• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION DENGAN BANTUAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP SWASTA NASRANI 5 MEDAN T.A 2014/2.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION DENGAN BANTUAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP SWASTA NASRANI 5 MEDAN T.A 2014/2."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION DENGAN BANTUAN ALAT PERAGA UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP SWASTA NASRANI 5

M E D A N T . A . 2 0 1 4 / 2 0 1 5

Oleh:

Sefta A. P. Hutauruk 4103111072

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

i

Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation dengan Bantuan Alat Peraga untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Swasta Nasrani 5 Medan T.A. 2014/2015

Nama : Sefta A. P. Hutauruk

NIM : 4103111072

Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Matematika

Menyetujui :

Dosen Pembimbing Skripsi,

Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd NIP. 19650910 199102 1 001

Mengetahui:

FMIPA UNIMED Jurusan Matematika Dekan, Ketua,

Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D Dr. Edy Surya, M.Si

NIP. 19590805 198601 1 001 NIP. 19671019 199203 1 003

(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa dianugrahkan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik sesuai waktu yang

direncanakan.

Skripsi berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation dengan Bantuan Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Kelas VII SMP Swasta Nasrani 5 Medan T.A 2014/2015” ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Unimed.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak

Prof. Dr. Bornok Sinaga M,Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah

banyak memberikan bimbingan dan saran - saran kepada penulis sejak awal

penyusunan proposal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan

terimakasih juga disampaikan kepada Ibu Dra. N. Manurung, M.Pd, Bapak Drs.

Yasifati Hia, M.Si yang juga selaku sekretaris jurusan, dan Bapak Prof. Dr. Edi

Syahputra, M.Pd, yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan

skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr.

Asmin, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik, kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu

Hajar, M.Si, selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D,

selaku Dekan FMIPA UNIMED, dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua

Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis.

Terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Drs.S. Manullang, selaku

Kepala Sekolah dan Ibu A. Siburian, S.Pd selaku guru mata pelajaran di SMP

Swasta Nasrani 5 Medan yang telah membantu selama penelitian, serta siswa

kelas VII-A selaku objek penelitian.

Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada yang terkasih

(4)

v

memberikan dukungan material serta spiritual yang tak ternilai harganya hingga

penulis bisa memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika. Kepada yang

terkasih abang Emri Mars beserta keluarga, Chock Arnis beserta keluarga dan

kakak Fithri Sandra, terima kasih atas jasa, doa dan semangat yang kalian selalu

berikan, saya bersyukur memiliki keluarga sehebat kalian. Kepada yang terkasih

Joseph Reno, terima kasih telah menjadi pelengkap dalam setiap kekurangan

penulis selama pengerjaan skripsi ini. Terima kasih juga kepada sahabat-sahabat

terkasih Sharon, Debie, Grace, Cecil, Yohanna, Putri, Johannes Kevin dan

CERYA S yang selalu memberi semangat dan menjadi teman berbagi suka dan

duka selama ini khususnya dalam pengerjaan skripsi ini.

Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Anita, Asri Sihotang, Astika

Hutagaol, Bethesda Butar-butar, Efra Sinaga, Elisabeth Gultom, Ernika Samosir,

Novi Simbolon dan semua rekan seperjuangan di Kelas Matematika Reguler A

2010 yang telah memberikan semangat dan motivasi selama kuliah hingga

penyelesaian skripsi ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi

ini, namun penulis menyadari banyak kelemahan, baik isi maupun tata bahasa,

karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat ilmu pendidikan.

Medan, Januari 2015

Penulis,

(5)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION DENGAN BANTUAN ALAT PERAGA UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP SWASTA NASRANI 5

M E D A N T . A . 2 0 1 4 / 2 0 1 5

Sefta A. P. Hutauruk (4103111072) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa meningkat dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dan bantuan alat peraga di kelas VII SMP Swasta Nasrani 5 Medan T.A 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah 31 siswa kelas VII ASMP Swasta Nasrani 5 Medan dan objek penelitian ini adalah upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dan bantuan alat peraga. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah observasi dan tes.

Pada pemberian tindakan siklus I diperoleh bahwa kategori proses pembelajaran kooperatif tipe GI pada materi Pecahan termasuk sedang. Hal ini dilihat dari rata-rata hasil pengamatan sebesar 2,5 dan pada siklus II diperoleh rata-rata hasil pengamatan sebesar 2,92.

Dari tindakan I, melalui pemberian tes hasil belajar I diperoleh 19 siswa (61,29%) dari 31 siswa telah mencapai ketuntasan belajar (kriteria nilai  2,66 atau tingkat kemampuan minimal B-) sedangkan 12 siswa (38,71%) belum tuntas. Setelah tindakan II, melalui pemberian tes hasil belajar II diperoleh 27 siswa (87,10%) dari 31 siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar (kriteria nilai  2,66 atau tingkat kemampuan minimal B-) sedangkan 4 siswa (13,90%) belum tuntas. Terjadi peningkatan persentase ketuntasan klasikal sebesar 25,81%. Berdasarkan kriteria ketuntasan klasikal (85%) maka persentase ketuntasan ini sudah memenuhi.

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 7

1.3 Batasan Masalah 7

1.4 Rumusan Masalah 8

1.5 Tujuan Penelitian 8

1.6 Manfaat Penelitian 8

1.7 Definisi Operasional 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1 Kerangka Teoritis 10

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika 10

2.1.2 Hasil Belajar Matematika 13

2.1.3 Model Pembelajaran 15

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif 15

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation 21

2.1.5.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran 25

2.1.5.2 Teori Belajar yang Mendukung 28

2.1.6 Alat Peraga 30

(7)

vii

2.1.7.1 Menyederhanakan Pecahan 33

2.1.7.2 Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan 33

2.1.7.3 Operasi Pecahan 33

2.2 Penelitian Yang Relevan 35

2.3 Kerangka Konseptual 35

2.4 Hipotesis Tindakan 37

BAB III METODE PENELITIAN 38

3.1 Jenis Penelitian 38

3.2 Lokasi Penelitian 38

3.3 Subjek dan Objek Penelitian 38

3.3.1 Subjek Penelitian 38

3.3.2 Objek Penelitian 38

3.4 Prosedur Penelitian 39

3.4.1 Permasalahan 39

3.5 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 42

(8)

viii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 47

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 47

4.1.1 Deskripsi Tes Awal 47

4.1.1.1 Hasil Tes Awal 47

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I 48

4.1.2.1 Hasil Analisis Instrumen Tes Hasil Belajar I 48

4.1.2.2 Analisis Data Tes Hasil Belajar I 49

4.1.2.3 Hasil Observasi I 51

4.1.2.4 Hasil Refleksi I 54

4.1.3 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II 56

4.1.3.1 Hasil Analisis Instrumen Tes Hasil Belajar II 56

4.1.3.2 Analisis Data Tes Hasil Belajar II 57

4.1.3.3 Hasil Observasi II 59

4.1.3.4 Hasil Refleksi II 62

4.2 Temuan Penelitian 64

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 67

5.1 Kesimpulan 67

5.2 Saran 67

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 20

Tabel 3.1 Ketuntasan Belajar dan Konversi Kompetensi Pengetahuan,

Keterampilan, dan Sikap 45

Tabel 3.2 Kriteria Rata-rata Penilaian Observasi 46

Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Tes Awal 48

Tabel 4.2 Deskripsi Analisis Data Tes Hasil Belajar Siklus I 49

Tabel 4.3 Deskripsi Hasil Observasi Guru Melaksanakan Pembelajaran

pada Siklus I 51

Tabel 4.4 Deskripsi Hasil Observasi Siswa dalam Pelaksanakan

Pembelajaran pada Siklus I 53

Tabel 4.5 Refleksi Siklus I dan Tindakan Siklus II 54

Tabel 4.6 Deskripsi Perbandingan Hasil Tes Awal dan Hasil Belajar

Siswa Siklus I 56

Tabel 4.7 Deskripsi Analisis Data Tes Hasil Belajar Siklus II 57

Tabel 4.8 Deskripsi Hasil Observasi Guru Melaksanakan Pembelajaran

pada Siklus II 61

Tabel 4.9 Deskripsi Hasil Observasi Siswa dalam Pelaksanakan

Pembelajaran pada Siklus II 60

Tabel 4.10 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Awal, THB I

dan THB II 62

Tabel 4.11 Deskripsi Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Hasil

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Hasil Tes Awal 3

Gambar 3.1 Alur dalam Penelitian Tindakan Kelas 39

Gambar 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Hasil Belajar Siswa Siklus I 50

Gambar 4.2 Deskripsi Tingkat Kemampuan Hasil Belajar Siswa Siklus II 58

Gambar 4.3 Tingkat Hasil Balajar Matematika Siswa pada Tes Hasil

Belajar Siklus I dan II 63

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I 70

Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa (LKS) 1 81

Lampiran 3 Alternatif Penyelesaian LKS 1 87

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) 2 92

Lampiran 5 Alternatif Penyelesaian LKS 2 96

Lampiran 6 Kisi-kisi Tes Awal 100

Lampiran 7 Tes Awal 101

Lampiran 8 Alternatif Penyelesaian Tes Awal 102

Lampiran 9 Lembar Validasi Tes Awal 104

Lampiran 10 Perhitungan Validitas Tes Hasil Belajar I 107

Lampiran 11 Perhitungan Reliabelitas Tes Hasil Belajar I 109

Lampiran 12 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar I 111

Lampiran 13 Tes Hasil Belajar I 112

Lampiran 14 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar I 113

Lampiran 15 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar I 116

Lampiran 16 Lembar Observasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Group Investigation Untuk Guru (Siklus I) 119

Lampiran 17 Lembar Observasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Group Investigation Untuk Guru (Siklus I) 121

Lampiran 18 Lembar Observasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Group Investigation Untuk Siswa (Siklus I) 123

Lampiran 19 Lembar Observasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Group Investigation Untuk Siswa (Siklus I) 125

Lampiran 20 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II 127

Lampiran 21 Lembar Kerja Siswa (LKS) 3 138

Lampiran 22 Alternatif Penyelesaian LKS 3 143

Lampiran 23 Lembar Kerja Siswa (LKS) 4 148

Lampiran 24 Alternatif Penyelesaian LKS 4 153

(12)

xii

Lampiran 26 Perhitungan Reliabelitas Tes Hasil Belajar II 159

Lampiran 27 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar II 161

Lampiran 28 Tes Hasil Belajar II 162

Lampiran 29 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar II 163

Lampiran 30 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar II 167

Lampiran 31 Lembar Observasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Group Investigation Untuk Guru (Siklus II) 170

Lampiran 32 Lembar Observasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Group Investigation Untuk Guru (Siklus II) 172

Lampiran 33 Lembar Observasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Group Investigation Untuk Siswa (Siklus II) 174

Lampiran 34 Lembar Observasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Group Investigation Untuk Siswa (Siklus II) 176

Lampiran 35 Hasil Tes Awal 178

Lampiran 36 Hasil Belajar Siklus I 180

Lampiran 37 Hasil Belajar Siklus II 182

Lampiran 38 Daftar Nomor Urut Siswa Kelas VII A 184

Lampiran 39 Dokumentasi Penelitian 186

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan jiwa manusia untuk

berkembang sesuai dengan potensi dan kemampuannya. Pendidikan juga

merupakan faktor pendukung perkembangan dan persaingan dalam berbagai

bidang. Dan salah satu bidang dari pendidikan adalah matematika. Pendidikan

matematika adalah bagian dari pendidikan nasional yang memegang peranan

penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang serba canggih

dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang dinyatakan Sudradjat (2008) bahwa:

Perkembangan iptek yang pesat adalah berkat dukungan matematika. Landasan dukungan disebabkan kekuatan matematika pada struktur dan penalarannya. Perkembangan matematika sering merintis kemungkinan penerapannya yang baru pada berbagai bidang ilmu lain. Sebaliknya, tuntutan pemecahan masalah berbagai bidang iptek turut mendorong perkembangan matematika.

Selanjutnya laporan survei lapangan Departemen Pendidikan Amerika

Serikat dalam Mathematics Equal Opportunity menunjukkan kecenderungan

pentingnya kemampuan dasar matematika dalam dunia kerja. Pekerja tamatan

sekolah menengah dengan kemampuan matematika tinggi mempunyai karir yang

lebih baik dan tingkat penganggurannya lebih rendah dibanding dengan yang

kemampuan matematikanya rendah. Dalam laporan lain oleh SIAM, dikemukakan

bahwa penggunaan matematika dalam industri berkembang pesat, dan

matematikawan telah memberikan kontribusi pada keunggulan teknis dan

penghematan biaya melalui pemodelan, analisis, dan komputasi yang cerdik.

(dalam Sudradjat, 2008)

Hal ini juga sesuai dengan pendapat Cockroft untuk pendidikan

matematika di sekolah (dalam Abdurahman, 2009) bahwa:

(14)

2

dan kesadaran ruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Dari kutipan tersebut dapat dikatakan bahwa matematika menempati

posisi yang penting di dalam sistem pendidikan dimana kualitasnya harus

diupayakan peningkatannya. Sementara itu, bahan kajian matematika yang abstrak

serta selalu menuntut pola pikir yang deduktif dan konsisten menjadikan

matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang sukar untuk dipelajari.

Hal ini didukung dengan kenyataan bahwa hasil pembelajaran

matematika masih memprihatinkan. Memprihatinkan yang dimaksud adalah

kemampuan matematis siswa masih jauh dari yang diharapkan dan cenderung

tidak mencapai batas ketuntasan yang telah ditetapkan.

Hasil pembelajaran itu sendiri sangat penting untuk diperhatikan.

Diperhatikan yang dimaksud adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan

siswanya dan juga cara untuk meningkatkan kemampuannya sehingga hasil

pembelajarannya juga meningkat. Hal ini dikarenakan hasil pembelajaran

merupakan gambaran secara tertulis dan konkrit dari kemampuan dan pemahaman

siswa terhadap pelajaran Matematika, juga menjadi dasar untuk guru memperbaiki

desain pembelajarannya.

Peneliti menemukan hal yang sesuai dengan hasil pembelajaran yang

masih memprihatinkan dalam hasil tes awal yang telah dilakukan peneliti di kelas

VII A SMP Swasta Nasrani 5 Medan dengan jumlah siswa 31 orang. Dari data

hasil tes awal yang diberikan peneliti, menunjukkan bahwa dari 31 siswa hanya 13

siswa (41,94%) yang mencapai ketuntasan belajar dengan kriteria nilai ≥ 2,66

atau tingkat kemampuan minimal B- sedangkan 18 siswa (58,06 %) mencapai

kriteria ketuntasan dengan nilai rata-rata kelas 2,20.

Dari data tersebut, jelas terlihat bahwa tingkat ketuntasan secara

klasikalnya tidak tercapai dan nilai rata-rata kelasnya pun masih rendah.

(15)

3

Secara umum, siswa kesulitan menyelesaikan soal aplikasi karena sulit

memahami soal dan sulit mengubah soal cerita ke model matematika. Hal ini

dapat dilihat dari hasil tes awal siswa yang ditunjukkan oleh gambar berikut:

(a) Siswa 31 (b) Siswa 6

(c) Siswa 10 (d) Siswa 18

Gambar 1.1 Hasil Tes Awal

Dari hasil tes awal di atas dapat dilihat bahwa siswa melakukan beberapa

kesalahan sehingga tidak dapat menyelesaikan soal dengan benar. Siswa 31

melakukan kesalahan dalam operasi perkalian pecahan dan tidak menuliskan

bagian diketahui dan ditanya atau tidak mampu membuat model matematika dari

soal nomor 4. Siswa 6 melakukan kesalahan dalam operasi pengurangan pecahan

dari soal nomor 3 yang seharusnya membandingkan pecahan, sedangkan di soal

nomor 2 siswa melewatkan tahap pembagian serta tidak menuliskan bagian

diketahui dan ditanya. Siswa 10 melakukan kesalahan dalam membandingkan 2

pecahan pada soal nomor 3, pada bagian ditanya siswa tidak menuliskan

pertanyaannya. Siswa 18 melakukan kesalahan dalam operasi pecahan pecahan di

soal nomor 2, kesalahan dalam operasi perkalian pada soal nomor 4, dan siswa

menuliskan bagian diketahui tetapi langsung menjawab. Kesalahan yang dibuat

(16)

4

kurang tepat yang mengakibatkan pemahaman siswa tentang konsep operasi

pecahan berbeda-beda dan pemahaman siswa dalam mengerjakan soal aplikasi

sangat rendah. Hal ini mencerminkan bahwa proses pembelajaran yang

dilaksanakan belum mampu memberikan hasil yang diharapkan.

Rendahnya hasil pembelajaran matematika di Indonesia salah satunya

disebabkan oleh rendahnya kualitas pembelajaran yang diselenggarakan guru di

kelas. Seperti yang diungkapkan Abbas (2011) bahwa:

Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil matematika peserta didik, salah satunya adalah ketidaktepatan metode pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru menggunakan metode pembelajaran yang bersifat konvensional dan banyak didominasi oleh guru.

Berarti waktu yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak

sebanding dengan prestasi yang diraih. Itu artinya, ada sesuatu yang tidak sesuai

dengan metode pengajaran matematika di negara ini.

Sampai sekarang dalam dunia pendidikan khususnya dalam pendidikan

matematika masih lebih menekankan anak untuk menghapal tanpa mengetahui

konsep dasarnya. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama

pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama metode pembelajaran.

Hal ini disebabkan oleh kemampuan guru yang masih sulit mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sama halnya seperti yang dikemukakan Rumondor, Regar, dan Mangobi

(2013) dalam jurnalnya, yaitu:

Pelajaran matematika menjadi suatu pelajaran yang dianggap sulit dipelajari atau susah untuk dimengerti oleh sebagian besar siswa, dikarenakan penguasaan konsep materi dalam pembelajaran matematika akibatnya menjadi dampak pada hasil belajar siswa juga berpengaruh pada kurangnya minat siswa dalam belajar matematika, sehingga membuat hasil belajar siswa semakin rendah. Salah satu penyebab terjadinya masalah ini, karena kurangnya penggunaan model pembelajaran yang bervariasi dalam penerapannya yang berpengaruh pada hasil belajar. Pembelajaran matematika selama ini dilaksanakan di

sekolah–sekolah pada dasarnya hanya berpatokan pada model

(17)

5

Penyebab utama rendahnya nilai matematika siswa SMP di Indonesia

adalah karena siswa merasa mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran

yang sulit yang diakibatkan dari kurangnya penggunaan model pembelajaran yang

bervariasi dalam penerapannya. Hal ini mengakibatkan rendahnya motivasi dan

minat siswa dalam mempelajari matematika. Pendapat ini diperkuat oleh Ridha

(2009) yang mengatakan:

Namun berdasarkan temuan di lapangan secara umum dapat disimpulkan, bahwa rendah bahkan musnahnya minat siswa untuk menekuni bidang studi matematika diantaranya karena adanya image yang mengganggu sebagian besar siswa kita, yaitu matematika dianggap pelajaran yang super rumit, rajanya pelajaran dan jelimat. Sehingga berjumpa dengan pelajaran matematika seperti bertemu dengan hantu yang menyeramkan.

Kemudian diperkuat juga oleh Djamarah (2011) tentang model

pembelajran, yaitu:

Metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.

Dari kutipan di atas, maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran

yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar untuk

meningkatkan hasil belajar matematika di sekolah. Model pembelajaran

kooperatif dapat dijadikan model alternatif yang diharapkan dapat mengaktifkan

siswa dalam proses belajar mengajar.

Menurut Trianto (2009) bahwa:

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama dengan siswa yang berbeda latar belakangnya.

Telah banyak penelitian-penelitian yang menunjukkan bahwa

pembelajaran kooperatif sangat baik untuk diterapkan di dalam pembelajaran

selain untuk meningkatkan hasil belajar juga dapat meningkatkan keaktifan siswa

(18)

6

Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dianggap peneliti dapat

mengaktifkan peran siswa dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran

kooperatif tipe group investigation. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe

group investigation siswa akan lebih mudah memahami konsep matematika. Guru

hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator yang memberikan dorongan

kepada siswa untuk dapat menuangkan pemikiran mereka serta menggunakan

pengetahuan awal mereka dalam memahami materi ajar baru sehingga dengan

pembelajaran seperti ini diharapkan akan lebih menarik minat belajar siswa.

Seperti yang diungkapkan Trianto (2009) bahwa:

Dalam group investigation, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Kemudian siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya siswa menyiapkan dan mempresentasikan laporannya.

Ditambahkan lagi dengan hasil dari jurnal Hasan, Rakhman, dan Ardiana

(2010) tentang penerapan model pembelajaran group investigation, yaitu:

Model GI atau investigasi kelompok telah digunakan dalam berbagai situasi dan berbagai bidang studi dan berbagai tingkat usia. Pada dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para peserta didik mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan menguji hipotesis.

Selain itu, peranan media pembelajaran juga dapat mendukung

keefektifan dari model pembelajaran group investigation. Salah satu media

pembelajaran tersebut adalah alat peraga. Pada pembelajaran matematika yang

abstrak sangat diperlukan alat bantu untuk memahami konsepnya secara konkret.

Piaget (dalam Slameto, 2003) berpendapat bahwa siswa yang tahap berfikirnya

masih pada tahap konkret mengalami kesulitan untuk memahami operasi logis dan

konsep pembelajaran tanpa alat bantu dengan alat peraga. Menurut Bruner (dalam

Slameto, 2003) dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk

(19)

7

pembelajaran oleh Bruner dijelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar, siswa

diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda konkret/alat peraga, sehingga

siswa langsung dapat berfikir bagaimana, serta pola apa yang terdapat dalam

benda-benda yang sedang diperhatikannya.

Fungsi utama dari alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari

konsep, agar siswa mampu menangkap arti sebenarnya konsep tersebut.

Jadi untuk meningkatkan hasil belajar matematika harus diberikan

pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa. Dengan

diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe group investigation ditambah

lagi dengan bantuan alat peraga diharapkan siswa terlibat aktif dalam proses

pembelajaran sehingga siswa dapat menguasai pembelajaran matematika.

Dari uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan

suatu penelitan dengan judul: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group

Investigation dengan Bantuan Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Kelas VII SMP Swasta Nasrani 5 Medan Tahun Ajaran 2014/2015.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas beberapa masalah dapat di

identifikasi adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar matematika siswa rendah.

2. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan membingungkan.

3. Pembelajaran masih berpusat pada guru.

4. Materi pecahan masih sulit dipahami oleh siswa.

5. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang mengaktifkan peran

siswa.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka peneliti

membatasi masalah dalam penelitian ini pada hasil belajar dan model

pembelajaran kooperatif group investigation dengan bantuan alat peraga di kelas

(20)

8

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan

masalah yang dikemukakan diatas, dirumuskan permasalahan apakah hasil belajar

siswa meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif group

investigation dengan bantuan alat peraga di kelas VII SMP Swasta Nasrani 5

Medan?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

apakah hasil belajar siswa meningkat melalui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe group investigation dengan bantuan alat peraga di kelas VII SMP

Swasta Nasrani 5 Medan Tahun Ajaran 2014/2015.

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian, dapat diperoleh manfaat sebagai

berikut:

1. Bagi guru, dapat menjadi bahan masukan mengenai pembelajaran

menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation.

2. Bagi siswa, melalui pembelajaran kooperatif tipe group investigation siswa

semakin aktif untuk belajar matematika yang akan berdampak pada

meningkatnya hasil belajar

3. Bagi sekolah, sebagai informasi dan sumbangan pemikiran dalam rangka

perbaikan pengajaran.

4. Bagi peneliti, dapat menjadi masukan yang berarti sebagai calon pendidik.

5. Bagi peneliti lain, sebagai bahan studi banding peneliti yang relevan

(21)

9

1.7 Definisi Operasional

Sesuai dengan judul penelitian, maka definisi operasional yang perlu

dijelaskan, yaitu:

1. Model pembelajaran group investigation (investigasi kelompok) merupakan

salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menuntun siswa untuk

melakukan proses penyelidikan yang dilakukan oleh siswa tersebut, dan

selanjutnya siswa tersebut mengomunikasikan hasil perolehannya, lalu dapat

membandingkannya dengan perolehan siswa yang lain, sehingga siswa lebih

aktif dalam mengembangkan sikap dan pengetahuan tentang matematika

sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa yang akhirnya memberikan

hasil belajar yang lebih bermakna pada siswa.

2. Hasil belajar matematika merupakan daya serap siswa terhadap materi yang

diukur melalui tes hasil belajar pada materi ajar selama kegiatan belajar

mengajar.

3. Alat peraga merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu

siswa memahami materi, menguasai konsep, membantu berpikir, dan dapat

(22)

67 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi dapat diambil

kesimpulan bahwa hasil belajar siswa meningkat melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif group investigation dengan bantuan alat peraga di kelas

VII SMP Swasta Nasrani 5 Medan, dimana peningkatan diperoleh setelah

dilaksanakannya siklus I dan siklus II. Pada tes awal, diperoleh rata-rata skor hasil

belajar 2,20 dalam kategori rendah dan hanya 13 siswa atau 41,94% dari seluruh

siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I

diperoleh rata-rata skor hasil belajar 2,50 dalam kategori rendah dengan 19 siswa

atau 61,29% dari seluruh siswa telah mencapai ketuntasan belajar. Selanjutnya

setelah dilakukan tindakan pada siklus II diperoleh rata-rata skor hasil belajar 2,92

dalam kategori sedang dengan 27 siswa atau 87,10% dari seluruh siswa telah

mencapai ketuntasan belajar.

5.2 Saran

Dengan melihat hasil penelitian ini penulis mengajukan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Kepada guru, khususnya guru matematika bahwa pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation

dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar

matematika siswa, khususnya pada materi pecahan dan perlu diuji coba

untuk materi yang lain.

2. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini

hanya dilakukan di kelas VII-A SMP Swasta Nasrani 5 Medan Tahun

(23)

68

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, (2011), Peran, fungsi, tujuan, dan karakteristik matematika sekolah, http://p4tkmatematika.org/2011/10/peran-fungsi-tujuan-dan-karakteristik -matematika-sekolah (diakses 18 Juli 2014)

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Yang Berkesulitan Belajar, Rikena Cipta, Jakarta.

Ancoto, (2009) http://anchoto.sman1ampekangke.com/2009/09/26/defenisi- karakteristik-matematika/ (diakses pada tanggal 23 Februari 2014)

Arends, Richard I., (2008), Learning To Teach, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Arikunto, S., (2010), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri, (2011), Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, (2010), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan FMIPA UNIMED, FMIPA, UNIMED.

Harahap, Irfan M, (2009), Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Menggunakan Model Kooperatif Tipe GI Dengan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Pokok Bahasan Lingkaran Kelas VIII SMP Negeri 1 Sosa Tahun Pelajaran 2009/2010, FMIPA, UNIMED.

Hasan, Maman Rakhman, Helga Ardiana, (2010), Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Perawatan Dan Perbaikan Sistem Refrigerasi, http://jurnal.upi.edu.file.ArtikelSyamsuriHasan.doc/ (diakses pada tanggal 28 Agustus 2014)

Isjoni, H., (2009), Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komuni- kasi Antar Peserta Didik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.

Kemdikbud, (2013), Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013, http://hukor.kemdikbud.go.id/-asbodoku/media/peruu/permen_tahun2013_nomor81.pdf (diakses pada tanggal 22 Februari 2014)

Kemdikbud, (2014), Matematika Kelas VII SMP/MTs Edisi Revisi, Pusat

Kurikulum dan Perbukuan (Balitbang), Jakarta.

Kunandar, (2010), Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengem- bangan Profesi Guru, PT Rajawali Pers, Jakarta.

(24)

69

Ridha, (2009), http://www.dunia guru.com (diakses pada tanggal 22 Februari 2014)

Roestiyah, (2011), http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/10/pendekatan- pembelajaran- konvensional/ (diakses pada tanggal 13 Januari 2014)

Rumondor, Ireyne M., Vivian E. Regar, James U.L. Mangobi, (2013), Penerapan Model Kooperatif Tipe Group Investigation Dalam Pembelajaran Matematika Materi Fungsi Linear, http://ejournal.unima.ac.id/index.php /jsme/article/view/800 (diakses pada tanggal 28 Agustus 2014)

Sanjaya, Wina, (2010), Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana, Jakarta.

Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Slavin, Robert E., (2005), Cooperative Learning, Nusa Media: Bandung.

Sudrajat, A ,(2008), Pengertian, Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik,dan Model Pembelajaran, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/penger- tian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran/ (diakses pada tanggal 13 Januari 2014)

Suprijono, (2009), Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Jakarta.

(25)

ii

RIWAYAT HIDUP

Sefta A. P. Hutauruk adalah anak keempat dari empat bersaudara. Lahir di

Medan tanggal 07 September 1992. Ayah bernama Alexander Hutauruk dan Ibu

bernama Julyarty Tobing. Pada tahun 1998 penulis masuk SD ST Antonius V

Medan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan sekolah

di SMP Swasta Methodist 2 Medan dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007

penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 3 Medan dan lulus pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Gambar

Gambar 1.1 Hasil Tes Awal
Gambar 1.1 Hasil Tes Awal

Referensi

Dokumen terkait

Dana maksimum untuk jenis Bantuan Penyempurnaan Penelitian Berpotensi Paten maksimum sebesar Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) yang digunakan untuk biaya

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas ridhonya makan penulisan skripsi yang berjudul ““PENGARUH MEDIA SCRABBLE WORD BERGAMBAR TERHADAP

mengelompok dan tersebar berdasarkan letak dan luas kepemilikan lahan, serta keragaman pola wanatani pada berbagai topografi lahan; (3) Pengelolaan hutan rakyat

Praise to be Allah, who gives the writer His blessing and guidance, so the writer can finish his research paper entitled “The Effectiveness of Error Correction Feedback in

Seorang guru yang mempunyai sikap yang baik atau cara mengajar yang baik dapat berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Minat belajar adalah kecenderungan hati dari individu

PKK DAS Citarum 2 2  Pihak ini memiliki kepentingan terhadap keberlanjutan jasa lingkungan DAS namun pihak ini bukan merupakan prioritas dari tujuan mekanisme =>skor 2?.

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari BPS, Bakosutranal, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah, Asosiasi Pengusaha Kelapa

Penelitian ini membatasi teori jenis perubahan makna hanya sembilan, yaitu: (a) perubahan makna dari bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia, (b), perubahan makna akibat