S STRATE PERM K GI SURV MUKIMA KABUPAT Diaju UNIVER VIVAL R AN NELA TEN SUM kan Untuk Menc VI NIRM FA RSITAS M RUMAH T AYAN KE MBAWA k Memen capai Der Fakultas Diajuk INDI DW M: 99.6.10 Ke KULTAS MUHAM 2 TANGGA ECAMAT A NUSA T
nuhi Salah rajat Sarja
s Geograf
kan Oleh :
WIPA IND 06.09010 epada S GEOGR MMADIY 009 A NELAY TAN LAB TENGGA
h Satu Pers ana S-1 fi DRA .5.0094 RAFI YAH SUR
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Permasalahan
Sebagai bangsa yang memiliki wilayah laut luas dan daratan yang subur
sudah semestinya Indonesia menjadi bangsa yang makmur. Menjadi tidak wajar
manakala kekayaan yang demikian besar ternyata tidak dapat mensejahterakan.
(Kusnadi, 2003).
Kelautan dan perikanan merupakan salah satu contoh bentuk salah kelola
yang ada di negeri ini. Berpuluh-puluh tahun perhatian pada sektor kelautan dan
perikanan dikatakan minus. Akibatnya laut dan ikan menjadi kekayaan yang
terbengkalai dan ironisnya hanya dinikmati segelintir orang dan bangsa lain yang
banyak meraup kenikmatan.
Beruntung rezim orde baru jatuh pada tahun 1998, sehingga muncul
kesadaran kelautan pada beberapa orang di negeri ini. Kritik tajam dan arah pada
pembangunan yang berorientasi pada daratan menjadi titik pacu pembangunan dunia
kelautan. Laut yang selama ini termarginalisasi, hanya dijadikan tempat pembuangan
sampah dan limbah, mulai mendapat perhatian baru. Masyarakat di daerah perairan
laut yang kenyang kemiskinan, derita keterbelakangan dan kekumuhan lingkungan
mendapat injeksi untuk kebangkitan dunia baru.
Tujuan akhir pembangunan nasional adalah tercapainya masyarakat
sejahtera adil dan makmur yang merata pada bidang materiil dan spiritual
berdasarkan pancasila dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia. Sampai
akhir repelita 1 pada pembangunan jangka panjang pertama banyak hasil yang telah
dicapai dengan ditandai meningkatnya kesejahteraan dan naiknya tingkat hidup
masyarakat pada umumnya (GBHN, 1999). Namun demikian ada sebagian
masyarakat yang dirasakan masih tertinggal kesejahteraannya dibanding dengan
kelompok masyarakat lain yang salah satunya adalah kelompok masyarakat nelayan.
Nelayan yang merupakan sebagian dari sekian banyak tenaga kerja, disamping
sebagai faktor produksi juga sebagai sumberdaya manusia dan sebagai sumber
Desa-desa nelayan adalah wilayah yang merupakan potensi kemiskinan
dibanding dengan golongan sosial lainnya, kehidupan sosial nelayan relatif lebih
terpuruk. Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendapatan para nelayan, tidak
mempunyai cukup tanah untuk mendukung keluarganya atau tidak mempunyai akses
dalam lapangan pekerjaan di luar pertanian yang dapat memberi penghidupan yang
layak.
Kemiskinan kehidupan nelayan tidak lepas dari kebijaksanaan modernisasi
peralatan tangkap yang dimulai tahun 1970-an. Kebijaksanaan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan aktivitas penangkapan ikan, produksi perikanan dan perbaikan
distribusi penghasilan nelayan. Untuk menunjukkan kebijaksanaan tersebut
pemerintah sejak tahun 1974 telah mengimplementasikan berbagai program kredit
untuk membantu nelayan tradisional. Namun dalam kenyataannya tidak semua
nelayan memiliki kesempatan untuk memanfaatkan program kredit tersebut (Dirjen
Perikanan 1990).
Akibat dari keadaan tersebut nelayan terlibat dalam jaringan utang-piutang
dengan penyedia modal informal. Mereka ini adalah para tengkulak atau pedagang
perantara, pedagang ikan, pemilik warung atau rentenir. Dalam banyak hal
keterkaitan utang-piutang dengan pemilik modal informal ini tidak menguntungkan
nelayan. Kekuasaan modal dan kekuatan monopoli yang dimiliki oleh para pedagang
ikan merupakan sarana yang memperlemah posisi tawar menawar nelayan dalam
transaksi perdagangan hasil tangkapan mereka. Oleh sebab itu bagi nelayan
tradisional tidak ada lagi ruang untuk melepaskan diri dari pengaruh pemilik modal
informal mengingat penangkapan ikan memerlukan modal yang tidak sedikit. Ikatan
utang-piutang itu merupakan bagian dari mata rantai yang membentuk kemiskinan
dikalangan nelayan. Bahkan utang-piutang tersebut akan diwariskan kepada
anak-anak nelayan jika orang tua mereka sudah tidak mampu lagi bekerja sebagai nelayan
atau sudah meninggal dunia. Kemiskinan dikalangan nelayan memang sangat
komplek, disamping karena faktor-faktor siklus alam, keterbatasan sumberdaya
manusianya, persaingan dalam penangkapan ikan yang semakin kompetitif, jaringan
perdagangan ikan yang menguntungkan pihak produsen, kemiskinan nelayan juga
nelayan secara nasional dapat dilakukan dengan mengurangi ketergantungan mereka
kepada sumberdaya laut. Konversi pekerjaan ini sangat penting untuk mengurangi
proses eksploitasi sumberdaya laut yang berlebihan. Ini berarti daerah pedesaan harus
banyak tersedia sektor pekerjaan diluar sektor tradisional yang selama ini digeluti
oleh nelayan. Penciptaan lapangan kerja baru seperti sektor jasa, perdagangan dan
industri rumah tangga sangat dimungkinkan dengan bantuan pemerintah lewat
bantuan Inpres Desa Tertinggal (IDT). Kondisi kemiskinan nelayan ini juga terdapat
di kawasan permukiman nelayan di kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa
Nusa Tenggara Barat.
Kecamatan Labuhan Badas merupakan salah satu dari 19 kecamatan yang
ada di Kabupaten Sumbawa mempunyai rumah tangga penduduk 24.118 jiwa yang
mayoritas adalah nelayan dengan jumlah 488 orang, hal ini mencerminkan persentase
yang besar antar jumlah nelayan dan jumlah rumah tangga dibandingkan dengan
kecamatan lainnya. Jumlah rumah tangga dan jumlah nelayan di Kabupaten Sumbawa
dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1. Jumlah Rumah Tangga dan Nelayan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2006
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Jumlah Nelayan
Jarak dari Pusat Pemerintahan/ Kabupaten (km) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Jereweh Sekongkang Lunyuk Taliwang Brang Rea Seteluk Alas Alas Barat Utan-Rhee Batulanteh Sumbawa Labuhan Badas Moyohilir Moyohulu Ropang Lape-Lopok Plampang Labangka Empang 4137 1274 4478 8746 3325 5887 9575 4539 7858 2333 15464 3744 666 4694 3507 7739 7528 2341 7807 33 22 56 623 - 459 1071 545 658 - - 488 412 - - 561 958 24 857 129 154 95 114 122 97 69 77 47 17 - 8 11 20 39 30 62 79 90
Jumlah 112092 6783
Sumber: Kabupaten Sumbawa Dalam Angka 2006
Selain itu Kecamatan Labuhan Badas mempunyai topografi datar, dengan
mempunyai jarak yang bervariasi dengan pusat pemerintahan kecamatan
dibandingkan dengan kecamatan lainnya sehingga strategi kelangsungan hidupnya
dapat bervariasi berdasarkan dari jauh dekatnya desa tersebut. Jarak Kantor
Kecamatan Labuhan Badas dengan Kantor Desa dan Jumlah Nelayan dapat dilihat
pada tabel 1.2.
Tabel 1.2. Jarak Kantor Kecamatan Labuhan Badas dengan Kantor Desa dan Jumlah
Nelayan
Kantor Desa Jarak (km) Jumlah nelayan
Badas 2,5 22
Karang Dima 1,2 47
Lab.Sumbawa 3 270
Labuhan Aji 54 9
Sebotok 70 16
Bajo Medang 69,25 100
Bugis Medang 69 24
Sumber: Kabupaten Sumbawa Dalam Angka 2006
Dengan penduduk yang mayoritas nelayan dan kehidupan yang sangat
bergantung dari laut, tekanan terhadap kehidupan sosial ekonomi nelayan terjadi
ketika musim barat tiba. Masa-masa ini merupakan masa-masa paceklik, karena
nelayan tidak dapat melaut. Nelayan yang memiliki barang-barang berharga yang
mereka beli ketika tangkapan membaik, akan dijualnya kembali untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, namun bagi nelayan yang tidak memiliki barang
berharga mereka melakukan peminjaman uang atau barang-barang kebutuhan pokok
ke tetangga, teman bahkan pemilik perahu. Dalam masa paceklik tersebut anak-anak
dan istri nelayan berusaha untuk bekerja dalam beragam sektor pekerjaan dengan
tujuan untuk menambah penghasilan suami dan bapak mereka sehingga dapat untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Kondisi inilah yang menyebabkan
adanya perbedaan sosial ekonomi penduduk.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut penulis mencoba untuk
melakukan penelitian dengan judul “STRATEGI SURVIVAL RUMAH TANGGA NELAYAN DI KAWASAN PERMUKIMAN NELAYAN KECAMATAN LABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA NUSA TENGGARA BARAT”.
Berdasarkan latar belakang dan masalah tersebut dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi nelayan di kawasan permukiman
nelayan Kecamatan Labuhan Badas (Desa Labuhan Sumbawa dan Bajo
Medang) ?
2. Bagaimana strategi kelangsungan hidup nelayan di kawasan permukiman
nelayan Kecamatan Labuhan Badas (Desa Labuhan Sumbawa dan Bajo
Medang) ?
3. Apakah faktor jarak dari pusat perkembangan wilayah (kecamatan)
berpengaruh terhadap strategi kelangsungan hidup nelayan di dua kawasan
permukiman nelayan di kecamatan Labuhan Badas ?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Mengetahui karakteristik sosial ekonomi nelayan di kawasan permukiman
nelayan Kecamatan Labuhan Badas (Desa Labuhan Sumbawa dan Bajo
Medang).
2. Mengetahui strategi yang diterapkan rumah tangga nelayan di kawasan
permukiman nelayan Kecamatan Labuhan Badas (Desa Labuhan Sumbawa
dan Bajo Medang).
3. Mengetahui pengaruh jarak dari pusat perkembangan wilayah tersebut
terhadap strategi kelangsungan hidup kedua kampung nelayan di Kecamatan
Labuhan Badas.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk:
1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengambil kebijaksanaan khususnya
bagi pemerintah daerah setempat untuk mengatasi kesulitan ekonomi yang
dihadapi nelayan.
2. Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang kehidupan di kawasan
nelayan dan strategi untuk melangsungkan hidup.
3. Melengkapi syarat akhir dalam ujian tingkat Sarjana di Fakultas Geografi
1.5. Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya
Dalam Geografi terpadu (integrated geography) untuk mendekati atau menghampiri masalah dalam geografi digunakan bermacam-macam pendekatan atau
hamparan (approach) yaitu pendekatan analisa keruangan, analisa ekologi dan analisa kompleks wilayah. Analisa keruangan merupakan pendekatan geografi yang
mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting
suatu wilayah. Perhatian pokok analisa keruangan ini adalah penyebaran penggunaan
ruang yang telah ada dan penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai
kegunaan yang akan dirancangkan.Analisa ekologi merupakan pendekatan geografi
yang mempelajari tentang interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Analisa
kompleks wilayah merupakan kombinasi antara analisa keruangan dan analisa
ekologi. Dalam analisa ini, wilayah-wilayah tertentu didekati dengan pengertian
“areal differentiation”, yaitu suatu anggapan bahwa interaksi antar wilayah akan
berkembang karena pada hakekatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah yang
lain.
Menurut Bintarto (1987) dalam hubungannya dengan analisa keruangan akan
banyak berhubungan dengan beberapa unsur yaitu : (a) unsur jarak, baik jarak
absolute maupun jarak relatif, (b) unsur pola atau pattern, (c) unsur site dan situasi
yang erat hubungannya dengan sifat dan fungsi sebuah kota, sebuah desa atau
wilayah, (d) unsur aksesibilitas yang erat hubungannya dengan topografi dan
teknologi dari suatu wilayah tertentu, (e) unsur keterkaitan ini banyak menentukan
hubungan fungsional antara beberapa tempat.
Untuk mempertahankan hidup ataupun dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan, setiap kelompok masyarakat memiliki kiat-kiat atau disesuaikan
dengan faktor-faktor maupun kemampuan yang dimilikinya.
Nooteboom (1977) dalam Gutomo Bayu Aji (1997), mengatakan karena
ketidakpastian masa depan yang tidak bisa diramalkan akan mendorong orang untuk
mensiasati hidup dalam rangka mengatasi masalah melalui perjuangan hidup. Melalui
cara ini perjuangan survival menempati pada tiga level, yaitu: 1). Basic need, 2).
Strategi kelangsungan hidup dan 3). Melalui berbagai mekanisme sosial. Strategi
tidak hanya terhadap kehidupan mereka , tetapi juga terhadap pembangunan jangka
panjang dan keterbelakangan masyarakat. Menurutnya strategi orang miskin berbeda
dalam bentuk-bentuk ekonomi, sosial, politik dan demografis.
Leiten (1989) dalam Gutomo Bayu Aji (1997), membagi teori survival menjadi
dua model :
1. Model survival (survival model). Model ini dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut:
a) Terdapat kecenderungan bagi adanya usaha untuk suatu jaminan,
b) Adanya kepercayaan diri pada seseorang terhadap keberadaan tertinggi atau
takdir ketika ada pada posisi sulit,
c) Berusaha mencari dukungan secara eksternal,
d) Rumah tangga, desa, kelompok kekerabatan merupakan poin-poin penting
dalam prinsip dari referensi,
e) Bentuk-bentuk kerjasama lain mengambil tempat pada poin-poin referensi
tersebut.
2. Model emansipasi (emancipation model). Model ini memiliki ciri sebagai berikut:
a) Adanya kecenderungan untuk memperbaiki kondisi seseorang,
b) Terdapat pendirian bahwa kegiatan yang dilakukan orang lain turut
menentukan posisi orang lain secara luas,
c) Adanya keyakinan untuk mengubah aksi-aksi seseorang dengan aksi-aksi
orang lain dan
d) Mengakui adanya kerjasama dengan yang lain untuk suatu dukungan bersama.
Suparlan (1994) mengatakan bahwa keterlibatan golongan yang berpenghasilan
rendah dalam aktivitas ekonomi merupakan upaya untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Scott (1976) juga mengemukakan bahwa masyarakat
golongan ekonomi lemah harus meraih kesempatan yang ada. Kesempatan ini
dimaksudkan sebagai strategi untuk bertahan hidup dengan pilihan berupa :
mempekerjakan semua anggota keluarga, mengesampingkan kewajiban-kewajiban
seremonial yang dihargai, bermigrasi, bekerja atas dasar bagi hasil, minta belas
kasihan orang lain dan menjadi anak buah seorang tuan tanah.
Baheri (1996) dalam penelitiannya yang berjudul ”Kemiskinan dan Strategi
Kendari Sulawesi Tengah” bertujuan: 1) Mengetahui tingkat sosial ekonomi keluarga
nelayan, 2) Mengetahui strategi yang digunakan untuk mempertahankan hidup di
daerah penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer terdiri dari umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian,
tanggungan keluarga, tingkat pendapatan dan jenis strategi yang digunakan. Data
sekunder terdiri dari data kependudukan dan peta-peta. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode survei.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1). Tingkat sosial ekonomi keluarga
nelayan di daerah penelitan adalah rendah 2). Pada musim paceklik rumah tangga
nelayan menempuh strategi hubungan dengan pemilik modal (tengkulak) dan
meminjam kepada keluarga rumah tangga lain, memelihara ternak dan unggas belum
dimanfaatkan oleh rumah tangga miskin.
Muntiyah (1996) dalam penelitiannya yang berjudul ”Strategi Kelangsungan
Hidup Rumah Tangga Miskin Desa Cinderejo Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul”,
bertujuan : 1). Mengetahui tingkat status sosial ekonomi penduduk di desa cinderejo,
2). Mengetahui strategi kelangsungan hidup yang dilakukan penduduk di desa
Cinderejo.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer terdiri dari umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian,
tanggungan keluarga, tingkat pendapatan dan jenis strategi yang digunakan. Data
sekunder terdiri dari data kependudukan dan peta-peta. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode survei.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1). Tingkat sosial ekonomi penduduk
desa Cinderejo sebagian besar adalah rendah 2). Strategi yang digunakan penduduk
untuk kelangsungan hidupnya adalah dengan memperpanjang jam kerja, melakukan
mobilitas dan memanfaatkan sumber lain.
Adapun secara singkat perbandingan penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 1.3
sebagai berikut:
Tabel 1.3. Perbandingan Penelitian Sebelumnya
Penulis Baheri (1996) Muntiyah 1996 Vindi D.I 2009
Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Desa Pantai Kecamatan Lasolo Kabupaten Kendari Sulawesi Tengah
hidup Rumah Tangga Miskin Desa Cinderejo Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul
Kawasan Permukiman Nelayan Kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat
Tujuan -Mengetahui tingkat sosial ekonomi keluarga nelayan.
-Mengetahui strategi yang
digunakan untuk mempertahankan hidup di
daerah penelitian.
- Mengetahui tingkat status sosial ekonomi penduduk di desa Cinderejo
-Mengetahui strategi kelangsungan hidup yang dilakukan penduduk di desa Cinderejo.
1) mengetahui karakteristik sosial ekonomi nelayan di kawasan permukiman nelayan Kecamatan Labuhan Badas (Desa Labuhan Sumbawa dan Bajo Medang), 2) mengetahui strategi yang diterapkan rumah tangga nelayan di kawasan permukiman nelayan Kecamatan Labuhan Badas (Desa Labuhan Sumbawa dan Bajo Medang) dan 3) mengetahui pengaruh jarak dari pusat perkembangan wilayah tersebut terhadap strategi kelangsungan hidup kedua kampung nelayan di Kecamatan Labuhan Badas. Data umur, tingkat pendidikan,
mata pencaharian, tanggungan keluarga, tingkat pendapatan dan jenis strategi
umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian,
tanggungan keluarga, tingkat pendapatan dan jenis strategi
umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian. tanggungan keluarga, tingkat pendapatan dan jenis strategi
Metode Survei Survei survei
Hasil 1). Tingkat sosial ekonomi keluarga nelayan di daerah penelitian adalah rendah 2). Pada musim paceklik rumah tangga nelayan menempuh strategi menempuh hubungan dengan pemilik modal (tengkulak) dan meminjam kepada keluarga rumah tangga lain, memelihara ternak dan unggas belum dimanfaatkan oleh rumah tangga miskin.
1). Tingkat sosial ekonomi penduduk desa Cinderejo sebagian besar adalah rendah 2). Strategi yang digunakan penduduk untuk kelangsungan hidupnya adalah dengan memperpanjang jam kerja, melakukan mobilitas dan memanfaatkan sumberlain.
1)karakteristik sosial ekonomi nelayan di daerah penelitian adalah sebagai berikut: a.nelayan sebagian besar berumur produktif. b. Sebagian besar tingkat pendidikan kepala keluarga nelayan adalah SMP. c. Nelayan sebagian besar mempunyai tanggungan keluarga <3 orang. 2) strategi untuk kelangsungan hidup yang diterapkan rumah tangga nelayan Desa Labuhan Sumbawa dan Bajo Medang adalah arisan. 3) strategi kelangsungan hidup antara kampung yang dekat (Desa Labuhan Sumbawa) dan yang jauh (Desa Bajo Medang) dari pusat kecamatan, yaitu semakin dekat dengan pusat perkembangan semakin banyak strategi yang dilakukan.
1.6. Kerangka Pemikiran
Bermacam-macamnya strategi kelangsungan hidup yang digunakan dan secara
umum strategi yang digunakan yang ada di daerah penelitian adalah 1) mencari
bantuan pada pihak-pihak lain seperti meminjam pada tengkulak, arisan, bantuan
tetangga dan keluarga, 2). Penghematan antara lain pengeluaran pangan dan non
pangan, 3) Pemanfaatan waktu luang seperti berkebun dan memelihara ternak, 4)
Menambah anggota keluarga yang bekerja. Strategi tersebut sebagai alternatif dalam
mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi yang dialaminya dinilai bertendensi dalam
karena selain dapat meningkatkan kondisi kehidupan nelayan menjadi lebih baik juga
dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga .
Bentuk-bentuk strategi tersebut merupakan akumulasi cara yang tergolong agak
mudah untuk dilakukannya. Selain itu perlu ditambah dengan pendidikan
keterampilan (skill) nelayan lewat pelatihan-pelatihan dalam upaya diversifikasi kegiatan usaha yang tujuannya adalah agar terjadi efesiensi dan effektifitas
berproduksi secara memadai dan memenuhi kebutuhan hidupnya baik untuk jangka
waktu pendek maupun jangka panjang. Selain itu perlu dilakukan pemberian modal
dengan kredit ringan dalam rangka motorisasi alat tangkap nelayan untuk
meningkatkan kesejahteraan. Adapun secara ringkas dari uraian di atas dapat dilihat
dalam diagram alir sebagai berikut:
Desa Labuhan Sumbawa Desa Bajo Medang
Kondisi sosial ekonomi nelayan
- Rendah - Sedang - Tinggi
Faktor internal : - Pendapatan - Pendidikan - Jumlah anggota
keluarga - Peralatan
Variasi strategi kelangsungan hidup: - mencari bantuan pada
pihak-pihak lain. meminjam, arisan. - Pengaturan pola
konsumsi
Faktor eksternal: - Jarak dengan pusat
Gambar 1.1. Diagram Alir Penelitian
Sumber: Penulis 2009
1.7. Hipotesa Penelitian
1. Karakteristik nelayan di Desa Labuhan Sumbawa dan Bajo Medang adalah:
a. Nelayan sebagian besar berumur produktif
b. Sebagian besar tingkat pendidikan kepala keluarga nelayan adalah SD
c. Para nelayan sebagian besar mempunyai tanggungan keluarga > 3
2. Strategi untuk kelangsungan hidup yang diterapkan rumah tangga nelayan Desa
Labuhan Sumbawa dan Bajo Medang adalah pemanfaatan anggota keluarga.
3. Terdapat perbedaan strategi kelangsungan hidup antara kampung yang dekat
(Desa Labuhan Sumbawa) dan yang jauh (Desa Bajo Medang) dari pusat
kecamatan, yaitu semakin dekat dengan pusat perkembangan semakin banyak
strategi yang dilakukan.
1.8. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu
metode penelitian yang dilakukan dengan mengambil sampel dari suatu populasi
dengan menggunakan kuisioner sebagai alat untuk pengumpulan data. Data yang
dikumpulkan dalam pelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer terdiri dari karakteristik penduduk nelayan yang meliputi umur, tingkat
pendidikan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendapatan dan strategi kelangsungan
hidup yang digunakan. Data sekunder terdiri dari kepadatan penduduk, mata
pencarian penduduk, komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Adapun
langkah-langkah penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pemilihan daerah
penelitian
Pemilihan daerah penelitian dengan menggunakan metode purposive
sampling, yaitu pemilihan daerah dengan menggunakan
pertimbangan-pertimbangan. Adapun pertimbangan-pertimbangan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Kecamatan Labuhan Badas merupakan kecamatan dengan tingkat mata
pencaharian penduduk sebagai nelayan cukup tinggi terutama di desa
Labuhan Sumbawa dan desa Bajo Medang yang merupakan rencana lokasi
penelitian.
b. Adanya variasi antar kampung nelayan berdasarkan pada jarak dari pusat
perkembangan wilayah (kecamatan). Variabel ini dijadikan pertimbangan
karena jarak merupakan faktor yang juga menentukan dalam melakukan
frekwensi aktivitas survival ke pusat perkembangan (kecamatan)
c. Adanya perbedaan kemampuan sosial ekonomi antar kampung nelayan.
2. Penentuan responden
Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang
mata pencaharian utamanya sebagai nelayan
3. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Proporsional
Rondom sampling. Pengambilan sampel dilakukan di dua wilayah yang diteliti,
(kecamatan) serta mempunyai jumlah nelayan yang besar, yaitu Labuhan
Sumbawa dan Bajo Medang. Jumlah populasi nelayan di dua desa tersebut adalah
370 kepala keluarga (KK), yang terbagi menjadi 270 kepala keluarga (KK) di
Labuhan Sumbawa dan 100 kepala keluarga (KK)di Bajo Medang sedangkan
sampel yang diambil adalah sebanyak 50 % dari seluruh jumlah populasi. Jadi
dengan demikian jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 185 kepala
keluarga (KK) nelayan, yang terdiri 135 KK di desa Labuhan Sumbawa dan 50 KK
[image:14.612.161.473.299.418.2]di desa Bajo Medang. Seperti yang terdapat dalam tabel 1.4 berikut ini:
Tabel 1.4 Jumlah dan Besar Sampel Kepala Keluarga
No Nama Desa Jumlah Kepala
Keluarga (KK)
Besar Sampel
50 %
1.
2.
Labuhan Sumbawa
Bajo Medang
270
100
135
50
Jumlah 370 185
Sumber: Kecamatan Labuhan Badas Dalam Angka Tahun 2006
4. Analisa Data
Analisa data dimaksudkan untuk menyederhanakan bentuk agar mudah di
interpretasi. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan tabel
frekwensi. Tabel frekwensi digunakan untuk menjawab hipotesa 1,2 dan 3,
sekaligus digunakan sebagai dasar untuk pengklasifikasian kelas karakteristik
sosial ekonomi nelayan (tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah anggota
keluarga). Pengklasifikasian kelas karakteristik sosial ekonomi didasarkan pada
jumlah frekwensi terbanyak dikurangi jumlah frekwensi terkecil dibagi tiga, yang
kemudian dikelaskan menjadi rendah, sedang dan tinggi. Adapun contoh dari tabel
tersebut frekwensi adalah sebagai berikut:
Tabel 1.5 Contoh Tabel Frekwensi
Variabel Jumlah (f) %
A X
B Y
[image:14.612.130.446.664.749.2]5. Analisa Geografi
Analisa geografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
diskriptif, yaitu analisa yang memberikan penjelasan-penjelasan terhadap
fenomena-fenomena/karakteristik yang terkait dengan pendekatan keruangan dan
ekologi. Hal ini terutama terhadap peta yang digunakan menyangkut kondisi
wilayah yang dimungkinkan mempengaruhi penduduk untuk menjadi ataupun
tidak menjadi seorang nelayan.
1.9.Batasan Operasional
Rumah tangga adalah seseorang atau kelompok orang yang mendiami sebagian atau
seluruh rumah dan makan dari suatu dapur yang sama (Baheri, 1996)
Anggota rumah tangga adalah seluruh jiwa yang biasanya tinggal dalam rumah
tangga dan tidak pergi selam 6 bulan lamanya (Baheri, 1996).
Kepala Rumah tangga adalah seseorang dari anggota rumah tangga yang bertanggung
jawab atas kebutuhan sehari-hari pada keluarga tersebut (Baheri, 1996).
Nelayan adalah orang yang aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan
ikan atau tanaman air dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya akan
dijual (Dirjen Perikanan, 1990).
Tingkat pendapatan adalah penghasilan rata-rata sebulan yang diperoleh kepala
rumah tangga baik dari pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan
(Muntiyah, 1996).
Pekerjaan utama adalah pekerjaan yang mempunyai alokasi terbanyak jika terdapat
alokasi waktu yang sama maka pekerjaan utama adalah pekerjaan yang
memberikan kontribusi terbesar dari total pendapatan (Muntiyah, 1996)
Strategi survival adalah segala cara yang dilakukan rumah tangga beserta keluarganya
untuk bertahan hidup (Baheri, 1996).
Rumah tangga miskin adalah rumah tangga yang tidak mempunyai cukup tanah untuk
mendukung keluarganya atau tidak mempunyai akses dalam lapangan
pekerjaan di luar pertanian yang dapat memberi penghidupan yang layak
Musim Barat atau paceklik panjang adalah suatu musim yang disebabkan oleh