(Studi Deskriptif pada Program Studi Otomotif Konsentrasi Alat Berat Politeknik TEDC Bandung Bekerja Sama dengan PT Trakindo Utama)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
oleh
NANIEK PRIHATININGTYAS NIM 0705569
SEKOLAH PASCASARJANA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I,
Dr. Agus Rahayu, M.Si.
NIP 196206071987031002
Pembimbing II,
Dr. Nunuy Nurjanah, M.Pd.
NIP 196707101991022001
Ketua Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Sekolah Pascasarjana,
Dr. Danny Meirawan.
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya, bahwa tesis dengan judul
“Pengaruh Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter Terhadap Pengembangan Soft
Skill Mahasiswa Calon Teknisi Alat Berat - Studi pada Program Studi Otomotif
Alat Berat Politeknik TEDC Bandung Bekerja Sama dengan PT Trakindo Utama”
ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas penyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang akan
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap
keaslian karya saya ini.
Bandung, September 2009
Yang membuat pernyataan,
Naniek Prihatiningtyas
KATA PENGANTAR
Fokus dunia pendidikan saat ini tidak lagi hanya menekankan pada
pencapaian prestasi belajar atau keterampilan saja (hard skill) namun mulai
memperhatikan pula pencapaian soft skill. Dari sejumlah kajian dan pengalaman
empirik di dunia usaha dan dunia industri, soft skill merupakan kunci untuk
meraih kesuksesan seseorang di bidang apa pun.
Politeknik TEDC Bandung bekerja sama dengan PT Trakindo Utama
menyelenggarakan pendidikan sistem ganda yang menekankan pada pendidikan
berbasis karakter dengan membentuk 23 basic core skill, yang meliputi technical
skill dan soft skill agar tercipta lulusan yang sukses di mana pun, khususnya di
bidang alat berat.
Sesuai dengan latar belakang pendidikan penulis, maka fokus penelitian
diarahkan pada pengaruh pendidikan berbasis karakter terhadap pengembangan
soft skill mahasiswa.
Penulisan tesis ini selain untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Magister Pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia, juga
untuk memuaskan rasa keingintahuan penulis mengenai masalah tersebut.
Akhir kata, semoga tesis ini memberikan manfaat, khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi pembaca yang peduli akan dunia pendidikan.
Bandung, September 2009
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Segala
upaya telah penulis lakukan untuk menghasilkan tesis yang baik. Penulis
menyadari betul bahwa untuk menghasilkan karya terbaik membutuhkan suatu
proses yang panjang. Penulis baru memulai langkah sederhana dari rentang proses
tersebut. Oleh karena itu penulis menyadari betul bahwa tesis ini jauh dari
kesempurnaan.
Sejumlah pengalaman telah penulis alami dalam menyelesaikan tesis ini,
baik manis maupun pahit. Alhamdulillah penulis dapat melewatinya dengan rasa
syukur. Satu keyakinan penulis, bahwa setiap kesulitan merupakan tantangan yang
harus dihadapi dan diselesaikan agar menghasilkan yang terbaik. Pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang mendalam kepada:
1. Bapak Dr. Agus Rahayu, M.Si selaku Pembimbing I yang dengan ketulusan,
kesabaran, dan pengertiannya telah memberikan dorongan, bimbingan, dan
arahan yang besar hingga terselesaikannya tesis ini.
2. Ibu Dr. Nunuy Nurjanah, M.Pd selaku Pembimbing II yang dengan ketulusan,
kesabaran, dan pengertiannya telah memberikan dorongan, bimbingan, dan
dukungan yang besar hingga terselesaikannya tesis ini.
3. Bapak Dr. Danny Meirawan, Ketua Program Studi Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang
4. Direktur, Asisten Direktur I dan II, serta para Staf Tata Usaha Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan
bantuan akademik maupun nonakademik selama penulis menyelesaikan
perkuliahan dan tesis ini.
5. Segenap dosen Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah
memberikan pengetahuan berharga buat penulis.
6. Bapak Drs. Achmad Dasuki, MM., M.Pd selaku mantan Kepala Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Bidang Mesin dan Teknik Industri (PPPTK BMTI) Bandung sekaligus
Direktur Profesi Pendidik, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan (PMPTK), yang telah memberikan kesempatan
“langka” untuk meningkatkan jenjang pendidikan S2 dan mendorong penulis
agar segera menyelesaikan tesis.
7. Bapak Drs. Murtoyo, MM selaku Kepala PPPPTK BMTI Bandung sekaligus
atasan langsung yang memberikan dukungan dan kemudahan hingga penulis
dapat menuntaskan tesis ini.
8. Bapak Yayat Sudaryat selaku Kepala Bidang Program dan Informasi PPPPTK
BMTI Bandung yang memberikan dukungan dan bantuan selama program
kerja sama S2 dengan UPI ini terselenggara.
9. Bapak Andi Makmur selaku Pimpinan Lembaga Bantuan Pendidikan
Mitratama sekaligus narasumber utama yang membuka wawasan penulis akan
10.Bapak Drs. Radjin Ginting, M.Ed. selaku Direktur Politeknik TEDC Bandung
yang mendorong semangat sekaligus mempermudah penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
11.Bapak Suryana Iskandar dan Bapak Trisno Yuwono, dosen Politeknik TEDC
Bandung, rekan kerja, sekaligus narasumber terbaik pembuka wawasan
pendidikan teknik Alat Berat, yang membantu penulis sampai dengan
tuntasnya tesis ini.
12.Bapak Ary Effendy dan Bapak Edy Cahyono selaku narasumber pendidikan
Alat Berat di PT Trakindo Utama.
13.Bapak (Alm) dan Ibunda yang tiada putus kasih sayangnya kepada putri kecil
ini; serta kakak-kakakku: Mas Agus, Mas Bowo, Mbak Endah, Mbak Didien,
Mbak Lies, dan para keponakan penyejuk hati di kala sepi. Doa, dorongan,
semangat, dan bantuan yang tiada habisnya kepada penulis hampir tidak bisa
digambarkan dengan kata-kata.
14.Sahabat-sahabat teristimewa: rekan-rekan seangkatan di Program Studi
Pendidikan Teknik dan Kejuruan dan Mbak Ani yang selalu membantu dan
memberi toleransi luas bagi penulis untuk menuntaskan tesis ini.
15.Seluruh responden Mahasiswa Program Studi Otomotif Mekanik dan
Otomotif Alat Berat Politeknik TEDC Bandung yang membantu penelitian ini.
16.Pihak-pihak yang secara tidak langsung turut membantu kelancaran penulis
dalam menyelesaikan tesis ini, namun pada kesempatan ini tidak bisa
Puji syukur penulis panjatkan teriring permohonan: “Semoga Allah SWT
berkenan membalas kebaikan-kebaikan yang penulis terima”.
Bandung, September 2009
ABSTRAK
Naniek Prihatiningtyas, NIM 0705569. Judul Tesis: “Pengaruh Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter Terhadap Pengembangan Soft Skill Mahasiswa Calon Teknisi Alat Berat”. Tesis Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. 2009.
Di bawah bimbingan: Dr. Agus Rahayu, M.Si dan Dr. Hj. Nunuy Nurjanah, M.Pd
Penelitian ini berangkat dari permasalahan sistem pendidikan Indonesia yang cenderung menekankan aspek kognitif berupa prestasi belajar, dibanding aspek lainnya. Di sisi lain dunia kerja mempersyaratkan lulusan yang diterima adalah yang memiliki kemampuan teknis (hard skill) dan soft skill yang baik. Penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana sistem pendidikan di Politeknik TEDC Bandung yang disebut pendidikan berbasis karakter (PBK) mampu membentuk soft skill mahasiswa. Sistem PBK menekankan pembentukan kebiasaan melalui penguasaan pengetahuan, keterampilan, kemauan, dan dilakukan melalui repetisi. Soft skill mahasiswa meliputi proaktivitas, kebiasaan merujuk pada tujuan akhir, prioritas, solusi menang-menang, komunikasi empatik, sinergi, dan pembaharuan diri yang seimbang.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji secara empirik pengaruh PBK terhadap pengembangan soft skill mahasiswa, sekaligus mengetahui kontribusi PBK terhadap pengembangan soft skill.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi. Populasi yang digunakan adalah Mahasiswa Politeknik TEDC Bandung Konsentrasi Otomotif Alat Berat sebanyak 64 orang. Data utama dikumpulkan melalui angket dan skala psikologi, kemudian dilanjutkan dengan analisis regresi menggunakan SPSS versi 13.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang kuat penerapan Pendidikan Berbasis Karakter (PBK) terhadap pengembangan soft skill Mahasiswa.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
KATA PENGANTARi
UCAPAN TERIMA KASIHii
ABSTRAK
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ...iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ...vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II SOFT SKILL DAN PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER ... 12
A. Soft Skill ... 12
B. Penerapan Kurikulum ... 29
D. Pendidikan Berbasis Karakter ... 40
E. Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter pada Konsentrasi Otomotif Alat Berat Politeknik TEDC Bandung Bekerja Sama dengan PT Trakindo Utama ... 52
F. Kerangka Berpikir ... 70
G. Hipotesis ... 73
BAB III METODE PENELITIAN ... 74
A. Metode Penelitian ... 74
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 76
C. Populasi dan Sampel ... 81
D. Teknik Pengumpulan Data ... 82
E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Angket dan Skala Psikologi ... 84
F. Teknik Pengujian Hipotesis ... 89
G. Prosedur Penelitian ... 91
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 93
A. Analisis Data ... 93
B. Deskripsi Analisis terhadap Variabel yang Diteliti ... 94
C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 96
D. Pembahasan ... 102
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 111
B. Implikasi ... 114
C. Rekomendasi ... 115
DAFTAR PUSTAKA ... 117
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2. 1 Kebiasaan dan Keterampilan Kerja Dasar pada Mata Kuliah Alat Berat ... 59
3. 1 Perbedaan Angket dan Skala Psikologi ... 74
3. 2 Kisi-kisi Angket Pendidikan Berbasis Karakter ... 77
3. 3 Kisi-kisi Skala Psikologi Soft Skill ... 79
3. 4 Distribusi Mahasiswa Konsentrasi Otomotif Alat Berat Politeknik TEDC Bandung ... 81
3. 5 Distribusi Item Valid pada Angket Pendidikan Berbasis Karakter ... 85
3. 6 Distribusi Item Valid pada Skala Soft Skill ... 87
4. 1 Persentase Variabel Pendidikan Berbasis Karakter (X) ... 94
4. 2 Persentase Variabel Soft Skill (Y) ... 95
4. 3 Hasil Korelasi Product Moment Pearson terhadap Variabel X dan Y ... 97
4. 4 Interpretasi koefisien korelasi nilai r (product moment) ... 97
4. 5 Hasil Analisis Regresi Variabel X terhadap Y ... 98
4. 6 Koefisien Determinan Variabel X terhadap Y ... 100
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2. 1 Kontribusi Soft Skill pada Dunia Kerja dan Pendidikan di Perguruan Tinggi .... 4
2. 2 Model Proaktif ... 14
2. 3 Matriks Manajemen Waktu ... 18
2. 4 Hasil dari Kuadran Manajemen Waktu ... 18
2. 5 Tingkat-tingkat Komunikasi ... 23
2. 6 Dimensi Pembaharuan Diri yang Seimbang ... 24
2. 7 Spiral Pengembangan Diri ... 26
2. 8 Tujuh Kebiasaan Manusia Efektif ... 27
2. 9 Pembentukan Karakter ... 44
2. 10 Diagram Behavioral Chaining ... 45
2. 11 Teori vs Pelatihan ... 46
2. 12 Pendekatan Komunikasi dan Persuasi Menurut Model Studi Yale ... 50
2. 13 Kebiasaan yang Efektif ... 51
2. 14 Desain Program Otomotif Alat Berat ... 53
2. 15 Kurikulum Alat Berat ... 58
2. 16 Kompetensi Teknisi Alat Berat ... 63
2. 17 Metode Pendidikan Berbasis Karakter Konsentrasi Otomotif Alat Berat ... 66
2. 18 Kerangka Berpikir I ... 70
2. 19 Kerangka Berpikir II ... 71
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 GBPP Konsentrasi Alat Berat: Mata Kuliah Pendidikan Karakter dan Mata
Kuliah Pengantar Alat Berat ... 122
2 Angket dan Skala Uji Coba ... 131
3 Distribusi Data Angket PBK dan Soft skill - Uji Coba ... 140
4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen PBK dan Soft skill ... 149
5 Data Variabel PBK (X) dan Soft skill (Y) ... 158
6 Uji Normalitas dan Linieritas ... 161
7 Hasil Analisis Regresi ... 164
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dampak globalisasi dan arus informasi yang sangat pesat telah membawa
konsekuensi terhadap pembangunan manusia di seluruh dunia. Segala upaya telah
dipersiapkan dalam menghadapi berbagai perubahan dan tantangan, diantaranya
dengan berupaya meningkatkan potensi diri agar menjadi sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas.
Berdasar data rangking Human Development Index beberapa negara,
SDM Indonesia pada tahun 2007 menduduki posisi ke-107. Sedangkan data yang
bersumber dari IMD World Competitiveness Yearbook (Hendarman, 2009)
menunjukkan daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia pada tahun 2008
menduduki peringkat 51 dari 55 negara, lebih rendah dari Malaysia (peringkat
19), Thailand (27), Philipina (40). Data perguruan tinggi sedunia menunjukkan
bahwa dari sekian banyak perguruan tinggi (PT) di Indonesia, hanya tiga PT yang
masuk dalam kategori 400 besar dunia, dan tiga PT lagi yang masuk dalam 500
besar dunia. Dengan memperhatikan data-data tersebut, bisa disimpulkan bahwa
kualitas SDM Indonesia masih harus ditingkatkan.
Sejumlah pandangan terhadap permasalahan kualitas SDM Indonesia
intelektual yang menekankan pengembangan otak kiri. Aspek lainnya seperti
afeksi, emosi, imajinasi, nilai-nilai humaniora yang merupakan fungsi dari otak
kanan kurang diperhatikan. Kalaupun ada, maka orientasinya baru sebatas kognitif
berupa hafalan, dan belum disertai apresiasi dan penghayatan yang mendalam
(Megawangi, 2004; Setyawan, 2006). Padahal Gardner dalam teorinya multiple
intelligence (Megawangi, 2004) menjelaskan bahwa potensi akademik hanyalah
sebagian saja dari potensi-potensi lainnya.
Ketimpangan pendidikan Indonesia dapat pula dilihat dari sejumlah
pandangan yang kurang menyetujui adanya Ujian Nasional (UN) sebagai standar
keberhasilan belajar sekaligus sentralisasi standar mutu. Hasil UN dipandang
sebagai satu-satunya ukuran keberhasilan siswa, maka tidak heran jika orientasi
siswa, orang tua, bahkan guru adalah semata-mata untuk meraih kelulusan atau
nilai tinggi sehingga memunculkan budaya instan yang kadang-kadang dilakukan
dengan cara-cara yang bertentangan dengan hati nurani (Hidayat, 2008; Setyawan,
2006). Di sisi lain, siswa yang memiliki peringkat rendah namun memiliki
kecerdasan sosial dan emosi yang tinggi dianggap sebagai pecundang dan sejenis
‘limbah' bidang pendidikan (Setyawan, 2006). Sarwono (2006) menjelaskan
bahwa secara umum sistem pendidikan di Asia yang mengutamakan prestasi
sekolah sebagai satu-satunya tolok ukur menjadi penyebab stres mental. Stres
mental remaja sering menimbulkan keputusasaan, sikap acuh tidak acuh, bahkan
sampai dengan agresi berupa kenakalan sampai dengan kriminalitas remaja.
Mata pelajaran yang bersifat subject matter juga makin merumitkan
mata pelajaran dengan yang lainnya, dan kadang-kadang tidak relevan dengan
kehidupan nyata. Akibatnya, para siswa tidak mengerti manfaat dari materi yang
dipelajarinya bagi kehidupan nyata. Sistem pendidikan seperti ini membuat
manusia berpikir secara parsial, terkotak-kotak (Megawangi, 2004)
Lebih lanjut kepincangan sistem pendidikan ini memunculkan problema
baru berupa peningkatan pengangguran terdidik hingga mencapai 4,5 juta orang,
padahal 30% lowongan kerja dalam bursa kerja tidak terisi (Kompas, 22 Agustus
2008). Survei yang dilakukan NACE USA (Putra dan Pratiwi, 2005) menemukan
bahwa Indeks Prestasi (IP) menduduki posisi 17 dari 20 kualitas yang dianggap
penting dari lulusan. Kualitas utama dan selebihnya adalah kemampuan
komunikasi, integritas, dan lain sebagainya yang merupakan kualitas intangible
atau tidak terlihat namun menentukan kesuksesan seseorang.
Jadi bisa disimpulkan bahwa paradigma pendidikan yang selama ini lebih
menekankan intelektualitas maupun kemampuan akademik seringkali tidak
berjalan seiring dengan kemampuan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Oleh
karena itu, Departemen Pendidikan Nasional kemudian memfokuskan perhatian
pada pendidikan jalur kejuruan untuk mengurangi pengangguran terbuka tersebut
(Kompas, 23 Agustus 2008).
Di samping pendidikan diarahkan pada penyiapan tenaga siap kerja,
keluhan dari para pengguna kerja Indonesia adalah lulusan PT kualitasnya ‘payah’
karena tidak tangguh, cepat bosan, kurang bisa bekerja sama, tidak memiliki
integritas dan sering “Mun-Ta-Ber” atau mundur tanpa berita (Harmoni, 2007).
mana dunia pendidikan memandang lulusan yang mempunyai kompetensi yang
tinggi adalah mereka yang lulus dengan IP tinggi dalam waktu cepat, sedangkan
dunia industri menginginkan lulusan yang high competence yaitu lulusan dengan
kemampuan teknis dan sikap yang baik. Jika dijabarkan maka kompetensi lulusan
yang dibutuhkan terbagi dalam dua aspek:
1. Aspek teknis yang berhubungan dengan latar belakang keilmuan yang
dipelajari atau keahlian yang diperlukan di dunia kerja, yang kemudian disebut
technical skill atau hard skill;
2. Aspek non teknis yang mencakup motivasi, adaptasi, komunikasi, kerja sama
tim, problem solving, manajemen stres, kepemimpinan, dan lain-lain, yang
kemudian disebut soft skill (Harmoni, 2007; Santoso, 2008; Suherman, 2005;
Putra & Pratiwi, 2005; Hary, 2008).
Gambar 2. 1
Kontribusi Soft Skill pada Dunia Kerja dan Pendidikan di Perguruan Tinggi (Sumber: Harmoni, 2007)
Pada gambar 1.1 dijelaskan bahwa peran soft skill atau disebut dengan
mind set pada dunia kerja berkisar sekitar 80%, sedangkan technical skill berkisar
20%. Sistem pendidikan kita baru menyentuh 10% soft skill dan 90% hard skill, COMPONENT OF SUCCESS
20%
80%
Technical Mindset
OUR EDUCATION SYSTEM
90
10
0 20 40 60 80 100
sehingga diasumsikan bahwa lulusan pendidikan kita belum siap pakai
sebagaimana yang diinginkan oleh dunia usaha dan industri.
Tingginya persentase soft skill ini salah satunya dikarenakan soft skill
bersifat umum dan dibutuhkan pada semua pekerjaan, sedangkan hard skill
cenderung context specific (Wahid, 2005)
UNESCO dengan istilah yang kurang lebih sama, menekankan bahwa
tujuan belajar harus dilandaskan pada empat pilar yaitu learning how to know,
learning how to do, learning how to be, dan learning how to live together (Hary,
2008). Ke dua pilar yang pertama adalah hard skill, sedangkan dua pilar
berikutnya adalah soft skill. Jika dinyatakan dalam persentase ternyata kontribusi
hard skill terhadap kesuksesan seseorang hanya 40%, sedangkan soft skill
mencapai 60%. Kecerdasan intelektual berkontribusi untuk kesuksesan individu
sebesar 20%, sedangkan kecerdasan emosional 40%, sedangkan sisanya sebanyak
40% dipengaruhi hal-hal lainnya (Suherman, 2005).
Smith (Campus Asia, 2008) menjelaskan bahwa kualifikasi & kemampuan
teknis tidaklah cukup untuk memuaskan tuntutan dunia kerja. Lulusan yang dicari
adalah yang mampu belajar cepat, mengidentifikasi dan memecahkan setiap
permasalahan, membuat keputusan dari sejumlah informasi yang tak beraturan,
berpikir outside the box, dan memiliki employability skill yaitu communication
skill, problem solving skill, dan lain-lain.
Berbagai literatur menjelaskan makna soft skill, namun hampir semuanya
memiliki kemiripan yaitu bahwa pada intinya soft skill adalah atribut yang
sekumpulan karakteristik kepribadian, daya tarik sosial, kemampuan berbahasa,
kebiasaan pribadi, kepekaan/kepedulian, serta optimisme, dan lain-lain yang
diperlukan agar seseorang dapat meraih sukses (Wikipedia,
http://en.wikipedia.org/wiki/Soft_skills, 2009). Literatur yang menjelaskan
tentang soft skill cukup banyak, salah satunya dikemukakan oleh Stephen Covey
dalam teorinya 7th habits of highly effective people. Covey (1997) menjelaskan
bahwa soft skill yang diperlukan untuk mencapai sukses meliputi proaktif,
kebiasaan merujuk pada tujuan akhir, mendahulukan yang utama, selalu mencari
pemecahan menang-menang, berusaha mengerti terlebih dahulu baru kemudian
dimengerti, sinergi, dan pembaharuan diri yang seimbang.
Mengingat pentingnya soft skill ini berperan terhadap kesuksesan individu
maka dalam penelitian ini ingin dikaji lebih dalam tentang pengembangan soft
skill di kalangan mahasiswa, khususnya pada pendidikan kejuruan yang notabene
selama ini diasumsikan lebih menekankan pada pencapaian technical skill saja.
Hal ini dengan pertimbangan bahwa posisi masalah cukup sesuai dengan ruang
lingkup bidang studi yang ditekuni peneliti yaitu pendidikan teknologi dan
kejuruan.
Penelitian yang mengkaji secara spesifik tentang soft skill pada pendidikan
kejuruan belum terlalu banyak. Dengan mengetahui bagaimana pengembangan
soft skill diharapkan akan dapat membawa manfaat bagi penciptaan lulusan yang
siap kerja dan diterima di dunia kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran
terdidik. Sangat disayangkan jika kesenjangan yang selama ini dirasakan, tidak
Pendidikan macam apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan
SDM yang unggul, baik soft skill maupun hard skill? Presiden Indonesia SBY
dalam dialognya dengan Bill Gates tentang e-learning dan character building
(Republika, 10 Mei 2008) mengatakan:
“Teknologi informasi itu sangat penting. Kita perlu mempersiapkan masyarakat ke perkembangan teknologi. Presiden mengakui bahwa tantangan besar yang dihadapi yaitu kondisi masyarakat. “Bagi saya, untuk mengajar anak-anak dan masyarakat adalah bagaimana membangun pemahaman teknologi. Kita butuh membangun karakter dengan pendidikan, sosial, etika, dan norma. Kita harus bekerja dengan semua pihak untuk mencegah dampak negatifnya”.
Pendidikan yang menggabungkan konsep teknologi dan karakter ini
disebut dengan konsep holistik atau kesatuan (Megawangi, 2004). Bloom dengan
teorinya Taksonomi Perilaku menjelaskan bahwa pendidikan dipandang sebagai
kesatuan meliputi tiga domain yaitu yaitu domain kognitif, afektif, dan
psikomotor (Makmun, 2005). Ketiga domain tersebut tidak dapat dipisahkan
maupun ditiadakan salah satu unsurnya. Sebagai contoh, jika kognitif saja yang
ditekankan namun domain lain diabaikan, maka hasil belajar yang diperoleh
hanya sebatas pencapaian pengetahuan saja tanpa pendalaman makna dan realisasi
dalam bentuk perilaku.
Marshal dan Zohar (Agustian, 2005) menambahkan bahwa pendidikan
perlu menyeimbangkan antara IQ (Intelectual), EQ (Emotional), dan SQ
(Spiritual) guna mewujudkan individu yang berkualitas. Abeng (Campus Asia,
2008) mengemukakan betapa pentingnya penyiapan aset bangsa berupa human
talents sehingga harus dididik dan dilatih dengan pendidikan yang tepat, termasuk
dan ritme maksimum yaitu integritas profesional. Artinya, kemampuan
profesional yang disertai kemampuan manajerial & kepemimpinan akan
membawa pada keberhasilan maksimal di mana pun individu berada.
Megawangi (2007a) secara khusus menyebutkan bahwa sistem pendidikan
yang berhasil adalah yang dapat membuat manusia menjadi berkarakter.
Pandangan demikian disebut dengan istilah pendidikan holistik berbasis karakter,
artinya pendidikan yang membentuk manusia secara utuh (holistik) dengan cara
mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual
siswa secara optimal, dan membentuk manusia yang pembelajar sejati atau
lifelong learner. Pendidikan karakter ini harus dilaksanakan secara sistematis,
berkesinambungan, dan terus menerus dengan melibatkan aspek “knowledge,
feeling, loving, and acting”. Covey (1997) menyebutnya dengan istilah
“knowledge, skill, and motivation”,
Salah satu contoh negara Asia yang berhasil menerapkan pendidikan
berbasis karakter untuk mengangkat perekonomiannya adalah negara China.
Masyarakat China mampu menggabungkan antara pengetahuan dan keahlian
berkelas dunia, pembentukan karakter dan menumbuhkan sisi spiritual sebagai
kunci utama pembentukan perilaku profesional dan integritas pemimpin masa
depan (Mooy, 2008).
Dari sejumlah pemikiran tersebut di atas, Lembaga Bantuan Pendidikan
(LBP) Mitratama bersama dengan PT Trakindo Utama (PTTU) dan Politeknik
TEDC Bandung yang menyelenggarakan program pendidikan sistem ganda Alat
diterapkan. Saat ini, konsep pendidikan berbasis karakter dimasukkan ke dalam
kurikulum, dan hal tersebut nampak pada sasaran yang ingin dicapai yaitu
melengkapi mahasiswa dengan pengetahuan, keterampilan, dan karakter
(Makmur, 2008).
Output yang diharapkan adalah terbentuknya 23 kebiasaan dasar lulusan
Politeknik yang meliputi soft skill (7th habits of highly effective people dan
leadership), dan technical skill, yang nantinya selalu diperlukan untuk dapat
meraih sukses pada jenjang apa pun di bidang alat berat.
Jadi kesimpulannya paradigma baru dunia pendidikan sat ini sudah mulai
memperhatikan unsur hard skill maupun soft skill. Pendidikan sudah dipandang
sebagai konsep yang holistik, yang salah satu diantaranya menekankan pada
pendidikan berbasis karakter. Dalam penelitian ini ingin dikaji lebih dalam
bagaimana penerapan pendidikan karakter di Politeknik TEDC Bandung dalam
mengembangkan soft skill Mahasiswa Konsentrasi Otomotif Alat Berat calon
teknisi alat berat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, diasumsikan bahwa soft
skill mahasiswa berperan dalam menentukan kualitas lulusan dan kesuksesan di
masa yang akan datang. Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka
permasalahan penelitian dibatasi hanya pada bagaimana pengaruh penerapan
pendidikan berbasis karakter terhadap pengembangan soft skill mahasiswa calon
Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah
“bagaimana pengaruh pendidikan berbasis karakter terhadap pengembangan soft
skill mahasiswa?”. Pertanyaan lanjutan yang bersifat khusus dan ingin pula
diketahui yaitu “bagaimana pengaruh pendidikan berbasis karakter terhadap
pengembangan soft skill mahasiswa yang terdiri dari proaktif, kebiasaan merujuk
pada tujuan akhir, prioritas, pemecahan menang-menang, komunikasi empatik,
sinergi, dan pembaharuan diri yang seimbang?”.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
pendidikan berbasis karakter terhadap pengembangan soft skill mahasiswa calon
teknisi alat berat di Politeknik TEDC Bandung. Peneliti ingin pula mengetahui
seberapa besar kontribusi pendidikan berbasis karakter untuk mengembangkan
soft skill mahasiswa.
Secara khusus, tujuan penelitian ini juga ingin mengetahui bagaimana
pengaruh PBK terhadap pengembangan masing-masing soft skill mahasiswa
(proaktif, kebiasaan merujuk pada tujuan akhir, prioritas, pemecahan
menang-menang, komunikasi empatik, sinergi, dan pembaharuan diri yang seimbang).
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini pada dasarnya ingin mengungkap bagaimana penerapan
pendidikan berbasis karakter dan kaitannya dengan pengembangan soft skill
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis untuk memperkaya khasanah keilmuan khususnya
dalam bidang pendidikan teknologi dan kejuruan.
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan sebagai
bahan rujukan dalam literatur pendidikan, dan sebagai rujukan untuk penelitian
lebih lanjut.
Secara praktis, hasil penelitian ini menjadi bahan masukan dan sumbangan
pemikiran dalam upaya menyempurnakan dan memperbaiki penyelenggaraan
pendidikan berbasis karakter di Politeknik TEDC Bandung dan institusi pasangan
sekaligus pengguna lulusan yaitu PT Trakindo Utama.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan
secara sistematis, faktual, dan akurat tanpa mengadakan manipulasi terhadap
variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya (Sukmadinata,
2005: 73). Kerlinger (Riduwan, 2008b: 49) menggolongkan penelitian ini sebagai
penelitian survei yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi dengan sampel
yang diambil dari populasi tersebut, sehingga diperoleh generalisasi dari
pengamatan yang dilakukan.
Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket PBK
dan skala psikologi Soft Skill. Meskipun dalam pemakaian sehari-hari istilah
angket dan skala psikologi sering saling dipertukarkan, namun keduanya memiliki
perbedaan. Cronbach (Azwar, 2009: 4) menjelaskan bahwa karakteristik skala
psikologi berbeda dengan angket. Azwar (2009; 5) merangkum sejumlah
perbedaan tersebut sebagai berikut:
Tabel 3. 1
Perbedaan Angket dan Skala Psikologi
ANGKET SKALA PSIKOLOGI
1. Data yang diungkap adalah data faktual, atau yang dianggap fakta,
ANGKET SKALA PSIKOLOGI
dan kebenaran yang diketahui subyek
menggambarkan aspek kepribadian subyek
2. Pertanyaan berupa pertanyaan langsung terarah.
2. Pertanyaan sebagai stimulus tertuju pada indikator perilaku guna memancing jawaban yang
merupakan refleksi dari keadaan diri subyek.
3. Satu angket dapat mengungkap informasi mengenai banyak hal
3. Satu skala psikologi hanya diperuntukkan guna mengungkap satu atribut tunggal
4. Hasil angket tidak perlu diuji secara psikometris. Reliabilitasnya terletak pada terpenuhinya asumsi bahwa responden akan menjawab dengan jujur seperti apa adanya.
4. Hasil ukur harus teruji
reliabilitasnya secara psikometris dikarenakan relevansi isi dan konteks kalimat yang digunakan sebagai stimulus pada skala psikologi lebih terbuka terhadap eror.
5. Validitas ditentukan oleh kejelasan tujuan dan lingkup informasi yang hendak diungkap
5. Validitas ditentukan oleh kejelasan konsep psikologis yang hendak diukur operasionalisasinya
Untuk selanjutnya, istilah skala psikologi cukup disebut dengan skala saja.
Penelitian ini bertujuan ingin melihat pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari satu
variabel bebas, yaitu PBK, dan variabel terikat, yaitu Soft Skill. Di samping itu,
ingin diketahui pula seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel
Guna menjawab hipotesis minor, peneliti ingin pula mengetahui
bagaimana PBK berpengaruh terhadap masing-masing subvariabel Soft Skill yaitu
proaktivitas, kebiasaan merujuk pada tujuan akhir, prioritas, pemecahan
menang-menang, komunikasi empatik, sinergi, dan pembaharuan diri yang seimbang. Pola
hubungan variabel-variabel tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3. 1
Pola Hubungan Variabel X dan Y B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Secara rinci definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel Pendidikan Berbasis Karakter (PBK). Yang dimaksud dengan PBK
adalah pola pendidikan yang menekankan pembentukan karakter mahasiswa
melalui empat indikator yaitu pengetahuan (knowledge), ketampilan (skill),
kemauan (want), dan repetisi (disampaikan secara berulang-ulang) agar PENDIDIKAN
BERBASIS KARAKTER
(X)
SOFT SKILL (Y):
1. Proaktif (Y1)
2. Merujuk Pada Tujuan
Akhir (Y2)
3. Prioritas (Y3)
4. Solusi Menang-
Menang (Y4)
5. Komunikasi Empatik (Y5)
6. Sinergi (Y6)
7. Pembaharuan Diri
membentuk kebiasaan yang akan dilakukan terus menerus, baik disadari
maupun tidak disadari. Variabel ini diukur melalui angket.
Diasumsikan jika pihak yang memberi penilaian terhadap PBK adalah
dosen atau tenaga nonakademik di Politeknik TEDC Bandung maka
dimungkinkan terjadi bias, maka guna menjaga obyektifitas penilaian
dipilihlah mahasiswa sebagai subyek penelitian. PBK merupakan sistem yang
telah dirancang dan dapat diamati secara langsung. Dengan data tambahan
yang diperoleh melalui wawancara dengan para tenaga pengajar dan mentor
maka disusunlah angket dengan memunculkan indikator pengamatannya dan
[image:30.612.128.520.413.699.2]tertuang dalam kisi-kisi angket sebagai berikut:
Tabel 3. 2
Kisi-kisi Angket Pendidikan Berbasis Karakter
No Aspek Indikator Item Jumlah
1 Pengetahuan (Knowledge)
• Penanaman Visi 1, 2, 3, 46, 47, 48, 49, 50
8
• Pemahaman materi 4, 5, 51, 52, 53, 54
6
• Equipment management 6, 7, 55, 56, 57, 58
6
• Applied Failure Analysis
(AFA)
8 1
• Problem solving 59, 60 2
• Metode Pull – Push 9, 10, 11, 12, 61, 62, 63
7
No Aspek Indikator Item Jumlah (Skill) • Praktek Kelompok 64, 65, 66, 67,
68, 69
6
• Meningkatkan kreatifitas & logika
14, 15 2
• Independent skill 16, 17, 18 3
• Contamination Control 19, 20 2
• Penguasaan 23 Core Skill dan Working Skill
21, 70, 71, 72 4
• Sertifikasi Skill 22, 73, 74, 75 4
• Remove & Install (R & I) 23 1
• Dismantle & Assembly (D & A)
24 1
• Validasi Habits 25, 76, 77 3
• Problem Solving 26, 27 2
3 Kemauan (Want)
• Self Learning 28, 29, 30, 31 4
• Leadership 32 1
• Tugas-tugas dengan sasaran spesifik
33 1
• Metode Pull – Push 34, 35 2
• Inner motivation 36, 37 2
• Pembentukan karakter 78, 79, 80 3 4 Repetisi
(Behavioral Chaining)
• Diskusi kelompok 38, 39, 40 3
• Kejelasan Reward & punishment
41, 42 2
• Activity Work Book 43 1
• Menciptakan budaya kerja industri
44, 45 2
Angket bersifat tertutup atau berstruktur karena disajikan dalam bentuk
sedemikian rupa sehingga subyek diminta untuk memberikan satu jawaban
yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memilih sesuai jawaban
yang tersedia (Riduwan, 2004: 72). Angket disusun dengan mengacu pada
skala Likert dengan empat pilihan jawaban (Nasir, 2003: 338; Azwar,
2009:34). Rentang jawaban tersebut adalah mulai dari Sangat Setuju (SS)
sampai dengan Sangat Tidak Setuju (STS) yang apabila dikonversi dalam
bentuk nilai maka nilainya bergerak dari 1 sampai dengan 4.
2. Soft Skill yaitu perilaku individu yang bersifat personal maupun interpersonal
yang dapat berkembang dan meningkatkan kualitas diri seseorang. Seseorang
baru dikatakan memiliki pribadi yang berkualitas jika menunjukkan perilaku
yang konsisten dari waktu ke waktu dan senantiasa berusaha mengembangkan
diri, dengan kata lain sudah terbentuk menjadi kebiasaan yang positif berupa
tujuh kebiasaan manusia efektif (Covey, 1997). Variabel Soft Skill diukur
[image:32.612.129.516.553.694.2]dalam bentuk skala psikologi dengan kisi-kisi sebagai berikut:
Tabel 3. 3
Kisi-kisi Skala Psikologi Soft Skill
No Aspek (Sub Variabel) Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1 Proaktif 1, 3, 7, 9, 10, 12 2, 4, 5, 6, 8, 11 12 2 Kebiasaan merujuk pada
tujuan akhir
13, 15, 18, 19, 20, 21
14, 16, 17, 22, 23, 24, 25
13
3 Prioritas 26, 28, 29, 30,
32, 33, 35, 37, 38
No Aspek (Sub Variabel) Item Jumlah Favorable Unfavorable
4 Pemecahan menang-menang 39, 40, 43, 45, 46 41, 42, 44, 47, 48
10
5 Komunikasi Empatik 50, 53 49, 51, 52, 54, 55, 56, 57, 58
10
6 Sinergi 59, 60, 61, 62,
63, 65, 67, 68
64, 66 10
7 Pembaharuan Diri yang Seimbang
69, 70, 72, 73, 74, 75, 77, 78, 80
71, 76, 79 12
Jumlah Soal 80
Dalam skala psikologi ini, pernyataan dibuat dalam bentuk Favorable
yang berupa kalimat yang positif dan bersifat mendukung terhadap obyek
sikap (dalam penelitian ini obyek sikap adalah Soft Skill) dan Unfavorable
yang berupa kalimat negatif atau bersifat tidak mendukung terhadap obyek
sikap (Azwar (1), 2008: 107). Variasi pernyataan favorable dan unfavorable
dirasakan perlu mengingat variabel ini merupakan variabel psikologi yang ada
di dalam diri subyek itu sendiri sehingga dengan variasi demikian maka
subyek memikirkan dengan hati-hati isi pernyataannya sebelum memberikan
respon. Dengan sendirinya stereotipe respon dalam menjawab dapat dihindari
(Azwar, 2008a: 107).
Skala psikologi disusun dengan mengacu pada skala Likert dengan empat
pilihan jawaban. Rentang jawaban tersebut adalah mulai dari Sangat Setuju
(SS) sampai dengan Sangat Tidak Setuju (STS) yang apabila dikonversi dalam
C. Populasi dan Sampel
Lokasi penelitian ini ada di dua tempat yaitu Politeknik TEDC Bandung,
Jalan Pasantren Km. 2 Cibabat, Cimahi Utara dan di PT Trakindo Utama, Jl.
Cilandak KKO, Jakarta Selatan. Hal tersebut mengingat bahwa subyek penelitian
ada yang sedang menjalani perkuliahan di Politeknik TEDC Bandung dan ada
pula yang sedang menjalani On the Job Training (OJT) di PT Trakindo Utama.
Populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah
dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian
(Riduwan, 2004: 54). Populasi dalam penelitian berjenis tertutup karena memiliki
sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung
jumlahnya (Riduwan, 2004: 55). Populasi penelitian meliputi seluruh Mahasiswa
Konsentrasi Otomotif Alat Berat Politeknik TEDC Bandung yang telah memasuki
tahun III (Angkatan 2006/2007) sampai dengan tahun I (Angkatan 2008/2009).
[image:34.612.130.511.530.641.2]Adapun distribusi mahasiswa tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 4
Distribusi Mahasiswa Konsentrasi Otomotif Alat Berat Politeknik TEDC Bandung
Tahun Ke Angkatan Jumlah (orang)
III 2006/2007 16 II 2007/2008 23
I 2008/2009 25
Jumlah 64
Sumber : Data Tahun 2009, Bagian Akademik Politeknik TEDC Bandung
Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah dengan teknik non
dilakukan dengan pertimbangan bahwa penelitian ini mengkaji populasi tunggal
yang representatif untuk diamati dan dianalisis (Riduwan, 2004: 63 dan Riduwan,
2008: 55), dan mengingat jumlah mahasiswa dalam populasi ini terbatas yaitu
berjumlah 64 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data berupa angket dan skala psikologi dengan
didasarkan pada pertimbangan bahwa subyek penelitian adalah orang yang paling
tahu mengenai dirinya sendiri dan bahwa manusia akan mengemukakan secara
terbuka apa yang dirasakannya (Azwar, 2008: 91). Dalam penelitian ini respon
diberikan terhadap stimulus luar (PBK) maupun stimulus internal (soft skill).
Pertimbangan lain adalah tersedianya waktu yang cukup untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan, subyek mempunyai kebebasan dalam memberikan
jawaban, serta dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam waktu relatif
cepat.
Guna menjaga kebebasan subyek dalam memberikan respon agar sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya maka dalam angket dan skala psikologi ini,
subyek tidak diminta mengisi data rinci tentang identitas dirinya, namun cukup
dengan menyebutkan angkatan akademiknya saja. Dalam merekam data
penelitian, setiap angket dan skala psikologi mahasiswa kemudian dikodifikasi
agar terhindar dari kesalahan memasukkan data secara statistik. Angket digunakan
digunakan untuk mengungkap sejauh mana kecenderungan soft skill yang
terbentuk dalam diri mahasiswa
Sebelum angket dan skala psikologi dipergunakan dalam penelitian,
terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen. Uji validitas
dilakukan untuk melihat sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen
dalam melakukan fungsi ukurnya. Instrumen disebut cermat apabila pengukuran
tersebut mampu memberikan gambaran mengenai perbedaan yang
sekecil-kecilnya diantara subyek satu dengan lainnya (Azwar, 2008b: 6).
Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat sejauhmana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya, artinya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan
pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama akan diperoleh hasil yang
sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah
(Azwar, 2008b: 4). Estimasi terhadap reliabilitas instrumen dilakukan dengan
pendekatan konsistensi internal yaitu dengan menggunakan satu bentuk instrumen
yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subyek (single trial
administration). Pendekatan demikian bertujuan untuk melihat konsistensi antar
item atau antar bagian dalam tes itu sendiri (Azwar, 2008b: 42).
Mengingat bahwa jumlah subyek penelitian yang terbatas dan bahwa soft
skill merupakan aspek generik yang terdapat pada setiap manusia maka uji coba
skala psikologi soft skill dilakukan terhadap Mahasiswa Konsentrasi Otomotif
Mekanik Politeknik TEDC Bandung yang memiliki karakteristik yang sama
dengan Mahasiswa Konsentrasi Otomotif Alat Berat. Adapun untuk angket PBK,
ingin diteliti, maka subyek yang digunakan untuk uji coba adalah Mahasiswa
Konsentrasi Otomotif Alat Berat.
Uji validitas terhadap setiap butir soal dilakukan dengan metode uji
korelasi product moment dengan memperbandingkan perolehan skor item dengan
skor total instrumen. Prosedur demikian akan menghasilkan koefisien item total
atau umum dikenal dengan indeks daya beda item (Azwar, 2008b: 162).
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus Alpha (α) Cronbach.
Koefisien Alpha merupakan formula dasar dalam pendekatan konsistensi internal
dan merupakan estimasi yang baik terhadap reliabilitas pada banyak situasi
pengukuran (Nunnally dalam Azwar, 2008b: 114). Keuntungan penggunaan
formula Alpha adalah apabila koefisien yang dihasilkan cukup tinggi maka
koefisien reliabilitas sesungguhnya memang tinggi (Azwar, 2008b: 114).
Perhitungan validitas dan reliabilitas skala psikologi dilakukan dengan software
SPSS versi 13.0 (Budi, 2006: 247 – 261).
E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Angket dan Skala Psikologi
Berdasarkan hasil uji coba terhadap 48 responden dengan menggunakan
perhitungan SPSS versi 13.0 diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Angket Variabel Pendidikan Berbasis Karakter (PBK)
Hasil uji validitas angket variabel PBK diperoleh data bahwa 73 item
dinyatakan valid, dan hanya 7 item yang dinyatakan tidak valid, yaitu item nomor
Tabel 3. 5
Distribusi Item Valid pada Angket Pendidikan Berbasis Karakter
No Aspek Indikator Item Jumlah
1 Pengetahuan (Knowledge)
• Penanaman Visi 1, 2, 3, 46, 47, 48, 49, 50
8 29
• Pemahaman materi 4, 51, 52, 53, 54
5
• Equipment management 6, 7, 55, 56, 57, 58
6
• Applied Failure Analysis (AFA)
8 1
• Problem solving 59, 60 2
• Metode Pull – Push 9, 10, 11, 12, 61, 62, 63
7
2 Keterampilan (Skill)
• Studi Kasus 13 1 25
• Praktek Kelompok 64, 65, 66, 67, 68, 69
6
• Meningkatkan kreatifitas & logika
14, 15 2
• Independent skill 16, 17, 18 3
• Contamination Control 19, 20 2
• Penguasaan 23 Core Skill dan Working Skill
70, 71, 72 3
• Sertifikasi Skill 22, 73, 74, 75 4
• Remove & Install (R & I) 0
• Dismantle & Assembly (D & A)
0
No Aspek Indikator Item Jumlah
• Problem Solving 26, 27 2
3 Kemauan (Want)
• Self Learning 28, 29, 30, 31 4 12
• Leadership 32 1
• Tugas-tugas dengan sasaran spesifik
33 1
• Metode Pull – Push 34 1
• Inner motivation 36, 37 2
• Pembentukan karakter 78, 79, 80 3 4 Repetisi
(Behavioral Chaining)
• Diskusi kelompok 38, 39, 40 3 7
• Kejelasan Reward & punishment
42 1
• Activity Work Book 43 1
• Menciptakan budaya kerja industri
44, 45 2
Jumlah soal 73
Validitas suatu instrumen disebut memuaskan jika koefisien validitasnya
lebih dari 0,30 (Azwar, 2009: 103). Koefisien validitas angket ini bergerak dari
0,304 – 0,767. Untuk lebih lengkapnya, perhitungan statistik validitas instrumen
dapat dilihat pada halaman lampiran. Setelah memperhatikan butir-butir yang
tidak valid tersebut dan membandingkannya dengan kisi-kisi yang telah
dirancang, serta memperhatikan jumlah item yang valid masih mencukupi, maka
butir yang tidak valid tersebut tidak direvisi. Untuk selanjutnya item yang tidak
Hasil uji reliabilitas angket PBK dilakukan dengan Alpha (α) Cronbach
sehingga diperoleh nilai sebesar 0,962. Nilai Alpha yang lebih besar dari 0,900,
menurut Azwar (2008:117), tergolong cukup tinggi, sehingga bisa digunakan
untuk tujuan prediksi dan diagnosis. Mengingat bahwa instrumen yang disusun
memenuhi kriteria sebagaimana tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa
instrumen dinyatakan layak, valid, dan reliabel untuk dijadikan instrumen
penelitian.
2. Skala Soft Skill
Hasil uji validitas skala psikologi variabel Soft Skill diperoleh data bahwa
45 item dinyatakan valid, dan 35 item yang dinyatakan tidak valid. Koefisien
validitas skala psikologi ini bergerak dari 0,241 – 0,668. Koefisien validitas
dianggap memuaskan atau tidak, penilaiannya dikembalikan kepada pemakai
instrumen. Yang tidak kalah penting adalah sejauhmana instrumen yang
bersangkutan dapat bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Seringkali suatu
koefisien validitas yang tidak begitu tinggi dapat bermanfaat guna pengambilan
keputusan (Azwar, 2009: 103-104). Oleh karena itu seluruh item yang valid tetap
akan digunakan dalam penelitian ini. Distribusi item valid dijelaskan pada tabel
[image:40.612.129.519.632.697.2]berikut:
Tabel 3. 6
Distribusi Item Valid pada Skala Soft Skill
No Aspek (Sub Variabel) Item Jumlah
Favorable Unfavorable
No Aspek (Sub Variabel) Item Jumlah Favorable Unfavorable
2 Kebiasaan merujuk pada tujuan akhir
15, 21 23, 24, 25 5
3 Prioritas 26, 28, 30, 32,
33, 35, 37
27, 34 9
4 Pemecahan menang-menang
39, 40, 43 47 4
5 Komunikasi Empatik 50 49, 51, 55, 56, 57, 58
7
6 Sinergi 59, 60, 61, 63,
65, 67, 68
66 8
7 Pembaharuan Diri yang Seimbang
69, 72, 73, 74, 77
5
Jumlah Item Valid 45
Dengan memperhatikan distribusi di atas, terlihat bahwa komposisi setiap
aspeknya masih terwakili oleh sejumlah item valid yang tetap mengukur satu
tujuan ukur yang lebih luas yaitu Skala Soft skill. Oleh karena itu, skala ini
dianggap layak untuk digunakan (Azwar, 2009: 70).
Setelah memperhatikan butir-butir yang tidak valid tersebut dan
membandingkannya dengan kisi-kisi yang telah dirancang, serta memperhatikan
jumlah item yang valid masih mencukupi, maka butir yang tidak valid tersebut
tidak direvisi. Untuk selanjutnya item yang tidak valid tidak lagi digunakan
dalam penelitian.
Hasil uji reliabilitas Skala Soft Skill dengan menggunakan Alpha (α)
masih disebut cukup terutama karena Skala ini digunakan bersama-sama dengan
instrumen lain dalam suatu perangkat pengukuran. Berdasarkan kriteria tersebut di
atas maka disimpulkan bahwa instrumen valid dan reliabel sehingga memenuhi
syarat untuk dijadikan instrumen penelitian.
F. Teknik Pengujian Hipotesis
Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini diarahkan untuk menjelaskan
pengaruh pendidikan berbasis karakter terhadap pengembangan soft skill
mahasiswa. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan teknik statistik deskriptif
dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan
gambaran secara spesifik tentang karakteristik dari masing-masing variabel
penelitian. Teknik statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini.
Analisis deskriptif dilakukan dengan cara menjelaskan ukuran-ukuran
data, meliputi skor maksimum, rata-rata, persentase dari setiap indikator variabel
penelitian (Sugiyono, 2006: 208). Skor maksimum adalah skor indikator variabel
dengan nilai tertinggi yang diperoleh responden. Persentase adalah perbandingan
antara skor yang diperoleh responden dengan skor maksimum instrumen.
Rumusan persentase dapat diformulasikan sebagai berikut:
Persentase (P) = x 100 %
=
x 100 %
Setelah diketahui persentase rata-rata tiap sub variabel, hasilnya
dikonsultasikan dengan kriteria persentase yaitu:
90 % - 100 % = Sangat Tinggi 80 % - 89 % = Tinggi
70 % - 79 % = Cukup 60 % - 69 % = Sedang 50 % - 59 % = Rendah Kurang dari 49 % = Rendah Sekali
Analisis inferensial dalam pengujian hipotesis ini adalah dengan
menggunakan statistik parametrik. Analisis parametrik mempersyaratkan
asumsi-asumsi yang ketat tentang keadaan populasi. Asumsi utama yang harus dipenuhi
untuk dapat dilanjutkan ke perhitungan statistik berikutnya adalah populasi atau
sampel harus berdistribusi normal dan memiliki hubungan yang linier (Riduwan,
2008: 39; Sugiyono, 2006: 241; Budi, 2006: 76).
Sesudah kedua asumsi terpenuhi, selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis dengan analisis fungsional menggunakan analisis regresi. Analisis
regresi digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat (Sugiyono, 2006:249) mengingat bahwa data berskala interval (Riduwan,
2004: 12, 85; Riduwan, 2008: 39 dan 84; Sukmadinata, 2005: 234, 237). Analisis
regresi didasarkan pada hubungan fungsional atau sebab-akibat variabel bebas
terhadap variabel tergantung. Pada dasarnya analisis regresi dan analisis korelasi
mempunyai hubungan yang sangat kuat dan memiliki keeratan. Setiap analisis
tentu dilanjutkan dengan analisis regresi (Ridhuwan, 2008: 144). Analisis regresi
akan menghasilkan persamaan regresi yang dirumuskan dengan:
subyek variabel terikat yang diproyeksikan
variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan
nilai konstanta harga Y jika X = 0
nilai arah sebagai penentu ramalan atau prediksi yang menunjukkan
nilai peningkatan (+) atau penurunan (-) variabel Y
Analisis statistik juga dapat mengungkap seberapa besar kontribusi
variabel bebas terhadap variabel terikat melalui koefisien determinan yang
diperoleh (Sugiyono, 2006: 216; Budi, 2006). Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan program SPSS versi 13.0 (Budi, 2006).
G. Prosedur Penelitian
Tahapan-tahapan proses penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan yaitu tahapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian
yang meliputi: studi penjajakan awal ke lokasi penelitian, studi dokumentasi
data-data akademik, studi kepustakaan untuk menemukan landasan teoritik
sesuai fokus penelitian, serta wawancara dengan narasumber dari LBP
Mitratama, PT Trakindo Utama (PTTU), dan Politeknik TEDC Bandung.
Narasumber LBP Mitratama adalah pihak yang menggagas perlunya
pendidikan berbasis karakter dimasukkan sebagai kurikulum wajib untuk
OJT. Narasumber dari Politeknik TEDC Bandung adalah tenaga pengajar
yang terlibat aktif dalam mengelola konsentrasi alat berat bekerja sama
dengan PTTU. Tahapan berikutnya adalah penyusunan instrumen dan uji coba
instrumen penelitian.
2. Tahap pelaksanaan yaitu mengumpulkan data penelitian melalui penyajian
instrumen yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, merekapitulasi data
yang diperoleh, mengolah, menganalisis, dan dilanjutkan dengan interpretasi
hasil analisis.
3. Tahap penyusunan laporan. Tahap ini merupakan tahap akhir berupa penulisan
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan terhadap topik yang diteliti maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendidikan Berbasis Karakter berpengaruh terhadap pembentukan soft skill
mahasiswa calon teknisi alat berat.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pendidikan berbasis karakter
dirasakan sangat berpengaruh terhadap pengembangan soft skill mahasiswa,
sehingga diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas dirinya sampai ke
jenjang yang lebih tinggi.
2. Pendidikan Berbasis Karakter tidak berpengaruh terhadap pembentukan
proaktivitas pada mahasiswa.
Pelaksanaan pembelajaran belum dirasakan mampu merangsang pembentukan
sikap proaktifitas mahasiswa, dan hal tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, diantaranya faktor dosen, mahasiswa, tingkat pemanfaatan sumber
belajar, maupun faktor-faktor lainnya.
3. Pendidikan Berbasis Karakter tidak berpengaruh terhadap pembentukan
Penyampaian visi atau tujuan dari setiap topik pembelajaran, disertai
tahapan-tahapan yang mudah dipahami, belum mampu mendorong mahasiswa untuk
mengembangkan kebiasaan membuat tujuan akhir yang jelas dengan
menerapkan cara-cara yang terbaik dan benar.
4. Pendidikan Berbasis Karakter berpengaruh terhadap sikap prioritas pada
mahasiswa.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pendidikan berbasis karakter
dirasakan sangat berpengaruh terhadap pembentukan kemampuan mahasiswa
dalam menetapkan prioritas guna memiliki kompetensi sebagai calon teknisi
alat berat. Pembelajaran yang dijadwalkan dengan seksama, dan kemudian
diikuti dengan tahapan evaluasi berupa sertifikasi dan validasi akhir
mendorong mahasiswa untuk menetapkan prioritas dalam melakukan aktivitas
belajarnya.
5. Pendidikan Berbasis Karakter berpengaruh terhadap pembentukan sikap
pemecahan menang-menang pada mahasiswa.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pendidikan berbasis karakter
dirasakan berpengaruh terhadap pembentukan kemampuan mahasiswa
mencari pemecahan menang-menang. Pembelajaran banyak dilakukan secara
berkelompok sehingga merangsang mahasiswa untuk berinteraksi lebih
banyak dan melatih pula kemampuannya menggunakan pemecahan
menang-menang untuk kepentingan bersama.
6. Pendidikan Berbasis Karakter berpengaruh terhadap pembentukan
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pendidikan berbasis karakter
dirasakan sedikit berpengaruh terhadap pembentukan komunikasi empatik
pada mahasiswa. Pembelajaran teknik alat berat belum banyak menggunakan
metode diskusi kelompok, sehingga kemampuan mahasiswa untuk bisa
menjadi pendengar yang baik dan berempati terhadap orang lain kurang
terangsang secara optimal.
7. Pendidikan Berbasis Karakter berpengaruh terhadap pembentukan
kemampuan sinergi mahasiswa.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pendidikan berbasis karakter
dirasakan berpengaruh terhadap pembentukan kemampuan sinergi pada
mahasiswa. Hal ini dimungkinkan ketika banyak aktivitas kelas dilakukan
secara berkelompok, misalnya dalam kuliah praktek. Interaksi dengan sesama
mahasiswa pun dapat menghasilkan teladan dan membantu pertukaran
informasi, sehingga menjadi sumber yang penting bagi pencapaian
pengetahuan.
8. Pendidikan Berbasis Karakter berpengaruh terhadap pembaharuan diri yang
seimbang pada mahasiswa.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pendidikan berbasis karakter
dirasakan sangat berpengaruh terhadap pembaharuan diri yang seimbang pada
mahasiswa untuk dapat memiliki kompetensi sebagai calon teknisi alat berat.
Pembaruan diri yang seimbang melibatkan aspek fisik, mental, spiritual,
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, memungkinkan adanya implikasi sebagai
berikut:
1. Pendidikan teknik ternyata mampu membentuk, bukan hanya hard skill,
namun juga soft skill mahasiswa. Hard skill yang meliputi kemampuan
teknikal yang disertai dengan soft skill akan membentuk pribadi yang
berkualitas dan seimbang, sehingga mampu mengembangkan dirinya terus
menerus untuk mencapai jenjang yang lebih tinggi.
2. Dalam pembelajaran teknik, penggunaan metode yang bervariasi untuk
merangsang keterlibatan aktif mahasiswa akan merangsang pengembangan
soft skill mahasiswa. Keterlibatan aktif mahasiswa juga akan meningkatkan
motivasi diri mahasiswa tersebut. Motivasi belajar yang tinggi memudahkan
dosen untuk melaksanakan transfer of knowledge, bahkan value
transformation berupa pengetahuan, ketrampilan, nilai, sikap, dan karakter
yang positif.
3. Penyampaian tujuan yang jelas, spesifik, dan dipahami oleh mahasiswa sangat
penting karena menjadi dasar setiap aktivitas berikutnya. Bagi dosen, tujuan
yang jelas memudahkan dalam menyampaikan proses pembelajaran dan
mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapkan. Bagi mahasiswa, tujuan
yang jelas membantunya untuk mengetahui apa yang harus dilakukan,
bagaimana cara melakukan dengan benar, dan konsekuensi apa yang timbul
C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian maka disampaikan
rekomendasi kepada pihak yang berkepentingan dengan pengembangan soft skill
mahasiswa calon teknisi alat berat, baik bagi mahasiswa, para dosen, tenaga
nonakademik, pengelola Politeknik TEDC Bandung dan pembimbing di PT
Trakindo Utama sebagai berikut:
1. Mahasiswa agar dapat terlibat lebih aktif dalam proses pembelajaran, sehingga
tidak hanya mendengarkan dosen mengajar saja, namun menggali sebanyak
mungkin informasi baik di kelas maupun melalui berbagai sumber belajar.
Dalam hal ini keaktifan bukan hanya pada kelas teori maupun praktek, namun
juga pada saat presentasi di kelas maupun diskusi kelompok.
2. Dosen agar menerapkan pengajaran kreatif dengan berbagai variasi guna
menciptakan suasana kelas yang kondusif, menyenangkan dan memotivasi
mahasiswa. Di samping itu dosen agar mempersiapkan tugas-tugas yang
mampu memancing kreatifitas mahasiswa, baik melalui tugas membaca,
presentasi, maupun dalam bentuk diskusi kelompok. Mengingat dosen adalah
teladan yang efektif bagi mahasiswa, maka diharapkan dosen juga harus
memiliki hard skill dan soft skill yang baik pula, yang terwujud dalam
karakter keseharian.
3. Pengelola Politeknik TEDC Bandung. Efektifitas penerapan pendidikan
berbasis karakter memerlukan dukungan dari semua pihak dalam bentuk
penciptaan lingkungan yang kondusif bagi penanaman nilai-nilai yang
civitas akademika, baik dari pucuk pimpinan Politeknik TEDC Bandung,
tenaga nonakademik, maupun seluruh staf yang ada.
4. Pembimbing PT Trakindo Utama (PTTU). Dukungan dari mentor yang ada di
PTTU dapat berupa contoh karakter kerja dan bimbingan terus-menerus
kepada mahasiswa melalui umpan balik yang positif dan konstruktif. Umpan
balik yang positif akan sangat membantu mahasiswa memahami standar kerja
dan kompetensi minimal yang harus dimiliki sebelum dianggap layak menjadi
teknisi alat berat.
5. Penelitian selanjutnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat diteruskan dalam
bentuk penelitian lanjutan, mengingat begitu banyak faktor, baik dalam
variabel pendidikan berbasis karakter maupun soft skill yang belum dikaji
secara mendalam. Diharapkan dengan semakin banyak penelitian yang
mengkaji pembentukan kualitas diri mahasiswa maka akan menjadi masukan
DAFTAR PUSTAKA
Abeng, T. (2008). The Landmarks of Tomorrow, Publisher's Diary. Campus Asia , 1.
Adman. (2007). Pengembangan SDM Menuju Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial , 28.
Agustian, A. (2005). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual. ESQ (Emotional Spiritual Quotient). Jakarta: Arga.
Antara. (2009). UI, UGM, ITB Masuk 400 Universitas Besar Dunia. 20 Mei 2009. Dipetik 20 Juli 2009, dari Kompas [online]: http://www.kompas.com
Aswandi. (2008). Pendidikan Berbasis Karakter. 12 Juli 2008. Dipetik 2 Mei 2009, dari pontianakpost.com
Azwar, S. (2009). Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Azwar, S. (2008a). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Azwar, S. (2008b). Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset.
Budi, T. P. (2006). SPSS 13.0 Terapan. Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: Andi.
Butler, F. C. (1976). Instructional Systems Development for Vocational and Technical Training. New Jersey: Englewood Cliffs.
Covey, S. R. (1997). The 7th Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan Manusia yang Efektif). Jakarta Barat: Bina Aksara.
Harmoni, A. (2006). Soft skill, Kegiatan Ekstrakurikuler, dan Pilihan Karir. UGNews. 30 Agustus 2006.
Harmoni, A. (2007). Sosialisasi: Pengembangan "Soft Skill" di Perguruan Tinggi. 16 Februari 2007. Dipetik 20 Juli 2009, dari ati.staff.gunadarma.ac.id/ Download/files/.../Softskilldosenwali_ppt.
Hendarman. (2009). Peran dan Kebijakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dalam Mendukung Perguruan Tinggi menuju World Class University. Seminar Potensi UII menuju World Class University. Yogyakarta.
Hidayat, W. (2008). Paradigma Pendidikan Humanistik. Jurnal FAI UNIGA. 26 Mei 2008.
Kepmendiknas. (2002). Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi.
Kompas. (2008). Pengangguran Terdidik 4,5 Juta. Kompas. 22 Agustus 2008.
Kompas. (2008). Perbaiki Sistem Pendidikan Nasional. Kompas. 23 Agustus 2008.
Koster, W. (2006). Membangun Kemandirian dan Peradaban Bangsa Melalui Pendidikan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan , Tahun Ke-12.
Lickona, T. (1992). Educating for Character. How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.
Lunandi, A. (1992). Komunikasi Mengena. Meningkatkan Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius.
Makmun, A. S. (2005). Psikologi Kependidikan. Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Makmur, A. (2008). Pendidikan Berbasis Karakter. Workshop Jurusan Alat Berat Politeknik TEDC Bandung. Bandung: Tidak untuk dipublikasikan.
Martin, G., & Pear, J. (1992). Behaviour Modification. What It Is and How To Do It. New Jersey: Prentice Hall International.
Megawangi, R. (2007a). Membangun SDM Indonesia melalui Pendidikan Holistik Berbasis Karakter. 24 September 2007. Dipetik 1 Mei 2009, dari keyanaku.googlepages.com/indonesiaberprestasi.pdf.
Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter "Knowing the Good, Loving the Good, and Acting the Good. Dipetik 15 Juli 2009, dari http://www.mizan.com.
Megawangi, R. (2007b). Proposal Pendidikan Berbasis Karakter. Dipetik 10 Juli 2009, dari www.ihf-sbb.org.
Mukhidin, et al. (2006). Prinsip-prinsip Kurikulum. Makalah disampaikan pada Pelatihan Kompetensi Guru SD, SMP, SMA, SMK, Kab. Kaimana, Irian Jaya, (hal. 240).
Mulyasa, E. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nazir, M. (Jakarta, Ghalia). Metode Penelitian. 2003 .
Politeknik Negeri Jakarta. (2009). Workshop Heavy Equipment Study Program Curriculum. Cooperation Between Five State Polythecnique in Indonesia and PT Trakindo Utama.
Putra, I. S., & Pratiwi, A. (2005). Sukses dengan Soft Skills. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Sejak Kuliah. Bandung: Direktorat Pendidikan Institut Teknologi Bandung.
Republika. (2008). Antara E-Learning dan Character Building. 10 Mei 2008.
Ridhuwan. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru - Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Santoso, S. (2008). Integrasi Soft Skill Mahasiswa di Perkuliahan. Langkah Letih Pengembangan dan Pendekatan Pendidikan di PT. Dipetik 18 Maret 2008, dari slametsantoso.multiply.com/journal.
Saragih, B. (2008). Paving the Way to Success. Campus Asia , 1. Maret 2008.
Sarwono, S. W. (2006). Psikologi Remaja. Yogyakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Setiawan, H. (2004). Critical Pedagogy. Makalah disampaikan dalam Forum LK II HMI. Bogor. 31 Januari 2004
Setyawan, J. (2006). Pentingnya Sistem Pendidikan Humaniora Berbasis Nilai. 16 November 2006. Dipetik 5 Juni 2009, dari www.kabarindonesia.com. Slavin, R. E. (1991). Educational Psychology. Theory into Practice. New Jersey:
Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Smith, S. (2008). The Transition from University to Work. Campus Asia , 1. Maret 2008.
Suherman. (2007). Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa. Educare, Jurnal Pendidikan dan Budaya , 5.
Sukamto. (1988). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sukmadinata, N. S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Supartini, H. (2008). Implementasi Model Quantum Teaching untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara. Program Studi Pengembangan Kurikulum, Pascasarjana, Unversitas Pendidikan Indonesia: Tesis (Tidak dipublikasikan).
Supriyoko. (2000). Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah, Suatu Tinjauan Edukatif Akademis. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan , Tahun Ke-6.
Wahid, F. (2005). Keahlian yang dibutuhkan Industri Teknologi Informasi Indonesia: Hasil Pemindaian Lowongan di Media Massa dan Survei. Yogyakarta: Fakultas Teknologi Industri UII.
Widiantoro, N. (2008). Implementasi Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN Model Palangkaraya. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Tesis. (Tidak dipublikasikan).
Wikipedia. (2009). 28 Juni 2009. Dipetik 2 September 2009 dari id.wikipedia.org/ wiki/Kurikulum_tersembunyi.
Wikipedia. (2009). 7 Agustus 2009. Dipetik 18 Juli 2009, dari http://en.wikipedia. org/wiki/Soft_skills.