PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBANTUAN VIRTUAL MANIPULATIVE
DI SMP NEGERI 2 RANTAU SELATAN
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Matematika
OLEH :
FAUZIAWATI RITONGA NIM : 8136171024
PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Fauziawati Ritonga. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Self-Efficacy Siswa Menggunakan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Berbantuan Virtual Manipulative Di SMP Negeri 2 Rantau Selatan. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah peningkatan kemampuan komunikasi siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran CTL berbantuan virtual manipulative lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran langsung?, (2) apakah peningkatan self-efficacy siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran CTL berbantuan virtual manipulative lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran langsung?, (3) apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan KAM terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis. (4) apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan KAM terhadap peningkatan self-efficacy?, (5) bagaimanakah proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal kemampuan komunikasi matematis pada pembelajaran CTL berbantuan virtual manipulative dan pembelajaran langsung?.
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Rantau Selatan yang berjumlah 240 siswa, dengan mengambil sampel dua kelas berjumlah 60 siswa melalui teknik random sampling. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu ANAVA dua jalur.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa: (1) kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan CTL berbantuan virtual manipulatve lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran langsung, (2) self-eficacy siswa yang diajarkan dengan menggunakan CTL berbantuan virtual manipulative lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran langsung, (3) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (CTL berbantuan virtual manipulative dan pembelajaran langsung) dengan KAM terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis, (4) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (CTL berbantuan virtual manipulative dan pembelajaran langsung) dengan KAM terhadap peningkatan self-efficacy siswa. (5) Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal komunikasi matematika pada pembelajaran CTL berbantuan virtual manipulative lebih baik, lengkap dan penyelesaian benar dibandingkan dengan pembelajaran langsung.
ii ABSTRAC
FAUZIAWATI RITONGA. Increasing Mathematical Communication Ability and Self-Efficacy Through CTL Approach Helped by Software Vitual Manipulative In Junior School 2 South Of Rantau. Thesis. Medan: Program Master of Mathematic Education University of Negeri Medan, 2015.
This research is aimed to know (1) whether the increasing of student’s mathematical communication ability taught using CTL approach helped by virtual manipulative software is higher than student’s mathematical communication ability taught using direct instruction?, (2) whether the increasing of student’s self-efficacy ability taught using CTL approach helped by virtual manipulative software is higher than student’s self-efficacy taught using direct instruction?, (3) whether there is a significant interaction between learning of mathematics and prior knowledge of students to increase students' mathematical communication ability?, (4) whether there is a significant interaction between learning of mathematics and prior knowledge of students to increase student’s self-efficay?, (5) how to the process of the answers made by students in solving problems of communication mathematical on CTL approach helped by virtual manipulative software and direct instruction?.
This study is a quasi-experimental research. The population in this study were all class VII students junior school 2 south of rantau the totaling 240 students, by taking samples of two classes, totaling 60 students through random sampling technique. The data in this research analysis by use descriptive statistic analysis and parametric statistic analysis namely ANOVA.
The results of this research showed that (1) The increasing of student’s mathematical communication ability taught using CTL approach helped by virtual manipulative software is higher than student’s mathematical communication ability taught using direct instruction, (2) The increasing of student’s self-efficacy taught using CTL approach helped by virtual manipulative software is higher than student’s self-efficacy taught using direct instruction, (3) there was not interaction between models of learning and prior knowledge of students to the increase student’s mathematical communication ability, (4) there was not interaction between models of learning and prior knowledge of students to the increase student’s self-efficacy, (5) the student's answer process in solving problem of mathematicl communication by CTL approach helped by virtual manipulative software is more better, correct and complete than the student's answer process in learning by direct instruction.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya serta sholawat dan salam kita sanjung sajikan khadirat Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabat beliau sekalian. Sehingga tesis saya yang berjudul: "Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Self-Efficacy Siswa Menggunakan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Berbantuan Virtual Manipulative Di SMP Negeri 2 Rantau Selatan” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Sejak mulai dari persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan semangat, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khusunya penulis sampaikan kepada :
1. Ayahanda H. Saibun Ritonga dan Ibunda Hj. Juriani tercinta, serta Kakakku Dewi Ritonga, SE dan Abangku Andi Kardupa Ritonga, SH yang selalu memberikan doa, rasa kasih sayang, perhatian dan dukungan penuh dalam setiap langkah dalam menyelesaikan perkuliahan dan menyelesaikan penulisan Tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. KMs. M. Amin Fauzi, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah memberikan banyak ilmu, bimbingan, arahan, serta motivasi yang sangat bermanfaat dan berharga bagi penulis dalam penyusunan tesis ini sampai dengan selesai. 3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd dan Dr.
Asrin Lubis, M.Pd selaku narasumber yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan dan menjadi motivator dalam penyelesaian proposal tesis ini.
iv
5. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur dan Asisten Direktur I Program Pascasarjana UNIMED.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna kepada penulis selama menjalani pendidikan.
7. Kepada Bapak H. Aswan Harahap, S.Pd selaku kepala sekolah dan Ibu Lubis, selaku guru mata pelajaran kelas VII SMP Negeri 2 Rantau Selatan serta seluruh dewan guru yang telah memberikan kesepatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Teristimewa kepada Rizka Fahruza Siregar, Kak Oktaviana Nirmala Purba, Imelda Wardhani, Dita Puja Lestari, Agus Junsion Naibaho, Amos Hermanta Tarigan, Boyenes Manurung, Siti Nababan, Dina Maulina Adnani, Kiki Yuliani, Buk Sri Efi Masytati, Della Amrina Yusra, Ka Husna, Ka Triana Sarumpaet, dan rekan-rekan Dikmat A-1 serta juga sahabat seperjuangan angkatan XXII Prodi Matematika yang telah memberikan dorongan, semangat serta bantuan lainnya kepada penulis.
9. Rekan-rekan kos, Rahmayani, Marilna, Septi Devita Sari dan Fitri Handayani yang selalu memberikan semangat bagi penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik atas bantuan dan bimbingan yang diberikan. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis berharap semoga tesis ini dapat memberi sumbangan dalam memperkaya khasanah ilmu dalam bidang pendidikan dan menjadi masukan bagi peneliti lebih lanjut.
Medan, Desember 2015 Penulis
v DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRAC ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTARISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR DIAGRAM ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 15
1.3 Batasan Masalah ... 16
1.4 Rumusan Masalah ... 16
1.5 Tujuan Penelitian ... 17
1.6 Manfaat Penelitian ... 18
1.7 Definisi Operasional ... 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 21
2.1. Kemampuan Komunikas Matematis ... 21
2.2. Pengertian Self-Efficacy ... 24
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Self-Efficacy ... 26
2.4. Pengertian Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) ... 27
2.5. Latar Belakang Filisofis dan Psikologis Pembelajaran ... 30
2.6. Komponen-Komponen Pembelajaran CTL ... 31
2.7. Komputer Sebagai Media Pembelajaran ... 42
2.8. Pengertian Virtual Manipulative ... 44
2.9. Pembelajaran Segiempat dengan Berbantuan Virtual Manipulative ... 45
2.10. Pengertian Pembelajaran Langsung ... 48
2.11. Teori Belajar yang Terkait dengan Pembelajaran CTL ... 51
2.12. Pengertian Kemampuan Awal ... 53
2.13. Proses Jawaban ... 55
2.14. Hasil Penelitian yang Relevan ... 56
2.15. Kerangka Konseptual ... 57
2.15. Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian ... 65
BAB III METODE PENELITIAN ... 67
3.1. Jenis Penelitian ... 67
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 67
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 67
3.4. Variabel Penelitian ... 69
3.5. Desain Penelitian ... 69
vi
3.6.1. Kemampuan Awal Matematika (KAM) ... 71
3.6.2. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 74
3.6.3. Angket Self-Efficacy ... 75
3.7. Uji Coba Perangkat dan Instrumen Penelitian ... 77
3.7.1. Validasi Ahli Terhadap Perangkat Pembelajaran ... 77
3.7.2. Validasi Ahli Terhadap Instrumen Penelitian ... 78
3.7.3. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 79
3.8. Teknik Analisis Data ... 88
3.9. Prosedur Penelitian ... 97
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 100
4.1. Hasil Penelitian ... 100
4.1.1. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Awal Matematika Siswa 100 4.1.2. Hasil Penelitian Tentang Kemampuan Komunikasi Matematis ... 106
4.1.3. Analisis Hipotesis Penelitian Rumusan Masalah 1 dan 3 ... 124
4.1.4. Hasil Penelitian Self-Efficacy ... 128
4.1.5. Analisis Hipotesis Penelitian Rumusan Masalah 2 dan 4 ... 144
4.1.6. Deskripsi Hasil Kerja Siswa Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 149
4.2. Pembahasan Penelitian ... 162
4.2.1. Faktor Pembelajaran ... 162
4.2.2 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dengan Menggunakan Pembelajaran CTL berbantuan Virtual Manipulative ... 166
4.2.3. Peningkatan Self-Efficacy Siswa dengan Menggunakan Pembelajaran CTL berbantuan Virtual Manipulative ... 168
4.2.4. Interaksi antara Pembelajaran dengan KAM terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 171
4.2.5. Interaksi antara Pembelajaran dengan KAM terhadap Peningkatan Self-Efficacy Siswa ... 173
4.2.6. Proses Penyelesaian Jawaban yang dibuat Siswa dalam Menyelesaikan Soal-Soal Kemampuan Komunikasi Matematis ... 175
4.2.7. Keterbatasan Penelitian ... 177
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 179
5.1. Kesimpulan ... 179
5.2. Implikasi ... 180
5.3. Saran ... 181
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1. Hasil Observasi Angket Self-Efficacy Siswa ... 8
2.1. Sintaks Model Pembelajaran Langsung ... 49
3.1. Rancangan Penelitian ... 69
3.2. Tabel Weinner Tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas, Terikat dan Kontrol ... 70
3.3. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Awal Matematika ... 71
3.4. Kriteria Pengelompokan Kemampua Siswa Berdasarkan KAM .. 73
3.5. Jumlah Siswa Berdasarkan Kategori KAM ... 73
3.6. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 74
3.7. Kriteria Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 75
3.8. Kisi-kisi Angket Self-efficacy ... 76
3.9. Skor Alternatif Jawaban Skala Self-Efficacy ... 76
3.10. Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 77
3.11. Hasil Validasi Tes Kemampuan Awal Matematika ... 78
3.12. Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 78
3.13. Hasil Validasi Angket Self-Efficacy ... 79
3.14. Interprestasi Koefisien Korelasi ... 80
3.15. Hasil Validitas Uji Coba Tes Kemampuan Awal Matematika ... 81
3.16. Hasil Validitas Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 82
3.17. Hasil Validitas Uji Coba Angket Self-Efficacy ... 82
3.18. Interprestasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 84
3.19. Reliabilitas Tes Kemampuan Awal Matematika ... 84
3.20. Reliabilitas TesKemampuan Komunikasi Matematis ... 84
3.21. Reliabilitas Tes Self-Efficacy ... 85
3.22. Klasifikasi Daya Pembeda... 86
3.23. Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Awal Matematika Hasil Uji Coba ... 86
3.24. Daya Pembeda Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Hasil Uji Coba ... 87
3.25. Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 88
3.26. Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Hasil Uji Coba ... 88
3.27. Klasifikasi Gain Ternormalisasi ... 91
3.28. Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis, dan Jenis Uji Statistik yang Digunakan ... 94
3.29. Kriteria Proses Jawaban Siswa ... 96
4.1. Deskripsi Nilai Tes KAM Siswa Tiap Kelas Sampel ... 101
4.2. Deskripsi Pengelompokkan Siswa Berdasarkan KAM ... 102
4.3. Hasil Uji Normalitas Tes Kemampua Awal Matematika Siswa Secara Manual ... 104
4.4. Hasil Uji Normalitas Tes KAM Siswa Secara SPSS 20 ... 105
viii
4.6. Uji Homogenits Varians Tes Kemampuan Awal Matematika
Siswa Secara SPSS 20 ... 106 4.7. Data Hasil Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 107 4.8. Hasil Uji Normalitas Pretest Komunikasi Matematis Siswa
Secara Manual ... 108 4.9. Hasil Uji Normalitas Pretest Komunikasi Matematis Siswa
Secara SPSS 20 ... 109 4.10. Hasil Uji Homogenitas Pretest Komunikasi Matematis Siswa
Secara Manual ... 110 4.11. Hasil Uji Homogenitas Pretest Komunikasi Matematis Siswa
Secara SPSS 20 ... 111 4.12. Data Hasil Postest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 111 4.13. Hasil Uji Normalitas Postest Komunikasi Matematis Siswa
Secara Manual ... 113 4.14. Hasil Uji Normalitas Postest Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Secara SPSS 20 ... 114 4.15. Hasil Uji Homogenitas Varians Postest Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa Secara Manual ... 115 4.16. Hasil Uji Homogenitas Varians Postest Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa Secara SPSS 20 ... 115 4.17. Rata-Rata N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis
Kelompok Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan KAM ... 116 4.18. Deskripsi Data Untuk Indikator 1 Kemampuan Komunikasi
Matematis ... 118 4.19. Deskripsi Data Untuk Indikator 2 Kemampuan Komunikasi
Matematis ... 119 4.20. Deskripsi Data Untuk Indikator 3 Kemampuan Komunikasi
Matematis ... 119 4.21. Hasil Uji Normalitas N-Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Secara Manual ... 121 4.22. Hasil Uji Normalitas N-Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Secara SPSS 20 ... 122 4.23. Hasil Uji Homogenits N-Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Secara Manual ... 123 4.24. Hasil Uji Homogenits N-Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Secara SPSS 20 ... 124 4.25. Uji ANAVA Dua Jalur N-Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa ... 124 4.26. Data Hasil Pretest Self-Efficacy Siswa ... 129 4.27. Hasil Uji Normalitas Pretest Angket Self-Efficacy Siswa Secara
Manual ... 130 4.28. Hasil Uji Normalitas Pretest Angket Self-Efficacy Secara
SPSS 20 ... 131 4.29. Hasil Uji Homogenitas Pretest Angket Self-Efficacy Siswa
Secara Manual ... 132 4.30. Hasil Uji Homogenitas Pretest Angket Self-Efficacy Secara
ix
4.32. Hasil Uji Normalitas Postest Angket Self-Efficacy Siswa
Secara Manual ... 134 4.33. Hasil Uji Normalitas Postest Angket Self-Efficacy Siswa
Secara SPSS 20 ... 135 4.34. Hasil Uji Homogenitas Postest Angket Self-Efficacy Siswa
Secara Manual ... 136 4.35. Hasil Uji Homogenitas Postest Angket Self-Efficacy Secara
SPSS 20 ... 137 4.36. Rata-Rata N-Gain Self-Efficacy Kelompok Eksperimen dan
Kontrol Berdasarkan KAM ... 138 4.37. Hasil Pretest dan Postest Kemampuan Self-Efficacy Matematis
Berdasarkan Indikator ... 139 4.38. Hasil Uji Normalitas N-Gain Self-Efficacy Siswa Secara
Manual ... 142 4.39. Hasil Uji Normalitas N-Gain Self-Efficacy Siswa Secara
SPSS 20 ... 143 4.40. Hasil Uji Homogenitas N-Gain Self-Efficacy Siswa Secara
Manual ... 144 4.41. Hasil Uji Homogenitas N-Gain Self-Efficacy Siswa Secara
SPSS 20 ... 145 4.42. Uji ANAVA Dua Jalur N-Gain Self-Efficacy Siswa ... 145 4.43. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis ... 148 4.44. Kriteria Penyelesaian Jawaban Siswa Pada Tes Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa Pada Kelas Eksperimen dan
x
DAFTAR DIAGRAM
Halaman Diagram 4.1. Rata-Rata Skor Berdasarkan KAM ... 103 Diagram 4.2. Skor Rata-Rata Pretest Kemampuan Komunikasi
Matematis Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol ... 107 Diagram 4.3. Skor Rata-Rata Postest Kemampuan Komunikasi
Matematis Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol ... 112 Diagram 4.4. Rata-Rata N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis
Berdasarkan KAM ... 117 Diagram 4.5. Rata-Rata N-Gain Berdasarkan Indikator Kemampuan
Komunikasi Matematis Ditinjau dari Kesulurhan Siswa .. 120 Diagram 4.7. Skor Rata-Rata Pretest Angket Self-Efficacy Kelompok
Eksperimen dan Kontrol ... 129 Diagram 4.8. Skor Rata-Rata Postest Angket Self-Efficacy Kelompok
Eksperimen dan Kontrol ... 133 Diagram 4.9. Rata-Rata N-Gain Self-Efficacy Siswa Berdasarkan
KAM ... 138 Diagram 4.10. Rata-Rata N-Gain Self-Efficacy Siswa Berdasarkan
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1. Hasil Jawaban Tes Komunikasi Matematis Siswa ... 6 Gambar 2.1. Tampilan Awal Geoboard Virtual Manipulative ... 46 Gambar 2.2. Contoh Pemasangan Karet Pada Geoboard Virtual
Manipulative ... 47 Gambar 2.3. Contoh Pewarnaan Pada Geoboard Virtual
Manipulative ... 47 Gambar 2.4. Hasil Pencarian Rumus Keliling Persegi Panjang
dengan Menggunakan Geoboard Virtual Manipulative 48 Gambar 3.1 Tahap Alur Penelitian ... 99 Gambar 4.6. Interaksi Antara Pembelajaran dengan KAM Terhadap
Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis ... 127 Gambar 4.11. Interaksi Antara Pembelajaran dengan KAM Terhadap
Peningkatan Self-Efficacy ... 147 Gambar 4.12a. Proses Penyelesaian Masalah Pada Kelas Eksperimen
Pada Butir Soal 1 ... 151 Gambar 4.12b. Proses Penyelesaian Masalah Pada Kelas Kontrol
Pada Butir Soal 1 ... 151 Gambar 4.13a. Proses Penyelesaian Masalah Pada Kelas Eksperimen
Pada Butir Soal 2 ... 153 Gambar 4.13b. Proses Penyelesaian Masalah Pada Kelas Kontrol
Pada Butir Soal 2 ... 154 Gambar 4.14a. Proses Penyelesaian Masalah Pada Kelas Eksperimen
Pada Butir Soal 3 ... 155 Gambar 4.14b. Proses Penyelesaian Masalah Pada Kelas Kontrol
Pada Butir Soal 3 ... 156 Gambar 4.15a. Proses Penyelesaian Masalah Pada Kelas Eksperimen
Pada Butir Soal 4 ... 157 Gambar 4.15b. Proses Penyelesaian Masalah Pada Kelas Kontrol
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan
Nasional menyebutkan, bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri. Karena itu peranan pendidikan sangatlah penting, sebab pendidikan merupakan lembaga yang berusaha membangun masyarakat dan watak bangsa secara berkesinambungan yaitu membina mental rasio, intelek dan kepribadian dalam rangka membentuk manusia seutuhnya. Hal ini bertujuan untuk menghadapi tantangan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat.
Tantangan perkembangan teknologi informasi menuntut sumber daya
manusia yang handal dan mampu berkompetensi secara global, sehingga
diperlukan keterampilan yang tinggi, pemikiran yang kritis, sistematis, logis,
kreatif dan kemauan kerja yang efektif. Dalam pendidikan banyak sekali ilmu
yang digali untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, salah satunya
adalah ilmu matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Cockroft (dalam
Abdurrahman, 2012: 204) yang mengatakan bahwa:
2
Nurhadi (2003: 203) mengatakan bahwa “matematika berfungsi
mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan
menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
melalui materi pengukuran geometri, aljabar dan trigonometri”. Senada dengan itu
Soedjadi (2000: 7) juga menyatakan bahwa “matematika sebagai wahana
pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai tujuan, misalkan
mencerdaskan siswa, tetapi dapat pula untuk membentuk kepribadian siswa serta
mengembangkan keterampilan tertentu”. Pendapat tersebut di atas sejalan dengan
tujuan pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam KTSP 2006.
Tujuan pembelajaran matematika pada kurikulum KTSP menurut
Permendiknas No. 22 (2006: 346) tentang standar isi yaitu:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan tujuan-tujuan di atas terlihat bahwa pentingnya peranan
matematika dalam kehidupan. Karena pentingnya peranan matematika dalam
kehidupan manusia, pemerintah selalu berusaha agar mutu pendidikan matematika
semakin baik. Hal ini terlihat dari berbagai upaya pemerintah seperti
3
kompetensi guru dan berbagai usaha lainnya yang bertujuan untuk menghasilkan
sumber daya manusia yang cerdas dan berkualitas.
Namun demikian usaha yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan
mutu pendidikan matematika belum menampakkan hasil yang maksimal. Hal ini
dapat dilihat dari hasil laporan TIMSS (2011: 11) menyebutkan bahwa “nilai
rata-rata matematika siswa Indonesia menempati urutan ke-38 dari 45 negara, dan
lebih separuh pelajar kelas II dan kelas III SLTP di Indonesia berada dibawah
standar rata-rata skor Internasional. Data ini semakin menyatakan bahwa mutu
pendidikan matematika dan hasil belajar matematika kita sangat rendah dibanding
dengan negara lain”.
Berdasarkan kondisi tersebut, untuk menghadapi berbagai masalah dan
tantangan perkembangan teknologi informasi yang menuntut sumber daya
manusia yang handal dan mampu berkompetensi secara global, maka dalam
pembelajaran matematika yang harus dimiliki dan ditumbuhkembangkan pada
siswa salah satunya adalah kemampuan komunikasi matematis.
Hal ini sesuai apa yang dirumuskan oleh NCTM (2000: 24) bahwa dalam
pembelajaran matematika seharusnya mengikutsertakan berbagai kesempatan
untuk berkomunikasi sehingga siswa mampu:
1. Menghubungkan benda fisik, gambar dan diagram dengan ide
matematika
2. Memahami dan menjelaskan ide pikiran tentang ide matematika
dan situasi
3. Menghubungkan bahasa sehari-hari kedalam symbol dan bahasa
matematika
4. Menyadari bahwa menyampaikan kembali, mendiskusikan,
4
Baroody (dalam Ansari, 2012: 4) menjelaskan bahwa ada dua alasan penting, mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa, yaitu:
(1) mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sekedar
alat bantu berpikir ( a tool to aid thinking), matematika tidak
hanya sebagai alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat.
(2) mathematics learning as social activity: artinya matematika sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa. Hal ini merupakan bagian terpenting untuk
mempercepat pemahaman matematika siswa.
Dari beberapa pernyataan di atas, jelaslah bahwa kemampuan komunikasi
matematis sangat penting bagi siswa untuk ditumbuhkembangkan, karena setiap
permasalahan sehari-hari dibutuhkan komunikasi yang baik untuk menemukan
penyelesaiannya. Akan tetapi kenyataannya kemampuan komunikasi matematis
ini kurang mendapatkan perhatian dari para guru untuk ditumbuhkembangkan
pada siswa. Hal ini dikarenakan guru lebih berusaha agar siswa mampu menjawab
soal dengan benar tanpa meminta alasan atas jawaban siswa, ataupun meminta
siswa untuk mengkomunikasikan pemikiran, ide dan gagasannya maupun
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Sehingga mengakibatkan siswa
memiliki kemampuan komunikasi yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ansari (2012: 62) menjelaskan bahwa “siswa
Sekolah Menengah Atas di Provinsi Aceh Darussalam rata-rata kurang terampil
didalam berkomunikasi untuk menyampaikann informasi seperti ide dan
mengajukan pertanyaan serta menanggapi pertanyaan/pendapat orang lain”
Hal ini juga diperkuat dari laporan TIMMS (dalam Nita, 2011: 9)
5
sangat jauh dibawah Negara-negara lain. Sebagai contoh, untuk permasalahan
matematik yang menyangkut kemampuan komunikasi matematik, siswa Indonesia
yang berhasil menjawab benar hanya 5% dan jauh di bawah negara seperti:
Singapura, Korea, Taiwan yang mencapai lebih dari 50%”. Fakta lain yang
menunjukkan kemampuan komunikasi matematis siswa rendah terlihat dari
observasi awal yang dilakukan peneliti tanggal 5 November 2014 pada siswa
SMP Negeri 2 Rantau Selatan , dengan memberikan soal kemampuan komunikasi
matematis. Berikut soal yang diberikan:
“Suatu persegi panjang memiliki panjang sisi empat kali lebar. Jika
luas persegi panjang tersebut 100 cm2, maka hitunglah panjang dan
lebar persegi panjang sebenarnya!”
Dari masalah di atas terlebih dahulu siswa dapat menghubungkan masalah
secara tulisan kedalam pemodelan/ide-ide matematika untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Sesuai dengan masalah di atas diketahui panjang sisi empat kali
lebar dan luas persegipanjang 100 cm², dimisalkan lebar (l) = �, panjang (p) = 4 �
dan luas persegipanjang (L)= 100 cm², kemudian diharapkan siswa melalui
pemodelan tersebut dapat memikirkan langkah berikutnya yaitu L = p × l maka
menjadi 100 cm² = 4� × � dan seterusnya sampai menyusun prosedur
penyelesaian yaitu menghitung panjang dan lebar persegi panjang tersebut.
Namun kenyataannya siswa jarang memulai pekerjaannya dengan
menuangkan informasi atau mengubah model matematika sehingga dalam
penyelesaiannya siswa banyak yang tidak mampu melaksanakannya. Berikut
6
Gambar 1.1. Hasil jawaban Tes Komunikasi Matematis Siswa
Dari jawaban siswa tersebut tampak jelas bahwa siswa belum mengetahui
informasi dari permasalahan sehingga tidak mampu menyelesaikan persoalan
tersebut, selain itu dari segi proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa di atas
dapat disimpulkan sangat kurang baik dan tidak terstuktur. Contoh ini merupakan
salah satu soal yang diujikan kepada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Rantau
Selatan yang memperlihatkan hasil yang tidak maksimal. Dari 30 orang siswa
yang hadir pada saat tes berlangsung, jumlah siswa yang mampu
menginterprestasikan soal dalam bentuk cerita ke dalam ide -ide matematika
dengan benar hanya 10 orang atau 33,3% dari jumlah siswa, menemukan pola
untuk melakukan generalisasi 6 orang atau 20 %, manarik kesimpulan dan
memeriksa kesahihan argument sama sekali tidak ada siswa yang bisa melakukan
hal tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis
siswa di SMP Negeri 2 Rantau Selatan masih rendah.
Selain kemampuan komunikasi matematis, kemampuan pada aspek lain
yang bersifat afektif dan tidak kalah pentingnya untuk ditumbuhkembangkan pada
diri siswa adalah kemampuan self-efficacy. Bandura (1997: 17) mengatakan
bahwa “self-efficacy menjadi sesuatu yang sangat penting karena individu yang
7
tidak merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan yang penuh dengan
kemampuan dirinya”.
Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Betz dan Hacket
pada tahun 1983 (dalam Arcat, 2013: 4) bahwa “seorang siswa yang memiliki
self-efficacy tinggi akan lebih mudah dan berhasil melampui latihan-latihan matematika yang diberikan kepadanya, sehingga hasil akhir dari pembelajaran
tersebut yang tergambar dalam prestasi akademiknya juga cenderung akan lebih
tinggi”. Maka dari beberapa pernyataan di atas, jelaslah bahwa self-efficacy harus
dikembangkan dalam diri siswa guna sebagai motivasi untuk memperbesar
usahanya dalam mencapai prestasi akademik yang lebih optimal.
Namun faktanya masih banyak siswa yang memiliki self-efficacy yang
rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pajares
(2002: 11) bahwa “self-efficacy yang rendah, pada umunya membuat seorang
siswa akan tampak kurang percaya diri, dan meragukan kemampuan akademisnya
dalam mengerjakan soal-soal matematika yang diberikan kepadanya, sehingga
prestasi akademiknya juga cenderung akan lebih rendah”. Fakta lain yang
memperlihatkan self-efficacy siswa rendah yaitu dilihat dari hasil observasi awal
yang dilakukan peneliti pada tanggal 8 November 2014 dengan memberikan
angket self-efficacy yang berisikan 5 butir penyataan dengan pilihan jawaban
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS)
kepada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Rantau Selatan yang berjumlah 30 siswa.
8
Tabel 1.1. Hasil Observasi Angket self-efficacy siswa
NO Pernyataan Banyak siswa yang menjawab
SS S TS STS
1 Saya selalu yakin bisa menyelesaikan soal
matematika yang diberikan guru 5 4 9 12
2 Saya kurang percaya diri ketika guru menyuruh
saya ke depan kelas untuk mengerjakan soal 9 14 3 4
3 Saya akan malas untuk mengerjakan latihan soal
matematika yang diberikan guru karena susah 11 9 6 4
4 Saya biasanya dapat memecahkan setiap masalah
matematika 7 2 12 10
5 Hasil ulangan matematika yang jelek membuat
saya malas untuk belajar 13 8 4 5
Pada pernyataan nomor (1) yang menjawab tidak setuju 9 orang dan sangat
tidak setuju 12 orang, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mereka tidak
memiliki rasa kepercayaan diri untuk mampu menyelesaikan soal matematika,
walaupun matematika tersebut pelajaran yang sulit. Ketidakpercayaan diri tersebut
akan menyebabkan siswa akan benar-benar sulit dalam menyelesaikan soal
matematika. Selanjutnya pada pernyataan nomor (2) terlihatlah sebanyak 23 siswa
yang kurang percaya diri ketika guru menyuruh ke depan kelas untuk
mengerjakan soal. Pada pernyataan nomor (3) sebanyak 20 siswa yang merasa
malas untuk mengerjakan soal matematika yang diberikan guru karena sulit, untuk
pernyataan nomor (4) terlihatlah 22 orang yang tidak bisa memecahkan masalah
matematika. Sedangkan untuk pernyataan nomor (5), sebanyak 21 orang yang
malas belajar matematika jika hasil ulangan yang didapatkan jelek. Hal ini
menunjukkan bahwa self-efficacy siswa masih rendah.
Rendahnya kemampuan komunikasi matematis dan self-effiacy siswa
disebabkan banyak faktor, salah satunya adalah berkaitan dengan proses
pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar guru masih menggunakan
9
Dalam metode mengajar tradisional, seseorang guru dianggap sebagai sumber ilmu, guru mendonimasi kelas. Guru langsung mengajar matematika, membuktikan semua dalil-dalilnya dan memberikan contoh-contohnya. Sebaliknya murid harus duduk dengan rapi, mendengarkan dengan tenang dan berusaha meniru cara-cara guru membuktikan dalil dan cara mengerjakan soal-soal. Demikianlah suasana belajar dan belajar yang tertib dan tenang. Murid bersifat pasif dan guru bersifat aktif. Murid-murid yang dapat dengan persis mengerjakan soal-soal seperti yang dicontohkan gurunya adalah yang akan mendapatkan nilai yang paling baik. Murid-murid pada umumnya kurang diberikan kesempatan untuk berinisiatif, mencari jawaban sendiri, merumuskan dalil-dalil. Murid-murid pada umumnya diharapkan pada pertanyaan bagaimana menyelesaikan soal bukan kepada mengapa penyelesaiannya
Pada pembelajaran seperti ini guru hanya sekedar penyampai pesan
pengetahuan, sementara siswa cenderung sebagai penerima pengetahuan semata
dengan cara mencatat, meniru, mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru.
Bukti lain diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 12
November 2014 dengan salah satu guru matematika di SMP Negeri 2 Rantau
Selatan perihal metode dan media pembelajaran yang digunakan, Ibu Lubis
mengatakan:
”Saya jelaskan dulu materinya, saya beri contoh soal, kemudian siswa mengerjakan latihan. Medianya biasanya saya gambar saja di papan tulis apa yang perlu digambar, grafik, tabel, segitiga atau bangun ruang. Kalau siswa yang kita suruh menemukan sendiri rumus-rumus itu pasti lama jadinya, lebih bagus waktunya kita pakai mengerjakan latihan. Lagipula siswa kita tidak biasa seperti itu, makin bingung mereka.”
Dari penjelasan di atas terlihatlah bahwa proses pembelajaran yang
terjadi masih bersifat teacher centered (berpusat pada guru), sehingga siswa tidak
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan kurangnya penggunaan media
pembelajaran berbasis teknologi, hal ini dikarenakan rendahnya tingkat
10
Menanggapi permasalahan yang timbul dalam pembelajaran matematika di
atas, terutama berkaitan dengan kemampuan komunikasi matematis dan
self-efficacy matematis siswa yang akhirnya menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika, maka perlu bagi guru atau peneliti
memilih suatu pembelajaran yang dapat mengubah paradikma tersebut. Dimana
sutau proses pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan pada siswa
untuk melihat dan mengalami sendiri kegunaan matematika dalam kehidupan
nyata. Oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy matematis
siswa, sehingga akan berdampak positif pada hasil belajar siswa.
Salah satu pendekatan yang berpeluang dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis dan self-efficacy matematis siswa adalah pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL), karena pembelajaran CTL memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya dan melibatkan
siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Hal ini senada dengan Sanjaya
(2006: 255) mengatakan bahwa:
CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Dalam konsep CTL ada hal yang harus dipahami, yaitu (1) CTL
menekankan pada proses keterlibatan siswa, (2) CTL mendorong siswa
menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan
11
Departemen of Education the National School to Work Office (dalam Trianto, 2009: 104) mengemukakan bahwa:
Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching
and learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan motivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara ataupun tenaga kerja.
Selanjutnya Nurhadi (2003: 13) menyatakan bahwa:
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning,)
adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit semi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri , sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran
kontekstual ini merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan
pada pembelajaran bermakna yaitu proses pembelajaran dibawa ke dalam situasi
nyata, dan lebih menekankan pada proses penemuan dari pengetahuan bukan pada
hasil akhir. Selanjutnya, melalui pembelajaran kontekstual ini diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy siswa,
sehingga diharapkan adanya peningkatan hasil belajar siswa ke arah yang lebih
baik, dan siswa akan terus merasakan manfaatnya. Dengan penggunaan konteks
dalam belajar matematika, tentunya akan memberikan motivasi pada siswa, bahwa
belajar matematika memiliki manfaat dan kegunaan yang sangat besar dalam
kehidupan keseharian mereka. Sehingga pembelajaran CTL diharapkan dapat
sebagai solusi untuk menciptakan paradigma siswa belajar bukan paradigma guru
12
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy
siswa.
Tentunya akan lebih mudah jika siswa dalam proses menyelesaikan
masalah yang disajikan dibantu dengan media pembelajaran sehingga
mempermudah untuk merepresentasikan gagasannya dalam berbagai cara,
baik tulisan, gambar maupun verbal dan berbagai eksperimen. Seperti yang
diungkapkan Zarlis (dalam Rusdi 2008: 2):
”Para pakar teknologi bidang pendidikan mengatakan bahwa komputer sesuai digunakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Dalam pendidikan, khususnya pembelajaran
matematika komputer berfungsi sebagai alat (tool), tutor dan tutee”.
Hal ini sejalan dengan salah satu dari enam prinsip sekolah matematika
(NCTM, 2000: 24) mengatakan ”teknologi menjadi sesuatu hal yang penting
dalam pembelajaran matematika, karena teknologi sangat berpengaruh dalam
meningkatkan proses pembelajaran matematika”. Dari pernyataan ini menegaskan
bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan hendaknya menggunakan
teknologi. Karena dengan adanya teknologi diharapkan pembelajaran menjadi
interaktif, menarik dan tidak membosankan. Selain itu juga dengan menggunakan
teknologi akan membantu siswa lebih memahami konsep matematika dengan
cepat.
Salah satu media inovatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran adalah
menggunakan software komputer. Ada banyak software komputer yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran, sebagi media pembelajaran yang interaktif dan
dinamis. Salah satunya adalah virtual manipulative. Virtual Manipulative adalah
13
dinamis yang mewakilkan kesempatan dalam membangun pengetahuan dan
pemahaman matematika.
Menurut Durmus (2006: 120) bahwa menggunakan virtual manipulative
dalam mengajar matematika akan membantu siswa belajar:
1. Untuk menghubungkan situasi dunia nyata ke dalam symbol
matematika
2. Untuk bekerja sama secara kooperatif dalam memecahkan masalah
3. Untuk mendiskusikan ide-ide matematika dan konsep
4. Untuk verbalisasi berpikir matematika
5. Untuk membuat presentasi di depan kelompok besar
6. Bahwa ada banyak cara untuk memecahkan masalah
7. Bahwa masalah matematika dapat dilambangkan dengan berbagai
cara
8. Bahwa mereka dapat memecahkan masalah matematika tanpa
hanya mengikuti petunjuk guru.
Hal ini didukung oleh penelitian Zanthy (2013: 178) yang mengatakan
bahwa “siswa yang mengikuti pembelajaran CTL berbantuan virtual manipulative
mengalami peningkatan kemampuan komunikasi matemastis”. Reimer dan
Moyer (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa” siswa kelas 3 SD yang
menggunakan beragam virtual manipulative pecahan selama 2 minggu
menunjukkan peningkatan yang signifikan pada proses pembelajaran
berlangsung”.
Dengan melihat hasil penelitian-penelitian tersebut maka sudah sepatutnya
guru tidak hanya menggunakan komputer sebagai alat untuk mengetik dan
menyimpan data saja, melainkan menjadikan komputer sebagai media
pembelajaran. Karena dengan menggunakan komputer dimungkinkan dapat
meningkatkan kemampuan komuniksai matematis dan self-efficacy siswa terutama
pada bidang matematika yang selama ini sebagian besar siswa menganggap
pelajaran yang paling sulit dan menakutkan disebabkan banyaknya hitungan
14
Selain faktor pembelajaran, ada faktor lain juga yang dapat mempengaruhi
terhadap kemampuan matematis siswa dan self-efficacy matematis yaitu
kemampuan awal matematika siswa (KAM). Kemampuan awal matematis
merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa agar dapat mengikuti pelajaran
dengan lancar. Hal ini ini sejalan dengan pendapat Hudoyo (1990: 4) menyatakan
bahwa “matematika berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang
tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif, sehingga konsep-konsep
matematika pada jenjang sebelumnya sangat berkaitan dengan pemahaman
konsep matematika pada jenjang selanjutnya”. Ini berarti bahwa pengetahuan
matematika yang dimiliki siswa sebelumnya menjadi dasar pemahaman untuk
mempelajari materi selanjutnya. Namun berdasarkan hasil observasi terhadap
materi yang telah dipelajari sebelumnya, ternyata masih banyak siswa yang
tergolong memiliki kemampuan awal matematika rendah.
Menurut Ruseffendi (1991: 112) “dari sekelompok siswa yang dipilih secara
acak akan selalu dijumpai siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah, hal ini disebabkan kemampuan siswa menyebar secara distribusi normal”.
Menurut Ruseffendi (1991: 114) “perbedaan kemampuan yang dimiliki siswa
bukan semata-mata merupakan bawaan lahir, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh
lingkungan. Oleh karena itu, pemilihan lingkungan belajar khususnya pendekatan
pembelajaran menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan artinya pemilihan
pendekatan pembelajaran harus dapat memaksimalkan hasil belajar siswa”.
Bagi siswa yang memiliki kemampuan sedang atau rendah, apabila
pendekatan pembelajaran yang digunakan guru menarik, sesuai dengan tingkat
15
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy
dalam matematika. Sebaliknya bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi
pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap kemampuan komunikasi matematis
dan self-efficacy dalam matematika tidak terlalu besar. Hal ini terjadi karena siswa yang memiliki kemampuan tinggi lebih cepat memahami matematika, karena
mereka sudah terbiasa dengan belajar yang disiplin, bersemangat, dan menantang
walaupun tanpa menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran yang menarik
dan biasa. Oleh sebab itu, kebijakan untuk menerapkan pendekatan pembelajaran
dalam suatu proses pembelajaran di kelas perlu mempertimbangkan perbedaan
kemampuan matematika siswa.
Berdasarkan uraian di atas diduga pembelajaran menggunakan pembelajaran
CTL berbantuan Virtual Manipulative dapat dijadikan salah satu cara untuk
menigkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy siswa. Untuk
menguji dugaan tersebut maka diambil judul ”Peningkatan Kemampuan
Komunikasi Matematis dan Self-Efficacy Siswa Menggunakan Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbantuan Virtual Manipulative di SMP Negeri 2 Rantau Selatan”.
1.2.Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah, sebagai berikut:
1. Hasil belajar matematika siswa rendah
2. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.
16
4. Kurangnya perhatian terhadap pengembangan kemampuan komunikasi
matematis dan self-efficacy.
5. Proses penyelesaian jawaban siswa pada soal-soal kemampuan komunikasi
matematis kurang baik.
6. Kemampuan awal matematika yang dimiliki sebagian siswa untuk
mempelajari matematika tergolong masih rendah.
7. Guru masih menggunakan pembelajaran yang bersifat teacher centered
(berpusat pada guru), sehingga siswa tidak mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya.
8. Kurangnya penggunaan media pembelajaran berbasis tekonologi, hal ini
dikarenakan rendahnya penguasaan guru terhadap teknologi
1.3.Batasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah, maka agar lebih fokus mencapai
tujuan, peneliti membatasi masalah pada peningkatan kemampuan komunikasi
matematis dan self efficacy siswa dengan pembelajaran CTL berbantuan virtual
manipulative dan kemampuan awal serta interakasinya.
1.4. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
diajarkan dengan menggunakan pembelajaran CTL berbantuan virtual
17
2. Apakah peningkatan self-efficacy siswa yang diajarkan dengan
menggunakan pembelajaran CTL berbantuan virtual manipulative lebih
tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran langsung?
3. Apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa
dengan pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan komunikasi
matematis?
4. Apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa
dengan pembelajaran terhadap peningkatan self-efficacy?
5. Bagaimanakah proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan
soal-soal kemampuan komunikasi matematis pada pembelajaran CTL
berbantuan virtual manipulative dan pembelajaran langsung?
1.5.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran CTL berbantuan
virtual manipulative lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran langsung
2. Untuk mengetahui apakah peningkatan self-efficacy siswa yang diajarkan
dengan menggunakan pembelajaran CTL berbantuan virtual manipulative
lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan menggunakan
pembelajaran langsung
3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal
matematika siswa dengan pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan
18
4. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal
matematika siswa dengan pembelajaran terhadap peningkatan self-efficacy
5. Untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa pada
soal-soal kemampuan komunikasi matematis pada pembelajaran CTL berbantuan
virtual manipulative dan pembelajaran langsung
1.6.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan masukan yang
berarti bagi peneliti, guru, dan siswa. Manfaat dan masukan itu adalah:
1. Untuk Peneliti
Memberi gambaran atau informasi tentang peningkatan kemampuan
komunikasi matematis dan self-efficacy siswa yang mendapat
pembelajaran CTL berbantuan software virtual manipulative
2. Untuk Guru
Memberi alternative model pembelajaran matematika untuk dapat
dikembangkan menjadi lebih baik sehingga dapat dijadikan salah satu
upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
3. Untuk Siswa
Memberi pengalaman baru bagi siswa dan mendorong siswa untuk terlibat
aktif dalam pembelajaran matematika di kelas, sehingga selain dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy siswa,
juga membuat pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna dan
19
1.7.Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan
dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep dan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa menggunakan
matematika sebagai alat komunikasi (bahasa matematika) secara tertulis, yang
akan dilihat dari aspek: (1) menyatakan situasi atau ide-ide matematika ke dalam gambar, (2) menjelaskan secara tertulis gambar ke dalam ide-ide
matematikadan (3) menjelaskan prosedur penyelesaian
2. Self-efficacy adalah kepercayaan diri seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah serta memutuskan tindakan yang
diperlukan dalam mencapai hasil tertentu dengan indikator sebagai berikut: (1) penghakiman dari kemampuan pribadi, (2) mengatur penguasaan pengetahuan dan keterampilan, (3) disiplin diri, (4) mencapai prestasi, (5) prediksi usaha dan motivasi, (6) hasil pemikiran dan (7) menghasilkan target prestasi
3. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah pembelajaran yang
melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran, dengan kegiatan
pembelajaran berdasarkan tujuh komponen yaitu konstruktivisme, inquiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. 4. Virtual Manipulative adalah alat bantu yang bersifat interaktif, berbasis web
representasi visual dengan objek dinamis yang mewakilkan kesempatan dalam
membangun pengetahuan dan pemahaman matematika
5. Pembelajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang biasa diterapkan
20
ceramah dan transfer ilmu dari guru ke siswa sebagai aktivitas pembelajarannya.
6. Kemampuan awal matematika adalah pengetahuan dasar yang harus dimiliki
siswa sebelum pembelajaran berlangsung dengan menggunakan seperangkat tes materi prasyarat. Dari hasil tes tersebut maka siswa akan dikelompokkan menjadi siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah.
7. Proses jawaban adalah variasi/alternative jawaban siswa dari tes kemampuan
komunikasi matematis berdasarkan masing-masing indikator kemampuan
183 BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan. Diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan
dengan pembelajaran CTL berbantuan virtual manipulative lebih tinggi
daripada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran langsung.
2. Peningkatan self-efficacy siswa yang diajarkan dengan pembelajaran CTL
berbantuan virtual manipulative lebih tinggi daripada peningkatan
self-efficacy siswa yang diajarkan dengan pembelajaran langsung.
3. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan KAM terhadap
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini juga dapat
diartikan bahwa interaksi antara pembelajaran dan KAM (tinggi, sedang,
rendah) tidak memberikan pengaruh secara bersama-sama yang signifikan
terhadap peningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan KAM terhadap
peningkatan self-efficacy siswa. Hal ini juga dapat diartikan bahwa interaksi
antara pembelajaran dan KAM (tinggi, sedang, rendah) tidak memberikan
pengaruh secara bersama-sama yang signifikan terhadap peningkatkan self-
efficacy siswa.
5. Proses penyelesaian jawaban dalam menyelesaikan masalah kemampuan
184
manipulative lebih baik/bervariasi dibandingkan dengan proses jawaban siswa pada pembelajaran langsung. Dari ketiga indikator yang diukur,
berdasarkan temuan lapangan terlihat bahwa indikator menjelaskan secara
tertulis gambar kedalam ide-ide matematika siswa masih mengalami
kesulitan.
5.2. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian dapat disampaikan
kemampuan komunikasi dan self-efficacy siswa dengan pembelajaran CTL
berbantuan virtul manipulative lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran
langsung. Pembelajaran dengan CTL berbantuan virtul manipulative sangat efektif
meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy siswa. Dengan
pembelajaran CTL berbantuan virtul manipulative juga membuat siswa berani
mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain, memiliki sikap
demokratis serta menimbulkan rasa senang dalam belajar matematika. Guru
sebagai teman belajar, mediator, fasilitator membawa konsekwensi bagi guru
untuk lebih memahami kelemahan dan kekuatan dari bahan ajar serta karakteristik
kemampuan individual siswa. Jika hal ini dilakukan secara berkesinambungan
akan membawa dampak yang positif terhadap pengetahuan guru dimasa yang
akan datang.
5.3. Saran
Berdasarkan hasil penelitian/temuan, maka berikut ini beberapa saran yang
perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan terhadap
penggunaan pembelajaran CTL berbantuan virtul manipulative dalam proses
185
1. Proses penggunaan CTL berbantuan virtual manipulative menjadi kendala
bagi siswa karena siswa belum mengenal istilah dan cara pengoperasian
software tersebut. Disarankan guru memberikan mengenalakan terlebih dahulu mengenai virtual manipulative dan cara penggunaannya.
2. Suasana kelas yang agak ribut ketika proses diskusi kelompok membuat
terganggunya aktivitas belajar siswa lainnya. Disarankan guru lebih aktif
berkeliling kelas dan memberikan teguran atau peringatan kepada siswa yang
tidak mengikuti proses pembelajaran dengan serius.
3. Kurang beragamnya soal yang diberikan kepada siswa selama proses
pembelajaran. Disarankan guru untuk memberikan soal yang beragam pada
masing-masing kelompok, kemudian masing-masing kelompok
mempresetenasikan soal tersebut di depan kelas, sehingga seluruh kelompok
dapat memahami bentuk soal yang beragam.
4. Proses pembelajaran terkendala dengan beberapa komputer yang tidak
beroperasi dengan baik. Disarankan guru terlebih dahulu memastikan
masing-masing komputer/laptop yang digunakan agar tidak mengalami kendala
selama pembelajaran.
5. Penelitian ini hanya terbatas pada materi bangun datar. Diharapkan pada
peneliti lainnya untuk mengembangkan pembelajaran virtual manipulative
pada materi lainnya
6. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti berharap pada indikator menjelaskan secara
tertulis gambar kedalam ide-ide matematika perlu adanya suatu usaha latihan
186
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2012. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Anggraini. D. 2015. Keefektifan Pembelajaran CORE Berbantuan Kartu Kerja Pada Pencapaian Kemampuan Masalah Matematika dan Kepercayaan Diri Siswa Kelas VIII. UNNES Journal of Mathematics Education 4(3), 6. [Online]. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme/article/viewFile/
8497 /5658. [19 November 2015].
Ansari, B.I. 2012. Komunikasi Matematik. Banda Aceh: Yayasan PeNA.
Arcat. 2013. Meningkatkan kemampuan Spasial dan Self-Efficacy Siswa SMP
melalui model kooperatif STAD berbantuan Wingeom. Universitas
Pendidikan Bandung : Bandung.
Arends, I. R. 2008. Learning To Teach. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Arikunto. S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rieneka Cipta.
. 2013. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rieneka Cipta.
Arsyad, A. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Asmin. 2014. Pengukuran dan Penilain Hasil Belajar Dengan Analisis Klasik
dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.
Bandura, A. 1997. Self-Efficacy The Exercise of Control. New jersey:Prentice-Hall,Inc.
Budiningsih, C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Creswell, J. W. 2008. Research Questions and Hypotheses. Chapter Seven.TX: Harcourt Brace.
Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP.
Dewi, N. 2013. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Self Efficacy Mahasiswa Melalui Brain-Based Learning Berbantuan Web.
Prosiding STKIP Siliwangi .1(295). [Online].
http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.idfiles/2014/01/
Prosiding-31-Agustus-2013.pdf. [19 November 2014]
187
5(1). Retrieved from: [Online]. http://www.tojet.net/articles/5112.htm . [ 7 Maret 2014].
Feist, Jess and Gregory J. Feist. 2008. Theories of Personality. Edisi Keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gafur, A .1989. Disain Instruksional. Surakarta: Tiga Serangkai.
Hadi, S. 2005. Pendidikan Matematika Realistikdan Implementasinya. Banjarmasin : Tulip
Hake, R. 1999. Analyzing Change/Gain Score. [Online].Tersedia :http://www.physic.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf.
[November 2014]
Hu, C. 2006. Use Web-Based Simulation to Learn Trigonometry Curves. [Online]. Tersedia : [ Online].http://www.Cimt.Plymouth.ac.uk/journal/chunhu.pdf. [21 November 2014].
Hudoyo, H. 1990. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud LPTK.
Imas, K dan Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan
Penerapan. Surabaya: Kata Pena.
Johnson, E. 2009. CTL (Contextual Teaching & Learning) Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa Learning.
Kunandar. 2014. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013): Suatu Pendekatan Praktis disertai dengan
Contoh. Ed. Rev. Jakarta: Rajawali Pers.
Lorinda. L. 2013. Keefektifan Model Pembelajaran SAVI Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika. UNNES Journal of Mathematics Education. 2 (1), 68-69.
Maidiyah, E. 2009. Penerapan CTL dalam Pembelajaran Pendidikan Matematika I Mahasiswa PGSD FKIP Unsyiah. Wacana Kependidikan Jurnal Ilmiah
FKIP Unsyiah.Vol. 10 No. 1.
Marlina. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Self-Efficacy Siswa SMP dengan Menggunakan Pendekatan Diskursif. Jurnal Didaktik
Matematika. ISSN: 2355-4185. 1(1), 44. [Online].
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/ DM/article/download/1337/1218. [19
November 2014].
188
Moma, L. 2014. Peningkatan Self-Efficacy Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Generatif. Cakrawala Pendidikan, Th. XXXIII No 3.
Moyer, P.S, et.al. 2002. What Are Virtual Manipulatives? Teaching Children
Mathematics. 8(6), 372-377.
National Council of Teachers of Mathematics. 2000. Principles and Evaluation
Standard for School Mathematics. Reston, VA : NCTM.
Nita, S. 2011. Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa. Tesis, Program
Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Tidak Diterbitkan.
Nuriadin. I. 2015. Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Program GEOMETER’S
SKETCHAP dalam Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Komunikasi
Matematis Siswa SMP. Jurnal Ilimiah Program Studii Matematika
STKIP Siliwangi. 4(2), 179.
Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Noer, S. 2012. Self-Efficacy Mahasiswa Terhadap Matematika. FKIP Universitas Lampung. ISBN :978-979-16353-8-7.
Pajares, F. 2002. Overview of Social Cognitive Theory and of Self Efficacy. [Online].Tersedia http://www.emory.edu/EDUCATION/mfp/eff.html.
Reimer, K., & Moyer, P. S. (2005). Third graders learn about fractions using virtual manipulatives: A classroom study. Journal of Computers in
Mathematics and ScienceTeaching, 24(1), 5-25.
Riduwan. 2012. Cara Menggunakan dan Memakai Path Analysis. Bandung: Alfabeta.
Rusdi, I. 2008. Penggunaan MAPLE dalam Pembelajaran Matematika, Seminar Nasional Optimaliasi Pembelajaran Matematika, Februari 2008
Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar Kepada Guru Mengembangkan Kompetensinya
Dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung:
Tarsito.
Rusyida.W.R. 2013. Komparasi Model Pembelajaran CTL dan MEA Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Lingkaran. UNNES Journal of
Mathematics Education 2 (1), 6. [Online]. http://journal.unnes.ac.id/sju/
index.php/ujme/article/viewFile/1195/1613. [19 November 2015].
Sadiman, A. 2003. Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan
189
Sanjaya,W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Bandung: Kencana.
Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berfikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan
Matematika Realistik. Disertasi, Program Pascasarjana Univesitas
Pendidikan Indonesia, Bandung, Tidak Diterbitkan.
. 2013. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMA/MA di Kecamatan Simpang ULIM Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Jurnal Pendidikann dan Kebudayaan. 19 (2), 186.
Setiawati, D. 2013. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Antara Pendekatan Contextual Teaching And Learning dan Pembelajaran Konvensional pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Bireuen. Paradikma Jurnal Pendidikan Matematika. 6 (1),12-13.
Sudjana. 2009. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
. 2011. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suharyadi & Purwanto. 2007. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta:Salemba Empat.
Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian, Psikologi, Pendidikan
Ekonomi Bisnis dan Sosial. Jakarta: Buku Seru.
Sumarmo, U. 2006. Pembelajaran Ketrampilan Membaca Matematika pada
Siswa Sekolah Menengah. Bandung: FPMIPA UPI.
Suprijono. A. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Surabaya: Pustaka Pelajar.
Soedjadi,R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dikti Depdiknas.
Soedjana. W. 1986. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
Soeharto, K. 2008. Komunikasi Pembelajaran. Peran dan Keterampilan
190
Tiya, K., Kadir, & Hasminah. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Melalui Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika, 3(2): 149-158.
Trends in International Mathematics and Science Study. (2011). Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS) Result [Online].
Tersedia: http://nces.ed.gov/timss/table1