• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL MENGAJAR 'ACTIVE LEARNING' DALAM PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMU ISLAM AL-AZHAR 5 CIREBON : Penelitian Kualitatif terhadap Implementasi Model 'Active Learning' dalam Pengajaran PAI pada Kelas 2 SMU Islam AI-Azhar 5 Cirebo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL MENGAJAR 'ACTIVE LEARNING' DALAM PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMU ISLAM AL-AZHAR 5 CIREBON : Penelitian Kualitatif terhadap Implementasi Model 'Active Learning' dalam Pengajaran PAI pada Kelas 2 SMU Islam AI-Azhar 5 Cirebo"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI MODEL MENGAJAR 'ACTIVE LEARNING'

DALAM PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

DI SMU ISLAM AL-AZHAR 5 CIREBON

Penelitian Kualitatif terhadap Implementasi Model 'Active Learning'

dalam Pengajaran PAI pada Kelas 2 SMU Islam AI-Azhar 5 Cirebon

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Menyelesaikan Program Magister Pendidikan

Dalam Bidang Pengembangan Kurikulum

Oleh:

KOMARUDDIN

NLM: 979725

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Prof. Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc Pembimbing I

•^0^-^-^

Prof. Dr. H. Ishak Abdulhaq

Pembimbinc; II

PROGRAM PASCA SARJANA

(3)

DIKETAHUI

KETUA PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul "Implementasi Model Mengajar 'Active Learning' dalam Pengajaran PAI di SMU (Peneltian Kualitatif terhadap Implementasi Model 'Active Learning' dalam Pengajaran PAI pada Kelas 2 SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon)" ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Cirebon, Oktober 2001

Yang Membuat Pernyataan

K o m a r u d d i n

(5)

DAFTARISI

Hal

KATAPENGANTAR i

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR dan TABEL viii

ABSTRAK ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 9

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah 10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 11

1. Tujuan Penelitian 11

2. Manfaat Penelitian 11

a. Manfaat Teoritis 11

b. Manfaat Praktis 12

E. Definisi Operasional Penelitian 13

F. Paradigma Penelitian 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Model Mengajar 'Active Learning' 15

1. Model-model Mengajar 15

2. Latar Belakang dan Pengertian 'Active Learning' 18 3. Kadar Kebermaknaan 'Active Learning' 20

4. Perencanaan Model Active Learning 22

5. Strategi Implementasi Model 'Active Learning' 24 6. Prinsip-prinsip Implementasi Model 'Active Learning' 27 7. Aplikasi Model Active Learning dalam Pengajaran PAI 28

B. Kurikulum PAI SMU 31

C. Penilaian Pembelajaran 38

(6)

VI

BAB HI METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian 47

B. Lokasi dan Sumber Data 49

C. Prosedur Pengambilan Sample ( Sampling) 52

D. Teknik-teknik Pengumpulan Data 52

E. Teknik-teknik Analisis Data 56

1. ReduksiData 57

2. Display Data 58

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi 59

F. Pengujian Keabsahan Temuan Penelitian 59

1. Derajat Kepercayaan 60

2. Derajat Keteralihan 60

3. Derajat Keterandalan 61

4. Derajat Penegasan 61

G. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian 62

1. Persiapan Penelitian 62

2. Pelaksanaan Penelitian 62

3. Member Check dan Analisis Data 63

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Penelitian 65

1. Kondisi Umum SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon 65 2. Kurikulum PAI SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon 72

B. Hasil Analisis Data 81

1. Perencanaan Pembelajaran Siswa dan Guru 84 2. Aktifitas Siswa dalam Pelaksanaan Pembelajaran 90 3. Pelaksanaan Pembelajaran Siswa dan Guru 98

4. Penilaian Hasil Belajar 103

C. Pembahasan Hasil Penelitian 104

1. Perencanaan Pembelajaran Siswa dan Guru 106

2. Pelaksanaan Pembelajaran 110

3. Penilaian Hasil Belajar 113

D. Rangkuman Temuan Hasil Penelitian 114

1. Perencanaan Pembelajaran PAI Siswa 116

2. Implementasi Pembelajaran PAI Guru dan Siswa 117

(7)

v u

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 120

B. Rekomendasi 122

1. Kepada Guru 123

2. Kepada Kepala Sekolah 124

3. Kepada Instansi Terkait 124

4. Peneliti Lanjutan 125

DAFTAR PUSTAKA 126

Biografi Penulis 129

Lampiran-lampiran 131

1. Struktur Organisasi SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon 2. Pola Integrasi di SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon

3. Instrumen Kinerja Kepala Sekolah SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon 4. Instrumen Kinerja Guru SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon

5. Profil Kader & Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tamatan 6. Alur Pemikiran Konseptual Kurikulum Al-Azhar

7. Program Kerja Guru PAI SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon 7.1. Program Tahunan

7.2. Program Caturwulan

7.3. Analisis Materi Pelajaran (AMP) 7.4. Program Satuan Pelajaran (PSP) 8. Instrumen Penelitian

(8)

Vlll

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar I-l Peta Paradigma Penelitian 14

Tabel II-1 Hubungan Peristiwa-peristiwa Belajar dalam PBM 43 Tabel IV-1 Perbedaan Jumlah Jam Pelajaran SMU Berdasarkan

Kurikulum Depdiknas dengan Kurikulum Al-Azhar 68 Tabel IV-2 Rekapitulasi Lulusan SMU Islam Al-Azhar 5

[image:8.595.85.476.208.562.2]

yang Lulus Masuk Perguruan Tinggi Negeri 70 Tabel IV-3 Rekapitulasi Lulusan SMU Islam Al-Azhar 5

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran

Agama Islam. Pendidikan Agama Islam ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk

menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Melalui kegiatan-kegiatan

tersebut, peserta didik diharapkan dapat menjadi manusia muslim yang beriman

dan bertaqwa kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa

tentang Agama Islam untuk mencapai tujuan seperti disebutkan di atas, ditambah

dengan tujuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Depdikbud, 1996: 17). Pendidikan Agama Islam meliputi keselarasan dan

keseimbangan antarhubungan: manusia dengan Allah SWT., manusia dengan sesama manusia, manusia dengan dirinya, dan manusia dengan makhluk lain dan

lingkungannya.

Ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan Agama Islam sebagaimana

(10)

pokok bahan pelajaran PAI ini sesuai dengan jenjang sekolah dalam sistem

pendidikan di Indonesia adalah seperti disajikan dalam kutipan di bawah ini: ... Pada tingkat Sekolah Dasar (SD), penekanan diberikan pada empat unsur pokok, yaitu: keimanan, ibadah, Al Quran, dan akhlak; sedangkan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah Atas (SMU/K), penekanannya di samping diberikan pada keempat unsur pokok di atas, juga pada unsur pokok muamalah, dan syariah semakin dikembangkan. Unsur pokok tarikh diberikan secara serimbanag pada setiap satuan pendidikan (Depdiknas, 1999).

SMU Al Azhar 5 Cirebon sebagai salah satu sekolah umum swasta Islam (SUSI) yang berada di bawah pembinaan Departemen Pendidikan Nasional merupakan lembaga pendidikan umum yang berciri khas Islam serta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Penyelenggaraan pendidikan di lembaga pendidikan ini berada di bawah pembinaan Departemen

Pendidikan Nasional bekerja sama dengan Departemen Agama. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional, maka tujuan pendidikannya mengacu kepada tujuan pendidikan nasional sebagaimana

ditetapkan dalam GBHN dan UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Salah satu aspek yang membedakan pendidikan di lembaga ini dengan dengan pendidikan di SMU yang hanya dibina oleh Depdiknas terutama terletak pada tujuan kelembagaan (institusional) yang memberi penekanan lebih besar pada muatan PAI. Penekanan ini sebenarnya merupakan wujud dari ciri khas lembaga-lembaga pendidikan Islam. Dengan mencermati UU No. 2/1989 tentang Sistem

(11)

Depdiknas dengan SMU di bawah pembinaan Departemen Agama. Sehubungan

dengan hal itu, isu-isu dan tantangan-tantangan yang dihadapi oleh

sekolah-sekolah umum swasta Islam (SUSI) di bawah pembinaan Depdiknas dalam masa

kini dan masa yang akan datang, baik yang menyangkut aspek pemerataan,

kesempatan, peningkatan mutu, relevansi, serta efisiensi dan efektivitas, secara umum sama dengan yang dihadapi sekolah-sekolah menengah umum. Sementara

itu, aspek-aspek historis dan latar belakang kedua lembaga tersebut sangat

berbeda.

Jika digunakan pendekatan masukan-proses-keluaran

(inputs-process-outputs approach), maka dapat dipahami dengan jelas bahwa sekolah-sekolah

seperti Madrasah dan non-Madrasah sama-sama memghadapi persoalan yang

hampir sama, baik dalam aspek input, proses, maupun output. Achmadi (1996)

mengutip hasil penelitian International Institute for the Evaluation of

Educational Achievement (IEA) yang berpusat di Paris, bahwa mutu hasil pendidikan sekolah dipengaruhi oleh 500-600 variabel (atau faktor) yang saling

berbeda dan berinterelasi antara satu dengan yang lainnya. Dalam aspek proses,

pelaksanaan proses belajar-mengajar (PBM) masih dihadapkan pada masalah mutu yang belum sepenuhnya berorientasi pada pencapaian tujuan. Achmadi (1996) menyatakan bahwa hal tersebut dapat dicermati dari kurangnya pengembangan metode-metode inovatif untuk proses pembelajaran di bawah

bimbingan guru.

Jika dikaitkan dengan keunikan tujuannya dibandingkan dengan SMU,

(12)

dalam

implementasi

kurikulum dasar-dasar

iptek,

sejauh

mana

proses

pembelajaran dapat mencapai sasaran yang diinginkan, terutama imtak. Untuk

menemukan jawaban terhadap persoalan ini, pada dasarnya berkaitan erat dengan

model pembelajaran yang efektif.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi persoalan

implementasi kurikulum di sekolah-sekolah yang berciri khas Islam adalah diadakannya Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan (PPMP). Proyek ini dilakukan

melalui kerja sama dengan Bank Pembangunan Asia (ADB) sejak April 1997

sampai Maret 2002 berdasarkan 'Memorandum of Understanding' (MoU) kedua

pihak yang ditandatangani pada tanggal 4 Oktober 1996. Salah satu tujuannya adalah untuk pengembangan pengajaran yang efektif termasuk peningkatan mutu

pembelajaran PAI.

Apabila dicermati lebih jauh mengenai karakteristik pokok pelaksa-naan kurikulum, dipahami bahwa implementasi kurikulum setiap mata pelajaran

menuntut siswa untuk tidak hanya menguasai materi pelajaran tetapi juga sekaligus sebagai pembinaan keimanan dan ketaqwaan (imtak). Oleh karena itu, konsep-konsep yang diajarkan pada siswa seharusnya bermuatan iptek dan imtak.

Kecenderungan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa guru-guru yang mengajarkan mata pelajaran tersebut hanya mengajarkan konsep-konsep

keilmuan, tanpa mengaitkannya dengan unsur-unsur Imtak. Sehubungan dengan hal itu, penting diupayakan penemuan alternatif model pembelajaran yang efektif

sehingga memungkinkan pembelajaran konsep-konsep pembelajaran menjadi

(13)

Pemerintah Indonesia dengan ADB dilaksanakan di mana salah satu tujuannya

untuk pengem-bangan pembelajaran yang efektif.

Pentingnya peningkatan mutu pendidikan termasuk efektivitas pembelajaran, didukung data lapangan yang menunjukkan bahwa lebih 10.000 guru di sekolah-sekolah di bawah pembinaan Departemen Agama yang bekerja sama dengan Depdiknas perlu ditingkatkan kemampuannya baik dalam penguasaan materi maupun metodplogi pembelajaran. Untuk peningkatan mutu pembelajaran, guru dituntut menguasai aplikasi pendekatan, model, strategi, metode dan teknik-teknik pembalajaran.

Karena keberhasilan pembelajaran siswa banyak ditentukan oleh faktor guru, maka guru dituntut untuk dapat memilih dan menggunakan model-model pembelajaran siswa. Tujuannya adalah untuk mengoptimal-kan kegiatan pembelajaran siswa dengan derajat keaktifan yang tinggi. Prosedumya adalah

membuat siswa melakukan keterampilan-keterampil-an proses yang menuntut cara belajar siswa aktif {student active learning) dengan kadar atau derajat yang tinggi.

Dalam kaitan itu, Mel Silberman dalam derive Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject (1996) mengungkapkan 101 strategi untuk membuat siswa

aktif dalam belajar tanpa mempersoalkan apa pun mata pelajarannya. Apa yang membuat siswa menjadi aktif dalam belajar? Bila siswa aktif dalam belajar, maka mereka harus melakukan lebih banyak kegiatan dalam PBM. Siswa dituntut menggunakan secara aktif pikiran untuk mempelajari ide-ide, memecahkan

(14)

Mengenai penting-nya membuat siswa belajar aktif, dapat disimak dari pendapat

Silberman (1996) dalam kutipan di bawah ini:

Why is it necessary to make learning active? To learn something well, it helps to hear it, see it, ask questions about it, and discuss it with others. Above all, students need to "do it" - figure things out by themselves, come up with examples, try out skills, and do assignments that deepen on the knowledge they already have or must acquire.

We know that students learn best by doing. But how do we promote active learning?....They are designed to enliven classroom, ... but they are intended to deepen learning and retention (Silberman, 1996: ix).

Dari kutipan di atas, dapat dipahami bahwa untuk membuat siswa dapat mempelajari sesuatu dengan baik, maka ia hendaknya diarahkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan mendengar, melihat, bertanya, dan berdiskusi. Lebih penting lagi, siswa diarahkan untuk "berbuat" (melakukan secara langsung) untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajarinya. Untuk membuat siswa dapat belajar aktif, maka perlu dihidupkan pembelajaran mereka di dalam kelas, dengan tujuan untuk memperedalam dan meningkatkan daya tahan atau retensi (memori) terhadap apa yang telah mereka pelajari atau apa yang telah diajarkan kepada mereka.

(15)

Active learning is for anyone, experienced or novice, who teaches

technical or nontechnical information, concepts, and skills

Teachers in

middles schools, high schools, colleges, and centers for adult education

will find active learning strategis especially useful (Silberman, 1996: 2-5).

Sesuai dengan pendapat Silberman sebagaimana diuraikan di atas,

Moedjiono dan Dimyati (1993) mengemukakan bahwa penerapan prinsip-prinsip

belajar aktif mempersyaratkan realisasi kegiatan-kegiatan pembelajaran yang

mampu melibatkan aspek intelektual, emosional, maupun aspek fisik siswa secara

optimal. Lebih jauh ditegaskan bagaimana seharusnya guru merancang dan

mengimplementasikan pembelajaran untuk keperluan tersebut, yakni seperti yang

dinyatakan dalam kutipan di bawah ini:

... guru dapat mengusahakannya melalui

berbagai

pendekatan

pembelajaran, salah satu diantaranya adalah pendekatan keterampilan

proses, yakni suatu pendekatan yang menekankan pada mengajar siswa

belajar bagaimana belajar atau learning how to learn (Moedjiono dan

Dimyati, 1993: 12).

Sesuai dengan uraian-uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa dalam

konsep active learning terkandung makna bagaimana menyeleng-garakan PBM

yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif melalui upaya pemberian

rangsangan, bimbingan, arahan dan dorongan dari guru secara aktif. Tabrani R.

dan Hamijaya (1990) mengemukakan rasional active learning sebagai suatu

pendekatan penting dalam melak-sanakan PBM, yakni

seperti diuangkapkan

dalam kutipan di bawah ini:

... guru perlu memikirkan strategi belajar-mengajar tertentu dengan

(16)

sebagai suatu pendekatan dalam melaksanakan PBM (Tabrani Hamijaya, 1990: J)

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat dipahami bahwa aplikasi pendekatan active learning dalam pembelajaran siswa, tidak lain untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya melalui berbagai keterampilan proses belajar. Peningkatan kualitas ini dipandang penting mengingat rendahnya kualitas lulusan dari berbagai jenjang persekolahan mulai dari SD hingga SMU, khususnya jika dilihat dari peroleh Nilai Ebtanas Murni (NEM). Di Cirebon, NEM para siswa lulusan SD hingga SMU tahun 1999-2001 masih relatif rendah, dan bahkan menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Gejala ini memperkuat dugaan bahwa mutu pendidikan khususnya pembelajaran ditingkatkan, yakni melalui peningkatan kadar pembelajaran siswa. Namun, yang menjadi permasalahan adalah, bagaimana guru mendisain, mengimplementasikan, dan menilai pembelajaran agar siswa dapat melakukan kegiatan-kegiatan belajar dengan kadar aktivitas yang tinggi untuk meningkatkan kualitas belajar mereka.

(17)

active learning dalam pengajaran PAI merupakan sesuatu yang penting

dilakukan.

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan uraian-uraian latar belakang permasalahan di atas, dapat dinyatakan bahwa banyak permasalahan yang dapat diidentifikasi yang berhubungan dengan aplikasi pendekatan active learning dalam PBM.

1. Model-model belajar yang bagaimana yang dapat memenuhi kadar active learning yang tinggi, sehingga dapat diharapkan meningkatkan mutu hasil

belajar siswa? Identifikasi masalah ini juga terkait dengan seleksi strategi dan metode-metode pembelajaran siswa.

2. Sifat bahan ajar, tingkat perkembangan siswa, dan keterlaksanaannya oleh guru dalam PBM. Pertimbangan dari segi bahan ajar, menuntut guru untuk sifat bahan ajar-nya, apakah bersifat sekuensial (seperti dalam pelajaran berhitung, matematika, dan Iain-lain) atau bersifat kumulatif (seperti dalam pelajaran sejarah). Pertimbangan dari segi tingkat perkembangan siswa, menuntut guru untuk mempertimbangkan kematangan fisik dan mental yang pada gilirannya berkaitan dengan hakekat bahan ajar, apakah lebih bersifat konkrit atau abstrak. Pertimbangan dari segi keter-laksanaan guru, menuntut guru untuk selalu meningkatkan kemampuan mengajarnya dalam

(18)

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan pertimbangan latar belakang dan identifikasi masalah

dapat dinyatakan bahwa masalah pokok penelitian ini berkenaan dengan implementasi model mengajar active learning dalam pembelajar-an siswa. Permasalahan ini lebih jelas dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana Guru Mengimplementasikan Model Mengajar 'Active Learning' dalam PBM di Kelas?

Penelitian ini dilakukan pada Kelas II Caturwulan II tahun pengajaran 1999-2000. Ada pun topik-topik pembelajaran PAI untuk Caturwulan kedua SMU berdasarkan Suplemen GBPP 1999 Kurikulum 1994 adalah: Iman kepada Al-Quran, Penyelenggaraan Jenazah, Al-Quran Surat yunus 37 dan 38 serta Surat Al Maa-Idah 48, Syukur Nikmat, dan Islam di Asia.

Mengingat rumusan masalah tersebut di atas masih bersifat umum, maka untuk memudahkan pelaksanaan penelitian perlu dijabarkan ke dalam sub-sub-masalah penelitian yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana guru merencanakan program pembelajaran berdasarkan model active learning yang menuntut siswa melakukan kegiatan belajar secara aktif?

2. Bagaimana guru melaksanakan pembelajaran siswa sesuai dengan model mengajar active learning sebagaimana dirumuskan dalam perencanaannya? 3. Bagaimana cara guru melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa sesuai

(19)

11

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi model mengajar active learning dalam pengajaran PAI untuk pembelajar-an siswa di kelas. Sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan di atas, maka tujuan ini dapat dirinci sebagai berikut:

1.1. Untuk memperoleh data tentang perencanaan aplikasi model active learning dalam pembelajaran PAI untuk pembelajaran siswa di kelas.

1.2. Untuk memperoleh data tentang pelaksanaan kegiatan-kegiatan instruksional PAI di dalam kelas berdasarkan model active learning.

1.3. Untuk memperoleh data tentang penilaian terhadap hasil belajar siswa berdasarkan aplikasi model active learning dalam pembelajaran siswa dalam

kelas.

2. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pengkajian teoritis dan praktis implementasi model mengajar active learning, khususnya dalam pengajaran PAI di lelbaga pendidikan atau sekolah yang lebih menitikberatkan Iptek dan Imtak, dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa yang berimplikasi pada kualitas hasil belajar siswa.

a. Manfaat Teoritis

(20)

12

di sekolah yang menitikberatkan penguasaan Iptek dan Imtak. Kemampuan guru dalam mengimplementasikan model mengajar active learning tentu saja akan mempengaruhi peningkatan kualitas pencapaian tujuan, baik yang berkenaan dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran maupun yang berkenaan dengan hasil belajar siswa. Prinsip-prinsip yang dimaksud diharapkan dapat mendukung pengkajian teoritis, khususnya implementasi model mengajar active learning.

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar hasil penelitian ini dapat membantu guru mengatasi kesulitan-kesulitan dalam implementasi pendekatan atau model mengajar active learning dalam rangka meningkatkan baik kualitan pembelajarannya maupun kualitas hasil belajar siswa. Temuan penelitian ini dapat dimanfaafkkan khususnya guru PAI untuk mengkaji lebih jauh dan mengembangkan kemampuannya dalam pengimplementasian model mengajar active learning. Selain pihak guru, pihak administrator pendidikan (kepala

sekolah, pejabat pengawas pendidikan baik dari departemen terkait) dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk kepentingan pembinaan guru-guru dalam kaitannya dengan upaya-upaya peningkatan mutu guru dan hasil belajar siswa.

Selain itu, temuan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi para peneliti yang berminat melakukan penelitian lanjutan

(21)

E. Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional adalah batasan (definisi) berdasarkan karakteristik nyata, yakni yang dapat diamati dari apa yang didefinisikan (Tuckman, 1978). Berdasarkan definisi operasional ini, maka dapat dinya-takan bahwa definisi operasional untuk penelitian ini adalah implementasi model mengajar active learning yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan KBM (termasuk evaluasi

hasil pembelajaran). Di bawah ini disajikan definisi operasional untuk penelitian

ini:

1. Implementasi Model Mengajar Active Learning didefinisikan sebagai pelaksanaan dalam praktek nyata, atau, putting to work (Beauchamp, 1975). Pengertian implementasi dalam penelitian ini adalah pelaksanaan model

pembelajaran active learning yang menuntut aktivitas siswa dengan kadar yang tinggi dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajar. Kegiatan ini meliputi

perumusan tujuan, penetapan isi pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran

termasuk penggunaan alat, media dan sumber sebagaimana dimuat dalam rencana pembelajaran (RP).

2. Perencanaan Pembelajaran didefinisikan sebagai kegiatan merumus-kan tujuan, mengorganisasikan materi, menetapkan metode dan alat pembelajaran serta perencanaan penilaiannya (Sujana, 1989: 31).

(22)

14

F. Paradigma Penelitian

Mengingat fokus penelitian ini adalah implementasi pembelajaran model "active learning" dalam pengajaran PAI di SMU, dan implementasi itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari tujuan dan perencanaan implementasi untuk mencapai tujuan, maka paradigma penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Fokus

Penelitian

Implementasi Pembelajaran

PBM

Active Learnin

Out put

Hasil belajar yang diharapkan: kualitas

1. Kognitif 2. Afektif

3. Psikomotor

Keterlibatan intelektual emosional siswa,

pembentukan

keterampilan dan penghayatan serta

internalisasi nilai dalam

[image:22.595.64.481.234.710.2]

pembentukan sikap.

(23)
(24)

47

BAB III

•: METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian tentang implementasi model mengajar active learning dalam pengajaran pendidikan agama Islam (PAI) lebih tepat jika dilakukan dengan

menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Untuk lebih memahami secara

mendalam implementasi model mengajar active learning sebagai suatu proses,

penggunaan penelitian kualitatif lebih tepat dibandingkan penelitian kuantitatif.

Hal ini sesuai dengan pemikiran Bogdan dan Biklen (1992:31) yang menyatakan bahwa: Qualitative researches are concerned with process rather than simply

with outscomes or product. Proses di sini adalah kegiatan implementasi model

pembelajaran active learning, yakni kegiatan belajar mengajar (KBM) yang

melibatkan siswa dan guru di kelas di mana penelitian ini dilakukan.

Penelitian kualitatif sering juga disebut sebagai metode etnografik, metoda

fenomenologis, atau metode impresionistik (Sudjana dan Ibrahim, 1989: 195).

Karena metode penelitian kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan teori dari data penelitian {groundedtheory), bukan dari hasil pengujian hipotesis seperti

dalam metode penelitian kuantitatif atau positivistik, maka teori yang dihasilkan

penelitian kualitatif menjadi bersifat generating theory. Lebih jauh ditegaskan

bahwa ketepatan interpretasi bergantung kepada ketajaman analisis, objektivitas,

sistematik dan sitemik. Pendekatan penelitian ini disebut juga pendekatan naturalistik, karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau alamiah, apa
(25)

penelitian kualitatif hendaknya dilakukan sendiri oleh peneliti dan menc^

sumbernya secara langsung (Bogdan dan Biklen, 1982 :27).

Sesuai dengan hakekat pendekatan penelitian kulaitatif, peneliti ingin memperoleh pemahaman terhadap bagaimana pembelajaran PAI di dalam kelas dengan model 'active learning' dilaksanakan atau diimplementasikan. Aspek-aspek yang akan dikaji melalui penelitian ini adalah perencanaan, pelaksanaan

atau implementasi termasuk faktor-faktor pendukung, dan penilaian terhadap keberhasilan program pembelajaran yang bersangkutan.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih mendalam, holistik, lebih mengutamakan makna {verstehen), dan memandang hasil penelitian sebagai

spekulatif (Nasution, 1992: 7) terhadap implementasi program pembelajaran PAI

model active learning yang lebih menekankan pada proses, maka lebih tepat jika dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian kualittif. Karena hakekat

fenomena menurut penelitian kualitatif adalah totoalitas atau sifat keseluruhan

{gestalt), maka pendekatan ini mencoba mengungkapkan kenyataan lapangan

secara alamiah (dalam hal ini, KBM PAI di dalam kelas dengan menggunakan pendekatan active learning), sehingga diharapkan permasalahan penelitian dapat

dipahami secara mendalam (Moleong, 1996: 4). Mengingat interpretasi data

dalam penelitian ini harus disusun secara menyeluruh dan sistematis, maka data

yang dikumpulkan dari lapangan adalah data yang bersifat deskriptif-analitik.

Sesuai dengan pendekatan penelitian kualitatif, peneliti dapat lebih leluasa

memahami konteks sosial proses pembelajaran PAI tanpa adanya manipulasi.

(26)

49

pikirannya (dalam hal ini, guru dan siswa) dalam proses pembelajaran PAI, sebab

penelitian kualitatif pada hakekatnya juga merupakan pengamatan kepada

orang-orang tertentu dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka dan

berusaha memahami bahasa serta menafsirkannya sesuai dengan dunia sekitarnya (Nasution, 1992: 5; Bogdan &Biklen, 1992: 49; dan Lincoln & Guba, 1985: 3).

Beberapa literatur menyebutkan ciri-ciri penelitian kualitatif/naturalistik,

antara lain, sumber data adalah situasi yang wajar atau natural setting, peneliti sebagai instrumen utama penelitian, sangat deskriptif, mementingkan proses,

mengutamakan data langsung (first hand), triangulasi (data/informasi dari satu

sumber harus dicek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber

lain), mementingkan perpektif emic (mementingkan pandangan responden),

sampling purposif, audit-trail (apakah laporan penelitian sesuai data yang

dikumpulkan), partisipasi tanpa mengganggu, analisis dilakukan sejak awal

penelitian dan selama melakukan penelitian, dan disain penelitian muncul selama

dalam proses penelitian (proses yang bersifat emergent, evolving, dan developing).

B. Lokasi dan Sumber Data

Penelitian ini dilakukan di SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon, dengan

alasan:

1. Merupakan sekolah unggulan dalam proses dan kurikulum. Unggulan dalam

proses peneliti melihat indeks produktivitas yang cukup tinggi dari output.

Pada tahun pelajaran 1998/1999 NEM masuk rata-rata 34,86 outputnya
(27)

50

PAI di sekolah negeri 2 jam perminggu, sedangkan di Al-Azhar 6 jam, karena

disamping mata pelajaran PAI juga ada mata pelajaran Al-Qur'an dan Bahasa

Arab tersendiri, masing-masing 2 jam perminggu.

2. Merupakan sekolah berprestasi, terbukti menjadi juara I tingkat wilayah III

Cirebon dan juara III tingkat Jawa Barat dalam lomba wawasan wiyata

mandala. Di tingkat wilayah III Cirebon menyisihkan 250 sekolah negeri dan

swasta dan tingkat Jawa Barat 2000 sekolah swasta dan negeri. Didalam

kriteria lomba tersebut mencakup seluruh komponen seperti administrasi,

kurikulum, sarana, kepegawaian, kinerja Kepala Sekolah dan Guru, input dan

output lulusan. Khusus aktivitas keagamaan juara I se-kota Cirebon. Dalam

Sapta Lomba Keagamaan mencakup produktivitas kegiatan mesjid sebagai

kegiatan ekstrakurikuler keagamaan seperti tadarus serempak 15 menit setiap

pagi, tausiyah 10 menit ba'da Dzuhur, ceramah 3 bahasa setelah sholat Jum'at,

yasinan keliling perkelas tiap bulan, program tahfidz qur'an, seni baca qur'an,

nasyid dan qasidah.

Informasi dalam bentuk lisan dan tulisan dalam peneltitian kalitatif

berturut-turut menjadi data primer dan sekunder. Data primer yang dikumpulkan

mencakup persepsi dan pemahaman person serta deskripsi lainnya yang berkaitan

dengan fokus penelitian. Data sekunder meliputi data jumlah person dan

kualifikasinya dan berkas kertas kerja yang mendukung pelaksanaan tugas-tugas
(28)

51

Manusia dalam penelitian kualitatif merupakan sumber data yang berstatus

sebagai responden dan informan mengenai fenomena atau masalah yang menjadi

fokus penelitian. Benda merupakan bukti fisik yang berhubungan dengan fokus

penelitian, sedangkan peristiwa merupakan informasi yang menunjukkan kondisi

yang berhubungan langsung dengan implementasi program pembelajaran dengan

pendekatan active learning.

Secara lebih spesifik, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

mencakup:

1. Siswa kelas II SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon 210 siswa. Rata-rata NEM

masuk 33,07, terdiri dari lulusan SLTP Negeri dan Swasta dan MTs Negeri

dan Swasta.

2. Guru-guru SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon, yang terdiri dari 45 guru 5 guru

agama, 31 guru bidang umum. Untuk lebih jelasnya latar belakang pendidikan

guru agama tersebut adalah sebagai berikut:

1. Drs. Ayup Khan lulusan IAIN Bandung

2. Drs. Asy'ari lulusan IAIN Sunan Kali Jaga

3. Drs. Usep Saefudin lulusan IAIN Bandung 4. Umar S.Ag lulusan IAIN Bandung

5. Sulton Kamal S.Ag lulusan IAIN Sunan Kali Jaga

Pengalaman mengajar sebagai guru agama rata-rata 10 tahun dan beban

mengajar rata-rata 18 jam perminggu.

3. Situasi Kelas dalam kegiatan belajar mengajar. Jumlah keseluruhan kelas II

(29)

52

pararel kelas dibentuk kelas unggulan, berdasarkan nilai rata-rata raport kelas I

Kelas 2.1 adalah kelas paling unggulan utama disusul 2.2 sampai dengan 2.6.

Model pararel kelas unggulan ini dimaksudkan untuk memotivasi prestasi

belajar siswa sehingga bersaing masuk pada kelas unggulan utama.

4. Dokumen baik berupa kurikulum (GBPP), administrasi mengajar buku

sumber, LKS, evaluasi formatif dan sumatif.

C. Prosedur Pengambilan Sampel (Sampling)

Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, maka subjek dalam penelitian

ini ditentukan secara purposive, artinya, subjek penelitian relatif sedikit dan

dipilih menurut tujuan penelitian; namun subjek penelitian dapat terus bertambah

sesuai keperluannya yang dinamakan sebagai snowball sampling (Bogdan dan

Biklen. 1982 ; Miles dan Huberman, 1994 ; dan Nasution, 1992 : 11, 33).

D. Teknik-teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen

utama dalam pengumpulan data. Karena itu, peneliti memiliki peranan yang
(30)

53

langsung ke lapangan untuk mengumpulkan seluruh data sesuai dengan fokus

penelitian.

Sesuai dengan peranan peneliti sebagai alat penelitian yang utama, maka

peneliti dapat melakukan sendiri pengamatan dan wawancara tak berstruktur

kepada responden penelitian ini (kepala sekolah, guru-guru PAI, dan para siswa

yang mengikuti program PAI). Karena perananya sebagai instrumen utama dalam

pengumpulan informasi atau data, maka informasi atau data penelitian yang

terkumpul diharapkan dapat dipahami secara utuh, termasuk makna interaksi

antarmanusia, dan peneliti juga diharapkan dapat menyelami perasaan dan nilai

yang terkandung dari ucapan atau perbuatan responden penelitian. Oleh karena

itu, untuk pengumpulan data sesuai dengan fokus penelitian ini, maka peneliti

berada di lapangan dalam jangka waktu yang relatif panjang. Sebagaimana

dikemukakan Erickson (1986 : 21) bahwa dalam melakukan penelitian lapangan

peneliti dituntut untuk

melakukan: (1) interaksi secara intensif dan jangka

panjang di lokasi penelitian; (2) melakukan pencatatan termasuk perekaman

{recording) dengan seksama tentang apa yang terjadi di lokasi penelitian,

membuat catatan-catatan lapangan, dan mengumpulkan dokumen-dokumen

lainnya (seperti memo, catatan-catatan, contoh-contoh pekerjaan siswa, dan

catatan-catatan guru); dan (3) refleksi analitik berikutnya pada catatan-catatan dan

dokumen-dokumen yang dikumpulkan dari lapangan dan dilaporkan dengan cara
(31)

54

yang lebih umum, baik berupa chart analisis, tabel ringkasan, dan deskripsi

statistik.

1. Wawancara dilakukan terhadap guru agama dan siswa serta pihak terkait (Kepala Sekolah dan Wali Kelas), untuk mendapatkan data pelaksanaan

pembelajaran pendidikan agama yang telah dilakukan dan kondisi yang

mendukung serta kendala bagi penerapan model pembelajaran active learning.

Drs. Ayup Khan yang mengajar PAI di Kelas II berpendapat bahwa model

pembelajaran active learning pada mutu pelajaran PAI dapat diterapkan

dengan baik bila didukung oleh kualitas guru agama, sarana prasarana, serta

dukungan dari berbagai pihak terkait seperti keaktifan siswa, koordinasi guru

agama dengan kepala sekolah, wali kelas, dan kerjasama sekolah dengan

lingkungan keluarga masyarakat.

Drs. Abu Malik M.Pd. sebagai kepala sekolah berpendapat bahwa

pelajaran PAI yang mencakup aqidah, akhlak, ibadah, tarikh, dan Al-Qur'an

sangat cocok jika didesain dengan pembelajaran yang kreatif, tidak monoton.

Sehingga membuat jenuh siswa dengan ceramah-ceramah. Oleh karena itu

model pembelajaran active learning sangat tepat jika direncanakan secara

detail dan bermusyawarah dengan siswa.

Drs. Karyoto S.Pd. sebagai wali kelas II-1 mengatakan bahwa variasi

(32)

Ml*

**.

\\ !%$>

**

2. Observasi dengan menggunakan lembaran observasi untuk me^ee^^*^^ #

kemampuan guru agama dalam mengajar, mengelola kelas, dan penguasaan bahan pelajaran. Selain itu, untuk mengetahui sikap siswa terhadap

pembelajaran PAI.

Guru senior yang di observasi adalah Drs. Ayup Khan kegiatan awal yang

dilakukannya adalah mengabsen siswa, apersepsi, membagikan LKS untuk

dikerjakan oleh

kelompok masing-masing.

Sambil membimbing tiap

kelompok diskusi juga memeriksa tugas (PR), penulis melihat dalam diskusi

kelompok ada siswa yang pergi ke perpustakaan untuk melengkapi dukungan

referensi. Dalam seminar kelas perwakilan kelompok maju ke depan kelas

kemudian mengatur kelompok ada yang bertugas menjadi moderator,

mempresentasikan makalah, notulis, dan anggota. Kegaduhan dalam aktivitas

kelas dibiarkan oleh guru PAI sebatas dalam koridor belajar, seperti adu

argumentasi, membantai makalah dan lain sebagainya.

3. Studi dokumentasi digunakan untuk mengetahui rencana pembelajaran yang

disusun guru agama, pelaksanaan tugas pengajaran.

Dokumentasi yang dipelajari penulis adalah administrasi guru Drs. Ayup Khan dan Drs. Asy'ari. Penulis menemukan kedetailan program pengajaran

mulai dari program tahunan, program catur wulan, analisis materi, satuan

(33)

56

4. Catatan lapangan selama melaksanakan penelitian untuk mendapatkan data

masalah yang dijumpai dalam penerapan model pembelajaran active learning,

selanjutnya untuk dicarikan alternatif pemecahannya.

Masalah yang dirasakan guru PAI (Drs. Ayup Khan dan Drs. Asy'ari)

adalah sering kekurangan waktu dalam KBM, TPK kurang akurat dan

komprehensif jika menggunakan diskusi. Pengembangan-pengembangan dari

pokok bahasan selalu sering muncul dalam diskusi. Penyerahan tugas (PR atau

Makalah) jarang

tepat

waktu.

Siswa

yang pasif sulit

ditumbuhkan

keberaniannya. Pengadaan alat peraga sering menjadi beban bagi siswa.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut penulis mengkomunikasikan

dengan kepala sekolah dan BP3 (jam'iyah) untuk mengatasinya seperti

pengadaan alat peraga, sekolah dan BP3 menyediakan anggaran.

5. Self reflection untuk mengetahui konsep dari guru agama, siswa dan orang tua murid terhadap pelaksanaan pembelajaran PAI.

E. Teknik-teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses yang dilakukan secara sistematis untuk

mencari/menemukan dan menyusun transkrip wawancara, catatan-catatan

lapangan, dan bahan-bahan lainnya yang telah dikumpulkan peneliti. Dengan cara

ini, diharapkan peneliti dapat meningkatkan pemahamannya tentang data yang

terkumpul dan memungkinkannya menyajikan data tersebut secara sistematis

guna menginterpretasikan dan menarik kesimpulan (Bogdan dan Biklen,

(34)

57

Tehnik analisa data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah pengurangan data, menampilkan data, penyajian data, dan kesimpulan. Upaya

mendeskripsikan dan mengeksplanasi peristiwa berdasarkan data atau informasi

yang terkumpul sesuai dengan fokus penelitian, harus dilakukan penelitian

sebagai pengganti pengukuran dan pengolahan data yang lazim dilakukan dalam

tradisi penelitian kuantitatif. Sesuai dengan fokus penelitian ini, maka analisis

data difokuskan pada implementasi program pembelajaran dengan pendekatan

active learning, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian; sumber

dan strategi yang paling mempengaruhi implementasi pembelajaran dan

hasil-hasil yang dicapai atau diharapkan dicapai dari proses pembelajaran.

1. Reduksi Data

Untuk memudahkan pemahaman terhadap data penelitian yang sudah

terkumpul, maka terlebih dahulu dilakukan reduksi data. Reduksi data ini

dilakukan dengan cara mengelompokkan data sesuai dengan aspek-aspek

permasalahan penelitian, apakah termasuk kategori perencanaan (penyusunan

program tahunan, program catur wulan, analisis materi pelajaran, satuan pelajaran,

persiapan harian, perencanaan KBM, pemilihan strategi atau metode-metode

pembelajaran, pengorganisasian

bahan atau materi pelajaran, perencanaan

penggunaan alat/media dan sumber pembelajaran serta perencanaan penilaian),

pelaksanaan (membuka pelajaran, mengabsensi siswa, apersepsi, pree test,

(35)

58

atau penilaian (kemampuan guru PAI melakukan evaluasi dalam PBM dilihat

terutama dari aspek kesesuaian jenis evaluasinya dengan KBM, kesesuaiannya

dengan TPK, kesesuaiannya dengan bahan pelajaran, dan perubahan perilaku

(kognitif, afektif atau psikomotor) sesuai dengan topik yang diajarkan dalam

PBM). Dengan cara ini peneliti dapat dengan mudah menentukan unit-unit

analisis data penelitian. Lebih jauh lagi, aspek-aspek yang direduksi dalam

penelitian ini adalah implementasi program pembelajaran baik yang berkenaan

dengan pemahaman tentang program, persiapan pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran, dan evaluasi yang dilakukan dalam PBM.

2. Display Data

(36)

59

kemampuan memberikan penguatan (reinforcement), dan keterampilan menutup KBM. 3) Pelaksanaan penilaian mencakup aspek kesesuaian jenis evaluasi dengan KBM, kesesuaiannya dengan TPK, kesesuaiannya dengan bahan pelajaran dan perubahan perilaku (kognitif, afektif atau psikomotor) sesuai dengan topik yang diajarkan.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan berdasarkan pemahaman terhadap data yang telah dikumpulkan. Sesuai dengan hakekat penelitian

kualitatif, penarikan kesimpulan ini dilakukan secara bertahap. Pertama, menarik

kesimpulan sementara atau tentatif, namun seiring dengan bertambahnya data

maka harus dilakukan verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data yang telah ada (yang telah direduksi maupun disajikan). Kemudian, verifikasi data juga

dilakukan dengan cara meminta pertimbangan dari pihak-pihak lain yang ada

keterkaitannya dengan penelitian, yaitu dengan meminta pertimbangan dari

guru-guru lain, atau dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari sumber

tertentu dengan sumber-sumber lain. Akhirnya peneliti menarik kesimpulan akhir untuk mengungkapkan temuan-temuan penelitian ini.

F. Pengujian Keabsahan Temuan Penelitian

Untuk memeriksa keabsahaan data, peneliti menggunakan kriteria truth

(37)

60

disebut dengan istilah credibility, transferability, dependability dan confirmbility

(Lincoln & Guba, 1985 : 290). Keempat kriteria ini merupakan atribut yang

membedakannya berturut-turut dengan validitas internal, validitas eksternal,

reliabilitas, dan objektivitas menurut tradisi atau paradigma penelitian positivistik

(Moleong, 1996: 176; Sudjana & Ibrahim, 1989; dan Nasution, 1992). Selain itu,

peneliti juga melakukan triangulasi untuk pemeriksaan keabsahaan data dalam

penelitian ini, yaitu membandingkan data yang terkumpul dengan cara memeriksa

kesesuaian hasil analisis dengan kelengkapan data.

1. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Kredibilitas dalam penelitian ini identik dengan reliabilitas dalam tradisi

penelitian positivistik. Untuk meningkatkan derajat kepercayaan dalam penelitian

ini dapat dicapai dengan cara-cara: (1) peneliti cukup lama di lapangan, yakni

selama hampir enam bulan, sejak Agustus 2001 sampai Februari 2002; dan (2)

triangulasi, yaitu pemeriksaan keabsahaan data dengan cara mengecek atau

membandingkan data melalui pemanfaatan sumber-sumber lain. Dalam penelitian

ini, triangulasi dilakukan dengan observasi terhadap aktivitas pembelajaran di

dalam kelas dan wawancara dengan guru.

2. Derajat Keteralihan (Transferability)

(38)

banyak (tebal), karena metode ini tidak dapat menetapkan validitas ekternal dalam arti: yang tepat. Dalam hal ini, peneliti mencbba mendeskripsikan informasi atau data penelitian secara luas dan mendalam tentang implementasi program pembelajaran di kelas, baik yang berkenaan dengan hasil survey awal ke lokasi penelitian (SMU Al-Azhar 5 Cirebon), kurikulum yang digunakan, perencanaan,

pelaksanaan, maupun evaluasi dalam program pembelajaran PAI di SMU

Al-Azhar 5 Cirebon.

3. Derajat Keterandalan (Dependability)

Keterandalan atau dependability temuan penelitian ini dapat diuji melaui pengujian proses dan produk (Lincoln dan Guba, 1988 : 515). Pengujian produk

adalah pengujian data, temuan-temuan, interpretasi-interpretasi,

rekomendasi-rekomendasi dan membuktikan kebenarannya bahwa hal itu didukung oleh data yang diperoleh langsung dari lapangan. Keterandalan dalam penelitian ini identik

dengan validitas internal dalam tradisi penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini

melakukan uji dependability dengan cara menggunakan catatan-catatan mengenai

pelaksanaan seluruh proses dan hasil penelitian.

4. Derajat Penegasan (Confirmability)

Teknik utama untuk menentukan derajat penegasan (confirmability) adalah

dengan cara melakukan audit-trail, baik terhadap proses maupun mendeteksi

catatan-catatan lapangan sehingga dapat ditelusuri kembali dengan mudah. Selain
(39)

62

G. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap

persiapan, pelaksanaan, dan tahap analisis. Dalam uraian-uraian di bawah ini

disajikan lebih rinci setiaptahapan kegiatan penelitian tersebut.

1. Persiapan Penelitian

Dalam tahap persiapan dilakukan penyusunan disain penelitian, mengurus

perizinan, menjajagi lapangan atau lokasi penelitian, dan mempersiapkan

perlengkapan penelitian. Kelengkapan penelitian dalam tahap ini meliputi

persiapan peneliti merancang catatan-catatan lapangan, draft instrumen penelitian

yang siap dimodifikasi untuk mencapai kesempurnaan sementara mengumpulkan

data dan mulai melakukan studi literatur yang berhubungan dengan fokus

penelitian.

2. Pelaksanaan Penelitian

(40)

63

menggunakan teknik wawancara, observasi (ikut sebagai pengamat pasif

pembelajaran di dalam kelas), maupun mengumpulkan dan meneliti

sumber-sumber tertulis yang berhubungan dengan fokus penelitian. Kegiatan ini dilakukan

secara berulang-ulang sampai data yang dibutuhkan dianggap memadai untuk

kemudian diverifikasi dalam tahap analisis.

3. 'Member-Check' dan Analisis Data

Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah 'member-check' dan analisis, dan penulisan laporan penelitian. Dalam tahap 'member-check' dilakukan pemantapan informasi atau data penelitian yang telah terkumpul selama tahap

eksplorasi atau studi lapangan, dengan demikian hasil penelitiannya dapat

diharapkan memiliki tingkat kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan

konfirmabilitas yang tinggi. Dalam kaitan itu, data pelaksanaan pembelajaran PAI, serta data kondisi yang mendukung dan kendala dalam penerapan model

active learning yang diperoleh melalui penggunaan teknik wawancara dibuat

dalam bentuk transkrip, demikian juga halnya dengan data rencana

pembelajaran, pelaksanaan tugas pengajaran yang diperoleh melalui

penggunaan teknik studi dokumentasi; dan data tentang kemampuan guru

mengajar, mengelola kelas, penguasaan bahan pelajaran, dan evaluasi proses

serta hasil pembelajaran yang diperoleh melalui teknik observasi dibuat dalam

bentuk catatan-catatan lapangan. Kemudian, peneliti menunjukkannya kepada

Guru-guru PAI, Kepala Sekolah, Pembina Rohis, Siswa, dan Orang Tua Siswa

(Jam'iyya/i/BP3), kemudian meminta mereka membaca dan memeriksa

(41)

64

ditemukan ada informasi yang tidak sesuai, maka peneliti harus segera berusaha

memodifikasinya,

apakah

dengan

cara

menambah,

mengurangi,

atau

menghilangkannya sama sekali.

Pelaksanaan 'member-check' ini dilakukan pada saat penelitian

berlangsung, dan sifatnya sirkuler serta berkesinambungan. Artinya, setelah data

diperoleh, langsung dibuat dalam bentuk transkrip, kemudian dikonfirmasikan kepada responden penelitian untuk diperiksa kesesuaiannya, kemudian dilakukan

modifikasi, perbaikan atau penyempurnaan sampai kebenarannya dapat dipercaya.

Data yang terkumpul dalam tahap ini, kemudian dilakukan reduksi data (data mentah dibuat menjadi data yang siap untuk dianalisis) menyajikan (display)

(42)
(43)

120

BABV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Sebelum penulis simpulkan, beberapa hambatan yang dialami penulis

dalam penelitian ini adalah: 1) Keengganan guru-guru PAI untuk di observasi

penulis karena merasa diawasi (diketahui kekurangannya dalam mengajar). 2)

Kekakuan dalam mewawancara guru PAI, Kepala Sekolah dan jamiyah (BP3)

karena merasa orang dalam yang sudah tahu dalam kesehariannya. Adapun

kemudahan yang dirasakan penulis dalam penelitian ini adalah: 1) Kemudahan

dalam perizinan serta dukungan fasilitas dari lembaga, karena kepercayaan kepada

penulis, 2) Fleksibel dalam pengaturan jadwal atau crossing waktu dalam

observasi di lapangan dari guru-guru PAI, 3) Kemudahan dalam berkomunikasi

dengan seluruh cifitas akademika SMU Islam Al-Azhar karena sudah kenal dalam

keseharian.

Berdasarkan pembahasan hasil-hasil penelitian sebagaimana diurai-kan di

atas dapat ditarik kesimpulan bahwa: Implementasi model pembelajaran active

learning dalam pengajaran PAI dilakukan guru mulai dari pembuatan rencana

(44)

121

belajar siswa; dan 3) seleksi dan menggunaan metode dan media dapat dilakukan

secara fleksibel.

Sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian, data dan hasil-hasil

penelitian ini, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan khusus, yaitu sebagai

berikut:

1). Guru-guru PAI SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon dalam merencanakan model

pembelajaran active learning terlebih dahulu mempersiapkan program

pengajaran

tahunan

caturwulan,

analisis

materi,

SP,

PMH,

desain

pembelajaran, LKS, penugasan analisis pokok bahasan minimal dua referensi,

tugas

pembuatan

makalah jika

perlu,

mempersiapkan

alat

peraga,

mempersiapkan item pree test dan post test dan format persentase hasil pree

test dan post test. Mereka memahami konsep kurikulum tidak terbatas pada

rencana tertulis tetapi harus dijabarkan melalui sejumlah persiapan dan

diimplementasikan dalam situasi nyata, yakni dalam bentuk KBM di kelas.

2). Pelaksanaan KBM di kelas dengan model pembelajaran active learning,

guru-guru PAI lebih berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa dalam

melakukan kegiatan-kegiatan belajar, menggunakan multimetode dan

multimedia, mendorong siswa untuk semakin aktif melakukan

kegiatan-kegiatan selama PBM, dan lebih menekankan pada pencapaian tujuan

instruksional dalam aspek psikomotor tetapi tanpa mengabaikan
(45)

122

3). Tipe-tipe penilaian yang dilakukan guru dalam implementasi program PAI di

SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon adalah penilaian formatif dan penilaian

sumatif. Tipe formatif berfungsi untuk perbaikan program pembelajaran, dan

tipe sumatif berfungsi untuk pengambilan keputusan mengenai kemajuan

belajar setiap siswa. Guru-guru PAI juga melakukan penilaian selama PBM

berlangsung, yakni dalam bentuk pree lest, embedded test, post-test, dan

ulangan harian. Selain itu, mereka juga memanfaatkan hasil tes lainnya,

seperti tes sikap yang dilakukan pihak sekolah kepada setiap siswa, dengan

tujuan untuk memberi pembinaan sikap kepada setiap siswa secara individual.

B. Rekomendasi

Penelitian ini mengkaji masalah "Implementasi Model Mengajar 'Active

Learning' dalam Pengajaran PAI. Hasil yang diperoleh berdasarkan data lapangan

menunjukkan bahwa pada umumnya guru PAI SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon

perlu meningkatkan kemampuan profesional terutama yang berkenaan dengan

performance yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu: (1) Kemampuan dalam

merencanakan dan mengembangkan pembelajaran PAI model 'active learning' di

SMU; (2) Masalah yang krusial dan mendasar adalah kemampuan mendesain

pelaksanaan model pembelajaran active learning di SMU Islam Al-Azhar, TPK

kurang tercapai, vareatif dalam memilih strategi diperkaya, metode pemilihan

alat peraga yang menarik, serta kemandirian dalam belajar yang telah

dipersiapkan pada pra instruksional, sehingga proses belajar mengajar di kelas

(46)

123

proses dan hasil belajar-mengajar PAI sesuai dengan model 'active learning' di

SMU.

Sehubungan dengan hal itu, perlu disampaikan beberapa rekomendasi

kepada pihak-pihak yang terkait atau yang memiliki akses dengan masalah

tersebut baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Pihak-pihak

penyampaian rekomendasi yang dimaksud antara lain: Guru PAI,

Kepala

Sekolah, Pengawas dari instansi terkait, dan kepada pihak yang ingin melakukan

penelitian lanjutan.

1. Rekomendasi kepada Guru PAI

Implementasi kurikulum dan program pembelajaran dalam bentuk KBM

pada prinsipnya menuntut guru untuk selalu bersaha meningkatkan pemahanan

dan penguasaan menterjemahkan kurikulum. Dalam hal ini, guru juga harus selalu

berusaha menterjemahkan visi dan misi sekolah dimana mereka menjalankan

tugas dan kewajiban mengajarnya.

Kurikulum ide dan kurikulum tertulis, termasuk visi dan misi sekolah, tidak akan berarti apabila tidak diimplementasikan dalam situasi nyata, khususnya

dalam bentuk KBM di kelas. Salah satu model untuk meng-implementasikan kurikulum khususnya program pembelajaran di dalam kelas yang lebih berpusat

(47)

124

tetapi juga meningkatkan kemampuannya dalam mengajar sehingga dapat

melakukan pembelajran siswa secara lebih efisien dan efektif, seperti menahan

untuk jangan terlalu banya ceramah. Lebih jauh lagi, guru hendaknya melakukan

analisis kurikulum dan program untuk menetapkan profil-profil kemampuan untuk

setiap pokok bahasan dalam bidang pengajarannya yang idealnya dikuasai seluruh

siswa melalui implementasi model active learning dalam kegiatan

belajar-mengajar.

2. Rekomendasi kepada Kepala Sekolah

Dukungan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang sangat

kondusif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah yang dipimpinnya,

dan sekaligus meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Oleh karena itu, selain

selalu berusaha meningkatkan manajemen manajemen administratif sekolah dan

kepemimpinannya,

kepala

sekolah

juga

hendaknya

juga

berusaha

mengembangkan kemampuan guru-guru khususnya untuk menguasai dan

mengaktualisasikan model 'active learning' melalui aplikasi multimetode dan

multimedia.

3. Rekomendasi bagi Instansi Terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini, secara implisit menuntut pelaksanaan

pengawawan dan pembinaan yang lebih kondusif dari instansi-instansi terkait,

(48)

adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional khususnya^

agar dapat tercapai tujuan pendidikan agama sebagaimana yan|

Dalam melaksanakan tugas-tugas pengawasan dan pembinaan, hendaknya"

dilakukan hanya karena tuntutan administratif tetapi benar-benar untuk mencapai

tujuan yang ideal.

4. Rekomendasi bagi Peneliti Lanjutan

Hasil penelitian dengan fokus: "Implementasi Model 'Active Learning'

dalam Pembelajaran PAI di SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon, hendaknya dijadikan

sebagai masukan untuk melakukan penelitian sejenis secara lebih mendalam.

Penelitian yang dimaksud bisa berupa penelitian-ulang maupun penelitian

perluasan atau pendalaman dari penelitian ini, misalnya, yang dikaitkan

manajemen sekolah, kemampuan profesional guru, dan Iain-lain.

Untuk lebih signifikan bahkan menguji kebenaran penelitian ini, fokus

implementasi model "active learning" dapat dilaksanakan pada lembaga lain di

Iaar inslansi SMU Islam Al-Azhar. Penelitian dimaksud bisa berupa penelitian

u/ang maupun penelitian perluasan ataupendalaman.

(49)
(50)

126

DAFTAR PUSTAKA

Borg, W. R. (1981). Applying Educational Research: A Practical Guide for

Teachers. New York: Longman.

Darajat, Z. (1992). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Darajat, Z., dkk. (1995). Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi

Aksara.

Davies, I. K. (1976). Objective in Curriculum Design. Beckshire England: McGraw-Hill Book, Co. Ltd.

Depag RI (1998). Himpunan Perundang-undangan PAI di Sekolah Umum.

Jakarta: Depag, Ditjen Binbaga Islam.

(1991). Rencana Strategik Pembinaan PAI di Sekolah Umum. Jakarta:

Depag, Ditjen Binbaga Islam.

(1995). Kurikulum SMU: PetunjukTeknis Mata Pelajaran PAI. Jakarta:

Depag, Ditjen Binbaga Islam.

(1999). Kebijakan Teknik PAI pada Sekolah Umum. Jakarta: Depag,

Ditjen Binbaga Islam.

(\999).GBPP Mata Pelajaran PAI. Jakarta: Depag, Binbaga Islam.

Doll, R. C. (1992). Curriculum Improvement: Decision Making and Process. Boston: Allyn & Bacon, Inc.

Fajar, Malik (1998). Meningkatkan Pemberdayaan Pendidikan di Indonesia.

Majalah Dinamika No. 09 / Juli - Agustus 1998.

Finch, C. R. and Crunkilton, J. R. (1979). Curriculum Development in Education

Planning, Content, and Implementation. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Gagne, R. M. and Briggs, L. J. (1974). Principles of Instructional Design. New

York: Holt, Rinehart and Winston.

Hamalik, Oemar (1990). Evaluasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(1995). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan, S. Hamid (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta: Depdikbud, Ditjen Dikti,

P2LPTK.

(51)

127

Jazuli, A. (2001). Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu pada Mata

Pelajaran PAI di SMU Bengkulu. Tesis (Tidak Diterbitkan). Bandung:

PPsUPI.

Joyce, B. dan Weil, M. (1992). Models of Teaching. Fourth Edition. New Jersey: College Publishers.

Komaruddin (2001). Tuntutan Profesionalisme dan Kompetensi Guru dalam Pengembangan Metodologi Mengajar. Makalah disampaikan pada Pelatihan Metodologi Mengajar di Pondok Pesantren 'Husnul Kotimah' Kuningan, tanggal 4-5 Desembar, 2001.

(2001).Modifikasi Pengembangan Model 'ActiveLearning' dengan

Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Jaring Laba-laba dalam Pembelajaran PAI di SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon: Suatu Tinjauan Kritis terhadap Materi Pelajaran Q.S. Al Mukminun Ayat 12-14 yang Bermuatan Imtaq dan Iptek. Makalah Lomba Karya Tulis Peningkatan

Imtaq Siswa tingkat Nasional. Jakarta: Depdiknas, Ditjen Dikdasmen. (2001/ Menyongsong Lima Tahun SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon. Makalah disampaikan pada Seminar Peningkatan Mutu Pendidikan,

Lustrum I SMU Islam Al-Azhar 5 Cirebon.

Lincol, Y. S. dan Guba, E. G. (1985). Naturalistic Inquiry. Beverly Hill: Sage

Publication.

Moejiono dan Dimyati (1993). Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Depdikbud, Ditjen PT.

Moleong, Lexy J. (1988). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Depdikbud, Ditjen Dikti, P2LPTK.

Nasution, S. (1992). Metode Penelitian Naluralislik-Kualilalif Bandung: Tarsito. Natawidjaja, R. (1981). Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi. Jakarta: P3G

Depdikbud.

Nawawi (1997). Kesenjangan Kurikulum PAI antara Rencana dan Penerapannya serta Sumhangan Kerjasama Pembinaannya dalam Mengatasi Kesenjangan Kurikulum (Tesis, tidak diterbitkan). Bandung: PPs IKIP.

Rasyidin, W. (1988). Kemampuan Mengajar Dilihat dari Kemampuan Bidang Studi dan Penguasaan Proses Belajar-Mengajar (Disertasi, tidak diterbitkan). Bandung: PPs IKIP.

(52)

128

Saylor, J. G., Alexander, W. & Lewis, A. J. (1981/ Curriculum Planning for

Better Teaching and Learning. New York: Holt-Rinehart and Winston,

Inc.

Sibarani, J. (2000). Implementasi Kurikulum SMK 1994 dalam PBM di Kelas:

Studi Kualitatif pada SMKN 2 Subang, Propinsi Jawa Barat. Tesis

(tidak diterbitkan). Bandung: Pps UPI.

Silberman, Mel (1996). Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject.

Boston: Allyn and Bacon.

Soedijarto (1989). Menuju Pendidikan Nasional yang relevan dan Bermulu. Jakarta: Balai Pustaka.

Sudjana, Nana (1995). Dasar-dasar Proses Belajar-Mengajar. Bandung: Sinar

Baru.

Sukmadinata, N.S. (1997). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya.

(1983). Kontribusi Konsep Mengajar dan Motif Berprestasi

terhadap Proses Mengajar dan Hasil Belajar. Disertasi (Tidak Diterbitkan). Bandung: PPs IKIP.

Sumantri, Mulyani (1988). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Depdikbud. Ditjen Dikti, P2LPTK.

Syamsuri & Yunus, M. (1994). Pendidikan Agama Islam untuk Kelas 2 SMU, Kurikulum 1994 Suplemen GBPP 1999. Jakarta: Erlangga.

Supriadi, Dedi (1998). Mengangkal Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Taba, Hilda (1962). Curriculum Development: Theory and Practice. New York:

Harcourt, Brace and World, Inc.

Tabrani, R. dan Hamijaya, E.S. (1990/ Pedoman Pelaksanaan CBSA dalam PBM. Jakarta: Nine Karya Jaya.

Tafsir, Ahmad (1997). Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Tyler, R. W. (1950). Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago: The University of Chicago Press.

Zais, R. S. (1976). Curriculum: Principles and Foundations. New York: Harper

Gambar

Tabel IV-3 Rekapitulasi Lulusan SMU Islam Al-Azhar 5
Gambar 1.1 Paradigma Penelitian Implementasi Model Active Learning

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hasil wawancara dengan Mahasiswa Fisiotrapi, sebagai berikut: Informan yang bernama Akbar Jailani pada tanggal 11 Juli 2013, “Menurut saya koleksi buku disini memang

menghasilkan beberapa poin berikut: 1) Adanya keterkaitan yang pasti antara pengucapan, pemikiran dan fungsi informatif sejak pertama munculnya bahasa; 2) Pemikiran

Dengan definisi di atas jelas pajak adalah kewajiban yang datang secara temporer, diwajibkan oleh ulil amri sebagai kewajiban tambahan setelah zakat (jadi

Jadi kemampuan berpikir kreatif mahasiswa program studi pendidikan ekonomi angkatan 2015 yang paling menonjol adalah suka berpikir lunak, suka humor dan santai dalam hal positif,

PAP Malaria Pejamu rentan TIME Periode inkubasi Paparan Onset Laten Infeksi Tanpa infeksi Gejala klinis Infeksius Mati Sembuh

Dari uraian diatas pada penelitian ini menggunakan bahan plastik polipropilena (PP) dan serbuk ampas aren yang akan diuji dengan metode pengujian kekuatan tarik, serapan

Untuk itu dimohon kehadiran saudara untuk pembuktian kualifikasi dimaksud dengan membawa seluruh dokumen kualifikasi asli / telah dilegalisir oleh pihak yang berwenang serta