Perubahan data individu akan diketahui melalui data

pokok pendidikan. Jika ada perubahan data individu dan

guru tidak memperbaharui data tersebut, maka Dinas

pendidikan provinsi wajib melaporkan perubahan data

penerima tunjangan profesi setiap bulan. Jika ditemukan

perubahan data individu guru yang berakibat pada

perubahan nilai gaji pokok (bertambah atau berkurang),

maka dinas pendidikan provinsi melaporkan perubahan

data guru tersebut ke Direktorat Jenderal terkait pada

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan up Direktorat

P2TK terkait selambat-lambatnya bulan Juli tahun

berjalan.

(40)

32

BAB V

PENGENDALIAN PROGRAM

A. Pengendalian

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat P2TK terkait berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan melakukan pengendalian pelaksanaan pembayaran tunjangan profesi mencakup semua upaya yang dilakukan dalam rangka menjamin pelaksanaan pembayaran tunjangan profesi agar dapat berjalan sebagaimana mestinya, tepat sasaran dan tepat waktu, tepat jumlah besaran, dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kegiatan pengendalian penyaluran tunjangan profesi ini dilakukan melalui:

1. Pelaksanaan bimbingan teknis program penyaluran tunjangan profesi oleh pusat kepada dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota.

2. Pemantauan dan evaluasi (Monitoring dan Evaluasi) dilakukan oleh instansi terkait sampai ke penerima tunjangan profesi.

3. Penyelesaian masalah secara terus-menerus

dilakukan atas permasalahan yang terjadi dalam

proses pelaksanaan pembayaran tunjangan profesi.

(41)

33

4. Rekonsiliasi data penerima tunjangan profesi dengan instansi terkait.

Dengan melakukan pengendalian, akan diperoleh data guru penerima tunjangan profesi yang valid dan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi sesuai peraturan perundang-undangan.

B. Pengawasan

Untuk mewujudkan penyaluran tunjangan profesi yang transparan dan akuntabel, diperlukan pengawasan oleh aparat fungsional internal dan eksternal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

C. Pelaporan dan Rekonsiliasi

1. Dinas pendidikan provinsi wajib menyampaikan laporan setiap bulan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang ditujukan kepada:

a. Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar, Ditjen Dikdas Kompleks Kemdikbud Gedung C Lt. 18, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat 10270.

Telp/Fax. (021) 57853580

Email : p2tk.dikdas@gmail.com

Website : http://p2tkdikdas.kemdiknas.go.id b. Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga

Kependidikan

(42)

34

Pendidikan Menengah, Ditjen Dikmen

Kompleks Kemdikbud Gedung D Lt. 12, Jalan Jenderal Sudirman, Pintu Satu Senayan, Jakarta Pusat 10270. Telp/Fax. (021) 57974108, 57974113 Email : ptkdikmen@gmail.com atau

tunjangandikmen@yahoo.co.id Website : http://p2tkdikmen.kemdiknas.go.id 2. Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dapat

menyampaikan laporan terkait tunjangan profesi untuk guru TK kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui :

Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAUD-NI, Ditjen PAUD-NI

Kompleks Kemdikbud Gedung C Lt. 13, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat 10270.

Telp. (021) 57974115 Fax. (021) 57974115/57946130

Email : programptkpaudni@yahoo.co.id atau

: tunjangangurutk@yahoo.co.id

Website : http://pptkpaudni.kemdiknas.co.id

(43)

35

D. Sanksi

Berdasarkan hasil pemantauan dan laporan dari pihak terkait dan telah dilakukan verifikasi, ternyata ditemukan adanya ketidaksesuaian antara data penerima tunjangan profesi dengan data yang disampaikan untuk keperluan persyaratan pembayaran maka penerima tunjangan profesi akan diberikan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(44)

BAB VI PENUTUP

Petunjuk teknis ini merupakan acuan dalam pelaksanaan

penyaluran tunjangan profesi. Pelaksanaan program tunjangan

profesi dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan karena

adanya komunikasi antara pemerintah pusat, provinsi, maupun

tingkat kabupaten/kota. Sehingga diharapkan tunjangan profesi

mampu memberikan dampak positif pada proses pembelajaran

yang lebih baik dan bermutu, serta mendorong perbaikan kinerja

guru dalam meningkatkan mutu pendidikan.

(45)

DAFTAR PENERIMA TUNJANGAN PROFESI TAHUN 2013 JENJANG: TK/SD/SMP/SLB/SMA/SMK/PENGAWAS* KABUPATEN: PROVINSI: TRI WULAN: No PESERTANUPTKNRGNAMANIPTEMPAT TUGASGOLGAJI POKOKNO SK TUNJANGAN PROFESI

NAMA BANKCABANGNAMA DI REKENINGNO REKENINGNPWP Ket : *) Setiap jenjang dibuat dalam daftar terpisah ..., ... 2013 Mengetahui a.n Kepala Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota Kabid ....................... (...............................) NIP. .........................

NOLampiran 1

(46)

Lampiran 2

Gambar

Gambar 1. Proses Digital Pelaksanaan Pembayaran Tunjangan Profesi Pemuktahiran Data Awal Pencairan Tunjangan per Tri Wulan (SPP/SPM) Penerbitan SP2D  Per Tri Wulan Penyaluran Ke Rekening Penerima
Gambar 2. Proses Manual Pelaksanaan Pembayaran Tunjangan Profesi Pemuktahiran Data Pencairan Tunjangan per Tri Wulan (SPP/SPM) Penerbitan SP2D   Penyaluran Ke Rekening Penerima

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Keuangan Balai Karantina Pertanian Kelas I Bandar Lampung Tahun 2015 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Proses pengolahan sari kedelai berupa lama perendaman serta suhu perebusan (blanching) diduga berpengaruh nyata terhadap karakteristik kimia serta sensoris dari

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui tentang implementasi program Raskin atau Beras untuk Masyarakat Miskin, mengetahui dan mendeskripsikan proses implementasi program

Makna setiap kata merupakan salah satu objek kajian semantik, karena komunikasi dengan menggunakan suatu bahasa yang sama seperti bahasa Jepang, baru akan berjalan lancar jika

Berdasarkan hasil penelitian mengenai evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMK Negeri 1 Blora dengan dengan model evaluasi CIPP (Context, Input, Process,

Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 024 Tahun 2002 tentang Penetapan Batulicin sebagai Ibukota Kabupaten Tanah Bumbu, Keputusan Dewan Perwakilan

www.bimbelplusilhami.com Bimbel Plus Ilhami.. @bimbelplusilhami @bimbelplusilhami

Ketika Yesus bangkit dari kematian tiga hari setelah Ia mati, itu menunjukkan bahwa Dia mengatakan yang sebenarnya tentang siapa diri-Nya – Orang yang Dijanjikan yang datang ke