• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBANTUAN VIRTUAL MANIPULATIVE DI SMP NEGERI 2 RANTAU SELATAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBANTUAN VIRTUAL MANIPULATIVE DI SMP NEGERI 2 RANTAU SELATAN."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBANTUAN VIRTUAL MANIPULATIVE

DI SMP NEGERI 2 RANTAU SELATAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH :

FAUZIAWATI RITONGA NIM : 8136171024

PROGRAM PASCA SARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

Fauziawati Ritonga. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Self-Efficacy Siswa Menggunakan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Berbantuan Virtual Manipulative Di SMP Negeri 2 Rantau Selatan. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah peningkatan kemampuan komunikasi siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran CTL berbantuan virtual manipulative lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran langsung?, (2) apakah peningkatan self-efficacy siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran CTL berbantuan virtual manipulative lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran langsung?, (3) apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan KAM terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis. (4) apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan KAM terhadap peningkatan self-efficacy?, (5) bagaimanakah proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal kemampuan komunikasi matematis pada pembelajaran CTL berbantuan virtual manipulative dan pembelajaran langsung?.

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Rantau Selatan yang berjumlah 240 siswa, dengan mengambil sampel dua kelas berjumlah 60 siswa melalui teknik random sampling. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu ANAVA dua jalur.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa: (1) kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan CTL berbantuan virtual manipulatve lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran langsung, (2) self-eficacy siswa yang diajarkan dengan menggunakan CTL berbantuan virtual manipulative lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran langsung, (3) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (CTL berbantuan virtual manipulative dan pembelajaran langsung) dengan KAM terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis, (4) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (CTL berbantuan virtual manipulative dan pembelajaran langsung) dengan KAM terhadap peningkatan self-efficacy siswa. (5) Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal komunikasi matematika pada pembelajaran CTL berbantuan virtual manipulative lebih baik, lengkap dan penyelesaian benar dibandingkan dengan pembelajaran langsung.

(7)

ii ABSTRAC

FAUZIAWATI RITONGA. Increasing Mathematical Communication Ability and Self-Efficacy Through CTL Approach Helped by Software Vitual Manipulative In Junior School 2 South Of Rantau. Thesis. Medan: Program Master of Mathematic Education University of Negeri Medan, 2015.

This research is aimed to know (1) whether the increasing of student’s mathematical communication ability taught using CTL approach helped by virtual manipulative software is higher than student’s mathematical communication ability taught using direct instruction?, (2) whether the increasing of student’s self-efficacy ability taught using CTL approach helped by virtual manipulative software is higher than student’s self-efficacy taught using direct instruction?, (3) whether there is a significant interaction between learning of mathematics and prior knowledge of students to increase students' mathematical communication ability?, (4) whether there is a significant interaction between learning of mathematics and prior knowledge of students to increase student’s self-efficay?, (5) how to the process of the answers made by students in solving problems of communication mathematical on CTL approach helped by virtual manipulative software and direct instruction?.

This study is a quasi-experimental research. The population in this study were all class VII students junior school 2 south of rantau the totaling 240 students, by taking samples of two classes, totaling 60 students through random sampling technique. The data in this research analysis by use descriptive statistic analysis and parametric statistic analysis namely ANOVA.

The results of this research showed that (1) The increasing of student’s mathematical communication ability taught using CTL approach helped by virtual manipulative software is higher than student’s mathematical communication ability taught using direct instruction, (2) The increasing of student’s self-efficacy taught using CTL approach helped by virtual manipulative software is higher than student’s self-efficacy taught using direct instruction, (3) there was not interaction between models of learning and prior knowledge of students to the increase student’s mathematical communication ability, (4) there was not interaction between models of learning and prior knowledge of students to the increase student’s self-efficacy, (5) the student's answer process in solving problem of mathematicl communication by CTL approach helped by virtual manipulative software is more better, correct and complete than the student's answer process in learning by direct instruction.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya serta sholawat dan salam kita sanjung sajikan khadirat Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabat beliau sekalian. Sehingga tesis saya yang berjudul: "Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Self-Efficacy Siswa Menggunakan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Berbantuan Virtual Manipulative Di SMP Negeri 2 Rantau Selatan” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Sejak mulai dari persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan semangat, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khusunya penulis sampaikan kepada :

1. Ayahanda H. Saibun Ritonga dan Ibunda Hj. Juriani tercinta, serta Kakakku Dewi Ritonga, SE dan Abangku Andi Kardupa Ritonga, SH yang selalu memberikan doa, rasa kasih sayang, perhatian dan dukungan penuh dalam setiap langkah dalam menyelesaikan perkuliahan dan menyelesaikan penulisan Tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. KMs. M. Amin Fauzi, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah memberikan banyak ilmu, bimbingan, arahan, serta motivasi yang sangat bermanfaat dan berharga bagi penulis dalam penyusunan tesis ini sampai dengan selesai. 3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd dan Dr.

Asrin Lubis, M.Pd selaku narasumber yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan dan menjadi motivator dalam penyelesaian proposal tesis ini.

(9)

iv

5. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur dan Asisten Direktur I Program Pascasarjana UNIMED.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna kepada penulis selama menjalani pendidikan.

7. Kepada Bapak H. Aswan Harahap, S.Pd selaku kepala sekolah dan Ibu Lubis, selaku guru mata pelajaran kelas VII SMP Negeri 2 Rantau Selatan serta seluruh dewan guru yang telah memberikan kesepatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Teristimewa kepada Rizka Fahruza Siregar, Kak Oktaviana Nirmala Purba, Imelda Wardhani, Dita Puja Lestari, Agus Junsion Naibaho, Amos Hermanta Tarigan, Boyenes Manurung, Siti Nababan, Dina Maulina Adnani, Kiki Yuliani, Buk Sri Efi Masytati, Della Amrina Yusra, Ka Husna, Ka Triana Sarumpaet, dan rekan-rekan Dikmat A-1 serta juga sahabat seperjuangan angkatan XXII Prodi Matematika yang telah memberikan dorongan, semangat serta bantuan lainnya kepada penulis.

9. Rekan-rekan kos, Rahmayani, Marilna, Septi Devita Sari dan Fitri Handayani yang selalu memberikan semangat bagi penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik atas bantuan dan bimbingan yang diberikan. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis berharap semoga tesis ini dapat memberi sumbangan dalam memperkaya khasanah ilmu dalam bidang pendidikan dan menjadi masukan bagi peneliti lebih lanjut.

Medan, Desember 2015 Penulis

(10)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRAC ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTARISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR DIAGRAM ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 15

1.3 Batasan Masalah ... 16

1.4 Rumusan Masalah ... 16

1.5 Tujuan Penelitian ... 17

1.6 Manfaat Penelitian ... 18

1.7 Definisi Operasional ... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 21

2.1. Kemampuan Komunikas Matematis ... 21

2.2. Pengertian Self-Efficacy ... 24

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Self-Efficacy ... 26

2.4. Pengertian Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) ... 27

2.5. Latar Belakang Filisofis dan Psikologis Pembelajaran ... 30

2.6. Komponen-Komponen Pembelajaran CTL ... 31

2.7. Komputer Sebagai Media Pembelajaran ... 42

2.8. Pengertian Virtual Manipulative ... 44

2.9. Pembelajaran Segiempat dengan Berbantuan Virtual Manipulative ... 45

2.10. Pengertian Pembelajaran Langsung ... 48

2.11. Teori Belajar yang Terkait dengan Pembelajaran CTL ... 51

2.12. Pengertian Kemampuan Awal ... 53

2.13. Proses Jawaban ... 55

2.14. Hasil Penelitian yang Relevan ... 56

2.15. Kerangka Konseptual ... 57

2.15. Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian ... 65

BAB III METODE PENELITIAN ... 67

3.1. Jenis Penelitian ... 67

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 67

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 67

3.4. Variabel Penelitian ... 69

3.5. Desain Penelitian ... 69

(11)

vi

3.6.1. Kemampuan Awal Matematika (KAM) ... 71

3.6.2. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 74

3.6.3. Angket Self-Efficacy ... 75

3.7. Uji Coba Perangkat dan Instrumen Penelitian ... 77

3.7.1. Validasi Ahli Terhadap Perangkat Pembelajaran ... 77

3.7.2. Validasi Ahli Terhadap Instrumen Penelitian ... 78

3.7.3. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 79

3.8. Teknik Analisis Data ... 88

3.9. Prosedur Penelitian ... 97

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 100

4.1. Hasil Penelitian ... 100

4.1.1. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Awal Matematika Siswa 100 4.1.2. Hasil Penelitian Tentang Kemampuan Komunikasi Matematis ... 106

4.1.3. Analisis Hipotesis Penelitian Rumusan Masalah 1 dan 3 ... 124

4.1.4. Hasil Penelitian Self-Efficacy ... 128

4.1.5. Analisis Hipotesis Penelitian Rumusan Masalah 2 dan 4 ... 144

4.1.6. Deskripsi Hasil Kerja Siswa Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 149

4.2. Pembahasan Penelitian ... 162

4.2.1. Faktor Pembelajaran ... 162

4.2.2 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dengan Menggunakan Pembelajaran CTL berbantuan Virtual Manipulative ... 166

4.2.3. Peningkatan Self-Efficacy Siswa dengan Menggunakan Pembelajaran CTL berbantuan Virtual Manipulative ... 168

4.2.4. Interaksi antara Pembelajaran dengan KAM terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 171

4.2.5. Interaksi antara Pembelajaran dengan KAM terhadap Peningkatan Self-Efficacy Siswa ... 173

4.2.6. Proses Penyelesaian Jawaban yang dibuat Siswa dalam Menyelesaikan Soal-Soal Kemampuan Komunikasi Matematis ... 175

4.2.7. Keterbatasan Penelitian ... 177

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 179

5.1. Kesimpulan ... 179

5.2. Implikasi ... 180

5.3. Saran ... 181

(12)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1. Hasil Observasi Angket Self-Efficacy Siswa ... 8

2.1. Sintaks Model Pembelajaran Langsung ... 49

3.1. Rancangan Penelitian ... 69

3.2. Tabel Weinner Tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas, Terikat dan Kontrol ... 70

3.3. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Awal Matematika ... 71

3.4. Kriteria Pengelompokan Kemampua Siswa Berdasarkan KAM .. 73

3.5. Jumlah Siswa Berdasarkan Kategori KAM ... 73

3.6. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 74

3.7. Kriteria Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 75

3.8. Kisi-kisi Angket Self-efficacy ... 76

3.9. Skor Alternatif Jawaban Skala Self-Efficacy ... 76

3.10. Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 77

3.11. Hasil Validasi Tes Kemampuan Awal Matematika ... 78

3.12. Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 78

3.13. Hasil Validasi Angket Self-Efficacy ... 79

3.14. Interprestasi Koefisien Korelasi ... 80

3.15. Hasil Validitas Uji Coba Tes Kemampuan Awal Matematika ... 81

3.16. Hasil Validitas Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 82

3.17. Hasil Validitas Uji Coba Angket Self-Efficacy ... 82

3.18. Interprestasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 84

3.19. Reliabilitas Tes Kemampuan Awal Matematika ... 84

3.20. Reliabilitas TesKemampuan Komunikasi Matematis ... 84

3.21. Reliabilitas Tes Self-Efficacy ... 85

3.22. Klasifikasi Daya Pembeda... 86

3.23. Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Awal Matematika Hasil Uji Coba ... 86

3.24. Daya Pembeda Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Hasil Uji Coba ... 87

3.25. Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 88

3.26. Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Hasil Uji Coba ... 88

3.27. Klasifikasi Gain Ternormalisasi ... 91

3.28. Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis, dan Jenis Uji Statistik yang Digunakan ... 94

3.29. Kriteria Proses Jawaban Siswa ... 96

4.1. Deskripsi Nilai Tes KAM Siswa Tiap Kelas Sampel ... 101

4.2. Deskripsi Pengelompokkan Siswa Berdasarkan KAM ... 102

4.3. Hasil Uji Normalitas Tes Kemampua Awal Matematika Siswa Secara Manual ... 104

4.4. Hasil Uji Normalitas Tes KAM Siswa Secara SPSS 20 ... 105

(13)

viii

4.6. Uji Homogenits Varians Tes Kemampuan Awal Matematika

Siswa Secara SPSS 20 ... 106 4.7. Data Hasil Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 107 4.8. Hasil Uji Normalitas Pretest Komunikasi Matematis Siswa

Secara Manual ... 108 4.9. Hasil Uji Normalitas Pretest Komunikasi Matematis Siswa

Secara SPSS 20 ... 109 4.10. Hasil Uji Homogenitas Pretest Komunikasi Matematis Siswa

Secara Manual ... 110 4.11. Hasil Uji Homogenitas Pretest Komunikasi Matematis Siswa

Secara SPSS 20 ... 111 4.12. Data Hasil Postest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 111 4.13. Hasil Uji Normalitas Postest Komunikasi Matematis Siswa

Secara Manual ... 113 4.14. Hasil Uji Normalitas Postest Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Secara SPSS 20 ... 114 4.15. Hasil Uji Homogenitas Varians Postest Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa Secara Manual ... 115 4.16. Hasil Uji Homogenitas Varians Postest Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa Secara SPSS 20 ... 115 4.17. Rata-Rata N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis

Kelompok Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan KAM ... 116 4.18. Deskripsi Data Untuk Indikator 1 Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 118 4.19. Deskripsi Data Untuk Indikator 2 Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 119 4.20. Deskripsi Data Untuk Indikator 3 Kemampuan Komunikasi

Matematis ... 119 4.21. Hasil Uji Normalitas N-Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Secara Manual ... 121 4.22. Hasil Uji Normalitas N-Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Secara SPSS 20 ... 122 4.23. Hasil Uji Homogenits N-Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Secara Manual ... 123 4.24. Hasil Uji Homogenits N-Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Secara SPSS 20 ... 124 4.25. Uji ANAVA Dua Jalur N-Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa ... 124 4.26. Data Hasil Pretest Self-Efficacy Siswa ... 129 4.27. Hasil Uji Normalitas Pretest Angket Self-Efficacy Siswa Secara

Manual ... 130 4.28. Hasil Uji Normalitas Pretest Angket Self-Efficacy Secara

SPSS 20 ... 131 4.29. Hasil Uji Homogenitas Pretest Angket Self-Efficacy Siswa

Secara Manual ... 132 4.30. Hasil Uji Homogenitas Pretest Angket Self-Efficacy Secara

(14)

ix

4.32. Hasil Uji Normalitas Postest Angket Self-Efficacy Siswa

Secara Manual ... 134 4.33. Hasil Uji Normalitas Postest Angket Self-Efficacy Siswa

Secara SPSS 20 ... 135 4.34. Hasil Uji Homogenitas Postest Angket Self-Efficacy Siswa

Secara Manual ... 136 4.35. Hasil Uji Homogenitas Postest Angket Self-Efficacy Secara

SPSS 20 ... 137 4.36. Rata-Rata N-Gain Self-Efficacy Kelompok Eksperimen dan

Kontrol Berdasarkan KAM ... 138 4.37. Hasil Pretest dan Postest Kemampuan Self-Efficacy Matematis

Berdasarkan Indikator ... 139 4.38. Hasil Uji Normalitas N-Gain Self-Efficacy Siswa Secara

Manual ... 142 4.39. Hasil Uji Normalitas N-Gain Self-Efficacy Siswa Secara

SPSS 20 ... 143 4.40. Hasil Uji Homogenitas N-Gain Self-Efficacy Siswa Secara

Manual ... 144 4.41. Hasil Uji Homogenitas N-Gain Self-Efficacy Siswa Secara

SPSS 20 ... 145 4.42. Uji ANAVA Dua Jalur N-Gain Self-Efficacy Siswa ... 145 4.43. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis ... 148 4.44. Kriteria Penyelesaian Jawaban Siswa Pada Tes Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa Pada Kelas Eksperimen dan

(15)

x

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram 4.1. Rata-Rata Skor Berdasarkan KAM ... 103 Diagram 4.2. Skor Rata-Rata Pretest Kemampuan Komunikasi

Matematis Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol ... 107 Diagram 4.3. Skor Rata-Rata Postest Kemampuan Komunikasi

Matematis Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol ... 112 Diagram 4.4. Rata-Rata N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis

Berdasarkan KAM ... 117 Diagram 4.5. Rata-Rata N-Gain Berdasarkan Indikator Kemampuan

Komunikasi Matematis Ditinjau dari Kesulurhan Siswa .. 120 Diagram 4.7. Skor Rata-Rata Pretest Angket Self-Efficacy Kelompok

Eksperimen dan Kontrol ... 129 Diagram 4.8. Skor Rata-Rata Postest Angket Self-Efficacy Kelompok

Eksperimen dan Kontrol ... 133 Diagram 4.9. Rata-Rata N-Gain Self-Efficacy Siswa Berdasarkan

KAM ... 138 Diagram 4.10. Rata-Rata N-Gain Self-Efficacy Siswa Berdasarkan

(16)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1. Hasil Jawaban Tes Komunikasi Matematis Siswa ... 6 Gambar 2.1. Tampilan Awal Geoboard Virtual Manipulative ... 46 Gambar 2.2. Contoh Pemasangan Karet Pada Geoboard Virtual

Manipulative ... 47 Gambar 2.3. Contoh Pewarnaan Pada Geoboard Virtual

Manipulative ... 47 Gambar 2.4. Hasil Pencarian Rumus Keliling Persegi Panjang

dengan Menggunakan Geoboard Virtual Manipulative 48 Gambar 3.1 Tahap Alur Penelitian ... 99 Gambar 4.6. Interaksi Antara Pembelajaran dengan KAM Terhadap

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis ... 127 Gambar 4.11. Interaksi Antara Pembelajaran dengan KAM Terhadap

Peningkatan Self-Efficacy ... 147 Gambar 4.12a. Proses Penyelesaian Masalah Pada Kelas Eksperimen

Pada Butir Soal 1 ... 151 Gambar 4.12b. Proses Penyelesaian Masalah Pada Kelas Kontrol

Pada Butir Soal 1 ... 151 Gambar 4.13a. Proses Penyelesaian Masalah Pada Kelas Eksperimen

Pada Butir Soal 2 ... 153 Gambar 4.13b. Proses Penyelesaian Masalah Pada Kelas Kontrol

Pada Butir Soal 2 ... 154 Gambar 4.14a. Proses Penyelesaian Masalah Pada Kelas Eksperimen

Pada Butir Soal 3 ... 155 Gambar 4.14b. Proses Penyelesaian Masalah Pada Kelas Kontrol

Pada Butir Soal 3 ... 156 Gambar 4.15a. Proses Penyelesaian Masalah Pada Kelas Eksperimen

Pada Butir Soal 4 ... 157 Gambar 4.15b. Proses Penyelesaian Masalah Pada Kelas Kontrol

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan

Nasional menyebutkan, bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri. Karena itu peranan pendidikan sangatlah penting, sebab pendidikan merupakan lembaga yang berusaha membangun masyarakat dan watak bangsa secara berkesinambungan yaitu membina mental rasio, intelek dan kepribadian dalam rangka membentuk manusia seutuhnya. Hal ini bertujuan untuk menghadapi tantangan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat.

Tantangan perkembangan teknologi informasi menuntut sumber daya

manusia yang handal dan mampu berkompetensi secara global, sehingga

diperlukan keterampilan yang tinggi, pemikiran yang kritis, sistematis, logis,

kreatif dan kemauan kerja yang efektif. Dalam pendidikan banyak sekali ilmu

yang digali untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, salah satunya

adalah ilmu matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Cockroft (dalam

Abdurrahman, 2012: 204) yang mengatakan bahwa:

(18)

2

Nurhadi (2003: 203) mengatakan bahwa “matematika berfungsi

mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan

menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari

melalui materi pengukuran geometri, aljabar dan trigonometri”. Senada dengan itu

Soedjadi (2000: 7) juga menyatakan bahwa “matematika sebagai wahana

pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai tujuan, misalkan

mencerdaskan siswa, tetapi dapat pula untuk membentuk kepribadian siswa serta

mengembangkan keterampilan tertentu”. Pendapat tersebut di atas sejalan dengan

tujuan pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam KTSP 2006.

Tujuan pembelajaran matematika pada kurikulum KTSP menurut

Permendiknas No. 22 (2006: 346) tentang standar isi yaitu:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan tujuan-tujuan di atas terlihat bahwa pentingnya peranan

matematika dalam kehidupan. Karena pentingnya peranan matematika dalam

kehidupan manusia, pemerintah selalu berusaha agar mutu pendidikan matematika

semakin baik. Hal ini terlihat dari berbagai upaya pemerintah seperti

(19)

3

kompetensi guru dan berbagai usaha lainnya yang bertujuan untuk menghasilkan

sumber daya manusia yang cerdas dan berkualitas.

Namun demikian usaha yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan

mutu pendidikan matematika belum menampakkan hasil yang maksimal. Hal ini

dapat dilihat dari hasil laporan TIMSS (2011: 11) menyebutkan bahwa “nilai

rata-rata matematika siswa Indonesia menempati urutan ke-38 dari 45 negara, dan

lebih separuh pelajar kelas II dan kelas III SLTP di Indonesia berada dibawah

standar rata-rata skor Internasional. Data ini semakin menyatakan bahwa mutu

pendidikan matematika dan hasil belajar matematika kita sangat rendah dibanding

dengan negara lain”.

Berdasarkan kondisi tersebut, untuk menghadapi berbagai masalah dan

tantangan perkembangan teknologi informasi yang menuntut sumber daya

manusia yang handal dan mampu berkompetensi secara global, maka dalam

pembelajaran matematika yang harus dimiliki dan ditumbuhkembangkan pada

siswa salah satunya adalah kemampuan komunikasi matematis.

Hal ini sesuai apa yang dirumuskan oleh NCTM (2000: 24) bahwa dalam

pembelajaran matematika seharusnya mengikutsertakan berbagai kesempatan

untuk berkomunikasi sehingga siswa mampu:

1. Menghubungkan benda fisik, gambar dan diagram dengan ide

matematika

2. Memahami dan menjelaskan ide pikiran tentang ide matematika

dan situasi

3. Menghubungkan bahasa sehari-hari kedalam symbol dan bahasa

matematika

4. Menyadari bahwa menyampaikan kembali, mendiskusikan,

(20)

4

Baroody (dalam Ansari, 2012: 4) menjelaskan bahwa ada dua alasan penting, mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa, yaitu:

(1) mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sekedar

alat bantu berpikir ( a tool to aid thinking), matematika tidak

hanya sebagai alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat.

(2) mathematics learning as social activity: artinya matematika sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa. Hal ini merupakan bagian terpenting untuk

mempercepat pemahaman matematika siswa.

Dari beberapa pernyataan di atas, jelaslah bahwa kemampuan komunikasi

matematis sangat penting bagi siswa untuk ditumbuhkembangkan, karena setiap

permasalahan sehari-hari dibutuhkan komunikasi yang baik untuk menemukan

penyelesaiannya. Akan tetapi kenyataannya kemampuan komunikasi matematis

ini kurang mendapatkan perhatian dari para guru untuk ditumbuhkembangkan

pada siswa. Hal ini dikarenakan guru lebih berusaha agar siswa mampu menjawab

soal dengan benar tanpa meminta alasan atas jawaban siswa, ataupun meminta

siswa untuk mengkomunikasikan pemikiran, ide dan gagasannya maupun

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Sehingga mengakibatkan siswa

memiliki kemampuan komunikasi yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh Ansari (2012: 62) menjelaskan bahwa “siswa

Sekolah Menengah Atas di Provinsi Aceh Darussalam rata-rata kurang terampil

didalam berkomunikasi untuk menyampaikann informasi seperti ide dan

mengajukan pertanyaan serta menanggapi pertanyaan/pendapat orang lain”

Hal ini juga diperkuat dari laporan TIMMS (dalam Nita, 2011: 9)

(21)

5

sangat jauh dibawah Negara-negara lain. Sebagai contoh, untuk permasalahan

matematik yang menyangkut kemampuan komunikasi matematik, siswa Indonesia

yang berhasil menjawab benar hanya 5% dan jauh di bawah negara seperti:

Singapura, Korea, Taiwan yang mencapai lebih dari 50%”. Fakta lain yang

menunjukkan kemampuan komunikasi matematis siswa rendah terlihat dari

observasi awal yang dilakukan peneliti tanggal 5 November 2014 pada siswa

SMP Negeri 2 Rantau Selatan , dengan memberikan soal kemampuan komunikasi

matematis. Berikut soal yang diberikan:

“Suatu persegi panjang memiliki panjang sisi empat kali lebar. Jika

luas persegi panjang tersebut 100 cm2, maka hitunglah panjang dan

lebar persegi panjang sebenarnya!”

Dari masalah di atas terlebih dahulu siswa dapat menghubungkan masalah

secara tulisan kedalam pemodelan/ide-ide matematika untuk menyelesaikan

masalah tersebut. Sesuai dengan masalah di atas diketahui panjang sisi empat kali

lebar dan luas persegipanjang 100 cm², dimisalkan lebar (l) = �, panjang (p) = 4 �

dan luas persegipanjang (L)= 100 cm², kemudian diharapkan siswa melalui

pemodelan tersebut dapat memikirkan langkah berikutnya yaitu L = p × l maka

menjadi 100 cm² = 4� × � dan seterusnya sampai menyusun prosedur

penyelesaian yaitu menghitung panjang dan lebar persegi panjang tersebut.

Namun kenyataannya siswa jarang memulai pekerjaannya dengan

menuangkan informasi atau mengubah model matematika sehingga dalam

penyelesaiannya siswa banyak yang tidak mampu melaksanakannya. Berikut

(22)

6

Gambar 1.1. Hasil jawaban Tes Komunikasi Matematis Siswa

Dari jawaban siswa tersebut tampak jelas bahwa siswa belum mengetahui

informasi dari permasalahan sehingga tidak mampu menyelesaikan persoalan

tersebut, selain itu dari segi proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa di atas

dapat disimpulkan sangat kurang baik dan tidak terstuktur. Contoh ini merupakan

salah satu soal yang diujikan kepada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Rantau

Selatan yang memperlihatkan hasil yang tidak maksimal. Dari 30 orang siswa

yang hadir pada saat tes berlangsung, jumlah siswa yang mampu

menginterprestasikan soal dalam bentuk cerita ke dalam ide -ide matematika

dengan benar hanya 10 orang atau 33,3% dari jumlah siswa, menemukan pola

untuk melakukan generalisasi 6 orang atau 20 %, manarik kesimpulan dan

memeriksa kesahihan argument sama sekali tidak ada siswa yang bisa melakukan

hal tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis

siswa di SMP Negeri 2 Rantau Selatan masih rendah.

Selain kemampuan komunikasi matematis, kemampuan pada aspek lain

yang bersifat afektif dan tidak kalah pentingnya untuk ditumbuhkembangkan pada

diri siswa adalah kemampuan self-efficacy. Bandura (1997: 17) mengatakan

bahwa “self-efficacy menjadi sesuatu yang sangat penting karena individu yang

(23)

7

tidak merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan yang penuh dengan

kemampuan dirinya”.

Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Betz dan Hacket

pada tahun 1983 (dalam Arcat, 2013: 4) bahwa “seorang siswa yang memiliki

self-efficacy tinggi akan lebih mudah dan berhasil melampui latihan-latihan matematika yang diberikan kepadanya, sehingga hasil akhir dari pembelajaran

tersebut yang tergambar dalam prestasi akademiknya juga cenderung akan lebih

tinggi”. Maka dari beberapa pernyataan di atas, jelaslah bahwa self-efficacy harus

dikembangkan dalam diri siswa guna sebagai motivasi untuk memperbesar

usahanya dalam mencapai prestasi akademik yang lebih optimal.

Namun faktanya masih banyak siswa yang memiliki self-efficacy yang

rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pajares

(2002: 11) bahwa “self-efficacy yang rendah, pada umunya membuat seorang

siswa akan tampak kurang percaya diri, dan meragukan kemampuan akademisnya

dalam mengerjakan soal-soal matematika yang diberikan kepadanya, sehingga

prestasi akademiknya juga cenderung akan lebih rendah”. Fakta lain yang

memperlihatkan self-efficacy siswa rendah yaitu dilihat dari hasil observasi awal

yang dilakukan peneliti pada tanggal 8 November 2014 dengan memberikan

angket self-efficacy yang berisikan 5 butir penyataan dengan pilihan jawaban

sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS)

kepada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Rantau Selatan yang berjumlah 30 siswa.

(24)

8

Tabel 1.1. Hasil Observasi Angket self-efficacy siswa

NO Pernyataan Banyak siswa yang menjawab

SS S TS STS

1 Saya selalu yakin bisa menyelesaikan soal

matematika yang diberikan guru 5 4 9 12

2 Saya kurang percaya diri ketika guru menyuruh

saya ke depan kelas untuk mengerjakan soal 9 14 3 4

3 Saya akan malas untuk mengerjakan latihan soal

matematika yang diberikan guru karena susah 11 9 6 4

4 Saya biasanya dapat memecahkan setiap masalah

matematika 7 2 12 10

5 Hasil ulangan matematika yang jelek membuat

saya malas untuk belajar 13 8 4 5

Pada pernyataan nomor (1) yang menjawab tidak setuju 9 orang dan sangat

tidak setuju 12 orang, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mereka tidak

memiliki rasa kepercayaan diri untuk mampu menyelesaikan soal matematika,

walaupun matematika tersebut pelajaran yang sulit. Ketidakpercayaan diri tersebut

akan menyebabkan siswa akan benar-benar sulit dalam menyelesaikan soal

matematika. Selanjutnya pada pernyataan nomor (2) terlihatlah sebanyak 23 siswa

yang kurang percaya diri ketika guru menyuruh ke depan kelas untuk

mengerjakan soal. Pada pernyataan nomor (3) sebanyak 20 siswa yang merasa

malas untuk mengerjakan soal matematika yang diberikan guru karena sulit, untuk

pernyataan nomor (4) terlihatlah 22 orang yang tidak bisa memecahkan masalah

matematika. Sedangkan untuk pernyataan nomor (5), sebanyak 21 orang yang

malas belajar matematika jika hasil ulangan yang didapatkan jelek. Hal ini

menunjukkan bahwa self-efficacy siswa masih rendah.

Rendahnya kemampuan komunikasi matematis dan self-effiacy siswa

disebabkan banyak faktor, salah satunya adalah berkaitan dengan proses

pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar guru masih menggunakan

(25)

9

Dalam metode mengajar tradisional, seseorang guru dianggap sebagai sumber ilmu, guru mendonimasi kelas. Guru langsung mengajar matematika, membuktikan semua dalil-dalilnya dan memberikan contoh-contohnya. Sebaliknya murid harus duduk dengan rapi, mendengarkan dengan tenang dan berusaha meniru cara-cara guru membuktikan dalil dan cara mengerjakan soal-soal. Demikianlah suasana belajar dan belajar yang tertib dan tenang. Murid bersifat pasif dan guru bersifat aktif. Murid-murid yang dapat dengan persis mengerjakan soal-soal seperti yang dicontohkan gurunya adalah yang akan mendapatkan nilai yang paling baik. Murid-murid pada umumnya kurang diberikan kesempatan untuk berinisiatif, mencari jawaban sendiri, merumuskan dalil-dalil. Murid-murid pada umumnya diharapkan pada pertanyaan bagaimana menyelesaikan soal bukan kepada mengapa penyelesaiannya

Pada pembelajaran seperti ini guru hanya sekedar penyampai pesan

pengetahuan, sementara siswa cenderung sebagai penerima pengetahuan semata

dengan cara mencatat, meniru, mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru.

Bukti lain diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 12

November 2014 dengan salah satu guru matematika di SMP Negeri 2 Rantau

Selatan perihal metode dan media pembelajaran yang digunakan, Ibu Lubis

mengatakan:

”Saya jelaskan dulu materinya, saya beri contoh soal, kemudian siswa mengerjakan latihan. Medianya biasanya saya gambar saja di papan tulis apa yang perlu digambar, grafik, tabel, segitiga atau bangun ruang. Kalau siswa yang kita suruh menemukan sendiri rumus-rumus itu pasti lama jadinya, lebih bagus waktunya kita pakai mengerjakan latihan. Lagipula siswa kita tidak biasa seperti itu, makin bingung mereka.”

Dari penjelasan di atas terlihatlah bahwa proses pembelajaran yang

terjadi masih bersifat teacher centered (berpusat pada guru), sehingga siswa tidak

mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan kurangnya penggunaan media

pembelajaran berbasis teknologi, hal ini dikarenakan rendahnya tingkat

(26)

10

Menanggapi permasalahan yang timbul dalam pembelajaran matematika di

atas, terutama berkaitan dengan kemampuan komunikasi matematis dan

self-efficacy matematis siswa yang akhirnya menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika, maka perlu bagi guru atau peneliti

memilih suatu pembelajaran yang dapat mengubah paradikma tersebut. Dimana

sutau proses pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan pada siswa

untuk melihat dan mengalami sendiri kegunaan matematika dalam kehidupan

nyata. Oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy matematis

siswa, sehingga akan berdampak positif pada hasil belajar siswa.

Salah satu pendekatan yang berpeluang dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi matematis dan self-efficacy matematis siswa adalah pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL), karena pembelajaran CTL memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya dan melibatkan

siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Hal ini senada dengan Sanjaya

(2006: 255) mengatakan bahwa:

CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Dalam konsep CTL ada hal yang harus dipahami, yaitu (1) CTL

menekankan pada proses keterlibatan siswa, (2) CTL mendorong siswa

menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan

(27)

11

Departemen of Education the National School to Work Office (dalam Trianto, 2009: 104) mengemukakan bahwa:

Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching

and learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan motivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara ataupun tenaga kerja.

Selanjutnya Nurhadi (2003: 13) menyatakan bahwa:

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning,)

adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit semi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri , sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran

kontekstual ini merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan

pada pembelajaran bermakna yaitu proses pembelajaran dibawa ke dalam situasi

nyata, dan lebih menekankan pada proses penemuan dari pengetahuan bukan pada

hasil akhir. Selanjutnya, melalui pembelajaran kontekstual ini diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy siswa,

sehingga diharapkan adanya peningkatan hasil belajar siswa ke arah yang lebih

baik, dan siswa akan terus merasakan manfaatnya. Dengan penggunaan konteks

dalam belajar matematika, tentunya akan memberikan motivasi pada siswa, bahwa

belajar matematika memiliki manfaat dan kegunaan yang sangat besar dalam

kehidupan keseharian mereka. Sehingga pembelajaran CTL diharapkan dapat

sebagai solusi untuk menciptakan paradigma siswa belajar bukan paradigma guru

(28)

12

akhirnya dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy

siswa.

Tentunya akan lebih mudah jika siswa dalam proses menyelesaikan

masalah yang disajikan dibantu dengan media pembelajaran sehingga

mempermudah untuk merepresentasikan gagasannya dalam berbagai cara,

baik tulisan, gambar maupun verbal dan berbagai eksperimen. Seperti yang

diungkapkan Zarlis (dalam Rusdi 2008: 2):

”Para pakar teknologi bidang pendidikan mengatakan bahwa komputer sesuai digunakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Dalam pendidikan, khususnya pembelajaran

matematika komputer berfungsi sebagai alat (tool), tutor dan tutee”.

Hal ini sejalan dengan salah satu dari enam prinsip sekolah matematika

(NCTM, 2000: 24) mengatakan ”teknologi menjadi sesuatu hal yang penting

dalam pembelajaran matematika, karena teknologi sangat berpengaruh dalam

meningkatkan proses pembelajaran matematika”. Dari pernyataan ini menegaskan

bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan hendaknya menggunakan

teknologi. Karena dengan adanya teknologi diharapkan pembelajaran menjadi

interaktif, menarik dan tidak membosankan. Selain itu juga dengan menggunakan

teknologi akan membantu siswa lebih memahami konsep matematika dengan

cepat.

Salah satu media inovatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran adalah

menggunakan software komputer. Ada banyak software komputer yang dapat

diterapkan dalam pembelajaran, sebagi media pembelajaran yang interaktif dan

dinamis. Salah satunya adalah virtual manipulative. Virtual Manipulative adalah

(29)

13

dinamis yang mewakilkan kesempatan dalam membangun pengetahuan dan

pemahaman matematika.

Menurut Durmus (2006: 120) bahwa menggunakan virtual manipulative

dalam mengajar matematika akan membantu siswa belajar:

1. Untuk menghubungkan situasi dunia nyata ke dalam symbol

matematika

2. Untuk bekerja sama secara kooperatif dalam memecahkan masalah

3. Untuk mendiskusikan ide-ide matematika dan konsep

4. Untuk verbalisasi berpikir matematika

5. Untuk membuat presentasi di depan kelompok besar

6. Bahwa ada banyak cara untuk memecahkan masalah

7. Bahwa masalah matematika dapat dilambangkan dengan berbagai

cara

8. Bahwa mereka dapat memecahkan masalah matematika tanpa

hanya mengikuti petunjuk guru.

Hal ini didukung oleh penelitian Zanthy (2013: 178) yang mengatakan

bahwa “siswa yang mengikuti pembelajaran CTL berbantuan virtual manipulative

mengalami peningkatan kemampuan komunikasi matemastis”. Reimer dan

Moyer (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa” siswa kelas 3 SD yang

menggunakan beragam virtual manipulative pecahan selama 2 minggu

menunjukkan peningkatan yang signifikan pada proses pembelajaran

berlangsung”.

Dengan melihat hasil penelitian-penelitian tersebut maka sudah sepatutnya

guru tidak hanya menggunakan komputer sebagai alat untuk mengetik dan

menyimpan data saja, melainkan menjadikan komputer sebagai media

pembelajaran. Karena dengan menggunakan komputer dimungkinkan dapat

meningkatkan kemampuan komuniksai matematis dan self-efficacy siswa terutama

pada bidang matematika yang selama ini sebagian besar siswa menganggap

pelajaran yang paling sulit dan menakutkan disebabkan banyaknya hitungan

(30)

14

Selain faktor pembelajaran, ada faktor lain juga yang dapat mempengaruhi

terhadap kemampuan matematis siswa dan self-efficacy matematis yaitu

kemampuan awal matematika siswa (KAM). Kemampuan awal matematis

merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa agar dapat mengikuti pelajaran

dengan lancar. Hal ini ini sejalan dengan pendapat Hudoyo (1990: 4) menyatakan

bahwa “matematika berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang

tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif, sehingga konsep-konsep

matematika pada jenjang sebelumnya sangat berkaitan dengan pemahaman

konsep matematika pada jenjang selanjutnya”. Ini berarti bahwa pengetahuan

matematika yang dimiliki siswa sebelumnya menjadi dasar pemahaman untuk

mempelajari materi selanjutnya. Namun berdasarkan hasil observasi terhadap

materi yang telah dipelajari sebelumnya, ternyata masih banyak siswa yang

tergolong memiliki kemampuan awal matematika rendah.

Menurut Ruseffendi (1991: 112) “dari sekelompok siswa yang dipilih secara

acak akan selalu dijumpai siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan

rendah, hal ini disebabkan kemampuan siswa menyebar secara distribusi normal”.

Menurut Ruseffendi (1991: 114) “perbedaan kemampuan yang dimiliki siswa

bukan semata-mata merupakan bawaan lahir, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh

lingkungan. Oleh karena itu, pemilihan lingkungan belajar khususnya pendekatan

pembelajaran menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan artinya pemilihan

pendekatan pembelajaran harus dapat memaksimalkan hasil belajar siswa”.

Bagi siswa yang memiliki kemampuan sedang atau rendah, apabila

pendekatan pembelajaran yang digunakan guru menarik, sesuai dengan tingkat

(31)

15

akhirnya dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy

dalam matematika. Sebaliknya bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi

pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap kemampuan komunikasi matematis

dan self-efficacy dalam matematika tidak terlalu besar. Hal ini terjadi karena siswa yang memiliki kemampuan tinggi lebih cepat memahami matematika, karena

mereka sudah terbiasa dengan belajar yang disiplin, bersemangat, dan menantang

walaupun tanpa menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran yang menarik

dan biasa. Oleh sebab itu, kebijakan untuk menerapkan pendekatan pembelajaran

dalam suatu proses pembelajaran di kelas perlu mempertimbangkan perbedaan

kemampuan matematika siswa.

Berdasarkan uraian di atas diduga pembelajaran menggunakan pembelajaran

CTL berbantuan Virtual Manipulative dapat dijadikan salah satu cara untuk

menigkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy siswa. Untuk

menguji dugaan tersebut maka diambil judul ”Peningkatan Kemampuan

Komunikasi Matematis dan Self-Efficacy Siswa Menggunakan Pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbantuan Virtual Manipulative di SMP Negeri 2 Rantau Selatan”.

1.2.Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasikan

beberapa masalah, sebagai berikut:

1. Hasil belajar matematika siswa rendah

2. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.

(32)

16

4. Kurangnya perhatian terhadap pengembangan kemampuan komunikasi

matematis dan self-efficacy.

5. Proses penyelesaian jawaban siswa pada soal-soal kemampuan komunikasi

matematis kurang baik.

6. Kemampuan awal matematika yang dimiliki sebagian siswa untuk

mempelajari matematika tergolong masih rendah.

7. Guru masih menggunakan pembelajaran yang bersifat teacher centered

(berpusat pada guru), sehingga siswa tidak mengkonstruksi sendiri

pengetahuannya.

8. Kurangnya penggunaan media pembelajaran berbasis tekonologi, hal ini

dikarenakan rendahnya penguasaan guru terhadap teknologi

1.3.Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah, maka agar lebih fokus mencapai

tujuan, peneliti membatasi masalah pada peningkatan kemampuan komunikasi

matematis dan self efficacy siswa dengan pembelajaran CTL berbantuan virtual

manipulative dan kemampuan awal serta interakasinya.

1.4. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

diajarkan dengan menggunakan pembelajaran CTL berbantuan virtual

(33)

17

2. Apakah peningkatan self-efficacy siswa yang diajarkan dengan

menggunakan pembelajaran CTL berbantuan virtual manipulative lebih

tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran langsung?

3. Apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa

dengan pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan komunikasi

matematis?

4. Apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa

dengan pembelajaran terhadap peningkatan self-efficacy?

5. Bagaimanakah proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan

soal-soal kemampuan komunikasi matematis pada pembelajaran CTL

berbantuan virtual manipulative dan pembelajaran langsung?

1.5.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis

siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran CTL berbantuan

virtual manipulative lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran langsung

2. Untuk mengetahui apakah peningkatan self-efficacy siswa yang diajarkan

dengan menggunakan pembelajaran CTL berbantuan virtual manipulative

lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan menggunakan

pembelajaran langsung

3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal

matematika siswa dengan pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan

(34)

18

4. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara kemampuan awal

matematika siswa dengan pembelajaran terhadap peningkatan self-efficacy

5. Untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa pada

soal-soal kemampuan komunikasi matematis pada pembelajaran CTL berbantuan

virtual manipulative dan pembelajaran langsung

1.6.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan masukan yang

berarti bagi peneliti, guru, dan siswa. Manfaat dan masukan itu adalah:

1. Untuk Peneliti

Memberi gambaran atau informasi tentang peningkatan kemampuan

komunikasi matematis dan self-efficacy siswa yang mendapat

pembelajaran CTL berbantuan software virtual manipulative

2. Untuk Guru

Memberi alternative model pembelajaran matematika untuk dapat

dikembangkan menjadi lebih baik sehingga dapat dijadikan salah satu

upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

3. Untuk Siswa

Memberi pengalaman baru bagi siswa dan mendorong siswa untuk terlibat

aktif dalam pembelajaran matematika di kelas, sehingga selain dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy siswa,

juga membuat pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna dan

(35)

19

1.7.Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan

dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep dan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa menggunakan

matematika sebagai alat komunikasi (bahasa matematika) secara tertulis, yang

akan dilihat dari aspek: (1) menyatakan situasi atau ide-ide matematika ke dalam gambar, (2) menjelaskan secara tertulis gambar ke dalam ide-ide

matematikadan (3) menjelaskan prosedur penyelesaian

2. Self-efficacy adalah kepercayaan diri seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah serta memutuskan tindakan yang

diperlukan dalam mencapai hasil tertentu dengan indikator sebagai berikut: (1) penghakiman dari kemampuan pribadi, (2) mengatur penguasaan pengetahuan dan keterampilan, (3) disiplin diri, (4) mencapai prestasi, (5) prediksi usaha dan motivasi, (6) hasil pemikiran dan (7) menghasilkan target prestasi

3. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah pembelajaran yang

melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran, dengan kegiatan

pembelajaran berdasarkan tujuh komponen yaitu konstruktivisme, inquiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. 4. Virtual Manipulative adalah alat bantu yang bersifat interaktif, berbasis web

representasi visual dengan objek dinamis yang mewakilkan kesempatan dalam

membangun pengetahuan dan pemahaman matematika

5. Pembelajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang biasa diterapkan

(36)

20

ceramah dan transfer ilmu dari guru ke siswa sebagai aktivitas pembelajarannya.

6. Kemampuan awal matematika adalah pengetahuan dasar yang harus dimiliki

siswa sebelum pembelajaran berlangsung dengan menggunakan seperangkat tes materi prasyarat. Dari hasil tes tersebut maka siswa akan dikelompokkan menjadi siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah.

7. Proses jawaban adalah variasi/alternative jawaban siswa dari tes kemampuan

komunikasi matematis berdasarkan masing-masing indikator kemampuan

(37)

183 BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan. Diperoleh beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan

dengan pembelajaran CTL berbantuan virtual manipulative lebih tinggi

daripada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

diajarkan dengan pembelajaran langsung.

2. Peningkatan self-efficacy siswa yang diajarkan dengan pembelajaran CTL

berbantuan virtual manipulative lebih tinggi daripada peningkatan

self-efficacy siswa yang diajarkan dengan pembelajaran langsung.

3. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan KAM terhadap

peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini juga dapat

diartikan bahwa interaksi antara pembelajaran dan KAM (tinggi, sedang,

rendah) tidak memberikan pengaruh secara bersama-sama yang signifikan

terhadap peningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan KAM terhadap

peningkatan self-efficacy siswa. Hal ini juga dapat diartikan bahwa interaksi

antara pembelajaran dan KAM (tinggi, sedang, rendah) tidak memberikan

pengaruh secara bersama-sama yang signifikan terhadap peningkatkan self-

efficacy siswa.

5. Proses penyelesaian jawaban dalam menyelesaikan masalah kemampuan

(38)

184

manipulative lebih baik/bervariasi dibandingkan dengan proses jawaban siswa pada pembelajaran langsung. Dari ketiga indikator yang diukur,

berdasarkan temuan lapangan terlihat bahwa indikator menjelaskan secara

tertulis gambar kedalam ide-ide matematika siswa masih mengalami

kesulitan.

5.2. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian dapat disampaikan

kemampuan komunikasi dan self-efficacy siswa dengan pembelajaran CTL

berbantuan virtul manipulative lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran

langsung. Pembelajaran dengan CTL berbantuan virtul manipulative sangat efektif

meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy siswa. Dengan

pembelajaran CTL berbantuan virtul manipulative juga membuat siswa berani

mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain, memiliki sikap

demokratis serta menimbulkan rasa senang dalam belajar matematika. Guru

sebagai teman belajar, mediator, fasilitator membawa konsekwensi bagi guru

untuk lebih memahami kelemahan dan kekuatan dari bahan ajar serta karakteristik

kemampuan individual siswa. Jika hal ini dilakukan secara berkesinambungan

akan membawa dampak yang positif terhadap pengetahuan guru dimasa yang

akan datang.

5.3. Saran

Berdasarkan hasil penelitian/temuan, maka berikut ini beberapa saran yang

perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan terhadap

penggunaan pembelajaran CTL berbantuan virtul manipulative dalam proses

(39)

185

1. Proses penggunaan CTL berbantuan virtual manipulative menjadi kendala

bagi siswa karena siswa belum mengenal istilah dan cara pengoperasian

software tersebut. Disarankan guru memberikan mengenalakan terlebih dahulu mengenai virtual manipulative dan cara penggunaannya.

2. Suasana kelas yang agak ribut ketika proses diskusi kelompok membuat

terganggunya aktivitas belajar siswa lainnya. Disarankan guru lebih aktif

berkeliling kelas dan memberikan teguran atau peringatan kepada siswa yang

tidak mengikuti proses pembelajaran dengan serius.

3. Kurang beragamnya soal yang diberikan kepada siswa selama proses

pembelajaran. Disarankan guru untuk memberikan soal yang beragam pada

masing-masing kelompok, kemudian masing-masing kelompok

mempresetenasikan soal tersebut di depan kelas, sehingga seluruh kelompok

dapat memahami bentuk soal yang beragam.

4. Proses pembelajaran terkendala dengan beberapa komputer yang tidak

beroperasi dengan baik. Disarankan guru terlebih dahulu memastikan

masing-masing komputer/laptop yang digunakan agar tidak mengalami kendala

selama pembelajaran.

5. Penelitian ini hanya terbatas pada materi bangun datar. Diharapkan pada

peneliti lainnya untuk mengembangkan pembelajaran virtual manipulative

pada materi lainnya

6. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti berharap pada indikator menjelaskan secara

tertulis gambar kedalam ide-ide matematika perlu adanya suatu usaha latihan

(40)

186

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2012. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Anggraini. D. 2015. Keefektifan Pembelajaran CORE Berbantuan Kartu Kerja Pada Pencapaian Kemampuan Masalah Matematika dan Kepercayaan Diri Siswa Kelas VIII. UNNES Journal of Mathematics Education 4(3), 6. [Online]. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme/article/viewFile/

8497 /5658. [19 November 2015].

Ansari, B.I. 2012. Komunikasi Matematik. Banda Aceh: Yayasan PeNA.

Arcat. 2013. Meningkatkan kemampuan Spasial dan Self-Efficacy Siswa SMP

melalui model kooperatif STAD berbantuan Wingeom. Universitas

Pendidikan Bandung : Bandung.

Arends, I. R. 2008. Learning To Teach. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Arikunto. S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rieneka Cipta.

. 2013. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rieneka Cipta.

Arsyad, A. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Asmin. 2014. Pengukuran dan Penilain Hasil Belajar Dengan Analisis Klasik

dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.

Bandura, A. 1997. Self-Efficacy The Exercise of Control. New jersey:Prentice-Hall,Inc.

Budiningsih, C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Creswell, J. W. 2008. Research Questions and Hypotheses. Chapter Seven.TX: Harcourt Brace.

Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP.

Dewi, N. 2013. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Self Efficacy Mahasiswa Melalui Brain-Based Learning Berbantuan Web.

Prosiding STKIP Siliwangi .1(295). [Online].

http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.idfiles/2014/01/

Prosiding-31-Agustus-2013.pdf. [19 November 2014]

(41)

187

5(1). Retrieved from: [Online]. http://www.tojet.net/articles/5112.htm . [ 7 Maret 2014].

Feist, Jess and Gregory J. Feist. 2008. Theories of Personality. Edisi Keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gafur, A .1989. Disain Instruksional. Surakarta: Tiga Serangkai.

Hadi, S. 2005. Pendidikan Matematika Realistikdan Implementasinya. Banjarmasin : Tulip

Hake, R. 1999. Analyzing Change/Gain Score. [Online].Tersedia :http://www.physic.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf.

[November 2014]

Hu, C. 2006. Use Web-Based Simulation to Learn Trigonometry Curves. [Online]. Tersedia : [ Online].http://www.Cimt.Plymouth.ac.uk/journal/chunhu.pdf. [21 November 2014].

Hudoyo, H. 1990. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud LPTK.

Imas, K dan Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan

Penerapan. Surabaya: Kata Pena.

Johnson, E. 2009. CTL (Contextual Teaching & Learning) Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa Learning.

Kunandar. 2014. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013): Suatu Pendekatan Praktis disertai dengan

Contoh. Ed. Rev. Jakarta: Rajawali Pers.

Lorinda. L. 2013. Keefektifan Model Pembelajaran SAVI Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika. UNNES Journal of Mathematics Education. 2 (1), 68-69.

Maidiyah, E. 2009. Penerapan CTL dalam Pembelajaran Pendidikan Matematika I Mahasiswa PGSD FKIP Unsyiah. Wacana Kependidikan Jurnal Ilmiah

FKIP Unsyiah.Vol. 10 No. 1.

Marlina. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Self-Efficacy Siswa SMP dengan Menggunakan Pendekatan Diskursif. Jurnal Didaktik

Matematika. ISSN: 2355-4185. 1(1), 44. [Online].

http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/ DM/article/download/1337/1218. [19

November 2014].

(42)

188

Moma, L. 2014. Peningkatan Self-Efficacy Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Generatif. Cakrawala Pendidikan, Th. XXXIII No 3.

Moyer, P.S, et.al. 2002. What Are Virtual Manipulatives? Teaching Children

Mathematics. 8(6), 372-377.

National Council of Teachers of Mathematics. 2000. Principles and Evaluation

Standard for School Mathematics. Reston, VA : NCTM.

Nita, S. 2011. Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa. Tesis, Program

Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Tidak Diterbitkan.

Nuriadin. I. 2015. Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Program GEOMETER’S

SKETCHAP dalam Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Komunikasi

Matematis Siswa SMP. Jurnal Ilimiah Program Studii Matematika

STKIP Siliwangi. 4(2), 179.

Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Noer, S. 2012. Self-Efficacy Mahasiswa Terhadap Matematika. FKIP Universitas Lampung. ISBN :978-979-16353-8-7.

Pajares, F. 2002. Overview of Social Cognitive Theory and of Self Efficacy. [Online].Tersedia http://www.emory.edu/EDUCATION/mfp/eff.html.

Reimer, K., & Moyer, P. S. (2005). Third graders learn about fractions using virtual manipulatives: A classroom study. Journal of Computers in

Mathematics and ScienceTeaching, 24(1), 5-25.

Riduwan. 2012. Cara Menggunakan dan Memakai Path Analysis. Bandung: Alfabeta.

Rusdi, I. 2008. Penggunaan MAPLE dalam Pembelajaran Matematika, Seminar Nasional Optimaliasi Pembelajaran Matematika, Februari 2008

Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar Kepada Guru Mengembangkan Kompetensinya

Dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung:

Tarsito.

Rusyida.W.R. 2013. Komparasi Model Pembelajaran CTL dan MEA Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Lingkaran. UNNES Journal of

Mathematics Education 2 (1), 6. [Online]. http://journal.unnes.ac.id/sju/

index.php/ujme/article/viewFile/1195/1613. [19 November 2015].

Sadiman, A. 2003. Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan

(43)

189

Sanjaya,W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Bandung: Kencana.

Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berfikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan

Matematika Realistik. Disertasi, Program Pascasarjana Univesitas

Pendidikan Indonesia, Bandung, Tidak Diterbitkan.

. 2013. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMA/MA di Kecamatan Simpang ULIM Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Jurnal Pendidikann dan Kebudayaan. 19 (2), 186.

Setiawati, D. 2013. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Antara Pendekatan Contextual Teaching And Learning dan Pembelajaran Konvensional pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Bireuen. Paradikma Jurnal Pendidikan Matematika. 6 (1),12-13.

Sudjana. 2009. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

. 2011. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suharyadi & Purwanto. 2007. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta:Salemba Empat.

Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian, Psikologi, Pendidikan

Ekonomi Bisnis dan Sosial. Jakarta: Buku Seru.

Sumarmo, U. 2006. Pembelajaran Ketrampilan Membaca Matematika pada

Siswa Sekolah Menengah. Bandung: FPMIPA UPI.

Suprijono. A. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Surabaya: Pustaka Pelajar.

Soedjadi,R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dikti Depdiknas.

Soedjana. W. 1986. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Soeharto, K. 2008. Komunikasi Pembelajaran. Peran dan Keterampilan

(44)

190

Tiya, K., Kadir, & Hasminah. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Melalui Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika, 3(2): 149-158.

Trends in International Mathematics and Science Study. (2011). Trends in

International Mathematics and Science Study (TIMSS) Result [Online].

Tersedia: http://nces.ed.gov/timss/table1

Gambar

Tabel Rancangan Penelitian ...................................................................
Gambar 1.1.  Hasil jawaban Tes Komunikasi Matematis Siswa
Tabel 1.1. Hasil Observasi Angket  self-efficacy siswa Banyak siswa yang

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada tahun 2011 jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan adalah 3.011 orang yang tersebar di 5 Kecamatan yang ada di Kota Balikpapan. Jenis tenaga

atau muatan listrik yang terjadi di antara kutub positif dan kutub negatif sumber listrik “, misalnya : Accumulator atau AKI. “ Arus listrik adalah besarnya muatan listrik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional kepala madrasah dan profesionalisme guru baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama

Kontrak/surat perjanjian/SPMK/referensi kerja dan pengalaman kerja pada pekerjaan sejenis sesuai LDK, Berita Acara Serah Terima Pekerjaan serta bukti setor pajak PPN

atau merujuk untuk tindakan yang sesuai. 10) Penatalaksanaan ibu postpartum abnormal : sisa plasenta, renjatan. dan infeksi ringan.. 11) Melakukan konseling pada ibu

penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, pemilik segala ilmu yang telah memberikan segala taufik dan hidayah-Nya kepada penulis serta nikmat yang tiada terkira

Praktikum kali ini adalah Penentuan Titik Beku larutan yang mempunyai tujuan untuk menghitung tetapan penurunan titik beku molal pelarut serta menghitung