• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER TERHADAP PENGEMBANGAN SOFT SKILL MAHASISWA CALON TEKNISI ALAT BERAT :Studi Deskriptif pada Program Studi Otomotif Konsentrasi Alat Berat Politeknik TEDC Bandung Bekerja Sama dengan PT Trakindo Utama.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER TERHADAP PENGEMBANGAN SOFT SKILL MAHASISWA CALON TEKNISI ALAT BERAT :Studi Deskriptif pada Program Studi Otomotif Konsentrasi Alat Berat Politeknik TEDC Bandung Bekerja Sama dengan PT Trakindo Utama."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Deskriptif pada Program Studi Otomotif Konsentrasi Alat Berat Politeknik TEDC Bandung Bekerja Sama dengan PT Trakindo Utama)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi

Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

oleh

NANIEK PRIHATININGTYAS NIM 0705569

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Dr. Agus Rahayu, M.Si.

NIP 196206071987031002

Pembimbing II,

Dr. Nunuy Nurjanah, M.Pd.

NIP 196707101991022001

Ketua Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Sekolah Pascasarjana,

Dr. Danny Meirawan.

(3)

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya, bahwa tesis dengan judul

“Pengaruh Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter Terhadap Pengembangan Soft

Skill Mahasiswa Calon Teknisi Alat Berat - Studi pada Program Studi Otomotif

Alat Berat Politeknik TEDC Bandung Bekerja Sama dengan PT Trakindo Utama”

ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas penyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang akan

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini.

Bandung, September 2009

Yang membuat pernyataan,

Naniek Prihatiningtyas

(4)

KATA PENGANTAR

Fokus dunia pendidikan saat ini tidak lagi hanya menekankan pada

pencapaian prestasi belajar atau keterampilan saja (hard skill) namun mulai

memperhatikan pula pencapaian soft skill. Dari sejumlah kajian dan pengalaman

empirik di dunia usaha dan dunia industri, soft skill merupakan kunci untuk

meraih kesuksesan seseorang di bidang apa pun.

Politeknik TEDC Bandung bekerja sama dengan PT Trakindo Utama

menyelenggarakan pendidikan sistem ganda yang menekankan pada pendidikan

berbasis karakter dengan membentuk 23 basic core skill, yang meliputi technical

skill dan soft skill agar tercipta lulusan yang sukses di mana pun, khususnya di

bidang alat berat.

Sesuai dengan latar belakang pendidikan penulis, maka fokus penelitian

diarahkan pada pengaruh pendidikan berbasis karakter terhadap pengembangan

soft skill mahasiswa.

Penulisan tesis ini selain untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Magister Pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia, juga

untuk memuaskan rasa keingintahuan penulis mengenai masalah tersebut.

Akhir kata, semoga tesis ini memberikan manfaat, khususnya bagi penulis

dan umumnya bagi pembaca yang peduli akan dunia pendidikan.

Bandung, September 2009

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Segala

upaya telah penulis lakukan untuk menghasilkan tesis yang baik. Penulis

menyadari betul bahwa untuk menghasilkan karya terbaik membutuhkan suatu

proses yang panjang. Penulis baru memulai langkah sederhana dari rentang proses

tersebut. Oleh karena itu penulis menyadari betul bahwa tesis ini jauh dari

kesempurnaan.

Sejumlah pengalaman telah penulis alami dalam menyelesaikan tesis ini,

baik manis maupun pahit. Alhamdulillah penulis dapat melewatinya dengan rasa

syukur. Satu keyakinan penulis, bahwa setiap kesulitan merupakan tantangan yang

harus dihadapi dan diselesaikan agar menghasilkan yang terbaik. Pada

kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang mendalam kepada:

1. Bapak Dr. Agus Rahayu, M.Si selaku Pembimbing I yang dengan ketulusan,

kesabaran, dan pengertiannya telah memberikan dorongan, bimbingan, dan

arahan yang besar hingga terselesaikannya tesis ini.

2. Ibu Dr. Nunuy Nurjanah, M.Pd selaku Pembimbing II yang dengan ketulusan,

kesabaran, dan pengertiannya telah memberikan dorongan, bimbingan, dan

dukungan yang besar hingga terselesaikannya tesis ini.

3. Bapak Dr. Danny Meirawan, Ketua Program Studi Pendidikan Teknologi dan

Kejuruan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang

(6)

4. Direktur, Asisten Direktur I dan II, serta para Staf Tata Usaha Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan

bantuan akademik maupun nonakademik selama penulis menyelesaikan

perkuliahan dan tesis ini.

5. Segenap dosen Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah

memberikan pengetahuan berharga buat penulis.

6. Bapak Drs. Achmad Dasuki, MM., M.Pd selaku mantan Kepala Pusat

Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Bidang Mesin dan Teknik Industri (PPPTK BMTI) Bandung sekaligus

Direktur Profesi Pendidik, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik

dan Tenaga Kependidikan (PMPTK), yang telah memberikan kesempatan

“langka” untuk meningkatkan jenjang pendidikan S2 dan mendorong penulis

agar segera menyelesaikan tesis.

7. Bapak Drs. Murtoyo, MM selaku Kepala PPPPTK BMTI Bandung sekaligus

atasan langsung yang memberikan dukungan dan kemudahan hingga penulis

dapat menuntaskan tesis ini.

8. Bapak Yayat Sudaryat selaku Kepala Bidang Program dan Informasi PPPPTK

BMTI Bandung yang memberikan dukungan dan bantuan selama program

kerja sama S2 dengan UPI ini terselenggara.

9. Bapak Andi Makmur selaku Pimpinan Lembaga Bantuan Pendidikan

Mitratama sekaligus narasumber utama yang membuka wawasan penulis akan

(7)

10.Bapak Drs. Radjin Ginting, M.Ed. selaku Direktur Politeknik TEDC Bandung

yang mendorong semangat sekaligus mempermudah penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

11.Bapak Suryana Iskandar dan Bapak Trisno Yuwono, dosen Politeknik TEDC

Bandung, rekan kerja, sekaligus narasumber terbaik pembuka wawasan

pendidikan teknik Alat Berat, yang membantu penulis sampai dengan

tuntasnya tesis ini.

12.Bapak Ary Effendy dan Bapak Edy Cahyono selaku narasumber pendidikan

Alat Berat di PT Trakindo Utama.

13.Bapak (Alm) dan Ibunda yang tiada putus kasih sayangnya kepada putri kecil

ini; serta kakak-kakakku: Mas Agus, Mas Bowo, Mbak Endah, Mbak Didien,

Mbak Lies, dan para keponakan penyejuk hati di kala sepi. Doa, dorongan,

semangat, dan bantuan yang tiada habisnya kepada penulis hampir tidak bisa

digambarkan dengan kata-kata.

14.Sahabat-sahabat teristimewa: rekan-rekan seangkatan di Program Studi

Pendidikan Teknik dan Kejuruan dan Mbak Ani yang selalu membantu dan

memberi toleransi luas bagi penulis untuk menuntaskan tesis ini.

15.Seluruh responden Mahasiswa Program Studi Otomotif Mekanik dan

Otomotif Alat Berat Politeknik TEDC Bandung yang membantu penelitian ini.

16.Pihak-pihak yang secara tidak langsung turut membantu kelancaran penulis

dalam menyelesaikan tesis ini, namun pada kesempatan ini tidak bisa

(8)

Puji syukur penulis panjatkan teriring permohonan: “Semoga Allah SWT

berkenan membalas kebaikan-kebaikan yang penulis terima”.

Bandung, September 2009

(9)

ABSTRAK

Naniek Prihatiningtyas, NIM 0705569. Judul Tesis: “Pengaruh Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter Terhadap Pengembangan Soft Skill Mahasiswa Calon Teknisi Alat Berat”. Tesis Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. 2009.

Di bawah bimbingan: Dr. Agus Rahayu, M.Si dan Dr. Hj. Nunuy Nurjanah, M.Pd

Penelitian ini berangkat dari permasalahan sistem pendidikan Indonesia yang cenderung menekankan aspek kognitif berupa prestasi belajar, dibanding aspek lainnya. Di sisi lain dunia kerja mempersyaratkan lulusan yang diterima adalah yang memiliki kemampuan teknis (hard skill) dan soft skill yang baik. Penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana sistem pendidikan di Politeknik TEDC Bandung yang disebut pendidikan berbasis karakter (PBK) mampu membentuk soft skill mahasiswa. Sistem PBK menekankan pembentukan kebiasaan melalui penguasaan pengetahuan, keterampilan, kemauan, dan dilakukan melalui repetisi. Soft skill mahasiswa meliputi proaktivitas, kebiasaan merujuk pada tujuan akhir, prioritas, solusi menang-menang, komunikasi empatik, sinergi, dan pembaharuan diri yang seimbang.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji secara empirik pengaruh PBK terhadap pengembangan soft skill mahasiswa, sekaligus mengetahui kontribusi PBK terhadap pengembangan soft skill.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi. Populasi yang digunakan adalah Mahasiswa Politeknik TEDC Bandung Konsentrasi Otomotif Alat Berat sebanyak 64 orang. Data utama dikumpulkan melalui angket dan skala psikologi, kemudian dilanjutkan dengan analisis regresi menggunakan SPSS versi 13.

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang kuat penerapan Pendidikan Berbasis Karakter (PBK) terhadap pengembangan soft skill Mahasiswa.

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN 

PERNYATAAN 

KATA PENGANTARi 

UCAPAN TERIMA KASIHii 

ABSTRAK 

DAFTAR ISI ... i 

DAFTAR TABEL ...iv 

DAFTAR GAMBAR ... v 

DAFTAR LAMPIRAN ...vi 

BAB I PENDAHULUAN ... 1 

A.  Latar Belakang Masalah ... 1 

B.  Rumusan Masalah ... 9 

C.  Tujuan Penelitian ... 10 

D.  Manfaat Penelitian ... 10 

BAB II SOFT SKILL DAN PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER ... 12 

A.  Soft Skill ... 12 

B.  Penerapan Kurikulum ... 29 

(11)

D.  Pendidikan Berbasis Karakter ... 40 

E.  Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter pada Konsentrasi Otomotif Alat Berat Politeknik TEDC Bandung Bekerja Sama dengan PT Trakindo Utama ... 52 

F.  Kerangka Berpikir ... 70 

G.  Hipotesis ... 73 

BAB III METODE PENELITIAN ... 74 

A.  Metode Penelitian ... 74 

B.  Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 76 

C.  Populasi dan Sampel ... 81 

D.  Teknik Pengumpulan Data ... 82 

E.  Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Angket dan Skala Psikologi ... 84 

F.  Teknik Pengujian Hipotesis ... 89 

G.  Prosedur Penelitian ... 91 

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 93 

A.  Analisis Data ... 93 

B.  Deskripsi Analisis terhadap Variabel yang Diteliti ... 94 

C.  Hasil Pengujian Hipotesis ... 96 

D.  Pembahasan ... 102 

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 111 

(12)

B.  Implikasi ... 114 

C.  Rekomendasi ... 115 

DAFTAR PUSTAKA ... 117 

(13)

DAFTAR TABEL  

Nomor Judul Halaman

2. 1 Kebiasaan dan Keterampilan Kerja Dasar pada Mata Kuliah Alat Berat ... 59 

3. 1 Perbedaan Angket dan Skala Psikologi ... 74 

3. 2 Kisi-kisi Angket Pendidikan Berbasis Karakter ... 77 

3. 3 Kisi-kisi Skala Psikologi Soft Skill ... 79 

3. 4 Distribusi Mahasiswa Konsentrasi Otomotif Alat Berat Politeknik TEDC Bandung ... 81 

3. 5 Distribusi Item Valid pada Angket Pendidikan Berbasis Karakter ... 85 

3. 6 Distribusi Item Valid pada Skala Soft Skill ... 87 

4. 1 Persentase Variabel Pendidikan Berbasis Karakter (X) ... 94 

4. 2 Persentase Variabel Soft Skill (Y) ... 95 

4. 3 Hasil Korelasi Product Moment Pearson terhadap Variabel X dan Y ... 97 

4. 4 Interpretasi koefisien korelasi nilai r (product moment) ... 97 

4. 5 Hasil Analisis Regresi Variabel X terhadap Y ... 98 

4. 6 Koefisien Determinan Variabel X terhadap Y ... 100 

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2. 1 Kontribusi Soft Skill pada Dunia Kerja dan Pendidikan di Perguruan Tinggi .... 4 

2. 2 Model Proaktif ... 14 

2. 3 Matriks Manajemen Waktu ... 18 

2. 4 Hasil dari Kuadran Manajemen Waktu ... 18 

2. 5 Tingkat-tingkat Komunikasi ... 23 

2. 6 Dimensi Pembaharuan Diri yang Seimbang ... 24 

2. 7 Spiral Pengembangan Diri ... 26 

2. 8 Tujuh Kebiasaan Manusia Efektif ... 27 

2. 9 Pembentukan Karakter ... 44 

2. 10 Diagram Behavioral Chaining ... 45 

2. 11 Teori vs Pelatihan ... 46 

2. 12 Pendekatan Komunikasi dan Persuasi Menurut Model Studi Yale ... 50 

2. 13 Kebiasaan yang Efektif ... 51 

2. 14 Desain Program Otomotif Alat Berat ... 53 

2. 15 Kurikulum Alat Berat ... 58 

2. 16 Kompetensi Teknisi Alat Berat ... 63 

2. 17 Metode Pendidikan Berbasis Karakter Konsentrasi Otomotif Alat Berat ... 66 

2. 18 Kerangka Berpikir I ... 70 

2. 19 Kerangka Berpikir II ... 71 

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 GBPP Konsentrasi Alat Berat: Mata Kuliah Pendidikan Karakter dan Mata

Kuliah Pengantar Alat Berat ... 122 

2 Angket dan Skala Uji Coba ... 131 

3 Distribusi Data Angket PBK dan Soft skill - Uji Coba ... 140 

4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen PBK dan Soft skill ... 149 

5 Data Variabel PBK (X) dan Soft skill (Y) ... 158 

6 Uji Normalitas dan Linieritas ... 161 

7 Hasil Analisis Regresi ... 164 

(16)

 

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dampak globalisasi dan arus informasi yang sangat pesat telah membawa

konsekuensi terhadap pembangunan manusia di seluruh dunia. Segala upaya telah

dipersiapkan dalam menghadapi berbagai perubahan dan tantangan, diantaranya

dengan berupaya meningkatkan potensi diri agar menjadi sumber daya manusia

(SDM) yang berkualitas.

Berdasar data rangking Human Development Index beberapa negara,

SDM Indonesia pada tahun 2007 menduduki posisi ke-107. Sedangkan data yang

bersumber dari IMD World Competitiveness Yearbook (Hendarman, 2009)

menunjukkan daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia pada tahun 2008

menduduki peringkat 51 dari 55 negara, lebih rendah dari Malaysia (peringkat

19), Thailand (27), Philipina (40). Data perguruan tinggi sedunia menunjukkan

bahwa dari sekian banyak perguruan tinggi (PT) di Indonesia, hanya tiga PT yang

masuk dalam kategori 400 besar dunia, dan tiga PT lagi yang masuk dalam 500

besar dunia. Dengan memperhatikan data-data tersebut, bisa disimpulkan bahwa

kualitas SDM Indonesia masih harus ditingkatkan.

Sejumlah pandangan terhadap permasalahan kualitas SDM Indonesia

(17)

intelektual yang menekankan pengembangan otak kiri. Aspek lainnya seperti

afeksi, emosi, imajinasi, nilai-nilai humaniora yang merupakan fungsi dari otak

kanan kurang diperhatikan. Kalaupun ada, maka orientasinya baru sebatas kognitif

berupa hafalan, dan belum disertai apresiasi dan penghayatan yang mendalam

(Megawangi, 2004; Setyawan, 2006). Padahal Gardner dalam teorinya multiple

intelligence (Megawangi, 2004) menjelaskan bahwa potensi akademik hanyalah

sebagian saja dari potensi-potensi lainnya.

Ketimpangan pendidikan Indonesia dapat pula dilihat dari sejumlah

pandangan yang kurang menyetujui adanya Ujian Nasional (UN) sebagai standar

keberhasilan belajar sekaligus sentralisasi standar mutu. Hasil UN dipandang

sebagai satu-satunya ukuran keberhasilan siswa, maka tidak heran jika orientasi

siswa, orang tua, bahkan guru adalah semata-mata untuk meraih kelulusan atau

nilai tinggi sehingga memunculkan budaya instan yang kadang-kadang dilakukan

dengan cara-cara yang bertentangan dengan hati nurani (Hidayat, 2008; Setyawan,

2006). Di sisi lain, siswa yang memiliki peringkat rendah namun memiliki

kecerdasan sosial dan emosi yang tinggi dianggap sebagai pecundang dan sejenis

‘limbah' bidang pendidikan (Setyawan, 2006). Sarwono (2006) menjelaskan

bahwa secara umum sistem pendidikan di Asia yang mengutamakan prestasi

sekolah sebagai satu-satunya tolok ukur menjadi penyebab stres mental. Stres

mental remaja sering menimbulkan keputusasaan, sikap acuh tidak acuh, bahkan

sampai dengan agresi berupa kenakalan sampai dengan kriminalitas remaja.

Mata pelajaran yang bersifat subject matter juga makin merumitkan

(18)

 

mata pelajaran dengan yang lainnya, dan kadang-kadang tidak relevan dengan

kehidupan nyata. Akibatnya, para siswa tidak mengerti manfaat dari materi yang

dipelajarinya bagi kehidupan nyata. Sistem pendidikan seperti ini membuat

manusia berpikir secara parsial, terkotak-kotak (Megawangi, 2004)

Lebih lanjut kepincangan sistem pendidikan ini memunculkan problema

baru berupa peningkatan pengangguran terdidik hingga mencapai 4,5 juta orang,

padahal 30% lowongan kerja dalam bursa kerja tidak terisi (Kompas, 22 Agustus

2008). Survei yang dilakukan NACE USA (Putra dan Pratiwi, 2005) menemukan

bahwa Indeks Prestasi (IP) menduduki posisi 17 dari 20 kualitas yang dianggap

penting dari lulusan. Kualitas utama dan selebihnya adalah kemampuan

komunikasi, integritas, dan lain sebagainya yang merupakan kualitas intangible

atau tidak terlihat namun menentukan kesuksesan seseorang.

Jadi bisa disimpulkan bahwa paradigma pendidikan yang selama ini lebih

menekankan intelektualitas maupun kemampuan akademik seringkali tidak

berjalan seiring dengan kemampuan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Oleh

karena itu, Departemen Pendidikan Nasional kemudian memfokuskan perhatian

pada pendidikan jalur kejuruan untuk mengurangi pengangguran terbuka tersebut

(Kompas, 23 Agustus 2008).

Di samping pendidikan diarahkan pada penyiapan tenaga siap kerja,

keluhan dari para pengguna kerja Indonesia adalah lulusan PT kualitasnya ‘payah’

karena tidak tangguh, cepat bosan, kurang bisa bekerja sama, tidak memiliki

integritas dan sering “Mun-Ta-Ber” atau mundur tanpa berita (Harmoni, 2007).

(19)

mana dunia pendidikan memandang lulusan yang mempunyai kompetensi yang

tinggi adalah mereka yang lulus dengan IP tinggi dalam waktu cepat, sedangkan

dunia industri menginginkan lulusan yang high competence yaitu lulusan dengan

kemampuan teknis dan sikap yang baik. Jika dijabarkan maka kompetensi lulusan

yang dibutuhkan terbagi dalam dua aspek:

1. Aspek teknis yang berhubungan dengan latar belakang keilmuan yang

dipelajari atau keahlian yang diperlukan di dunia kerja, yang kemudian disebut

technical skill atau hard skill;

2. Aspek non teknis yang mencakup motivasi, adaptasi, komunikasi, kerja sama

tim, problem solving, manajemen stres, kepemimpinan, dan lain-lain, yang

kemudian disebut soft skill (Harmoni, 2007; Santoso, 2008; Suherman, 2005;

Putra & Pratiwi, 2005; Hary, 2008).

Gambar 2. 1

Kontribusi Soft Skill pada Dunia Kerja dan Pendidikan di Perguruan Tinggi (Sumber: Harmoni, 2007)

Pada gambar 1.1 dijelaskan bahwa peran soft skill atau disebut dengan

mind set pada dunia kerja berkisar sekitar 80%, sedangkan technical skill berkisar

20%. Sistem pendidikan kita baru menyentuh 10% soft skill dan 90% hard skill, COMPONENT OF SUCCESS

20%

80%

Technical Mindset

OUR EDUCATION SYSTEM

90

10

0 20 40 60 80 100

(20)

 

sehingga diasumsikan bahwa lulusan pendidikan kita belum siap pakai

sebagaimana yang diinginkan oleh dunia usaha dan industri.

Tingginya persentase soft skill ini salah satunya dikarenakan soft skill

bersifat umum dan dibutuhkan pada semua pekerjaan, sedangkan hard skill

cenderung context specific (Wahid, 2005)

UNESCO dengan istilah yang kurang lebih sama, menekankan bahwa

tujuan belajar harus dilandaskan pada empat pilar yaitu learning how to know,

learning how to do, learning how to be, dan learning how to live together (Hary,

2008). Ke dua pilar yang pertama adalah hard skill, sedangkan dua pilar

berikutnya adalah soft skill. Jika dinyatakan dalam persentase ternyata kontribusi

hard skill terhadap kesuksesan seseorang hanya 40%, sedangkan soft skill

mencapai 60%. Kecerdasan intelektual berkontribusi untuk kesuksesan individu

sebesar 20%, sedangkan kecerdasan emosional 40%, sedangkan sisanya sebanyak

40% dipengaruhi hal-hal lainnya (Suherman, 2005).

Smith (Campus Asia, 2008) menjelaskan bahwa kualifikasi & kemampuan

teknis tidaklah cukup untuk memuaskan tuntutan dunia kerja. Lulusan yang dicari

adalah yang mampu belajar cepat, mengidentifikasi dan memecahkan setiap

permasalahan, membuat keputusan dari sejumlah informasi yang tak beraturan,

berpikir outside the box, dan memiliki employability skill yaitu communication

skill, problem solving skill, dan lain-lain.

Berbagai literatur menjelaskan makna soft skill, namun hampir semuanya

memiliki kemiripan yaitu bahwa pada intinya soft skill adalah atribut yang

(21)

sekumpulan karakteristik kepribadian, daya tarik sosial, kemampuan berbahasa,

kebiasaan pribadi, kepekaan/kepedulian, serta optimisme, dan lain-lain yang

diperlukan agar seseorang dapat meraih sukses (Wikipedia,

http://en.wikipedia.org/wiki/Soft_skills, 2009). Literatur yang menjelaskan

tentang soft skill cukup banyak, salah satunya dikemukakan oleh Stephen Covey

dalam teorinya 7th habits of highly effective people. Covey (1997) menjelaskan

bahwa soft skill yang diperlukan untuk mencapai sukses meliputi proaktif,

kebiasaan merujuk pada tujuan akhir, mendahulukan yang utama, selalu mencari

pemecahan menang-menang, berusaha mengerti terlebih dahulu baru kemudian

dimengerti, sinergi, dan pembaharuan diri yang seimbang.

Mengingat pentingnya soft skill ini berperan terhadap kesuksesan individu

maka dalam penelitian ini ingin dikaji lebih dalam tentang pengembangan soft

skill di kalangan mahasiswa, khususnya pada pendidikan kejuruan yang notabene

selama ini diasumsikan lebih menekankan pada pencapaian technical skill saja.

Hal ini dengan pertimbangan bahwa posisi masalah cukup sesuai dengan ruang

lingkup bidang studi yang ditekuni peneliti yaitu pendidikan teknologi dan

kejuruan.

Penelitian yang mengkaji secara spesifik tentang soft skill pada pendidikan

kejuruan belum terlalu banyak. Dengan mengetahui bagaimana pengembangan

soft skill diharapkan akan dapat membawa manfaat bagi penciptaan lulusan yang

siap kerja dan diterima di dunia kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran

terdidik. Sangat disayangkan jika kesenjangan yang selama ini dirasakan, tidak

(22)

 

Pendidikan macam apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan

SDM yang unggul, baik soft skill maupun hard skill? Presiden Indonesia SBY

dalam dialognya dengan Bill Gates tentang e-learning dan character building

(Republika, 10 Mei 2008) mengatakan:

“Teknologi informasi itu sangat penting. Kita perlu mempersiapkan masyarakat ke perkembangan teknologi. Presiden mengakui bahwa tantangan besar yang dihadapi yaitu kondisi masyarakat. “Bagi saya, untuk mengajar anak-anak dan masyarakat adalah bagaimana membangun pemahaman teknologi. Kita butuh membangun karakter dengan pendidikan, sosial, etika, dan norma. Kita harus bekerja dengan semua pihak untuk mencegah dampak negatifnya”.

Pendidikan yang menggabungkan konsep teknologi dan karakter ini

disebut dengan konsep holistik atau kesatuan (Megawangi, 2004). Bloom dengan

teorinya Taksonomi Perilaku menjelaskan bahwa pendidikan dipandang sebagai

kesatuan meliputi tiga domain yaitu yaitu domain kognitif, afektif, dan

psikomotor (Makmun, 2005). Ketiga domain tersebut tidak dapat dipisahkan

maupun ditiadakan salah satu unsurnya. Sebagai contoh, jika kognitif saja yang

ditekankan namun domain lain diabaikan, maka hasil belajar yang diperoleh

hanya sebatas pencapaian pengetahuan saja tanpa pendalaman makna dan realisasi

dalam bentuk perilaku.

Marshal dan Zohar (Agustian, 2005) menambahkan bahwa pendidikan

perlu menyeimbangkan antara IQ (Intelectual), EQ (Emotional), dan SQ

(Spiritual) guna mewujudkan individu yang berkualitas. Abeng (Campus Asia,

2008) mengemukakan betapa pentingnya penyiapan aset bangsa berupa human

talents sehingga harus dididik dan dilatih dengan pendidikan yang tepat, termasuk

(23)

dan ritme maksimum yaitu integritas profesional. Artinya, kemampuan

profesional yang disertai kemampuan manajerial & kepemimpinan akan

membawa pada keberhasilan maksimal di mana pun individu berada.

Megawangi (2007a) secara khusus menyebutkan bahwa sistem pendidikan

yang berhasil adalah yang dapat membuat manusia menjadi berkarakter.

Pandangan demikian disebut dengan istilah pendidikan holistik berbasis karakter,

artinya pendidikan yang membentuk manusia secara utuh (holistik) dengan cara

mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual

siswa secara optimal, dan membentuk manusia yang pembelajar sejati atau

lifelong learner. Pendidikan karakter ini harus dilaksanakan secara sistematis,

berkesinambungan, dan terus menerus dengan melibatkan aspek “knowledge,

feeling, loving, and acting”. Covey (1997) menyebutnya dengan istilah

“knowledge, skill, and motivation”,

Salah satu contoh negara Asia yang berhasil menerapkan pendidikan

berbasis karakter untuk mengangkat perekonomiannya adalah negara China.

Masyarakat China mampu menggabungkan antara pengetahuan dan keahlian

berkelas dunia, pembentukan karakter dan menumbuhkan sisi spiritual sebagai

kunci utama pembentukan perilaku profesional dan integritas pemimpin masa

depan (Mooy, 2008).

Dari sejumlah pemikiran tersebut di atas, Lembaga Bantuan Pendidikan

(LBP) Mitratama bersama dengan PT Trakindo Utama (PTTU) dan Politeknik

TEDC Bandung yang menyelenggarakan program pendidikan sistem ganda Alat

(24)

 

diterapkan. Saat ini, konsep pendidikan berbasis karakter dimasukkan ke dalam

kurikulum, dan hal tersebut nampak pada sasaran yang ingin dicapai yaitu

melengkapi mahasiswa dengan pengetahuan, keterampilan, dan karakter

(Makmur, 2008).

Output yang diharapkan adalah terbentuknya 23 kebiasaan dasar lulusan

Politeknik yang meliputi soft skill (7th habits of highly effective people dan

leadership), dan technical skill, yang nantinya selalu diperlukan untuk dapat

meraih sukses pada jenjang apa pun di bidang alat berat.

Jadi kesimpulannya paradigma baru dunia pendidikan sat ini sudah mulai

memperhatikan unsur hard skill maupun soft skill. Pendidikan sudah dipandang

sebagai konsep yang holistik, yang salah satu diantaranya menekankan pada

pendidikan berbasis karakter. Dalam penelitian ini ingin dikaji lebih dalam

bagaimana penerapan pendidikan karakter di Politeknik TEDC Bandung dalam

mengembangkan soft skill Mahasiswa Konsentrasi Otomotif Alat Berat calon

teknisi alat berat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, diasumsikan bahwa soft

skill mahasiswa berperan dalam menentukan kualitas lulusan dan kesuksesan di

masa yang akan datang. Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka

permasalahan penelitian dibatasi hanya pada bagaimana pengaruh penerapan

pendidikan berbasis karakter terhadap pengembangan soft skill mahasiswa calon

(25)

Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah

“bagaimana pengaruh pendidikan berbasis karakter terhadap pengembangan soft

skill mahasiswa?”. Pertanyaan lanjutan yang bersifat khusus dan ingin pula

diketahui yaitu “bagaimana pengaruh pendidikan berbasis karakter terhadap

pengembangan soft skill mahasiswa yang terdiri dari proaktif, kebiasaan merujuk

pada tujuan akhir, prioritas, pemecahan menang-menang, komunikasi empatik,

sinergi, dan pembaharuan diri yang seimbang?”.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh

pendidikan berbasis karakter terhadap pengembangan soft skill mahasiswa calon

teknisi alat berat di Politeknik TEDC Bandung. Peneliti ingin pula mengetahui

seberapa besar kontribusi pendidikan berbasis karakter untuk mengembangkan

soft skill mahasiswa.

Secara khusus, tujuan penelitian ini juga ingin mengetahui bagaimana

pengaruh PBK terhadap pengembangan masing-masing soft skill mahasiswa

(proaktif, kebiasaan merujuk pada tujuan akhir, prioritas, pemecahan

menang-menang, komunikasi empatik, sinergi, dan pembaharuan diri yang seimbang).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya ingin mengungkap bagaimana penerapan

pendidikan berbasis karakter dan kaitannya dengan pengembangan soft skill

(26)

 

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis untuk memperkaya khasanah keilmuan khususnya

dalam bidang pendidikan teknologi dan kejuruan.

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan sebagai

bahan rujukan dalam literatur pendidikan, dan sebagai rujukan untuk penelitian

lebih lanjut.

Secara praktis, hasil penelitian ini menjadi bahan masukan dan sumbangan

pemikiran dalam upaya menyempurnakan dan memperbaiki penyelenggaraan

pendidikan berbasis karakter di Politeknik TEDC Bandung dan institusi pasangan

sekaligus pengguna lulusan yaitu PT Trakindo Utama.

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN  

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan

secara sistematis, faktual, dan akurat tanpa mengadakan manipulasi terhadap

variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya (Sukmadinata,

2005: 73). Kerlinger (Riduwan, 2008b: 49) menggolongkan penelitian ini sebagai

penelitian survei yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi dengan sampel

yang diambil dari populasi tersebut, sehingga diperoleh generalisasi dari

pengamatan yang dilakukan.

Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket PBK

dan skala psikologi Soft Skill. Meskipun dalam pemakaian sehari-hari istilah

angket dan skala psikologi sering saling dipertukarkan, namun keduanya memiliki

perbedaan. Cronbach (Azwar, 2009: 4) menjelaskan bahwa karakteristik skala

psikologi berbeda dengan angket. Azwar (2009; 5) merangkum sejumlah

perbedaan tersebut sebagai berikut:

Tabel 3. 1

Perbedaan Angket dan Skala Psikologi

ANGKET SKALA PSIKOLOGI

1. Data yang diungkap adalah data faktual, atau yang dianggap fakta,

(28)

 

ANGKET SKALA PSIKOLOGI

dan kebenaran yang diketahui subyek

menggambarkan aspek kepribadian subyek

2. Pertanyaan berupa pertanyaan langsung terarah.

2. Pertanyaan sebagai stimulus tertuju pada indikator perilaku guna memancing jawaban yang

merupakan refleksi dari keadaan diri subyek.

3. Satu angket dapat mengungkap informasi mengenai banyak hal

3. Satu skala psikologi hanya diperuntukkan guna mengungkap satu atribut tunggal

4. Hasil angket tidak perlu diuji secara psikometris. Reliabilitasnya terletak pada terpenuhinya asumsi bahwa responden akan menjawab dengan jujur seperti apa adanya.

4. Hasil ukur harus teruji

reliabilitasnya secara psikometris dikarenakan relevansi isi dan konteks kalimat yang digunakan sebagai stimulus pada skala psikologi lebih terbuka terhadap eror.

5. Validitas ditentukan oleh kejelasan tujuan dan lingkup informasi yang hendak diungkap

5. Validitas ditentukan oleh kejelasan konsep psikologis yang hendak diukur operasionalisasinya

Untuk selanjutnya, istilah skala psikologi cukup disebut dengan skala saja.

Penelitian ini bertujuan ingin melihat pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat. Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari satu

variabel bebas, yaitu PBK, dan variabel terikat, yaitu Soft Skill. Di samping itu,

ingin diketahui pula seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel

(29)

Guna menjawab hipotesis minor, peneliti ingin pula mengetahui

bagaimana PBK berpengaruh terhadap masing-masing subvariabel Soft Skill yaitu

proaktivitas, kebiasaan merujuk pada tujuan akhir, prioritas, pemecahan

menang-menang, komunikasi empatik, sinergi, dan pembaharuan diri yang seimbang. Pola

hubungan variabel-variabel tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. 1

Pola Hubungan Variabel X dan Y B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Secara rinci definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel Pendidikan Berbasis Karakter (PBK). Yang dimaksud dengan PBK

adalah pola pendidikan yang menekankan pembentukan karakter mahasiswa

melalui empat indikator yaitu pengetahuan (knowledge), ketampilan (skill),

kemauan (want), dan repetisi (disampaikan secara berulang-ulang) agar PENDIDIKAN

BERBASIS KARAKTER

(X)

SOFT SKILL (Y):

1. Proaktif (Y1)

2. Merujuk Pada Tujuan

Akhir (Y2)

3. Prioritas (Y3)

4. Solusi Menang-

Menang (Y4)

5. Komunikasi Empatik (Y5)

6. Sinergi (Y6)

7. Pembaharuan Diri

(30)

 

membentuk kebiasaan yang akan dilakukan terus menerus, baik disadari

maupun tidak disadari. Variabel ini diukur melalui angket.

Diasumsikan jika pihak yang memberi penilaian terhadap PBK adalah

dosen atau tenaga nonakademik di Politeknik TEDC Bandung maka

dimungkinkan terjadi bias, maka guna menjaga obyektifitas penilaian

dipilihlah mahasiswa sebagai subyek penelitian. PBK merupakan sistem yang

telah dirancang dan dapat diamati secara langsung. Dengan data tambahan

yang diperoleh melalui wawancara dengan para tenaga pengajar dan mentor

maka disusunlah angket dengan memunculkan indikator pengamatannya dan

[image:30.612.128.520.413.699.2]

tertuang dalam kisi-kisi angket sebagai berikut:

Tabel 3. 2

Kisi-kisi Angket Pendidikan Berbasis Karakter

No Aspek Indikator Item Jumlah

1 Pengetahuan (Knowledge)

• Penanaman Visi 1, 2, 3, 46, 47, 48, 49, 50

8

• Pemahaman materi 4, 5, 51, 52, 53, 54

6

Equipment management 6, 7, 55, 56, 57, 58

6

Applied Failure Analysis

(AFA)

8 1

Problem solving 59, 60 2

• Metode Pull – Push 9, 10, 11, 12, 61, 62, 63

7

(31)

No Aspek Indikator Item Jumlah (Skill) • Praktek Kelompok 64, 65, 66, 67,

68, 69

6

• Meningkatkan kreatifitas & logika

14, 15 2

Independent skill 16, 17, 18 3

Contamination Control 19, 20 2

• Penguasaan 23 Core Skill dan Working Skill

21, 70, 71, 72 4

• Sertifikasi Skill 22, 73, 74, 75 4

Remove & Install (R & I) 23 1

Dismantle & Assembly (D & A)

24 1

• Validasi Habits 25, 76, 77 3

Problem Solving 26, 27 2

3 Kemauan (Want)

Self Learning 28, 29, 30, 31 4

Leadership 32 1

• Tugas-tugas dengan sasaran spesifik

33 1

• Metode Pull – Push 34, 35 2

Inner motivation 36, 37 2

• Pembentukan karakter 78, 79, 80 3 4 Repetisi

(Behavioral Chaining)

• Diskusi kelompok 38, 39, 40 3

• Kejelasan Reward & punishment

41, 42 2

Activity Work Book 43 1

• Menciptakan budaya kerja industri

44, 45 2

(32)

 

Angket bersifat tertutup atau berstruktur karena disajikan dalam bentuk

sedemikian rupa sehingga subyek diminta untuk memberikan satu jawaban

yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memilih sesuai jawaban

yang tersedia (Riduwan, 2004: 72). Angket disusun dengan mengacu pada

skala Likert dengan empat pilihan jawaban (Nasir, 2003: 338; Azwar,

2009:34). Rentang jawaban tersebut adalah mulai dari Sangat Setuju (SS)

sampai dengan Sangat Tidak Setuju (STS) yang apabila dikonversi dalam

bentuk nilai maka nilainya bergerak dari 1 sampai dengan 4.

2. Soft Skill yaitu perilaku individu yang bersifat personal maupun interpersonal

yang dapat berkembang dan meningkatkan kualitas diri seseorang. Seseorang

baru dikatakan memiliki pribadi yang berkualitas jika menunjukkan perilaku

yang konsisten dari waktu ke waktu dan senantiasa berusaha mengembangkan

diri, dengan kata lain sudah terbentuk menjadi kebiasaan yang positif berupa

tujuh kebiasaan manusia efektif (Covey, 1997). Variabel Soft Skill diukur

[image:32.612.129.516.553.694.2]

dalam bentuk skala psikologi dengan kisi-kisi sebagai berikut:

Tabel 3. 3

Kisi-kisi Skala Psikologi Soft Skill

No Aspek (Sub Variabel) Item Jumlah

Favorable Unfavorable

1 Proaktif 1, 3, 7, 9, 10, 12 2, 4, 5, 6, 8, 11 12 2 Kebiasaan merujuk pada

tujuan akhir

13, 15, 18, 19, 20, 21

14, 16, 17, 22, 23, 24, 25

13

3 Prioritas 26, 28, 29, 30,

32, 33, 35, 37, 38

(33)

No Aspek (Sub Variabel) Item Jumlah Favorable Unfavorable

4 Pemecahan menang-menang 39, 40, 43, 45, 46 41, 42, 44, 47, 48

10

5 Komunikasi Empatik 50, 53 49, 51, 52, 54, 55, 56, 57, 58

10

6 Sinergi 59, 60, 61, 62,

63, 65, 67, 68

64, 66 10

7 Pembaharuan Diri yang Seimbang

69, 70, 72, 73, 74, 75, 77, 78, 80

71, 76, 79 12

Jumlah Soal 80

Dalam skala psikologi ini, pernyataan dibuat dalam bentuk Favorable

yang berupa kalimat yang positif dan bersifat mendukung terhadap obyek

sikap (dalam penelitian ini obyek sikap adalah Soft Skill) dan Unfavorable

yang berupa kalimat negatif atau bersifat tidak mendukung terhadap obyek

sikap (Azwar (1), 2008: 107). Variasi pernyataan favorable dan unfavorable

dirasakan perlu mengingat variabel ini merupakan variabel psikologi yang ada

di dalam diri subyek itu sendiri sehingga dengan variasi demikian maka

subyek memikirkan dengan hati-hati isi pernyataannya sebelum memberikan

respon. Dengan sendirinya stereotipe respon dalam menjawab dapat dihindari

(Azwar, 2008a: 107).

Skala psikologi disusun dengan mengacu pada skala Likert dengan empat

pilihan jawaban. Rentang jawaban tersebut adalah mulai dari Sangat Setuju

(SS) sampai dengan Sangat Tidak Setuju (STS) yang apabila dikonversi dalam

(34)

 

C. Populasi dan Sampel

Lokasi penelitian ini ada di dua tempat yaitu Politeknik TEDC Bandung,

Jalan Pasantren Km. 2 Cibabat, Cimahi Utara dan di PT Trakindo Utama, Jl.

Cilandak KKO, Jakarta Selatan. Hal tersebut mengingat bahwa subyek penelitian

ada yang sedang menjalani perkuliahan di Politeknik TEDC Bandung dan ada

pula yang sedang menjalani On the Job Training (OJT) di PT Trakindo Utama.

Populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah

dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian

(Riduwan, 2004: 54). Populasi dalam penelitian berjenis tertutup karena memiliki

sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung

jumlahnya (Riduwan, 2004: 55). Populasi penelitian meliputi seluruh Mahasiswa

Konsentrasi Otomotif Alat Berat Politeknik TEDC Bandung yang telah memasuki

tahun III (Angkatan 2006/2007) sampai dengan tahun I (Angkatan 2008/2009).

[image:34.612.130.511.530.641.2]

Adapun distribusi mahasiswa tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 4

Distribusi Mahasiswa Konsentrasi Otomotif Alat Berat Politeknik TEDC Bandung

Tahun Ke Angkatan Jumlah (orang)

III 2006/2007 16 II 2007/2008 23

I 2008/2009 25

Jumlah 64

Sumber : Data Tahun 2009, Bagian Akademik Politeknik TEDC Bandung

Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah dengan teknik non

(35)

dilakukan dengan pertimbangan bahwa penelitian ini mengkaji populasi tunggal

yang representatif untuk diamati dan dianalisis (Riduwan, 2004: 63 dan Riduwan,

2008: 55), dan mengingat jumlah mahasiswa dalam populasi ini terbatas yaitu

berjumlah 64 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data berupa angket dan skala psikologi dengan

didasarkan pada pertimbangan bahwa subyek penelitian adalah orang yang paling

tahu mengenai dirinya sendiri dan bahwa manusia akan mengemukakan secara

terbuka apa yang dirasakannya (Azwar, 2008: 91). Dalam penelitian ini respon

diberikan terhadap stimulus luar (PBK) maupun stimulus internal (soft skill).

Pertimbangan lain adalah tersedianya waktu yang cukup untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan, subyek mempunyai kebebasan dalam memberikan

jawaban, serta dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam waktu relatif

cepat.

Guna menjaga kebebasan subyek dalam memberikan respon agar sesuai

dengan kondisi yang sebenarnya maka dalam angket dan skala psikologi ini,

subyek tidak diminta mengisi data rinci tentang identitas dirinya, namun cukup

dengan menyebutkan angkatan akademiknya saja. Dalam merekam data

penelitian, setiap angket dan skala psikologi mahasiswa kemudian dikodifikasi

agar terhindar dari kesalahan memasukkan data secara statistik. Angket digunakan

(36)

 

digunakan untuk mengungkap sejauh mana kecenderungan soft skill yang

terbentuk dalam diri mahasiswa

Sebelum angket dan skala psikologi dipergunakan dalam penelitian,

terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen. Uji validitas

dilakukan untuk melihat sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen

dalam melakukan fungsi ukurnya. Instrumen disebut cermat apabila pengukuran

tersebut mampu memberikan gambaran mengenai perbedaan yang

sekecil-kecilnya diantara subyek satu dengan lainnya (Azwar, 2008b: 6).

Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat sejauhmana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya, artinya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan

pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama akan diperoleh hasil yang

sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah

(Azwar, 2008b: 4). Estimasi terhadap reliabilitas instrumen dilakukan dengan

pendekatan konsistensi internal yaitu dengan menggunakan satu bentuk instrumen

yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subyek (single trial

administration). Pendekatan demikian bertujuan untuk melihat konsistensi antar

item atau antar bagian dalam tes itu sendiri (Azwar, 2008b: 42).

Mengingat bahwa jumlah subyek penelitian yang terbatas dan bahwa soft

skill merupakan aspek generik yang terdapat pada setiap manusia maka uji coba

skala psikologi soft skill dilakukan terhadap Mahasiswa Konsentrasi Otomotif

Mekanik Politeknik TEDC Bandung yang memiliki karakteristik yang sama

dengan Mahasiswa Konsentrasi Otomotif Alat Berat. Adapun untuk angket PBK,

(37)

ingin diteliti, maka subyek yang digunakan untuk uji coba adalah Mahasiswa

Konsentrasi Otomotif Alat Berat.

Uji validitas terhadap setiap butir soal dilakukan dengan metode uji

korelasi product moment dengan memperbandingkan perolehan skor item dengan

skor total instrumen. Prosedur demikian akan menghasilkan koefisien item total

atau umum dikenal dengan indeks daya beda item (Azwar, 2008b: 162).

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus Alpha (α) Cronbach.

Koefisien Alpha merupakan formula dasar dalam pendekatan konsistensi internal

dan merupakan estimasi yang baik terhadap reliabilitas pada banyak situasi

pengukuran (Nunnally dalam Azwar, 2008b: 114). Keuntungan penggunaan

formula Alpha adalah apabila koefisien yang dihasilkan cukup tinggi maka

koefisien reliabilitas sesungguhnya memang tinggi (Azwar, 2008b: 114).

Perhitungan validitas dan reliabilitas skala psikologi dilakukan dengan software

SPSS versi 13.0 (Budi, 2006: 247 – 261).  

E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Angket dan Skala Psikologi

Berdasarkan hasil uji coba terhadap 48 responden dengan menggunakan

perhitungan SPSS versi 13.0 diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Angket Variabel Pendidikan Berbasis Karakter (PBK)

Hasil uji validitas angket variabel PBK diperoleh data bahwa 73 item

dinyatakan valid, dan hanya 7 item yang dinyatakan tidak valid, yaitu item nomor

(38)
[image:38.612.127.515.150.691.2]

 

Tabel 3. 5

Distribusi Item Valid pada Angket Pendidikan Berbasis Karakter

No Aspek Indikator Item Jumlah

1 Pengetahuan (Knowledge)

• Penanaman Visi 1, 2, 3, 46, 47, 48, 49, 50

8 29

• Pemahaman materi 4, 51, 52, 53, 54

5

Equipment management 6, 7, 55, 56, 57, 58

6

Applied Failure Analysis (AFA)

8 1

Problem solving 59, 60 2

• Metode Pull – Push 9, 10, 11, 12, 61, 62, 63

7

2 Keterampilan (Skill)

• Studi Kasus 13 1 25

• Praktek Kelompok 64, 65, 66, 67, 68, 69

6

• Meningkatkan kreatifitas & logika

14, 15 2

Independent skill 16, 17, 18 3

Contamination Control 19, 20 2

• Penguasaan 23 Core Skill dan Working Skill

70, 71, 72 3

• Sertifikasi Skill 22, 73, 74, 75 4

Remove & Install (R & I) 0

Dismantle & Assembly (D & A)

0

(39)

No Aspek Indikator Item Jumlah

Problem Solving 26, 27 2

3 Kemauan (Want)

Self Learning 28, 29, 30, 31 4 12

Leadership 32 1

• Tugas-tugas dengan sasaran spesifik

33 1

• Metode Pull – Push 34 1

Inner motivation 36, 37 2

• Pembentukan karakter 78, 79, 80 3 4 Repetisi

(Behavioral Chaining)

• Diskusi kelompok 38, 39, 40 3 7

• Kejelasan Reward & punishment

42 1

Activity Work Book 43 1

• Menciptakan budaya kerja industri

44, 45 2

Jumlah soal 73

Validitas suatu instrumen disebut memuaskan jika koefisien validitasnya

lebih dari 0,30 (Azwar, 2009: 103). Koefisien validitas angket ini bergerak dari

0,304 – 0,767. Untuk lebih lengkapnya, perhitungan statistik validitas instrumen

dapat dilihat pada halaman lampiran. Setelah memperhatikan butir-butir yang

tidak valid tersebut dan membandingkannya dengan kisi-kisi yang telah

dirancang, serta memperhatikan jumlah item yang valid masih mencukupi, maka

butir yang tidak valid tersebut tidak direvisi. Untuk selanjutnya item yang tidak

(40)

 

Hasil uji reliabilitas angket PBK dilakukan dengan Alpha (α) Cronbach

sehingga diperoleh nilai sebesar 0,962. Nilai Alpha yang lebih besar dari 0,900,

menurut Azwar (2008:117), tergolong cukup tinggi, sehingga bisa digunakan

untuk tujuan prediksi dan diagnosis. Mengingat bahwa instrumen yang disusun

memenuhi kriteria sebagaimana tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa

instrumen dinyatakan layak, valid, dan reliabel untuk dijadikan instrumen

penelitian.

2. Skala Soft Skill

Hasil uji validitas skala psikologi variabel Soft Skill diperoleh data bahwa

45 item dinyatakan valid, dan 35 item yang dinyatakan tidak valid. Koefisien

validitas skala psikologi ini bergerak dari 0,241 – 0,668. Koefisien validitas

dianggap memuaskan atau tidak, penilaiannya dikembalikan kepada pemakai

instrumen. Yang tidak kalah penting adalah sejauhmana instrumen yang

bersangkutan dapat bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Seringkali suatu

koefisien validitas yang tidak begitu tinggi dapat bermanfaat guna pengambilan

keputusan (Azwar, 2009: 103-104). Oleh karena itu seluruh item yang valid tetap

akan digunakan dalam penelitian ini. Distribusi item valid dijelaskan pada tabel

[image:40.612.129.519.632.697.2]

berikut:

Tabel 3. 6

Distribusi Item Valid pada Skala Soft Skill

No Aspek (Sub Variabel) Item Jumlah

Favorable Unfavorable

(41)

No Aspek (Sub Variabel) Item Jumlah Favorable Unfavorable

2 Kebiasaan merujuk pada tujuan akhir

15, 21 23, 24, 25 5

3 Prioritas 26, 28, 30, 32,

33, 35, 37

27, 34 9

4 Pemecahan menang-menang

39, 40, 43 47 4

5 Komunikasi Empatik 50 49, 51, 55, 56, 57, 58

7

6 Sinergi 59, 60, 61, 63,

65, 67, 68

66 8

7 Pembaharuan Diri yang Seimbang

69, 72, 73, 74, 77

5

Jumlah Item Valid 45

Dengan memperhatikan distribusi di atas, terlihat bahwa komposisi setiap

aspeknya masih terwakili oleh sejumlah item valid yang tetap mengukur satu

tujuan ukur yang lebih luas yaitu Skala Soft skill. Oleh karena itu, skala ini

dianggap layak untuk digunakan (Azwar, 2009: 70).

Setelah memperhatikan butir-butir yang tidak valid tersebut dan

membandingkannya dengan kisi-kisi yang telah dirancang, serta memperhatikan

jumlah item yang valid masih mencukupi, maka butir yang tidak valid tersebut

tidak direvisi. Untuk selanjutnya item yang tidak valid tidak lagi digunakan

dalam penelitian.

Hasil uji reliabilitas Skala Soft Skill dengan menggunakan Alpha (α)

(42)

 

masih disebut cukup terutama karena Skala ini digunakan bersama-sama dengan

instrumen lain dalam suatu perangkat pengukuran. Berdasarkan kriteria tersebut di

atas maka disimpulkan bahwa instrumen valid dan reliabel sehingga memenuhi

syarat untuk dijadikan instrumen penelitian.

F. Teknik Pengujian Hipotesis

Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini diarahkan untuk menjelaskan

pengaruh pendidikan berbasis karakter terhadap pengembangan soft skill

mahasiswa. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan teknik statistik deskriptif

dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan

gambaran secara spesifik tentang karakteristik dari masing-masing variabel

penelitian. Teknik statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini.

Analisis deskriptif dilakukan dengan cara menjelaskan ukuran-ukuran

data, meliputi skor maksimum, rata-rata, persentase dari setiap indikator variabel

penelitian (Sugiyono, 2006: 208). Skor maksimum adalah skor indikator variabel

dengan nilai tertinggi yang diperoleh responden. Persentase adalah perbandingan

antara skor yang diperoleh responden dengan skor maksimum instrumen.

Rumusan persentase dapat diformulasikan sebagai berikut:

Persentase (P) = x 100 %

=

x 100 %

(43)

Setelah diketahui persentase rata-rata tiap sub variabel, hasilnya

dikonsultasikan dengan kriteria persentase yaitu:

90 % - 100 % = Sangat Tinggi 80 % - 89 % = Tinggi

70 % - 79 % = Cukup 60 % - 69 % = Sedang 50 % - 59 % = Rendah Kurang dari 49 % = Rendah Sekali

Analisis inferensial dalam pengujian hipotesis ini adalah dengan

menggunakan statistik parametrik. Analisis parametrik mempersyaratkan

asumsi-asumsi yang ketat tentang keadaan populasi. Asumsi utama yang harus dipenuhi

untuk dapat dilanjutkan ke perhitungan statistik berikutnya adalah populasi atau

sampel harus berdistribusi normal dan memiliki hubungan yang linier (Riduwan,

2008: 39; Sugiyono, 2006: 241; Budi, 2006: 76).

Sesudah kedua asumsi terpenuhi, selanjutnya dilakukan pengujian

hipotesis dengan analisis fungsional menggunakan analisis regresi. Analisis

regresi digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat (Sugiyono, 2006:249) mengingat bahwa data berskala interval (Riduwan,

2004: 12, 85; Riduwan, 2008: 39 dan 84; Sukmadinata, 2005: 234, 237). Analisis

regresi didasarkan pada hubungan fungsional atau sebab-akibat variabel bebas

terhadap variabel tergantung. Pada dasarnya analisis regresi dan analisis korelasi

mempunyai hubungan yang sangat kuat dan memiliki keeratan. Setiap analisis

(44)

 

tentu dilanjutkan dengan analisis regresi (Ridhuwan, 2008: 144). Analisis regresi

akan menghasilkan persamaan regresi yang dirumuskan dengan:

subyek variabel terikat yang diproyeksikan

variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan

nilai konstanta harga Y jika X = 0

nilai arah sebagai penentu ramalan atau prediksi yang menunjukkan

nilai peningkatan (+) atau penurunan (-) variabel Y

Analisis statistik juga dapat mengungkap seberapa besar kontribusi

variabel bebas terhadap variabel terikat melalui koefisien determinan yang

diperoleh (Sugiyono, 2006: 216; Budi, 2006). Pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan program SPSS versi 13.0 (Budi, 2006).

G. Prosedur Penelitian

Tahapan-tahapan proses penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap persiapan yaitu tahapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian

yang meliputi: studi penjajakan awal ke lokasi penelitian, studi dokumentasi

data-data akademik, studi kepustakaan untuk menemukan landasan teoritik

sesuai fokus penelitian, serta wawancara dengan narasumber dari LBP

Mitratama, PT Trakindo Utama (PTTU), dan Politeknik TEDC Bandung.

Narasumber LBP Mitratama adalah pihak yang menggagas perlunya

pendidikan berbasis karakter dimasukkan sebagai kurikulum wajib untuk

(45)

OJT. Narasumber dari Politeknik TEDC Bandung adalah tenaga pengajar

yang terlibat aktif dalam mengelola konsentrasi alat berat bekerja sama

dengan PTTU. Tahapan berikutnya adalah penyusunan instrumen dan uji coba

instrumen penelitian.

2. Tahap pelaksanaan yaitu mengumpulkan data penelitian melalui penyajian

instrumen yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, merekapitulasi data

yang diperoleh, mengolah, menganalisis, dan dilanjutkan dengan interpretasi

hasil analisis.

3. Tahap penyusunan laporan. Tahap ini merupakan tahap akhir berupa penulisan

(46)

 

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan terhadap topik yang diteliti maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pendidikan Berbasis Karakter berpengaruh terhadap pembentukan soft skill

mahasiswa calon teknisi alat berat.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pendidikan berbasis karakter

dirasakan sangat berpengaruh terhadap pengembangan soft skill mahasiswa,

sehingga diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas dirinya sampai ke

jenjang yang lebih tinggi.

2. Pendidikan Berbasis Karakter tidak berpengaruh terhadap pembentukan

proaktivitas pada mahasiswa.

Pelaksanaan pembelajaran belum dirasakan mampu merangsang pembentukan

sikap proaktifitas mahasiswa, dan hal tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor, diantaranya faktor dosen, mahasiswa, tingkat pemanfaatan sumber

belajar, maupun faktor-faktor lainnya.

3. Pendidikan Berbasis Karakter tidak berpengaruh terhadap pembentukan

(47)

Penyampaian visi atau tujuan dari setiap topik pembelajaran, disertai

tahapan-tahapan yang mudah dipahami, belum mampu mendorong mahasiswa untuk

mengembangkan kebiasaan membuat tujuan akhir yang jelas dengan

menerapkan cara-cara yang terbaik dan benar.

4. Pendidikan Berbasis Karakter berpengaruh terhadap sikap prioritas pada

mahasiswa.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pendidikan berbasis karakter

dirasakan sangat berpengaruh terhadap pembentukan kemampuan mahasiswa

dalam menetapkan prioritas guna memiliki kompetensi sebagai calon teknisi

alat berat. Pembelajaran yang dijadwalkan dengan seksama, dan kemudian

diikuti dengan tahapan evaluasi berupa sertifikasi dan validasi akhir

mendorong mahasiswa untuk menetapkan prioritas dalam melakukan aktivitas

belajarnya.

5. Pendidikan Berbasis Karakter berpengaruh terhadap pembentukan sikap

pemecahan menang-menang pada mahasiswa.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pendidikan berbasis karakter

dirasakan berpengaruh terhadap pembentukan kemampuan mahasiswa

mencari pemecahan menang-menang. Pembelajaran banyak dilakukan secara

berkelompok sehingga merangsang mahasiswa untuk berinteraksi lebih

banyak dan melatih pula kemampuannya menggunakan pemecahan

menang-menang untuk kepentingan bersama.

6. Pendidikan Berbasis Karakter berpengaruh terhadap pembentukan

(48)

 

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pendidikan berbasis karakter

dirasakan sedikit berpengaruh terhadap pembentukan komunikasi empatik

pada mahasiswa. Pembelajaran teknik alat berat belum banyak menggunakan

metode diskusi kelompok, sehingga kemampuan mahasiswa untuk bisa

menjadi pendengar yang baik dan berempati terhadap orang lain kurang

terangsang secara optimal.

7. Pendidikan Berbasis Karakter berpengaruh terhadap pembentukan

kemampuan sinergi mahasiswa.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pendidikan berbasis karakter

dirasakan berpengaruh terhadap pembentukan kemampuan sinergi pada

mahasiswa. Hal ini dimungkinkan ketika banyak aktivitas kelas dilakukan

secara berkelompok, misalnya dalam kuliah praktek. Interaksi dengan sesama

mahasiswa pun dapat menghasilkan teladan dan membantu pertukaran

informasi, sehingga menjadi sumber yang penting bagi pencapaian

pengetahuan.

8. Pendidikan Berbasis Karakter berpengaruh terhadap pembaharuan diri yang

seimbang pada mahasiswa.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pendidikan berbasis karakter

dirasakan sangat berpengaruh terhadap pembaharuan diri yang seimbang pada

mahasiswa untuk dapat memiliki kompetensi sebagai calon teknisi alat berat.

Pembaruan diri yang seimbang melibatkan aspek fisik, mental, spiritual,

(49)

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, memungkinkan adanya implikasi sebagai

berikut:

1. Pendidikan teknik ternyata mampu membentuk, bukan hanya hard skill,

namun juga soft skill mahasiswa. Hard skill yang meliputi kemampuan

teknikal yang disertai dengan soft skill akan membentuk pribadi yang

berkualitas dan seimbang, sehingga mampu mengembangkan dirinya terus

menerus untuk mencapai jenjang yang lebih tinggi.

2. Dalam pembelajaran teknik, penggunaan metode yang bervariasi untuk

merangsang keterlibatan aktif mahasiswa akan merangsang pengembangan

soft skill mahasiswa. Keterlibatan aktif mahasiswa juga akan meningkatkan

motivasi diri mahasiswa tersebut. Motivasi belajar yang tinggi memudahkan

dosen untuk melaksanakan transfer of knowledge, bahkan value

transformation berupa pengetahuan, ketrampilan, nilai, sikap, dan karakter

yang positif.

3. Penyampaian tujuan yang jelas, spesifik, dan dipahami oleh mahasiswa sangat

penting karena menjadi dasar setiap aktivitas berikutnya. Bagi dosen, tujuan

yang jelas memudahkan dalam menyampaikan proses pembelajaran dan

mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapkan. Bagi mahasiswa, tujuan

yang jelas membantunya untuk mengetahui apa yang harus dilakukan,

bagaimana cara melakukan dengan benar, dan konsekuensi apa yang timbul

(50)

 

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian maka disampaikan

rekomendasi kepada pihak yang berkepentingan dengan pengembangan soft skill

mahasiswa calon teknisi alat berat, baik bagi mahasiswa, para dosen, tenaga

nonakademik, pengelola Politeknik TEDC Bandung dan pembimbing di PT

Trakindo Utama sebagai berikut:

1. Mahasiswa agar dapat terlibat lebih aktif dalam proses pembelajaran, sehingga

tidak hanya mendengarkan dosen mengajar saja, namun menggali sebanyak

mungkin informasi baik di kelas maupun melalui berbagai sumber belajar.

Dalam hal ini keaktifan bukan hanya pada kelas teori maupun praktek, namun

juga pada saat presentasi di kelas maupun diskusi kelompok.

2. Dosen agar menerapkan pengajaran kreatif dengan berbagai variasi guna

menciptakan suasana kelas yang kondusif, menyenangkan dan memotivasi

mahasiswa. Di samping itu dosen agar mempersiapkan tugas-tugas yang

mampu memancing kreatifitas mahasiswa, baik melalui tugas membaca,

presentasi, maupun dalam bentuk diskusi kelompok. Mengingat dosen adalah

teladan yang efektif bagi mahasiswa, maka diharapkan dosen juga harus

memiliki hard skill dan soft skill yang baik pula, yang terwujud dalam

karakter keseharian.

3. Pengelola Politeknik TEDC Bandung. Efektifitas penerapan pendidikan

berbasis karakter memerlukan dukungan dari semua pihak dalam bentuk

penciptaan lingkungan yang kondusif bagi penanaman nilai-nilai yang

(51)

civitas akademika, baik dari pucuk pimpinan Politeknik TEDC Bandung,

tenaga nonakademik, maupun seluruh staf yang ada.

4. Pembimbing PT Trakindo Utama (PTTU). Dukungan dari mentor yang ada di

PTTU dapat berupa contoh karakter kerja dan bimbingan terus-menerus

kepada mahasiswa melalui umpan balik yang positif dan konstruktif. Umpan

balik yang positif akan sangat membantu mahasiswa memahami standar kerja

dan kompetensi minimal yang harus dimiliki sebelum dianggap layak menjadi

teknisi alat berat.

5. Penelitian selanjutnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat diteruskan dalam

bentuk penelitian lanjutan, mengingat begitu banyak faktor, baik dalam

variabel pendidikan berbasis karakter maupun soft skill yang belum dikaji

secara mendalam. Diharapkan dengan semakin banyak penelitian yang

mengkaji pembentukan kualitas diri mahasiswa maka akan menjadi masukan

(52)

 

DAFTAR PUSTAKA

Abeng, T. (2008). The Landmarks of Tomorrow, Publisher's Diary. Campus Asia , 1.

Adman. (2007). Pengembangan SDM Menuju Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial , 28.

Agustian, A. (2005). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual. ESQ (Emotional Spiritual Quotient). Jakarta: Arga.

Antara. (2009). UI, UGM, ITB Masuk 400 Universitas Besar Dunia. 20 Mei 2009. Dipetik 20 Juli 2009, dari Kompas [online]: http://www.kompas.com

Aswandi. (2008). Pendidikan Berbasis Karakter. 12 Juli 2008. Dipetik 2 Mei 2009, dari pontianakpost.com

Azwar, S. (2009). Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Azwar, S. (2008a). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Azwar, S. (2008b). Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar Offset.

Budi, T. P. (2006). SPSS 13.0 Terapan. Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: Andi.

Butler, F. C. (1976). Instructional Systems Development for Vocational and Technical Training. New Jersey: Englewood Cliffs.

Covey, S. R. (1997). The 7th Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan Manusia yang Efektif). Jakarta Barat: Bina Aksara.

Harmoni, A. (2006). Soft skill, Kegiatan Ekstrakurikuler, dan Pilihan Karir. UGNews. 30 Agustus 2006.

Harmoni, A. (2007). Sosialisasi: Pengembangan "Soft Skill" di Perguruan Tinggi. 16 Februari 2007. Dipetik 20 Juli 2009, dari ati.staff.gunadarma.ac.id/ Download/files/.../Softskilldosenwali_ppt.

(53)

Hendarman. (2009). Peran dan Kebijakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dalam Mendukung Perguruan Tinggi menuju World Class University. Seminar Potensi UII menuju World Class University. Yogyakarta.

Hidayat, W. (2008). Paradigma Pendidikan Humanistik. Jurnal FAI UNIGA. 26 Mei 2008.

Kepmendiknas. (2002). Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi.

Kompas. (2008). Pengangguran Terdidik 4,5 Juta. Kompas. 22 Agustus 2008.

Kompas. (2008). Perbaiki Sistem Pendidikan Nasional. Kompas. 23 Agustus 2008.

Koster, W. (2006). Membangun Kemandirian dan Peradaban Bangsa Melalui Pendidikan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan , Tahun Ke-12.

Lickona, T. (1992). Educating for Character. How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Lunandi, A. (1992). Komunikasi Mengena. Meningkatkan Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius.

Makmun, A. S. (2005). Psikologi Kependidikan. Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Makmur, A. (2008). Pendidikan Berbasis Karakter. Workshop Jurusan Alat Berat Politeknik TEDC Bandung. Bandung: Tidak untuk dipublikasikan.

Martin, G., & Pear, J. (1992). Behaviour Modification. What It Is and How To Do It. New Jersey: Prentice Hall International.

Megawangi, R. (2007a). Membangun SDM Indonesia melalui Pendidikan Holistik Berbasis Karakter. 24 September 2007. Dipetik 1 Mei 2009, dari keyanaku.googlepages.com/indonesiaberprestasi.pdf.

Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter "Knowing the Good, Loving the Good, and Acting the Good. Dipetik 15 Juli 2009, dari http://www.mizan.com.

Megawangi, R. (2007b). Proposal Pendidikan Berbasis Karakter. Dipetik 10 Juli 2009, dari www.ihf-sbb.org.

(54)

 

Mukhidin, et al. (2006). Prinsip-prinsip Kurikulum. Makalah disampaikan pada Pelatihan Kompetensi Guru SD, SMP, SMA, SMK, Kab. Kaimana, Irian Jaya, (hal. 240).

Mulyasa, E. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nazir, M. (Jakarta, Ghalia). Metode Penelitian. 2003 .

Politeknik Negeri Jakarta. (2009). Workshop Heavy Equipment Study Program Curriculum. Cooperation Between Five State Polythecnique in Indonesia and PT Trakindo Utama.

Putra, I. S., & Pratiwi, A. (2005). Sukses dengan Soft Skills. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Sejak Kuliah. Bandung: Direktorat Pendidikan Institut Teknologi Bandung.

Republika. (2008). Antara E-Learning dan Character Building. 10 Mei 2008.

Ridhuwan. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru - Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Santoso, S. (2008). Integrasi Soft Skill Mahasiswa di Perkuliahan. Langkah Letih Pengembangan dan Pendekatan Pendidikan di PT. Dipetik 18 Maret 2008, dari slametsantoso.multiply.com/journal.

Saragih, B. (2008). Paving the Way to Success. Campus Asia , 1. Maret 2008.

Sarwono, S. W. (2006). Psikologi Remaja. Yogyakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Setiawan, H. (2004). Critical Pedagogy. Makalah disampaikan dalam Forum LK II HMI. Bogor. 31 Januari 2004

Setyawan, J. (2006). Pentingnya Sistem Pendidikan Humaniora Berbasis Nilai. 16 November 2006. Dipetik 5 Juni 2009, dari www.kabarindonesia.com. Slavin, R. E. (1991). Educational Psychology. Theory into Practice. New Jersey:

Prentice Hall, Englewood Cliffs.

Smith, S. (2008). The Transition from University to Work. Campus Asia , 1. Maret 2008.

(55)

Suherman. (2007). Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa. Educare, Jurnal Pendidikan dan Budaya , 5.

Sukamto. (1988). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sukmadinata, N. S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Supartini, H. (2008). Implementasi Model Quantum Teaching untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara. Program Studi Pengembangan Kurikulum, Pascasarjana, Unversitas Pendidikan Indonesia: Tesis (Tidak dipublikasikan).

Supriyoko. (2000). Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah, Suatu Tinjauan Edukatif Akademis. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan , Tahun Ke-6.

Wahid, F. (2005). Keahlian yang dibutuhkan Industri Teknologi Informasi Indonesia: Hasil Pemindaian Lowongan di Media Massa dan Survei. Yogyakarta: Fakultas Teknologi Industri UII.

Widiantoro, N. (2008). Implementasi Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN Model Palangkaraya. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Tesis. (Tidak dipublikasikan).

Wikipedia. (2009). 28 Juni 2009. Dipetik 2 September 2009 dari id.wikipedia.org/ wiki/Kurikulum_tersembunyi.

Wikipedia. (2009). 7 Agustus 2009. Dipetik 18 Juli 2009, dari http://en.wikipedia. org/wiki/Soft_skills.

 

 

 

 

Gambar

Gambar 2. 1
Tabel 3. 1
Gambar 3. 1
Tabel 3. 2
+5

Referensi

Dokumen terkait

H 0 : Tidak terdapat hubungan antara daya tarik pesan iklan secara rasional di fanpage facebook Lazada Indonesia dengan minat beli konsumen dari mahasiswa Sekolah

Oleh karena itu, usia menarche yang terjadi semakin awal ini memerlukan penelitian lebih lanjut untuk remaja dengan golongan sosio ekonomi tinggi dimana umur menarche yang

Di era modern ini, penentuan arah kiblat dapat dilakukan dengan berbagai metode yang telah ditawarkan oleh para ahli Falak. Namun, untuk menghasilkan arah kiblat yang

Dari 7 perlakuan yang dicoba pada tanaman kedelai varietas Baluran, ternyata jumlah daun yang paling besar dihasilkan oleh perlakuan pupuk hayati kalbar yaitu 29,464 helai

(3) Kawasan peruntukan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Polombangkeng Utara, sebagian Kecamatan

Setelah diterapkannya model pembelajaran peta pikiran ( mind mapping ) kemampuan menulis teks cerita pendek berdasarkan pengalaman pribadi pada siswa kelas VII

a. Pengajuan SKB PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan. 1) Pada prinsipnya PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian perlakuan pelapisan benih menggunakan CMC dan ekstrak kulit jeruk untuk mempertahankan