• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI BILANGAN PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS VII SMP SWASTA AL-AZHAR ACEH TENGGARA T.A 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI BILANGAN PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS VII SMP SWASTA AL-AZHAR ACEH TENGGARA T.A 2015/2016."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI BILANGAN PECAHAN MELALUI

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS VII SMP SWASTA Al-AZHAR ACEH

TENGGARA T.A 2015/2016

Oleh:

Mita Sri Utami NIM 4112111013

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

Mita Sri Utami dilahirkan di Kampung Baru pada tanggal 08 Februari 1993. Ibu bernama Sena Wati dan Ayah bernama Bama Bangko, dan saya anak kedua dari tiga bersaudara. Pada tahun 1999, penulis masuk SD Negeri 1 Kutacane, dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis melanjutkan

(4)

iii

Upaya meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada Materi Bilangan Pecahan Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah

Pada Siswa Kelas VII SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara T.A 2015/2016

Mita Sri Utami (NIM 4112111013) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi Bilangan Pecahan di kelas VII SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan dan pada siklus II terdiri dari 3 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP Swasta Al-Azhar Aceh tenggara yang berjumlah 25 orang. Objek peneliti ini adalah pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah yang berbentuk uraian yaitu tes awal sebanyak 3 soal. Tes kemampuan pemecahan masalah siklus I sebanyak 4 soal dan tes kemampuan pemecahan masalah siklus II terdiri dari 4 soal.

Berdasarkan hasil analisis data setelah pemberian tindakan diperoleh pada siklus I terdapat 10 orang siswa (53.33%) yang memperoleh kategori kemampuan pemecahan masalah sedang atau mencapai ketuntasan belajar dengan rata-rata kelas 55,30. Pada siklus II diperoleh 23 orang siswa (92%) yang memperoleh kategori kemampuan pemecahan masalah tinggi (mencapai ketuntasan belajar) dengan rata-rata kelas 79,70. Dari siklus I ke siklus II diperoleh peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu sebanyak 13 orang siswa (52%). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer, diperoleh pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru pada siklus I dapat dikatakan termasuk kategori sedang. Pada siklus II, tingkat kemampuan peneliti mengelola pembelajaran termasuk kategori baik.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada Materi Bilangan Pecahan Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada

Siswa Kelas VII SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara T.A 2015/2016”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan Ibu Dra. Ida Karnasih, M.Sc, ED., Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, Bapak Dr. Abil Mansyur, M.Si, dan Bapak Dr. W. Rajagukguk, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai perencanaan penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam perkuliahan. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd., selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku ketua jurusan Matematika FMIPA UNIMED dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku sekretaris jurusan Matematika FMIPA UNIMED serta Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku ketua Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNIMED dan seluruh Bapak, Ibu

Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu dan memberikan kelancaran selama penyusunan skripsi ini.

(6)

v

siswa – siswi kelas VIIA yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Suami saya tersayang dan tercinta the great husband Tgk. Muhajirin, S.Pd.I. Ayahanda tersayang dan tercinta the great Father Bama Bangko,S.Pd. Ibunda tersayang dan tercinta the strong Mom Sena Wati, dan suami, ayah dan mama yang telah begitu

banyak memberikan kasih sayang, do’a, motivasi dan semangat, serta dukungan moral dan material yang tak ternilai harganya. Serta kepada kakak, adik dan keponakan tersayang dan tercinta Hesti Asmika, S.Pd, Anugrah Bangko dan Rezeky Naufal, yang begitu banyak memberikan do’a dan motivasi, semangat serta dukungan moral kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UNIMED.

Ucapan terima kasih juga kepada sahabat seperjuangan yang selalu memberi semangat dan dukungan yaitu my beloved Fauzatunnisa Alpadlah, Fuji Yanti Lestari, Rina Alga Sari, Adri Povi Sari, Poppy Indra Wati, Iin Sundari, Hany Fitri Damayanti, Chairina Aulia, Nisma Ariyati, dan teman–teman sekelas Dik C Matematika 2011 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa mendukung dan menemani penulis dalam suka maupun duka. Terima kasih juga kepada Ibu, kakak dan adik kontrakan 39B termanis Nurhayati, Aguspa, Imamah, Sulis, Fhadillah Arishandy yang selalu mensupport.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.

Medan, Desember 2015 Penulis,

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Daftar Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 9

1.3. Pembatasan Masalah 9

1.4. Rumusan Masalah 10

1.5. Tujuan Penelitian 10

1.6. Manfaat Penelitian 10

1.7. Defenisi Operasional 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12

2.1. Masalah dalam Matematika 12

2.1.1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 13

2.1.2. Model Pembelajaran 17

2.1.3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah 18 2.1.3.1. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran 21 2.1.3.2. Langkah-Langkah Dalam Proses Pembelajaran

Berbasis Masalah 22

2.1.3.3. Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Dalam Pembelajaran Matematika 24 2.1.4. Materi Pelajaran Bilangan Pecahan 28 2.1.4.1. Bentuk-Bentuk Bilangan Pecahan 29 2.1.4.2. Mengubah Suatu Bentuk Pecahan ke Bentuk

Pecahan Yang lain 32

2.1.4.3. Operasi Bilangan Pecahan 34

2.2. Hasil Penelitian yang Relevan 36

2.3. Kerangka Konseptual 36

2.4. Hipotesis Tindakan 38

BAB III METODE PENELITIAN 39

3.1. Jenis Penelitian 39

(8)

vii

3.3 Subjek dan Objek Penelitian 39

3.3.1. Subjek Penelitian 39

3.3.2. Objek Penelitian 39

3.4. Mekanisme dan Rancangan Penelitian 39 3.5. Instrumen dan TeknikPengumpulan Data 44

3.6. Teknik Analisis Data 46

3.6.1. Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah 46

3.6.2. Paparan Data 48

3.6.3. Penarikan Kesimpulan 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 50

4.1. Hasil Penelitian 50

4.1.1. Siklus I 50

4.1.1.1. Hasil Tes Kemampuan Awal 50

4.1.1.2. Alternatif Pemecahan I (Rencana Tindakan I) 51

4.1.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 52

4.1.1.4. Hasil Observasi 53

4.1.1.5. Analisis Data I 57

4.1.1.5.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika I 57

4.1.1.6. Refleksi Siklus I 63

4.1.1.7. Simpulan 65

4.1.2. Siklus II 66

4.1.2.1. Permasalahan II 66

4.1.2.2. Alternatif Pemecahan II (Rencana Tindakan II) 66

4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan II 67

4.1.2.4. Hasil Observasi II 69

4.1.2.5. Analisis Data II 73

4.1.2.5.1. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika II 73

4.1.2.6. Refleksi II 77

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 82

5.1. Kesimpulan 82

5.2. Saran 83

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Fase Model Pembelajaran Berbasis Masalah 23 Tabel 3.2. Pedoman Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 46 Tabel 4.1. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Awal 51 Tabel 4.2. Deskripsi Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 53 Tabel 4.3. Deskripsi Hasil Observasi Siswa dalam melaksanakan

Pembelajaran Siklus I 56

Tabel 4.4. Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siklus I 58 Tabel 4.5. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan

Pemecahan Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siklus I 58 Tabel 4.6. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan

Pemecahan Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siklus I 58 Tabel 4.7. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali

pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siklus I 60

Tabel 4.8. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siklus I 60 Tabel 4.9. Analisa Data Letak Kesulitan Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah I pada Aspek/Langkah Memahami Masalah 61 Tabel 4.10. Deskripsi Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 69 Tabel 4.11. Deskripsi Hasil Observasi Siswa dalam melaksanakan

Pembelajaran Siklus II 72

Tabel 4.12. Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siklus II 74 Tabel 4.13. Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan

Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

(10)

ix

Tabel 4.14. Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siklus II 75

Tabel 4.15. Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siklus II 75 Tabel 4.16. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Skema Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 86

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 91

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus I) 97

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus II) 104

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus II) 110

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus II) 115

Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa I 121

Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa II 124

Lampiran 9 Lembar Aktivitas Siswa III 127

Lampiran 10 Lembar Aktivitas Siswa IV 130

Lampiran 11 Lembar Aktivitas Siswa V 131

Lampiran 12 Lembar Aktivitas Siswa VI 132

Lampiran 13 Lembar Validasi Tes Kemampuan Awal 133

Lampiran 14 Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal 135

Lampiran 15 Tes Kemampuan Awal 136

Lampiran 16 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Awal 138

Lampiran 17 Lembar Validasi tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika I 140

Lampiran 18 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 142

(13)

xii

Lampiran 20 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 146

Lampiran 21 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 149

Lampiran 22 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 151

Lampiran 23 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II( TKPM II) 152

Lampiran 24 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah II 154

Lampiran 25 Pedoman Penskoran TKPM 157

Lampiran 26 Lembar Observasi Guru I Siklus I 158 Lampiran 27 Lembar Observasi Guru II Siklus I 160 Lampiran 28 Lembar Observasi Guru III Siklus I 162 Lampiran 29 Lembar Observasi Siswa I Siklus I 164 Lampiran 30 Lembar Observasi Siswa II Siklus I 165 Lampiran 31 Lembar Observasi Siswa III Siklus I 166 Lampiran 32 Lembar Observasi Guru I Siklus II 167 Lampiran 33 Lembar Observasi Guru II Siklus II 169 Lampiran 34 Lembar Observasi Guru III Siklus II 171 Lampiran 35 Lembar Observasi Siswa I Siklus II 173 Lampiran 36 Lembar Observasi Siswa II Siklus II 174

Lampiran 37 Lembar Observasi Siswa III Siklus II 175

Lampiran 38 Hasil Wawancara 176

Lampiran 39 Tabulasi Nilai Tes Awal Berdasarkan Indikator

Kemampuan Pemecahan Masalah 179

Lampiran 40 Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I

(14)

xiii

Lampiran 41 Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II

Berdasarkan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah 183

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau

perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih banyak dibandingkan pelajaran lain. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SMA dan bahkan juga di Perguruan Tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika salah satunya menurut Cockroft dalam Abdurrahman (2003:253) mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena:

(1) selalu digunakan dalam segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Berbagai alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa pada hakikatnya dapat diringkaskan karena masalah kehidupan sehari-hari. Menurut Liebeck (dalam Abdurrahman, 2003:253) “ada dua macam hasil belajar matematika yang harus dikuasai oleh siswa, perhitungan matematis (mathematics calculation) dan penalaran matematis (mathematics reasoning)”. Berdasarkan hasil belajar matematika semacam itu maka Lerner (dalam Abdurrahman 2003:253) megemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga elemen “(1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah”.

(16)

2

Penguasaan terhadap bidang studi matematika merupakan suatu keharusan, sebab matematika sebagai pintu masuk menguasai sains dan teknologi yang berkembang pesat. Dengan belajar matematika orang dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara matematis, logis, kritis dan kreatif yang sungguh dibutuhkan dalam kehidupan. Oleh sebab itu matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang perlu diajarkan di sekolah karena penggunaannya yang luas pada

aspek kehidupan. Menurut Sumarno (2012) mengemukakan bahwa:

Dalam pelaksanaan tugas pembelajaran, seorang pendidik tidak hanya berkewajiban menyajikan materi pembelajaran dan mengevaluasi pekerjaan siswa, akan tetapi bertanggung jawab terhadap pendekatan bukan saja melalui pendekatan instruksional, akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi (personal approach) dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung.

Guru dituntut untuk mendorong siswa belajar secara aktif dan dapat

meningkatkan pemecahan masalah matematika yang merupakan faktor penting dalam matematika. Slameto (2003:94) mengemukakan bahwa:

Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberikan kebebasan kepada siswa, untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri. Pemecahan masalah mempunyai fungsi penting dalam kegiatan belajar mengajar matematika. Melalui pemecahan masalah matematika siswa dapat berlatih dan mengintegrasikan konsep – konsep, teorema-teorema dan keterampilan yang telah dipelajari. Hal ini akan menimbulkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang akan dikerjakannya, dan kepercayaan kepada diri sendiri, sehingga siswa tidak selalu menggantungkan diri pada orang lain.

Selain itu, menurut Slameto (2003:36) juga megemukakan bahwa:

(17)

3

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika secara tidak langsung sangat mempengaruhi kehidupan setiap orang di masa yang akan datang. Di bagian lain, dikatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola keteraturan dan urutan yang logis. Menemukan atau mengungkapkan keteraturan dan kemudian memberikan arti merupakan makna dari mengerjakan matematika. Jadi semakin sering belajar matematika, maka akan

semakin sering pula berpikir secara logis, dan hal ini akan membantu kita untuk menghadapi kejadian-kejadian dalam hidup dengan pikiran yang logis pula.

Dalam kegiatan belajar mengajar sering ditemukan siswa yang tidak mau bertanya kepada guru, walaupun sebenarnya siswa tersebut belum paham pada materi yang diajarkan guru, proses pembelajaran yang kurang mendukung siswa untuk aktif dalam menyelesaikan ide-ide/gagasannya sendiri. Untuk itu guru perlu menciptakan suasana belajar dimana siswa mendapatkan kesempatan berinteraksi satu sama lain. Usaha guru untuk mencapai tujuan pembelajaran antara lain memilih metode yang tepat sehingga proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan kondusif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai seperti yang diinginkan.

Pembelajaran matematika selama ini masih dianggap sebagai pembelajaran yang sulit karena menggunakan simbol dan lambang yang dimaknai dengan penghapalan rumus. Pembelajaran matematika juga terlalu dipengaruhi pandangan bahwa matematika merupakan alat yang siap dipakai. Pandangan ini mendorong guru bersikap cenderung memberitahu konsep/sifat/teorema dan cara menggunakannya. Menurut Soleh (dalam Narohita, 2010:1437) mengemukakan bahwa:

Umumnya siswa menyatakan matematika merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan, tidak menarik, dan bahkan penuh misteri. Ini disebabkan karena mata pelajaran matematika dirasakan sukar, gersang dan tidak tampak kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

(18)

4

Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran matematika di kelas masih didominasi oleh guru, yakni guru sebagai sumber utama pengetahuan. Hal ini dilakukan karena guru mengejar target kurikulum untuk menghabiskan materi pembelajaran atau bahan ajar dalam kurun waktu tertentu. Guru juga lebih menekankan pada siswa untuk menghafal konsep-konsep, terutama rumus-rumus praktis yang biasa digunakan oleh siswa dalam menjawab ulangan umum atau

ujian nasional, tanpa melihat secara nyata manfaat materi yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa akan semakin beranggapan bahwa belajar matematika itu tidak ada artinya bagi kehidupan mereka, abstrak dan sulit dipahami. Semua itu pada akhirnya akan bermuara pada rendahnya prestasi belajar matematika siswa.

Hal yang sama seperti dikemukakan oleh Suherman (2009):

Konon dalam pelaksanaan pembelajaran matematika sekarang ini pada umumnya guru masih menggunakan metode konvensional yaitu guru masih mendominasi kelas, siswa pasif (datang, duduk, nonton, berlatihdan lupa). Guru memberitahukan konsep, siswa menerima bahan jadi. Demikian juga dalam latihan, dari tahun ke tahun soal yang diberikan adalah soal-soal yang itu-itu juga dan tidak bervariasi. Untuk mengikuti pembelajaran di sekolah, kebanyakan siswa tidak siap terlebih dahulu dengan membaca bahan yang akan dipelajari, siswa datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong.

Menurut Daulay (2007:5) juga mengemukakan :

Kemampuan pemecahan masalah dalam kaitannya dengan matematika adalah kemampuan atau kompetensi strategi yang ditunjukkan siswa dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan dan menyelesaikan model untuk menyelesaikan masalah matematika. Karenanya, pembelajaran pemecahan masalah akan menjadi hal yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan matematika, sehingga pengintegrasian pemecahan masalah dalam pembelajaran menjadi suatu keharusan.

(19)

5

1. Memahami masalah.

2. Merencanakan Pemecahan Masalah. 3. Melaksanakan Pemecahan Masalah.

4. Memeriksa Kembali Hasil yang Diperoleh (Looking Back).

Seiring dengan hal tersebut, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

oleh peneliti dengan salah seorang guru matematika SMP Swasta Al-Azhar, mengatakan bahwa:

Ada beberapa kesulitan yang dihadapi siswa dalam memecahkan soal cerita. Siswa kurang bisa menangkap dan mengolah informasi yang baru diperoleh dari soal cerita, sehingga kurang mampu menentukan apa yang diketahui dan tidak dapat menentukan model matematikanya. Hal ini disebabkan kurangnya kreativitas siswa untuk menyelesaikan soal serta cara belajar siswa yang kurang baik.

Observasi selanjutnya adalah pemberian tes yang berhubungan dengan pemecahan masalah bentuk soal uraian. Siswa kesulitan memecahkan soal uraian seperti berikut ini :

1. Diketahui permukaan sebuah kolam renang berbentuk persegi. Kolam renang tersebut akan dibangun di atas sebidang tanah yang berbentuk persegi panjang,

dengan panjang meter dan lebar meter. Ternyata setelah dibangun

kolam, tersisa tanah

. Tentukan luas permukaan kolam renang tersebut!

a. Selidikilah apa saja yang diketahui dan ditanya dari masalah diatas ! b. Bagaimana menentukan luas permukaan kolam renang tersebut ? c. Hitunglah luas permukaan kolam renang tersebut !

d. Susan memperkirakan luas permukaan kolam renang adalah

.

Sedangkan Santi berpendapat luas permukaan kolam renang adalah

(20)

6

Berikut adalah hasil pengerjaan beberapa kesalahan menyelesaiakan soal uraian diatas.

No. (1)

Hasil Pekerjaan Siswa (2) Analisis Kesalahan (3) 1 2 3 No. (1)

Hasil Pekerjaan Siswa (2)

Siswa yang tidak mampu memahami masalah dalam menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanya pada soal.

Siswa yang tidak

mampu dalam merencanakan pemecahan masalah dalam merencanakan rumus yang akan digunakan

(21)

7

Dari hasil observasi berupa pemberian tes awal pemecahan masalah siswa kelas VII SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara dalam materi pecahan. Dari 25 siswa yang mengikuti tes, 11 siswa yang memahami masalah, 1 siswa yang dapat merencanakan masalah, 8 siswa yang dapat menyelesaikan masalah dan 5 siswa yang dapat menarik kesimpulan.

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah padahal salah satu tujuan dari pembelajaran matematika saat

ini adalah meliputi kemampuan memahami masalah, merencanakan masalah, melaksanakan masalah dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh.Setelah menelusuri, ditemukan berbagai penyebab tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara masih sangat rendah yaitu pembelajaran matematika selama ini kurang relevan dengan tujuan dan karakteristik pembelajaran matematika, guru tidak melatih siswa dalam pemecahan masalah dan siswa kurang mampu menentukan apa yang diketahui, ditanyakan dan tidak dapat menentukan model matematikanya.

Banyak guru mengalami kesulitan dalam mengajar anak bagaimana memecahkan permasalahan (sering disebut soal cerita) sehingga banyak anak juga kesulitan mempelajarinya. Kesulitan ini biasa muncul karena paradigma bahwa jawaban akhir sebagai satu-satunya tujuan dari pemecahan masalah. Anak seringkali menggunakan teknik yang keliru dalam menjawab permasalahan sebab penekanan pada jawaban akhir. Padahal kita perlu menyadari bahwa proses dari memecahkan masalah yaitu bagaimana kita memecahkan masalah jauh lebih penting dan mendasar. Ketika jawaban akhir diutamakan, anak mungkin hanya

4 Siswa yang tidak

mampu dalam memeriksa kembali penyelesaian atau dalam

(22)

8

belajar menyelesaikan satu masalah khusus, namun ketika proses ditekankkan, anak tampaknya akan belajar lebih bagaimana menyelesaikan masalah-masalah lainnya.

Kondisi ini secara langsung atau tidak akan melahirkan anggapan bahwa belajar matematika tidak lebih dari sekedar mengingat kemudian melupakan fakta dan konsep, pada hal yang menjadi tujuan pembelajaran matematika adalah agar

siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi dan membutuhkan suatu proses psikologi yang tidak hanya melibatkan aplikasi dalil-dalil atau teorema-teorema yang dipelajari.

Salah satu langkah yang bisa dilakukan oleh guru sebagai pembimbing siswa adalah memilih model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang paham terhadap materi yang diajarkan dan akhirnya dapat menurunkan motivasi siswa dalam belajar.

Dengan demikian, diperlukan model pembelajaran yang efektif, membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah. Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang inovatif yang

dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa, melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

Berdasarkan uraian tersebut di atas tampak jelas bahwa pembelajaran

dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah dimulai dengan adanya masalah, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang telah mereka

(23)

9

berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, mengintepretasi data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi dan membuat laporan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:“Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemcahan Masalah

Matematika Pada Materi Bilangan Pecahan Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas VII SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Pembelajaran matematika masih didominasi oleh guru sehingga siswa hanya menerima tanpa memiliki pengalaman belajar.

2. Proses pembelajaran yang kurang mendukung siswa untuk aktif dalam menyelesaikan ide–ide/gagasannya sendiri.

3. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah.

4. Belum diterapkannya model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi Bilangan Pecahan.

1.3Pembatasan Masalah

Melihat luasnya cakupan masalah-masalah yang teridentifikasi dibandingkan waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti, maka peneliti merasa perlu memberikan batasan terhadap masalah yang akan dikaji agar analisis hasil penelitian ini dapat dilakukan dengan terarah. Masalah yang akan dikaji dalam

(24)

10

1.4Rumusan Masalah

Berdasarakan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara dalam menyelesaikan soal-soal Bilangan Pecahan?

1.5Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam memecahkan masalah matematika dan untuk meningkatkan proses Pembelajaran Berbasis Masalah pada siswa kelas VII SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara.

1.6Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian yang diharapkan akan memberimanfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran matematika melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dan sebagai bekal peneliti sebagai calon guru mata pelajaran matematika dalam menjalani praktik mengajar dalam institusi formal yang sesungguhnya.

2. Bagi guru matematika, sebagai alternatif melakukan variasi dalam mengajar dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah dan memberi masukan dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga

kualitas pembelajaran yang lebih baik.

3. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematika melalui penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah.

(25)

11

5. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan peneliti dan pembaca yang tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah dan kemampuan pemecahan masalah siswa SMP.

1.7 Defenisi Operasional

Untuk dapat melakukan variabel penelitian secara kuantitatif maka variabel-variabel didefenisikan sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi para peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

2. Masalah Matematika adalah suatu soal atau pertanyaan matematika yang tidak ada rumus/algoritma tertentu untuk menyelesaikannya. Masalah matematika tersebut biasanya berbentuk soal cerita, membuktikan, menciptakan, atau mencari suatu pola sistematika dan siswa harus berfikir dulu untuk mencari penyelesaiannya

3. Dalam memecahkan masalah matematika ada beberapa strategi yang dapat digunakan bergantung pada masalah yang akan dipecahkan. Namun, ada strategi pemecahan masalah yang bersifat umum dan lebih cenderung

dipakai dalam permasalahan matematika yaitu :

a. Memahami masalah

b. Merencanakan Pemecahan Masalah c. Melaksanakan Pemecahan Masalah

d. Memeriksa Kembali Hasil yang Diperoleh (Looking Back).

(26)

83

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara dari

siklus I ke siklus II. Pada siklus I siswa belum berminat dan termotivasi pada awal pembelajaran, siswa masih bingung dalam merencanakan pemecahan masalah

yaitu menggunakan rumus dan mengaitkannya ke dalam penyelesaian masalah, siswa masih malu dan takut untuk mempresentasikan hasil penyelesaian masalah yang dilakukannya, dan siswa kesulitan terhadap penyelesaian yang mereka kerjakan. Sehingga pada pembelajaran siklus II guru mengupayakan mempertahankan dan meningkatkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah yakni dengan memberikan penghargaan dan pujian kepada kelompok terbaik, kelompok terbaik adalah kelompok yang kompak, kelompok yang memberikan tanggapan atau argumentasinya pada saat persentase berlangsung dan kepada kelompok yang memperoleh nilai yang baik dan presentase yang baik serta siswa yang aktif memberikan pertanyaan. Pada model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi pokok bilangan pecahan yang meningkat yaitu memahami masalah dan menyelesaikan masalah.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu :

1. Kepada guru matematika khususnya guru matematika SMP Swasta Al-Azhar

Aceh Tenggara, disarankan memperhatikan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar, dan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai salah satu altenatif pendekatan pembelajaran, untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa tersebut.

(27)

83

2. Kepada siswa SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara disarankan untuk saling bekerjasama dalam diskusi kelompok terutama dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran matematika dan lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide, dapat mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki dalam pelajaran matematika, memiliki semangat yang tinggi untuk belajar dan dapat mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki

dalam belajar,

3. Kepada Kepala SMP Swasta Al-Azhar Aceh Tenggara, agar dapat

mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan pendekatan yang relevan dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Sehingga model Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai salah satunya. 4. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat

dijadikan pertimbangan untuk menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada materi bilangan pecahan ataupun pokok bahasan lain yang

(28)

84

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Arends, R., (2008), Learning To Teach “Belajar Untuk Mengajar”, Penerbit Pustaka Pelajar,Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi, dkk., (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.

Djamarah, S., (2002), Psikologi Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2007), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Pendidikan, FMIPA Unimed, Medan.

Hamalik, Oemar., (2009), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Bandung.

Herman, Hudojo., (1988), Mengajar Belajar Matematik., Rineka Cipta, Jakarta. Kunandar., (2010), Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Mulyasa., (2003), Kurikulum Berbasis Kompetensi,Remaja Rosdakarya, Bandung. Panggabean, Ronald., (2011), Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Dengan Menggunakan LKS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Di Kelas VIII SMP Swasta Free Methodist II Medan Tahun Pelajaran 2010/2011, FMIPA Unimed, Medan.

Samsul, Hadi., (2006), Aplikasi Matematika 2, Penerbit Yudhistira, Jakarta. Sanjaya, Wina., (2008), Strategi Pembelajaran, Penerbit Kencana, Jakarta.

Slameto., (2003), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka cipta, Jakarta.

Slavin, R.E., (2008), Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Penerbit Nusa Media, Bandung.

Sugijono., (2004), Seribu Pena Matematika SMP Kelas VIII, Penerbit Erlangga, Jakarta.

(29)

85

Wiriaatmadja, R., (2008), Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen, Remaja Rosdakarya. Bandung.

Harahap, Ratur, Martina., Harahap yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Nurhasanah, Medan.

Tambunan, Mega, Uli., Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning di

Gambar

Tabel 4.14. Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan
Gambar 3.1 Skema Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Referensi

Dokumen terkait

dominan berada di perairan Selat Malaka yaitu berasal dari Genus Chamalycaeus , sedangkan dari tangkapan trawl ikan demersal yang dominan merupakan

Melati Budi Srikandi, D0212069, KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PENDUDUK PENDATANG DENGAN PENDUDUK ASLI: Studi Kasus di Dusun Wanasari Kota Denpasar Provinsi Bali,

Untuk lebih memahami tentang verba tidak beraturan kala lampau Perfekt, sebaiknya pembelajar bahasa Jerman perlu juga mempelajari pola perubahan bentuk verba tidak

Untuk mengetahui pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan dan penataan ruang wilayah pesisir dilakukan melalui kuesioner dan wawancara responden. Variabel yang

Help students to solve the problem Teacher facilitates students to collect. the useful information and arrange

For example, if “Clock 7” starts with the arrow pointing at 4, then on the first turn, the arrow is rotated clockwise 4 spaces so that it now points at 1.. The arrow will then move

Dari pendapat yang diuraikan di atas maka inquiry mengandung arti suatu cara pemerolehan atau menemukan informasi dari bertanya, atau pemeriksaan, penyelidikan, menganalisis

[r]