• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Limbah Plastik Polipropilen Sebagai Material Komposit Plastik Biodegradable Dengan Penambahan Serbuk Ampas Aren

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemanfaatan Limbah Plastik Polipropilen Sebagai Material Komposit Plastik Biodegradable Dengan Penambahan Serbuk Ampas Aren"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK POLIPROPILEN SEBAGAI MATERIAL KOMPOSIT PLASTIK BIODEGRADABLE DENGAN

PENAMBAHAN SERBUK AMPAS AREN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Oleh :

ARDI JUNIARTO D 200 13 0211

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)
(3)
(4)
(5)

1

PEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK POLIPROPILEN SEBAGAI MATERIAL KOMPOSIT PLASTIK BIODEGRADABLE DENGAN

PENAMBAHAN SERBUK AMPAS AREN ABSTRAK

Saat ini plastik merupakan kebutuhan vital bagi kehidupan manusia. Di Indonesia, produksi sampah plastik menduduki peringkat kedua penghasil sampah domestik yaitu sebesar 5,4 juta ton per tahun. Berdasarkan data persampahan domestik Indonesia, jumlah sampah plastik tersebut merupakan 14 persen dari total produksi sampah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

karakteristik mekanik dan daya serap air dari komposit plastik biodegradable yang

dibuat dari campuran polipropilen (PP) dan serbuk ampas aren. Dalam penelitian ini perbandingan fraksi berat polipropilen (PP) dan serbuk ampas aren yang dipakai adalah 90%: 10%; 80%: 20%; 70%: 30%. Serta pengujian serapan air selama 1, 7, dan 14 hari. Dari hasil pengujian didapatkan pengujian sifat mekanik terbaik pada perbandingan komposisi fraksi berat 90%: 10% dengan perlakuan direndam air masing-masing selama 0, 1,7, 14 hari didapatkan tegangan tarik sebesar 21,36 MPa, 20,87 MPa, 19,26 MPa, 19,20 MPa. Regangan sebesar 1,57%, 1,74%, 1,28%, 1,28%. Modulus elastisitas sebesar 1368,09 MPa, 1490,55 MPa, 1510,95 MPa,

1597,52 MPa. Daya serap air komposit plastik biodegradable selama 1, 7, dan 14

hari sebesar 0,862%, 2,907%, dan 3,185%. Komposit plastik biodegradable dengan

perbandingan 90%: 10% memiliki karakteristik yang sesuai dengan plastik komersial dan dapat didegradasi lebih mudah.

Kata Kunci : komposit, plastik biodegradable, polipropilen, serbuk ampas aren

ABSTRACT

Today plastic is a vital necessity for human life. In Indonesia, plastic waste production is ranked second in domestic waste producers at 5.4 million tons per year. Based on Indonesia's domestic waste data, the amount of plastic waste is 14 percent of total waste production in Indonesia. This study aims to determine the mechanical characteristics and water absorption of biodegradable plastic composites made from polypropylene mixture (PP) and the powder of aren waste. In this research, the weight fraction ratio of polypropylene (PP) and the powder of the waste of aren used is 90%: 10%; 80%: 20%; 70%: 30%. And water absorption test for 1, 7, and 14 days. From the test results obtained the best mechanical properties test on the composition of the weight fraction composition of 90%: 10% with the treatment soaked water each for 0, 1.7, 14 days obtained tensile stress of 21.36 MPa, 20.87 MPa, 19, 26 MPa, 19,20 MPa. Strain of 1.57%, 1.74%, 1.28%, 1.28%. The elastic modulus of 1368.09 MPa, 1490.55 MPa, 1510.95 MPa, 1597.52 MPa. Water absorption capacity of biodegradable plastic composites for 1, 7, and 14 days by 0.862%, 2.907%, and 3.185%. Biodegradable plastic composites with a ratio of 90%: 10% have characteristics compatible with commercial plastics and can be degraded more easily.

(6)

2 1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Produksi sampah plastik di Indonesia menduduki peringkat kedua penghasil sampah domestik yaitu sebesar 5,4 juta ton per tahun. Berdasarkan data persampahan domestik Indonesia, jumlah sampah plastik tersebut merupakan 14 persen dari total produksi sampah di Indonesia. (Indonesia Solid Waste Association, 2015)

Plastik yang digunakan saat ini merupakan polimer sintetik, terbuat dari minyak bumi (non-renewable) yang tidak dapat terdegradasi oleh mikroorganisme di lingkungan. Salah satu dari plastik sintetis adalah polipropilen (PP). Salah satu sampah yang menempati peringkat teratas berdasarkan jumlahnya adalah sampah jenis plastik Polipropilen. Polipropilen merupakan jenis plastik yang sering digunakan karena memiliki sifat tahan terhadap bahan kimia (Sahwan, 2005).

Polipropilen merupakan termoplastik yang terbuat dari monomer propilena yang memiliki sifat kaku, tidak berbau, dan tahan tehadap bahan kimia pelarut, asam, dan basa. Banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti komponen otomotif, pengeras suara, peralatan laboraturium, wadah atau kontainer yang digunakan berulang kali, dan banyak lagi produk yang menggunakan bahan polipropilen.

Polipropilen memiliki titik lebur ~160 °C (320 °F), sebagaimana yang ditentukan Differential Scanning Calorimetry (DSC). Meskipun memiliki kekuatan mekanik yang tinggi plastik ini tidak dapat didegradasi oleh lingkungan, untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan pembuatan plastik biodegradable dengan mencampurkan plastik sintetis dengan polimer alam. Polimer alam memiliki beberapa kelemahan diantaranya sifat mekanik yang rendah, tidak tahan pada suhu tinggi, dan getas. Oleh karena itu pencampuran antara plastik sintetis dengan serat alam diharapkan menghasilkan plastik yang memiliki sifat mekanik yang tinggi, dan mampu terurai oleh mikroorganisme (Luy Iwanggeni, 2015).

(7)

3

Ampas sagu / aren merupakan limbah dari empulur sagu yang telah diambil patinya. Kandungan pati sagu sebesar 18,5% dan sisanya 81,5% merupakan ampas sagu yang memiliki kandungan selulosa sebesar 20% dan lignin 21% (Kiat, 2006). Kandungan inilah yang digunakan sabagai bahan baku utama pembuatan plastik biodegradable atau plastik yang dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme dan terurai lebih cepat dibandingkan plastik sintetis. Berdasarkan proporsi antara pati sagu dengan ampas sagu, dapat diperkirakan betapa banyaknya limbah yang dihasilkan dari satu pohon sagu. Jumlah ampas yang banyak tersebut sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal, hanya dibiarkan menumpuk di lokasi pengolahan tepung sagu yang pada akhirnya dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.

Dari uraian diatas pada penelitian ini menggunakan bahan plastik polipropilena (PP) dan serbuk ampas aren yang akan diuji dengan metode pengujian kekuatan tarik, serapan air dan foto makro dengan perbandingan variasi pengujian sebagai berikut :

1) Variasi 1 : komposisi sebesar 100% plastik polipropilena, 0% serbuk ampas aren.

2) Variasi 2 : komposisi sebesar 90% plastik polipropilena, 10% serbuk ampas aren.

3) Variasi 3 : komposisi sebesar 80% plastik polipropilena, 20% serbuk ampas aren.

4) Variasi 4 : komposisi sebesar 70% plastik polipropilena, 30% serbuk ampas aren.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahannya dari penelitian ini adalah :

1). Adakah pengaruh kekuatan tarik terhadap serapan air pada tiap variasi produk.

2). Adakah perbandingan nilai kekuatan tarik tiap variasi produk. 3). Adakah perbandingan nilai serapan air tiap variasi produk.

(8)

4 1.3. TUJUAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini bertujuan untuk:

1). Mengetahui pengaruh serapan air terhadap kekuatan tarik.

2). Mengetahui kekuatan tarik terbaik komposit plastik biodegradable tiap

masing masing variasi.

3).Mengetahui prosentase serapan air material komposit plastik biodegradable.

1.4. BATASAN MASALAH

Untuk mengurangi kompleksitas permasalahan serta menentukan arah penelitian yang lebih baik maka ditentukan batasan masalah sebagai berikut:

1) Bahan yang diuji adalah komposit serbuk dari ampas aren sebagai pengisi, dan plastik berjenis polipropilena (PP) sebagai matrik.

2) Pemanfaatan limbah berupa serbuk ampas aren sebagai bahan

penguat/pengisi (reinforcement/filler) komposit.

3) Pengujian sifat mekanik dibatasi pada pengujian kekuatan tarik. 4) Penyebaran serbuk ampas aren dianggap merata.

5) Pengujian resapan air dibatasi dalam waktu 14 hari.

6) Fraksi berat plastik yang dipakai adalah 100%, 90%, 80%, dan 70%. 1.5. TINJAUAN PUSTAKA

Hidayani, T. R (2015) melakukan penelitian tentang karakterisktik mekanik plastik biodegradable dari komposit plastik polipropilena (PP) dan pati biji durian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik mekanik plastik biodegradable yang dibuat dari campuran plastik PP dan pati biji durian. Pada penelitian ini menggunakan perbandingan variasi komposisi massa antara limbah plastik PP dan pati biji durian yaitu 94:6, 92:8, dan 90:10 (%). Plastik biodegradable dari limbah plastik PP dan pati biji durian dengan perbandingan 94:6 merupakan perbandingan yang sesuai dan memenuhi karakterisasi uji yang diharapkan. Hal tersebut berdasarkan uji yang telah dilakukan yaiutu dari asil uji kekuatan tarik diperoleh 25,722

(9)

5

yang diharapkan dimana plastik biodegradabel memiliki kekuatan tarik yang baik dan persentase kemuluran yang tidak terlalu besar sehingga sifat polipropilena masih terlihat jelas.

Husseinsyah, S., dkk (2016) dalam penelitiannnya Efek dari eco-degradant PD 04 pada sifat dari polyethylene (RPE) daur ulang / Chitosan Biocomposites. RPE / Chitosan Biocomposites disiapkan dengan menggunakan mixer Z-blade pada suhu proses 180 ° C dan kecepatan rotor 50 rpm. Eco-degradant PD 04 digunakan sebagai aditif degradasi untuk memperbaiki sifat-sifatnya dari biocomposites Hasilnya menunjukkan bahwa kenaikan beban pengisi meningkat kekuatan tarik, Young’s Modulus dan penyerapan air namun mengurangi Elongation At Break. Kehadiran eco-degradant menunjukkan bahwa kekuatan tarik dan Young's Modulus meningkat namun mengurangi Elongation At Break. Penyerapan air Biokomposit dengan eco-degradant PD 04 memiliki ketahanan air yang lebih baik dibandingkan dengan biokomposit tanpa eco-degrandant PD 04 yang mengalami degradasi lingkungan.

Asni, N. (2015) melakukan penelitian tentang plastik biodegradable berbahan ampas singkong dan polovinil asetat bertujuan untuk mengetahui karakteristik plastik biodegradable yang dihasilkan. Variasi perbandingan ampas singkong dan polivinil asetat (wt%) yaitu 9:1;8:2; 7:3 dan 6:4. Hasil pengujian kekuatan tarik plastik dengan perbandingan 6:4 yaitu 0,1019 ± 0,339 MPa dan regangan maksimum 26,178 %. Sedangkan plastik 9:1 mempunyai kekuatan tarik 0,1659 ± 0,035 MPa dan regangan maksimum 22,386 %.

(10)

6 2. METODE PENELITIAN

2.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

2.2 ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam penelitian ini : 1) Neraca digital

2) Cetakan

Mulai

Studi pustaka dan lapangan

Persiapan alat dan bahan

Plastik polipropilen Serbuk ampas aren

Oven selama 4 jam

Pengayakan Mesh 60 dan foto makro Dipotong dengan

luas 5-10 cm

Pembuatan komposit

Pencampuran dengan variabel komposisi massa : 1. 100% plastik polipropilen dan 0% serbuk ampas aren 2. 90% plastik polipropilen dan 10% serbuk ampas aren 3. 80% plastik polipropilen dan 20% serbuk ampas aren 4. 70% plastik polipropilen dan 30% serbuk ampas aren

Hasil komposit

Spesimen uji

Uji tarik Foto makro

Hasil pengujian

Kesimpulan Analisa dan pembahasan

Selesai Uji serapan air Dicuci air

(11)

7 3) Panci 4) Stik kayu 5) Ayakan mesh 6) Jangka sorong 7) Non-contact Infrared Thermometer 8) Kompor listrik

9) Unit pemanas (heater)

10) Unit pengontrol suhu (thermocontrol)

11) Oven 12) Mesin press 13) Gergaji Mesin 14) Plastik astralon 15) Mold release wax Bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

1) Plastik polipropilen 2) Serbuk ampas aren

2.3 LANGKAH PENELITIAN

2.3.1. Prosedur Pembuatan Komposit

Penelitian komposit ini menggunakan variasi fraksi berat dengan spesimen berbentuk lempengan sebanyak 12.

Gambar 2. Komposit Plastik Variasi Fraksi Berat

1) mempersiapkan alat dan bahan

2) penyiapan serbuk ampas aren, keringkan ampas aren selama satu minggu dibawah sinar matahari. Setelah satu minggu ampas aren dioven kembali selama 4 jam dengan suhu 60ºC untuk menghilangkan kadar air, tahapan selanjutnya penyaringan ampas

(12)

8

aren menggunakan mesh ukuran 60. Diukur menggunakan foto makro didapat besar butiran rata-rata sebesar 0,7093 mm.

3) pemilihan dan pemotongan plastik, plastik yang digunakan yaitu limbah dari polipropilen/PP dengan kode 5. Limbah didapatkan dari botol air mineral gelas, kemudian dipilih, dicuci kemudian dipotong-potong menjadi kecil agar lebih mudah dalam pembuatan komposit.

4) proses pembuatan komposit, Tahap pertama panaskan plastik menggunakan kompor listrik suhu diatur pada 160ºC diaduk sampai merata. Setelah plastik agak meleleh campurkan serbuk ampas aren sedikit demi sedikit diaduk sampai merata agar serbuk menyebar secara sempurna. Setalah merata ambil kemudian masukan spesimen ke dalam cetakan dengan ukuran 170 x 120 x 3,2 mm. Tahap awal sebelum dipress panaskan suhu cetakan sampai 160ºC kira kira memerlukan waktu selama 40 menit. Tekan spesimen dengan tekanan 4,5 ton pada mesin press agar spesimen komposit berbentuk kotak selama 15 menit kemudian spesimen diambil dari cetakan.

5) pemotongan spesimen uji, pemotongan spesimen uji menggunakan gergaji mesin total spesimen sebanyak 48 spesimen. Pemotongan spesimen sesuai dengan standar pengujian yang sudah ditentukan yaitu ASTM D 638-04.

2.3.2. Pengujian Tarik

Pengujian tarik dilakukan dengan cara menarik spesimen sampai putus untuk mengetahui tegangan, regangan, dan modulus

elastisitas menggunakan mesin tarik instron dengan kekuatan tarik

maksimal 3 ton. Bentuk dan dimensi spesimen uji tarik mengacu pada standar ASTM D 638-04.

(13)

9 2.3.3. Pengujian serapan air

Pengujian serapan air bertujuan untuk mengetahui

kemampuan komposit untuk menyerap air. Pengujian serapan air menggunakan standar ASTM D 570. Secara garis besar adalah menimbang berat kering komposit, didata, kemudian komposit yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam air dan direndam selama 1 hari, 7 hari, dan 14 hari. Setelah itu komposit ditimbang lagi, selisih berat komposit sebelum dan sesudah direndam air ini lah yang nantinya akan dipakai untuk menentukan kemampuan serapan air komposit.

Penyerapan air = berat setelah pencelupan − berat kering

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 x 100%

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. HASIL PENGUJIAN TARIK

3.3.1 Data Dasil Pengujian Tarik Tabel 1. Data Hasil Uji Tarik

Data Uji Tarik

Pencelupan Air (Hari) Spesimen Fraksi Berat (%) Tegangan Rata-rata (Mpa) Regangan Rata-rata (%) Modulus Elastisitas Rata-rata (Mpa) 0 100 14,99 0,81 1932,59 90 21,36 1,57 1368,09 80 14,65 0,93 1592,56 70 11,26 0,55 2030,57 1 100 13,78 0,72 1902,55 90 20,87 1,74 1232,74 80 13,36 0,72 1967,54 70 10,62 0,52 2032,78 7 100 12,35 0,84 1518,76 90 19,26 1,28 1510,95

(14)

10 80 13,13 0,99 1328,30 70 9,49 0,55 1739,28 14 100 11,21 0,61 1839,94 90 19,2 1,28 1557,96 80 12,69 0,84 1639,69 70 8,57 0,64 1437,20

Gambar 3. Diagram Hubungan Antara Tegangan Tarik Terhadap Waktu Pencelupan Air Material

Pada diagram diatas menunjukan bahwa tegangan tertinggi tanpa

direndam di air terdapat pada fraksi berat 90% sebesar 21,36 MPa, sedangkan tegangan tarik terendah pada fraksi berat 70% sebesar 11,26 MPa. Pada rendaman air selama 1 hari tegangan tarik tertinggi pada fraksi berat 90% sebesar 20,87 MPa, sedangkan tegangan tarik terendah pada fraksi berat 70% sebesar 10,62 MPa. Pada rendaman air selama 7 hari tegangan tarik tertinggi pada fraksi berat 90% sebesar

T egan gan T ar ik (M Pa)

Rendaman Air (Hari) 14,99 13,78 12,35 11,21 21,36 20,87 19,26 19,2 14,65 13,36 13,13 12,69 11,26 10,62 9,49 8,57 0 5 10 15 20 25 0 1 7 14 100 90 80 70

(15)

11

19,26 MPa, sedangan tegangan tarik terendah pada fraksi berat 70% sebesar 9,49 MPa. Pada rendaman air selama 14 hari tegangan tarik tertinggi pada 90% sebesar 19,2 MPa, sedangkan tegangan tarik terendah pada fraksi berat 70% sebesar 8,57 MPa.

Re

gan

gan

(%)

Rendaman Air (Hari)

Gambar 4 Diagram Hubungan Antara Regangan Terhadap Waktu Rendaman Air Material

Pada diagram diatas meunjukan bahwa regangan tanpa di rendam air tertinggi pada fraksi berat 90% sebesar 1,57, sedangkan regangan terendah pada fraksi berat 70% sebesar 0,55. Pada rendaman air selama 1 hari regangan tertinggi pada fraksi berat 90% sebesar 1,74, sedangkan regangan terendah pada fraksi berat 70% sebesar 0,52. Pada rendaman air selama 7 hari regangan tertinggi pada fraksi berat 90% sebesar 1,28, sedangkan regangan terendah pada fraksi berat 70% sebesar 0,55. Pada rendaman air selama 14 hari regangan tertinggi pada fraksi berat 90% sebesar 1,28, sedangkan tegangan terendah pada fraksi berat 100% sebesar 0,61. 0,81 0,72 0,84 0,61 1,57 1,74 1,28 1,28 0,93 0,72 0,99 0,84 0,55 0,52 0,55 0,64 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 0 1 7 14 100 90 80 70

(16)

12 M od u lu s E lastis itas ( M Pa)

Rendaman Air (Hari)

Gambar 5 Diagram Hubungan Antara Modulus Elastisitas Terhadap Waktu Pencelupan Air Material

Pada diagram diatas menunjukan modulus elastisitas tertinggi tanpa direndam air pada fraksi berat 70% sebesar 2030,57, sedangkan modulus elastisitas terendah pada fraksi berat 90% sebesar 1368,09. Pada rendaman air selama 1 hari modulus elastisitas tertinggi pada fraksi berat 70% sebesar 2030,78, sedangkan modulus elastisitas terendah pada fraksi berat 90% sebesar 1490,88. Pada rendaman air selama 7 hari modulus elastisitas tertinggi pada fraksi berat 70% sebesar 1739,28, sedangkan modulus elastisitas terendah pada fraksi berat 90% sebesar 1510,95. Pada rendaman air selama 14 hari modulus elastisitas tertinggi pada fraksi berat 80% sebesar 1903,04, sedangkan modulus elastisitas terendah pada fraksi berat 70% sebesar 1437,2. 1932,59 1902,55 1518,76 1839,94 1368,09 1490,88 1510,95 1597,52 1592,56 1967,54 1675,65 1903,04 2030,57 2032,78 1739,28 1437,2 0 500 1000 1500 2000 2500 0 1 7 14 100 90 80 70

(17)

13 3.3.2 Pembahasan Pengujian Tarik

Komposisi serbuk ampas aren yang berlebih dan void di indikasikan mengakibatkan ikatan plastik sebagai matriks dengan serbuk ampas aren belum terjadi secara sempurna. Adanya void pada spesimen juga menurunkan kekuatan tarik komposit tersebut.

Berdasarkan hasil pengujian tarik tersebut bahwa kekuatan tarik rata-rata terbaik diketahui fraksi berat pada komposisi 90% plastik, 10% serbuk ampas aren dikarenakan ikatan antara matrik dan serbuk lebih sempurna. Sedangkan kekuatan tarik terendah fraksi berat komposisi 70% plastik, 30% serbuk ampas aren dikarenakan jumlah serbuk ampas aren yang terlalu banyak sehingga matrik tidak dapat mengikat secara sempurna. Dari diagram tersebut diketahui bahwa semakin lama material direndam di dalam air semakin menurun juga kekuatan tariknya. Pada spesimen 100% plastik penurunan kekuatan material disebabkan karena banyaknya void pada spesimen. Sedangkan pada spesimen selain 100% plastik penurunan kekuatan tarik material disebabkan karena adanya serbuk ampas aren yang mempunyai sifat dapat menyerap air. Semakin menurunnya kekutan material disebabkan karena faktor kelambaban dan serapan air material.

3.2 PENGUJIAN SERAPAN AIR

3.2.1. Data Hasil Pengujian Serapan Air Tabel 2. Hasil pengujian serapan air

Waktu Pencelupan (Hari) Spesimen Berat Awal Rata-rata (g) Berat Akhir Rata-rata (g) Persentase Serapan Air (%) 1 100 4,7 4,7 0,000 90 4,64 4,68 0,862 80 4,60 4,67 1,522 70 4,79 4,89 2,088 7 100 4,59 4,6 0,218

(18)

14 90 4,47 4,60 2,908 80 4,88 5,06 3,689 70 4,79 4,97 3,758 14 100 4,58 4,46 0,437 90 4,71 4,86 3,185 80 5,57 4,76 4,158 70 4,42 4,65 5,204 Pe rse n tase S er ap an Air (%)

Waktu Rendaman (Hari)

Gambar 6. Grafik Nilai Persentase Serapan Air Pada Tiap Variasi Fraksi Berat

Dari grafik diatas dapat dilihat nilai serapan air 1 hari terbaik pada komposisi fraksi berat 70% sebesar 2,088, sedangkan serapan air terendah pada komposisi fraksi berat 100%. Pada rendaman air selama 7 hari nilai serapan air terbaik pada fraksi berat 70% sebesar 3,708, sedangkan serapan

0 0 0,218 0,437 0 0,862 2,908 3,185 0 1,522 3,689 4,158 0 2,088 3,708 5,204 0 1 2 3 4 5 6 0 1 7 14 100 90 80 70

(19)

15

air terendah pada fraksi berat 100% sebesar 0,218. Pada rendaman air selama 14 hari nilai serapan air terbaik pada fraksi berat 70% sebesar 5,204, sedangkan serapan air terendah pada fraksi berat 100% sebesar 0,437. 3.2.2. Pembahasan Pengujian Serapan Air

Semakin banyak komposit menyerap air maka semakin menurun juga kekuatannya. Salah satu penyebabnya karena masih banyaknya rongga udara antar ikatan material komposit serta sifat dari material itu sendiri yang dapat menyerap air. Hal ini dibuktikan dengan pengujian serapan air. Material dengan 70% plastik, 30% serbuk ampas aren memiliki daya serap air terbaik tetapi juga menurunkan kekuatan material tersebut. Hal ini dibuktikan dalam pengujian sebelumnya. Sedangkan plastik 100% serapan air rendah tetapi penurunan kekuatan material disebabkan karena adanya void pada spesimen. Semakin banyak komposisi serbuk amaps aren semakin baik juga daya serap material.

Data yang diperoleh dari hasil pengujian serapan air sebenarnya digunakan untuk menganalisa hubungan antara kekuatan tarik komposit dengan persentase serapan airnya. Dari hasil pengujian ini nilai serapan air berbanding terbalik dengan nilai kekuatan tarik komposit.

3.3. HASIL PENGUJIAN FOTO MAKRO 3.3.1. Data Hasil Foto Makro

Pada pengamatan struktur makro untuk komposit bahan plastik polipropilen dan serbuk ampas aren dengan pembesaran 50x didapatkan gambar seperti berikut ini :

(20)

16

Gambar 8. Foto makro limbah plastik polipropilen 100%

Gambar 9. Foto makro komposit fraksi berat 90% plastik polipropilen

Gambar 10. Foto makro komposit fraksi berat 80% plastik polipropilen

(21)

17

Gambar 11. Foto makro komposit fraksi berat 70% plastik polipropilen

3.3.2. Pembahasan Pengujian Struktur Makro

Pada pengamatan struktur makro komposit plastik dan serbuk ampas aren dapat dilihat plastik berwarna bening dan serbuk jagung berwarna kuning kecoklatan. Penyebaran dan kepadatan serbuk pada komposit fraksi berat 70% lebih padat dibandingkan dengan fraksi berat 90%, hal tersebut dikarenakan jumlah serbuk dari komposit fraksi berat 70% lebih banyak dibandingkan dengan fraksi berat 90%.

Terdapat beberapa cacat yang terjadi pada komposit tersebut. Seperti pada (gambar 8) yaitu adanya kotoran pada spesimen dikarenakan menggunakan limbah dari plastik polipropilen sehingga tidak menutup kemungkinan bila terdapat kotoran, hal ini disebabkan karena proses pembersihan bahan kurang sempurna. Cacat berikutnya adalah bubbles yaitu gelembung udara yang terperangkap dalam spesimen. Cacat berikutnya adalah flow mark yaitu terdapat pola bergaris terbentuk di permukaan, akibatnya plastik yang kontak dengan permukaan mold bertekanan dalam kondisi semi padat dan garis-garis tegak lurus terhadap arah aliran material terbentuk pada permukaan material yang dicetak. Cacat berikutnya black spot / bintik hitam pada spesimen, biasanya disebabkan karena material sisa yang terjebak pada cetakan, dan kontaminasi spesimen oleh zat yang tidak diperlukan.

(22)

18 4. PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

1) Dari hasil data pengujian tarik dan serapan air komposit, kekuatan tarik dan serapan air berbanding terbalik. Semakin lama waktu rendaman spesimen di dalam air semakin menurun juga kekuatan tarik suatu material tersebut, dan semakin lama prosentase serapan air meningkat. Hal tersebut disebabkan karena faktor kelembaban dan daya serap air dari

material itu sendiri dikarenakan adanya bahan yang bersifat absorption.

2) Dari hasil pengujian tarik, kekuatan tarik maksimum rata-rata terjadi pada komposit dengan fraksi berat 90% plastik polipropilen 10% serbuk ampas aren dengan tegangan tarik maksimum sebesar 21,36 MPa tanpa perlakuan rendaman air, 20,87 MPa saat direndam air selama 1 hari, 19,26 Mpa saat direndam 7 hari, dan 19,2 MPa saat direndam 14 hari. Regangan tertinggi rata-rata terjadi pada fraksi berat 90% plastik polipropilen 10% serbuk ampas aren sebesar 1,57 tanpa perlakuan rendaman air, 1,74 saat direndam air selama 1 hari, 1,28 saat direndam air selama 7 hari, dan 1,28 saat direndam air selama 14 hari.

3) Semakin banyaknya jumlah serbuk ampas aren/filler pada komposit semakin meningkatkan daya serap air material itu sendiri, dibuktikan dengan dengan prosentase serapan air tertinggi yaitu pada komposit fraksi berat 70% plastik polipropilen 30% serbuk ampas aren yaitu sebesar 2,088 saat rendaman 1 hari, 3,758 saat rendaman 7 hari, dan 6,497 saat rendaman 14 hari.

4.2. SARAN

1) Proses pembersihan bahan untuk membuat spesimen dilakukan lebih

teliti untuk mengurangi adanya cacat berlebih pada hasil spesimen.

2) Membuat variasi lain pada ukuran mesh serbuk pada komposit.

3) Usahakan proses pemotongan spesimen seragam agar perbedaan hasil

(23)

19 DAFTAR PUSTAKA

America Society for Testing and Materials, 2002, Standard Test Method for Tensile Properties of Plastic, 2nd edition, D 638-04, Philadelphia, PA.

America Society for Testing and Materials, 2002, Standard Test Method for Waterabsorption of Plastics, 2nd edition, D 570, Philadelphia, PA.

Asni, N. 2015. “Plastik Biodegradable Berbahan Ampas Singkong Dan Polivinil

Asetat”, FMIPA Program Study Fisika Universitas Indonesia, Depok.

Callister, W. D., 2007, Material Science and Engineering, John Wiley & Sons, Inc.,

7nd edition, New York.

Chun, K. S., Yeng, C. M., Husseinsyah, S., Pang, M. M., Ismail, A., 2017, Effect

Of Eco-Degradant On Properties Of Low Density Polyethylene/Corn Stalk Eco-Composites, Malaysia: Journal Of Engineering Science And Technology Vol. 12, No. 5 (2017) 1165 – 1177.

Gybson Ronald, F., 2015. Principles of Matherial Composites Mechanics. Tailor &

Francis, USA.

Hidayani, Tengku R, 2015, Karakteristik Plastik Biodegradabel Dari Limbah

Plastik Polipropilena Dan Biji Durian. Akademi Teknologi Industri Padang.

Husseinsyah, S., Azmin, A. N., and Suppiah, K. 2016, Effect of Eco-Degradant on

Properties of Recycled Polyethylene (RPE)/Chitosan Biocomposites, Malaysia: Journal of Engineering Science, Vol. 12, 53–64.

Islamiyati, R. 2009. Kandungan Nutrisi Campuran Ampas Sagu (Metroxilon sago)

dan Feses Broiler yang Difermentasi dengan Berbagai Level EM4. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.

Jamasri, 2005. Struktur Kekuatan Komposit Sandwich. Jakarta.

Jones, R. M., 1975, Mechanics Of Composite Materials, Hemisphere Publishing

(24)

20

Martikno, Tobias,. 2007. Pengaruh Filler Serbuk Sekam Padi Terhadap Sifat

Mekanik Dan Termal Komposit Bermatrik Polipropilen. (Skripsi). Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Bandar Lampung.

Menyambut Hari Peduli Sampah Nasional 2016, menlhk.go.id (13 September

2016) diakses : 21 Oktober 2017. (http://www.menlhk.go.id)

Sahwan, F. L., Djoko, H. M., Sri, W., Lies, A. W., 2005, Sistem Pengelolaan

Gambar

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Gambar 2. Komposit Plastik Variasi Fraksi Berat
Gambar 3. Diagram Hubungan Antara Tegangan Tarik Terhadap Waktu  Pencelupan Air Material
Gambar 4 Diagram Hubungan Antara Regangan Terhadap Waktu  Rendaman Air Material
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil : Analisis hubungan ketergantungan dalam ADL (activity of daily living) dengan Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Luhur Yogyakarta,

Wujud akhir dari produk yang dikembangkan setelah direvisi berupa modul praktikum yang dicetak untuk materi optik geometris kelas X semester 2 untuk kurikulum

Berdasarkan Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 598 Tahun 2010 Tanggal 29 Oktober 2010 tentang Formasi Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) Provinsi Nusa

(2) Rapat pleno segera membahas laporan dan rekomendasi awal, serta pertimbangan fiqh dari dewan pertimbangan untuk selanjutnya menentukan rekomendasi akhir dan

Dalam hal ini, dapat kita simpulkan bahwa peninggian struktur berdampak pada perpanjangan umuroperasi.Dengan dilakukannya peninggian struktur, maka perpanjangan umur

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola konsumsi rumah tangga dalam mengonsumsi beras siger, atribut-atribut beras siger

Yang menjadi dasar membangun ahklak peserta didik MTs Ma‟arif NU 4 Kecamatan Pekalongan diantaranya adalah meningkatkan kedisplinan dan juga ketertiban sekolah, dan tidak lepas

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMPN 29 Pekanbaru pada pembelajaran IPA fisika dengan penerapan strategi whole brain teaching didapat adanya peningkatan