• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL LAYANAN PENDIDIKAN SISWA BERBAKAT MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN ENRICHMENT PROBLEM SOLVING SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL LAYANAN PENDIDIKAN SISWA BERBAKAT MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN ENRICHMENT PROBLEM SOLVING SMP."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

MODEL LAYANAN PENDIDIKAN SISWA BERBAKAT MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN ENRICHMENT PROBLEM SOLVING

DI SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Matematika

Oleh

Elisa Rahmadona NIM 0900704

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

MODEL LAYANAN PENDIDIKAN SISWA BERBAKAT MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN ENRICHMENT PROBLEM SOLVING

DI SMP

Oleh Elisa Rahmadona

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Elisa Rahmadona 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Elisa Rahmadona 2013

(4)

Elisa Rahmadona 2013

(5)

ii

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

MODEL LAYANAN PENDIDIKAN SISWA BERBAKAT MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN ENRICHMENT PROBLEM SOLVING

SMP

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis kesulitan yang ditemukan dari siswa berbakat matematika dalam mencapai kemampuan Three Mathematical Minds (M3), dan mengetahui apakah bahan ajar enrichment yang dikembangkan dapat mengatasi kesulitan sebagaimana yang ditemukan pada tes kemampuan M3. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Bandung. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa berbakat matematika yang tergabung dalam ektrakurikuler Kelompok Pecinta Matematika (KPM). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Analisis data dilakukan dengan cara analisis deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data secara triangulasi data. Dari hasil penelitian diperoleh tiga kesulitan siswa berbakat matematika dalam mencapai kemampuan M3, yaitu: 1) kesulitan bersifat strategik atau heuristik, 2) kesulitan bersifat penalaran adaptif, dan 3) kesulitan bersifat gabungan (strategik dan penalaran adaptif). Bahan ajar enrichment yang dikembangkan dapat membantu siswa dalam hal kesulitan bersifat strategik dan kesulitan bersifat penalaran adaptif.

Kata Kunci: Tes kemampuan Three Mathematical Minds, kesulitan bersifat

strategik, kesulitan bersifat penalaran adaptif, kesulitan bersifat strategik dan penalaran adaptif, bahan ajar enrichment.

ABSTRACT

This study aims to determine the types of difficulties that are found from math gifted students in achieving the test of the Three Mathematical Minds (M3), and determine whether the enrichment materials were developed to overcome the difficulties as those found in the M3 test. The study was conducted at SMP Negeri 2 Bandung. The subjects in this study were math gifted students who joined in extracurricular of Math Fans Club (MFC). This study uses qualitative methods. Data analysis was done by descriptive analysis of qualitative, with data collection techniques was data triangulation. The study reports that there were three math gifted student difficulties in achieving the ability of M3, there are: 1) strategic or heuristic difficulties, 2) adaptive reasoning difficulties, and 3) combined of strategic and adaptive reasoning difficulties. Enrichment of teaching materials are developed can help students in strategic difficulties and adaptive reasoning difficulties.

(6)

vi

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penulisan ... 6

D. Manfaat Penulisan ... 6

E. Struktur Organisasi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Siswa Berbakat Matematika ... 8

B. Identifikasi Siswa Berbakat Matematika... 10

C. Kecakapan Matematis ... 12

D. Problem Solving ... 15

E. Teori Belajar Vygotsky ... 18

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 21

B. Definisi Operasional ... 24

C. Instrumen ... 24

D. Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 28

(7)

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 100

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102

LAMPIRAN ... 105

(8)

1

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Terdapat tiga faktor yang melatarbelakangi berbagai masalah yang muncul

terkait keberbakatan matematika, yaitu pemahaman (persepsi) yang keliru tentang

keberbakatan matematika, perhatian yang belum proporsional, dan model layanan

pendidikan yang cenderung memenuhi kebutuhan siswa rata-rata. Ketiga masalah

tersebut akan menjadi hal yang kompleks dan merugikan jika selalu diabaikan.

Faktor pertama adalah pemahaman tentang keberbakatan yang belum

sepenuhnya benar. Pemahaman yang keliru tentang siswa berbakat matematika

bisa datang dari guru, orang tua, dan masyarakat. Kebanyakan orang beranggapan

bahwa berbakat matematika itu jika memperoleh hasil tes matematika yang selalu

tinggi, memperoleh nilai tinggi pada ujian matematika, atau menjadi bintang

kelas. Padahal memperoleh nilai tinggi belum tentu menggambarkan

keberbakatan. Karena, pertama soal yang dirancang dalam pembelajaran

matematika di sekolah belum tentu mengandung indikator keberbakatan

matematika. Kedua, walaupun memuat indikator keberbakatan, keberhasilan

siswa dalam menyelesaikan soal bisa saja karena telah dilatih dengan soal-soal itu

sebelumnya. Anggapan itu sepertinya tidak berlebihan. Karena, sekarang semakin

marak siswa yang mengikuti bimbingan belajar (bimbel). Dibimbel cenderung

membahas model-model tes yang sering berkembang atau yang sering digunakan

di dalam ulangan. Sehingga, jelas saja jika siswa sering dilatih dengan soal-soal

yang setipe, jika mereka menemukan soal yang sama mereka akan bisa

menyelesaikannya.

Di masyarakat sendiri, keberbakatan masih belum populer. Sehingga,

perhatian untuk siswa berbakat menjadi belum optimal. Karena siswa berbakat

tidak dapat dengan mudah dikenali, ditambah kurangnya pemahaman masyarakat

tentang karakteristik siswa berbakat, seringkali masyarakat mengabaikan

keberadaan mereka. Kesalahan persepsi masyarakat terhadap siswa berbakat

(9)

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

siswa berbakat memiliki pengetahuan yang lebih banyak dan lebih luas, serta

pemikirannya telah berkembang jauh dari usianya, mengakibatkan mereka

cenderung susah berinteraksi dengan teman sebayanya. Dan tidak jarang mereka

memiliki hubungan yang kurang baik dengan anak seusianya. Hal ini

menimbulkan labeling terhadap siswa berbakat, yakni siswa berbakat adalah anak

yang sok dewasa, sok pintar, dan perfeksionis. Selain itu, sifat kritis dan ingin tahu

yang dimiliki siswa berbakat juga dapat menimbulkan kesan bahwa mereka

sombong dan egois.

Persepsi yang keliru tentang keberbakatan matematik yang tak kalah

pentingnya datang dari orang tua. Karena minimnya pengetahuan tentang

keberbakatan matematik, membuat kebanyakan orang tua merasa anaknya aneh

bahkan mengira anaknya memiliki kelainan. Orang tua merasa frustasi ketika

anaknya tidak mau mengerjakan tugas sekolah, tidak bersemangat pergi ke

sekolah, dan lebih senang bermain dengan anak yang lebih tua. Padahal, hal

tersebut terjadi karena anak tidak merasa tertantang dengan tugas yang diberikan,

sehingga mereka cenderung tidak bersemangat pergi ke sekolah. Ketika anak

berbakat tidak mendapatkan perhatian dan tantangan sesuai kebutuhannya, anak

akan menjadi under achiever, susah diatur, tidak terkontrol, dan bahkan menjadi

pribadi yang menganggu orang lain. Oleh karena itu, keluarga terutama orang tua

harus memiliki pemahaman tentang anak berbakat matematik. Sehingga,

keberbakatan anak dapat dilayani dengan baik.

Masalah kedua, perhatian yang belum proporsional. Perhatian di sini bisa

perhatian oleh pemerintah, oleh sekolah, oleh orang tua, dan oleh guru. Kenapa

disebut belum proporsional? Karena perhatian yang sekarang diberikan cenderung

hanya mengejar prestasi. Misalnya, untuk mengikuti olimpiade. Untuk

memperoleh gelar juara di olimpiade, maka siswa diberi latihan untuk mengikuti

olimpiade. Padahal dalam dunia pendidikan, memberikan perhatian bukan hanya

dalam rangka olimpiade, tetapi dalam rangka mengoptimalkan potensi yang

dimiliki siswa. Sehingga, ada atau tidak ada olimpiade, tidak menjadi masalah.

Siswa berbakat tetap diberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan mereka. Jadi,

(10)

3

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

mendapatkan medali. Namun yang terjadi saat ini, pemerintah dan pihak sekolah

bahkan rela mengeluarkan biaya besar-besaran untuk memberikan pelatihan

olimpiade. Jika tidak ada olimpiade, maka tidak diberi pelatihan. Hal itulah yang

dimaksud dengan perhatian yang belum proporsional. Jadi, proporsional itu

adalah memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan siswa berbakat. Kapan saja

mereka butuh, diberi pelayanan, bukan hanya menunggu jika ada olimpiade saja.

Ketiga, model layanan pendidikan yang cenderung memenuhi kebutuhan

siswa rata-rata. Kondisi yang terjadi di sekolah memang membuat guru dilema

dalam memberikan pelayanan untuk siswa berbakat. Disatu sisi guru harus

menuntaskan materi yang ada dalam waktu yang telah ditentukan, namun disisi

lain guru juga harus memperhatikan kebutuhan siswa berbakat. Mengingat jumlah

siswa berbakat dalam suatu kelas yang sangat sedikit, tentunya guru akan lebih

memilih untuk melakukan proses pembelajaran yang sesuai untuk siswa

kebanyakan atau rata-rata. Hal ini membuat siswa berbakat menjadi tidak

tersentuh, dan tentunya akan berdampak negatif bagi mereka. Mereka merasa

seolah diabaikan, dan kebutuhan mereka tidak terpenuhi. Akibatnya, potensi

belajar mereka tidak berkembang secara optimal atau bahkan jauh di bawah

potensi yang dimiliki (under achievement), menimbulkan perilaku yang

mengganggu ketenangan kelas (trouble maker), dan rendah motivasi.

Proses pembelajaran seperti ini seakan telah menjadi tradisi pendidikan di

negara kita. Guru menyajikan pelajaran kepada semua siswa dan semua siswa

mengerjakan tugas yang sama pada waktu yang bersamaan. Hal ini tentunya tidak

adil bagi siswa berbakat matematika. Mereka membutuhkan kesempatan untuk

belajar ditingkat kemampuan yang mereka miliki. Sayangnya, banyak pendidik

beranggapan bahwa cara ini merupakan cara terbaik dalam pembelajaran. Sangat

disayangkan jika semua ini terus terjadi. Kita akan kehilangan generasi-generasi

unggul yang merupakan aset berharga bangsa ini.

Caine dan Caine (dalam Stepanek, 1999) mengemukakan bahwa tantangan

adalah salah satu komponen kunci dari efektivitas kurikulum dan pengajaran.

Studi tentang otak menunjukkan bahwa belajar ‘mengambil tempat’ ketika

(11)

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

sesuai. Hal ini sering menjadi masalah untuk siswa berbakat. Jika materi dan tugas

yang diberikan hanya disesuaikan dengan level untuk siswa di kelas secara umum,

akan sangat mudah untuk mereka. Mereka tidak akan ikut terlibat, akibatnya

mereka tidak akan belajar. Menurut Schultz, et al. (dalam Stepanek, 1999) ketika

tugas yang diberikan tidak cukup menantang, otak tidak akan melepaskan bahan

kimia yang cukup yang dibutuhkan untuk belajar, seperti dopamine, noradrenalin,

serotonin, dan neourochemicals lainnya. Hal inilah yang biasanya terjadi di

sekolah, siswa berbakat matematika tidak ditantang dan kebutuhan belajar mereka

tidak terpenuhi.

Siswa berbakat matematika yang telah menguasai banyak konsep, serta

memiliki kemampuan berpikir matematik tingkat tinggi kemudian dihadapkan

pada proses pembelajaran di kelas reguler, kemungkinan sebagian besar waktunya

di sekolah akan terbuang sia-sia. Mereka juga membutuhkan apa yang siswa lain

perlukan, seperti kesempatan untuk belajar materi baru dan mengembangkan

potensi yang mereka miliki. Hal inilah yang terjadi pada Nuril dan Michael, dua

orang siswa berbakat matematika yang menjadi subyek dalam penelitian ini.

Mereka yang pengetahuan matematiknya sudah jauh di atas teman-teman

sekelasnya, menjadikan ekstrakurikuler Kelompok Pecinta Matematika (KPM)

sebagai tempat pelarian untuk memperdalam dan mengasah kemampuan

matematik mereka. Nuril merasa tidak mendapat apa-apa saat belajar matematika

di kelas. Dia yang menyukai tantangan merasa tidak terpenuhi kebutuhannya saat

belajar matematika di dalam kelas. Hal tersebut dikarenakan kurangnya perhatian

dan tugas yang diberikan guru.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang tujuannya untuk meminimalisir masalah yang muncul terkait

keberbakatan matematika. Cara yang dilakukan adalah dengan memberikan

alternatif untuk masalah ketiga, yaitu model layanan pendidikan untuk siswa

berbakat matematika. Ada tiga istilah yang akan ditemui ketika kita berbicara

mengenai layanan pendidikan untuk siswa berbakat, yaitu pengayaan

(enrichment), percepatan (acceleration), dan pengelompokkan. Acceleration

(12)

5

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

materi secara cepat. Hal ini berarti membolehkan siswa yang lebih muda untuk

mempelajari kurikulum yang biasanya diberikan untuk siswa yang lebih tua.

Sedangkan enrichment memberi siswa aktivitas pendidikan yang lebih kaya dan

lebih bervariasi. Acceleration dan enrichment keduanya mengakomodasi

kebutuhan dan kemampuan pendidikan siswa berbakat. Keduanya dapat

membantu mengembangkan pemikiran kreatif dan keterampilan berpikir tingkat

tinggi lainnya (Davis, 2012).

Karena dalam kelas regular dirasa sulit untuk memberikan layanan pendidikan

yang sesuai dengan kebutuhan siswa berbakat matematika, maka dipilihlah

pendekatan enrichment sebagai model layanan pendidikan untuk siswa berbakat

matematika. Latihan enrichment yang diberikan tentunya memiliki fokus

kemampuan apa saja yang ingin difasilitasi. Untuk itu perlu diidentifikasi

kesulitan apa saja yang ditemukan pada siswa berbakat matematika. Maka,

sebelum memberikan layanan enrichment, terlebih dahulu siswa diberi tes yang

dinamakan tes kemampuan Three Mathematical Minds (M3). Tes kemampuan M3

ini sebagaimana dikemukakan oleh Sternberg (dalam Sak, 2009) merupakan tes

yang digunakan untuk mengidentifikasi siswa berbakat matematika. Adapun

kemampuan yang digunakan dalam instrumen tes meliputi knowledge expert

(kemampuan yang muncul akibat belajar, bersifat routine problem solving),

kemampuan kreatif, dan kemampuan analisis. Setelah ditemukan kesulitan dalam

tes kemampuan M3, maka barulah disusun bahan ajar enrichment untuk

membantu siswa dalam kesulitan tersebut.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Jenis kesulitan apa saja yang ditemukan dari siswa berbakat matematika

dalam mencapai kemampuan Three Mathematical Minds?

2. Apakah bahan ajar enrichment yang dikembangkan dapat mengatasi kesulitan

sebagaimana yang ditemukan pada tes kemampuan Three Mathematical

(13)

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui jenis kesulitan apa saja yang ditemukan dari siswa berbakat

matematika dalam mencapai kemampuan Three Mathematical Minds.

2. Mengetahui apakah bahan ajar enrichment yang dikembangkan dapat

mengatasi kesulitan sebagaimana yang ditemukan pada tes kemampuan Three

Mathematical Minds.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan inspirasi untuk sekolah dan

menjadi salah satu contoh model layanan pendidikan untuk siswa berbakat

matematika bagi guru dan sekolah.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru dan sekolah

mengenai model layanan pendidikan untuk siswa berbakat matematika, antara

lain:

a. Guru dapat merancang desain bahan ajar enrichment yang mampu

memenuhi kebutuhan kemampuan berpikir matematik siswa berbakat

matematika.

b. Guru dapat memenuhi kebutuhan kemampuan berpikir matematik siswa

berbakat matematika.

E. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dari penelitian ini terdiri dari beberapa bab. Rincian dari

masing-masing bab adalah sebagai berikut.

1. BAB I: Pendahuluan, berisi gambaran umum dari skripsi, yang meliputi latar

belakang yang menjadi alasan utama melakukan penelitian, rumusan masalah

sebagai kerangka penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta struktur

organisasi yang berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan

(14)

7

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

2. BAB II: Kajian Pustaka, berisi kerangka konsep dan teori yang digunakan

dalam penelitian dan penyusunan skripsi.

3. BAB III: Metode Penelitian, berisi tentang metodologi penelitian yang

digunakan, meliputi desain penelitian, definisi operasional, instrumen

penelitian, dan analisi data.

4. BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi hasil penelitian di lapangan

dan pembahasan berdasarkan rumusan masalah.

5. BAB V: Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan

pembahasan berdasarkan rumusan masalah, dan saran-saran yang berkaitan

dengan hasil penelitian dan pembahasan.

6. Daftar Pustaka, berisi sumber-sumber tertulis yang digunakan sebagai acuan

dalam penulisan skripsi.

7. Lampiran, berisi semua dokumen yang digunakan selama penelitian, yakni

lembar nominasi guru, instrumen tes kemampuan M3, bahan ajar enrichment

dari siklus I sampai siklus VI, dan instrumen postes beserta jawabannya,

respon siswa terhadap instrumen yang diberikan, dan transkrip wawancara

(15)

21

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk membantu meminimalisir kesulitan yang

dihadapi siswa berbakat matematika berdasarkan hasil temuan pada tes

kemampuan M3. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode kualitatif

karena yang dilihat dalam penelitian ini adalah perubahan kemampuan berpikir

matematik siswa. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Staruss dan Corbin (dalam

Basrowi dan Surwandi, 2008) bahwa metode kualitatif menghasilkan

penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur

statistik atau dengan cara kuantitaif lainnya.

Bogdan dan Taylor (dalam Basrowi dan Surwandi, 2008) menyatakan bahwa

penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.

Sehingga dengan metode ini diharapkan akan mampu menghasilkan kesimpulan

yang sesuai.

A. Desain Penelitian

Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan

dengan kenyataan di lapangan. Jadi, tidak menggunakan desain yang telah disusun

secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat diubah lagi. Hal itu disebabkan oleh

beberapa hal. Pertama, tidak dapat dibayangkan sebelumnya tentang

kenyataan-kenyataan jamak di lapangan. Kedua, tidak dapat diramalkan sebelumnya apa

yang akan berubah karena hal itu akan terjadi dalam interaksi antara peneliti

dengan kenyataan. Ketiga, bermacam-macam sistem nilai yang terkait

berhubungan dengan cara yang tidak dapat diramalkan. Dengan demikian, desain

khususnya masalah yang telah ditetapkan terlebih dahulu apabila peneliti ke

lapangan dapat saja diubah (Moleong, 2011:13).

Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2011) mengemukakan ada sepuluh

komponen dalam penelitian kualitatif, yaitu: 1) fokus penelitian, 2) kesesuaian

(16)

22

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

subjek penelitian, 5) tahap-tahap penelitian, 6) teknik penelitian, 7) pengumpulan

dan pencatatan data, 8) prosedur dan analisis data, 9) perlengkapan penelitian, dan

10) pemeriksaan keabsahan data.

Dalam penelitian ini, yang menjadi fokus penelitian adalah membantu

meminimalisir kesulitan siswa berdasarkan hasil temuan pada tes kemampuan

M3. Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif (paradigma alamiah),

karena fokus penelitiannya lebih banyak mengkaji tentang proses atau aktivitas

enrichment yang berlangsung, perkembangan kemampuan berpikir matematik

siswa, serta interaksi sosial antara siswa, guru, dan lingkungannya. Teori

substansif yang digunakan dalam penelitian ini kebanyakan merupakan teori yang

bersifat kualitatif. Adapun teori-teori yang digunakan seperti teori enrichment,

problem solving, dan kecakapan matematik siswa.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Bandung

yang tergabung dalam ekstrakurikuler Kelompok Pecinta Matematika.

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini secara umum dibagi ke dalam tiga

tahap, yaitu:

1. Orientasi (studi pendahuluan)

Penelitian dimulai dari adanya suatu masalah. Sebagai tahap awal penelitian,

dilakukan studi literatur dan studi pendahuluan ke sekolah. Studi pendahuluan

dilakukan untuk mengetahui permasalahan siswa berbakat matematika. Dilakukan

wawancara terhadap beberapa orang siswa apakah kebutuhannya dalam belajar

matematika terpenuhi. Selain itu juga dilakukan wawancara terhadap guru

matematika untuk mendapatkan gambaran mengenai proses pembelajaran

matematika. Setelah masalah teridentifikasi, kegiatan selanjutnya adalah

menganalisis masalah untuk selanjutnya merumuskan masalah sehingga dapat

melakukan persiapan untuk memecahkan masalah yang ada.

2. Perencanaan (Planning)

Setelah mengidentifikasi masalah, langkah selanjutnya adalah melakukan

persiapan penelitian. Berikut adalah langkah-langkah perencanaan:

(17)

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

b. Membuat instrumen untuk mengidentifikasi siswa berbakat matematika.

c. Membuat instrumen untuk menemukan kesulitan dari siswa berbakat

matematika.

d. Membuat bahan ajar enrichment untuk siswa berbakat matematika.

e. Mempersiapkan lembar observasi dan wawancara.

f. Judgement instrumen oleh dosen pembimbing

g. Revisi instrumen (jika diperlukan).

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap

identifikasi siswa berbakat matematika, tahap program enrichment, tahap

pengamatan (observation), dan tahap refleksi. Secara rinci, tahap-tahap

pelaksanaan penelitian diuraikan sebagai berikut:

a. Tahap identifikasi siswa berbakat matematika

Tahap identifikasi dilakukan diekstrakurikuler Kelompok Pecinta Matematika

(KPM) yang ada di SMP Negeri 2 Bandung. Tahap identifikai pertama

berdasarkan hasil nominasi guru. Selanjutnya siswa hasil nominasi guru diberi tes

kemampuan M3.

b. Program Enrichment

Setelah siswa berbakat matematika teridentifikasi, dan ditemukan kesulitan

pada tes kemampuan M3, langkah selanjutnya adalah pemberian program

enrichment. Enrichment diberikan sebanyak enam siklus yang dilaksanakan sekali

atau dua kali dalam seminggu. Setelah program enrichment selesai dilaksanakan,

kemudian siswa kembali diberi soal tes kemampuan M3, namun soalnya berbeda

dengan tes kemampuan M3 awal.

c. Pengamatan (Observation)

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan program enrichment.

Kegiatan pengamatan ini bertujuan untuk melihat proses enrichment yang

diberikan, melihat perkembangan kemampuan matematik siswa, dan melihat

(18)

24

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

d. Refleksi (Reflection)

Refleksi dilakukan dengan cara meninjau kembali program enrichment yang

diberikan. Tujuannya adalah untuk memperbaiki proses enrichment pada

pertemuan berikutnya. Misalnya jika dilihat siswa mulai merasa bosan dengan

kegiatan yang dilakukan, bisa diganti dan dibuat inovasi-inovasi bentuk kegiatan

program enrichment lainnya agar siswa tertarik dan aktif dalam kegiatan

enrichment. Selain itu, refleksi juga bertujuan untuk melihat apakah program

enrichment yang diberikan sudah mampu membantu kesulitan siswa, sehingga

terjadi perkembangan kemampuan berpikir matematiknya.

Teknik penelitian sebagai teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik triangulasi data berdasarkan data observasi, data

tertulis, wawancara, dan dokumentasi. Dalam pengumpulan dan pencatatan data

digunakan alat-alat perekam audio dan video, seperti rekaman dengan

menggunakan hand phone dan kamera digital. Adapun dalam menganalisis data

peneliti melakukan analisis deskriptif kualitatif, dengan terlebih dahulu

mengumpulkan semua data dan informasi yang diperoleh. Kemudian mencari

hubungan dan memetakan hasil yang diperoleh berdasarkan indikator kemampuan

yang ingin dicapai. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi dan menyajikan

data secara naratif.

B. Definisi Operasional

Program enrichment adalah pemberian pelayanan pendidikan kepada peserta

didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa yang dimiliki

dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat

pemenuhan/perkembangan kemampuan matematik yang dimiliki, setelah yang

bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untuk peserta didik

lainnya.

C. Instrumen Penelitian

Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai

(19)

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

instrumen. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, karena

peneliti sangat berperan dalam keseluruhan proses penelitian, termasuk dalam

pengumpulan data (Moleong, 2011).

Selain peneliti sebagai instrumen utama, dibuat pula instrumen pendukung

yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian

ini. Berikut adalah uraian masing-masing instrumen penelitian yang digunakan

oleh peneliti:

1. Instrumen tes kemampuan M3

Instrumen tes kemampuan M3 dikembangkan berdasarkan indikator-indikator

kemampuan M3, dan bentuk soalnya berbeda dengan soal-soal pada program

enrichment. Soal berbentuk uraian. Soal ini diberikan kepada siswa sebanyak dua

kali, pertama sebagai soal pretes dan kedua sebagai soal postes. Sebagai soal

pretes bertujuan untuk melihat dan mengidentifikasi kesulitan siswa dalam

mencapai kemampuan M3, melihat indikator apa saja yang belum ada. Sedangkan

sebagai soal postes bertujuan untuk melihat perubahan dan perkembangan

kemampuan berpikir matematik siswa.

2. Bahan ajar layanan enrichment

Bahan ajar layanan enrichment digunakan sebagai desain pembelajaran untuk

membantu meminimalisir kesulitan sebagaimana yang ditemukan pada tes

kemampuan M3. Bahan ajar yang digunakan berupa Lembar Kerja Siswa (LKS).

Soal-soal dalam bahan ajar ini dikembangkan berdasarkan kesulitan yang

ditemukan pada saat tes kemampuan M3.

3. Lembar kuesioner

Lembar kuesioner digunakan sebagai lembar nominasi untuk

mengidentifikasi siswa berbakat matematika. Lembar ini diisi oleh guru

matematika. Lembar nominasi guru diadaptasi dari Scale for rating Behavioral

Characteristics of Superior Students dari Joseph S. Renzulli dan Robert K.

(20)

26

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

4. Catatan lapangan

Catatan lapangan dimaksudkan sebagai pelengkap data tertulis bagi peneliti.

Catatan lapangan dibuat selama proses enrichment untuk mencatat hal-hal dan

temuan-temuan selama penelitian.

Untuk lebih rinci mengenai instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

terapat pada lampiran A.

D. Analisis Data

Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2011) menyatakan bahwa analisis data

adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting

dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada

orang lain.

Miles dan Huberman (dalam Annesya, 2011) mengemukakan bahwa

efektivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh. Ukuran

kejenuhan data ditandai dengan tidak diperoleh lagi data atau informasi baru.

Aktivitas dalam analisis data meliputi reduksi data (data reduction), penyajian

data (data display), serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion

drawing/verification).

1. Reduksi data (data reduction)

Menurut Patilima (dalam Annesya, 2011) reduksi data adalah proses analisis

untuk memilih, memusatkan perhatian, meyederhanakan, mengabstraksikan serta

mentransformasikan data yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Mereduksi

data berarti membuat rangkuman, memilih hal pokok, memfokuskan pada

hal-hal penting, mencari tema dan pola, serta membuang yang dianggap tidak perlu.

Reduksi data dilakukan dengan pertimbangan bahwa data yang diperoleh dari

lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dipilih dan dipilah sesuai

(21)

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

2. Penyajian data (data display)

Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun

dalam pola hubungan, sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data dapat

dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori, diagram

alur (flow chart), dan lain sejenisnya.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verification).

Langkah berikutnya dalam proses analisis data kualitatif adalah menarik

kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data. Kesimpulan awal

yang dikemukan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan

bukti-bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses untuk

mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut sebagai verifikasi data.

Menurut Miles dan Huberman (dalam Annesya, 2011) uji keabsahan data

dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal),

transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas) dan confirmability

(objektivitas). Uji kredibilitas terkait dengan keaslian data/tidak rekayasa. Uji

kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara

lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam

penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan

member check. Transferability pada penelitian kualitatif berkenaan dengan

pertanyaan, hingga dimana penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam

situasi lain (dapat digeneralisasi). Oleh karena itu, peneliti harus membuat

laporannya dengan uraian yang rinci, jelas, sistematik sehingga dapat dipercaya.

Dependability terkait dengan konsistensi data/saling keterkaitan data.

Confirmability mengandung arti bahwa data yang diperoleh bersifat objektif,

(22)

102

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hroub, A. (2011). “Developing Assessment Profiles for Mathematically Gifted Children with Learning Difficulties at Three Schools in Cambridgeshire, England”. Journal for the Education of the Gifted. 34:7

Annesya, D. (2011). Teknik Analisis Data. [Online]. Tersedia: http://frenndw.wordpress.com/tag/reduksi-data/ [19 Juni 2013]

Benbow, C. dan Minor, L. (1990). Cognitive profiles of verbally and mathematically precocious students: Implications for identification of the gifted. Dalam Gifted Child Quarterly National Association for Gifted Children (NAGC) [Online], Vol. 34, No. 1, pp. 21-26. Tersedia: http://www.davidsongifted.org/db/Articles_id_10188.aspx [24 Juni 2012]

Bicknell, B. A. (2009). Multiple Perspectives on the Education of Mathematically Gifted and Talented Students: A Dissertation Presented in Partial Fulfilment of the Requirements for the Degree of Doctor of Philosophy in Education at Massey University, Palmerston North, New Zeland. [Online]. Tersedia: http://mro.massey.ac.nz/bitstream/handle/10179/890/02whole.pdf?sequence =1 [29 Februari 2012]

Chow, K. (2004). Mathematically Gifted and Talented Students. [Online]. Tersedia:

https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:toHBOg_8_TwJ:gifted.tki.or g.nz/content/download/465/1942/file/Mathematically%2520gifted%2520and

%2520talented%2520students%2520-%2520A%2520resource%2520book.pdf+gifted+and+talented+student+mat hematically&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgzDhQYIsISuWrRW9

Q6QPcavV93X2WnUxbi9cKFNAq53O9urubVRheC-

aDnjEEyaFuLUVupk0kKdU3LD-2clqxRp50bSoD1AuVg9OdPQHwrFPEahW5jpreyphFslCbJMz5hmrp_&sig =AHIEtbSwtrGsE_AXGZvtPMpT0RkBSVTLwA [01 Januari 2012]

(23)

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

Davis, G. A. (2012). Anak Berbakat dan Pendidikan Keberbakatan. Jakarta: PT Indeks

Disnawati, H. (2012). Kupas Tuntas Problem Solving (1). [Online]. Tersedia: http://disnawati.wordpress.com/ [18 November 2012]

Dolan, D. T., & Williamson, J. (1983). Teaching Problem Solving Strategies. Don Mills: Addicon – Wesley Publishing Company

Kilpatrick, et al. (2001). Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics. National Research Council

Kerr, B. (2009). Mathematical Problem Solving. Jakarta: World Scientific

Posamantier, A. S., & Stepelman, J. (1990). Teaching Secondary School Mathematics, Techniques and Enrichment Unit Third Edition. Columbus: Merrill

Miller, R. C. (1990). Discovering Mathematical Talent. [Online]. Tersedia: http://www.kidsource.com/kidsource/content/math_talent.html [30 Oktober 2011]

Moleong, L. J. (2007) Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: Rosda Karya

Munandar, S. C. U. (2009) Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta

Sak, U. (2010). Test of the Three-Mathematical Minds (M3) for the Identification of Mathematically Gifted Students (Delving Into Dimensions of

Mathematical Giftedness). [Online]. Tersedia:

(24)

104

Elisa Rahmadona 2013

Model Layanan Pendidikan Siswa Berbakat Matematika Dengan Pendekatan Enrichmen Problem Solving Di SMP

Suryadi, D. (2004). Landasan Teoritik Pembelajaran Berpikir Matematik. [Online]. Tersedia: http://didi-suryadi.staf.upi.edu/files/2011/06/Bab-2-Landasan-Teoritik-Pembelajaran-Berpikir-Matematik.pdf [09 Desember 2012]

Stepanek, J. (1999). The Inclusive Classroom, Meeting the Needs of Gifted Students: Differentiating Mathematics and Science Instruction. [Online]. Tersedia: educationnorthwest.org/webfm_send/755 [30 Desember 2011]

Referensi

Dokumen terkait

Tjiptono (2001: 61) menyimpulkan bahwa citra kualitas layanan yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut

Penelitian ini bertujuan untuk: mengembangkan Media Pembelajaran Akuntansi Modul Interaktif Berbasis Adobe Flash dan meningkatkan motivasi bagi siswa kelas X Akuntansi

Skripsi yang berjudul “ Semangat Nasionalisme dalam Novel 2 Karya Donny Dhirgantoro: Tinjauan Sosiologi Sastra ” ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Pengembangan perguruan tinggi Islam berbasis karakter entrepreneurship bermoral merupakan agenda paling mendesak di tengah persaingan global yang kian intens dan

Proses Bisnis Badan Penjaminan Mutu Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta..

[r]

Kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis keselarasan pola fungsi, kategori dan peran dalam teks terjemahan Al-Quran yang mengandung etika berbahasa yang telah dikaji

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan galur BAL yang mampu menghambat pertumbuhan kapang, identifikasi BAL terseleksi, dan optimasi medium untuk produksi