• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN DAN PENCEMBANCAN AUDIT KEPEGAWAIAN PADA PERGURUAN TINGGI SWASTA (PTS) DALAM UPAYA PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA : Penelitian dilakukan di Universitas Islam Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN DAN PENCEMBANCAN AUDIT KEPEGAWAIAN PADA PERGURUAN TINGGI SWASTA (PTS) DALAM UPAYA PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA : Penelitian dilakukan di Universitas Islam Bandung."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN DAN PENCEMBANCAN AUDIT

KEPEGAWAIAN

PADA

PERGURUAN TINGGI SWASTA (PTS) DALAM

UPAYA PENINGKATAN EFEKTIVITAS

PENCELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

(Penelitian dilakukan di universitas islam Bandung)

TESIS

Diajukan kepada Panitia Ujian Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung

untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh Gelar Master Ilmu

Kependidikan dalam Bidang Studi Administrasi Pendidikan

Oleh :

Nan Rahminawati

92.32.008

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH TIM PEMBIMBING

uigl

Dr. H. Djam'an Satori, MA

Pembimbing II

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG
(3)

KETUA PROGRAM STUDI

ADMINISXRASI PENDIDIKAN,

iUV

(4)

ABSTRAK

Sumber daya manusia (SDM) merupakan unsur penting dalam suatu

oraanisasi karena meialui SDM tujuan organisasi dapat dicapai. Untuk dapat

mengetahui apakah tujuan organisasi tersebut tercapai atau tidak, biasanya dilakukan

pengawasan atau pemeriksaan yang dilaksanakan oleh bagian tertentu yang

mempunyai tugas pengawasan atau pemeriksaan.

Perguruan Tinggi Swasta (PTS) sebagai salah satu lembaga pendidikan

tidak luput dari keterlibatan SDM, bahkan SDM merupakan faktor kunci dalam

merealisasikan tujuannya. PTS dituntut dapat mendeteksi sedini mungkin usaha-usaha

pencapaian tujuan tersebut. Salah satu alat yang dapat digunakan pimpinan suatu

lembaga dalam aspek pengawasan dan pemeriksaan adalah audit. Dalam hal ini,

karena kaitannya dengan SDM maka audit yang diupayakan adalah audit

kepegawaian. Disadari begitu pentingnya audit kepegawaian, karena hal tersebut

berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan yang dilakukan pihak

manajemen dalam upaya meningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan SDM yang

ada pada suatu organisasi. Suatu PTS harus sudah memikirkan upaya pelaksanaan

audit kepegawainnya. Audit adalah membandingkan standar dengan realitas kebijakan

yang dilakukan. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk meneiiti penerapan dan

pengembangan

KEOIATAN AUDIT KEPEGAWAIAN PADA PTS DALAM UPAYA

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGELOLA SUMBER DAYA MANUSIA.

Mengingat audit kepegawaian merupakan suatu entitas kegiatan evaluatif,

maka penelitian mi berupaya mengungkap :

Pertama

Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam kegiatan audit

kepegawaian.

(5)

Dan ketiga aspek tersebut di atas, diharapkan dapat ditemukan suatu model

audit kepegawaian yang dapat dipergunakan pada PTS.

Untuk menganalisis ketiga aspek di atas, maka

Unisba dijadikan sebagai

tetnpat penelitian.

Seteiah diadakan analisis terhadap data-data yang ingin diperoleh sesuai

dengan ketiga aspek pokok yang diteiiti melalui wawancara dan studi dokumentasi,

dapatiah diambil kesimpulan bahwa : Pelaksanaan audit kepegawaian perlu diterapkan

pada suatu PTS. Agar dapat mencapai tujuannya, maka PTS harus menentukan

standar-standar kinerja para pegawai yang dimilikinya, yang dituangkan dalam bentuk

aturan kepegawaian

Melihat

gejala-gejala

yang

nampak

selama

penelitian berlangsung,

peneiiti mencoba mengangkat gejala tersebut untuk dituangkan ke dalam suatu model

audit. Oleh karena itu rekomendasi yang penulis ajukan dari hasil penelitian ini adalah

mengungkapkan kemungkinan model audit kepegawaian yang dapat dilaksanakan

pada perguruan tinggi swasta (PTS), yaitu : 1. Model Proses Audit Kepegawaian.

2. Model Hubungan Timbal Balik Audit Kepegawaian.

3. Model Audit Kepegawaian Ekstemal.

4 Model Audit Kepegawaian Internal.

5

Mode! Audit Kepegawaian Berdasarkan Laporan dan atau Pengamatan Aktivitas

(6)

DAFTAR IS!

Halaman

PERNYATAAN BENTUK KARYA ILMIAH

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN —

ABSTRAK '

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Beiakang Masalah

"1

B. Identifikasi Masaiah

20

C. Tujuan Penelitian

23

D. Pentingnya Penelitian

23

E. Metode Penelitian

24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kedudukan Audit Kepegawaian Daiam Administrasi Pendidikan

26

B Konsep Dasar dan Manfaat Audit Kepegawaian

26

C. Ruang Lingkup Aktivitas dalam Audit Kepegawaian

33

D. Langkah-langkah Pelaksanaan Audit Kepegawaian

69

E. Pelaporan Hasil Audit Kepegawaian

76

F. Upaya Meningkatkan Efektivitas Pengelolaan Sumber Daya

Manusia

88

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Masalah dan Pendekatannya

1C1

B. Pertanyaan Penelitian

1°4

(7)

C. Metoda Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

105

D. Populasi dan Sampei Penelitian

-

112

E. Peiaksanaan Pengumpulan Data

115

F. Prosedur Anaiisis Data

119

G. Keabsanan Hasil Peneiitian

122

BAB IV HASIL PENELITIAN & DISKUSI

A. Deskripsi Hasil Penelitian

—-

125

1. Langkah-langkah yang dilakukan dalam

audit kepegawaian

125

a. Persiapan

(perencanaan)

yang dilakukan dalam

audit kepegawaian

126

b. Peiaksanaan Audit Kepegawaian

138

c. Peiaporan Hasil Audit Kepegawaian

138

2. Ruang Lingkup Audit Kepegawaian

138

a. Data rencana sumber daya manusia (SDM)

138

b. Data tentang rekrutmen pegawai

140

c. Data tentang seleksi dan penempatan

142

d. Data tentang pelatihan

148

e. Dsta tentang program pengembangan karir

158

f.

Data tentang penilaian prestasi kerja

161

g. Data tentang insentitfpenggajian

158

3. Peiaporan yang dibuat dari hasil audit kepegawaian -—

172

4. Aiternatif

Model

Audit

Kepegawaian

yang

dapat

dikembangkan pada Perguruan Tinggi Swasta

173

a. Model Proses Audit Kepegawaian

174

b. Model

Hubungan

Timbal

Balik

Proses

Audit

Kepegawaian

175

(8)

c. Model Audit Kepegawaian Eksterna!

176

d. Model Audit Kepegawaian Internal

177

e. Model Audit

Kepegawaian

Berdasarkan Laporan

dan atau Pengamatan Aktivitas Kepegawaian

178

B. Rangkuman Hasii Penelitian

178

C. Diskusi Hasil Penelitian

186

BAB V

KESiMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan Umum

B. Kesimpulan Khusus

C. Rekomendasi

209

D. Penelitian Seianjutnya

E. Penutup

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Vll

206

206

210

211

(9)

DAFTAR TABEL

Tabe! Halaman

1. Perkembangan Jumiah Mahasiswa dari Tahun 1989/1990 s.d

Tahun 1993/1994 13

2. Jumiah Tenaga Edukatif Tetap Unisba Tahun Akademik 1993/1994— 14

3. Ruang Lingkup Aktivitas Audit Kepegawaian 35

4. Data kegiatan Rekrutmen Pegawai Unisba Tahun Akademik

1988/1989 - 1993/1994 142

5. Jumiah Tenaga Dosen Unisba Tahun Akademik 1993 / 1994

Berdasarkan Satuan Akademik 146

6. Jumiah Tenaga Administrasi Unisba 1993/1994 Berdasarkan Unit

Kerja

147

7. Peserta Pelatihan Prajabatan Dosen dan Tenaga Administrasi Unisba

Tahun 1993-1995 150

8. Jumiah Peserta Pelatihan Metodologi Penelitian dan Pengabdian

kepada Masyarakat tahun 1993/1994

152

9. Jenjang Kepangkatan di Lingkungan Unisba

158

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1-1 Kedudukan Audit Dalam Proses Manajemen 17

I-2 Paradigma Penelitian : Model Audit Kepegawaian 22

li-3 Personnel Subsystem interaction With Other Organization

Subsystem 37

li-4 Model of The Recruitment Process 50

II-5

Kerangka Perencanaan dan Pengembangan Karir

63

11-6 Tahap-tahap Penyusunan Laporan 80

II-7 Strategi Sumber Daya Manusia 89

II-8

Dimensi Penting Suatu Organisasi

92

II-9

Pengembangan Strategi Sumber Daya Manusia

96

111-10 Komponen-komponen Analisis Data : Model

Alir

122

111-11

Komonen-komponen Analisis Data : Model Alur

122

IV-12 Urutan Tujuan Lembaga

Berdasarkan

Tingkatan

Pencapaiannya-

128

IV-13 Model Proses Audit Kepegawaian

174

IV-14 Model Hubungan Timbal Balik Proses Audit Kepegawaian

175

IV-15 Model Audit Kepegawaian Ekstemal

176

IV-16 Model Audit Kepegawaian Internal

177

IV-17 Model Audit Kepegawaian Berdasarkan Laporan dan atau

Pengamatan Aktivitas Kepegawaian

178

IV-18 Langkah-langkah Pokok Audit Kepegawaian

190

IV-19 Inisiasi dan Perencanaan Audit 190

iV-20 Peiaksanaan Audit 191

IV-21 Peiaporan dan Tindakan Lanjut Audit

191

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memasuki era globalisasi, persoalan kualitas sumber daya manusia akan mendominasi isu pembangunan nasional kita. Oleh karena itu pengelolaan sumber

daya manusia (untuk selanjutnya disingkat dengan PSDM) harus mampu

mengantisipasi perubahan di berbagai bidang aktivitas manusia. Dalam kaitannya

dengan institusi pendidikan, PSDM bukan lagi sekedar recruitmen, selection,

placement, appraisal, compensation dan work force planning yang kesemua ini dapat

dicakup di dalam administrasi personil, tetapi PSDM di masa Pembangunan Jangka

Panjang Tahap II sekarang ini akan berkembang ke arah yang jangkauannya lebih luas

lagi, seperti pengembangan kultur, pengembangan visi, pembentukkan team work,

empowering, dan Iain-Iain.

Sumber Daya Manusia merupakan unsur terpenting dalam setiap dan semua

organisasi, karena melalui sumber daya manusialah aktivitas penting organisasi

terutama dalam pengambilan keputusan, penentuan tujuan, peiaksanaan pekerjaan

dan evaluasi pekerjaan dilakukan. Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan

berbagai sasarannya serta kemampuan menghadapi berbagai tantangan, baik yang

sifatnya internal maupun ekstemal sangat ditentukan oleh kemampuan mengelola

sumber daya manusia dengan setepat-tepatnya.

Pengelolaan sumber daya manusia bertujuan meningkatkan efektivitas dan

efisiensi organisasi secara keseluruhan dengan mendorong keikutsertaan dan

keterlibatan anggota-anggotanya.

(12)

terletak pada paradox : semakin tinggi ilmu yang telah dicapai manusia, semakin tinggi

ketidakpastian. Konsistensi dari paradox ini adalah bahwa bobot keikutsertaan manusia

dalam proses organisasi semakin tinggi.

Dalam organisasi terdapat dua bagian yang tidak terpisahkan yakni manajemen

dan personil. Di antara kedua sisi itu sering terdapat jurang pemisah. Manajemen

mempunyai fungsi mengarahkan dan mengendalikan porsonil untuk mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai suatu organisasi. Sedangkan personil berperan menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya secara efektif. Seperti dikemukakan Gibson (1982:5) dalam buku Organizations bahwa : "Oranglah yang membuat organisasi berjalan, dan orang juga yang berusaha mempengaruhi orang

lain dalam organisasi, yang akhirnya menghasilkan karya keorganisasian yang efektif.

Karena itu satu hal adalah pasti, pengetahuan tentang perilaku keorganisasian

memerlukan pemahaman tentang orang dan organisasi dengan sesuatu earn".

Selain itu, William B. Castetter (1981:11) dalam buku The Personnel Function

in Education lebih menekankan lagi bahwa :

The Personnel function can be conceived of as major subsystem of the total

school system.

Within the personnel function there is a

network of

interpendent processes, including human resources, planning compensation,

recruitment, selection, induction, development, security, and justice. One of

the majorfoci of the personnel function is to minimize those force, factors, and

condition thar are not conducive to organizarion health.

Setiap organisasi dapat dipastikan memiliki tujuan atau beberapa tujuan yang memberikan arah dan menyatukan pandangan unsur yang terdapat di dalam organisasi tersebut. Sudah barang tentu tujuan yang akan dicapai di masa yang akan

(13)

umum proses manajemen tersebut dikelompokkan menjadi : penetapan tujuan,

perencanaan, staffing, directing, supervising, dan pengendalian (controlling).

Rangkaian proses manajemen ini merupakan proses yang bersifat dinamis, dalam arti bahwa proses tersebut tidak dapat dilihat sebagai suatu tahapan yang

terpisah dan berdiri sendiri, melainkan sebagai suatu kesatuan yang saling berkaitan

dan saling ketergantungan.

Dalam merealisasikan proses manajemen, Unisba telah berupaya menetapkan

tujuan lembaga secara umum yang kemudian dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan

spesifik, yakni tujuan masing-masing unit kerja yang ada. Agar proses-proses manajemen di atas dapat dilaksanakan, maka seperangkat sarana dan prasarana

diupayakan pula oleh unsur manajer, antara lain kekuasaan dan orientasi. Kekuasaan

dibutuhkan untuk mempengaruhi orang lain (sebagai bawahan dan mitra kerja). Oleh karena itu kekuasaan yang diperiukan, seperti dikemukakan Halim Mohammad, dkk

(1988:17) dalam buku Manajemen diantaranya :

1. Legitimate power; kekuasaan formal yang terjadi karena suatu posisi atau

jabatan tertentu.

2. Coercive power; kekuasaan memaksa atau menghukum. 3. Reward power; kekuasaan untuk memberikan penghargaan.

4. Reference power; kekuasaan atau kekuatan yang bisa menyebabkan orang lain mengikuti atau melakukan peniruan.

5. Expert power; kekuasaan yang ditimbulkan oleh keunggulan pengetahuan,

pengalaman, kemampuan dan keterampilan.

Sejalan dengan arah Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (PJPT II) yang

menitik beratkan pada

"peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia agar

maju, mandiri dan sejahtera berdasarkan Pancasila"

(GBHN; 1993), maka setiap

langkah dan gerak setiap organisasi apapun yang berada di Indonesia hendaklah

selalu mengarahkan aktivitasnya dalam pengelolaan sumber daya manusia sesuai

(14)

Di bidang pendidikan pembangunan pendidikan Indonesia juga diarahkan

untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia serta meningkatkan sumber daya

manusia Indonesia" (GBHN; 1993). Dengan demikian, maka setiap organisasi pendidikan seperti halnya Perguruan Tinggi, baik Perguruan Tinggi Negeri maupun

Perguruan Tinggi Swasta, dalam merealisasikan program-programnya harus disesuaikan dan diselaraskan dengan tuntutan GBHN tersebut. Oleh karena itu seperti

dikemukakan M. Fakry Gaffar (1987:4) dalam buku Perencanaan Pendidikan : Teori

dan Metodologi, bahwa:

Misi dan tujuan program pendidikan pada perguruan tinggi adalah mempersiapkan tenaga-tenaga yang profesional dalam berbagai bidang keahlian yang sangat diperiukan bagi pembangunan pada berbagai sektor. Karena misi dan tujuan ini pendidikan tinggi menempati posisi amat terhoemat pada masyarakat. Lulusan pendidikan tinggi dipandang mempunyai keahlian

profesional yang tinggi dan istimewa, karena itu lulusan ini dihormati di

masyarakat.

Untuk mendukung misi dan tujuan program pendidikan pada perguruan tinggi, maka

pendidikan tinggi dikembangkan, sehingga peranan perguruan tinggi diarahkan untuk :

1. Menjadikan perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta pusat kegiatan penelitian sesuai dengan kebutuhan pembangunan

masa sekarang dan masa mendatang.

2. Mendidik mahasiswa agar mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,

berjiwa penuh pengabdian serta memiliki rasa tanggung jawab yang besar

terhadap masa depan bangsa dan negara Indonesia dalam rangka peiaksanaan

Tridarma Perguruan Tinggi.

3. Mengembangkan tata kehidupan kampus sebagai masyarakat

ilmiah yang

berbudaya, bermoral Pancasila dan berkepribadian Indonesia.

4. Peranan perguruan tinggi dan lembaga-lembaga penelitian dalam kegiatan

(15)

a. Menjamin penggunaan kebebasan mimbar akademik dalam bentuk kreatif,

konstruktif dan bertanggung jawab, sehingga dapat bermanfaat bagi

masyarakat dan pembangunan.

b. Melanjutkan usaha-usaha

ke

arah

integrasi

dan

konsolidasi

kegiatan

mahasiswa dan cendikiawan sesuai dengan disiplin ilmu dan profesinya dalam wadah-wadah yang efektif sehingga mereka dapat meyumbangkan prestasi

serta partisipasi yang positif.

Dalam Kerangka Dasar Pengembangan Pembangunan Pendidikan Tinggi

ditetapkan bahwa dasar dan arah pembinaan dan pengembangan pendidikan tinggi

adalah UUD 1945, TAP-TAP MPR dan asas-asas Tridarma Perguruan Tinggi.

Sedangkan mengenai arah dan pengembangan pendidikan tinggi negeri maupun

swasta mencakup pengertian-pengertian berikut:

1. Pendidian tinggi merupakan bagian integral dari usaha pembangunan, baik

nasional maupun regional.

2. Pendidikan tinggi harus merupakan penghubung antar dunia ilmu pengetahuan,

teknologi dan kebutuhan masyarakat.

3. Pendidikan tinggi harus melaksanakan pendidikan berdasarkan pola pemikiran

yang analisis dan berorientasi kepada pemecahan-pemecahan permasalahan dan

disertai oleh suatu pandangan masa depan.

4. Pendidikan tinggi harus berpartisipasi dalam perbaikan serta pengembangan :

a. Mutu kehidupan dan mutu kebudayaan; b. Ilmu pengetahuan dan penerapannya;

c. Pengertian dan kerja sama intemasional dalam usaha mencapai perdamaian

dunia dan kesejahteraan umat manusia.

(16)

b. Mobilitas mahasiswa dari suatu pengalaman pendidikan ke pengalaman

lainnya.

c. Diversifikasi dalam pendidikan dan proses belajar;

d. Demokratisasi dalam pendidikan dan proses belajar;

e. Mobilitas sumber-sumber masyarakat yang dimanfaatkan dalam pendidikan.

f. Pertumbuhan kegiatan riset.

Dalam era industri modern ini Perguruan Tinggi akan semakin otonom

(H.A.R. Tilaar: 1992:179), dalam arti mempunyai program pendidikan yang

fleksibel sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Otonomi tersebut dapat berupa program akademik maupun dalam hal rekrutmen tanaga

edukatifmya. Kriteria memasuki Perguruan Tinggi ditentukan sendiri oleh masing-masing lembaga pendidikan tinggi yang bersangkutan. Dengan kata lain Perguruan Tinggi akan semakin terbuka terhadap masyarakat. Keterbukaan terhadap masyarakat disebabkan karena hubungan yang erat dengan dunia industri dan masyarakat sendiri, masyarakat menyisihkan dana untuk

perguruan tingginya dan sebaliknya Perguruan Tinggi penyiapkan

program-program pendidikan berkelanjutan dan teknologi (iptek). Seperti dikemukakan H.A.R. Tilaar dalam buku Manajemen Pendidikan Nasional bahwa : "Dalam

kondisi industri modern sudah pada waktunya pengembangan sejumlah

Perguruan Tinggi (Universitas) yang berperan sebagai UNIVERSITAS

NASIONAL dengan reputasi intemasional dan nasional, serta merupakan pula

arena pertemuan antara putera daerah dalam rangka mengokohkan persatuan

dan kesatuan nasionaf.

Peranan Perguruan Tinggi sebagai pusat penelitian dalam masyarakat industri

modern sangat relevan, terutama karena spesialisasinya dan dukungan penuh dari

(17)

akan menjadi pusat dari berbagai penelitian sehingga lembaga itu menjadi

Universe-city.

Dengan Perguruan Tinggi yang semakin individualistik itu, semakin menonjol

pula peranan Perguruan Tinggi Swasta (PTS), hal ini dikarenakar DTS relatif mempunyai otonomi yang lebih besar dan lebih fleksibe! dibandingkan dengan

Perguruan Tinggi Negeri (PTN). PTN mungkin akan lebih mengkhususkan diri terutama pada supply tenaga untuk sektor pemerintah, sedangkan PTS akan lebih

ditujukan pada supply berbagai tanaga ahli yang dibutuhkan oleh sektor swasta dan

industri. Oleh karena itu perguruan swasta perlu ditingkatkan mutunya, peranan, dan tanggung jawabnya dalam penyelenggaraan pendidikan nasional serta makin dikembangkan pertumbuhannya berdasarkan pola pendidikan nasional yang mantap, dengan tetap mengindahkan ciri-ciri khas perguruan tinggi yang bersangkutan.

Di Indonesia dewasa ini terdapat sekitar 1250 PTS terdiri dari Sekolah Tinggi,

Akademi, Institut dan Universitas (Katalog PTS Indonesia 1994 : 1) dengan kualitas

yang berbeda satu dengan lainnya. Institut dan Universitas merupakan bagian terbesar

dari PTS yang ada.

Perguruan Tinggi Swasta sebagai salah satu institusi pendidikan, dalam operasionalnya harus dimotori secara ekstemal oieh masyrakat dan pemerintah (secara

formal pemerintah melaksanakan sistem akreditas), sedangkan secara internal oieh

perangkat manajemen PTS yang bersangkutan.

Manajemen harus mempunyai

pandangan dan sikap yang profesional untuk memajukan serta meningkatkan

PTS

(18)

laporan juga berguna untuk menilai apakah suatu kebijakan dilaksanakan atau tidak,

sehingga upaya perbaikan senantiasa diupayakan. Lebih lanjut dalam buku The

Portable MBA in Management, Allan R. Cohen (1993:79) dikemukakan bahwa :

Dengan tidak adanya informasi yang lengkap, orang memiliki kecenderungan untuk mengisi kesenjangan dengan atribusi berdasarkan pengalaman mereka sendiri dan beberapa stereotipe yang sangat terbatas yang mereka miliki tentang manusia. Kepemimpinan yang efektif mengharuskan dikuranginya, jika tidak dihapuskannya, titik-titik gelap ini; kepemimpinan mengaruskan agar penilaian tentang manusia, terutama karyawan didasari oleh informasi yang memampukan kita untuk secara harfiah melihat dunia dari sudut pandang

orang lain tersebut.

Perguruan Tinggi (PT) didirikan untuk mengantisipasi kebutuhan sumber daya manusia (SDM) masa 5-10-20 tahun mendatang. Beberapa PT di Indonesia bahkan

sudah berusia lebih dari setengah abad, demikian pula halnya dengan Perguruan

Tinggi Swsta (PTS). Agar PTS berkualitas dan berkembang, maka PTS harus

mempunyai visi, karena visi akan mengarahkan pihak manajemen untuk mencapai

tujuan PTS. Pimpinan menentukan visi, manajer bergerak ke arah visi, Manajer

menggerakkan orang untuk menaiki tangga pada efektif dan efisien. Pimpinan

meletakkan tangga pada dinding yang benar.

Pengelolaan PTS sekarang dan masa mendatang lebih sulit dibandingkan

masa terdahulu. Pengelolaan PTS sekarang dan masa mendatang kompleksitasnya

lebih tinggi. Selain harus memacu kepada kualitas, persaingan sesama PTS juga mengacu pada relevansi produk PTS tersebut dengan lingkungan sekitarnya yang terus berubah. Seperti dikemukakan AMn Toffler yang dikutif Regis Mckenna dalam buku Sentuhan Regis (1990:1) mengatakan bahwa : "Dalam masyarakat teknologi,

perubahan terjadi sedemikian cepatnya. Apa yang kemarin dianggap benar, hah ini

menjadi fiksL Dan anggota masyarakat yang paling terampil dan pandai pun

menghadapi kesulitan dalam mengikuti banjir dari pengetahuan baru - meski dalam

(19)

Sebagai salah satu cara untuk menilai keberadaan PTS, diberlakukan Sistem

Akreditas. Di Indonesia, sistem akreditas tersebut telah diterapkan sejak tahun 1983,

yang kemudian dilakukan berturut-turut setiap tahunnya hingga kini. Sistem akreditas

tersebut berlaku untuk 5 tahun bagi masing-masing PTS, kemudian diadakan

akreditas ulang. Sebagai suatu upaya untuk memacu kemajuan PTS, akreditas

nampaknya sudah diterima (acceptable) di lingkungan masyarakat penyelenggara PTS. Seperti dikemukakan lebih lanjut oleh Sardjono Sigit (1992:11) bahwa :

Cara pendekatan yang konstruktif dan sederhana bahwa akreditas berisi hakikat untuk menilai diri sendiri atau self evaluasi (to know yourself) agar mampu mengembangkan potensi yang ada dan membangkitkan motivasi (to help yourself) menuju kepada kemandirian pribadi tanpa menggantungkan diri kepada Pemerintah (to be yourself), nampaknya merupakan logika yang dapat masuk akal para penyelanggara PTS.

Namun demikian, tidak dipungkiri bahwa sistem ini masih perlu terus

disempunakan karena adanya kelemahan-kelemahan.

Pertama, kelemahan institusional. Akreditasi dijalankan berdasarkan kemampuan

anggaran belanja pemerintah sehingga hakikat tujuannya bergantung pada Pemerintah. Padahal tinggi rendahnya mutu PTS yang bersangkutan dibuktikan

dengan sikap dan penghargaan masyarakat terhadap PTS tersebut, yang dapat terjadi

setiap waktu tanpa menunggu kesanggupam Pemerintah untuk melakukan akreditasi.

Kedua, kelemahan implementatif, yakni ketsrbatasan para penilai, pemahaman teknis

penilai masih belum memadai, ditambah dengan segala kelemahan manusiawi lainnya

yang perlu dihindari.

Ketiga, kelemahan instrumental yang memang masih terus disempurnakan untuk

mampu mewujudkan validitas optimal sebagai alat ukur objektif.

Lalu langkah-langkah apa yang seyogyanya kita tempuh agar pengelolaan PTS sesuai dengan tuntuan kualitatif dan kuantitatif yang diharapkan oleh masyarakat ?

(20)

Hasil keorganisasian tergantung dari hasil karya individu dan kelompok; para manajer Pimpinan PTS) harus mencapai tingkat hasil karya yang tinggi dari mereka yang bekerja dalam organisasi. Masyarakat mengevaluasi hasil karya organisasi, tetapi para manajer pengevaluasi hasil karya individu. Hasil karya organisasi, kelompok, dan individu merupakan konsep yang terpisah, tetapi saling berhubungan.

Selain peiaksanaan akreditasi yang selama ini sudah berjalan dan dilakukan secara ekstemal, salah satu upaya lainnya adalah melalui peiaksanaan ADUIT KEPEGAWAIAN secara internal maupun ekstemal yang diupayakan oleh PTS yang

bersangkutan.

Mengapa

penekanannya

pada

audit

kepegawaian

?

Karena

kepegawaian merupakan salah satu komponen yang menunjang proses kelancaran

penglolaan suatu PTS. Peiaksanaan audit kepegawaian tersebut dapat dikembangkan

dan dilaksanakan oleh masing-masing PTS, atau juga dapat melibatkan pihak luar

PTS yang memang memiliki kualifikasi serta profesionalisme yang layak, dengan

memperhatikan tujuan dari audit itu sendiri. Seperti halnya dikemukakan Leo Herbert

(1979:23) dalam buku Auditing The Performance of Management bahwa :

Every audit objective - the question to be answered, the proof to be developed,

the issue to be judged, the result to be expecred - always three elements;

CRITERIA, CAUSES, AND EFFECTS. Each element should always be stated

in the audit objective. The criteria are appropriate standards that individuals in

an organization should have followed in carrying out their responsibilities. The

auditor uses them to measure the action of those persons as they actually do

carryout their responsibilities. The criteria ofthe audit objective should be stated

in such a way that they can be used to measure the actual actions of

management and employees, which they either properly chose and carried out

or improperly choose and did not carry out when compered to the appropriate

standars. Causes are the actual actions. Effects are the result of measuring the

actual actions against the appropriate standards; that is, measuring the causes

(the actual actions) against the criteria (the standards for appropriate action).

Kalau kita

lihat perkembangan

PTS

sekarang

ini,

baik yang

favorit

(diidentifikasikan dengan banyaknya peminat) ataupun yang pas-pasan, semuanya

tentu akan mengatakan bahwa mereka turut dalam menyiapkan manusia Indonesia

untuk memasuki abad 21. Slogan manis ini gampang sekali diucapkan dan mudah

(21)

pula dilupakan.- Memasuki abad 21, masalahnya bukan pada banyaknya mendirikan

Perguruan Tinggi Swasta, akan tetapi bagaimana menciptakan program pendidikan

yang sesuai dengan tuntutan abad ke-21 tersebut. Atau dengan kata lain bukan hanya partisipasi ' <antitatif masyarakat untuk ikut serta dalam proses pencerdasan

kehidupan bangsa, akan tetapi partisipasi kualitatif yang sangat dibutuhkan. Seperti

dikemukakan oleh Sardjono Sigit (1992:4) dalam buku Peranan dan Partisipasi

Perguruan Tinggi di Indonesia, bahwa :

Partisipasi kualitatif adalah partisipasi yang memberi tekanan pada keikutsertaan masyarakat untuk menyelenggarakan sekolah yang bermutu. Mutu pendidikan akan meningkat apabila sekurang-kurangnya 4 komponen sekolah mendapat perhatian yang seksama, yakni :

1. komponen ketenagaan yang harus ditingkatkan profesionalisisasi dan kesejahteraannya;

2. komponen proses pembelajaran, dengan tuntutan kurikuium yang

diindahkan;

3. komponen sarana dan prasarana pendidikan yang harus menjadi pelengkap dari proses pembelajaran; dan

4. komponen adminstrasi yang harus benar-benar tertib dan teratur, baik mengenai kepegawaian, keuangan, perlengkapan, keyayasanan, hubungan-hubungan intern maupun ekstern dan Iain-Iain.

Untuk itulah maka PTS telah menyiapkan diri dengan perangkat pengontrol

yang dihasilkan dalam Simposium Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Swasta (BM-PTS) pada tanggal 15 Desember 1992. Hasil rumusannya seperti yang dikutif dari

buku Katalog PTS Indonesia 1994 sebagai berikut.

1. Inventarisasi era konsolidasi setiap PTS.

2. Pengalihan era kuantitatif dan pembangunan fisik ke arah peningkatan

kuaiitas dan reievansi pendidikan.

3. Pengembangan pola kemitraan PTS-PTN.

4. Meningkatkan efisiensi dalam penyelenggaraan pengelolaan Perguruan Tinggi.

5. Pengembangan karir dan kaderisasi sumber daya pimpinan.

6. Memacu kehidupan akademik.

7. Menginventarisasikan daya terselubung jangka panjang.

Ketujuh strategi pokok itulah yang akan dikembangkan oleh PTS di Indonesia

dalam menyongsong abad 21. Diharapkan para pimpinan PTS menyusun berbagai

(22)

kebijakan operasional serta menentukan program studi yang relevan dengan

kebutuhan lingkungannya, sehingga PTS tersebut tidak kehilangan peminat. Pengelolaan PTS sekarang ini mau tidak mau harus profesional, tidak hanya dipenuhi

slogan kosong yang berwajah sosial, tetapi juga mampu s' ^/ive, mandiri dan

berkembang.

Universitas Islam Bandung (UNISBA) merupakan salah satu Perguruan Tinggi

Swasta yang berkedudukan di Bandung, senantiasa berorientasi kepada upaya

peningkatan kualitas sumber daya manusia secara menyeluruh. Baik itu kegiatan dalam upaya menghasilkan manusia terdidik (pasal: 1 UUSPN 1989) maupun tenaga kependidikan yang dimilikinya untuk senantiasa diarahkan pada peningkatan kualitas

yang diharapkan.

UNISBA yang semula bernama Perguruan Tinggi Islam merupakan salah satu

perguruan tinggi swasta di Jawa Barat yang dibina atau diselenggarakan oleh Yayasan

Pendidikan Islam (YPI). Sejak awal berdirinya yaitu tahun 1958, hingga kini (1995)

minat masyarakat untuk memasuki dan memilih salah satu fakultas yang dimiliki UNISBA semakin meningkat, seperti terlihat dalam tabel 1 di bawah ini yang

menggambarkan kecenderungan peningkatan jumiah mahasiswa UNISBA dalam 5

tahun terakhir, yakni dari tahun akademik 1989/1990 sampai dengan tahun

1993/1994.

(23)

TabeM

PERKEMBANGAN JUMLAH MAHASISWA UNISBA TAHUN 1989/1990 SAMPAI DENGAN TAHUN 1993/1994

No. Fakultas

Tahun Angkatan

Jumiah 89/90 90/91 91/92 92/93 93/94

1. Syariah 27 37 63 65 60 252

2. Ushuluddin 35 28 39 46 55 203

3. Tarbiyah 117 130 137 133 177 649

4. H u ku m 167 143 300 413 537 1596

5. Psikologi 65 66 118 164 378 791

6. MIPA 25 22 46 146 145 384

7. Tekn i k 335 420 390 372 984 2501

8. Komunikasi 55 98 120 216 265 754

9. Ekonomi 336 485 504 458 664 2447

Jumiah • 1162 1429 1717 2013 3301 9622

Sumber: Bagian Akademik Unisba

Universitas Islam Bandung melembagakan niat pengabdian kepada Allah SWT.

dari warga sivitas akademikanya, melalui peiaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi,

yakni dalam bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian, serta pengabdian kepada

masyarakat.

Dalam

bidang

pendidikan

dilakukan

upaya

sistematis

untuk

mempersiapkan sarjana-sarjana musllm yang

mujahid, mujtahid dan mujaddid

dengan

kualifikasi kemampuan ilmu serta pengetahuan, sikap dan profesionalisme yang tinggi;

serta bertanggung jawab atas kemaslahatan masyarakat, bangsa, negara dan umat

manusia.

Dalam upaya mengantisipasi peningkatan jumiah mahasiswa yang masuk ke

UNISBA, pihak Yayasan senantiasa berupaya menunjang keberhasilan peiaksanaan

proses akademiknya dengan mengupayakan pengadaan tenaga kepegawaian yang

meliputi tenaga kependidikan dan tenaga administrasi secara sungguh-sungguh,

sesuai dengan Statuta UNISBA yang tercantum pada Bab IV pasal 27 dan pasal 28 :

bahwa yang dimaksud dengan tenaga kependidikan dan tenaga adminstrasi adalah :

(24)

Pasal 27

(1) Tenaga Kependidikan UNISBA terdiri atas dosen dan tenaga penunjang

akademik.

(2) Dosen adaiah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan/atau keahiiannya diangkat oleh Yayasan atau atas usul Rektor dan/atau oleh Pemerintah untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran.

(3) Dosen terdiri atas dosen tetap, dosen tidak tetap dan dosen tamu.

(4) Dosen mempunyai jenjang jabatan akademik yang pada dasarnya terdiri

atas asisten, lektor dan gui 3esar.

(4) Tenaga penunjang akademik terdiri atas peneliti, pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran dan teknisi sumber belajar yang diangkat oieh Yayasan dan/atau pemerintah sesuai dengan persyaratan yang

berlaku.

Pasal 28

(1) Tenaga administrasi adalah unsur penunjang dalam pengelolaan UNISBA. (2) Tenaga administrasi diangkat dan diberhentikan oleh Yayasan atas usul

Rektor berdasarkan keperluan dan kemampuan.

Jumiah tenaga edukatif tetap Unisba tahun 1993/1994, yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan kajian penelitian ini, dapat terllhat dalam tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2

JUMLAH TENAGA EDUKATIF TETAP UNISBA

TAHUN AKADEMIK 1993/1994

NO. FAKULTAS JUMLAH

1. SYARIAH 16 ORANG

2. USHULUDDIN 18 ORANG

3. TARBIYAH 22 ORANG

4. HUKUM 27 ORANG

5. PSIKOLOGI 23 ORANG

6. MIPA 23 ORANG

7. TEKNIK 40 ORANG

8. KOMUNIKASI 21 ORANG

9. EKONOMI 36 ORANG

JUMLAH 226 ORANG

Sumber Data : Bagian Kepegawaian UNISBA

Berbeda nalnya dengan tenaga edukatif, yang terdiri atas tenaga edukatif tetap

Yayasan dan tenaga edukatif tetap bantuan (baik dari Kopertis maupun Kopertais),

(25)

maka tenaga administratif yang berjumlah 202 orang hanya diangkat oleh Yayasan dan

ditempatkan pada masing-masing unit kerja yang ada di lingkungan Unisba.

Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki Unisba dalam upaya penyelenggaraan proses akademik sebagai upayr nelayanan terhadap setiap

kebutuhan mahasiswanya tidak terlepas dari peranan unsur pimpinan yang mengelola

Unisba. Aktivitas pimpinan tersebut diharapkan mengacu kepada ketentuan pengelolaan (manajemen) yang profesional, khususnya dalam pengelolaan sumber

daya manusia.

Untuk menilai aktivitas manajemen suatu lembaga berjalan dengan baik atau tidak, biasanya dilakukan pemeriksaan (audit) atau sering disebut dengan pemeriksaan

manajemen. Oleh karenanya tujuan audit manajemen secara keseluruhan adalah

untuk mengevaluasi keberhasilan manajemen pada suatu lembaga (organisasi). Audit

dapat digunakan untuk mengevaluasi keseluruhan lembaga (organisasi) atau suatu

bagian tertentu atau fungsi tertentu dari organisasi.

Sehubungan

dengan

kegiatan

audit,

pada

dasarnya

Unisba

telah

melaksanakan audit internal, yaitu audit yang dilaksanakan oleh top management,

middle management maupun lower management. Hanya saja dalam pelaksanaannya

masih belum terintegrasi dan sistem audit internal yang sudah dilaksanakan terbatas

pada pemeriksaan berkas laporan kemajuan (progres report) dari aktivitas kepegawaian

yang dijalankan, inipun jika laporannya ada.

Aktivitas manajemen sumber daya manusia yang selama ini dikategorikan

sebagai kegiatan audit nampak dalam realisasi aktivitas berikut ini.

1. Rekrutmen Pegawai : Membandingkan antar kualifikasi yang disyaratkan Unisba

untuk posisi kepegawaian tertentu dengan kualifikasi calon pegawai yang melamar.

2. Seleksi Pegawai : Membandingkan antara calon pegawai yang memenuhi

kualifikasi yang ditentukan Unisba dengan standar seleksi.

(26)

3. Penempatan Pegawai : Membandingkan antarpengisian formasi jabatan dengan

personil hasil seleksi.

4. Pelatihan Pegawai : Membandingkan antar kualifikasi orang yang dilatih dan

pengelola dengan hasil yang dicapai 'ilam pelatihan.

5. Pengembangan Karir : Membandingkan antara hasil pelatihan dengan karir dan

jabatan yang dicapai.

6. Penilaian Prestasi Kerja : Membandingkan antara standar prestasi kerja dengan

realisasi kerja yang dilakukan oleh pegawai.

7. Administrasi Imbal Jasa : Membandingkan antara ketentuan perolehan imbalan

(gaji) dengan hasil penilaian prestasi kerja.

Dalam penggunaan sehari-hari, istilah "audit" mempunyai pengertian yang

negatif. Yaitu untuk menunjukkan ketidakjujuran dan kecurangan. Pengertian ini

muncul dikarenakan masih adanya anggapan bahwa audit dilakukan jika terjadi

"masalah" di dalam organisasi, masalah keuangan misalnya. Tetapi sesungguhnya

pengertian dalam Webster's New Dictionary menyebutkan bahwa audit adalah

"Any

through examination and evaluation of a problem".

Dalam definisi tersebut istilah

"audit" tidak selalu mempunyai pengertian negatif dan didominasi oleh bidang ekonomi

saja, karena daiam evaluasi dapat juga dikemukakan hal-hal yang positif untuk

selanjutnya dapat terus dipertahankan atau dikembangkan.

Dalam proses manajemen seperti telah dikemukakan dalam uraian terdahulu,

audit merupakan bagian dari proses pengendalian (controlling). Oleh karena itu penuiis

gambarkan kedudukan audit tersebut dalam bagan berikut ini.

(27)

Penetapan Tujuan

->

Planning

">

Staffing

- >

Directing

/ s, / s. / "v

\ s

Supervising

>b

Controlling

* Audir * Waskat * Evaluasi

Pencapaian Tujuart \

Gambar I -1 : Kedudukan audit dalam proses manajemen

Kaitannya dengan pengelolaan sumber daya manusia, pemeriksaan dan evaluasi yang dimaksud lebih ditekankan pada aspek peiaksanaan manajemen

kepegawaian.

Tenaga edukatif dan tenaga administratif sebagai sumber daya manusia

merupakan komponen yang turut menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujuan

UNISBA. Namun sebagai manusia mereka pun tidak luput dari keterbatasan dalam

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mereka miliki untuk berprestasi secara

maksimal sesuai dengan harapan dan tujuan lembaga. Harapan tentunya dilihat dari

kepentingan tenaga edukatif dan administratif itu sendiri sebagai pribadi dan angota

lembaga, dan akhirnya sebagai makhluk sosial. Pengembangan yang berorientasi

pada individu,

organisasi,

dan

implementasi

hubungan

antar

manusia

akan

memunculkan konsekuensi, sikap dan standar kinerja yang harus diungkapkan oleh

seorang tenaga edukatif dan administratif agar mampu menunjang tercapainya tujuan

lembaga tersebut. Untuk menunjang hal tersebut di atas maka Gibson (1982:52) lebih

lanjut mengemukakan bahwa:

Praktek manajemen yang efektif mengharuskan kita memperhatikan perbedaan

individual, dan apabila mungkin kita harus mempertimbangkannya sewaktu

(28)

merancang pekerjaan, melaksanakan wawancara untuk mengevaluasi hasil karya, atau mengembangkan startegi imbalan untuk mendorong prestasi yang mantap. Selain memahami perbedaan individual, kita periu juga (1) mengukur perbedaan, (2) meneiiti hubungan antara variabel, dan (3) menemukan hubungan kausal. Kemampuan meramalkan perilaku dan prestasi merupakan tujuan manajemen dalam setiap jenis organisasi.

Perlu disadari L .iwa audit manajemen merupakan suatu alat dari pimpinan

teratas (top-manajemen). Sesuai dengan fungsi dari pimpinan teratas dalam suatu

organisasi yang berinisiatif serta mengarahkan ruang lingkup dari keseluruhan tujuan

organisasi, maka merupakan kewajiban bagi manajemen untuk mengumpulkan data

yang nyata dan objektif.

Audit manajemen yang profesional memeriukan berbagai macam keterampilan dan atau melibatkan beberapa orang yang terampil. Mereka harus mempunyai kemampuan

untuk berhubungan secara efektifdengan semua tingkatan pada lembaga tersebut dan

memelihara proses pemikiran serta dapat mengevaluasi dengan cermat setiap aspek

dari lembaga tersebut, terutama dalam hal ini adalah aspek sumber daya manusianya.

Audit manajemen akan

meliputi

berbagai

macam

fungsi yang

saling

berhubungan pada tingkatan-tingkatan manajemen dan memeriukan suatu dasar

pengetahuan dari bermacam-macam disiplin ilmu. Untuk setiap pendekatan audit

manajemen harus mengikuti langka-langkah dasar tertentu walaupun tujuan dari

berbagai macam audit itu berbeda-beda.

Audit manajemen merupakan alat yang akan memperbesar tingkat efisiensi dan

efektivitas organisasi serta memberi kesempatan untuk menyatukan

tingkatan-tingkatan dari aktivitas yang diaudit, sehingga pelaksanaannya harus dilakukan secara

terbuka dalam batas-batas yang objektif. Oleh karena itu, Alexander Hamilton Institut

(1984:6) mengemukakan bahwa audit manajemen akan membantu unsur pimpinan

dalam mengelola sumber daya manusia yang ada pada organisasi untuk :

a. Menyingkap tindakan-tindakan yang merugikan sebelum diketemukan

sumber-sumbemya.

(29)

b. Memfokuskan energi atau tenaga-tenaga pada peningkatan produktivitas yang hasilnya segera akan dinikmati.

c. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan informasi manajemen dari berbagai tingkatan organisasi yang ada.

d. Mengkoordinasikan kebijakan-kebijakan yang dibuat, sehingga dapat diketahui apakah kebijakan tersebut dapat dilaksnakan atau tidak.

e. Menyelesaikan permasalahan kepegawaian yang menyangkut rendahnya semangat kerja, tingginya tingkat mutasi/pergantian dan pada umumnya pegawai merasa tidak betah atau kurang puas dengan situasi atau pekerjaannya itu sendiri.

Penelitian ini ingin mempelajari bagaimana upaya peningkatan efektivitas

pengelolaan sumber daya manusia oleh unsur pimpinan lembaga perguruan tinggi (dalam hal ini UNISBA) yang dijadikan sebagai tempat melaksanakan studi kasus, terutama ditinjau dari aktivitas kepegawaian atau gejala-gejala yang muncul sebagai

pemaknaan dari audit kepegawaian.

Dari jumiah pegawai di UNISBA (baik tenaga edukatif maupun tenaga adminstratif) sebagaimana yang telah diungkapkan di atas, secara ideal diharapkan

mampu mendukung dan memberikan kemudahan bagi terselenggaranya pengelolaan sumber daya manusia secara efektif dan efisien yang diupayakan oleh unsur pimpinan

lembaga. Dalam kaitannya dengan audit kepegawaian, maka isu pokok yang penting di

sini adalah apakah semua aspek pengelolaan sumber daya manusia (khususnya

pegawai), seperti

standar-standar,

prosedur-prosedur,

serta

kebijakan-kebijakan

aktivitas kepegawaian dipenuhi atau tidak. Isu yang dikemukakan ini memeriukan analisis-analisis lanjutan terutama dari segi sistem informasi pengelolaan sumber daya manusia, penyusunan pengembangan sumber daya manusia dan pengendalian evaluasi organisasi. Selanjutnya dari hasil analisis yang dilaksanakan di UNISBA ini

diharapkan dapat dikembangkan menjadi suatu Model Audit Kepegawaian pada

Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Dalam Upaya Peningkatan Efektivitas Pengelolaan

Sumber Daya Manusia. Dikatakan sebagai model, artinya sebagai "a

pattern of

something to be made or reproduced; an example for imitation"

(Good, 1973:30\70;

(30)

dikutif Djam'an Satori 1989:11). Sebagai suatu model, audit kepegawaian dalam upaya

peningkatan efektivias pengelolaan sumber daya manusia tersebut dimungkinkan

untuk dimodifikasi sesuai dengan kondisi obyektif masing-masing institusi tanpa

mengabaikan tujuan, nilai-nilai serta asumsi yang mep-'isarinya.

B. Identifikasi Masalah

Perlu dikemukakan di sini bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan

naturalistik kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982; Lincoln dan Guba, 1985; Nasution,

1988; Subino, 1985; Meleong, 1989) yang akan dijelaskan secara metodologis pada bab III. Istilah identifiksi masalah dalam penelitian naturalistik kualitatif disebut "fokus

penelitian" (Lincoln dan Guba, 1985; Nasution, 1988; Subino, 1988).

Masalah yang telah diungkapkan perlu difokuskan agar penelitian lebih terarah

dan jelas.

Sesuai

dengan

judul

masalah

penelitian

mengenai

Penerapan

dan

Pengembangan Audit Kepegawaian Pada PTS dalam Upaya Peningkatan Efektivitas

Pengelolaan Sumber Daya Manusia, maka sebagai pedoman mencari suatu model

audit dalam bidang kepegawaian harus dikaji terlebih dahulu seperangkat aktivitas atau

ruang lingkup yang diaudit dalam aspek kepegawaian tersebut.

Dengan perkataan lain, suatu audit kepegawaian harus komprehensif, bsrarti

harus mencakup:

1. Sistem informasi manajemen kepegawaian yang memberikan kejelasan tentang

perkiraan permintaan dan penawaran tanaga kerja, inventarisasi pengetahuan dan

keterampilan yang diperiukan, bagan pergantian pegawai, standar pekerjaan,

uraian pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, pengupahan dan penggajian, penghasilan

tambahan dan jasa-jasa bantuan yang diberikan oleh lembaga kepada

anggota-anggotanya.

(31)

2. Pengadaan tenaga kerja dan pengembangannya yang meliputi berbagai aspek seperti sumber-sumber rekrutmen, tenaga baru yang terjaring, jumiah lamaran, prosedur seleksi yang digunakan, perbandingan antara pelamar dan yang diterima, program pengenalan lingkungan kerja yang diselenggarkan, kegiatan pelatihan (termasuk jenis dan prosedurnya), hasil pelatihan, program perencanaan karir dan

upaya pengembangan sumber daya manusia.

3. Pengawasan dan penilaian organisasi di bidang sumber daya manusia. Apa yang

dilakukan oleh organisasi dalam mengawasi dan menilai berbagai kegiatan

manajemen sumber daya manusia perlu juga diaudit. Audit tersebut dapat meliputi

berbagai hal seperti : standar dan takaran prestasi kerja, teknik pengukuran

prestasi kerja yang digunakan, bentuk-bentuk komunikasi, prosedur pengenaan

sanksi, prosedur rnemperkenalkan dan mewujudkan perubahan dan pengembangan lembaga, ketaatan pada peraturan perundang-undangan.

Agar memudahkan peiaksanaan penelitian sehingga lebih mengarahkan pada

masalah yang diteliti dan berkaitan langsung, maka perlu dirumuskan secara spesifik

masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian berikut ini.

1. Langkah-langkah apa yang ditempuh dalam suatu Audit kepegawaian pada

Perguruan

Tinggi

Swasta

(PTS),

dalam

upaya

meningkatkan

efektivitas

pengelolaan sumber daya manusia yang dimilikinya ?

2. Bagaimana ruang lingkup aktivitas audit kepegawaian yang dapat dikembangkan

pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS) sehingga dapat meningkatkan efektifvitas

pengelolaan sumber daya manusia yang dimilikinya ?

3. Bagaimana pembuatan laporan dari hasil audit kepegawaian pada Perguruan

Tinggi Swasta (PTS), dalam upaya meningkatkan efektivitas pengelolaan sumber

daya manusia yang dimilikinya ?

(32)

4. ivlodei audit kepegawaian yang bagaimana yang dapat diterapkan dan dikembangkan pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS), sehingga dapat meningktakan

efektivitas pengelolaan sumber daya manusia yang dimilikinya ?

Sifat pertanyaan membe "'an peluang yang memungkinkan untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menjaring data yang merupakan indikator-indikator dari sejumlah bidang kompetensi pengelolan sumber daya manusia

serta aspek audit kepegawaiannya.

Agar penelitian ini mempunyai kejelasan arah, kiranya perlu dikemukakan suatu paradigma penelitian yang dijadikan konsep dasar untuk membentuk keutuhan pola

plkir daiam penelitian. Nasution S (1982:2) mengemukakan bahwa "paradigma

mengarahkan penelitian".

Berikut ini akan divisualisasikan kerangka pemikiran yang diperkirakan dapat

memberikan gambaran tentang peiaksanaan aktivitas kepegawaian yang diaudit dalam

upaya peningkatan efektivitas pengelolaan sumber daya manusia.

L

Identifikasiaktivitas

%

Aktivitas yang Diaudit

1. Informasi Analisis Pekerjaan 2. Rencana tentang SDM

3. Rekrut Personil

4. Seleksi Personil

5. Penelspan Personil

6. Pengembangan Karir

7. Penilaian Prestasi Kerja

DSanjutkan/

Disempumakan Efektif

Rumusatvrumusan nasi

aktivitasyangdiaudit

itd.

TidaJc EfeknY

Gambar I - 2 : Kerangka Pemikiran : Model Audit Kepegawaian

(33)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran tentang

Penerapan dan Pengembangan Audit Kepegawaian pada Perguruan Tinggi Swasta

(PTS) dalam upaya peningkatan efektivitas pengelolaan sumber daya manusia.

2. Tujuan Khusus

Penelitian ini merupakan suatu usaha untuk menerapkan dan

mengembangkan audit kepegawaian pada PTS: sehingga mendukung upaya peningkatan efektivitas pengelolaan sumber daya manusia yang ada pada PTS yang

bersangkutan. Perolehan data dilakukan di UNISBA, khususnya pada bagian

kepegawaian. Oleh karena itu perolehan data difokuskan pada :

1. Langkah-langkah yang ditempuh dalam audit kepegawaian.

2. Ruang lingkup aktivitas yang dikembangkan dalam audit kepegawaian.

3. Peiaporan yang dibuat dari hasil audit kepegawaian.

4. Pengembangan model audit kepegawaian yang dapat diterapkan pada Perguruan

Tinggi Swasta (PTS)

D. Pentingnya Penelitian

Secara teoritik, penelitian ini memberikan manfaat bagi upaya pengembangan

wawasan ilmu administrasi pendidikan, khususnya pengembangan manajemen

sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan lokal yang bersifat operasional.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi akselerasi

pembangunan pendidikan, khususnya dalam rangka pemantapan efektivitas

pengelolaan sumber daya manusia yang pada akhirnya akan memberikan nilai tambah

bagi pengelolaan PTS itu sendiri, sehingga dapat menunjang terselenggaranya

(34)

peningkatan kualitas sumber daya manusia yang ada, seperti diharapkan dalam arah

pembangunan pendidikan pada PJPT II ini.

Penelitian ini juga merupakan suatu aiternatif sumbangan pemikiran yang berarti bagi pemantap' "* pengelolaan sumber daya manusia (terutama aspek kepegawaian) yang dilaksanakan pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS).

Pentingnya penelitian terhadap masalah ini tentunya tidak dapat dilepaskan dari

alasan mengapa masalah ini diteliti.

1. Masalah ini cukup menarik perhatian bagi peneliti maupun pihak pengelola

kepegawaian khususnya di lingkungan Universitas Islam Bandung yang dijadikan

lokasi penelitian.

2. Masalah ini perlu dan dapat diteliti, sehingga diharapkan mampu menjaring data

sebagai

masukan yang

berguna bagi

usaha

peningkatan

dan

perbaikan

pengelolaan sumber daya manusia khususnya aspek kepegawaian di lingkungan

PTS.

3. Masalah audit kepegawaian yang dikaitkan langsung dengan upaya peningkatan

efektivitas pengelolaan sumber daya manusia erat kaitannya dengan sejumlah

pengetahuan yang sedang dikaji oleh peneliti, khususnya di bidang Administrasi

personil.

E. Metoda Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan naturalistik kualitatif. Penelitian jenis ini

menuntut peneliti sendiri untuk mendatangi sumber datanya. Dalam penelitian

naturalistik kualitatif, peneliti tertarik mempelajari fenomena sebagaimana adanya yang

nampak dan terjadi di lapangan melalui komunikasi yang intensif dengan sumber data.

Data yang dukumpulkan lebih cenderung dalam bentuk kata-kata dari pada

angka-angka. Jadi hasil analisisnya berupa suatu uraian. Karakteristik kualitatif lebih menaruh

(35)

perhatian kepada proses, tidak semata-mata pada hasil; dan melalui analisis induktif peneliti mencari atau mengungkapkan makna dari keadaan yang diamatinya itu (Bogdan dan Biklen, 1982: Schlegel, 1986: Miles dan Huberman, 1984; Lincoln dan Guba, 1985; Williams, 1988; Nasution, 1988; Satori; 1989).

Mengenai penggunaan pendekatan naturalistik kualitatif sebagai metoda dalam

penelitian ini akan dibahas secara khusus pada Bab III (Prosedur Penelitian).

(36)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Masalah dan Pendekatannya

M, ilah yang diteliti dan dikaji adalah Penerapan dan Pengembangan Audit

Kepegawaian Pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Dalam Upaya Peningkatan

Efektivitas Pengelolaan Sumber Daya Manusia. Masalah ini akan dibahas berdasarkan

kajian manajemen audit sumber daya manusia yang dikembangkan ke dalam 3 (tiga)

komponen pokok,

meliputi

:

Langkah-langkah

yang

ditempuh

dalam

audit

kepegawaian, aktivitas sumber daya manusia yang diaudit serta peiaporan hasil audit

kepegawaian.

Pendekatan masalah yang diteliti dilakukan secara empirik melalui studi

dokumen dan wawancara secara seksama terhadap aspek aktivitas audit kepegawaian

yang dilaksanakan oleh pengelola sumber daya manusia di lingkungnan Universitas

Islam Bandung.

Gambaran tent?ng peiaksanaan audit kepegawaian akan diperoleh melalui

komparasi antara komponen-komponen yang seharusnya diaudit dalam aspek

kepegawaian dengan kenyataan yang dilaksanakan. Hal ini merupakan salah satu ciri

dati penelitian kualitatif yang disebut "naturalistic inquiry", karena penelitiannya

dilakukan pada kejadian-kejadian nyata sehari-hari (Lincoln & Guba, 1985; 39-42).

Sesuai dengan tujuan khusus penelitian ini yang telah diungkapkan pada

bagian pendahuluan, bahwa penelitian ini ingin mengungkapkan masalah audit

kepegawaian dalam upaya peningkatan efektivitas pengelola sumber daya manusia

melalui penilaian terhadap serangkaian evidensi atau bukti-bukti nyata yang

ditampilkan/dilakukan oleh para pengelola sumber daya manusia di lingkungan

Universitas Islam Bandung yang akhirnya akan dikembangkan dalam bentuk model.

Karena bersifat evaluatif dan menyangkut kegiatan atau perilaku manusia yang,

(37)

teriibat dalam pengelolaan sumber daya manusia yang kemudian peristiwanya akan

diinterpretasikan maknanya, baru sesudah itu dianalisis secara deskriptif, maka

penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.

Hal ini sesuai dengan pendapat Robert Bogdan dan S.K.Biklen yang mengemukakan

tentang beberapa kai .teristik penelitian kualitatif ialah-:

1. Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and.,

the researcher is the key instrument: 2. Qualitative research is descriptive.

3. Qualitative researcher are concerned with process rather than simply with out comes or products.

4. Qualitative researcher tend to analyze.their data inducatively

5. "Meaning" is of essential concern to the qualitative approach. (1982 : 27-29.

Karakteristik tersebut di atas menjiwai penelitian ini. Dengan karakteristik pertama,

peneliti sendiri mendatangi secara langsung sumber datanya. Dalam penelitian

naturalistik, peneliti tertarik mempelajari fonomena sebagaimana adanya tampak dan

terjadi di lapangan. Cara seperti ini menurut Phillips (1967:17) yang dikutif Djam'an

Satori (1989 : 142) sangat sesuai untuk mempelajari fenomena sosial. Lebih lanjut

Phillips mengatakan :

"There is not best method of research to be used in studying

social phenomena. Approaches to be used is studying social should be closely

related and referred to the real condition where phenomena exist".

Karakteristik yang kedua mengimplementasikan bahwa data yang dikumpulkan

dalam penel'tian. ini lebih cenderung dalam bentuk kata-kata dari pada angka-angka.

Jadi hasil analisisnya berupa suatu uraian. Sejalan dengan ciri ini, Miles dan Huberman

(1984:15) menyatakan bahwa

"penelitian kuai'tatif melaporkan hasilnya dalam bentuk

kata-kata daripada angka-angka".

Laporan penelitian kualitatif kaya dengan deskripsi

dan penjelasan tentang aspek-aspek masalah yang menjadi fokus peneiitian. Ciri-ciri

yang lebih menaruh perhatian kepada proses, tidak semata-mata kepada hasil, dan

melalui analisis induktif peneliti mencari dan mengungkapkan makna dari keadaan

yang diamatinya itu.

(38)

Jika memperhatikan karakteristik penelitian kualitatif seperti dijelaskan di atas,

maka tidak mengherankan apabila peneliti sendiri merupakan pengumpul data utama, seperti dikemukakan David D.Williams (1988:4) bahwa "the researcher is the key

instrument through which ail data are collected and interpreted". Menurut Nasution

(1988:54) menempatkan peneliti se

gai instrumen penelitian dalam

penelitian

kualitatif mempunyai rasional yang dapat dipertanggungjawabkan, sebab mempunyai

adaptabilitas yang tinggi. Jadi senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah dihadapi dalam penelitian itu. la senantiasa dapat memperhalus pertanyaan untuk memperoleh data yang lebih rinci menurut keinginannya.

Agar audit kepegawaian sebagai obyek upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya manusia terbatasi bentuk aktivitas nyatanya untuk • dinilai dan dikaji, maka berikut ini diajukan beberapa pokok masalah penelitian dalam

bentuk pertanyaan penelitian.

Pertanyaan penelitian yang mencakup semua aspek aktivitas yang diaudit

dengan upaya peningkatan efektivitas pengelolaan sumber daya manusia, akan

dijadikan pegangan peneliti di dalam menentukan fokus penelitian. formula serta

limitasi masalah sehingga menjadi jelas, dan terarah kepada tujuan yang diterapkan.

Pertanyaan penelitian yang akan ditetapkan ini merupakan mode! bagi

penyusunan kriteria peningkatan efektivitas pengelolaan sumber daya manusia yang

berkaitan dengan aktivitas audit kepegawaian di lingkungan Universitas Islam Bandung

yang dijadikan tempat studi kasus. Pertanyaan penelitian yang akan ditetapkan

diharapkan dapat menggali serta menjaring data yang setelah dideskripsikan dan

dianalisis dapat memberikan petunjuk tentang adanya peningkatan efektivitas

pengelolaan sumber daya manusia.

Berikut ini adalah pertanyaan penelitian yang telah dikelompokkan menurut

aspek beserta indikatornya masing-masing yang sekaligus dipersiapkan untuk

menetapkan aspek-aspek yang diaudit dalam kepegawaian di lingkungan Universitas

(39)

Islam Bandung.

B. Pertanyaan Penelitian

Agar penelitian dapat difokuskan pada pokok-pokok masalah yang akan diteliti

se<^ra sistematis, konkrit dan efektif, maka diturunkan beberapa pertanyaan penelitian.

(research questions) yang relevan dengan judui penelitian, sebagai berikut.

Masalah 1. Langkah-iangkah yang dapat ditempuh dalam suatu audit

kepegawaian

a. Persiapan apa saja yang ditempuh dalam suatu audit kepegawaian, khususnya

menyangkut:

1) Penentuan unit-unit kegiatan beserta aktivitasnya yang akan diaudit oleh

bagian kepegawaian

2) Persepsi terhadap tujuan lembaga (sasaran unit-unit kerja/ fakultas) pada

masing-masing institusi yang diaudit

3) Persepsi tentang kepuasan kerja terhadap instituasi, rekan sekerja dan unsur

pimpinan

4) Persepsi terhadap beban kerja yang diemban pegawai pada masing-masing

unit kerja

5) Persepsi terhadap tugas dan tanggung jawab bagian kepegawaian dalam

kegiatan audit kepegawaian

6) Persepsi terhadap kebijakan atau prosedur yang ada dalam kegiatan audit

kepegawaian

7) Persepsi terhadap standar kepegawaian yang ada

b. Bagaimanakah upaya peiaksanaan audit kepegawaian dalam rangka meningkatkan

efektivitas pengelolaan sumber daya manusia ?

c. Bagaimanakah laporan yang dibuat dari hasil audit kepegawaian ?

(40)

Masalah 2. Ruang lingkup aktivitas audit kepegawaian

a. Bagaimanakah cara mengetesmasi kebutuhan pegawai, merencanakan pelatihan,

penempatan serta merencanakan suksesi pegawai dilakukan ?

b. Ketentuan-ketentuan apa saja yang ditetapkan dalam rekrutmen pegawai ?

c. Bagaimanakah per ituan seleksi serta penempatan pegawai ? d. Ketentuan-ketentuan pelatihan apa saja yang diberlakukan ?

e. Bagaimanakah mengupayakan pengembangan karir ?

f. Bagaimanakah Standar, kriteria serta teknik penilaian prestasi kerja yang

dipergunakan ?

g. Bagaimanakah ketentuan administrasi imbal jasa yang dipergunakan ?

Masalah 3. Pelporan hasil aduit kepegawaian

a. Bagaimanakah bentuk format peiaporan yang dibuat dalam upaya

menginformasikan hasil audit kepegawaian ?

b. Apa saja isi laporan yang dibuat dari hasil audit kepegawaian ? c. Bagi siapa saja peruntukkan laporan hasil audit kepegawaian ? d. Bagaimanakah proses pembuatan laporan yang ditempuh ?

Masalah 4. Model audit kepegawaian yang mungkin dipergunakan

Dengan

memperhatikan

aspek-aspek

yang

telah

dikemukakan

pada

ketiga

permasalahan di atas, maka pada masalah ke-4 lebih menekankan pada :

Bagaimanakah kemungkinan model audit kepegawaian yang dapat dikembangkan

khususnya pada Perguruan Tinggi Swasta ?

C. Metoda Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Metoda Penelitian

Penelitian ini tidak bermaksud untuk mengungkapkan hubungan antara

variabel melalui studi korelasi atau regresi untuk menguji hipotesis tertentu. Rumusan

(41)

masalah dalam penelitian ini menuntut peneliti untuk melakukan eksplorasi dalam

upaya memahami dan menjelaskan masalah yang diteliti melalui komunikasi yang intensif dengan sumber data. Dalam proses penelitiannya, peneliti dibimbing oleh

suatu "conceptual framework" . Artinya, peneliti harus mempunyai tingkat intensitas pemahaman terhadap suatu konsepsi atau teori. Konsepsi ini merupakan perspektif

teoritis yang dijadikan pedoman proses inquiri oleh peneliti. Bila tidak demikian, maka apa yang dihasilkan dalam penelitian ini hanyalah merupakan kumpulan informasi (data) saja. Bila kumpulan terorganisasi dalam suatu struktur pemikiran tertentu, maka data tersebut mempunyai makna untuk menjelaskan masalah yang diteliti. Pendekatan

penelitian ini dikenal sebagai "Qualitative Research"(Bogdan dan Biklen, 1982).

Alasan peneliti menggunakan metoda kualitative (qualitative research) dalam

penelitian ini adalah :

a. peneliti sendiri terjun sebagai penilai peiaksanaan audit kepegawaian dengan ikut

serta dalam proses audit tesebut untuk mejajagi apakah aspek-aspek kepegawaian

yang diaudit tersebut memberikan dampak dalam upaya peningkatan efisiensi dan

efektivitas pengelolaan sumber daya manusia atau tidak ? Peneliti membenamkan

diri dengan pikiran yang seterbuka mungkin agar kesan-kesan yang muncul dapat

direkam dengan sekasama serta dicek dengan satu sumber dengan sumber lain

yang disebut "triangulasi", hingga memperoleh kepuasan, karena berkeyakinan

dapat menginterpretasikan kesan-kesan yang diperoleh dengan tepat.

b. mengingat peneliti sendiri berusaha untuk mendapatkan data nyata langsung dari

sumber maupun lokasinya, maka peneliti sendiri merupakan instrumen langsung dari sumber maupun lokasinya, oleh karena itu peneliti merupakan instrumen inti/

utama (human instrument).

c. peneliti akan mencoba memahami makna atau "meaning" dari apa yang diteliti

selama peiaksanaan proses audit kepegawaian berlangsung untuk menilai sampai

dimanakah peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya manusia

(42)

di lingkungan Universitas Islam Bandung berdasarkan kriteria aktivitas yang diaudit

yang peneliti pahami, hayati serta yakini berdasarkan pemahaman tentang

peningkatan efektivitas pengelolaan sumber daya manusia yang sebenarnya dapat

diperoleh dari sumber itu sendiri.

d. kerangka kerja pene m penulis susun dalam bentuk "pertanyaan penelitian"

(research question) yang pada dasarnya didesain secara tidak lengkap atau terinci

menurut keseluruhan peiaksanaan proses audit kepegawaian, sebab penjabaran ke dalam bentuk lembar pengamatan dan pedoman wawancara hanya digunakan oleh peneliti sebagai rambu-rambu untuk mengeksplorasi data yang berkaitan erat

dengan masalah yang diteliti.

e. data yang diperoleh akan dianalisis secara induktif berdasarkan masukan terhadap pertanyaan penelitian. Itulah sebabnya dalam penelitian ini, tidak dibuat hipotesa

penelitian. Teori dikembangkan atas dasar pemahaman secara sederhana dari data yang paling mendasar, yaitu yang berasal dari data itu sendiri. Pola berpikir semacam ini disebut "grounded theory".

f.

penelitian diakhiri dengan penjelasan dan uraian hasii penelitian yang bersifat

deskriptif atas dasar perolehan data maupun diseminasi dari penemuan-penemuan maupun teori penunjang, serta penelitian masalah peiaksanaan audit kepegawaian

serta penelitian masalah peiaksanaan audit kepegawaian lebih ditekankan pada

proses daripada hasii/produk.

Alasan tersebut adalah sesuai dengan beberapa karakteristik peneiitian

kualitatif yang disebutkan oleh Bogdan aan Biklen (1982 : 27-19), dan Lincoln dan

Guba (1985: 39-42).

Mengingat audit kepegawaian merupakan suatu realita yang tidak terlepas dari

lokasi dan situasinya, maka perumusan hasil harus lebih luwes, sebab interpretasi terhadap kesan-kesan upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber

daya manusia bagi setiap pengamat sangat tergantung dari pikiran perorangan yang

(43)

beraneka ragam yang akan berubah menurut waktu, situasi, dan latar belakangnya.

Namun obyektivitas tetap harus diusahakan walaupun dalam arti faktual atau

konfirmasi kesepakatan antar berbagai sumber informasi.

Selanjutnya Bogdan dan Biklen (1982 : 2-3) menjelaskan bahwa "qualitative

research" merupakan istilah yang iuas yang met>j angkan dan mencakup segala

bentuk penelitian yang memiliki ciri-ciri yang bersamaan. Data yang dikumpulkan

biasanya disebut sebagai data "lunak" (soft data), karena data tersebut berupa uraian yang kaya akan dekripsi mengenai kegiatan subyek yang diteliti, pendapatnya dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan yang diperoleh melalui wawancara dan studi

dokumenter. Uraian-uraian seperti itu biasanya sangat sulit untuk ditangani melalui

prosedur statistik. Dalam penelitian kualitatif, pertanyaan peneliti tidak dirumuskan atas dasar definisi operasional dari suatu variabel penelitian. Pertanyaan peneliti kualitatif

dirumuskan dengan maksud untuk memahami gejala kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain. Peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif. pada tahap penelitiannya, mungkin belum memiliki gambaran yang jelas tentang aspek-aspek masalah yang ditelitinya. la akan mengembangkan fokus penelitian sementara ia mengumpulkkan data. Proses seperti ini disebut "emergent design" (Lincoln dan Guba, 1985:102). Demikian pula, peneliti kualitatif tidak m^nghampiri masalah yang

ditelitinya melalui pertari/^an penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya untuk

dlcarikan jawabannya atau melalui perumusan hipotesis untuk dibuktikan/dites

kebenarannya. Sebagai peneliti kualitatif ia akan menaruh perhatian untuk memahami

perilaku, pendapat, persepsi, sikap dan lain-lainnya berdasarkan pandangan subyek

yang ditelitinya sendiri. Oleh karena itu, peneliti kualitatif mengumpulan datanya

melalui kontak langsung dengan subyek yang ditelitinya di tempat di mana mereka

sehari-hari biasa berada dan biasa melakukan kegiatannya,

Penelitian kualitatif dalam bidang pendidikan lebih dijelaskan sebagai pendekatan "Naturalistic", seperti dijelaskan oleh Guba (1978) dan Wolf (1979) seperti

(44)

dikutif oleh Bogdan dan Biklen (1982:3) dan Djam'an Satori (1989) sebagai berikut :"In

education, quaitative research is frequently called naturalistic because the researcher

hangs around where the events, he or she is interested in naturally accour. And the

data is ghatered by people engaging in natural behavior : talking, visiting, looking,

easting, and so on".

Untuk maksud yang sama, Lincoln dan Guba (1985) menyebutkannya sebagai

"Naturalistic ingquiry".

David D.William (1988:53) seperti dikutif oleh Djam'an Satori (1988:141)

merumuskan "Naturalistic Inquiry"sebagai berikut : "Simply put, naturalistic inquiry is

inquiry conducted ini natural settings (in the field of interest, not ini laboratories), using

natural methods (observation, interviewing, thingking, writing, reading) in natural ways

by people who have natural interet ini what they are studying (practicioners such as

teachers or evaluators)".

2. Teknik Pengumpulan Data

Bogdan dan Biklen (1982:72-74) menyatakan bahwa keberhasilan suatu

penelitian naturalistik sangat tergantung kepada ketelitian, kelengkapan catatan

lapangan (field notes) yang disusun oleh peneliti. Catatan lapangan tersebut disusun

melalui wawancara dan studi dokumenter. Kedua teknik pengumpulan data tersebut digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi yang saling menunjang

dan melengk

Referensi

Dokumen terkait

Hingga saat ini, perseroan baru menarik pinjaman dari Bank KEB Hana sebanyak US$5 juta sehingga fasilitas pinjaman dari perbankan masih mencukupi untuk kebutuhan

a) Mahasiswa diwajibkan menggunakan pakaian sopan (tidak oblong, bukan celana berbahan jeans) dan pantas pada waktu mengikuti perkuliahan di kelas sesuai tata tertib umum yang ada

(7) Tolok ukur dan pembobotan indikator penilaian mandiri atas Kinerja PPB Pemda sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) dilakukan menggunakan

Penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode yang dapat diterapkan dengan baik pada mata pelajaran Pemrograman Web kelas. X

Atau wakaf produksi juga dapat didefenisikan yaitu harta yang digunakan untuk kepentingan produksi baik dibidang pertanian, Perindustrian, perdagangan dan jasa yang

Analisis mengenai gubahan bentuk dan ruang dalam pada gedung Sekolah Mutiara Nusantara, Bandung ditinjau berdasarkan teori lingkungan alami yang mencakup faktor

meliputi penetapan standar produk atau proses dari pihak produsen, melainkan standar yang ditetapkan produsen tersebut juga harus sesuai dengan spesifikasi atau toleransi

 Inkompatibilitas obat: Reaksi yang tidak diinginkan yang terjadi pada reaksi obat dengan cairan pelarut, dengan tempat obat, maupun dengan obat lain..  Interaksi