• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU CONNECTED UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA SMP (Studi Pengembangan Pada SMP di Kabupaten Lebak).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU CONNECTED UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA SMP (Studi Pengembangan Pada SMP di Kabupaten Lebak)."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman SAMPUL

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Definisi Operasional ... 10

F. Kerangka Teori ... 11

BAB II MODEL PEMBELAJARAN TERPADU CONNECTED PADA MATA PELAJARAN IPA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA ... 16

A. Konsep dasar Model PembelajaranTerpadu ... 16

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 16

2. Pengertian Pembelajaran ... 18

3. Pengertian Model Pembelajaran Terpadu ... 20

4. Landasan Pembelajaran Terpadu ... 27

5. Karakteristik Pembelajaran Terpadu ... 32

6. Model-Model Pembelajaran Terpadu ... 34

7. Pembelajaran Terpadu Model Connected ... 41

B. Pengembangan dan Implementasi Pembelajaran Terpadu... 43

1. Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu ... 43

2. Model-Model Pengembangan Pembelajaran Terpadu ... 47

C. Pembelajaran IPA di SMP ... 52

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ... 52

2. Karakteristik Mata Pelajaran IPA ... 55

D. Literasi Sains Siswa ... 57

1. Pengertian Literasi Sains ... 57

2. Dimensi Literasi Sains ... 60

3. Komponen dan Aspek-Aspek dalam Literasi Sains Siswa ... 62

E. Hasil Penelitian Terdahulu ... 64

(2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 67

A. Metode Penelitian ... 67 1. Stu 2. Pengembangan Desain Pembelajaran ... 71

3. Uji Coba ... 73

B. Teknik Pengumpulan Data ... 74

1. Studi Dokumentasi ... 74

2. Angket ... 75

3. Wawancara ... 75

4. Observasi ... 75

5. Tes Hasil Belajar/Literasi... 76

6. Teknik Lain ... 76

C. Subjek Penelitian ... 76

D. Teknik Analisis Data ... 77

1. Hasil Studi Pendahuluan ... 77

2. Hasil Pengembangan Model ... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 79

A. Hasil Penelitian ... 79

1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran IPA saat ini ... 79

2. Deskripsi Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu Model Connected ... 100

3. Deskripsi Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu Model Connected ... 132

4. Deskripsi Literasi Sains Siswa dalam Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu Model Connected... 192

B. Pembahasan ... 207

1. Pembelajaran IPA di SMP Saat ini ... 209

2. Desain Pembelajaran Terpadu Model Connected ... 212

3. Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu Model Connected ... 218

4. Hasil Literasi Sains Siswa Menggunakan Pembelajaran Terpadu Model Connected ... 220

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 223

A. Simpulan ... 223

B. Rekomendasi ... 225

DAFTAR PUSTAKA ... 227 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(3)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget ... 29

2.2. Perbandingan Diagram Dan Deskripsi Tiga Model Pembelajaran Terpadu ... 40

4.1. Latar Belakang Pendidikan, Jurusan, Pengalaman Mengajar ... 81

4.2. Persepsi Guru tentang Mata Pelajaran IPA ... 82

4.3. Persepsi Guru Tentang Model Pembelajaran ... 83

4.4. Persepsi Guru Tentang Pembelajaran Terpadu ... 85

4.5. Persepsi Guru Tentang Proses Pengembangan Silabus ... 87

4.6. Persepsi Guru Tentang Proses Pembelajaran IPA ... 89

4.7. Ketersediaan Sarana Prasarana Belajar ... 90

4.8. Kepemilikan Buku Sumber Belajar IPA ... 92

4.9. Persepsi Guru Tentang Literasi Sains Siswa ... 93

4.10.Pendapat Siswa Tentang Pelajaran IPA ... 97

4.11.Pendapat Siswa tentang cara guru mengajar ... 98

4.12.Pendapat Siswa tentang Pembelajaran Terpadu... 99

4.13.Peta Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 103

4.14.Nilai Pretes dan Postes pada Uji Terbatas ... 195

4.15.Hasil Uji-t Nilai Pretes pada Uji terbatas ... 197

4.16.Hasil Uji-t Nilai Postes pada Uji terbatas ... 198

4.17.Data Hasil Afektif dan Psikomotor Uji Terbatas ... 200

(4)

4.19.Hasil Uji-t Nilai Psikomotor pada Uji Terbatas ... 203

4.20.Data Nilai Pretes dan Postes Sekolah Kategori Tinggi ... 204

4.21.Data Nilai Pretes dan Postes Sekolah Kategori Sedang ... 205

4.22.Data Nilai Pretes dan Postes Sekolah Kategori Rendah ... 205

(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1. Peta Variabel Pengembangan Model Pembelajaran

Terpadu Connected ... 15

2.1. Model-Model Pembelajaran Terpadu ... 35

2.2. Keterkaitan dalam Pembelajaran IPA terpadu Connected ... 42

2.3. Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu ... 43

2.4. Konsep literasi Sains Siswa ... 59

3.1. Diagram Tahapan Penelitian dan Pengembangan ... 69

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 232

Lampiran 2 Angket untuk Guru ... 236

Lampiran 3 Angket untuk Siswa ... 245

Lampiran 4 Pedoman Observasi Kelas ... 248

Lampiran 5 Pedoman Wawancara Terhadap Guru ... 250

Lampiran 6 Angket Setelah Pembelajaran ... 253

Lampiran 7 Data Nilai Kognitif Uji Terbatas ... 254

Lampiran 8 Data Nilai Kognitif Sekolah Kategori Tinggi ... 255

Lampiran 9 Data Nilai Kognitif Sekolah Kategori Sedang ... 256

Lampiran 10 Data Nilai Kognitif Sekolah Kategori rendah ... 257

Lampiran 11 Data Nilai Psikomotor Uji Terbatas ... 258

Lampiran 12 Data Nilai Afektif Uji Terbatas ... 259

Lampiran 13 Data Nilai Psikomotor Sekolah Kategori Tinggi ... 260

Lampiran 14 Data Nilai Afektif Sekolah Kategori Tinggi ... 261

Lampiran 15 Data Nilai Psikomotor Sekolah Kategori Sedang ... 262

Lampiran 16 Data Nilai Afektif Sekolah Kategori Sedang ... 263

Lampiran 17 Data Nilai Psikomotor Sekolah Kategori Rendah ... 264

Lampiran 18 Data Nilai Afektif Sekolah Kategori Rendah ... 265

Lampiran 19 Hasil Analisis SPSS Nilai Afektif dan Psikomotor Uji Terbatas ... 266

(7)

Lampiran 21 Hasil Analisis SPSS Nilai Afektif Uji Luas ... 271

Lampiran 22 Gambar-gambar Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu Model Connected ... 274

Lampiran 23 Produk Pengembangan (Buku Model Pembelajaran IPA Terpadu Connected) ... 276

Lampiran 26 Uji Validitas Instrumen Variabel X1 ... 172

Lampiran 27 Uji Validitas Instrumen Variabel X2 ... 173

Lampiran 28 Uji Validitas Instrumen Variabel Y ... 174

Lampiran 29 Uji Reliabilitas Instrumen Variabel X1 ... 175

Lampiran 30 Uji Reliabilitas Instrumen Variabel X2 ... 177

Lampiran 31 Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Y ... 179

Lampiran 32 Uji Normalitas Instrumen Variabel X1 ... 181

Lampiran 33 Uji Normalitas Instrumen Variabel X2 ... 183

Lampiran 34 Uji Normalitas Instrumen Variabel Y ... 185

Lampiran 35 Uji Normalitas Data Penelitian Variabel X1 ... 187

Lampiran 36 Uji Normalitas Data Penelitian Variabel X2 ... 189

Lampiran 37 Uji Normalitas Data Penelitian Variabel Y... 191

Lampiran 38 Perhitungan Uji Homogenitas Variabel X1 Terhadap Variabel Y ... 193

Lampiran 39 Perhitungan Uji Homogenitas Variabel X2 Terhadap Variabel Y ... 195

Lampiran 40 Perhitungan Analisis Regresi dan Korelasi Y atas X1 ... 197

Lampiran 41 Perhitungan Analisis Regresi dan Korelasi Y atas X2 ... 202

Lampiran 42 Analisis Regresi dan Korelasi Multiple

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian dari aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Kualitas pendidikan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dikatakan berkualitas atau bermutu bila proses pembelajaran berlangsung secara efektif, peserta didik menunjukkan penguasaan materi yang tinggi, memperoleh pengalaman yang bermakna bagi dirinya, sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam kehidupannya, dan produk pendidikan merupakan individu-individu yang bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan bangsa.

Banyak yang beranggapan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih sangat rendah. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari berbagai temuan penelitian dan survei lembaga Independen. Hasil survei Trends in Internasional Mathematics and Science Study (TIMSS) 2003 yang

menempatkan Indonesia berada pada urutan 36 dari 48 negara peserta untuk kemampuan siswa berumur 13 tahun di bidang sains (Depdiknas, 2003). Dibandingkan dengan negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia, Indonesia masih jauh tertinggal. Singapura berada pada peringkat pertama dan Malaysia berada pada peringkat 20. Di negara-negara ASEAN, Indonesia berada pada urutan ke 4 dari 5 negara peserta dalam pencapaian prestasi belajar siswa umur 13 tahun, baik dalam bidang IPA maupun matematika (Puspendik, 2003). Temuan

(9)

penelitian Program for International Student Assesment (PISA, 2003) menunjukkan, dalam hal literasi membaca, matematika, dan sains, siswa yang berusia 15 tahun sangat rendah.

Dalam literasi sains, kemampuan siswa Indonesia berada pada peringkat paling bawah di antara negara-negara yang diteliti. Siswa Indonesia hanya mampu mengingat fakta, terminologi, dan hukum sains serta menggunakan pengetahuan sains yang bersifat umum dalam mengambil kesimpulan. Padahal pendidikan merupakan wahana yang strategis dalam rangka mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang berkualitas secara utuh dan menyeluruh dalam penguasaan konsep-konsep sains. Untuk itu perlu adanya upaya peningkatan literasi sains di kalangan peserta didik sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang sesuai dengan perkembangan sains dan teknologi dewasa ini.

Berdasarkan hal tersebut, pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara terus menerus dengan cara memperbaiki kurikulum dari waktu ke waktu agar tidak semakin tertinggal dengan negara-negara maju. Penyempurnaan kurikulum tersebut tidak lepas dari adanya pergeseran paradigma dalam dunia pendidikan, yaitu dari teori behaviorisme, menuju teori konstruktivisme, artinya pembelajaran dari yang berpusat pada guru (teacher-centered) kepada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-(teacher-centered).

(10)

Kurikulum yang diberlakukan oleh pemerintah pada saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penetapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan. KTSP mengandung makna bahwa kurikulum dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan dengan tujuan agar satuan pendidikan yang bersangkutan dapat mengembangkan kekhasan potensi sumber daya manusia dan daerah di sekitarnya. Hal ini merupakan implikasi dari perubahan kebijakan dari sentralisasi ke desentralisasi di bidang pendidikan. ”KTSP merupakan suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan” (Mulyasa, 2008:21). Salah satu dari satuan pendidikan tersebut adalah SMP/ MTs.

Dalam struktur kurikulum SMP/MTs substansi mata pelajaran IPA merupakan IPA terpadu. Pemberlakuan IPA tersebut bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Pembelajaran terpadu merupakan paket pembelajaran yang menghubungkan konsep dari beberapa disiplin ilmu. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran bermakna, yaitu berkaitan dengan pengalaman hidupnya sehingga diharapkan dengan keterpaduan itu peserta didik dapat memandang suatu objek yang ada di lingkungannya secara utuh.

(11)

membantu peserta didik untuk memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistematis, bahasannya adalah alam dan segala isinya.

Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang berorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.

Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif terendah. Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak.

(12)

komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA (Literasi sains) dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Dalam kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai bidang kajian IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik, atau karena mereka tak berminat menjadi ilmuawan atau ahli teknologi. Namun, mereka tetap berharap agar pembelajaran IPA di sekolah dapat disajikan secara menarik, efisien, dan efektif.

Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah. Pengajaran IPA terpadu atau integrated Science teaching menurut Baez adalah:

”Consists so as those approaches in which the concepts and principles of science are presented so as to express the fundamental unity of scientifi thought and to avoid premature or undue stress on the distinctions between the various scientific fields.”

(13)

Terjalinnya hubungan antar setiap konsep secara terpadu, akan memfasilitasi siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan mendorong siswa untuk memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan pengalaman-pengalaman nyata. Dengan demikian sangat dimungkinkan hasil belajar yang diperoleh siswa akan lebih bermakna dibandingkan jika hanya dengan cara drill merespon tanda-tanda atau signal dari guru yang diberikan secara terpisah-pisah. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Zais, Robert (1976:56) bahwa pembelajaran terpadu memberikan gambaran bagaimana pengalaman belajar secara terintegrasi memberi dampak yang penuh makna dan bagaimana pengintegrasian itu dilakukan.

“Just as is necessary for each subject to be treated as an integrated whole in a gestalt based curriculum. So all the subject of the curriculum need to be related in order that the learner’s educational experiences result in coherent and meaningfull gestall”.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. “Pembelajaran terpadu pada hakekatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik” (puskur, 2006:1).

(14)

Sequenced model, Shared model, Webbed model, Threaded model, Integrated

model, Immersed model dan Networked Model”, di mana setiap model memilki

karakteristik yang berbeda-beda. Lebih lanjut Pengelompokkan model itu berdasarkan pola pengintegrasian materi atau tema yaitu: 1) Integrated within single disciplines yang terdiri dari Fragmented, connected dan nested. 2)

Integrated several disciplines, yang terdiri dari: Sequenced, shared, webbed,

Threaded, Integrated; dan 3) Integrated within and across leaners, yang terdiri

dari Immersed dan networked.

(15)

merekomendasikan untuk dilakukan penelitian serupa dengan mengutamakan kompetensi siswa secara menyeluruh tidak hanya hasil belajar saja. Hal ini dikatakannya supaya dihasilkan hasil yang lebih konkrit, yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis akan mencoba mengembangkan pembelajaran IPA terpadu model Connected dengan melihat aspek kompetensi yang lebih menyeluruh terutama dalam peningkatan kemampuan literasi sains. Pencapaian kompetensi ini dilakukan menggunakan suatu metode pembelajaran yang disesuaikan dengan karekteristik pembelajaran IPA yaitu Inquiry. Metode ini menyediakan siswa beraneka ragam pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif yang mendorong dan memberikan ruang dan peluang kepada siswa untuk mengambil inisiatif dalam mengembang keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian sehingga memungkinkan mereka menjadi pebelajar sepanjang hayat.

(16)

Atas dasar permasalahan tersebut rumusan judul yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah “Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Connected untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa pada Mata Pelajaran IPA

SMP”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan pemasalahan dalam penelitian ini adalah “Model Pembelajaran IPA terpadu yang bagaimana yang dapat meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP”. Rumusan masalah tersebut dapat diuraikan melalui beberapa Pertanyaan Penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA serta faktor–faktor yang mempengaruhi pada SMP di Kabupaten Lebak saat ini?

2. Bagaimana model desain pembelajaran IPA terpadu yang dapat meningkatkan Literasi Sains Siswa?

3. Bagaimana implementasi model pembelajaran terpadu connected dalam mata pelajaran IPA?

4. Bagaimana hasil literasi sains siswa yang diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran IPA terpadu connected ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPA pada jenjang SMP di Kabupaten Lebak saat ini

(17)

3. Mendeskripsikan implementasi Model Pembelajaran IPA Terpadu Connected dalam meningkatkan literasi sains siswa.

4. Mendeskripsikan literasi sains siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran IPA Terpadu Connected.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam pelaksanaan dan evaluasi model pembelajaran terpadu connected dalam mata pelajaran IPA, sehingga Guru dapat lebih meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu masukkan dan bahan pertimbangan dalam penetapan model pembelajaran terpadu connected pada mata pelajaran IPA.

E. Definisi Operasional

(18)

pelajaran. Jika dibandingkan dalam konsep konvensional, maka pembelajaran terpadu tampak lebih menekankan keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan.

2. Model Pembelajaran Terpadu Connected adalah pembelajaran yang menghubungkan satu konsep dengan konsep lain pada mata pelajaran IPA, dalam hal ini menghubungkan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang terdapat pada mata pelajaran IPA yang meliputi Fisika, Biologi dan Kimia.

3. Literasi Sains adalah Kemampuan dasar siswa dalam memahami Sains dan mengaplikasikan kosep sains dalam kehidupan sehari-hari yaitu kemampuan dasar yang meliputi: tiga dimensi yakni (1) dimensi konten yang terdiri atas penggunaan konsep sains untuk memahami dan menjelaskan fenomena alam dan kemampuan menganalisis hukum sebab akibat; (2) dimensi proses yang terdiri atas mengidentifikasi bukti sains dan menarik kesimpulan dari fakta sains; (3) dimensi konteks yakni mengidentifikasi isu-isu sains dalam kehidupan sehari-hari.

F. Kerangka Teori

(19)

kompetensi agar peserta didik dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sesuatu sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) meliputi empat unsur utama (Puskur, 2006 : 4), yaitu:

1. Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;

2. Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perencangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;

3. Produk: berupa fakta, prinsip, teori dan hukum;

4. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuan bekerja dalam menemukan fakta baru.

(20)

IPA untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi”.

Substansi Mata Pelajaran IPA pada SMP/MTs dalam kurikulum saat ini merupakan IPA terpadu. “Pemberlakuan pembelajaran IPA terpadu ini memiliki tujuan awal yaitu: meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, meningkatkan minat dan motivasi, mencapai beberapa kompetensi dasar sekaligus”. (Puskur, 2006:7).

(21)

Ada beberapa model pembelajaran terpadu menurut Fogarty (dalam Puskur, 2006:8) tiga model pembelajaran IPA terpadu yang sesuai untuk dikembangkan dalam pembelajaran IPA ditingkat pendidikan di Indonesia adalah ’model terhubung (connected model), model jaring laba-laba (webbed model), dan model integrasi (integrated model)’.

Model Pembelajaran Terpadu Connected merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan satu pokok bahasan ke pokok bahasan yang lain, menghubungkan satu konsep ke konsep yang lain, menghubungkan dan menyebarkan SKKD untuk setiap semester atau lintas semester yang memiliki keterkaitan, mengaitkan satu keterampilan dengan keterampilan yang lain dalam suatu bidang studi (inter bidang studi). Konsep-konsep yang dapat dipadukan pada semester yang berlainan pembelajarannya dapat dilaksanakan pada semester yang sama (tertentu) dengan tidak meninggalkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada semester lainnya.

Keberhasilan pembelajaran terpadu akan lebih optimal jika perencanaan mempertimbangkan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik sudah tercantum dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA.

(22)

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pada kegiatan manajemen, ditentukan bagaimana pengelolaan kelas yang efektif dan kemungkinan penggunaan team teaching dalam pembelajaran terpadu model connected. Pemanfaatan media,

ditentukan media mana yang akan mendukung kegiatan pembelajaran. Selanjutnya evaluasi berkenaan dengan perolehan hasil belajar siswa yang dapat segera ditindak lanjuti maupun dalam jangka panjang. Kegiatan evaluasi inilah yang akan digunakan sebagai indikator efektivitas suatu kegiatan pembelajaran. Maka keberhasilan pengembangan model pembelajaran terpadu connected ini dapat dilihat dari variabel berikut ini.

Gambar 1.1. Peta Variabel Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Connected ( dimodifikasi dari Sukmadinata, dkk (2006 : 7)

Instrumental Input: UU, PP,Kurikulum,MBS dll

Environmental Input: Sarana Prasarana, Partisipasi Manajemen

-Team Teach - Pengelolaan Kelas

[image:22.595.116.511.244.705.2]
(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan pendekatan “penelitian pengembangan” (Research & Development). Pendekatan ini mengacu pada pendapat Borg & Gall (1983: 772), yang menyatakan bahwa model penelitian pengembangan ialah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan, seperti materi pembelajaran, buku teks, metode pembelajaran, dan lain-lain yang dilakukan dalam suatu siklus penelitian dan pengembangan. Langkah-langkah penelitian pengembangan juga mengacu pada langkah-langkah yang dikemukakan oleh Borg & Gall (1983;773) yang meliputi: (1) penelitian pengumpulan informasi; (2) perencanaan; (3) membuat rancangan model awal; (4) uji coba pendahuluan; (5)

revisi terhadap rancangan awal; (6) ujicoba produk utama; (7) revisi terhadap

produk utama; (8) uji coba operasional; (9) revisi produk operasional; (10)

diseminasi dan retribusi.

Langkah – langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Research and information collecting ( penelitian dan pengumpulan informasi) Pada tahap ini meliputi: Kajian literatur, melakukan observasi lapangan, membuat persiapan laporan. Kajian literatur dilakukan untuk menentukan wilayah pengetahuan mana penelitian yang dilakukan, sehingga dapat menunjang pengembangan model pembelajaran terpadu connected pada mata pelajaran IPA.

(24)

2. Planning (perencanaan), meliputi kegiatan: pendefinisian jenis keterampilan, menentukan tujuan-tujuan yang diharapkan, menetapkan langkah-langkah pembelajaran, dan uji kelayakan dalam skala kecil. Kegiatan perencanaan diawali dengan pendefinisian keterampilan-keterampilan yang diharapkan, menyesuaikan tujuan-tujuan yang sesuai dengan keterampilan-keterampilan tersebut, kemudian menentukan urutan pembelajaran dan diakhiri dengan melakukan uji kelayakan dalam skala kecil.

3. Develop preliminary form of product (mengembangkan produk pendahuluan) Berupa kegiatan penyusunan model pembelajaran terpadu yang meliputi: membuat persiapan bahan pembelajaran, bahan pegangan, media dan alat evaluasi

4. Preliminary field testing(melakukan pengujian pendahuluan), yang dilakukan pada satu SMP. Data yang diperoleh melalui observasi, angket dan tes, kemudian dianalisis.

5. Main product revision (Melakukan revisi produk utama), sesuai saran dan temuan dari lapangan maka dilakukan perbaikan terhadap hasil pengujian pendahuluan, dalam hal ini mengenai implementasi pengembangan model pembelajaran sehingga disusun revisi produk.

6. Main field testing(melakukan pengujian lapangan), dilakukan uji coba model lebih luas dengan melibatkan tiga SMP. Data kuantitatif yang diperoleh dibandingkan hasil evaluasi kelompok eksperimen dan kelompok control. 7. Operasional Product revision (merevisi produk operasional), dilakukan

(25)

8. Operasional Field testing (melakukan pengujian operasional): uji coba model dengan melibatkan SMP secara luas untuk kemudian dianalisis.

9. Final product revision (merevisi produk akhir): dilakukan perbaikan berdasarkan pada hasil pengujian operasional dan uji coba model luas.

10.Dessimination and distribution (desiminasi dan distribusi), pada langkah ini dilakukan monitoring sebagai control terhadap kualitas program.

Dari sepuluh langkah tersebut di atas, dapat disederhanakan menjadi tiga tahapan dasar, yakni secara garis besar langkah penelitian dan pengembangan yang dikembangkan oleh Sukmadinata dan kawan-kawan terdiri atas tiga tahap, yaitu: 1) Studi Pendahuluan; 2) pengembangan model; dan 3) Uji Coba Model (Sukmadinata, 2010:189). Tahapan penelitian dan pengembangan yang akan dilakukan dapat digambarkan dan diuraikan sebagai berikut:

1. Studi Pendahuluan

Gambar 3.1. Diagram Tahapan Penelitian dan Pengembangan

1. Uji Coba Terbatas 2. Uji Coba

Luas Studi Pendahuluan Pengembangan Model Uji Coba Model

1. Kajian Literatur

2. Pra Survey

1. Perencanaan Model 2. Perencanaan Uji lapangan 3. Penyususnan Draft awal 4. Uji Kelayakan

Hasil Kajian Literatur dan Pra

Survey

Draft Awal desain Pembelajaran Terpadu Connected

Desain Pembelajaran

Terpadu

Connected

1. Uji Coba Terbatas 2. Uji Coba

(26)

1. Studi Pendahuluan

Studi Pendahuluan merupakan studi awal yang dilakukan untuk mengidentifikasi proses pembelajaran IPA yang digunakan saat ini di SMP, Sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan pembelajaran IPA terpadu model Connected Pada SMP di Kabupaten Lebak. Langkah ini merupakan bagian yang penting dalam penelitian dan pengembangan, karena pada langkah ini terdapat kajian literatur, survey dan observasi. Kajian literatur bertujuan untuk menentukan dasar-dasar pengetahuan yang mendukung penelitian yang akan dilaksanakan. Sedangkan survey dan observasi bertujuan untuk mengetahui data empiris di lapangan tentang bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran IPA di SMP.

Pada studi pendahuluan dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif. Pada langkah ini ditekankan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu berdasarkan pandangan dari siswa dan pandangan dari guru serta beberapa hal yang berkaitan erat. Selanjutnya hasil studi awal ini akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan rencana pembelajaran dalam rangka implementasi pembelajaran IPA terpadu model Connected.

Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan studi pendahuluan ini meliputi : a. Studi dokumentasi untuk mengkaji: 1) teori-teori yang berkaitan dengan

(27)

b. Melakukan studi lapangan pada SMP negeri yang berada di kabupaten Lebak untuk melihat bagaimana desain pembelajaran, pemanfaatan media pembelajaran, manajemen pengelolaan, dan evaluasi yang dilakukan pada mata pelajaran IPA serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran IPA.

Hasil studi pendahuluan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan model pembelajaran IPA terpadu Connected di SMP.

2. Pengembangan Desain Pembelajaran

Pengembangan model pembelajaran IPA terpadu berpijak pada langkah-langkah pengembangan pembelajaran IPA terpadu yang dikembangkan Puskur (2006 : 16-17) dengan beberapa penyesuaian, yaitu:

a. Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan. Mata pelajaran yang ditetapkan dalam penelitian ini diambil sesuai dengan urutan pembelajaran yang dilakukan guru.

b. Mempelajari dan memetakan standar kompetensi dan kompetensi dasar bidang kajian. Mendaftar semua indikator pembelajaran dari semua kompetensi dasar dan mencoba membuat peta hubungan antar indikator.

c. Membuat matrik bagan hubungan kompetensi dasar dan topik pemersatu, serta merumuskan indikator pembelajaran terpadu. Setelah semua indikator didaftar dan dipelajari, penulis dan guru mitra menetapkan indikator-indikator yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan kompetensi dasar pemersatu. d. Menyusun silabus pembelajaran terpadu. Silabus dikembangkan berdasarkan

(28)

silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu, penilaian dan sumber belajar.

e. Penyusunan RPP terpadu. RPP merupakan realisasi dari pengalaman belajar peserta didik yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran terpadu.

Desain yang dikembangkan penulis adalah berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal ini sesuai pendapat Sukmadinata (2004:136) bahwa “satuan pelajaran atau Unit lesson, merupakan model rencana dasar dari seluruh model-model pembelajaran dalam system Instruksional” pengembangan desain pembelajaran berupa satuan pelajaran itu kini dikenal dengan istilah RPP.

Menurut Majid (2007: 103 – 106) Secara sistematis, rencana pembelajaran dalam bentuk satuan pelajaran meliputi:

a. Identifikasi Mata pelajaran; Berisi nama pelajaran, kelas, semester dan waktu yang dialokasikan untuk setiap pertemuan.

b. Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Standar kompetensi dan kompetensi dasar berdasarkan pada Standar isi, sedangkan indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar untuk setiap pertemuan.

c. Materi pokok; Berisi uraian materi yang perlu dipelajarai oleh siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar.

d. Media; Berisi media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. e. Strategi pembelajaran; Merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh guru

(29)

1) Kegiatan Awal, dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa, memusatkan perhatian, dan mengetahui apa yang telah dikuasai siswa berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari. Kegiatan yang dilakukan adalah apersepsi, penilaian kemampuan awal dan menciptakan kondisi awal pelajaran yang kondusif.

2) Kegiatan Inti, merupakan kegiatan utama membelajarkan peserta didik. Kegiatan ini setidaknya mencakup: a) penyampaian tujuan pembelajaran; b) penyampaian materi pelajaran; c) pemberian bimbingan bagi pemahaman peserta didik; dan d)melakukan pemeriksaan terhadap pemahaman peserta didik.

3) Kegiatan penutup, merupakan kegiatan yang memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan kompetensi. Kegiatan yang harus dilakukan adalah penilaian akhir dan kegiatan tindak lanjut dengan member tugas atau latihan.

f. Penilaian dan tindak lanjut; Berisi rencana penilaian dan tindak lanjut yang akan dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

g. Sumber bahan; Berisi bahan pelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai dan sumber-sumber belajar lain yang dapat di akses oleh siswa.

3. Uji Coba

(30)

uji coba terbatas dan uji coba lebih luas. Uji coba terbatas dilakukan pada satu SMP dengan sampel kelas tujuh sebanyak satu kelas. Uji coba terbatas dilakukan dalam beberapa siklus. Hasil evaluasi proses dan hasil pembelajaran digunakan sebagai bahan refleksi untuk memperbaiki model sehingga diperoleh model yang terbaik.

Uji coba lebih luas dilakukan pada tiga SMP negeri di kabupaten Lebak. SMP yang digunakan berdasarkan pada kategori yang berbeda, yakni baik, sedang, dan kurang. Pengkategorian ini berdasarkan opini masyarakat dan animo masyarakat untuk memasukkan anaknya ke sekolah yang dianggap baik. Setiap SMP diambil sampel sebanyak satu kelas sebagai kelas Uji coba. Evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil belajar yang instrument penilaian atau soal yang dibuat untuk mengukur kemampuan literasi sains.

B. Teknik Pengumpulan Data

Ciri khas penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang akan digunakannyapun bervariasi meliputi: Studi dokumentasi, angket, wawancara, observasi, dan tes. Penjelasan teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:

1. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data-data dan literature yang terkait sebagai bahan untuk menyusun desain. Data-data tersebut

(31)

2. Angket

Teknik angket dilakukan untuk mendapat data tentang keadaan di lapangan dalam proses pembelajaran IPA terpadu di SMP dan untuk mengetahui berbagai masalah yang dihadapi. Penyebaran angket dilakukan pada studi pendahuluan dan uji coba model dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dalam rangka penyempurnaan model pembelajaran terpadu yang dikembangkan. Teknik angket dilakukan secara anonym, agar responden merasa lebih bebas untuk mengeluarkan pendapat secara jujur tanpa tekanan siapapun. Angket yang akan digunakan divalidasi oleh pembimbing sehingga diperoleh Validitas konstruksi.

3. Wawancara

Teknik wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang mendalam, sebagai tindak lanjut metode angket dan observasi. Teknik ini digunakan dengan berbagai alasan, yaitu: 1) peneliti dapat menjelaskan pertanyaan yang tidak dimengerti responden; 2) peneliti dapat mengajukkan pertanyaan susulan; 3) responden cenderung menjawab jika diberi pertanyaan, dan 4) responden dapat menceritakan lebih terbuka (Alwasilah, 1991)

4. Observasi

(32)

adalah observasi partisipatif, yakni pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung untuk mendapatkan data terhadap obyek yang diamati.

5. Tes Hasil Belajar

Teknik tes dilakukan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa sebelum dan sesudah melakukan proses pembelajaran. “Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan” (Arikunto, 2007:53). Dalam penelitian ini digunakan tes, karena diharapkan melalui pembelajaran terpadu connected hasil belajar peserta didik cenderung lebih meningkat khususnya pada kemampuan literasi sainsnya tidak hanya pada aspek kognitifnya saja. “Validasi terhadap tes hasil belajar dilakukan dengan validitas konstruksi apabila butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek seperti pada tujuan pembelajaran” (Arikunto, 2007:67)

6. Teknik Lain

Teknik lain yang digunakan adalah: Field note untuk mencatat segala peristiwa saat penelitian, kamera untuk mengabadikan momen-momen yang dianggap penting.

C. Subjek Penelitian

(33)

1. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek/obyek penelitian yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2007:117). Populasi penelitian ini adalah SMP negeri yang ada di kabupaten Lebak. 2. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2007:118). SMP yang akan menjadi sampel tempat penelitian ini dipilih dengan teknik Cluster random sampling, dengan cara dikelompokkan menjadi tiga kelompok dan setiap kelompok diambil acak (Sudjana dan Ibrahim, 2004: 93). Pembagian SMP dengan kategori baik, sedang dan kurang berdasarkan pada opini masyarakat.

D. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan pendekatan penelitian ini maka analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

1. Hasil Studi Pendahuluan

Studi Pendahuluan merupakan studi yang bersifat deskriptif, maka analisa data yang digunakan adalah teknik analisa profil, yaitu dengan melihat kecenderungan dari data-data, sehingga diperoleh gambaran sebagai bahan pertimbangan pengembangan pembelajaran terpadu model connected.

2. Hasil Pengembangan Model

(34)
(35)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dari temuan dalam uji coba pengembangan model pembelajaran IPA terpadu connected ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi pembelajaran IPA saat ini adalah: (1) masih dilaksanakan secara terpisah, dengan alasan belum paham dan sulitnya memadukan SKKD yang ada pada setiap semesternya serta kesulitan menentukan tema pemersatu antara setiap kompetensi dasar yang sudah dipetakan; (2) penyusunan dan pemanfaatan RPP yang sudah baik; (3) penggunaan metode ceramah yang masih mendominasi kegiatan guru; (4) pemanfaatan media yang masih kurang karena kurangnya ketersediaan media pembelajaran di sekolah; (5)ketersediaan sumber belajar sangat kurang, (6) serta tingkat penguasaan materi yang masih rendah dengan rata-rata 51-70.

2. Desain model pembelajaran terpadu connected yang efektif dan dapat meningkatkan literasi sains siswa ini meliputi empat langkah sebagai berikut: (1) Menentukan tujuan pembelajaran, dirumuskan dalam bentuk standar kompetensi dan kompetensi dasar. kemudian kompetensi dasar di uraikan lebih rinci menjadi indikator hasil belajar, indikator hasil belajar ini dapat dijadikan acuan untuk penilaian hasil pembelajaran. (2)Menyusun materi

(36)

pembelajaran/bahan ajar, materi pembelajaran dikemas dan dikembangkan berdasarkan tujuan dan indikator-indikator yang saling terkait dalam satu bidang kajian, kedalaman materi disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan alokasi waktu yang tersedia. (3)Menentukan metode dan media, penggunaan metode dan media yang bervariasi akan mengefektifkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran serta dapat memotivasi belajar peserta didik. (4) Menyusun evaluasi, evaluasi dilakukan dengan cara tertulis, lisan maupun observasi kegiatan peserta didik selama proses pembelajaran baik aspek sikap ( afektif), aspek prilaku, aspek psikomotor dan kinerja peserta didik pada saat melakukan pengamatan pada saat diskusi kelompok dan pada saat presentasi serta sikap peserta didik selama proses pembelajaran, dapat dengan instrument pengamatan atau daftar ceklis dan wawancara.

(37)

yang terjadi umumnya disebabkan kemampuan dan keterampilan guru dan aktivitas siswa yang pada awal kegiatan memang sudah berbeda.

4. Hasil pengembangan pembelajaran IPA terpadu model connected dapat dikatakan telah berhasil meningkatkan literasi sains siswa dan telah efektif digunakan. Beberapa hal yang dapat dijadikan indikator meningkatnya literasi sains siswa dalam pembelajaran ini adalah: (1) terjadinya peningkatan aktivitas dan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA; (2) terdapat peningkatan yang signifikan mengenai pemahaman siswa yang terlihat dari hasil postes setiap siklus yang merupakan gambaran dari literasi sains siswa

B. Rekomendasi

Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa rekomendasi untuk berbagai pihak yang langsung berkepentingan terhadap hasil penelitian ini, yaitu:

1. Bagi Kepala Sekolah Menengah Pertama

(38)

2. Bagi Guru IPA di SMP

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi guru dalam mengembangkan pembelajaran IPA terpadu. Guru sebagai pelaksana pembelajaran dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuan dan keterampilannya untuk mengelola pembelajaran agar lebih efektif. Memang sudah seharusnya guru memulai mengembangkan sendiri dan berusaha untuk berbagi dan berdiskusi dengan guru lain, baik dalam MGMP maupun pertemuan-pertemuan lainya. Tiada hasil yang optimal tanpa berusaha dan bekerja keras, serta bila kerja keras tersebut dilandasi niat yang tulus akan bernilai ibadah.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, C. (2003). Pokoknya kualitatif : dasar – dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung : Kiblat Buku Utama.

American Association For The Advancement of Science Project 2061. Benchmarks for Science Literacy. Oxford Paperback, Oxford University Press. Washington, D.C.

Anitah, S. (2003). Pembelajaran Terpadu : Paradigma Konstruktivistik dalam Rangka Pengembangan Kecerdasan Ganda. Pidato Pengukuhan Guru Besar FKIP UNS. Surakarta : Sebelas Maret University Press. (tidak diterbitkan).

Arikunto, S. (2006). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan (cetakan ketujuh). Jakarta : Bumi Aksara.

Baez, A.V. (1976). Inovation in Science Education World Wide. Paris Unesco Press.

Beane, J.A. (1997). Curriculum Integration Designing The Core of Democratic Education. Teachers College Press, Columbia University. New York.

BNSP. (2006). Panduan Penyusun-an Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Tidak diterbitkan.

Departemen Pendidikan Nasional. (2004a). Keterampilan Dasar untuk Hidup. Literasi Membaca, Matematika, & Sains. Laporan Program for International Student’s Assessment. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan.

Dewi, Shinta. (2009). Keterampilan Proses Sains. Bogor: CV. Regina.

Djamarah, S.B. dan Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Druger, Marvin., A Perspective on Teaching Integrated Science, Technos: Quarterly for Education and Tecnology, 1999.

Fogarty, R. (1991). How to Integrate the Curricula. Pallatine Illionis: IRI/ Skylight Publising Inc.

Gall, M.D., Gall, J.P. & Borg, W.R. (1979). Educational Research. Boston : Pearson Education, Inc.

Guba, EG and Lincoln, YS. (1985). Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage Publications mc. California.

(40)

Hadisubroto, T dan Herawati, I.S. (1998). Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hamalik, O. (1989). Pengajaran Unit : Pendekatan Sistem. Bandung : Mandar Maju.

Kirsch, Irwin S., Ann Jungeblut, Lynn Jenkins, & Andrew Kolstad. (1993). Adult Literacy in America. Washington, D.C.: National Center for Educational Statistics.

Lipson, M., Valencia, S., Wixson, K., Peters, C., Integration and Thematic Teaching: Integration to Improve teaching and Learning, Language Arts 70 (4), 252-263. (EJ 461 016).

Majid, A. (2007). Perencanaan Pembelajaran : Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Meredith D Gall, Joyce P Gall & Walter R. Borg. (2003). Educational Research an introduction. Seventh Edition. Boston : Pearson Education, Inc.

Mulyasa, E (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Mullis, Ina V.S., Ann M. Kennedy, Michael O. Martin, & Marian Sainsbury (2006). PIRLS 2006 Assessment Framework & Specifications. 2nd Ed. TIMSS & PIRLS International Study Center. Chestnut Hill, MA: Boston College.

Nurhadi, S. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang

Nuruddin H. (2008). Pengembangan Pembelajaran Terppadu Model Connected Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Thesis). Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. (Tidak diterbitkan)

OECD. (2003). Literacy Skills for the World of Tomorrow – Further Results from PISA (2000). Organisation for Economic Co-operation & Development & Unesco Institute for Statistics.

OECD. 2006. Assessing Scientific, Reading and Mathematical Literacy: A framework for PISA 2006. Paris: OECD.

http://www.oecd.org/dataoecd/63/35/37464175.pdf Diakses tanggal 12 September 2009

(41)

Philips, D.C. (1987). Philosophy, Science and Social Inquiry. New York. Perganon Press.

Purwanto, N. (2006). Prinsip – prinsip dan Teknik evaluasi Pengajaran (Cetakan Ketigabelas). Bandung: Remaja Rosda karya Offset.

Puskur Balitbang Depdiknas. (2006a). Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Tidak diterbitkan.

Puskur Balitbang Depdiknas. (2006). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta : Tidak diterbitkan.

Rusman, (2010). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: Mulia Mandiri Pers.

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum. Bandung: RajaGrafindo Persada. Rusman. (2008). Manajemen Kurikulum. Bandung: Mulia Mandiri Pers. Sagala, S. (2004). Administrasi pendidikan Kontemporer. Bandung : Alfabeta. Santika, Ninong. (2009). Seni Mengajarkan IPA Berbasis Kecerdasan Majemuk.

Bogor: CV. Regina.

Santoso, S. (2005). Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 16. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Shinta D. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Pada Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Serang Propinsi Banten (Thesis). Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia (Tidak diterbitkan)

Subiyanto. (1988). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : P2LPTK Dirjen Dikti Depdikbud.

Sudjana, N. dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Peneliaian Pendidikan. Bandung. Sinar Baru Algesindo.

Sudjana, Nana. (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

(42)

Sukmadinata, N.S. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Sukmadinata, N.S. (2004). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sumantri, M. (2002). Pengembangan Potensi Siswa Dengan Kurikulum Terpadu Untuk Menjadi Manusia Indonesia Seutuhnya. Pidato Pengukuh-an jabatan Guru Besar Tetap dalam bidang Ilmu Perencanaan Kurikulum pada FIP-UPI, Bandung.

Susilana, R., et al. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Universitas Pendidikan Indonesia.

Takari, Enjah. R. (2009). Pembelajaran IPA dengan SAVI dan Kontekstual (Menawarkan Pembelajaran Terpadu, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan). Jakarta: PT. Genesindo.

Tim Pengembang PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. (1996/ 1997). Pembelajaran Terpadu. Jakarta, Departemen Pendidik-an dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Toharudin, Uus., Kompetensi Guru dalam Strategi Ajar, Pikiran Rakyat Cyber media, 2005.

Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu Jakarta : Bumi Aksara Publisher. Uno, Hamzah. B. (2009). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar

Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara Publisher.

Wardani, Cut, Kamaril, Dalam Mozaik Teknologi Pendidikan: Pendidikan Melalui Seni dalam Pendekatan pembelajaran Terpadu, Prenada Media, Jakarta, 2004

Winarni, E.W. (1995). Pembelajaran IPA Terpadu di Sekolah Dasar (Thesis). Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. (tidak diterbitkan)

Zais, Robert. S (1976). Curriculum, Principles and Foundation. Harper & Row, Publisher, New York : Hagerstown San Francisco - London

(43)

SMP/MTS dan SMA/MA di Jawa Barat dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada Ujian Akhir Nasional 2004. Universitas Pendidikan Indonesia.

Yusuf, Suhendra. (2006b). Membangun Kompetensi Global, Menimbang Kearifan Lokal. Pendidikan dalam Perspektif Literasi. Bandung: Literacy Institute.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

http://puspendik.info/v4/index.php?option=com_content&view=article&id=51&It emid=200068&lang=id

http://www.americanscientist.org/issues/num2/2004/5/scientific-literacy/1 http://iwanps.wordpress.com/2008/04/17/metode-mengajar-inkuiri/

http://anwarkholil.blogspot.com/2008/04/permudah-pemahaman-konsep-pembelajaran.html

Gambar

Gambar 1.1. Peta Variabel Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Connected ( dimodifikasi dari Sukmadinata, dkk (2006 : 7)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan literasi sains siswa setelah diterapkan pembelajaran IPA terpadu pada tema air dan kesehatan.. Penelitian ini menggunakan

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah penggunaan software pembelajaran IPA Terpadu

informasi bahwa bahan ajar yang digunakan pada pembelajaran IPA kelas VII belum sesuai untuk mengoptimalkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa, oleh

EFEKTIVITAS BAHAN AJAR IPA TERPADU TIPE CONNECTED PADA TEMA TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pada penjelasan hasil pengamatan, analisis data, dan kajian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar IPA terpadu model connected: 1) valid dari aspek

Pada saat pembelajaran IPA di kelas V SDN 04 Lakea, guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) tidak memperhatikan proses dan biasanya pada awal pembelajaran tidak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar IPA Terpadu tema Letusan Gunung Berapi kelas VII di SMP Negeri 1 Kamal yang dikembangkan telah layak digunakan dalam proses

Pada saat pembelajaran IPA di kelas V SDN 04 Lakea, guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) tidak memperhatikan proses dan biasanya pada awal pembelajaran