• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS): Studi pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Lebak - Banten.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS): Studi pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Lebak - Banten."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...

-Halaman Pengesahan ... i

Motto……… ii

Halaman Pernyataan ... iii

Abstrak... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

BAB I PENDAHULUAN……… 1 A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah……... 14

C. Pertanyaan Penelitian ... 15

D. Definisi Operasional... 15

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 17

BAB II MULTIMEDIA DALAM PENGAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL ……… 19 A. Hakekat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ……... 19

1. Tujuan………... 19

2. Kompetensi yang harus dimiliki siswa Sekolah Menengah Pertama…... 21

3. Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetauan Sosial……... 23

B. Belajar dan Pembelajaran………... 25

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ……... 25

2. Prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran ... 36

3. Sumber Belajar... 43

C. Multimedia dalam Pembelajaran. ... 48

1. Pengertian MediaPembelajaran... 48

(2)

... 51

4. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran…... 53

5. Prosedur Pemilihan Media……… 56

6. Kedudukan Media dalam Pembelajaran………..………. 60

7. Komputer………..……… … 66 8. CD Multimedia Interaktif……...………... 70

9. Model Pembelajaran Tutorial………... 72

10. Pengembangan Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran…….... 79

D. Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik……… 83

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN HASIL PENGEMBANGAN MODEL……… 85 A. Metodologi Penelitian………... 85

1. Pendekatan dan Metode……… 85

2. Lokasi dan Subjek Penelitian………... 96

3. Teknik Pengumpulan Data………... 97

4. Pengolahan dan Analisis Data…….……….. 99

B. Hasil Pengembangan Model……… 100

1. Hasil Studi Pendahuluan …….……….. 100

a. Kegiatan dan Persepsi Siswa terhadap Pembelajaran ………. 102

b. Kegiatan Guru Selama Pembelajaran ………. 109

c. Ketersediaan Laboratorium Komputer dan Media Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama……….………... 113 d. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Multimedia PembelajaranBerbasis Komputer Model Tutorial……… 114

2. Hasil Pengembangan Model ..………... 120

3. Hasil Uji Lapangan Model ……… 122

a. Uji Coba Terbatas ………... 122

b. Uji Coba Skala Luas ………... 124

(3)

Menggunakan Media Multimedia Interaktif……….. 2. Persepsi Guru terhadap Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

dengan Menggunakan Multimedia Interaktif... 148 3. Hasil Belajar Siswa dalam Menggunakan Multimedia Interaktif

Berbasis Komputer ... 139 B. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 145

1. Pelaksanaan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah

Menengah Pertama ... 146 2. Desain Model Multimedia Pembelajaran Interaktif yang

dikembangkan ... 151 3. Pengembangan Multimedia interaktif Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) ... 153 4. Perkembangan Hasil Belajar Siswa Setelah Diterapkannya

Pembelajaran Multimedia Interaktif Berbasis Komputer ... 156 5. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Multimedia

Interaktif Berbasis Komputer ... 162

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ……….. 164

A. Simpulan ……… 164

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas manusia Indonesia,

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta mengusai ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil,

makmur dan beradab. Sehingga pendidikan nasional dalam implementasinya didalam

kurikulum harus mampu menjamin peningkatan mutu pendidikan dengan

meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah

rasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global dengan

tetap berpegang pada nilai-nilai dan kultur kepribadian bangsa Indonesia.

Prinsip pelaksanaan kurikulum 2006 salah satunya adalah berpusat pada peserta

didik dan didalam penerapannya kurikulum ini menggunakan konsep Broad Bases

Education (BBE) yang berorientasi life skill (BBE-LS), serta mendayagunakan semua

potensi sumber belajar yang dimiliki sekolah dan yang ada disekitar sekolah, baik yang

direncanakan untuk kepentingan belajar (learning resourcess by design), maupun yang

(5)

2

pada kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi

tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik (siswa), berupa

pengusaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.

Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah.

Menurut Gagne (1979:12) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu

organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Berbicara tentang belajar

pada dasarnya berbicara tentang bagaimana tingkahlaku seseorang berubah sebagai

akibat pengalaman. Hal ini dapat dibuat kesimpulan bahwa agar terjadi proses belajar

atau terjadinya perubahan tingkahlaku sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas

seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang

akan diberikan pada siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar

dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain.

Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.

Pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu

orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar

dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai starategi

pembelajaranyang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa berlangsung

optimal. Tugas dan peranan guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat

kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas,

yang lazim disebut proses belajar mengajar. Guru juga bertugas sebagai administrator,

evaluator, konselor dan lain-lain sesuai dengan sepuluh kompetensi (kemampuan) yang

dimilikinya. Upaya memandirikan siswa untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri

sendiri diutamakan agar siswa mampu membangun kemauan, pemahaman, dan

(6)

diupayakan. Penilaian berkelanjutan dan komprehensif menjadi sangat penting dalam

rangka pencapaian upaya tersebut. Penyajiannya disesuaikan dengan tahap-tahap

perkembangan siswa melalui pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan.

Untuk mendukung keberhasilan dalam pembelajaran perlu memperhatikan

faktor-faktor pendukungnya seperti kurikulum, sarana, dan kepemimpinan kepala

sekolah, lingkungan pembelajaran di kelas dan sekolah memegang peranan

penting dalam pembentukan sekolah yang efektif. Secara eksplisit dinyatakan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di

dalam kelas antara lain adalah kompetensi guru, metode pembelajaran yang dipakai,

kurikulum, sarana dan prasarana, serta lingkungan pembelajaran baik lingkungan

alam, (psiko) sosial dan budaya (Depdiknas, 2003).

Dalam pasal 37 Undang-Undang Sisdiknas dikemukakan bahwa mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum

pendidikan dasar dan menengah. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi bahan

kajian : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi. Bahan kajian itu menjadi mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Mata pelajaran IPS bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat (Sumaatmaja, 1980:20)

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut : (a) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan

kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (b) memiliki kemampuan dasar untuk

(7)

4

keterampilan dalam kehidupan sosial; (c) memilki komitmen dan kesadaran terhadap

nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; dan (d) memiliki kemampuan berkomunikasi,

bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,

nasional, dan global.

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial tentunya memiliki pesan dan nilai yang

besar yang harus dipahami oleh siswa sehingga diharapkan nilai-nilai tersebut melekat

sehingga pada akhirnya melahirkan generasi-generasi yang memiliki moral yang baik.

Hal ini tentunya tidak seimbang dengan fakta yang ada dalam proses pembelajaran di

sekolah-sekolah dalam mencapai tujuan tersebut. Guru lebih banyak mendominasi

proses pembelajaran padahal semestinya siswa yang seharusnya mendominasi sehingga

pada akhirnya mencapai tujuan yang diharapkan.

Semakin derasnya arus globalisasi yang mengakibatkan semakin tingginya saling

ketergantungan antar masyarakat banyak menimbulkan masalah diantaranya masalah

sosial, ekonomi, dan politik yang komplek. Oleh karena itu tujuan pokok pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial dapat membantu para siswa mengembangkan kemampuan

membuat keputusan-keputusan yang bersifat reflektif sehingga mereka dapat

memecahkan masalah-masalah pribadi (individual) dan membentuk kebijakan umum

dengan cara berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial.

Dalam implementasinya, perlu dilakukan berbagai studi yang mengarah pada

peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi

dari suatu inovasi pendidikan. Salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi

kurikulum, perlu dikembangkan berbagai model pembelajaran. Dalam hal ini belajar

Ilmu Pengetahuan Sosial di setiap lembaga persekolahan memerlukan suatu strategi

pembelajaran yang dapat memberikan kemampuan memecahkan masalah kepada para

(8)

Pengelolaan pembelajaran IPS di sekolah dalam era modern ini, atau secara lebih

luas pengelolaan pendidikan, semakin bergantung pada tingkat kualitas dan antisipasi

dari para guru untuk mendayagunakan berbagai sumber yang tersedia dan

menyelenggarakan pembelajaran yang dapat menumbuhkan cara berpikir siswa yang

kritis, jujur, kreatif, konsisten, dan berorientasi pada penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi, dan meningkatkan iman dan taqwa. Untuk itu, pengelolaan pembelajaran

sangat memerlukan guru yang kreatif, selalu ingin tahu dan dinamis, sehingga ia juga

dapat membangkitkan kreativitas dan keingintahuan pada siswanya. Pada prinsipnya

siswa mempunyai motivasi dari dalam dirinya untuk belajar karena didorong oleh rasa

ingin tahu.

Upaya untuk meningkatkan kualitas lulusan sekolah telah dilakukan oleh

pemerintah melalui Depdiknas. Upaya tersebut antara lain meliputi perbaikan dan

penyempurnaan kurikulum, peningkatan kemampuan guru melalui berbagai penataran,

pengadaan buku dan sarana penunjang dan penyempurnaan berbagai system

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dalam kurikulum 2004 pendekatan

pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan pembelajaran tuntas (mastery

learning). Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan

yang bertujuan untuk memotivasi siswa mencapai penguasaan (mastery level) terhadap

kompetensi tertentu. Dengan menempatkan pembelajaran tuntas sebagai salah satu

prinsip utama dalam mendukung pelaksanaan kurikulum tersebut, maka berarti

pembelajaran tuntas ini merupakan sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah. Belum optimalnya implementasi

pembelajaran tuntas dalam proses pembelajaran IPS akan berdampak pada kualitas

hasil belajar siswa. Pola pembelajaran yang ada adalah bahwa suatu program

(9)

6

penguasaan (mastery) materi dari masing – masing kompetensi padahal pencapaian

pada taraf penguasaan penting untuk diperhatikan.

Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip

ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk

mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, strategi belajar tuntas menganut

pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada

sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi mengakui dan melayani

perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan

pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing- masing peserta

didik secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas dengan pendekatan individual

ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing peserta didik

Sebagai konsekwensinya adalah tugas guru untuk menciptakan suatu situasi

dalam pembelajaran dimana seluruh siswa dengan kemampuan yang berbeda serta

tingkat pemahaman yang berbeda diharapkan mampu menguasai sesuatu yang baru

sampai tuntas sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing yang dinyatakan oleh

Carroll dan Bloom (Torshen, 1977 : 41), bahwa :

Semua siswa mampu mempelajari dan menguasai keterampilan apabila kepada mereka diberikan kualitas pengajaran yang baik serta disediakan waktu yang cukup. Ini berarti bahwa pada akhirnya siswa akan mendapatkan hasil akhir yang sama, perbedaannya adalah hanya, jumlah waktu yang dibutuhkan.

Secara praktis, guru adalah ujung tombak dalam pembelajaran. Strategi dan

manajemen guru untuk mengatasi masalah pembelajaran sangat dibutuhkan dalam

upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas

merupakan salah satu tugas utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai

kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Iklim pembelajaran yang

dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

(10)

pembelajaran masih sering ditemui adanya kecenderungan meminimalkan keterlibatan

siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa

lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari pada

mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang mereka

butuhkan.

Dalam implementasi materi, dikatakan oleh Muhtar (2006:15) bahwa

menemukan IPS lebih menekankan aspek pengetahuan, berpusat pada guru,

mengarahkan bahan berupa informasi yang tidak mengembangkan berpikir nilai serta

hanya membentuk budaya menghafal dan bukan berpikir kritis. Dalam pelaksanaan

dikemukakan oleh Soemantri (2001:24) bahwa menilai pembelajaran IPS sangat

menjemukan karena penyajiannya bersifat monoton dan ekspositoris sehingga siswa

kurang antusias dan mengakibatkan pelajaran kurang menarik padahal menurut

Sumaatmadja (1996:35) guru IPS wajib berusaha secara optimum merebut minat siswa

karena minat merupakan modal utama untuk keberhasilan pembelajaran IPS.

Di sisi lain Abimanyu (Sukidin, 2002:153) mengemukakan bahwa :

Ada tiga faktor penyebab rendahnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu: (1) siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri; (2) siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain; (3) siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain.

Tampaknya perlu adanya perubahan paradigma dalam proses belajar mengajar

Ilmu Pengetahuan Sosial. Pada saat ini pencapaian Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar mata pelajaran IPS masih dilakukan sesuai dengan bidang kajian

masing-masing (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi) tanpa ada keterpaduan di

dalamnya. Hal ini tentu saja menghambat ketercapaian tujuan IPS itu sendiri yang

dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan

(11)

8

ekonomi, politik, hukum, budaya). Hal ini disebabkan antara lain: (1) kurikulum IPS itu

sendiri tidak menggambarkan satu kesatuan yang terintegrasi, melainkan masih

terpisah-pisah antar bidang ilmu-ilmu sosial; (2) latar belakang guru yang mengajar

merupakan guru disiplin ilmu seperti geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi,

antropologi sehingga sangat sulit untuk melakukan pembelajaran yang memadukan

antar disiplin ilmu.

Berdasarkan analisis konseptual dan kondisi pendidikan IPS di tingkat

persekolahan sesuai dengan hasil observasi yang dilaksanakan penulis, bahwa ternyata

pada umumnya guru belum memilki kemampuan dan keterampilan yang memadai

dalam memilih, serta menggunakan berbagai model pembelajaran yang mampu

membangkitkan minat siswa untuk belajar. Disamping itu, tidak sedikit siswa

mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran dikarenakan model pembelajaran yang

dipilih dan digunakan oleh guru dirasakan kurang tepat. Dengan demikian proses

belajar mengajar akan berlangsung kaku, sehingga kurang mendukung pengembangan

pengetahuan, sikap, moral, dan keterampilan siswa.

Sejalan dangan hal tersebut di atas, hasil pengamatan awal penulis mengenai

kondisi pembelajaran IPS tersebut terjadi pula di SMP Kabupaten Lebak Provinsi

Banten, guru masih menggunakan model pembelajaran yang kurang merangsang siswa

untuk belajar lebih giat, dan proses pembelajaran masih menekankan pada aspek

pengetahuan saja belum menyentuh kepada sikap dan keterampilan. Di samping itu,

guru kurang mengacu pada pelibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

Kenyataan tersebut, menunjukkan bahwa proses yang dilakukan oleh guru untuk

pembelajaran IPS belum aktif. Dengan demikian dapat diduga bahwa yang menjadi

kendala yang dirasakan adalah masalah proses pembelajaran yang kurang variasi dan

(12)

terkesan monoton sehingga siswa menjadi kurang aktif. Rendahnya mutu pendidikan

kita dewasa ini secara kualitatif patut diduga juga karena model pembelajaran yang

dianut guru pada umumnya berpikiran bahwa pendidikan IPS adalah suatu pengetahuan

yang bisa dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa, ibarat mengisikan

air kedalam botol kosong. Dari sini, guru beranggapan bahwa mengajar sudah

dilakukan dengan baik, tetapi siswanya tidak belajar, sehingga terjadi miskonsepsi

antara pemahaman guru dalam mengajar dengan target dan misi dari pendidikan IPS

sebagai mata pelajaran yang mengacu pada pembekalan pengetahuan dan keterampilan

kepada siswa sebagai bekal dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.

Berdasarkan hasil pengamatan awal tersebut diperoleh data sebagai berikut: (a)

partisipasi siswa dalam perolehan konsep sangat kurang, karena guru terlalu dominan

dalam memberi informasi; (b) suasana kelas kurang menyenangkan; (c) kurang

motivasi, karena jarang diberi penghargaan; (d) buku yang dimiliki siswa hanya

digunakan untuk mengerjakan latihan soal, sehingga fungsinya hanya untuk

mengerjakan tugas yang diberikan guru.

Oleh karena itu perlu dibangun suatu interaksi belajar yang dapat menarik minat

dan pengertian terhadap materi pelajaran yang disajikan, menguatkan suatu informasi,

menyajikan data yang kuat dan terpercaya tentang suatu hal atau kejadian serta

mendorong anak didik untuk berani bekerja secara mandiri.

Ukuran keberhasilan proses pembelajaran adalah evaluasi. Salah satu tujuan

evaluasi adalah sebagai umpan balik bagi siswa. Siswa ingin tahu hasil dari proses

pembelajaran, sepanjang proses penilaian berjalan sesuai dengan aturan penilaian,

artinya bahwa penilaian yang tetap dan teratur akan memberikan gambaran tentang

kekuatan dan kelemahan siswa. Prestasi yang dimilki oleh siswa memberikan gambaran

(13)

10

Salah satu parameter mutu pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar yang

diperoleh oleh setiap siswa. Dari data yang diperoleh yang dilihat dari Nilai Ebtanas

Murni (NEM) antara tahun pelajaran 1994/1995 sampai dengan 2000/2001 menunjukan

hasil belajar yang belum memuaskan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh

Depdiknas dalam (Nurhalim, 2008 : 2) bahwa “dalam kurun waktu tersebut, rata-rata

hasil pembelajaran tidak lebih dari 5 yaitu IPA = 4,97; IPS = 4,71 dan bahasa = 4,91”.

Dalam kurun waktu selanjutnya, dengan ditetapkannya standar nilai minimal

pembelajaran, hasil yang diperoleh sedikit meningkat tetapi belum menunjukan

peningkatan yang signifikan. Bahkan dalam laporan terakhir hasil Ujian Nasional

2009/2010 yang diungkapkan Mendiknas

(http://www.kemdiknas.go.id/media--publik/siaran-pers/3254365-siswa-lulus-un-utama-smpmtssmpt-2010.aspx) bahwa

“sebanyak 3.254.365 siswa atau 90,27 persen peserta lulus UN Utama

SMP/MTs/SMPT 2010. Sementara, dari total 3.605.163 peserta UN Utama masih

terdapat 350.798 (9,73%) siswa yang harus mengulang UN Utama”.

Setelah memperhatikan beberapa hal tersebut diatas, maka perlu dipikirkan

cara penyajian dan suasana pembelajaran IPS yang cocok untuk siswa, sehingga

siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Saat ini pemerintah sudah

sering mensosialisasikan berbagai model pembelajaran. Salah satu model

pembelajaran yang disosialisasikan adalah model media pembelajaran.

Di era sekarang ini multimedia bukan lagi barang mewah, di sekolah bahkan di

rumah telah banyak yang memiliki multimedia. Multimedia mudah didapat dan

harganya semakin terjangkau dan multimedia dapat digunakan sebagai media dalam

pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu sistem yang memiliki beberapa

komponen saling terkait dan terpadu dalam mewujudkan keberhasilan proses belajar

(14)

salah satunya adalah keterampilan dalam melakukan kegiatan tertentu. Kegiatan belajar

mengajar dapat mencapai sasaran apabila situasi belajar yang tercipta menarik,

menyenangkan, dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa untuk memahami materi

yang disajikan.

Media tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan sistem belajar mengajar.

Penggunaan media berdampak positif terutama bagi siswa yang pemahamannya lemah.

Siswa akan lebih menghayati keseluruhan proses belajar mengajar dengan hadirnya

media dalam pembelajaran. Hal ini senada dengan kutipan berikut :

Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. (Arsyad, 1997 : 17)

Sebagai implikasinya, dengan lahirnya teknologi diharapkan mampu

meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pergeseran paradigma

pembelajaran dari kurikulum-guru-siswa menjadi kurikulum-guru-media siswa,

bahkan sekarang ini kurikulum-media-siswa.

Kalau dilihat perkembangannya, pada mulanya media hanya dianggap sebagai

alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu

visual, misalnya gambar, model, objek dan alat-alat lainnya yang dapat memberikan

pengalaman kongkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi

belajar siswa. Namun sayang, bahwa ”kurang memperhatikan aspek desain,

pengembangan pembelajaran, produksi dan evaluasinya”. (Sadiman, et al. 1986:7).

Kehadiran komputer dengan berbagai program dan aplikasinya telah

memberikan berbagai manfaat yang luar biasa. Dengan adanya komputer dapat

(15)

12

program pembelajaran, sehingga menghasilkan model pembelajaran dengan komputer

sebagai media. Pemanfaatan komputer dalam pendidikan telah sangat meluas dan

menjangkau berbagai kepentingan. Diantara pemanfaatannya adalah untuk

kepentingan pembelajaran, yaitu untuk membantu guru dalam meningkatkan mutu

pembelajaran. Terkait dengan peningkatan mutu pembelajaran secara garis besar

komputer dimanfaatkan dalam dua macam penerapan, yaitu dalam bentuk

pembelajaran dengan bantuan komputer (Computer Assisted Instruction – CAI) dan

pembelajaran berbasis komputer (Computer Based Instruction – CBI). Rusman

(2008:218) menyatakan;

Dalam banyak hal kedua penerapan dalam pemanfaatan komputer untuk pembelajaran ini adalah sama. Perbedaan yang menonjol diantara keduannya terletak pada fungsi perangkat lunak yang digunakan. Pada CAI perangkat lunak yang digunakan berfungsi membantu proses pembelajaran, seperti sebagai multi media, sebagai alat bantu dalam demonstrasi atau sebagai alat bantu dalam latihan. Pada proses pembelajaran konvensional yakni guru memberikan materi kepada siswa secara klasikal kemudian untuk membantu meningkatkan mutu pembelajarannya digunakan komputer. Bisa juga perangkat lunak CAI ini digunakan sebagai perangkat untuk pengayaan dan latihan. Adapun pembelajaran berbasis komputer atau CBI mempunyai fungsi lebih luas. Perangkat lunak dalam CBI di samping bisa dimanfaatkan sebagai fungsi CAI, juga bisa dimanfaatkan dengan fungsi sebagai sistem pembelajaran individual. Karena dia berfungsi sebagai sistem pembelajaran individual, maka perangkat lunak CBI bisa memfasilitasi belajar kepada individu yang memanfaatkannya. Oleh karena itu pengembangan perangkat lunak CBI harus mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar, prinsip-prinsip perencanaan sistem pembelajaran dan prinsip-prinsip pembelajaran individual (individual learning).

Teknologi multimedia akhir-akhir ini menjadi salah satu bahan penelitian yang

menarik dalam bidang pendidikan. Walaupun teknologi ini baru diperkenalkan sekitar

tahun 1990-an, namun perkembangan teknologi multimedia, telah mendorong

menjamurnya model-model pembelajaran yang menggunakan komputer (computer

based instruction). Model-model pembelajaran berbasis komputer diantaranya model

tutorial dikemukakan bahwa “ tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk

pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan dan motivasi agar para siswa belajar

(16)

Beberapa keunggulan multimedia diantaranya adalah ”adanya keterlibatan

organ tubuh seperti telinga (audio), mata (visual), dan tangan (kinetik). Keterlibatan

berbagai organ ini membuat informasi lebih mudah dimengerti” (Arsyad, 2004:40).

De Porter & Hernacki (2000:54) mengungkapkan ”manusia dapat menyerap suatu

materi sebanyak 50% dari apa yang didengar dan dilihat (audio visual), sedangkan dari

yang dilihatnya 30%, dari yang didengarnya 20%, dan dari yang dibaca 10%”. Hasil

temuan Schade dalam Munir (2001), bahwa ”melalui pembelajaran dengan multimedia

daya ingat anak akan meningkat hingga 60 %”.

Teknologi multimedia komputer memiliki kemampuan untuk mengontrol

elemen-elemen yang ada, yang dikenal dengan interactive multimedia (multimedia

interaktif). Tampilan yang bervariasi dan elemen-elemen pengontrol yang ada dalam

software multimedia interaktif memungkinkan guru untuk lebih leluasa memilih,

mensintesis, dan mengelaborasi pengetahuan-pengetahuan yang ingin diberikannya

agar lebih mudah dipahami siswa (Mc Clintock, 1992 : 10). Menurut Muhtar (2006 :

292), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan guru mengolah kurikulum

dan menggambarkannya menjadi sebuah multimedia interaktif dapat meningkatkan

pemahaman siswa dan mengkomunikasikan dengan konsep dasar yang telah dimiliki

siswa.

Tidak dimanfaatkannya teknologi komputer dengan maksimal dalam proses

belajar mengajar disebabkan oleh banyak faktor, antara lain kesiapan guru dan sekolah,

ketersediaan perangkat lunak (software) dan kurangnya kemampuan guru dalam

memproduksi program aplikasi komputer. Hal senada dikemukakan oleh Ena dalam

(Hana:2005) bahwa “sampai saat ini media pembelajaran interaktif belum berkembang

dengan optimal di Indonesia, karena kurangnya penguasaan teknologi pengembangan

(17)

14

penggunaan media pembelajaran interaktif sangat potensial dalam mengembangkan

keterampilan berpikir siswa.

Berdasarkan paparan di atas dipandang perlu adanya media pembelajaran yang

dapat memenuhi tuntutan mata pelajaran dan perkembangan teknologi informasi saat

ini. Media pembelajaran yang dapat dijadikan solusinya adalah media pembelajaran

interaktif berbasis komputer untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa.

Arsyad (1997:76) menjelaskan bahwa “media yang efektif untuk kelompok besar

belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada

yang tepat (efektif) untuk jenis kelompok besar, kelompok kecil dan perorangan”.

Selain itu dia juga mengemukakan bahwa “komputer efektif untuk kelompok kecil dan

perorangan” (Arsyad, 1997:78). Media interaktif juga dapat digunakan dalam

pembelajaran kelompok besar. Guru dapat menggunakan sendiri media interaktif

tersebut dengan large screen projector atau menggunakan LCD projector untuk

presentasi dalam kelas. Guru dapat menyampaikan materi sesuai urutan, berhenti untuk

diskusi, melompat ke materi baru atau kembali mengulangi materi sebelumnya. Oleh

karena itu penulis mencoba mengembangkan pembelajaran berpusat pada siswa dan

bersifat individu yang memanfaatkan teknologi komputer dengan menggunakan media

pembelajaran interaktif berbasis komputer. Media ini dianggap aktual saat ini karena

dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas yang pada gilirannya

diharapkan mampu meningkatkan prestasi hasil belajar siswa dengan judul penelitian

“Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial (Studi pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Lebak – Banten)”.

B. Rumusan Masalah

(18)

satu permasalahan yang dianggap paling menyentuh permasalahan pengajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial ( IPS ) maka yang akan dibahas dari masalah utama dalam

penelitian ini adalah : Multimedia interaktif mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

yang bagaimanakah yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada Sekolah

Menengah Pertama di Kabupaten Lebak ?

C. Pertanyaan Penelitian

Sebagai fokus kajian, dituangkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1) Bagaimana kondisi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah

Menengah Pertama yang berlangsung selama ini terkait dengan peningkatan

hasil belajar siswa ?

2) Model desain multimedia interaktif berbasis komputer seperti apakah yang tepat

untuk meningkatkan hasil belajar siswa Sekolah Menengah Pertama ?

3) Model pengembangan multimedia interaktif berbasis komputer seperti apakah

yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa Sekolah Menengah Pertama ?

4) Bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan multimedia interaktif

berbasis komputer yang dikembangkan tersebut ?

5) Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam penggunaan multimedia

interaktif berbasis komputer di Sekolah Menengah Pertama ?

D. Definisi Operasional

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana tersebut diatas, ada dua variabel

(19)

16

multimedia pembelajaran interaktif dan hasil belajar. Agar variabel yang akan diteliti

dapat diukur, dapat diobservasi dan dapat diuji, maka variabel tersebut didefinisikan

secara operasional sebagai berikut :

1. Multimedia Pembelajaran Interaktif dalam penelitian ini adalah media

pembelajaran dengan menggunakan komputer yang menggabungkan berbagai

komponen seperti gambar, video, fotografi, grafik, dan animasi dengan suara,

teks, dan data yang disajikan dalam bentuk CD yang diisi materi (bahan bacaan,

latihan soal dan pemecahan masalah). Interaktif disini bermakna siswa dapat

berinteraksi dengan program dan program tersebut dapat memberikan umpan balik

terhadap respon / pekerjaan siswa. Pengembangan multimedia interktif merupakan

kegiatan yang meliputi perencanaan (yang dapat diindikasikan dengan adanya

kegiatan analisis konsep, membuat flowchart dan membuat storyboard) dan

pengembangan (dapat diindikasikan dengan adanya hasil produk) media

pembelajaran interaktif dalam bentuk CD-ROM. Untuk mengukur kegiatan

pengembangan multimedia interaktif dilakukan dengan evaluasi terhadap analisis

konsep, flowchart, storyboard dan evaluasi atau penilaian terhadap produk

multimedia interaktif.

Untuk mengukur penggunaan multimedia interaktif dalam peningkatan hasil

belajar siswa pada ujicoba terbatas dan ujicoba lebih luas akan dianalisis secara

statistik menggunakan uji-t dengan menggunakan bantuan program SPSS 14

(Statistical Package for Social Science 14), jika nilai t dihitung > t tabel pada taraf

signifikansi 95% berarti ada perbedaan yang signifikan antara dua nilai rata-rata

yang diuji. Uji t dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar menggunakan

multimedia interaktif berbasis komputer antara sebelum dan sesudah dilakukan

(20)

2. Hasil belajar dalam penelitian ini diartikan sebagai hasil penguasaan

kompetensi-kompetensi penguasaan konsep dalam Ilmu Pengetahuan Sosial yang diperoleh

setelah pembelajaran. Dalam hal ini hasil belajar dapat dilihat juga sebagai

perubahan perilaku siswa yang diperoleh setelah berinteraksi dengan lingkungan

dalam suatu suasana pembelajaran. Pada bagian lain hasil belajar “…… seseorang

telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, yaitu dari

tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti” (Hamalik,

2006:30). Perubahan perilaku dalam penelitian ini diindikasikan dengan

penguasaan konsep terhadap materi pembelajaran.

Untuk mengukur hasil belajar dilakukan dengan pemberian tes hasil belajar

yang didalamnya dilakukan penilaian terhadap pencapaian kompetensi penguasaan

konsep. Hal ini disebabkan karena pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah

pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan juga merupakan

mata pelajaran yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi

dengan menggunakan konsep-konsep ilmu sosial yang digunakan untuk

kepentingan pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap

mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil

mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa diri sendiri

maupun yang menimpa kehidupan masyarakat.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan multimedia

(21)

18

Sekolah Menengah Pertama. Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan :

1. Memperoleh gambaran tentang kondisi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

di Sekolah Menengah Pertama yang berlangsung selama ini.

2. Menghasilkan model desain multimedia interaktif berbasis komputer untuk

meningkatkan hasil belajar siswa Sekolah Menengah Pertama.

3. Menghasilkan model multimedia interaktif berbasis komputer untuk

meningkatkan hasil belajar siswa Sekolah Menengah Pertama.

4. Memperoleh gambaran perkembangan hasil belajar siswa Sekolah Menengah

Pertama setelah menggunakan multimedia interaktif berbasis komputer yang

dikembangkan.

5. Memperoleh gambaran mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam

penggunaan multimedia interaktif berbasis komputer mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara umum bermanfaat untuk menghasilkan

multimedia interaktif mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berbasis komputer sesuai

dengan karakteristik siswa dan kondisi Sekolah Menengah Pertama serta kurikulum

yang berlaku, yang dapat digunakan oleh guru dan siswa untuk meningkatkan hasil

belajar. Secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat bagi :

1. Siswa : Untuk menggali dan melatih potensi dan kemampuan memahami

serta memperoleh pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang lebih

menarik, meyenangkan dan memungkinkan bagi dirinya untuk

memperoleh nilai-nilai yang sangat berguna bagi kehidupannya.

2. Guru : Sebagai pencerahan/wahana baru serta upaya untuk

(22)

mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi dan mendapat

tambahan wawasan serta keterampilan pembelajaran yang digunakan

untuk meningkatkan mutu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Sekolah : Sebagai wahana untuk meningkatkan mutu lulusan melalui

kurikulum dan pembelajaran.

4. Peneliti : Sebagai khasanah media pembelajaran untuk meningkatkan

kemampuan dalam mengimplementasikan kurikulum Ilmu

Pengetahuan Sosial serta mengembangkan dan menerapkan konsep

pembelajaran dan konsep media melalui penelitian di Sekolah

(23)

85

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN DAN HASIL PENGEMBANGAN MODEL

A. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Metode

Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk menghasilkan serta

mengembangkan CD multimedia interaktif sebagai media alternatif dalam

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya

Research and Development. Metode penelitian dan pengembangan adalah metode

penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji

keefektifan produk tersebut (Sugiyono,2006:407). Penelitian ini menggunakan

pendekatan Research and Development yang merujuk pada antara lain teori Borg dan

Gall dalam bukunya ”Applying Education Research : A Practical Guide for Teachers”.

Dalam buku tersebut Borg dan Gall memberi definisi pendekatan penelitian dan

pengembangan dalam bidang pendidikan sebagai “a process used to develop and

validate educational products”. Pada bagian lain konsep dan prinsip penelitian dan

pengembangan secara jelas ditulis oleh Borg dan Gall (1989 : 624), sebagai berikut :

“education research and development is a process used to develop and validate

education product”. Selanjutnya, merujuk pada pendapat Sugiyono (2006:412) bahwa

penelitian Research and Development bisa menghasilkan produk yang

bermacam-macam, dalam bidang pendidikan produk yang dihasilkan melalui penelitian ini salah

satunya dapat meningkatkan produktivitas pendidikan melalui produk media

pendidikan. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk

(24)

Siklus penelitian dan pengembangan meliputi studi hasil-hasil penelitian untuk

mengembangkan produk, melakukan uji coba lapangan, dan terakhir memperbaiki

produk tersebut berdasarkan temuan lapangan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sugiyono (2006:407) bahwa : “untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan

penelitian yang bersifat analisa kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk

tersebut, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut”.

Berdasarkan langkah-langkah yang dilaksanakan, maka penelitian dan pengembangan

bersifat longitudinal, yaitu mendasarkan pada kegiatan secara berulang-ulang.

Ada beberapa metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian dan

pengembangan, yaitu metode : deskriptif, evaluatif dan eksperimental. Metode

deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi

yang ada, mencakup : a) kondisi pembelajaran yang sudah ada sebagai bahan

perbandingan atau bahan dasar untuk pembelajaran yang akan dikembangkan; b)

kondisi pihak pengguna, seperti sekolah, guru dan siswa; c) ketersediaan media/sumber

belajar; dan d) kondisi faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan

multimedia pembelajaran interaktif. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi

proses ujicoba pengembangan suatu produk. Hal ini diperjelas suatu pendapat bahwa

”produk dikembangkan melalui serangkaian ujicoba dan setiap ujicoba diadakan

evaluasi, baik evaluasi hasil maupun evaluasi proses. Berdasarkan temuan-temuan hasil

ujicoba tersebut diadakan penyempurnaan” (Sukmadinata, 2005:167).

Selanjutnya Borg and Gall (1979:626) mengemukakan langkah-langkah umum

dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan sebagai berikut :

(25)

87

Deskripsi langkah-langkah umum dalam melaksanakan penelitian dan

pengembangan tersebut meliputi :

1) Research and information collecting (penelitian dan pengumpulan informasi)

termasuk review literature dan observasi kelas yang meliputi kajian literature,

melakukan observasi lapangan dan membuat persiapan laporan. Kajian literature

dilakukan untuk menentukan wilayah pengetahuan dimana penelitian ini

dilakukan, sehingga dapat menunjang pengembangan multimedia interaktif

berbasis komputer untuk pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

2) Planing (perencanaan), termasuk di dalamnya mendefinisikan keterampilan,

menetapkan tujuan, menentukan urutan pembelajaran, dan uji kemungkinan dalam

skala kecil, yang meliputi kegiatan antara lain pendefinisian jenis keterampilan,

menentukan tujuan-tujuan yang diharapkan, menetapkan langkah-langkah

pembelajaran, dan uji kelaikan dalam skala kecil. Kegiatan perencanaan diawali

dengan pedefinisian keterampilan-keterampilan yang diharapkan, menyesuaikan

tujuan-tujuan yang sesuai dengan keterampilan-keterampilan tersebut, kemudian

menentukan urutan pembelajaran dan diakhiri dengan melakukan uji kelaikan

dalam skala kecil.

3) Develop preliminary form of product (mengembangkan bentuk produk

pendahuluan) berupa kegiatan penyusunan model multimedia interaktif berbasis

komputer untuk pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang meliputi : membuat

persiapan bahan pembelajaran, bahan pegangan, media termasuk didalamnya

persiapan materi belajar, buku-buku yang digunakan dan alat evaluasi.

4) Prelimenary field testing (uji coba pendahuluan) melibatkan sekolah dalam jumlah

terbatas yaitu satu sekolah. Dalam hal ini dilakukan analisis data berdasarkan

(26)

5) Main product revision (revisi terhadap produk utama), didasarkan atas hasil uji

coba pendahuluan. Sesuai saran dan temuan dari lapangan maka dilakukan

perbaikan terhadap hasil pengujian pendahuluan dalam hal ini mengenai

implementasi pengembangan multimedia interaktif berbasis komputer sehingga

disusun revisi produk.

6) Main field testing (uji coba utama), melibatkan sekolah dalam jumlah yang lebih

banyak yaitu melibatkan tiga sekolah . Data kuantitatif berupa pretest dan posttest

memungkinkan hasil tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol.

7) Operational product revision (revisi produk operasional), dilakukan perbaikan

sesuai saran dan hasil uji coba lapangan utama.

8) Operational field testing (uji coba operasional) yang melibatkan sekolah dalam

jumlah yang lebih banyak lagi. Pada langkah ini dikumpulkan data angket,

observasi dan hasil wawancara untuk kemudian dianalisis.

9) Final product revision (revisi produk terakhir) berdasarkan hasil uji coba

operasional dan uji coba model lebih luas.

10) Dissemination and distribution (diseminasi dan distribusi). Pada langkah ini

dilakukan monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas produk.

Borg and Gall membagi sepuluh langkah seperti jelaskan diatas, selanjutnya telah

dilakukan penyederhanaan oleh Sukmadinata (2004 : 190) menjadi tiga langkah, yaitu :

a) Studi Pendahuluan yang meliputi studi literature, studi lapangan, dan penyusunan

draf awal; b) uji coba model dengan sampel terbatas dan ujicoba model dengan sampel

lebih luas; dan c) Uji produk (validasi model) melalui eksperimen dan sosialisasi

produk.

Sedangkan langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (

(27)

89

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan (Sugiyono, 2009:409)

1. Potensi dan masalah

“Penelitian dan pengembangan berangkat dari adanya potensi atau masalah”

(Sugiyono, 2009:409). Potensi merupakan segala sesuatu yang bila didayagunakan

akan memiliki nilai tambah, sedangakan masalah adalah terdapat kesenjangan antara

harapan dengan kenyataan. Potensi dan masalah dapat dijadikan sebagai dasar dalam

melakukan penelitian dan pengembangan.

2. Pengumpulan Data

Pada langkah ini peneliti melihat sebagai bagian dari studi pendahuluan, dengan

tujuan untuk mengumpulkan dan megkaji kondisi pembelajaran yang ada saat ini.

Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukan secara faktual, maka selanjutnya perlu

dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk

perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Potensi dan

Masalah

Pengumpulan data

Desain Produk Validasi

Desain

Revisi Desain Ujicoba

Produk Revisi

Produk Ujicoba

pemakaian

Revisi Produk

(28)

3. Desain Produk

Hasil akhir dari penelitian dan pengembangan adalah desain produk baru. Oleh

karenanya pada langkah desain produk ini menurut Sugiyono (2008 : 301) merupakan

langkah mempersiapkan desain atau langkah-langkah yang akan dilakukan berupa

penjelasan mengenai bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat setiap

komponen pada produk tersebut.

4. Validasi Desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan

produk akan lebih efektif atau tidak dari yang sudah ada atau yang lama. Validasi

produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli

yang sudah berpengalaman untuk menilai desain tersebut. Dalam penelitian ini desain

produk divalidasi (expert judgement) oleh tenaga ahli media dan guru senior.

5. Perbaikan Desain

Setelah desain divalidasi, maka akan dapat diketahui kelemahannya kemudian

kelemahannya tersebut dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain.

6. Ujicoba Produk

Setelah dilakukan validasi desain dan perbaikan desain, selanjutnya produk yang

telah dibuat diujicobakan. Pada penelitian ini ujicoba produk dilakukan dengan

melakukan ujicoba terbatas pada sampel yang telah ditentukan.

7. Revisi Produk

Pada tahap ini dilakukan diskusi dengan para pakar untuk menilai apakah produk

(29)

91

dilakukan dengan refleksi dan mengkaji kekurangan-kekurangan pada ujicoba terbatas,

kemudian dilakukan penyempurnaan untuk hasil akhir dipergunakan dalam uji coba

luas.

8. Ujicoba pemakaian

Setelah pengujian terhadap produk berhasil dan telah dilakukan revisi pada tahap

sebelumnya, kemudian dilakukan ujicoba pemakaian. Pada tahap ini dilakukan ujicoba

lebih luas untuk mengetahui apakah produk yang telah dibuat sudah sesuai tidak

dengan rencana sebelumnya.

9. Revisi produk

Revisi produk dilakukan apabila dalam ujicoba luas terdapat kekurangan dan

kelemahan serta sebelum dilakukan produksi massal dilakukan juga revisi produk pada

ujicoba pemakaian. Maksudnya adalah untuk mengetahui apabila dalam pemakaian

terdapat kekurangan dan kelemahan tersebut sehingga dapat digunakan untuk

penyempurnaan dan pembuatan produk.

10. Pembuatan produk massal

Bila produk dinyatakan efektif dan layak dalam beberapa kali pengujian, maka

selanjutnya dilakukan pembuatan untuk produksi massal.

Atas dasar langkah-langkah yang dikembangkan oleh Borg dan Gall,

Sukmadinata, dan Sugiyono, maka dilakukan beberapa modifikasi karena beberapa

keterbatasan. Langkah-langkah penelitian tersebut bisa disederhanakan dalam

penelitian ini akan dibatasi hanya sampai dengan dihasilkannya model setelah

mengalami dua kali uji lapangan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, kemudian

disusun suatu perencanakan, dan uji kemungkinan dalam skala kecil. Langkah

berikutnya adalah pengembangan produk. Pengembangan produk yang berdasarkan

(30)

hasil uji coba tersebut sampai mendapat hasil yang sesuai dengan tujuan yang

[image:30.595.96.539.219.666.2]

diinginkan.

Gambar 3.2

Langkah-langkah penelitian

Langkah-langkah di atas dapat diuraikan menjadi beberapa kegiatan yaitu

sebagai berikut :

a. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan merupakan studi awal yang dilakukan untuk mengidentifikasi

proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang digunakan saat ini di Sekolah

Menengah Pertama, sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan multimedia

interaktif berbasis komputer pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Lebak. Studi

Pendahuluan

Kajian Literatur

- Teori

- Hasil penelitian yang relevan

Pra Survey

- Pembelajaran IPS - Penggunaan Media

Hasil kajian literatur dan pra survey

1. Perencanaan model

- Pengembangan materi - Flowchart

- Storyboard

2. Perencanaan uji lapangan 3. Penyusunan draft awal model

- Video

- Audio

- Teks

4. Uji kelayakan Perencanaan dan penyusunan Ujicoba Draft Model Uji Lapangan

- Uji lapangan terbatas - Uji lapangan lebih

luas

Draf awal model multimedia interaktif Ilmu

Pengetahuan Sosial

HASIL UJI COBA MULTIMEDIA INTERAKTIF ILMU

(31)

93

Langkah ini merupakan bagian yang penting dalam penelitian dan pengembangan,

karena pada langkah terdapat kajian literatur, survey dan observasi. Kajian literatur

bertujuan untuk menentukan dasar-dasar pengetahuan yang mendukung penelitian yang

akan dilaksanakan. Sedangkan survey dan observasi bertujuan untuk mengetahui data

empiris di lapangan tentang bagaimana keterlaksanaan proses pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial dengan menggunakan multimedia interaktif berbasis komputer.

Pada studi pendahuluan dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif. Pada

langkah ini ditekankan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan multimedia interaktif berbasis komputer

berdasarakan pandangan dari siswa dan pandangan dari guru serta beberapa hal yang

berkaitan erat. Selanjutnya hasil studi awal ini akan digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam pembuatan multimedia interaktif berbasis komputer mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan studi pendahuluan ini meliputi : a) Studi

dokumentasi untuk mengkaji : 1) teori-teori yang berkaitan dengan multimedia

interaktif berbasis komputer dan pembelajaran menggunakan multimedia interaktif; 2)

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial di Sekolah Menengah Pertama; dan 3) hasil penelitian terdahulu yang berkaitan

dengan pengembangan model multimedia interaktif berbasis komputer dan Ilmu

pengetahuan Sosial; b) melakukan studi lapangan pada Sekolah Menengah Pertama

Negeri dan Swasta yang berada di Kabupaten Lebak untuk melihat bagaimana desain

pembelajaran, pemanfaatan multimedia pembelajaran, proses pembelajaran, dan

evaluasi yang dilakukan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial serta mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

(32)

mengembangkan model multimedia interaktif berbasis komputer untuk pembelajaran

mata pelajaran Ilmu Pengetahun Sosial di Sekolah Menengah Pertama.

b. Pengembangan Multimedia Interaktif

Pengembangan multimedia ini berpijak pada prinsip pelaksanaan kurikulum yang

dilaksanakan dengan multimedia dan standar isi yang dikembangkan oleh BSNP serta

disesuaikan dengan karakteristik dan perkembangan siswa.

a. Perencanaan terdiri dari :

1) Analisis pengembangan silabus, rencana pembelajaran, bahan ajar, dan evaluasi

serta skor.

2) Flowchart view penyajian bahan ajar digital

3) Storyboard multimedia interaktif

b. Pengembangan multimedia interaktif

Pertama, menyiapkan elemen-elemen dengan menggunakan beberapa program.

Kedua, pengisian audio untuk memberikan penjelasan berkaitan dengan ucapan

selamat datang pada tampilan pembuka, penggunaan multimedia interaktif, isi

materi, ketentuan uji kompetensi dan skor yang diperoleh.

Ketiga, pengambilan gambar melalui handycam studio sesuai dengan kebutuhan.

Keempat, pengemasan dalam bentuk CD dengan proses burning file sebagai CD

multimedia interaktif yang kemudian dilanjutkan dengan instalasi program CD

kedalam komputer yang akan dipergunakan dalam proses pembelajaran.

Dalam pengembangan multimedia interaktif ini menggunakan model tutorial.

Dimana untuk memproduksinya ada beberapa langkah sebagaimana dikembangkan

dalam model tutorial. Menurut Rusman (2008:231-232) bahwa “langkah-langkah

produksi model tutorial meliputi perencanaan produksi dan proses produksi model

(33)

95

meliputi :

1. Perencanaan Produksi Model Program CAI model tutorial

a. Satuan Pelajaran (Satpel)

b. Perencanaan Program CAI Totorial

c. Flowchart program pembelajaran CAI Tutorial

2. Proses Produksi Program CAI model Tutorial

Setelah membuat perencanaan pengembangan program CAI tutorial langkah

selanjutnya yang harus ditempuh adalah proses produksi. Pada tahap ini harus

“mengerahkan” seluruh kemampuannya untuk menghasilkan program yang layak

dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Pada tahap proses produksi program CAI

harus memperhatikan tahapan model tutorial yang terdiri dari :

a. Introduction (Pengenalan), meliputi :

1) Judul Program (Title Page)

2) Objektifitas Penyajian (Presentation of Objektif)

3) Petunjuk (Direction)

4) Stimulus Prioritas Pengetahuan (Stimulating Prior Knowledge)

5) Inisial Kontrol (Initial Student Control)

b. Presentation of Information (Penyajian Informasi)

1) Mode penyajian atau mode presentasi drills

2) Panjang Teks Penyajian (Length of Text Presentation)

3) Grafik dan animasi

4) Warna dan Penggunannya

5) Penyajian Prompt

c. Question of responses (Pertanyaan dan respon-respon)

(34)

e. Providing feedback about responses (Pemberian Balikan Respon)

f. Remediation (Pengulangan)

g. Closing (Penutup)

c. Ujicoba

Ujicoba dalam pengembangan multimedia interaktif untuk pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial dilakukan dalam dua tahap yaitu ujicoba terbatas dan ujicoba lebih

luas. Ujicoba terbatas dilakukan pada satu Sekolah Menengah Pertama dengan sampel

kelas VIII sebanyak satu kelas. Ujicoba terbatas dilakukan dalam beberapa siklus. Hasil

evaluasi proses dan hasil pembelajaran digunakan sebagai bahan refleksi untuk

memperbaiki model sehingga diperoleh model yang terbaik.

Ujicoba lebih luas dilakukan pada tiga Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten

Lebak. Sekolah yang digunakan berdasarkan pada katagori yang berbeda, yaitu

baik/tinggi, sedang dan rendah/kurang. Setiap sekolah diambil sampel sebanyak satu

kelas sebagai kelas ujicoba. Evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran.

2. Lokasi dan Subjek Penelitian

Hasil pengembangan media interaktif ini diproyeksikan untuk menjadi alternatif

bagi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ). Dengan demikian agar hasil yang

diperoleh representatif sehingga dapat digunakan di sekolah manapun, mengingat

kesediaan sarana prasarana (komputer) yang sangat terbatas pada sekolah di

Kabupaten Lebak, maka lokasi peneliatian berdasarkan ketersediaan sarana prasarana

tersebut.

Dengan memperhatikan karakteristik, homogenitas dan heterogenitas sekolah

menengah pertama di Kabupaten Lebak, termasuk memperhatikan keterbatasan yang

ada, maka penelitian ini difokuskan pada hal-hal berikut :

1. Guru dan siswa yang akan diteliti pada uji lapangan terbatas pada penelitian ini

(35)

97

dengan pertimbangan sekolah ini telah memasukan internet sekolah dengan

didukung kelengkapan komputer.

2. Guru dan siswa yang akan diteliti pada uji lapangan lebih luas pada penelitian ini

adalah siswa kelas VIII tahun pelajaran 2009/2010 pada SMP Negeri di wilayah

Kabupaten Lebak, berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana untuk

pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif, seperti pada tabel 3.1

[image:35.595.93.514.252.653.2]

berikut :

Tabel 3.1

Daftar Sekolah Yang Diteliti Pada Uji Lapangan Lebih Luas

No. Nama Sekolah Wilayah Kualifikasi Ket.

1. SMP Negeri 2 Rangkasbitung Tengah Baik

2. SMPS Al-Qudwah Rangkasbitung

Barat Sedang

3. SMP Negeri 1 Cibadak Timur Kurang

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan di dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara sebagai berikut :

1. Dokumentasi

Dokumentasi, digunakan untuk memperoleh informasi berkaitan dengan

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Sekolah Menengah Pertama kelas VIII kurikulum 2006.

2. Angket

Angket, digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang berhubungan

(36)

penggunaan media pembelajaran, pandangan siswa dan guru terhadap multimedia

interaktif yang dikembangkan, faktor pendukung dan penghambat penggunaan

multimedia interaktif.

3. Skala penilaian

Skala penilaian, digunakan untuk memperoleh data tentang hasil evaluasi

analisis landasan dan konsep, flowchart view, storyboard dan pengembangan

multimedia interaktif (evaluasi di atas meja) yang dilakukan para ahli, sekaligus

untuk mengetahui keterpakaian produk dalam pembelajaran.

4. Wawancara

Wawancara, digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang

berhubungan dengan pandangan guru dan siswa berkaitan dengan penggunaan

multimedia dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial selama ini, penggunaan

multimedia interaktif yang dikembangkan serta faktor pendukung dan penghambat

penggunaan multimedia interaktif untuk melengkapi hasil kuesioner.

5. Observasi

Observasi, digunakan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan

pembelajaran pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan

multimedia interaktif .

6. Tes hasil belajar

Tes hasil belajar, digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar

siswa-siswa dalam mengikuti pembelajaran sebelum, dan sesudah menggunakan multimedia

interaktif. “Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah

ditentukan” (Arikunto, 2007:53).

(37)

99

awal siswa sebelum diberi perlakuan pembelajaran dan data hasil belajar siswa setelah

diberikan perlakuan. Kemampuan awal siswa didapat dengan memberikan tes awal atau

pretest sebelum pembelajaran dilaksanakan. Kemampuan yang dimaksud adalah

kemampuan pada ranah kognitif pada tingkat pemahaman konsep. Instrumen yang

digunakan berupa butir-butir soal pilihan ganda. Pemberian tes awal ini dimaksudkan

untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebagai titik tolak pembelajaran.

Dalam penelitian ini digunakan tes, karena diharapkan melalui penggunaan

multimedia interaktif untuk pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial hasil

belajar peserta didik cenderung lebih meningkat. Validasi terhadap tes hasil belajar

dilakukan dengan validasi konstruksi oleh guru senior. “Sebuah tes dikatakan memiliki

validitas konstruksi apabila butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap

aspek seperti pada tujuan pembelajaran” (Arikunto, 2007:67).

4. Pengolahan dan Analisis Data

Sesuai dengan pendekatan penelitian ini maka analisis data dilakukan secara

kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif, yaitu dari hasil angket,

wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, dipisah-pisahkan sesuai dengan katagori

yang dikehendaki dan selanjutnya dianalisa dan diambil kesimpulan untuk memberikan

interpretasi terhadap pengembangan dan implementasi multimedia Ilmu Pengetahuan

Sosial. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif diproses dengan menggunakan

statistika.

Untuk mengetahui hasil belajar siswa, peneliti melihat peningkatan hasil belajar

pada ketercapaian ketuntasan belajar sesuai dengan KKM (Kriteri Ketuntasan Minimal)

tingkat sekolah dan nasional. Sedangkan untuk melihat hasil pengembangan

multimedia interaktif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial peneliti melihat

(38)

tersebut, juga untuk mengukur keberhasilannya berpedoman pada hasil rata-rata pretes

(tes awal) dan postes (tes akhir), dalam perkembangan antar siklus.

Agar data yang telah terkumpul dapat memberikan makna sesuai dengan tujuan

penelitian maka dilakukan analisis dan interpretasi data. Data yang telah berhasil

dikumpulkan khususnya dari survey awal tentang pelaksanaan pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial baik pada studi pendahuluan maupun dari tahap pengembangan

model. Data diperoleh dari hasil observasi selama guru melaksanakan pembelajaran

dan hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes awal dan tes akhir. Data hasil

penilaian terhadap aspek hasil belajar siswa pada ujicoba terbatas dan ujicoba lebih luas

akan dianalisis secara statistik menggunakan uji-t dengan menggunakan bantuan

[image:38.595.89.519.239.646.2]

program SPSS 14 (Statistical Package for Social Science 14), jika nilai t dihitung > t

tabel pada taraf signifikansi 95% berarti ada perbedaan yang signifikan antara dua nilai

rata-rata yang diuji. Uji t dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar

menggunakan multimedia interaktif berbasis komputer antara sebelum dan sesudah

dilakukan proses pembelajaran.

Analisis data dilakukan dari awal penelitian sampai dengan penelitian akhir

secara terus menerus yang meliputi antara lain kegiatan analisis data, refleksi dan

tindakan. Akhirnya berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data dilakukan penarikan

kesimpulan dengan cara menjawab setiap pertanyaan penelitian dan mensintesiskan

jawaban-jawaban tersebut dalam sebuah kesimpulan penelitian secara menyeluruh.

B. Hasil Pengembangan Model

Deskripsi hasil penelitian ini secara umum terbagi kedalam tiga bagian yaitu

antara lain sesuai dengan tahapan pada metode penelitian dan pengembangan (research

(39)

101

dipergunakan dalam penelitian ini diantaranya : a) hasil studi pendahuluan; b) hasil

pengembangan model; serta, c) hasil uji coba lapangan.

1. Hasil Studi Pendahuluan

Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada beberapa sekolah yang diteliti

diperoleh beberapa informasi berkaitan dengan kondisi sekolah antara lain yaitu : 1)

data tentang pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang

selama ini berlangsung di Sekolah Menengah Pertama, yang meliputi : kegiatan dan

persepsi siswa selama pembelajaran dan kegiatan guru selama pembelajaran; 2) data

tentang ketersediaan multimedia pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah

Menengah Pertama; dan 3) data tentang faktor pendukung dan penghambat

pengembangan multimedia pembelajaran menggunakan komputer untuk meningkatkan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah

Pertama.

Data-data yang diperoleh dari hasil studi pendahuluan ini dijadikan sebagai

landasan bagi pengembangan multimedia yang dikembangkan yaitu multimedia

interaktif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama. Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan kuisener, observasi serta wawancara. Kuisener

diberikan kepada siswa dan guru. Kuisener diberikan kepada siswa dan guru sebelum

proses pengembangan model multimedia dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

data-data tentang persepsi siswa dan guru terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial,

persepsi siswa tentang ketersediaan multimedia dan data tentang faktor pendukung dan

penghambat pengembangan multimedia.

Tahapan pelaksanaan studi pendahuluan ini dilakukan dengan tahapan-tahapan

(40)

jumlah 240 siswa kelas VIII Tahun Ajaran 2009/ 2010 yang diklasifikasikan menjadi

tiga kategori yaitu : 1) kategori kelas tinggi sebanyak 80 siswa; 2) kategori kelas

sedang sebanyak 80 siswa; serta 3) kategori kelas rendah sebanyak 80 siswa.

Pelaksanaan tahapan ini dilakukan juga pembagian kuesioner tidak hanya kepada siswa

tetapi dilakukan juga pada guru serta kepada guru dilakukan wawancara terhadap 12

guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Untuk memperoleh data penelitian yang akurat, sebelum pengelolahan data,

terlebih dahulu dilakukan verifikasi terhadap kuesioner yang telah dibagikan baik

kepada siswa maupun guru. Setelah dilakukan verifikasi dari 240 kuesioner maka

dilanjutkan pengolahan data dan tiga sekolah diantaranya selanjutnya dijadikan subyek

penelitian. Sedangkan untuk kuesioner yang dibagikan terhadap 12 guru seluruhnya

diikutsertakan dalam pengolahan data penelitian yang dilaksanakan ini.

a. Kegiatan dan Persepsi Si

Gambar

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan (Sugiyono, 2009:409)
Gambar 3.2 Langkah-langkah penelitian
Tabel 3.1  Daftar Sekolah Yang Diteliti Pada Uji Lapangan Lebih Luas
tabel pada taraf signifikansi 95% berarti ada perbedaan yang signifikan antara dua nilai
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pendirian Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Al Fayed Batam ini didukung dan ditunjang oleh lembaga lembaga penunjang kegiatan pendidikan nantinya yang akan

bahwa pelaksanaan pedoman Sistem Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 1991 tentang Pedoman Sistem

Berdasarkan hasil uji regresi linier yang disajikan dalam tabel 6, didapatkan hasil bahwa usia, lokasi lesi, dan jenis afasia tidak mempengaruhi secara signifikan perubahan

Akibat menggunakan spesifikasi batubara yang berbeda pada waktu pengujian dengan komissioning diperoleh kesimpulan bahwa efisiensi boiler (HHV basis) pada pengujian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih jelas mengenai kekuatan tekan komposit semen-sekam padi dengan variasi ukuran partikel serat

Dari penelitian di Desa Karangpatihan dapat diketahui bahwasanya Kepala Desa melakukan pembinaan, pemberdayaan dilakukan dengan seorang diri pada awalnya, namun setelah beberapa

Teknik analisis korelasi ganda digunakan untuk menentukan besarnya hubungan dan kontribusi dari dua variabel atau lebih secara simultan atau bersama-sama dengan

1.2 Program ini dikhususkan untuk melatih bakal guru di Institut Pendidikan Guru (IPG) yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Malaysia dalam pelbagai