• Tidak ada hasil yang ditemukan

GADAI SEBAGAI JAMINAN HUTANG Yang diamp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GADAI SEBAGAI JAMINAN HUTANG Yang diamp"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS KELOMPOK

HUKUM PERDATA

“GADAI SEBAGAI JAMINAN HUTANG”

Yang diampuh oleh

Dharu Triasih, S.H., M.H

Disusun Oleh :

Fatma Nyara Yunita A.111.16.0085

Dwi Intan A.111.16.0089

Arselia Choleta Devi A.111.16.0096

FAKULTAS HUKUM

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat perlu dana maupun modal. Misalnya untuk membuka suatu lapangan usaha tidak hanya dibutuhkan bakat dan kemauan keras untuk berusaha, tetapi juga diperlukan adanya modal dalam bentuk uang tunai. Hal itulah yang menjadi potensi perlu adanya lembaga perkreditan yang menyediakan dana pinjaman. Untuk mendapatkan modal usaha melalui kredit masyarakat membutuhkan adanya sarana dan prasarana. Maka pemerintah memberikan sarana berupa lembaga perbankkan dan lembaga non perbankkan.

Salah satu lembaga non perbankan yang menyediakan kredit adalah Pegadaian. Pegadaian merupakan sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia yang usaha intinya adalah bidang jasa penyaluran kredit kepada masyarakat atas dasar hukum gadai. Lembaga pegadaian menawarkan peminjaman dengan system gadai. Jadi masyarakat tidak perlu takut kehilangan barang-barangnya. Lembaga pegadaian memiliki kemudahan antara lain prosedur dan syarat-syarat administrasi yang mudah dan sederhana, dimana nasabah cukup memberikan keterangan-keterangan singkat tentang identitasnya dan tujuan penggunaan kredit, waktu yang relatif singkat dana pinjaman sudah cair dan bunga relatif rendah.

Masalah jaminan utang berkaitan dengan gadai yang timbul dari sebuah perjanjian utang-piutang, yang mana barang jaminan tersebut merupakan perjanjian tambahan guna menjamin dilunasinya kewajiban debitur pada waktu yang telah ditentukan dan disepakati sebelumnya diantara kreditur dan debitur

Adanya perjanjian gadai tersebut, maka diperlukan juga adanya barang sebagai jaminan.

1.2 Rumusan masalah

1. apa yang di maksud dengan gadai dan objek gadai ? 2. peningkatan gadai dan eksekusi gadai ?

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN GADAI

1Gadai adalah suatu hak kebendaan yang bersifat assessoir yang di

berikan oleh pihak pemberi gadai (debitor) kepada pemengang gadai (kreditor) sebagai jaminan atas pembayaran utang. Caranya adalah dengan menyerahkan benda objek gadai yang dapat berupa benda bergerak, bertubuh maupun tidak bertubuh, kedalam kekuasaan pemegang gadai (kreditor) atau kedalam kekuasaan seorang pihak ketiga yang di setujui oleh kedua belah pihak. Jadi, pemegang gadai (kreditor) atau pihak ketiga yang di setujui oleh kedua belah pihak memegang hak untuk memakai dan/atau menikmati hasil atas benda objek gadai tersebut. Gadai juga memberikan hak prioritas bagi pemegang gadai(kreditor) untuk mendapat pembayaran terlebih dahulu dari pada kreditor lainnya atas tagihan-tagihan dari kreditor pemengang gadai khusus nya yang bersangkutan dengan hasil eksekusi objek gadai tersebut-dengan kekecualian biaya-biaya yang harus di dahulukan, misalnya biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah di keluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu di gadaikan.

Di samping barang-barang bergerak, gadai dapat juga di berikan atas tanah dengan atau tanpa segala sesuatu yang ada di atas tanah tersebut.

Penetapan hak gadai atas benda-benda bergerak dan piutang-piutang di lakukan dengan cara membawa barang gadaiannya kebawah kekuasaan si berpiutang atau pihak ketiga yang telah di setujui oleh kedua pihak penetapan inilah yang membedakan lembaga gadai derngan lembaga hipote, hak tanggungan, atau pun fidusia.

(4)

gadai, sehingga menjadi hukum memaksa (mandatori rule). Apabila unsur ini tidak ada, maka gadai di anggap toidak ada sehingga oleh undang-undang gadai dianggap batal (null and void) demi hukum. Demikian juga, mana kala barang gadai bera;ih ketangan pemberi gadai (debitor) sewaktu gadai msih berlangsung, maka gadai itupun di anggap batal (null and void) demi hukum dengan sendirinya (by the opration of law) . dalam kontek ini, pasal 1152 KUH perdata dengan tegas menyatakan

Tak sah adalah hak gadai atas segala benda yang di biarkan tetap dalam kekuasaan si berutang atau si pemberi gadai, atapun yang kembali atas kemauan si berpiutang .

2hak gadai hapus apabila barang gadainya keluar dari kekuasaan si

penerima gadai. Namun, apabila barang tersebut hilang dari tangan penerima gadai atau di curi darinya, maka ia berhak menuntutnya kembali sebagai mana di sebutkan dalam pasal 1977 ayat 2 KUHperda. Setelah barang gadai di dapatkannya kembali, hsk gadai di anggap tidak pernah hilang.

Karena yang beralih kepada pemegang gadai adalah penguasaan atas benda dan bukan pemiliknya, gadai menurut hukum indonesia (yaitu menurut KUH perdata maupun hukum adat) mirip dengan “pledge” atas barang bergerak yang ada di dalam sistem hukum anglo-saxon, seperti yang ada di inggris atau amerika serikat. Dalam istilah hukum anglo-saxon, lembaga gadai ini sering juga di sebut dengan istilah “pawn”

B. OBJEK GADAI

3Ada dua faktor yang membedakan jaminan gadai di banding jamiana lainnya

misalnya, hak tanggungan atau hipotek : pertama , yaitu faktor benda objek jamina uang: dan kedua berupa penguasaan atas benda objek jamian utang tersebut.

2 Munirfuady,HukumJaminanUtang,2013,Hal,153

(5)

Perbedaan antara gadai dan hak tanggungan terletak pada benda objek jamianannya.objek hak tanggungan adalah benda tidak bergerak (tanah), sedangkan objek gadai pada prinsipnya adalah benda gerak (movables). Sementara itu, yang membedakan lembaga gadai dengan lembaga fidusia adalah faktor penguasaanfisik atas bendanya. Pada gadai, fisik benda tersebut harus di serahkan kepada pemegang gadai; sedangkan pada fidusia, fisik benda tersebut masih tetap berada dalam kekuasaan pemberi fidusia . gadai maupun fidusia sama-sama dapat di letakan atas benda bergerak . akan tetapi, dalam sistem hukum adat yang masih berlku dan masih banyak di peraktekan di pedesaan, tanah pun dapat di gadaikan di samping barang bergerak – ini di sebut dengan gadai tanah. Dalam gadai tanah, tanah objek gadai juga harus di alihkan kekuasaannya kepada kreditor. Dalam kontek ini, pihak kreditor dapat memmungut hasil atas tanah tersebut. Bahkan dalam sistem gadai tanah menurut hukum adat,hasil yang di pungut dari tanah tersebut merupakan prestasi atau imbalan jasa bagi kreditor,

4Selanjutnya, brang bergerak menjadi objek gadai adalah batrang bergerak

bertumbuh maupuntidak bertumbu. Hanya saja, gadai atas benda2 bergerak yang tak bertubuh (kecuali surat-surat tunjuk atau surat-surat bawah) harus di beritahukn kepada orang yang harus menerima pelaksanaan hak yang di gadaikan itu (pemilik barang). Dalam kondisi ini, orang itu dapat meminta bukti tertulis tentang pemberitahuan tersebut serta tentang izin si pemberi gadai, vide pasal 1153 KUH perdata.

Di samping itu, barang yang di gadaikan tidak dapat di bagi-bagi, sekalipun utangnya dapat di bagi-bagi di antara para waris si sebutang ataupun para warisnya si berpiutang . demikia juga sebaliknya, debitor yang telah membayar sebagian utangnya belum dapatmenuntut pengembalian bagiannya dalam barang gadai selama utangnya belum di bayar lunas keseluruhan.

C. PENGIKAT GADAI

5Tidak ada ketentuan mengenai dengan apa suatu perjanjian gadai di buat.

Karena itu, gadai (sebagai suatu perjanjian) dapat di buat secara otentik, tertulis di bawah tangan, bahkan (meskipu sulit di pembuktian) gadai secra lisan pun sbenernya iak di larang. Akan tetapi, menurut pasal 1151 KUH

(6)

perdata, persetujuan gadai di buktikan dengan segala alat yang di perbolehkn bagi pembuktian persetujuan pokoknya . jadi, model pengikat gadai mengikuti model yang di perbolehkan terhadap perjanjin pokoknya. Jika misalnya ada keharusan untuk membuat perjanjian pokok(perjsnjian yang menerbitkan utang-piutang) dengan akte otentik, maka perjanjia gadain pun harus di buat dengan akte otentik.

Karena itu,urutan-urutan proses pengikat gadai secara hukum adalah : 1. Pembuatan perjanjian pokok, yakni perjanjian yang menrbitkan utang

piutang;

2. Pembuatan perjanjian gadai(pengikatan gadai);

3. Penyerahan barang kedalam kekuasaan pihak kreditor.

Selanjutnya, seperti telah di sebutkan bahwa penyerhan kekuasaan atas barang objek gadai kepada keditor(atau kepada orang lain yang di setujui) menurut hukum adalah syarat yang merupakan hukum memaksa(dwingend recht, mandatori law), sehingga tidak dapat di kesampingkan oleh para pihak. Sebab, jika kekuasaan atas barang objek gadai tidak di serahkan kepada pemegang gadai ( kreditor), mka perjnjian tersebut menjadi fidusia, yang tunduk kepada hukum tentang fidusia. Pasal-pasal KUH Perdata yang termasuk dalam kontek ini yaitu pasal 1152 dan pasal 1152 bis :

Pasal 1152

(7)

Hal tidak adanya wewenang pemberi gadai untuk bertindak bebas atas barang itu, tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada kreditur, tanpa mengurangi hak orang yang telah kehilangan atau kecurigaan barang itu untuk menuntutnya kembali.

Pasal 1152 bis.

Untuk melahirkan hak gadai atas surat tunjuk, selain penyerahan endosemennya, juga dipersyaratkan penyerahan suratnya.

Adapun cara meneyrahkan barang gadai ke dalam kekuasaan pihak kreditor adalah:

 Terhadap barang bergerak bertubuh dilakukan penyerahan fisik oleh debitor kepada kreditor.

 Terhadap barang bergerak berupa surat tunjuk atau surat bawa dibuatkan endosemen dan juga diserahkan fisik surat-surat tersebut.

 Terhadap gadai atas benda-benda bergerak yang tak bertubuh (kecuali surat tunjuk atau surat bawa) dibuat endosemen dan diberitahukan prihal penggadaian kepada orang yang harus menerima pelaksanaan hak yang di gadaikan itu.

 Gadai atas tanah menurut hukum adat Indonesia di anggap sebagai suatu transaksi tanah, sehingga dapat dibuat secara terang dan tunai, artinya dibuat didepan pemangku adat.

 Akan tetapi, gadai atas tanah menurut hukum adat Indonesia sering juga dibuat dengan akta bawah tanah (dibuah di atas surat bermaterai) ini dapat dibenarkan dalam praktek hukum adat.

D. EKSEKUSI GADAI

6Eksekusi terhadap barang objek gadai haruslah dilakukan sesuai ketentuan yang

berlaku, sebagai berikut :

(8)

Hukum yang umum berlaku terhadap gadai adalah bahwa barang objek gadai harus di jual di depan lelang umum jika pihak debitor lalai dalam membayar, dan hsil jual lelang tersebut di serajkan kepada kreditor sebesar sisa utang yang belum terbayar, di tambah biaya dan / atau bunga.

2. Eksekusi Secara Mendaku

Mendaku adalah menjadi “akupunya”. Jadi, yang di maksudkan dengan eksekusi barang objek gadai secara mendaku ketika menjadi wanprestasi adalah bahwa barang gadai yang semua hanya di kuasai (belum di miliki) oleh kreditor langsung beralih menjadi milik kreditor tanpa perlu di jual lagi. Pada prinsipnya, eksekusi secara mendaku ini di larang oleh undang-undang dengan ancaman batal dmi hukum (null and void). KUH perdata Indonesia melalui Pasal 1155 dengan tegas melarang ekseekusi secara mendaku:

Apabila si berutang atau si pemberi gadai tidak memenuhi kewajiban-kewajibannya, maka tak di perkenankanlah si berpiutang memiliki barang yang di gadaikan

Segala janji yang bertentangan dengan ini adalah batal demi hukum.

Akan tetapi, sebagai pengecualian eksekusi secara mendaku masih dapat di benarkan apabila memenuhi syarat-syarat :

1. Atas persetujuan hakim ;

2. Kreditor hanya boleh menahan barang sebesar jumlah piutang yang belum terbayarkan di tambah bunga /atau ganti rugi.

3. Eksekusi Secara Menjual Di Bawah Tangan

Ketika utang sudah tidak terbayarkan, maka eksekusi dengan jalan menjual di bawah tangan(tidak melalui lelang umum) pada prinsipnya tidak di benarkan. Eksekusi dengan jalan menjual di bawah tangan hanya mungkin di lakukan apabila memenuhi syarat berikit:

 Jika di perjanjikan oleh kedua belah pihak ;

 Atas persetuan hakim.

4. Eksekusi Dengan Jalan Menjual Menurut Cara Yang Di Tentukan Oleh Hakim

(9)

berbagai hal yang dapat menjustifikasikan caraa penjualan yang layak. Misalnya, makelar profesional, atau menjual di atas harga yang di tetapkan appraiser propesional.

5. Eksekusi Melalui Bursa

Jika barang objek gadai berupa barang-barang atau surat berharga yang dapat di perdagangkan di bursa, maka eksekusi dapat di lakukan do bursa2 tersebut, dengan syarat penjualan itu di lakukan melalui dua orang broker yang ahli itu.

E. GADAI MELALUI RUMAH GADAI ATAU PAJAK GADAI

7Di samping gadai yang di lakukan oleh probadi atau perusahaan swasta umum,

jaminan utang dalam benytuk gadai ini juga di tawarkan oelh sebuah perusahaan milik negara yang khusus menjalankan kegiatan gadai(memberi pinjaman uang dengan jaminan gadai) – di kalangan masyarakat populer dengan istilah pajak gadai atau rumah gadai. Istilah pajak dalam pajak gadai memiliki makna pasar, jadi bukan pajak dalam arti pungutan pajak oelh pemerintah.

(10)

dengan odel-model operasional, dan produknya semaki beragam, mengikuti perkembangan bisnis saat ini.

F. KETENTUAN DALAM KUH PERDATA YANG BERKITAN DENGAN LEMBAGA GADAI

8Ketentuan-ketentuan hukum yang berlkaku terhadao gadai yaitu:

 Ketentuan yang mengatur tentang gadai(terhadap barang bergerak) secara umum terdapat dalam KUH perdata ;

 Ketentuan perundang-undangan yangbmengatur tentang gadai yang di lakukan oleh perusahaan pergadaiian negara, yang dahulunya di sebut dengan istilah pajak gadai, atau rumah gadai;

 Pengaturan yang menyangkut gadai tanah ( versi hukum adat) terdapat dalam peraturan per undang-undangan tentang agraria dan ketentua dalam hukum adat.

Adapun ketentuan dala KUH perdata indonesia yang berkaitan dengan lembaga jaminan gadai ini adalah sebagai berikut:

Pasal 1150

(11)

Suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang yang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya, dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.

Pasal 1151

Perjanjian gadai harus dibuktikan dengan alat yang diperkenankan untuk membuktikan perjanjian pokoknya.

Pasal 1152

Hak gadai atas barang bergerak yang berwujud dan atas piutang bawa timbul dengan cara menyerahkan gadai itu kepada kekuasaan kreditur atau orang yang memberikan gadai atau yang dikembalikan atas kehendak kreditur. Hak gadai hapus bila gadai itu lepas dari kekuasaan pemegang gadai. Namun bila barang itu hilang, atau diambil dari kekuasaannya, maka ia berhak untuk menuntutnya kembali menurut Pasal 1977 alinea kedua, dan bila gadai itu telah kembali, maka hak gadai itu dianggap tidak pernah hilang.

Hal tidak adanya wewenang pemberi gadai untuk bertindak bebas atas barang itu, tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada kreditur, tanpa mengurangi hak orang yang telah kehilangan atau kecurigaan barang itu untuk menuntutnya kembali.

Pasal 1152 bis.

Untuk melahirkan hak gadai atas surat tunjuk, selain penyerahan endosemennya, juga dipersyaratkan penyerahan suratnya.

Pasal 1153

Hak gadai atas barang bergerak yang tak berwujud, kecuali surat tunjuk dan surat bawa lahir dengan pemberitahuan mengenai penggadaian itu kepada orang yang kepadanya hak gadai itu harus dilaksanakan. Orang ini dapat menuntut bukti tertulis mengenai pemberitahuan itu, dan mengenai izin dan pemberian gadainya.

Pasal 1154

Dalam hal debitur atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajiban-kewajiban, kreditur tidak diperkenankan mengalihkan barang yang digadaikan itu menjadi miliknya. Segala persyaratan perjanjian yang bertentangan dengan ketentuan ini adalah batal.

(12)

Bila oleh pihak-pihak yang berjanji tidak disepakati lain, maka jika debitur atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajibannya, setelah lampaunya jangka waktu yang ditentukan, atau setelah dilakukan peringatan untuk pemenuhan perjanjian dalam hal tidak ada ketentuan tentang jangka waktu yang pasti, kreditur berhak untuk menjual barang gadainya dihadapan umum menurut kebiasaankebiasaan setempat dan dengan persyaratan yang lazim berlaku, dengan tujuan agar jumlah utang itu dengan bunga dan biaya dapat dilunasi dengan hasil penjualan itu. Bila gadai itu terdiri dan barang dagangan atau dan efek-efek yang dapat diperdagangkan dalam bursa, maka penjualannya dapat dilakukan di tempat itu juga, asalkan dengan perantaraan dua orang makelar yang ahli dalam bidang itu.

Pasal 1156

Dalam segala hal, bila debitur atau pemberi gadai Ialai untuk melakukan kewajibannya, maka kreditur dapat menuntut lewat pengadilan agar barang gadai itu dijual untuk melunasi utangnya beserta bunga dan biayanya, menurut cara yang akan ditentukan oleh Hakim, atau agar hakim mengizinkan barang gadai itu tetap berada pada kreditur untuk menutup suatu jumlah yang akan ditentukan oleh hakim dalam suatu keputusan, sampai sebesar utang beserta bunga dan biayanya.

Tentang pemindahtanganan barang gadai yang dimaksud dalam pasal ini dan pasal yang lampau, kreditur wajib untuk memberitahukannya kepada pemberi gadai, selambat-lambatnya pada hari berikutnya bila setiap hari ada hubungan pos atau telegrap, atau jika tidak begitu halnya, dengan pos yang berangkat pertama. Berita dengan telegrap atau dengan surat tercatat dianggap sebagai berita yang pantas.

Pasal 1157

Kreditur bertanggung jawab atas kerugian atau susutnya barang gadai itu, sejauh hal itu terjadi akibat kelalaiannya. Di pihak lain debitur wajib mengganti kepada kreditur itu biaya yang berguna dan perlu dikeluarkan oleh kreditur itu untuk penyelamatan barang gadai itu.

Pasal 1158

Bila suatu piutang digadaikan, dan piutang ini menghasilkan bunga, maka kreditur boleh memperhitungkan bunga itu dengan bunga yang terutang kepadanya.

Bila utang yang dijamin dengan piutang yang digadaikan itu tidak menghasilkan bunga, maka bunga yang diterima pemegang gadai itu dikurangkan dari jumlah pokok utang.

Pasal 1159

(13)

membayar penuh, baik jumlah utang pokok maupun bunga dan biaya utang yang dijamin dengan gadai itu, beserta biaya yang dikeluarkan untuk penyelamatan barang gadai itu. Bila antara kreditur dan debitur terjadi utang kedua, yan g diadakan antara mereka berdua setelah saat pemberian gadai dan dapat ditagih sebelum pembayaran utang yang pertama atau pada hari pembayaran itu sendiri, maka kreditur tidak wajib untuk melepaskan barang gadai itu sebelum ia menerima pembayaran penuh kedua utang itu, walaupun tidak diadakan perjanjian untuk mengikatkan barang gadai itu bagi pembayaran utang yang kedua.

Pasal 1160

Gadai itu tidak dapat dibagi-bagi, meskipun utang itu dapat dibagi antara para ahli waris debitur atau para ahli waris kreditur. Ahli waris debitur yang telah membayar bagiannya tidak dapat menuntut kembali bagiannya dalam barang gadai itu, sebelum utang itu dilunasi sepenuhnya. Di lain pihak, ahli waris kreditur yang telah menerima bagiannya dan piutang itu, tidak boleh mengembalikan barang gadai itu atas kerugian sesama ahli warisnya yang belum menerima pembayaran.

Terjadinya Hak Gadai

Hak Gadai terjadi dengan memperjanjikannya terlebih dahulu, hal ini berarti terjadinya hak gadai tersebut baru ada setelah proses perjanjian gadai dilaksanakan.

Di dalam perjanjian gadai, ada asas-asas hukum perjanjian yang dipakai dan berlaku yaitu :

a. Asas kebebasan membuat perjanjian

Asas ini mengandung arti bahwa para pihak dalam perjanjian bebas menentukan hak dan kewajibannya. Asas ini disebut juga dengan asas kebebasan berkontrak, yaitu semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya (Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata). Asas kebebasan berkontrak ini tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan undang-undang.

(14)

Asas ini mempunyai arti bahwa suatu perjanjian lahir sejak detik tercapainya kesepakatan antara kedua belah pihak . Hal ini sesuai dengan salah satu syarat sahnya suatu perjanjian (Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata)

c. Asas Kepatutan/Itikad baik

Asas ini lebih mengutamakan kepatutan atau kesesuaian antara debitur dan kreditur untuk melakukan dan melaksanakan perjanjian dengan itikad baik. Hal ini terdapat dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata.

Selanjutnya untuk sahnya persetujuan pemberian gadai, maka haruslah memenuhi syarat-syarat sah suatu perjanjian yang di atur dalam Pasal 1320 KUH Perdata yaitu :

1. Sepakat mereka yang membuat perjanjian.

2. Cakap untuk membuat perjanjian.

3. Mengenai suatu hal tertentu.

4. Suatu sebab yang halal.

Dua syarat yaitu yang pertama serta kedua dikatakan syarat subjektif, karena mengenai orang atau subjek yang mengadakan perjanjian sedangkan dua syarat yang ketiga serta keempat dikatakan syarat objektif karena mengenai isi perjanjiannya sendiri oleh objek dari perbuatan hukum yang di lakukan itu.

BAB III

KESIMPULAN

Dari makalah tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa gadai terjadi karena adanya unsur-unsur timbulnya hak debitur yang disebabkan perikatan utang-piutang, dan adanya penyerahan benda bergerak baik berwujud maupun tidak berwujud sebagai jaminan yang diberikan oleh kriditur.

Obyek dari gadai adalah benda bergerak berwujud dan tidak berwujud dan yang menjadi subyek dari hak gadai adalah penerima hak gadai (debitur) dan pemberi hak gadai (kreditur), dan secara hukum orang yang tidak cakap dalam perbuatan hukum tentu saja tidak bisa melakukan hubungan hukum gadai.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

In Trial 4, brown-midrib (BMR) corn harvested as WPCS was evaluated for ruminal nutrient disappearance versus a conventional grain hybrid. In Trial 5, ruminal nutrient disappearance

Judul Skripsi : Penerapan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Biaya Jasa Hukum Notaris Untuk Pendirian Perseroan Terbatas

Untuk memfasilitasi tujuan tersebut, diadakan kegiatan berupa GEOGRAPHY CHAMPIONSHIP V TINGKAT NASIONAL untuk SMA/MA Tahun 2016 dengan tema “Revitalisasi Sumber

Kajian Prospek Usaha Tanaman Hias Akuarium pada Kelompok Usaha Bunga Air ”Aqua Plantindo” di Ciawi Kabupaten Bogor bertujuan untuk mengetahui kelayakan bisnis dalam

Dari data tersebut terlihat, bahwa Perusahaan yang mendaftar lebih banyak membutuhkan tenaga kerja lulusan TIK (teknik informasi dan komunikasi) yaitu sebanyak 134

Penelitian tentang dukungan keluarga yang dilakukan oleh F irdausi, S riyono, dan A smoro (2014) menunjukkan bahwa 32,8% penyandang D M mendapat dukungan keluarga yang

Pembuatan sistem informasi narapidana pada Lembaga Pemasyarakatan las II A Yogyakarta ini adalah untuk menangani masalah penanganan data hususnya pencatatan data narapidana

Untuk penelitian lebih lanjut, peneliti menyarankan agar mendapatkan besaran pengaruh yang lebih besar antara variabel employee engagement dan kepuasan kerja