DAFTAR ISI
Halaman Judul ...
-Halaman Pengesahan ... i
Motto……… ii
Halaman Pernyataan ... iii
Abstrak... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... viii
BAB I PENDAHULUAN……… 1 A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah……... 14
C. Pertanyaan Penelitian ... 15
D. Definisi Operasional... 15
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 17
BAB II MULTIMEDIA DALAM PENGAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL ……… 19 A. Hakekat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ……... 19
1. Tujuan………... 19
2. Kompetensi yang harus dimiliki siswa Sekolah Menengah Pertama…... 21
3. Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetauan Sosial……... 23
B. Belajar dan Pembelajaran………... 25
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ……... 25
2. Prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran ... 36
3. Sumber Belajar... 43
C. Multimedia dalam Pembelajaran. ... 48
1. Pengertian MediaPembelajaran... 48
... 51
4. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran…... 53
5. Prosedur Pemilihan Media……… 56
6. Kedudukan Media dalam Pembelajaran………..………. 60
7. Komputer………..……… … 66 8. CD Multimedia Interaktif……...………... 70
9. Model Pembelajaran Tutorial………... 72
10. Pengembangan Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran…….... 79
D. Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik……… 83
BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN HASIL PENGEMBANGAN MODEL……… 85 A. Metodologi Penelitian………... 85
1. Pendekatan dan Metode……… 85
2. Lokasi dan Subjek Penelitian………... 96
3. Teknik Pengumpulan Data………... 97
4. Pengolahan dan Analisis Data…….……….. 99
B. Hasil Pengembangan Model……… 100
1. Hasil Studi Pendahuluan …….……….. 100
a. Kegiatan dan Persepsi Siswa terhadap Pembelajaran ………. 102
b. Kegiatan Guru Selama Pembelajaran ………. 109
c. Ketersediaan Laboratorium Komputer dan Media Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama……….………... 113 d. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Multimedia PembelajaranBerbasis Komputer Model Tutorial……… 114
2. Hasil Pengembangan Model ..………... 120
3. Hasil Uji Lapangan Model ……… 122
a. Uji Coba Terbatas ………... 122
b. Uji Coba Skala Luas ………... 124
Menggunakan Media Multimedia Interaktif……….. 2. Persepsi Guru terhadap Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
dengan Menggunakan Multimedia Interaktif... 148 3. Hasil Belajar Siswa dalam Menggunakan Multimedia Interaktif
Berbasis Komputer ... 139 B. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 145
1. Pelaksanaan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah
Menengah Pertama ... 146 2. Desain Model Multimedia Pembelajaran Interaktif yang
dikembangkan ... 151 3. Pengembangan Multimedia interaktif Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) ... 153 4. Perkembangan Hasil Belajar Siswa Setelah Diterapkannya
Pembelajaran Multimedia Interaktif Berbasis Komputer ... 156 5. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Multimedia
Interaktif Berbasis Komputer ... 162
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ……….. 164
A. Simpulan ……… 164
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas manusia Indonesia,
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta mengusai ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil,
makmur dan beradab. Sehingga pendidikan nasional dalam implementasinya didalam
kurikulum harus mampu menjamin peningkatan mutu pendidikan dengan
meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah
rasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global dengan
tetap berpegang pada nilai-nilai dan kultur kepribadian bangsa Indonesia.
Prinsip pelaksanaan kurikulum 2006 salah satunya adalah berpusat pada peserta
didik dan didalam penerapannya kurikulum ini menggunakan konsep Broad Bases
Education (BBE) yang berorientasi life skill (BBE-LS), serta mendayagunakan semua
potensi sumber belajar yang dimiliki sekolah dan yang ada disekitar sekolah, baik yang
direncanakan untuk kepentingan belajar (learning resourcess by design), maupun yang
2
pada kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi
tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik (siswa), berupa
pengusaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah.
Menurut Gagne (1979:12) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu
organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Berbicara tentang belajar
pada dasarnya berbicara tentang bagaimana tingkahlaku seseorang berubah sebagai
akibat pengalaman. Hal ini dapat dibuat kesimpulan bahwa agar terjadi proses belajar
atau terjadinya perubahan tingkahlaku sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas
seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang
akan diberikan pada siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar
dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain.
Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
Pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu
orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar
dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai starategi
pembelajaranyang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa berlangsung
optimal. Tugas dan peranan guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat
kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas,
yang lazim disebut proses belajar mengajar. Guru juga bertugas sebagai administrator,
evaluator, konselor dan lain-lain sesuai dengan sepuluh kompetensi (kemampuan) yang
dimilikinya. Upaya memandirikan siswa untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri
sendiri diutamakan agar siswa mampu membangun kemauan, pemahaman, dan
diupayakan. Penilaian berkelanjutan dan komprehensif menjadi sangat penting dalam
rangka pencapaian upaya tersebut. Penyajiannya disesuaikan dengan tahap-tahap
perkembangan siswa melalui pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
Untuk mendukung keberhasilan dalam pembelajaran perlu memperhatikan
faktor-faktor pendukungnya seperti kurikulum, sarana, dan kepemimpinan kepala
sekolah, lingkungan pembelajaran di kelas dan sekolah memegang peranan
penting dalam pembentukan sekolah yang efektif. Secara eksplisit dinyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di
dalam kelas antara lain adalah kompetensi guru, metode pembelajaran yang dipakai,
kurikulum, sarana dan prasarana, serta lingkungan pembelajaran baik lingkungan
alam, (psiko) sosial dan budaya (Depdiknas, 2003).
Dalam pasal 37 Undang-Undang Sisdiknas dikemukakan bahwa mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum
pendidikan dasar dan menengah. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi bahan
kajian : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi. Bahan kajian itu menjadi mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Mata pelajaran IPS bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat (Sumaatmaja, 1980:20)
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut : (a) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (b) memiliki kemampuan dasar untuk
4
keterampilan dalam kehidupan sosial; (c) memilki komitmen dan kesadaran terhadap
nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; dan (d) memiliki kemampuan berkomunikasi,
bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial tentunya memiliki pesan dan nilai yang
besar yang harus dipahami oleh siswa sehingga diharapkan nilai-nilai tersebut melekat
sehingga pada akhirnya melahirkan generasi-generasi yang memiliki moral yang baik.
Hal ini tentunya tidak seimbang dengan fakta yang ada dalam proses pembelajaran di
sekolah-sekolah dalam mencapai tujuan tersebut. Guru lebih banyak mendominasi
proses pembelajaran padahal semestinya siswa yang seharusnya mendominasi sehingga
pada akhirnya mencapai tujuan yang diharapkan.
Semakin derasnya arus globalisasi yang mengakibatkan semakin tingginya saling
ketergantungan antar masyarakat banyak menimbulkan masalah diantaranya masalah
sosial, ekonomi, dan politik yang komplek. Oleh karena itu tujuan pokok pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial dapat membantu para siswa mengembangkan kemampuan
membuat keputusan-keputusan yang bersifat reflektif sehingga mereka dapat
memecahkan masalah-masalah pribadi (individual) dan membentuk kebijakan umum
dengan cara berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial.
Dalam implementasinya, perlu dilakukan berbagai studi yang mengarah pada
peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi
dari suatu inovasi pendidikan. Salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi
kurikulum, perlu dikembangkan berbagai model pembelajaran. Dalam hal ini belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial di setiap lembaga persekolahan memerlukan suatu strategi
pembelajaran yang dapat memberikan kemampuan memecahkan masalah kepada para
Pengelolaan pembelajaran IPS di sekolah dalam era modern ini, atau secara lebih
luas pengelolaan pendidikan, semakin bergantung pada tingkat kualitas dan antisipasi
dari para guru untuk mendayagunakan berbagai sumber yang tersedia dan
menyelenggarakan pembelajaran yang dapat menumbuhkan cara berpikir siswa yang
kritis, jujur, kreatif, konsisten, dan berorientasi pada penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan meningkatkan iman dan taqwa. Untuk itu, pengelolaan pembelajaran
sangat memerlukan guru yang kreatif, selalu ingin tahu dan dinamis, sehingga ia juga
dapat membangkitkan kreativitas dan keingintahuan pada siswanya. Pada prinsipnya
siswa mempunyai motivasi dari dalam dirinya untuk belajar karena didorong oleh rasa
ingin tahu.
Upaya untuk meningkatkan kualitas lulusan sekolah telah dilakukan oleh
pemerintah melalui Depdiknas. Upaya tersebut antara lain meliputi perbaikan dan
penyempurnaan kurikulum, peningkatan kemampuan guru melalui berbagai penataran,
pengadaan buku dan sarana penunjang dan penyempurnaan berbagai system
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dalam kurikulum 2004 pendekatan
pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan pembelajaran tuntas (mastery
learning). Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan
yang bertujuan untuk memotivasi siswa mencapai penguasaan (mastery level) terhadap
kompetensi tertentu. Dengan menempatkan pembelajaran tuntas sebagai salah satu
prinsip utama dalam mendukung pelaksanaan kurikulum tersebut, maka berarti
pembelajaran tuntas ini merupakan sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah. Belum optimalnya implementasi
pembelajaran tuntas dalam proses pembelajaran IPS akan berdampak pada kualitas
hasil belajar siswa. Pola pembelajaran yang ada adalah bahwa suatu program
6
penguasaan (mastery) materi dari masing – masing kompetensi padahal pencapaian
pada taraf penguasaan penting untuk diperhatikan.
Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip
ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk
mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, strategi belajar tuntas menganut
pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada
sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi mengakui dan melayani
perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan
pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing- masing peserta
didik secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas dengan pendekatan individual
ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing peserta didik
Sebagai konsekwensinya adalah tugas guru untuk menciptakan suatu situasi
dalam pembelajaran dimana seluruh siswa dengan kemampuan yang berbeda serta
tingkat pemahaman yang berbeda diharapkan mampu menguasai sesuatu yang baru
sampai tuntas sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing yang dinyatakan oleh
Carroll dan Bloom (Torshen, 1977 : 41), bahwa :
Semua siswa mampu mempelajari dan menguasai keterampilan apabila kepada mereka diberikan kualitas pengajaran yang baik serta disediakan waktu yang cukup. Ini berarti bahwa pada akhirnya siswa akan mendapatkan hasil akhir yang sama, perbedaannya adalah hanya, jumlah waktu yang dibutuhkan.
Secara praktis, guru adalah ujung tombak dalam pembelajaran. Strategi dan
manajemen guru untuk mengatasi masalah pembelajaran sangat dibutuhkan dalam
upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas
merupakan salah satu tugas utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai
kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Iklim pembelajaran yang
dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
pembelajaran masih sering ditemui adanya kecenderungan meminimalkan keterlibatan
siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa
lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari pada
mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang mereka
butuhkan.
Dalam implementasi materi, dikatakan oleh Muhtar (2006:15) bahwa
menemukan IPS lebih menekankan aspek pengetahuan, berpusat pada guru,
mengarahkan bahan berupa informasi yang tidak mengembangkan berpikir nilai serta
hanya membentuk budaya menghafal dan bukan berpikir kritis. Dalam pelaksanaan
dikemukakan oleh Soemantri (2001:24) bahwa menilai pembelajaran IPS sangat
menjemukan karena penyajiannya bersifat monoton dan ekspositoris sehingga siswa
kurang antusias dan mengakibatkan pelajaran kurang menarik padahal menurut
Sumaatmadja (1996:35) guru IPS wajib berusaha secara optimum merebut minat siswa
karena minat merupakan modal utama untuk keberhasilan pembelajaran IPS.
Di sisi lain Abimanyu (Sukidin, 2002:153) mengemukakan bahwa :
Ada tiga faktor penyebab rendahnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu: (1) siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri; (2) siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain; (3) siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain.
Tampaknya perlu adanya perubahan paradigma dalam proses belajar mengajar
Ilmu Pengetahuan Sosial. Pada saat ini pencapaian Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar mata pelajaran IPS masih dilakukan sesuai dengan bidang kajian
masing-masing (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi) tanpa ada keterpaduan di
dalamnya. Hal ini tentu saja menghambat ketercapaian tujuan IPS itu sendiri yang
dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan
8
ekonomi, politik, hukum, budaya). Hal ini disebabkan antara lain: (1) kurikulum IPS itu
sendiri tidak menggambarkan satu kesatuan yang terintegrasi, melainkan masih
terpisah-pisah antar bidang ilmu-ilmu sosial; (2) latar belakang guru yang mengajar
merupakan guru disiplin ilmu seperti geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi,
antropologi sehingga sangat sulit untuk melakukan pembelajaran yang memadukan
antar disiplin ilmu.
Berdasarkan analisis konseptual dan kondisi pendidikan IPS di tingkat
persekolahan sesuai dengan hasil observasi yang dilaksanakan penulis, bahwa ternyata
pada umumnya guru belum memilki kemampuan dan keterampilan yang memadai
dalam memilih, serta menggunakan berbagai model pembelajaran yang mampu
membangkitkan minat siswa untuk belajar. Disamping itu, tidak sedikit siswa
mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran dikarenakan model pembelajaran yang
dipilih dan digunakan oleh guru dirasakan kurang tepat. Dengan demikian proses
belajar mengajar akan berlangsung kaku, sehingga kurang mendukung pengembangan
pengetahuan, sikap, moral, dan keterampilan siswa.
Sejalan dangan hal tersebut di atas, hasil pengamatan awal penulis mengenai
kondisi pembelajaran IPS tersebut terjadi pula di SMP Kabupaten Lebak Provinsi
Banten, guru masih menggunakan model pembelajaran yang kurang merangsang siswa
untuk belajar lebih giat, dan proses pembelajaran masih menekankan pada aspek
pengetahuan saja belum menyentuh kepada sikap dan keterampilan. Di samping itu,
guru kurang mengacu pada pelibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Kenyataan tersebut, menunjukkan bahwa proses yang dilakukan oleh guru untuk
pembelajaran IPS belum aktif. Dengan demikian dapat diduga bahwa yang menjadi
kendala yang dirasakan adalah masalah proses pembelajaran yang kurang variasi dan
terkesan monoton sehingga siswa menjadi kurang aktif. Rendahnya mutu pendidikan
kita dewasa ini secara kualitatif patut diduga juga karena model pembelajaran yang
dianut guru pada umumnya berpikiran bahwa pendidikan IPS adalah suatu pengetahuan
yang bisa dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa, ibarat mengisikan
air kedalam botol kosong. Dari sini, guru beranggapan bahwa mengajar sudah
dilakukan dengan baik, tetapi siswanya tidak belajar, sehingga terjadi miskonsepsi
antara pemahaman guru dalam mengajar dengan target dan misi dari pendidikan IPS
sebagai mata pelajaran yang mengacu pada pembekalan pengetahuan dan keterampilan
kepada siswa sebagai bekal dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
Berdasarkan hasil pengamatan awal tersebut diperoleh data sebagai berikut: (a)
partisipasi siswa dalam perolehan konsep sangat kurang, karena guru terlalu dominan
dalam memberi informasi; (b) suasana kelas kurang menyenangkan; (c) kurang
motivasi, karena jarang diberi penghargaan; (d) buku yang dimiliki siswa hanya
digunakan untuk mengerjakan latihan soal, sehingga fungsinya hanya untuk
mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Oleh karena itu perlu dibangun suatu interaksi belajar yang dapat menarik minat
dan pengertian terhadap materi pelajaran yang disajikan, menguatkan suatu informasi,
menyajikan data yang kuat dan terpercaya tentang suatu hal atau kejadian serta
mendorong anak didik untuk berani bekerja secara mandiri.
Ukuran keberhasilan proses pembelajaran adalah evaluasi. Salah satu tujuan
evaluasi adalah sebagai umpan balik bagi siswa. Siswa ingin tahu hasil dari proses
pembelajaran, sepanjang proses penilaian berjalan sesuai dengan aturan penilaian,
artinya bahwa penilaian yang tetap dan teratur akan memberikan gambaran tentang
kekuatan dan kelemahan siswa. Prestasi yang dimilki oleh siswa memberikan gambaran
10
Salah satu parameter mutu pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar yang
diperoleh oleh setiap siswa. Dari data yang diperoleh yang dilihat dari Nilai Ebtanas
Murni (NEM) antara tahun pelajaran 1994/1995 sampai dengan 2000/2001 menunjukan
hasil belajar yang belum memuaskan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh
Depdiknas dalam (Nurhalim, 2008 : 2) bahwa “dalam kurun waktu tersebut, rata-rata
hasil pembelajaran tidak lebih dari 5 yaitu IPA = 4,97; IPS = 4,71 dan bahasa = 4,91”.
Dalam kurun waktu selanjutnya, dengan ditetapkannya standar nilai minimal
pembelajaran, hasil yang diperoleh sedikit meningkat tetapi belum menunjukan
peningkatan yang signifikan. Bahkan dalam laporan terakhir hasil Ujian Nasional
2009/2010 yang diungkapkan Mendiknas
(http://www.kemdiknas.go.id/media--publik/siaran-pers/3254365-siswa-lulus-un-utama-smpmtssmpt-2010.aspx) bahwa
“sebanyak 3.254.365 siswa atau 90,27 persen peserta lulus UN Utama
SMP/MTs/SMPT 2010. Sementara, dari total 3.605.163 peserta UN Utama masih
terdapat 350.798 (9,73%) siswa yang harus mengulang UN Utama”.
Setelah memperhatikan beberapa hal tersebut diatas, maka perlu dipikirkan
cara penyajian dan suasana pembelajaran IPS yang cocok untuk siswa, sehingga
siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Saat ini pemerintah sudah
sering mensosialisasikan berbagai model pembelajaran. Salah satu model
pembelajaran yang disosialisasikan adalah model media pembelajaran.
Di era sekarang ini multimedia bukan lagi barang mewah, di sekolah bahkan di
rumah telah banyak yang memiliki multimedia. Multimedia mudah didapat dan
harganya semakin terjangkau dan multimedia dapat digunakan sebagai media dalam
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu sistem yang memiliki beberapa
komponen saling terkait dan terpadu dalam mewujudkan keberhasilan proses belajar
salah satunya adalah keterampilan dalam melakukan kegiatan tertentu. Kegiatan belajar
mengajar dapat mencapai sasaran apabila situasi belajar yang tercipta menarik,
menyenangkan, dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa untuk memahami materi
yang disajikan.
Media tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan sistem belajar mengajar.
Penggunaan media berdampak positif terutama bagi siswa yang pemahamannya lemah.
Siswa akan lebih menghayati keseluruhan proses belajar mengajar dengan hadirnya
media dalam pembelajaran. Hal ini senada dengan kutipan berikut :
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. (Arsyad, 1997 : 17)
Sebagai implikasinya, dengan lahirnya teknologi diharapkan mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pergeseran paradigma
pembelajaran dari kurikulum-guru-siswa menjadi kurikulum-guru-media siswa,
bahkan sekarang ini kurikulum-media-siswa.
Kalau dilihat perkembangannya, pada mulanya media hanya dianggap sebagai
alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu
visual, misalnya gambar, model, objek dan alat-alat lainnya yang dapat memberikan
pengalaman kongkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi
belajar siswa. Namun sayang, bahwa ”kurang memperhatikan aspek desain,
pengembangan pembelajaran, produksi dan evaluasinya”. (Sadiman, et al. 1986:7).
Kehadiran komputer dengan berbagai program dan aplikasinya telah
memberikan berbagai manfaat yang luar biasa. Dengan adanya komputer dapat
12
program pembelajaran, sehingga menghasilkan model pembelajaran dengan komputer
sebagai media. Pemanfaatan komputer dalam pendidikan telah sangat meluas dan
menjangkau berbagai kepentingan. Diantara pemanfaatannya adalah untuk
kepentingan pembelajaran, yaitu untuk membantu guru dalam meningkatkan mutu
pembelajaran. Terkait dengan peningkatan mutu pembelajaran secara garis besar
komputer dimanfaatkan dalam dua macam penerapan, yaitu dalam bentuk
pembelajaran dengan bantuan komputer (Computer Assisted Instruction – CAI) dan
pembelajaran berbasis komputer (Computer Based Instruction – CBI). Rusman
(2008:218) menyatakan;
Dalam banyak hal kedua penerapan dalam pemanfaatan komputer untuk pembelajaran ini adalah sama. Perbedaan yang menonjol diantara keduannya terletak pada fungsi perangkat lunak yang digunakan. Pada CAI perangkat lunak yang digunakan berfungsi membantu proses pembelajaran, seperti sebagai multi media, sebagai alat bantu dalam demonstrasi atau sebagai alat bantu dalam latihan. Pada proses pembelajaran konvensional yakni guru memberikan materi kepada siswa secara klasikal kemudian untuk membantu meningkatkan mutu pembelajarannya digunakan komputer. Bisa juga perangkat lunak CAI ini digunakan sebagai perangkat untuk pengayaan dan latihan. Adapun pembelajaran berbasis komputer atau CBI mempunyai fungsi lebih luas. Perangkat lunak dalam CBI di samping bisa dimanfaatkan sebagai fungsi CAI, juga bisa dimanfaatkan dengan fungsi sebagai sistem pembelajaran individual. Karena dia berfungsi sebagai sistem pembelajaran individual, maka perangkat lunak CBI bisa memfasilitasi belajar kepada individu yang memanfaatkannya. Oleh karena itu pengembangan perangkat lunak CBI harus mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar, prinsip-prinsip perencanaan sistem pembelajaran dan prinsip-prinsip pembelajaran individual (individual learning).
Teknologi multimedia akhir-akhir ini menjadi salah satu bahan penelitian yang
menarik dalam bidang pendidikan. Walaupun teknologi ini baru diperkenalkan sekitar
tahun 1990-an, namun perkembangan teknologi multimedia, telah mendorong
menjamurnya model-model pembelajaran yang menggunakan komputer (computer
based instruction). Model-model pembelajaran berbasis komputer diantaranya model
tutorial dikemukakan bahwa “ tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk
pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan dan motivasi agar para siswa belajar
Beberapa keunggulan multimedia diantaranya adalah ”adanya keterlibatan
organ tubuh seperti telinga (audio), mata (visual), dan tangan (kinetik). Keterlibatan
berbagai organ ini membuat informasi lebih mudah dimengerti” (Arsyad, 2004:40).
De Porter & Hernacki (2000:54) mengungkapkan ”manusia dapat menyerap suatu
materi sebanyak 50% dari apa yang didengar dan dilihat (audio visual), sedangkan dari
yang dilihatnya 30%, dari yang didengarnya 20%, dan dari yang dibaca 10%”. Hasil
temuan Schade dalam Munir (2001), bahwa ”melalui pembelajaran dengan multimedia
daya ingat anak akan meningkat hingga 60 %”.
Teknologi multimedia komputer memiliki kemampuan untuk mengontrol
elemen-elemen yang ada, yang dikenal dengan interactive multimedia (multimedia
interaktif). Tampilan yang bervariasi dan elemen-elemen pengontrol yang ada dalam
software multimedia interaktif memungkinkan guru untuk lebih leluasa memilih,
mensintesis, dan mengelaborasi pengetahuan-pengetahuan yang ingin diberikannya
agar lebih mudah dipahami siswa (Mc Clintock, 1992 : 10). Menurut Muhtar (2006 :
292), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan guru mengolah kurikulum
dan menggambarkannya menjadi sebuah multimedia interaktif dapat meningkatkan
pemahaman siswa dan mengkomunikasikan dengan konsep dasar yang telah dimiliki
siswa.
Tidak dimanfaatkannya teknologi komputer dengan maksimal dalam proses
belajar mengajar disebabkan oleh banyak faktor, antara lain kesiapan guru dan sekolah,
ketersediaan perangkat lunak (software) dan kurangnya kemampuan guru dalam
memproduksi program aplikasi komputer. Hal senada dikemukakan oleh Ena dalam
(Hana:2005) bahwa “sampai saat ini media pembelajaran interaktif belum berkembang
dengan optimal di Indonesia, karena kurangnya penguasaan teknologi pengembangan
14
penggunaan media pembelajaran interaktif sangat potensial dalam mengembangkan
keterampilan berpikir siswa.
Berdasarkan paparan di atas dipandang perlu adanya media pembelajaran yang
dapat memenuhi tuntutan mata pelajaran dan perkembangan teknologi informasi saat
ini. Media pembelajaran yang dapat dijadikan solusinya adalah media pembelajaran
interaktif berbasis komputer untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa.
Arsyad (1997:76) menjelaskan bahwa “media yang efektif untuk kelompok besar
belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada
yang tepat (efektif) untuk jenis kelompok besar, kelompok kecil dan perorangan”.
Selain itu dia juga mengemukakan bahwa “komputer efektif untuk kelompok kecil dan
perorangan” (Arsyad, 1997:78). Media interaktif juga dapat digunakan dalam
pembelajaran kelompok besar. Guru dapat menggunakan sendiri media interaktif
tersebut dengan large screen projector atau menggunakan LCD projector untuk
presentasi dalam kelas. Guru dapat menyampaikan materi sesuai urutan, berhenti untuk
diskusi, melompat ke materi baru atau kembali mengulangi materi sebelumnya. Oleh
karena itu penulis mencoba mengembangkan pembelajaran berpusat pada siswa dan
bersifat individu yang memanfaatkan teknologi komputer dengan menggunakan media
pembelajaran interaktif berbasis komputer. Media ini dianggap aktual saat ini karena
dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas yang pada gilirannya
diharapkan mampu meningkatkan prestasi hasil belajar siswa dengan judul penelitian
“Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (Studi pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Lebak – Banten)”.
B. Rumusan Masalah
satu permasalahan yang dianggap paling menyentuh permasalahan pengajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial ( IPS ) maka yang akan dibahas dari masalah utama dalam
penelitian ini adalah : Multimedia interaktif mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
yang bagaimanakah yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada Sekolah
Menengah Pertama di Kabupaten Lebak ?
C. Pertanyaan Penelitian
Sebagai fokus kajian, dituangkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1) Bagaimana kondisi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah
Menengah Pertama yang berlangsung selama ini terkait dengan peningkatan
hasil belajar siswa ?
2) Model desain multimedia interaktif berbasis komputer seperti apakah yang tepat
untuk meningkatkan hasil belajar siswa Sekolah Menengah Pertama ?
3) Model pengembangan multimedia interaktif berbasis komputer seperti apakah
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa Sekolah Menengah Pertama ?
4) Bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan multimedia interaktif
berbasis komputer yang dikembangkan tersebut ?
5) Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam penggunaan multimedia
interaktif berbasis komputer di Sekolah Menengah Pertama ?
D. Definisi Operasional
Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana tersebut diatas, ada dua variabel
16
multimedia pembelajaran interaktif dan hasil belajar. Agar variabel yang akan diteliti
dapat diukur, dapat diobservasi dan dapat diuji, maka variabel tersebut didefinisikan
secara operasional sebagai berikut :
1. Multimedia Pembelajaran Interaktif dalam penelitian ini adalah media
pembelajaran dengan menggunakan komputer yang menggabungkan berbagai
komponen seperti gambar, video, fotografi, grafik, dan animasi dengan suara,
teks, dan data yang disajikan dalam bentuk CD yang diisi materi (bahan bacaan,
latihan soal dan pemecahan masalah). Interaktif disini bermakna siswa dapat
berinteraksi dengan program dan program tersebut dapat memberikan umpan balik
terhadap respon / pekerjaan siswa. Pengembangan multimedia interktif merupakan
kegiatan yang meliputi perencanaan (yang dapat diindikasikan dengan adanya
kegiatan analisis konsep, membuat flowchart dan membuat storyboard) dan
pengembangan (dapat diindikasikan dengan adanya hasil produk) media
pembelajaran interaktif dalam bentuk CD-ROM. Untuk mengukur kegiatan
pengembangan multimedia interaktif dilakukan dengan evaluasi terhadap analisis
konsep, flowchart, storyboard dan evaluasi atau penilaian terhadap produk
multimedia interaktif.
Untuk mengukur penggunaan multimedia interaktif dalam peningkatan hasil
belajar siswa pada ujicoba terbatas dan ujicoba lebih luas akan dianalisis secara
statistik menggunakan uji-t dengan menggunakan bantuan program SPSS 14
(Statistical Package for Social Science 14), jika nilai t dihitung > t tabel pada taraf
signifikansi 95% berarti ada perbedaan yang signifikan antara dua nilai rata-rata
yang diuji. Uji t dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar menggunakan
multimedia interaktif berbasis komputer antara sebelum dan sesudah dilakukan
2. Hasil belajar dalam penelitian ini diartikan sebagai hasil penguasaan
kompetensi-kompetensi penguasaan konsep dalam Ilmu Pengetahuan Sosial yang diperoleh
setelah pembelajaran. Dalam hal ini hasil belajar dapat dilihat juga sebagai
perubahan perilaku siswa yang diperoleh setelah berinteraksi dengan lingkungan
dalam suatu suasana pembelajaran. Pada bagian lain hasil belajar “…… seseorang
telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, yaitu dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti” (Hamalik,
2006:30). Perubahan perilaku dalam penelitian ini diindikasikan dengan
penguasaan konsep terhadap materi pembelajaran.
Untuk mengukur hasil belajar dilakukan dengan pemberian tes hasil belajar
yang didalamnya dilakukan penilaian terhadap pencapaian kompetensi penguasaan
konsep. Hal ini disebabkan karena pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah
pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan juga merupakan
mata pelajaran yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi
dengan menggunakan konsep-konsep ilmu sosial yang digunakan untuk
kepentingan pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap
mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil
mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa diri sendiri
maupun yang menimpa kehidupan masyarakat.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan multimedia
18
Sekolah Menengah Pertama. Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan :
1. Memperoleh gambaran tentang kondisi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
di Sekolah Menengah Pertama yang berlangsung selama ini.
2. Menghasilkan model desain multimedia interaktif berbasis komputer untuk
meningkatkan hasil belajar siswa Sekolah Menengah Pertama.
3. Menghasilkan model multimedia interaktif berbasis komputer untuk
meningkatkan hasil belajar siswa Sekolah Menengah Pertama.
4. Memperoleh gambaran perkembangan hasil belajar siswa Sekolah Menengah
Pertama setelah menggunakan multimedia interaktif berbasis komputer yang
dikembangkan.
5. Memperoleh gambaran mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam
penggunaan multimedia interaktif berbasis komputer mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara umum bermanfaat untuk menghasilkan
multimedia interaktif mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berbasis komputer sesuai
dengan karakteristik siswa dan kondisi Sekolah Menengah Pertama serta kurikulum
yang berlaku, yang dapat digunakan oleh guru dan siswa untuk meningkatkan hasil
belajar. Secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat bagi :
1. Siswa : Untuk menggali dan melatih potensi dan kemampuan memahami
serta memperoleh pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang lebih
menarik, meyenangkan dan memungkinkan bagi dirinya untuk
memperoleh nilai-nilai yang sangat berguna bagi kehidupannya.
2. Guru : Sebagai pencerahan/wahana baru serta upaya untuk
mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi dan mendapat
tambahan wawasan serta keterampilan pembelajaran yang digunakan
untuk meningkatkan mutu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
3. Sekolah : Sebagai wahana untuk meningkatkan mutu lulusan melalui
kurikulum dan pembelajaran.
4. Peneliti : Sebagai khasanah media pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan dalam mengimplementasikan kurikulum Ilmu
Pengetahuan Sosial serta mengembangkan dan menerapkan konsep
pembelajaran dan konsep media melalui penelitian di Sekolah
85
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN DAN HASIL PENGEMBANGAN MODEL
A. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Metode
Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk menghasilkan serta
mengembangkan CD multimedia interaktif sebagai media alternatif dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya
Research and Development. Metode penelitian dan pengembangan adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji
keefektifan produk tersebut (Sugiyono,2006:407). Penelitian ini menggunakan
pendekatan Research and Development yang merujuk pada antara lain teori Borg dan
Gall dalam bukunya ”Applying Education Research : A Practical Guide for Teachers”.
Dalam buku tersebut Borg dan Gall memberi definisi pendekatan penelitian dan
pengembangan dalam bidang pendidikan sebagai “a process used to develop and
validate educational products”. Pada bagian lain konsep dan prinsip penelitian dan
pengembangan secara jelas ditulis oleh Borg dan Gall (1989 : 624), sebagai berikut :
“education research and development is a process used to develop and validate
education product”. Selanjutnya, merujuk pada pendapat Sugiyono (2006:412) bahwa
penelitian Research and Development bisa menghasilkan produk yang
bermacam-macam, dalam bidang pendidikan produk yang dihasilkan melalui penelitian ini salah
satunya dapat meningkatkan produktivitas pendidikan melalui produk media
pendidikan. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk
Siklus penelitian dan pengembangan meliputi studi hasil-hasil penelitian untuk
mengembangkan produk, melakukan uji coba lapangan, dan terakhir memperbaiki
produk tersebut berdasarkan temuan lapangan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sugiyono (2006:407) bahwa : “untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan
penelitian yang bersifat analisa kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk
tersebut, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut”.
Berdasarkan langkah-langkah yang dilaksanakan, maka penelitian dan pengembangan
bersifat longitudinal, yaitu mendasarkan pada kegiatan secara berulang-ulang.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian dan
pengembangan, yaitu metode : deskriptif, evaluatif dan eksperimental. Metode
deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi
yang ada, mencakup : a) kondisi pembelajaran yang sudah ada sebagai bahan
perbandingan atau bahan dasar untuk pembelajaran yang akan dikembangkan; b)
kondisi pihak pengguna, seperti sekolah, guru dan siswa; c) ketersediaan media/sumber
belajar; dan d) kondisi faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan
multimedia pembelajaran interaktif. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi
proses ujicoba pengembangan suatu produk. Hal ini diperjelas suatu pendapat bahwa
”produk dikembangkan melalui serangkaian ujicoba dan setiap ujicoba diadakan
evaluasi, baik evaluasi hasil maupun evaluasi proses. Berdasarkan temuan-temuan hasil
ujicoba tersebut diadakan penyempurnaan” (Sukmadinata, 2005:167).
Selanjutnya Borg and Gall (1979:626) mengemukakan langkah-langkah umum
dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan sebagai berikut :
87
Deskripsi langkah-langkah umum dalam melaksanakan penelitian dan
pengembangan tersebut meliputi :
1) Research and information collecting (penelitian dan pengumpulan informasi)
termasuk review literature dan observasi kelas yang meliputi kajian literature,
melakukan observasi lapangan dan membuat persiapan laporan. Kajian literature
dilakukan untuk menentukan wilayah pengetahuan dimana penelitian ini
dilakukan, sehingga dapat menunjang pengembangan multimedia interaktif
berbasis komputer untuk pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
2) Planing (perencanaan), termasuk di dalamnya mendefinisikan keterampilan,
menetapkan tujuan, menentukan urutan pembelajaran, dan uji kemungkinan dalam
skala kecil, yang meliputi kegiatan antara lain pendefinisian jenis keterampilan,
menentukan tujuan-tujuan yang diharapkan, menetapkan langkah-langkah
pembelajaran, dan uji kelaikan dalam skala kecil. Kegiatan perencanaan diawali
dengan pedefinisian keterampilan-keterampilan yang diharapkan, menyesuaikan
tujuan-tujuan yang sesuai dengan keterampilan-keterampilan tersebut, kemudian
menentukan urutan pembelajaran dan diakhiri dengan melakukan uji kelaikan
dalam skala kecil.
3) Develop preliminary form of product (mengembangkan bentuk produk
pendahuluan) berupa kegiatan penyusunan model multimedia interaktif berbasis
komputer untuk pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang meliputi : membuat
persiapan bahan pembelajaran, bahan pegangan, media termasuk didalamnya
persiapan materi belajar, buku-buku yang digunakan dan alat evaluasi.
4) Prelimenary field testing (uji coba pendahuluan) melibatkan sekolah dalam jumlah
terbatas yaitu satu sekolah. Dalam hal ini dilakukan analisis data berdasarkan
5) Main product revision (revisi terhadap produk utama), didasarkan atas hasil uji
coba pendahuluan. Sesuai saran dan temuan dari lapangan maka dilakukan
perbaikan terhadap hasil pengujian pendahuluan dalam hal ini mengenai
implementasi pengembangan multimedia interaktif berbasis komputer sehingga
disusun revisi produk.
6) Main field testing (uji coba utama), melibatkan sekolah dalam jumlah yang lebih
banyak yaitu melibatkan tiga sekolah . Data kuantitatif berupa pretest dan posttest
memungkinkan hasil tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol.
7) Operational product revision (revisi produk operasional), dilakukan perbaikan
sesuai saran dan hasil uji coba lapangan utama.
8) Operational field testing (uji coba operasional) yang melibatkan sekolah dalam
jumlah yang lebih banyak lagi. Pada langkah ini dikumpulkan data angket,
observasi dan hasil wawancara untuk kemudian dianalisis.
9) Final product revision (revisi produk terakhir) berdasarkan hasil uji coba
operasional dan uji coba model lebih luas.
10) Dissemination and distribution (diseminasi dan distribusi). Pada langkah ini
dilakukan monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas produk.
Borg and Gall membagi sepuluh langkah seperti jelaskan diatas, selanjutnya telah
dilakukan penyederhanaan oleh Sukmadinata (2004 : 190) menjadi tiga langkah, yaitu :
a) Studi Pendahuluan yang meliputi studi literature, studi lapangan, dan penyusunan
draf awal; b) uji coba model dengan sampel terbatas dan ujicoba model dengan sampel
lebih luas; dan c) Uji produk (validasi model) melalui eksperimen dan sosialisasi
produk.
Sedangkan langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (
89
Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan (Sugiyono, 2009:409)
1. Potensi dan masalah
“Penelitian dan pengembangan berangkat dari adanya potensi atau masalah”
(Sugiyono, 2009:409). Potensi merupakan segala sesuatu yang bila didayagunakan
akan memiliki nilai tambah, sedangakan masalah adalah terdapat kesenjangan antara
harapan dengan kenyataan. Potensi dan masalah dapat dijadikan sebagai dasar dalam
melakukan penelitian dan pengembangan.
2. Pengumpulan Data
Pada langkah ini peneliti melihat sebagai bagian dari studi pendahuluan, dengan
tujuan untuk mengumpulkan dan megkaji kondisi pembelajaran yang ada saat ini.
Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukan secara faktual, maka selanjutnya perlu
dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk
perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Potensi dan
Masalah
Pengumpulan data
Desain Produk Validasi
Desain
Revisi Desain Ujicoba
Produk Revisi
Produk Ujicoba
pemakaian
Revisi Produk
3. Desain Produk
Hasil akhir dari penelitian dan pengembangan adalah desain produk baru. Oleh
karenanya pada langkah desain produk ini menurut Sugiyono (2008 : 301) merupakan
langkah mempersiapkan desain atau langkah-langkah yang akan dilakukan berupa
penjelasan mengenai bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat setiap
komponen pada produk tersebut.
4. Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan
produk akan lebih efektif atau tidak dari yang sudah ada atau yang lama. Validasi
produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli
yang sudah berpengalaman untuk menilai desain tersebut. Dalam penelitian ini desain
produk divalidasi (expert judgement) oleh tenaga ahli media dan guru senior.
5. Perbaikan Desain
Setelah desain divalidasi, maka akan dapat diketahui kelemahannya kemudian
kelemahannya tersebut dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain.
6. Ujicoba Produk
Setelah dilakukan validasi desain dan perbaikan desain, selanjutnya produk yang
telah dibuat diujicobakan. Pada penelitian ini ujicoba produk dilakukan dengan
melakukan ujicoba terbatas pada sampel yang telah ditentukan.
7. Revisi Produk
Pada tahap ini dilakukan diskusi dengan para pakar untuk menilai apakah produk
91
dilakukan dengan refleksi dan mengkaji kekurangan-kekurangan pada ujicoba terbatas,
kemudian dilakukan penyempurnaan untuk hasil akhir dipergunakan dalam uji coba
luas.
8. Ujicoba pemakaian
Setelah pengujian terhadap produk berhasil dan telah dilakukan revisi pada tahap
sebelumnya, kemudian dilakukan ujicoba pemakaian. Pada tahap ini dilakukan ujicoba
lebih luas untuk mengetahui apakah produk yang telah dibuat sudah sesuai tidak
dengan rencana sebelumnya.
9. Revisi produk
Revisi produk dilakukan apabila dalam ujicoba luas terdapat kekurangan dan
kelemahan serta sebelum dilakukan produksi massal dilakukan juga revisi produk pada
ujicoba pemakaian. Maksudnya adalah untuk mengetahui apabila dalam pemakaian
terdapat kekurangan dan kelemahan tersebut sehingga dapat digunakan untuk
penyempurnaan dan pembuatan produk.
10. Pembuatan produk massal
Bila produk dinyatakan efektif dan layak dalam beberapa kali pengujian, maka
selanjutnya dilakukan pembuatan untuk produksi massal.
Atas dasar langkah-langkah yang dikembangkan oleh Borg dan Gall,
Sukmadinata, dan Sugiyono, maka dilakukan beberapa modifikasi karena beberapa
keterbatasan. Langkah-langkah penelitian tersebut bisa disederhanakan dalam
penelitian ini akan dibatasi hanya sampai dengan dihasilkannya model setelah
mengalami dua kali uji lapangan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, kemudian
disusun suatu perencanakan, dan uji kemungkinan dalam skala kecil. Langkah
berikutnya adalah pengembangan produk. Pengembangan produk yang berdasarkan
hasil uji coba tersebut sampai mendapat hasil yang sesuai dengan tujuan yang
[image:30.595.96.539.219.666.2]diinginkan.
Gambar 3.2
Langkah-langkah penelitian
Langkah-langkah di atas dapat diuraikan menjadi beberapa kegiatan yaitu
sebagai berikut :
a. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan studi awal yang dilakukan untuk mengidentifikasi
proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang digunakan saat ini di Sekolah
Menengah Pertama, sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan multimedia
interaktif berbasis komputer pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Lebak. Studi
Pendahuluan
Kajian Literatur
- Teori
- Hasil penelitian yang relevan
Pra Survey
- Pembelajaran IPS - Penggunaan Media
Hasil kajian literatur dan pra survey
1. Perencanaan model
- Pengembangan materi - Flowchart
- Storyboard
2. Perencanaan uji lapangan 3. Penyusunan draft awal model
- Video
- Audio
- Teks
4. Uji kelayakan Perencanaan dan penyusunan Ujicoba Draft Model Uji Lapangan
- Uji lapangan terbatas - Uji lapangan lebih
luas
Draf awal model multimedia interaktif Ilmu
Pengetahuan Sosial
HASIL UJI COBA MULTIMEDIA INTERAKTIF ILMU
93
Langkah ini merupakan bagian yang penting dalam penelitian dan pengembangan,
karena pada langkah terdapat kajian literatur, survey dan observasi. Kajian literatur
bertujuan untuk menentukan dasar-dasar pengetahuan yang mendukung penelitian yang
akan dilaksanakan. Sedangkan survey dan observasi bertujuan untuk mengetahui data
empiris di lapangan tentang bagaimana keterlaksanaan proses pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial dengan menggunakan multimedia interaktif berbasis komputer.
Pada studi pendahuluan dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif. Pada
langkah ini ditekankan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan multimedia interaktif berbasis komputer
berdasarakan pandangan dari siswa dan pandangan dari guru serta beberapa hal yang
berkaitan erat. Selanjutnya hasil studi awal ini akan digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembuatan multimedia interaktif berbasis komputer mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan studi pendahuluan ini meliputi : a) Studi
dokumentasi untuk mengkaji : 1) teori-teori yang berkaitan dengan multimedia
interaktif berbasis komputer dan pembelajaran menggunakan multimedia interaktif; 2)
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial di Sekolah Menengah Pertama; dan 3) hasil penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan pengembangan model multimedia interaktif berbasis komputer dan Ilmu
pengetahuan Sosial; b) melakukan studi lapangan pada Sekolah Menengah Pertama
Negeri dan Swasta yang berada di Kabupaten Lebak untuk melihat bagaimana desain
pembelajaran, pemanfaatan multimedia pembelajaran, proses pembelajaran, dan
evaluasi yang dilakukan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial serta mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
mengembangkan model multimedia interaktif berbasis komputer untuk pembelajaran
mata pelajaran Ilmu Pengetahun Sosial di Sekolah Menengah Pertama.
b. Pengembangan Multimedia Interaktif
Pengembangan multimedia ini berpijak pada prinsip pelaksanaan kurikulum yang
dilaksanakan dengan multimedia dan standar isi yang dikembangkan oleh BSNP serta
disesuaikan dengan karakteristik dan perkembangan siswa.
a. Perencanaan terdiri dari :
1) Analisis pengembangan silabus, rencana pembelajaran, bahan ajar, dan evaluasi
serta skor.
2) Flowchart view penyajian bahan ajar digital
3) Storyboard multimedia interaktif
b. Pengembangan multimedia interaktif
Pertama, menyiapkan elemen-elemen dengan menggunakan beberapa program.
Kedua, pengisian audio untuk memberikan penjelasan berkaitan dengan ucapan
selamat datang pada tampilan pembuka, penggunaan multimedia interaktif, isi
materi, ketentuan uji kompetensi dan skor yang diperoleh.
Ketiga, pengambilan gambar melalui handycam studio sesuai dengan kebutuhan.
Keempat, pengemasan dalam bentuk CD dengan proses burning file sebagai CD
multimedia interaktif yang kemudian dilanjutkan dengan instalasi program CD
kedalam komputer yang akan dipergunakan dalam proses pembelajaran.
Dalam pengembangan multimedia interaktif ini menggunakan model tutorial.
Dimana untuk memproduksinya ada beberapa langkah sebagaimana dikembangkan
dalam model tutorial. Menurut Rusman (2008:231-232) bahwa “langkah-langkah
produksi model tutorial meliputi perencanaan produksi dan proses produksi model
95
meliputi :
1. Perencanaan Produksi Model Program CAI model tutorial
a. Satuan Pelajaran (Satpel)
b. Perencanaan Program CAI Totorial
c. Flowchart program pembelajaran CAI Tutorial
2. Proses Produksi Program CAI model Tutorial
Setelah membuat perencanaan pengembangan program CAI tutorial langkah
selanjutnya yang harus ditempuh adalah proses produksi. Pada tahap ini harus
“mengerahkan” seluruh kemampuannya untuk menghasilkan program yang layak
dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Pada tahap proses produksi program CAI
harus memperhatikan tahapan model tutorial yang terdiri dari :
a. Introduction (Pengenalan), meliputi :
1) Judul Program (Title Page)
2) Objektifitas Penyajian (Presentation of Objektif)
3) Petunjuk (Direction)
4) Stimulus Prioritas Pengetahuan (Stimulating Prior Knowledge)
5) Inisial Kontrol (Initial Student Control)
b. Presentation of Information (Penyajian Informasi)
1) Mode penyajian atau mode presentasi drills
2) Panjang Teks Penyajian (Length of Text Presentation)
3) Grafik dan animasi
4) Warna dan Penggunannya
5) Penyajian Prompt
c. Question of responses (Pertanyaan dan respon-respon)
e. Providing feedback about responses (Pemberian Balikan Respon)
f. Remediation (Pengulangan)
g. Closing (Penutup)
c. Ujicoba
Ujicoba dalam pengembangan multimedia interaktif untuk pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial dilakukan dalam dua tahap yaitu ujicoba terbatas dan ujicoba lebih
luas. Ujicoba terbatas dilakukan pada satu Sekolah Menengah Pertama dengan sampel
kelas VIII sebanyak satu kelas. Ujicoba terbatas dilakukan dalam beberapa siklus. Hasil
evaluasi proses dan hasil pembelajaran digunakan sebagai bahan refleksi untuk
memperbaiki model sehingga diperoleh model yang terbaik.
Ujicoba lebih luas dilakukan pada tiga Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten
Lebak. Sekolah yang digunakan berdasarkan pada katagori yang berbeda, yaitu
baik/tinggi, sedang dan rendah/kurang. Setiap sekolah diambil sampel sebanyak satu
kelas sebagai kelas ujicoba. Evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran.
2. Lokasi dan Subjek Penelitian
Hasil pengembangan media interaktif ini diproyeksikan untuk menjadi alternatif
bagi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ). Dengan demikian agar hasil yang
diperoleh representatif sehingga dapat digunakan di sekolah manapun, mengingat
kesediaan sarana prasarana (komputer) yang sangat terbatas pada sekolah di
Kabupaten Lebak, maka lokasi peneliatian berdasarkan ketersediaan sarana prasarana
tersebut.
Dengan memperhatikan karakteristik, homogenitas dan heterogenitas sekolah
menengah pertama di Kabupaten Lebak, termasuk memperhatikan keterbatasan yang
ada, maka penelitian ini difokuskan pada hal-hal berikut :
1. Guru dan siswa yang akan diteliti pada uji lapangan terbatas pada penelitian ini
97
dengan pertimbangan sekolah ini telah memasukan internet sekolah dengan
didukung kelengkapan komputer.
2. Guru dan siswa yang akan diteliti pada uji lapangan lebih luas pada penelitian ini
adalah siswa kelas VIII tahun pelajaran 2009/2010 pada SMP Negeri di wilayah
Kabupaten Lebak, berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana untuk
pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif, seperti pada tabel 3.1
[image:35.595.93.514.252.653.2]berikut :
Tabel 3.1
Daftar Sekolah Yang Diteliti Pada Uji Lapangan Lebih Luas
No. Nama Sekolah Wilayah Kualifikasi Ket.
1. SMP Negeri 2 Rangkasbitung Tengah Baik
2. SMPS Al-Qudwah Rangkasbitung
Barat Sedang
3. SMP Negeri 1 Cibadak Timur Kurang
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan di dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
1. Dokumentasi
Dokumentasi, digunakan untuk memperoleh informasi berkaitan dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Sekolah Menengah Pertama kelas VIII kurikulum 2006.
2. Angket
Angket, digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang berhubungan
penggunaan media pembelajaran, pandangan siswa dan guru terhadap multimedia
interaktif yang dikembangkan, faktor pendukung dan penghambat penggunaan
multimedia interaktif.
3. Skala penilaian
Skala penilaian, digunakan untuk memperoleh data tentang hasil evaluasi
analisis landasan dan konsep, flowchart view, storyboard dan pengembangan
multimedia interaktif (evaluasi di atas meja) yang dilakukan para ahli, sekaligus
untuk mengetahui keterpakaian produk dalam pembelajaran.
4. Wawancara
Wawancara, digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang
berhubungan dengan pandangan guru dan siswa berkaitan dengan penggunaan
multimedia dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial selama ini, penggunaan
multimedia interaktif yang dikembangkan serta faktor pendukung dan penghambat
penggunaan multimedia interaktif untuk melengkapi hasil kuesioner.
5. Observasi
Observasi, digunakan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan
pembelajaran pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan
multimedia interaktif .
6. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar, digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar
siswa-siswa dalam mengikuti pembelajaran sebelum, dan sesudah menggunakan multimedia
interaktif. “Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan” (Arikunto, 2007:53).
99
awal siswa sebelum diberi perlakuan pembelajaran dan data hasil belajar siswa setelah
diberikan perlakuan. Kemampuan awal siswa didapat dengan memberikan tes awal atau
pretest sebelum pembelajaran dilaksanakan. Kemampuan yang dimaksud adalah
kemampuan pada ranah kognitif pada tingkat pemahaman konsep. Instrumen yang
digunakan berupa butir-butir soal pilihan ganda. Pemberian tes awal ini dimaksudkan
untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebagai titik tolak pembelajaran.
Dalam penelitian ini digunakan tes, karena diharapkan melalui penggunaan
multimedia interaktif untuk pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial hasil
belajar peserta didik cenderung lebih meningkat. Validasi terhadap tes hasil belajar
dilakukan dengan validasi konstruksi oleh guru senior. “Sebuah tes dikatakan memiliki
validitas konstruksi apabila butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap
aspek seperti pada tujuan pembelajaran” (Arikunto, 2007:67).
4. Pengolahan dan Analisis Data
Sesuai dengan pendekatan penelitian ini maka analisis data dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif, yaitu dari hasil angket,
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, dipisah-pisahkan sesuai dengan katagori
yang dikehendaki dan selanjutnya dianalisa dan diambil kesimpulan untuk memberikan
interpretasi terhadap pengembangan dan implementasi multimedia Ilmu Pengetahuan
Sosial. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif diproses dengan menggunakan
statistika.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa, peneliti melihat peningkatan hasil belajar
pada ketercapaian ketuntasan belajar sesuai dengan KKM (Kriteri Ketuntasan Minimal)
tingkat sekolah dan nasional. Sedangkan untuk melihat hasil pengembangan
multimedia interaktif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial peneliti melihat
tersebut, juga untuk mengukur keberhasilannya berpedoman pada hasil rata-rata pretes
(tes awal) dan postes (tes akhir), dalam perkembangan antar siklus.
Agar data yang telah terkumpul dapat memberikan makna sesuai dengan tujuan
penelitian maka dilakukan analisis dan interpretasi data. Data yang telah berhasil
dikumpulkan khususnya dari survey awal tentang pelaksanaan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial baik pada studi pendahuluan maupun dari tahap pengembangan
model. Data diperoleh dari hasil observasi selama guru melaksanakan pembelajaran
dan hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes awal dan tes akhir. Data hasil
penilaian terhadap aspek hasil belajar siswa pada ujicoba terbatas dan ujicoba lebih luas
akan dianalisis secara statistik menggunakan uji-t dengan menggunakan bantuan
[image:38.595.89.519.239.646.2]program SPSS 14 (Statistical Package for Social Science 14), jika nilai t dihitung > t
tabel pada taraf signifikansi 95% berarti ada perbedaan yang signifikan antara dua nilai
rata-rata yang diuji. Uji t dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
menggunakan multimedia interaktif berbasis komputer antara sebelum dan sesudah
dilakukan proses pembelajaran.
Analisis data dilakukan dari awal penelitian sampai dengan penelitian akhir
secara terus menerus yang meliputi antara lain kegiatan analisis data, refleksi dan
tindakan. Akhirnya berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data dilakukan penarikan
kesimpulan dengan cara menjawab setiap pertanyaan penelitian dan mensintesiskan
jawaban-jawaban tersebut dalam sebuah kesimpulan penelitian secara menyeluruh.
B. Hasil Pengembangan Model
Deskripsi hasil penelitian ini secara umum terbagi kedalam tiga bagian yaitu
antara lain sesuai dengan tahapan pada metode penelitian dan pengembangan (research
101
dipergunakan dalam penelitian ini diantaranya : a) hasil studi pendahuluan; b) hasil
pengembangan model; serta, c) hasil uji coba lapangan.
1. Hasil Studi Pendahuluan
Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada beberapa sekolah yang diteliti
diperoleh beberapa informasi berkaitan dengan kondisi sekolah antara lain yaitu : 1)
data tentang pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang
selama ini berlangsung di Sekolah Menengah Pertama, yang meliputi : kegiatan dan
persepsi siswa selama pembelajaran dan kegiatan guru selama pembelajaran; 2) data
tentang ketersediaan multimedia pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah
Menengah Pertama; dan 3) data tentang faktor pendukung dan penghambat
pengembangan multimedia pembelajaran menggunakan komputer untuk meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah
Pertama.
Data-data yang diperoleh dari hasil studi pendahuluan ini dijadikan sebagai
landasan bagi pengembangan multimedia yang dikembangkan yaitu multimedia
interaktif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan kuisener, observasi serta wawancara. Kuisener
diberikan kepada siswa dan guru. Kuisener diberikan kepada siswa dan guru sebelum
proses pengembangan model multimedia dilakukan bertujuan untuk mendapatkan
data-data tentang persepsi siswa dan guru terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial,
persepsi siswa tentang ketersediaan multimedia dan data tentang faktor pendukung dan
penghambat pengembangan multimedia.
Tahapan pelaksanaan studi pendahuluan ini dilakukan dengan tahapan-tahapan
jumlah 240 siswa kelas VIII Tahun Ajaran 2009/ 2010 yang diklasifikasikan menjadi
tiga kategori yaitu : 1) kategori kelas tinggi sebanyak 80 siswa; 2) kategori kelas
sedang sebanyak 80 siswa; serta 3) kategori kelas rendah sebanyak 80 siswa.
Pelaksanaan tahapan ini dilakukan juga pembagian kuesioner tidak hanya kepada siswa
tetapi dilakukan juga pada guru serta kepada guru dilakukan wawancara terhadap 12
guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Untuk memperoleh data penelitian yang akurat, sebelum pengelolahan data,
terlebih dahulu dilakukan verifikasi terhadap kuesioner yang telah dibagikan baik
kepada siswa maupun guru. Setelah dilakukan verifikasi dari 240 kuesioner maka
dilanjutkan pengolahan data dan tiga sekolah diantaranya selanjutnya dijadikan subyek
penelitian. Sedangkan untuk kuesioner yang dibagikan terhadap 12 guru seluruhnya
diikutsertakan dalam pengolahan data penelitian yang dilaksanakan ini.