• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ROPES (REVIEW, OVERVIEW, PRESENTATION, EXERCISE, SUMMARY) DENGAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) PADA MATERI KUBUS DAN BALOK SMP NEGERI 35 MEDAN TA. 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ROPES (REVIEW, OVERVIEW, PRESENTATION, EXERCISE, SUMMARY) DENGAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) PADA MATERI KUBUS DAN BALOK SMP NEGERI 35 MEDAN TA. 2014/2015."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

P ERB EDA AN K EMA MP UAN P EME CAH A N MA SA LAH D E NG AN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN ROPES (REVIEW

OVERVIEW, PRESENTATION, EXERCISE, SUMMARY) DAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION)

PADA MATERI KUBUS DAN BALOK SMP NEGERI 35 MEDAN TA. 2014 / 2015

Oleh :

Chrisna Tri Yeheski Sinaga NIM 4113111016

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan berupa ilmu dan kasih sayang sejak awal sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, Bapak Pardomuan Sinambela, S.Pd, M.Pd dan Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran–saran mulai perencanaan penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran–saran dalam perkuliahan, Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Unimed, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA Unimed, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku ketua jurusan Matematika FMIPA Unimed dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku sekretaris jurusan Matematika FMIPA Unimed serta Bapak Drs. Zul Amry selaku ketua Prodi Pendidikan Matematika FMIPA Unimed dan seluruh Bapak, Ibu dosen beserta staf pegawai jurusan matematika FMIPA Unimed yang sudah membantu dan memberikan kelancaran selama penyusunan skripsi ini.

Terima kasih juga kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 35 Medan, Ibu Juniati, S.Pd, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian, guru bidang studi Matematika Nur Aisyah, S.Pd dan para guru SMP Negeri 35 Medan beserta siswa – siswi kelas VIII-5 dan VIII-6 yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

(4)

iii orangtua tercinta sebagai bukti terimakasih saya untuk pengorbanan dan perjuangan mereka untuk menguliahkan saya.

Terimakasih juga kepada saudara – saudari saya yakni: Ekha Yunora Sinaga, SE, Putra Dwi Fringgas Sinaga dan Gratia Noverio Sinaga, yang telah memberikan dorongan, semangat untuk terus menjadi yang terbaik. Serta kepada seluruh keluarga yang begitu banyak memberikan doa, motivasi, semangat serta dukungan moral kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Unimed.

Ucapan terima kasih juga kepada sahabat-sahabat seperjuangan Matematika DIK C 2011, sahabat dalam suka dan duka yang tak tersebutkan satu persatu dan selalu memberi semangat dan dukungan selama proses perkuliahan yaitu Silva, Putri, Risda, Mai, Jessica, Mery, Nonce, Lenra, Martha, Grestica, Stepany.

Terimakasih juga terkhusus kepada Invokavit SG ( kak echo kece) selama empat tahun kita boleh saling mengisi, saling melengkapi, saling berbagi dalam suka dan duka, terimakasih untuk setiap doa dan pengharapan yang diberikan kepada penulis.

Terimakasih juga penulis ucapkan kepada sahabat, kakanda, adik – adik seperjuangan di HIMAPSI (Himpunan Mahasiswa dan Pemuda Simalungun) terkhusus kepada: Lenda, Rona, bang Jony, bang Riko, bang Immanuel, Maylista, Sastra, bang Medy,bang Aris, Mulia, bang Jalinson dll.

Terima kasih juga kepada teman-teman PPLT Unimed 2014 (Kelewang Raya) di SMK Negeri 1 Raya yang selalu memberi dukungan dan berbagi pengalaman bersama penulis yakni Arnol, Benny, Christian, Christiani, Erwinton, Grace, Hendro, Johannes, Josua, Lassena, Moses, Martina, Michael, Raven, Roy, Shanny, William, Yeltsin.

(5)

iv Terimakasih penulis ucapkan secara khusus kepada Jony Karno Damanik yang siap sedia kapanpun, dimanapun, dalam keadaan apapun yang ringan tangan dan ikhlas hati dalam memberikan dorongan, motivasi, teguran, kritikan dan telah berbuat banyak kepada penulis dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.

Medan, Juni 2015 Penulis,

(6)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DENGAN

Penelitian ini dilakukan karena kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di kelas VIII SMP Negeri 35 Medan sangat rendah, dilihat dari tes awal (Observasi) dan hasil diskusi dengan guru bidang studi. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran ROPES lebih baik daripada Model Pembelajaran STAD pada materi Kubus dan Balok kelas VIII SMP Negeri 35 Medan T.A. 2014/2015.

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 35 Medan T.A. 2014/2015, sedangkan yang menjadi sampel sasaran dalam penelitian ini ada dua kelas, yaitu kelas VIII-6 sebanyak 37 siswa sebagai kelas eksperimen A dengan Model Pembelajaran ROPES dan kelas VIII-5 sebanyak 36 siswa sebagai kelas eksperimen B dengan Model Pembelajaran STAD. Instrumen penelitian ini berupa pretes dan postes yang berbentuk essay tes yang telah valid dan reliabel sebanyak 5 soal. Sebelum instrumen diberikan pada siswa kelas eksperimen A dan siswa kelas eksperimen B, essay tes pretest dan postest terlebih dahulu diuji coba di kelas IX-2 SMP Negeri 35 Medan.

. Nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran ROPES pada soal pretest 34,054 dan pada soal postest 71,24 maka tingkat perubahan kemampuan pemecahan masalah adalah 37,186. Sedangkan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan menggunakan Model Pembelajaran STAD pada soal pretest 33,055 dan pada soal postest 59,555 maka tingkat perubahan kemampuan pemecahan masalah adalah 26,5. Dari hasil analisis data, untuk uji normalitas diperoleh pretest kelas eksperimen A χ2

hitung = 1,170 < χ2 tabel= 11,070 dan pretest kelas eksperimen B χ2 hitung = 3,566 < χ2

tabel = 11,070 sehingga dapat disimpulkan data pretes kedua kelas adalah berdistribusi normal. Sedangkan data postest kelas eksperimen A diperoleh χ2

hitung = 5,284 < χ2

tabel = 11,070 dan posttest kelas eksperimen B diperoleh χ2hitung = 8,765 < χ2 tabel = 11,070 sehingga dapat disimpulkan data postest kedua kelas adalah berdistribusi normal. Untuk uji homogenitas data pretest (1,31 < 1,75) dan postest (1,0256 < 1,7554) adalah homogen dengan taraf nyata .

(7)

ARTIKEL JURNAL

Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dengan Menggunakan Model Pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise,

Summary) dan STAD (Student Teams Achievement Division) pada

Materi Kubus dan Balok SMP Negeri 35 Medan TA.2014/2015

1 Chrisna Tri Yeheski Sinaga, 2 Pargaulan Siagian

1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan (UNIMED)

e-mail: chrisna3sinaga@gmail.com

2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan (UNIMED)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan menggunakan Model Pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summay) lebih baik dibandingkan STAD (Studet Teams Achievement Division) terhadap materi Kubus dan Balok SMP Negeri 35 Medan.

Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di SMP Negeri 35 Medan, menggunakan rancangan penelitian ”Pretest Postest Control Group Design” dengan melibatkan sampel sebanyak dua kelas yang diambil dengan teknik random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan pemecahan masalah matematika. Data dianalisis dengan menggunakan uji chi kuadrat, uji F, dan uji T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran ROPES lebih baik dibandingkan model pembelajaran STAD pada materi Kubus dan Balok Kelas VIII SMP Negeri 35 Medan TA. 2014/2015

Kata kunci: model pembelajaran ROPES (review, overview,presentation, exercise, summary), model pembelajaran STAD (student teams achievement divison), kemampuan pemecahan masalah matematika

Abstract

The main of this research was to know the ability problem solving of mathematics which teachable with Cooperative learning type ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) better than STAD (Student Teams Achievement Division) against on the cube and beams SMP Negeri 35 Medan. This experimental research was conducted at SMP Negeri 35 Medan by using ”Pretest and Postest Control Group Design” involving two classes as the sample selected by random sampling technique. The test used to in this research those were ability problem solving of mathematics. The data were analyzed by a Chi Kuadrat Test, F- Test, and T-Test. The research results that the ability problem solving of mathematics with cooperative learning type ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) better than STAD (Student Teams Achievement Division) on the cube and beams SMP Negeri 35 Medan

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Identifikasi Masalah 11

1.3.Batasan Masalah 11

1.4.Rumusan Masalah 11

1.5.Tujuan Penelitian 12

1.6.Manfaat Penelitian 12

1.7.Defenisi Operasional 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 14

2.1.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika 14

2.1.1.1. Pengertian Belajar 14

2.1.1.2 Pengertian Pembelajara 16 2.1.2. Masalah dalam Pembelajaran Matematika 19 2.1.3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 22

2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif 25

2.1.5 Pembelajaran Kooperatif ROPES 26

(9)

2.1.6.1. Kelebihan Model Pembelajaran STAD 30 2.1.6.2. Kekurangan Model Pembelajaran STAD 30 2.1.6.3. Perbandingan Model Pembelajaran STAD dan ROPES 31

2.1.7 Materi Kubus dan Balok 32

2.1.7.1. Unsur pada Kubus dan Balok 32

2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan 38

2.3 Kerangka Konseptual 40

2.4 Hipotesis Penelitian 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 44

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 44

3.2.1. Populasi Penelitian 44

3.2.2. Sampel Penelitian 44

3.3 Variabel Penelitian 45

3.3.1. Variabel Bebas 46

3.3.2. Variabel Terikat 47

3.4 Alat Pengumpul Data 47

3.4.1 Tes 47

3.4.2 Teknik Pemberian Skor 48

3.4.3 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 49

3.5 Instrumen Pengumpulan Data 50

3.5.1 Uji Validitas 50

3.5.2 Uji Reliabilitas 52

3.5.3 Uji Indeks (Tingkat) Kesukaran 53

3.5.4 Uji Daya Pembeda Soal 54

3.6 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian 54

3.7 Prosedur Penelitian 56

3.8 Analisis Hasil Observasi 59

3.9 Teknik Analisis Data 59

3.9.1 Menghitung Rata- Rata Skor 59

(10)

3.9.3 Uji Normalitas 60

3.9.4 Uji Homogenitas 61

3.9.5 Uji Hipotesis 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data 65

4.1.1. Nilai Pretest Kelas ROPES dan STAD 65 4.1.2. Nilai Postest Kelas ROPES dan STAD 67

4.1.3. Analisis Data 69

4.1.3.1 Uji Hipotesis 69

4.2 Pembahasan 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 75

5.2 Saran 75

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Pedoman Pemberian Skor Tes Pemecahan Masalah Matematika 48

Tabel 3.2 Pedoman TKPM 49

Tabel 3.3 Contoh Data Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) 50

Tabel 3.4 Rancangan Penelitian 56

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Hasil Tes Awal 4

Gambar 2.1 Kubus 32

Gambar 2.2 Jaring – Jaring Kubus 34

Gambar 2.3 Balok 34

Gambar 2.4 Contoh Jaring – jaring Balok 36

Gambar 2.5 Kubus 37

Gambar 2.6 Balok 37

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian 58

(13)

vii DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. RPP I Kelas Eksperimen A 79

Lampiran 2. RPP II Kelas Eksperimen A 84

Lampiran 3. RPP III Kelas Eksperimen A 89

Lampiran 4. RPP I Kelas Eksperimen B 94

Lampiran 5. RPP II Kelas Eksperimen B 98

Lampiran 6. RPP III Kelas Eksperimen B 102

Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I 106 Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II 109 Lampiran 9. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) III 117 Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian LAS I 124 Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian LAS II 127 Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian LAS III 134 Lampiran 13. Kisi-Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa 140

Lampiran 14. Soal Pretest 142

Lampiran 15. Soal Postest 144

Lampiran 16. Alternatif Penyelesaian Pretest 146 Lampiran 17. Alternatif Penyelesaian Postest 150 Lampiran 18. Lembar Validasi dan Validator 155 Lampiran 19. Lembar Observasi Aktivitas Guru di Kelas Eksperimen A 159 Lampiran 20. Lembar Observasi Aktivitas Guru di Kelas Eksperimen B 160 Lampiran 21. Data Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen A 161 Lampiran 22. Data Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen B 162

Lampiran 23. Perhitungan Normalitas Data 163

(14)
(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan suatu ilmu yang berkenan dengan ide – ide, struktur – struktur, dan hubungan yang diatur secara logika, sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep – konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif. Belajar matematika merupakan suatu proses yang berkesinambungan untuk memperoleh konsep, ide dan pengetahuan baru yang berdasarkan pengalaman – pengalaman sebelumnya, oleh karena itu untuk setiap materi, siswa diharapkan benar – benar menguasai konsep yang diberikan oleh guru, karena konsep tersebut akan digunakan untuk mempelajari materi berikutnya dan pada akhirnya tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut akan tercapai.

Tujuan siswa belajar matematika bukan sekedar untuk mendapatkan nilai tinggi dalam ujian, namun tujuan yang paling utama adalah siswa mampu memecahkan masalah matematika, sehingga nantinya mereka mampu berpikir kritis, logis dan sistematis dalam memecahkan masalah kehidupan yang dihadapinya.

(16)

2

mengekpresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoretisnya adalah memudahkan untuk berpikir”. Selain itu, ada alasan lainnya tentang perlunya belajar matematika seperti yang dikemukakan oleh Cocroft (dalam Abdurrahman 2012: 204 ) yaitu:

Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Namun tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak sejalan dengan tanggapan siswa. Karena pada kenyataannya tidak sedikit siswa yang menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit, sehingga siswa kurang berminat dalam belajar matematika. Abdurrahman (2012: 202) menyatakan bahwa: “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”. Hal tersebut mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Hal yang sama juga terjadi di SMP Negeri 35 Medan, peneliti pada saat melakukan observasi di sekolah tersebut melalui wawancara kepada beberapa siswa dan melalui angket menyimpulkan bahwa lebih banyak siswa di kelas yang kurang menyukai pembelajaran matematika, dari 37 siswa terdapat 23 siswa yang kurang meminati matematika, hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor, yakni: matematika merupakan pembelajaran yang sulit, memiliki banyak rumus yang harus dikuasai, banyak perhitungannya, guru yang cenderung kejam jika mengajar di kelas, siswa cenderung sulit jika disuruh mengerjakan tugas rumah, pembelajaran yang monoton dan kurang menarik, dll.

(17)

3

Saat dilakukan observasi di kelas VIII-5 SMP Negeri 35 Medan, ternyata relasi siswa dengan siswa saat pembelajaran di kelas tersebut kurang terjalin dengan baik. Dimana siswa belajar secara individualistis dan juga kompetitif. Mereka terkesan berlomba dalam menyelesaikan suatu persoalan yang diberikan guru secara sendiri dan tidak mau bekerjasama dan bertukarpikiran bersama dalam memecahkan persoalan matematika tersebut. Dari hasil wawancara dengan Ibu Nuraisyah juga menyatakan hal yang demikian juga bahwa: “Siswa dominan belajar secara individualistis”.

Belajar individualistis dan kompetitif jika disusun dengan baik, akan efektif dan merupakan cara memotivasi siswa untuk melakukan yang terbaik. Namun Slavin menyatakan (dalam Trianto 2009: 55) bahwa:

Terdapat beberapa kelemahan pada belajar kompetitif dan individualistis, yaitu: (a) kompetisi siswa kadang tidak sehat. Sebagai contoh jika seorang siswa menjawab pertanyaan guru, siswa lain berharap agar jawaban yang diberikan salah, (b) siswa berkemampuan rendah akan kurang termotivasi, (c) siswa berkemampuan rendah akan sulit untuk sukses dan semakin tertinggal, dan (d) membuat frustasi siswa lainnya.

Untuk menghindari hal-hal tersebut dan agar siswa dapat membantu siswa yang lain untuk mencapai sukses, maka jalan keluarnya adalah dengan belajar kooperatif. Sejalan dengan hal tersebut Stahl (dalam Isjoni 2009: 15) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong-menolong dalam perilaku sosial. Kemudian Johnson & Johnson (dalam Trianto 2009: 57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.

Selain itu, siswa saat ini sangat sulit jika diperhadapkan dengan soal – soal yang berbentuk aplikasi matematika terkhusus jika soal dibuat dalam bentuk soal cerita, karena mereka sulit memahami maksud soal, mereka cenderung malas untuk diajak berpikir dan malas untuk menganalisa soal. Sehingga, hasil belajar dan kemampuan siswa tergolong rendah.

(18)

4

tersebut, sekitar enam siswa yang tidak mampu menuliskan apa yang diketahui dan yang ditanyakan pada soal. Bagaimana mereka bisa mengerjakan soal tersebut? Jika apa yang dimaksudkan oleh soal pun tidak bisa mereka pahami. Kemudian untuk melihat bagaimana kemampuan pemecahan masalah mereka, disusun langkah – langkah penyelesaian masalah melalui pertanyaan – pertanyaan yang menuntun mereka untuk bisa memecahkannya. Namun, hanya beberapa orang saja yang mampu memecahkan permasalahan. Selain itu, siswa juga kurang mengerti maksud dari penarikan kesimpulan dari penyelesaian yang mereka kerjakan di langkah – langkah sebelumnya.

Peneliti memberikan tes awal untuk mengetahui bagaimana kemampuan pemecahan masalah siswa di SMP Negeri 35 Medan. Soal yang diberikan adalah materi prasyarat untuk mempelajari kubus dan balok yaitu materi bangun datar. Soal yang diberikan berupa soal uraian dan soal disusun berdasarkan prosedur pemecahan masalah POLYA. Standar nilai KKM untuk pelajaran metematika di SMP Negeri 35 adalah 70. Dari hasil tes tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan siswa di kelas VIII-5 tergolong rendah, nilai rata – rata kelas mereka adalah 31.929, sangat jauh dari standar kelulusan mereka. Dari 37 siswa, hanya 4 siswa yang nilainya di atas 70. Jika di persentasekan hanya berkisar 10,81 % saja yang lulus. Sementara 33 siswa atau berkisar 89,189 % nilainya tidak lulus.

Gambar 1. Hasil Tes Awal

Hasil Tes Awal

1. Lulus

(19)

5

Pemecahan masalah merupakan upaya memperoleh solusi masalah dengan menerapkan pengetahuan matematika dan melibatkan keterampilan siswa berpikir dan bernalar. Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika dapat berfungsi sebagai konteks (problem solving as context), sebagai keterampilan (problem solving as skill), dan sebagai senidari matematika (problem solving as art) atau Stanick dan Kilpatrick mengistilahkannya sebagai heart of mathematics.

Pembelajaran matematika yang diharapkan menurut Daniel dan David (2008: 221) menyatakan bahwa: “Matematika merupakan “kendaraan” utama untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada anak-anak”. Selanjutnya Holmes (dalam Wardhani dkk, 2010: 20) menyatakan bahwa: “orang yang terampil memecahkan masalah akan mampu berpacu dengan kebutuhan hidupnya, menjadi pekerja yang lebih produktif, dan memahami isu-isu kompleks yang berkaitan dengan masyarakat global”. Dengan demikian berpikir logis serta terampil memecahkan masalah merupakan hal yang sangat perlu dimiliki oleh siswa agar menjadi manusia yang siap untuk menyongsong masa depan.

Arends mengatakan (dalam Trianto 2009: 7), “It is strange that we expect students to learn yet seldom teach then about learning, we expect student to solve problem yet seldom teach then about problem solving.”

yang berarti, dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.

(20)

6

disampaikan oleh guru. Jika proses pembelajaran seperti itu terus dilakukan maka siswa akan cenderung menempatkan matematika sebagai objek bukan sebagai alat.

Pembelajaran yang monoton, kurang menarik dan tidak banyak membuat siswa untuk mengalami sendiri pembelajaran matematika. Kesadaran dan minat belajar siswa di kelas cukup rendah, mereka belum memahami bahwasanya jika ilmu itu mereka cari sendiri akan lebih bermakna dan berguna untuk mereka.

Pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seorang yang sedang dalam proses”. Dengan pembelajaran bermakna maka siswa memperoleh informasi yang bermakna. Jika pengetahuan yang diperoleh siswa bermakna maka siswa akan mudah menerapkan pengetahuan tersebut untuk memperoleh pengetahuan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Freudenthal (dalam Wijaya, 2012: 3) bahwa: “Suatu ilmu pengetahuan akan sulit untuk kita terapkan jika ilmu pengetahuan tersebut tidak bermakana bagi kita. Kebermaknaan ilmu pengetahuan juga menjadi aspek utama dalam proses belajar. Proses belajar akan terjadi jika pengetahuan yang dipelajari bermakna bagi pembelajar”.

Menurut As’ari (2000) perilaku pembelajaran matematika yang diharapkan seharusnya adalah sebagai berikut:

 Pemberian informasi, perintah dan pertanyaan oleh guru mestinya hanya sekitar 10 sampai dengan 30 %, selebihnya sebaiknya berasal dari siswa.

 Siswa mencari informasi, mencari dan memilih serta menggunakan

sumber informasi.

 Siswa mengambil inisiatif lebih banyak.

 Siswa mengajukan pertanyaan.

 Siswa berpartisipasi dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.

 Ada penilaian diri dan ada penilaian sejawat.

(21)

7

mendesain pembelajaran untuk membantu sehingga tercapai tujuan pembelajaran”.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang menuntut adanya kelompok-kelompok untuk bekerja sama dalam menyelesaikan tugas bersama dan mereka harus saling berdiskusi untuk menyelesaikan tugas bersama yang telah diberikan oleh guru dalam memaksimalkan belajar mereka. Slavin (2005: 10) menyatakan model pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya. Sehingga dengan model ini pembelajaran mendukung terjalinnya hubungan siswa dengan siswa yang baik dan efektif dalam meningkatkan hasil belajar metematika siswa.

Pembelajaran kooperatif bernaung pada teori konstruktivisme. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi, keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki siswa untuk dapat mengatasi masalah atau memecahkan masalah dengan bekerjasama dalam kelompok. Tujuan dibentuknya kelompok adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. (dalam Trianto, 2009: 56).

Ada berbagai tipe dalam pembelajaran kooperatif yakni: STAD

(Student Team Achievement Division), Tim Ahli (Jigsaw), Investigasi Kelompok, TPS (Think Pair Share), NHT (Numbered Head Together), ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary, dll.

Untuk itu peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran cooperative

learning tipe ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) dan

(22)

8

dapat membangkitkan ketertarikan siswa terhadap materi dan dapat membelajarkan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran sehingga mereka mampu memecahkan masalah – masalah yang terkait dengan pembelajaran

matematika. Model pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation,

Exercise, Summary) merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan, melakukan latihan dan menyimpulkan sesuatu yang telah dipelajarinya dengan tetap dibawah arahan guru. Model ROPES (dalam Majid, 2006:89) adalah model yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

(1). Review yakni kegiatan ini dilakukan untuk mengukur kesiapan siswa untuk mempelajari bahan ajar yang akan diberikan oleh guru tersebut. (2). Overview yakni kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan menjelaskan program pembelajaran saat itu dan menyampaikan isi secara singkat (3). Presentation yakni proses inti dari kegiatan belajar mengajar, masuk pada proses telling, showing dan doing. (4). Exercise yakni suatu proses untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekan apa yang telah mereka pahami. (5). Summary yakni pengambilan kesimpulan untuk memperkuat apa yang mereka pahami dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran ROPES sudah pernah diterapkan oleh Dwi Astuti

yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran ROPES (Review,

Overview, Presentation, Exercise, Summary) Menggunakan Pengajaran Tutor Sebaya Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII SMPN 15 TA. 2012/2013 Sijunjung”. Dilakukan di dua kelas dengan reliabilitasnya sebesar 0,79. Dari penelitian yang diperoleh data dari hasil tes akhir yang diberikan pada kedua kelas maka diperoleh nilai tertinggi pada kelas eksperimen yaitu 92,7 dan nilai terendah 43,75, sedangkan nilai tertinggi pada kelas kontrol 87,5 dan terendah 15,6. Rata – rata nilai yang diperoleh di kelas eksperimen yaitu 70,31 sedangkan di kelas kontrol yaitu 51,78. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap masalah maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran ROPES menggunakan pengajaran tutor sebaya lebih baik daripada pembelajaran konvensional di kelas VIII SMP Negeri 15 Sijunjung.

(23)

9

menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen (Trianto 2009: 68). Pada tipe ini, siswa dituntut bekerja dengan tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran, sehingga siswa saling mendukung dan membantu satu sama lain untuk mencapai pemahaman mengenai pelajaran. Hal ini sejalan dengan gagasan utama yang dinyatakan Slavin (2005: 12) yaitu bahwa gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Isjoni (2009: 74) yang mengatakan bahwa: “STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal”. Sehingga STAD baik digunakan karena siswa yang kurang baik dalam pelajaran dapat terbantu.

Model pembelajaran STAD sudah pernah diterapkan oleh Rini Sidauruk yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika di kelas IX SMP Trisakti 1 Medan T.A.2009/2010”. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa dari 42 orang siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model koperatif tipe STAD terdapat 37 orang

siswa atau 88,1% yang memperoleh tingkat penguasaan siswa 65%. Dari hasil

observasi diperoleh rata-rata keseluruhan hasil observasi berada pada nilai 3,35. Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada materi pokok bahasan pangkat tak sebenarnya dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berlangsung dengan efektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pokok pangkat tak sebenarnya di kelas IX SMP.

Model pembelajaran yang diangkat dalam rencana penelitian ini adalah

perbedaan model pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation,

(24)

10

langsung, diantara model ROPES atau STAD tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Peneliti akan membedakan kemampuan pemecahan masalah dengan menggunakan model ROPES dan STAD, yang mana yang lebih baik diantara kedua model tersebut pada materi kubus dan balok.

Secara umum kedua tipe pembelajaran tersebut sama yaitu memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok serta meningkatkan solidaritas dikalangan siswa. Akan tetapi dari segi pelaksanaan, keduanya adalah berbeda. ROPES lebih menekankan pembelajaran bermakna melalui proses presentasi (telling, showing, dan doing) siswa mempraktekkan langsung, menemukan konsep sehingga memahami bagaimana pemecahan masalah

matematika sedangkan pada STAD tidak demikian karena tidak ada proses doing

yang artinya siswa dituntut untuk mempraktekkan sendiri pembelajaran matematika. Karena kedua model tersebut sudah pernah diterapkan dalam jenis penelitian tindakan kelas, dan keduanya sama-sama meningkatkan prestasi belajar siswa, serta dari hasil wawancara guru mata pelajaran yang menyatakan bahwa model ROPES dan STAD belum pernah diterapkan di sekolah SMP Negeri 35 Medan. Siswa bingung pada materi yang sifatnya abstrak seperti pokok bahasan bangun ruang sehingga peneliti tertarik untuk meneliti kedua model pembelajaran tersebut pada materi kubus dan balok di SMP Negeri 35 Medan. Dan peneliti ingin membedakan model pembelajaran yang manakah yang lebih efektif dan efisien digunakan untuk mempelajari kubus dan balok pada materi bangun ruang, apakah model pembelajaran ROPES atau STAD?

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dengan Menggunakan Model Pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation , Exercise, Summary) dan STAD (Student Teams Achievement

Division) pada Materi Kubus dan Balok SMP Negeri 35 Medan

(25)

11 1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Matematika merupakan bidang studi yang dianggap sulit bagi siswa.

2. Hasil belajar dan kemampuan pemecahan masalah siswa rendah berdasarkan

hasil ulangan harian, ujian tengah semester, ujian semester dan hasil wawancara dengan guru.

3. Siswa dalam pembelajaran masih bersifat individualistis.

4. Siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah yang terkait dalam soal aplikasi atau dalam bentuk soal cerita berdasarkan hasil wawancara dengan guru.

5. Model pembelajaran yang digunakan dikelas kurang mendukung siswa untuk

aktif dalam pembelajaran.

1.3 Batasan Masalah

Untuk mengarahkan penelitian ini sehingga lebih spesifik dan terfokus, melihat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori serta mengingat pentingnya kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada: Perbedaan Model Pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) dengan Model Pembelajaran STAD (Student Team Achievment Division) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi Kubus dan Balok Siswa Kelas VIII SMP N egeri 35 Medan T.A 2014/2015.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

(26)

12 1.5Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan

pemecahan masalah dengan menggunakan Model Pembelajaran ROPES lebih baik dibandingkan Model Pembelajaran STAD pada materi Kubus dan Balok Siswa Kelas VIII SMP Negeri 35 Medan TA 2014/2015.

1.6Manfaat Penelitian

Setelah penelitian dilaksanakan, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi siswa, agar dapat memahami pembelajaran matematika dan

meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah matematika. 2. Bagi guru, sebagai bahan informasi tambahan serta pertimbangan dalam

memilih model pembelajaran yang sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan serta meningkatkan pengetahuan guru dalam melaksanakan

Model Pembelajaran ROPES dan STAD.

3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil

kebijaksanaan dalam pembelajaran matematika.

4. Bagi peneliti, menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan

keilmuan serta sebagai bahan masukan selaku calon guru matematika untuk dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif khususnya dalam pokok bahasan Kubus dan Balok.

5. Dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan cakupan yang lebih luas, untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

1.7Definisi Operasional

Adapun yang menjadi defenisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah kesanggupan

(27)

13

2. Model pembelajaran kooperatif tipe ROPES (Review, Overview,

Presentation, Exercise, Summary) adalah salah satu model pembelajaran aktif yang digunakan guru untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar serta melatih kesiapan siswa terhadap materi pembelajaran yang disampaikan. Model pembelajaran ini merupakan model yang sangat baik dalam belajar materi kubus dan balok karena siswa tak hanya pasif di dalam kelas tetapi melakukan sendiri pada tahapan presentation yang terdiri dari (telling, showing, doing), berupa praktek pembelajaran serta melakukan latihan lalu membuat kesimpulan untuk memperoleh pembelajaran bermakna.

(28)
(29)

75 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran ROPES lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran STAD pada materi Kubus dan Balok kelas VIII SMP Negeri 35 Medan T.A. 2014/2015.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah:

1. Agar pembelajaran dapat mencapai tujuan yang optimal, guru disarankan dapat memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat sehingga siswa aktif dalam proses belajar mengajar.

2. Kepada pengajar matematika SMP dapat menggunakan model pembelajaran koperatif tipe ROPES (Review, Overview, Presentation,

Exercise,Summary) sebagai salah satu alternatif pembelajaran dalam upaya

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah dan mampu dengan sendirinya memahami dan mempelajari materi yang diajarkan.

(30)

76

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2012. Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis dan

Remediasinya. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta

Arnita. 2013. Pengantar Statistika. Bandung: Cita Pustaka Media Perintis

As’ari, A.R. 2000. Peningkatan Mutu Pendidikan Matematika . Malang : UM

Malang

Daniel dan David. 2008. Teknik Mengajar Matematika. Jakarta : PT Bumi Aksara

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No

22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

_________. 2004. Petunjuk Teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas

Nomor 506/C/PP/2004 tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik

SMP. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

_________. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa

Depdiknas

Hamruni. 2011. Strategi Pembelajaran.Yogyakarta: Insan Madani

Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum matematika dan Pelaksanaannya di

Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional

Isjoni, H. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan, Komunikasi

Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Istarani. 2012. Kumpulan 39 Metode Pembelajaran. Medan: CV. Iscom Medan

Jacob, C. 2012. Matematika Sebagai PemecahanMasalah. Bandung: FPMIPA

(31)

77

Jihad, A. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika. Yogyakarta: Multi

Presindo

Majid, A. 2005. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosda Karya

Muslich, M. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual

(Panduan bagi guru,Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah. Jakarta:

Bumi Aksara

Ngalimun. 2011. Strategi dan Model Pembelajaran.Yogyakarta: Aswaja

Pressindo

Notoatmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Novitasari, F. 2013. Model atau Metode ROPES.

http://fitrianovitasari.blogspot.com/2013/06/model-atau-metode-ropes.html (Diakses tanggal 20 Januari 2015)

Nuharini, D. 2008. Matematika Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Pusat

Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Nurhadijah, L. 2013. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan

Metakognisi Matematika Antara Siswa Yang Diberi Pembelajaran

Berbasis Masalah Dengan Pembelajaran Ekspositori,Tesis tidak

dipublikasikan,Medan: Pascasarjana UNIMED (Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah).

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada

Shadiq, F. 2004. Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalam

Pembelajaran Matematika. http://www.fadjarp3g@wordpress.com

(Diaksestanggal 15 Februari 2015)

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta

Slavin, R. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:

Nusa Medi

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiono, 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R & D. Bandung: Alfabeta

(32)

78 Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Turmudi. 2008. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika

Berparadigma Eksploratif dan Inovatif. Jakarta: Leuser Citra Pustaka

Wardhani, dkk. 2010. Penilaian Hasil Belajar Matematika Aspek

Pemahaman Konsep, Penalaran-Komunikasi, Pemecahan Masalah di

SMP. Yogyakarta:PPPPTK

Wijaya, A. 2012. Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif

Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Graha Ilmu

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/modelpembelajarancooperativelearni ng.html (diakses tanggal: 11 Februari 2015, Pukul: 06.39 WIB)

http://makalahulumal-quran.blogspot.com/2011/11/perencanaan-sistem

pembelajaran-model.html(Diakses tanggal 14 Desember 2014 Pukul: 21 :48 WIB)

http://www.kajianteori.com/2014/02/pengertian-pembelajaran-matematika.html (diakses tanggal 23 Januari 2014)

Gambar

Tabel 3.1 Pedoman Pemberian Skor Tes Pemecahan Masalah Matematika
Gambar 1     Hasil Tes Awal
Gambar 1.  Hasil Tes Awal

Referensi

Dokumen terkait

Anda beranggapan demikian karena jantung kita dalam batas tertentu mampu melindungi dari iskemia, akan tetapi apabila kebutuhan jantung bertambah misalkan saat anda

Sistem JPKM ini merupakan sistem asuransi bagi keluarga mampu sehingga kedepan diharapkan akan mengurangi beban Pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar di bidang kesehatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minat mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Semester VI dan VIII di Surakarta untuk mengikuti PPA dipengaruhi oleh

Di dalam cagar alam Pringombo terdapat berbagai macam tumbuhan yang salah satunya adalah Spermatophyta dalam variasi yang banyak jumlahnya.. Namun dengan semakin maraknya

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan di PT Tiga Manunggal Synthetic Industries (PT TIMATEX), Salatiga Departemen Weaving yang berjumlah 607 karyawan. Sampel dalam

Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan perencanaan yang baik melalui strategi ‘Injeksi’ terjadi

PENGARUH ARUS KAS OPERASI DAN LABA AKUNTANSI TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR..

Dengan menggunakan cara pengujian uji coba (penyesuaian algoritma pemrograman dan mekanik robot), hanya algoritma pemrograman berjalan yang berhasil 100 % dan belum