SMP MUHAMMADIYAH 1 MEDAN T.P. 2013/2014
Oleh :
Inna Sakinah Manik NIM 409321028
Program Studi Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achivement Division (STAD) Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Usaha dan Energi di Kelas VIII Semester I
SMP Muhammadiyah 1 Medan T.P 2013/2014 Inna Sakinah Manik (NIM 409321028)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) dengan menggunakan metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok usaha dan energi kelas VIII semester I SMP Muhammadiyah 1 Medan T.P 2013/2014.
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan populasi seluruh siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Medan yang terdiri dari 7 kelas. Sampel penelitian diambil 2 kelas yang ditentukan dengan teknik cluster random sampling, yaitu kelas VIIIB dengan menggunakan model pembelajaran Student Team Achivement Division (STAD) dengan menggunakan metode eksperimen dan kelas VIIIC dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes yang berbentuk pilihan ganda untuk soal pre-test dan post-test yang dibuat sebanyak 16 soal dan terdiri dari 4 pilihan jawaban dan lembar observasi aktivitas belajar siswa. Untuk menguji hipotesis digunakan uji beda (uji t), setelah uji prasyarat dilakukan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
Dari hasil penelitian diperolah hasil belajar fisika siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) dengan menggunakan metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa di kelas VIII pada materi pokok Usaha dan Energi di semester I SMP Muhammadiyah Swasta Medan T.P.2013/2014 (kelas eksperimen) sebelum diberikan perlakuan rata-rata pretes sebesar 44,391 dan setelah diberikan perlakuan rata-rata postes siswa sebesar 72,115.
Hasil belajar fisika siswa yang diberi pembelajaran dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa di kelas VIII pada materi pokok Usaha dan Energi di semester I SMP Muhammadiyah Swasta Medan T.P.2013/2014 (kelas kontrol) sebelum diberikan perlakuan rata-rata pretes sebesar 37,321 dan setelah diberikan perlakuan rata-rata postes siswa sebesar 61,07.
Ada pengaruh dengan model pembelajaran yang digunakan terhadap hasil belajar siswa dengan thitung > ttabel = 2,497 > 2,00 pada taraf signifikansi α = 0,05.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD 20
Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan 21
Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok 22
Tabel 2.4 Hasil Penelitian Terdahulu 25
Tabel 3.1 Tabel Spesifikasi Test Hasil Belajar 45
Tabel 3.2 Pretest-posttest Control Group Design 46
Tabel 4.1 Data Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Pretes Kelas Kontrol 58
Tabel 4.2 Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku 59
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Kedua Kelompok Sampel 59
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Data Kedua Kelompok Sampel 60
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas
Eksperimen 61
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 62
Tabel 4.7 Data nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol 64
Tabel 4.8 Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku 65
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Data Kedua Kelompok Sampel 65
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Data Kedua Kelompok Sampel 66
Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Kemampuan
Pretes 66
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Tahap Pembelajaran Cooperatif tipe STAD 19
Gambar 2.2 Energi mekanik terdapat pada air terjun 31
Gambar 2.3 Energi bunyi 32
Gambar 2.4 Energi kalor 32
Gambar 2.5 Energi Potensial Pada Batu bata 34
Gambar 2.6 Energi potensial elastis pada ketapel dan busur panah 34
Gambar 2.7 Manakah yang akan membenamkan paku lebih ke dalam,
batu bata (a) atau batu bata (b) 35
Gambar 2.8 Konversi energi gerak menjadi energi kalor dan menjadi
energi bunyi 36
Gambar 2.9 Konversi energi kimia menjadi energi listrik 36
Gambar 2.10 Diagram konversi energi 37
Gambar 2.11 Berbagai converter energi 37
Gambar 2.12 Ilustrasi hukum kekekalan energi 38
Gambar 2.13 Pengertian usaha menurut fisika 39
Gambar 2.14 Gaya F dan perpindahan searah gaya s 40
Gambar 2.15 Usaha oleh gaya F yang searah dengan perpindahan s
selalu bernilai positif 40
Gambar 2.16 Usaha oleh gaya F yang berlawanan arah dengan
perpindahan s selalu bernilai negatif 40
Gambar 2.17 Dua orang mendorong mobil kearah kanan 41
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian 48
Gambar 4.1 Diagram perbandingan nilai pretes kelas eksperimen
dan kelas kontrol 58
Gambar 4.2 Diagram perbandingan nilai postes kelas eksperimen
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) yang ada di dalamnya. Untuk menghasilkan SDM yang
berkualitas, maka setiap bangsa harus membenahi sector pendidikan dengan
sungguh-sungguh. Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu masalah
nasional yang sedang dihadapi dan mendapat perhatian penting di Indonesia saat
ini. Masalah tersebut berhubungan dengan masalah lainnya yakni masalah mutu,
efisiensi penyampaian dan relevansi pendidikan.
Hamalik (2001 : 79) mengatakan bahwa Pendidikan adalah suatu proses
dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin
terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan
dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam
kehidupan masyarakat. Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk
mencerdaskan bangsa dan merupakan suatu kunci pokok untuk mencapai cita-cita
suatu bangsa. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
berkembang dengan perkambangan zaman sehingga sulit diikuti oleh
Negara-negara yang sedang berkembang. Pendidikan menduduki masalah yang sangat
penting dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan sumber daya
manusia. Salah satu cara untuk meningkat kualitas sumber daya manusia adalah
dengan meningkatkan mutu pendidikan sebagai sasaran dalam pencerdasan
sumber daya manusia.
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan agar diperoleh peningkatan
hasil belajar siswa sangat ditentukan oleh berbagai factor atau komponen
diantaranya: guru, siswa, kurikulum, metode, sarana dan prasarana, serta
lingkungan sekolah. Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan
dalam pencapaian kualitas terbaik sumber daya manusia karena cukup disadari
bahwa kemajuan masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikan. Guru
merupakan salah satu unsur dalam proses pembelajaran karena walaupun
kurikulum disajikan secara sempurna, sarana dan prasarana terpenuhi dengan
baik, apabila guru belum berkualitas maka proses pembelajaran belum dikatakan
baik. Guru mempunyai tanggung jawab dalam keberhasilan siswa dalam
menerima pelajaran yang di sampaikan terkait dengan kualitas ilmu yang
diberikan oleh seorang guru serta proses belajar siswa diharapkan meningkat.
Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. Sains
sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk
melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala
alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotestis,
merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya
menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains
ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.
Sains yang mempelajari fenomena alam dapat dikembangkan melalui
pengamatan langsung untuk mencari hubungan sebab akibat dari apa yang
diamati.
Bidang studi sains Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) merupakan objek mata pelajaran yang menarik dan lebih banyak
memerlukan pemahaman daripada penghafalan, pengetahuan tentang Fisika yang
dilakukan melalui kegiatan belajar akan menjadi landasan penguasaan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), dan pendidikan dari tingkat bawah ke
tingkat berikutnya. Pembelajaran sains Fisika sering dipandang sebagai suatu ilmu
yang abstrak yang disajikan dalam bentuk teori yang kurang menarik dan terkesan
sulit, menganggap bahwa Fisika itu begitu susah dipahami dan dikuasai.
Pembelajaran Fisika mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi siswa agar memiliki pandangan yang lebih luas dan mempunyai sikap
menghargai kegunaan Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam dan
Teknologi (IPTEK).
Dari hasil observasi dengan menggunakan instrumen angket yang
disebarkan pada 76 orang siswa dilanjutkan dengan wawancara pada beberapa
40,79% diantaranya menyatakan bahwa mata pelajaran Fisika adalah mata
pelajaran yang sulit dan kurang menarik, sehingga nilai hasil belajar siswa
rata-rata dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 70). Alasan siswa
menyatakan mata pelajaran Fisika itu sulit dan kurang menyenangkan karena
dalam belajar Fisika siswa sering mencatat, mengerjakan soal-soal yang
belum dimengerti. Siswa juga menyatakan belum eksperimen meski
disekolah tersebut tersedia Laboratorium.
48,68% siswa menyatakan biasa saja (tidak ada bedanya dengan mata
pelajaran yang lain). Akan tetapi nilai hasil belajar yang mereka peroleh
masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditentukan. Alas an
siswa menyatakan sama saja dengan mata pelajaran yang lain karena terlalu
sering mencatat dan tidak pernah eksperimen.
10,53% lainnya menyatakan bahwa mata pelajaran Fisika itu mata pelajaran
yang mudah dan menyenangkan. Dalam hal ini nilai yang mereka peroleh
juga telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal. Dan rata-rata alasan siswa
menyatakan mata pelajaran Fisika itu mudah dan menyenangkan karena guru
yang ramah dan bersahabat.
Dari 76 orang siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Medan nilai-nilai
yang mereka peroleh pada saat ulangan harian yaitu: ada 35 orang yang
menyatakan mendapat nilai diatas 70 dan 41 siswa menyatakan mendapat nilai
dibawah 70. Dari keterangan tersebut dapat dilihat terdapat 35 siswa (46,05%)
dari 76 siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal, dan 41 siswa
(53,95%) lainnya belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal.
Setelah ditelusuri hal ini terjadi karena guru kurang melibatkan siswa
berperan aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran, serta kurang dalam
pengelolaan siswa di dalam kelas, seperti yang peneliti amati pada suatu kelas saat
sedang belajar. Ketika guru sedang menjelaskan pelajaran, siswa malah ribut dan
asik bercerita. Kemudian karena kuragnya kontrol terhadap siswa saat sedang
belajar. Dari hasil observasi juga didapat data bahwa saat mereka mempelajari
suatu materi mengenai Fisika, mereka kesulitan untuk memahami pelajaran
Model yang tepat dalam mengajarkan Fisika akan membantu siswa lebih
memahami dan menikmati pelajaran ini. Model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe dari
model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dimana siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok secara heterogen. Anggota-anggota tim
menggunakan alat belajar lain untuk menguasai berbagai materi akademis dan
kemudian saling membantu untuk mempelajari berbagai materi melalui tutoring,
saling memberikan kuis, atau melaksanakan diskusi tim. Tipe ini merupakan salah
satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara
siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Jadi, selain belajar dari guru
dalam model pembelajaran ini menuntut siswa mampu menumbuhkan
kemampuan kerja sama, berfikir kritis, teliti dan bertanggung jawab untuk
pembelajaran mereka sendiri. Yenita, Efri (2012) yang melakukan penelitian
sebelumnya terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD, diperolah hasil rata-rata
sebesar 48,95, sedangkan pada model konvensional diperoleh hasil belajar
rata-rata sebesar 38,67.
Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang akan dilakukan
dengan menggunakan metode eksperimen. Penyampaian materi pelajaran Fisika
akan sangat efektif bila didukung dengan memberikan kegiatan eksperimen karena siswa dihadapkan pada “situasi nyata” sehingga akan menarik minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan. Selain itu, pemberian
kegiatan eksperimen ini akan lebih mudah dicerna dan diingat oleh siswa sehingga
akan memberi kesan yang lebih lama.
Penggunaan metode praktikum sudah pernah diteliti oleh Lija P Simamora
(2007 : 33) yang menyatakan bahwa dari hasil pemberian pre-tes diperoleh skor
rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen adalah 6,55 dan dari hasil pemberian
pre-tes diperoleh skor rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol adalah 6,70.
Sedangkan dari hasil pemberian post-tes diperoleh skor rata-rata hasil belajar
dan dari hasil pemberian post-tes diperoleh skor rata-rata hasil belajar siswa kelas
kontrol dengan menggunakan metode konvensional adalah 14,27. Penelitian
selanjutnya yang dilakukan oleh Kristina Magdalena Sijabat (2007) : “bahwa hasil
belajar siswa dapat meningkat dengan memberikan kegiatan eksperimen terlihat
dari rata-rata skor post test dari kelas eksperimen 6,85 dan kelas control adalah
4,18. Dilanjutkan lagi M. Ridho Fadly Alfarizi (2012 : 40) yang menyatakan bahwa “rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan metode praktikum adalah 70,9, sedangkan rata-rata hasil belajar siswa
pada kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan metode konvensional adalah
61,3. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kegiatan praktikum ini memiliki
pengaruh yang cukup besar dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Peneliti akan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
materi pokok usaha dan energi. Kenyataan yang penulis temukan pada saat PPL
masih banyak siswa yang kurang memahami bagaimana hubungan antara usaha,
energi, dan daya. Hal ini dikarenakan tidak adanya praktikum yang dilakukan di
kelas tersebut.
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka peneliti berkeinginan
melakukan penelitian yang berjudul: Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Usaha dan Energi di Kelas VIII Semester I SMP Muhammadiyah 1 Medan T.P. 2013/2014.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi masalah-masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Minat dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran fisika masih rendah.
2. Pengelolaan terhadap siswa di kelas yang belum optimal.
3. Penggunaan metode mengajar yang kurang bervariasi.
4. Kurangnya pemberian kegiatan eksperimen.
5. Kurang aktifnya guru dalam menggunakan model pembelajaran yang
6. Kurangnya dalam pemanfaatan laboratorium
7. Kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung
1.3 Batasan Masalah
Untuk memberi ruang lingkup yang jelas dalam pembahasan maka perlu
dilakukan pembatasan masalah, adapun batasan masalah dalam penelitian ini
antara lain:
1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1
Medan tahun ajaran 2013/2014.
2. Model pembelajaran yang diberikan kepada siswa dibatasi terhadap model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan metode
eksperimen pada materi pokok usaha dan energi.
3. Hasil belajar siswa dibatasi pada hasil belajar Fisika materi usaha dan
energi dan satuan sesuai dengan KTSP.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana hasil belajar siswa pada materi pokok usaha dan energi selama
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
menggunakan metode eksperimen dan model pembelajaran konvensional.
2. Bagaimana aktivitas siswa selama menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan menggunakan metode eksperimen dan
model pembelajaran konvensional.
3. Apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
menggunakan metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi pokok usaha dan energi
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
menggunakan metode eksperimen dan model pembelajaran konvensional.
2. Untuk mengetahui aktivitas siswa pada materi pokok usaha dan energi
kelas VIII SMP Muhammdiyah 1 Medan tahun ajaran 2013/2014 selama
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
menggunakan metode eksperimen dan model pembelajaran konvensional.
3. Untuk mengetahui perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan menggunakan metode eksperimen dan model pembelajaran
konvensional terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok usaha dan
energi kelas VIII SMP Muhammdiyah 1 Medan tahun ajaran 2013/2014.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
sebagai berikut:
1. Sebagai bahan informasi alternatif model pembelajaran dalam peningkatan
hasil belajar siswa khususnya nilai pelajaran fisika.
2. Agar siswa lebih menguasai pelajaran fisika karena siswa dapat
mengkonstruksikan konsep yang diterima di dalam kelas berdasarkan
pengalaman sendiri dari hasil eksperimen.
3. Sebagai masukan dan bekal ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam
mengajar fisika dimasa yang akan datang.
1.7 Defenisi Operasional
1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Division) merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang lebih
menekankan pada kegiatan belajar kelompok, dimana siswa secara aktif
melakukan diskusi, kerja sama, saling membantu, dan semua anggota
kelompok mempunyai peranan serta tanggung jawab untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan
2. Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri
sesuatu pertanyaan yang dipelajari.
3. Hasil Belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah adanya
interaksi antara siswa dan guru melalui kegiatan belajar yang dapat di ukur
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan dari data-data hasil
penelitian, sistematika sajiannya dilakukan dengan memperhatikan tujuan
penelitian yang telah dirumuskan. Berikut beberapa kesimpulan yang diperoleh
antara lain:
1. Aktivitas belajar siswa selama menggunakan model pembelajaran Student
Team Achievement Division (STAD) menggunakan metde eksperimen
mengalami peningkatan, pada pertemuan I 70,43 dan pada pertemuan II
75,08 dengan rata-rata nilai keseluruhan 72,76.
2. Aktivitas belajar siswa selama menggunakan model pembelajaran
konvensional pada pertemuan I 58,30 dan pada pertemuan II 61,07
dengan rata-rata nilai keseluruhan 59,69.
3. Hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran
Student Team Achievement Division (STAD) dengan menggunakan metode
eksperimen terhadap hasil belajar siswa di kelas VIII pada materi pokok
Usaha dan Energi di semester I SMP Muhammadiyah Swasta Medan
T.P.2013/2014 (kelas eksperimen) sebelum diberikan perlakuan rata-rata
pretes sebesar 44,391 dan setelah diberikan perlakuan rata-rata postes
siswa sebesar 72,115.
4. Hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan pembelajaran
konvensional terhadap hasil belajar siswa di kelas VIII pada materi pokok
Usaha dan Energi di semester I SMP Muhammadiyah Swasta Medan
T.P.2013/2014 (kelas kontrol) sebelum diberikan perlakuan rata-rata pretes
sebesar 37,321 dan setelah diberikan perlakuan rata-rata postes siswa
sebesar 61,07.
5. Ada pengaruh dengan model pembelajaran yang digunakan terhadap hasil
belajar siswa dengan thitung > ttabel = 2,497 > 2,00 pada taraf signifikansi
α = 0,05.
5.2 Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka sebagai tindak
lanjut dari penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Agar memberikan tugas kepada siswa, dengan taksonomi C3, C4, dan C5
dalam bentuk LKS.
2. Terlebih dahulu melakukan observasi alat peraga sebelum melaksanakan
model pembelajaran.
3. Guru harus membiasakan siswa berdiskusi dalam membahas
pekerjaan-pekerjaan sekolah agar siswa tidak ribut.
4. Perlunya pengawasan dari guru bidang studi selama proses pembelajaran
berlangsung, agar siswa lebih menghargai guru penggantinya (peneliti)
dan mau lebih serius untuk belajar.
5. Bagi peneliti lanjutan dianjurkan untuk melakukan observasi sebelum
melaksanakan penelitian agar mengetahui kondisi sekolah baik dalam
RIWAYAT HIDUP
Inna Sakinah Manik dilahirkan di Desa Kecupak II, Kec.
Pergetteng-Getteng Sengkut (PGGS), Kab. Pakpak Bharat, pada tanggal 25 Desember 1992.
Ayah bernama Mitong Manik dan Ibu bernama Nurhani Berutu dan merupakan
anak pertama dari enam bersaudara. Pada tahun 1997, penulis masuk MIN
Kecupak, dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003, penulis melanjutkan
sekolah di MTsN Sidikalang dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis
melanjutkan sekolah di MAN Sidikalang dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun
2009, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan lulus pada tanggal 17