JOES NENY ASTOETIE
P E N G G U N A A N T A N A H T A N P A I Z I N
Y A N G B E R H A K A T A U K U A S A N Y A D l SE P A N JA N G
R EL K E R E T A A P I Y A N G A D A D l B E B E R A P A
T E M P A T D l K O T A M A D Y A S U R A B A Y A
FAKU LTAS H UKUM
PENGGUNAAN TANAH TANPA IZIN YANG BERHAK ATAU KUASANYA DI SEPANJANG REL KERETA API YANG
ADA DI BEBERAPA TEMPAT DI KOTA MADYA S U R A B A Y A
M I L I K
-p f r -p u s t a k a a n
SKRIPSI 1 • UNIVERSITAS AIR s u R A B A j r ^
-OLEH :
JOES NENY ASTOETIE
0 382115^2
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
PENGGUNAAN TANAH TANPA IZIN YANG BERHAK ATAU KUASANYA DI SEPANJANG REL KERETA API YANG
ADA DI BEBERAPA TEMAPT DI KOTA MADYA S U R A B A Y A
SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN : MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK
MENCAPAI GELAR SARJANA HUKUM
OLEH :
JOES NENY ASTOETIE
KATA PENGANTAR
Bismillaahir Rohmaanir Rohiim.
Dengan mengujap puji syukur kehadirat ALLAH, SWT, penulis a k h i m y a telah dapat menyelesaikan Skripsi ini,-dalam memenuhi syarat yang diwajibkan bagi penulis guna-mencapai gelar Sarjana Hukum Lengkap pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya*
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa di dalam penyu sunan Skiripsl ini hanya meliputi sebagian kecil, yang ja-uh dari sempurna, baik mengenai materi maupun cara penya-jiannya.
Di dalam penyusunan Skripsi ini penulis telah berusaha un tuk mencapai hasil yang sesuai dengan ukuran kemampuan -yang penulis miliki.
Rasa terima kasih yang sedalamdalamnya penulis -sampaikan kepada yang terhorma.t :
1* Bapak R. Djoko Soemadljo, SH > selaku Dekan Fakul tas Hukum Universitas Airlangga Surabaya;
2* Bapak Soedalhar, SH , selaku Dosen Pembimbing yang telah mencurahkan segala perhatiannya dan pengarah annya di dalam penyusunan Skripai ini;
3. Bapak Kepala Eksplotasi PJKA beserta Staf, di Kota madya Surabaya;
Kotamadya di Surabaya;
5
. ayah - bunda yang telah memberikan dorongan dan doa restumya eelama penulie: menempuh. study,;6
* rekan-rekan mahasiswa serta seseoranig yang te lah banyak membantu dan memberikan dorongan ke pada penuliis.Semoga amal baik dari bapak-bapak dan ibu-ilm serta saudara-saudara sekalian akan mendapat imbalaB yang setimpal dari ALLAH S W T r amin.
Surabaya,
15
S6
KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI
hal amah ♦,. iii DAFTAR ISI... V BAB I : PENDAHULUAN
1* Permasalahan: Latar Belakang dan
Perumusannya ...
1
2. Penjelasan Judul... ....
6
3. Alasan Pemilihan Judul...
8
4. Tujuan Penulisan... ....
8
5. Metodologi, ... ... 9
6
. Perfcanggumg Jawaban Sistimatika.*. 10 BAB II : SEDIKIT TENTANG HAK ATAS TANAH SEBE-LUM DAN SESUDAH UUPA . . . 1. Pengertian Hak Atas Tanah... 202. Subyek Hak Atas Tanah...*.*... 23
3. Hak Pengelolaan PJKA... . 25
BAB III : PENGGUNAAN TANAH TANPA IZIN YANG BERHAK ATAU KUASANYA DI SEPANJANG REL KERETA* API YANG ADA DI BEBERAPA TEMPAT DI KO-TAMADYA SURABAYA 1. Dasar Hukum Penggunaan Tanah Tanpa Itn Yang Berhak Atau Kuasanya... 31 2* A sal Mula Adanya Penggunaan
Kuasa-ny a ...
^5
3. Tinjauan Sekitar Asas Horisontal
Sebelum Dan Sesudah UUPA,.*... ^ BAB IV : KEDUDUKAN ATAU STATUS PEMAKAI TANAH
TANPA IZIN YANG BERHAK ATAU KUASANYA 1. Dalam Hubungannya Dengan Jual-Be
ll Bangunan Tanpa Sekaligue Dengan
T anahny 58
2. Dalam Hubungannya Dengan Tanah Yang Dijadikan Obyek Sewa-Menyewa Anta
ra PJKA Dengan Pihak Ketiga... 69 BAB V : PERMOHONAN HAK ATAS TANAH PJKA DAN
PE-WYELESAIAN PERMASALAHAN PENGGUNAAN TA NAH TANPA IZIN.YANG BERHAK ATAU KUASA NYA ... 70 BAB VI : PENUTUP
1. K e s i m p u l a n ...
31
2
*. Saran. . . .
B A B 1
P E N D A H U L U A N
I . PSRM A SA L A H A N : L A T A R B E U K A H G DAN A . L a t a r B e l n k a n # :
Dengan diproklamasikannya Negara Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustue 19^5* maka berakhir-lah tata hukum Pemerintah Belanda dan dig-anti dengan tata hukum Pemerintahan Republik Indonesia*
Akan tetapi mengingat Negara Reptsblik Indonesia baru saja lahir maka untuk mengisi kekosongan hukura' dibuka kemungkinan untuk memperlakukan peraturan bekas Peme rintah Hindia Belanda, berdasarkan pasal II Aturan Per-aliharr Undang-undang.;Dasar 19*+5, yang berbunyi :
"Segala Badan Negara dan Peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-undang Dasar ini".
Demikian juga halnya dengan hukum agraria, khu-susnya da^am hukum tanah, yang berlaku adalah hukum. tanah sebelum proklamasi, yaitu hukum tanah peninggal-an Pemerintah Hindia Belpeninggal-anda, pada waktu itu ypeninggal-ang ber laku adalan hukum tanah adat dan hukum; tanah barat.
dua-lisme khususnya duadua-lisme dalam hukunt tanah.
Sejak tanggal 2k September I960, maka diundangkanlab Undang-undang No, 5 Tahum i960 yang disebut dengan Undang-undang Pokok Agraria, LNRI No. 1 0 k Tahun i
960
(TLNRI No* 2043). Dengan diundangkannya Undang-undang Pokok Agraria, maka sifat dualisme dalam hukum tanah itu ipenjadi hapus dan terdapatlah satu kesatuan dalam hukum tanah.
Di dalam Undang-undang Pokok Agraria, terdapat bermacam-macam hak atas tanah. Kalau kita lihat pada paaal 16 Undang-undang Pokok Agraria (yang selanjutnya saya sebut dengan UUPA), maka dalam pasal itu disebut-kan bermacam-macam hak atas tanah, yaitu : hak milik, fcaK guna usaha, hak guna bangunan, dan lain-lain. Sedangkan yang berhak memberikan hak-hak atas tanah tersebut adalah Negara sebagai penguasa yang tertinggi. Hal ini dapat kita lihat dalam Undang-undang Dasar 19^5, pasal
33
ayat3
» yang berbumji :" Bumi, air, dan kekayaan a^Lam yang terkandung di dalam-nya dikuasai oleh Negara dan dipergunkan untuk sebe-sar-be0arnya kemakmuran rakyat".
Mengenai hal ind juga dapat kita lihat dalam pasal 2-U 2-U P A , yang berbunyi ;
da-dalam pasal
1
, bumi,air, dan ruang angkasa, ter-masuk alam yang terkandung di dalamnya itu padatingkatan yang tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
Berdasarkan hal ini, maka Negara sebagai penguasa yang tertinggi dapat men^ntukan berbagai macam hak atas ta nah dan dapat menentukan pula siapa saja yang dapat mem punyai hak-hak itu*
Negara dalam hal ini dapat memberikan haknya kepada perseorangan dan badan hukum, dengan ketentuan ketentuan yang telah diatur. Sedangk’an hak yang diberi kan oleh Negara pada pihak perusahaan jawatan kereta a-pi, adalah hak pengelolaan, hak tersebut termasuk dalam pasal 16 bagiab h, dari UUPA, yang berbunyi:
"Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak terse but di atas yang akan ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang di-eebutkan dalam pasal
53
u «Mengenai hak pengelolaan juga diatur dalam peraturan Menteri Dalam Negeri No* I Tahun 1977*
Dengan adanya hak pengelolaan tersebut, maka su dah menjadi kewajiban bagi perusahaan' kereta api (yang selanjutnya saya sebut dengan PJKA) tersebut untuk me-agelola aecara baik dan diharapkan bahwa tanah-tanah
menim-bulkan atau memberl peluang bagi orang untuk memanfaat-kannya sebagai tempat tinggal ataupum untuk hal-hal la in.
Seperti kita lihat dewasa ini banyak sekali ta nah-tanah, baik yang ada di dalam kota maupun yang di-luar kota - kota besar* dipakai orang-orang tanpa izin dari yang berhak atau kuasanya.
Pemerintah pada umumnya dapat menguasai atau memahami keadaan yang tidak wajar ini, hal ini disebabkan sangat kurangnya persediaan tanah bagi rakyat, baik untuk pe-rumahan maupun untuk bercocok tanam*
Oleh karena itu, untuk pembangunan Negara* penggunaan tanah harue dilakukan dengan cara yang teratur* Pema-kaian yang tidak tefratur lebih-lebih yang melanggar norma-iturma hukum dan tata tertib sebagaimana yang
ter-jadi di banyak tempat,. benar-benar menghambat pembangun an Negara Indonesia*
Dengan adanya hal ini menimbulkan berbagai masa lah;, bagaimana dengan hak pengelolaan tersebut,
B, Pterumudarinya :
1. Apakah. yang dimaksud dengan hak atas tanah ?; 2* Ada berapa macamkah hak atas tanah itu ?;
3* Mengapa dalam sistem hukum tanah yang ada sebe-lum UUPA itu dapat menimbulkan sifat dualisme hukum ?;
km Siapa saja yang dapat memillki hak atas tanah ?; 5. Apakah seseorang dapat menggunakan tanah tanpa
izin dari yang berhak atau kuasanya ?;
6
* Apakah sanksi atas penggunaan tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya ?;7* Bagaimana apabila dilakukan jual-beli atas bang unan yang berada di atas tanah tersebut ?;
8
. Bagaimana jika terhadap tanah-tanah tersebut diadakan perjanjian sewa-menyewa ?;9* Asas apakah yang dipakai di Indonesia dalam hu~ bungannya dengan bangunan dan tanah ?;
II* PENJELASAN JUDUL, ALASAN PEMILIHAN JUDUL, TUJUAN PENTTLISAN, METODOLOGI
A . / Pen.jelasan 'Jfrdul :
Skripsi ini berjudul : "PENGGUNAAN TANAH TANPA IZIN YANG BERHAK ATAU KUASANYA DI SEPANJANG REL KERE TA API, YANG ADA DI BEBERAPA TEMPAT, DI KOTAMADYA SU RABAYA",
Berdasarkan pasal 1 Undang-undang. No*. 51 Prp-Tahun i
960
* yang dimaksud dengan "Tanah" adalah :1, tanah yang dikuasai oleh Negara;
2* tanah yang tidak termaksud dalam huruf (1) yang dipunyai dengan sesuatu hak oleh perseorangan atau badan hukum.
Yang dimaksud dengan "YANG BERHAK", adalah :
1. tanah Negara dalam hal ini yang berhak adalah Mendagri atau pejabat yang berwenang;
2* tanah yang bukan tanah Negara, yang berhak ada lah orang atau badan hukum yang berhak atas ta nah itu.
Yang dimaksud dengan "KUASA", adalah :
Seseorang atau badan hukum yang diberi wewwnang un tuk mempergunakan tanah itu, untuk dan atas nama orang yang memberinya kuasa.
Ta-hun I960, yang dimaksud dengan "MemaHaS atau Mengguna kan", adalah:
"Menduduki, mengerjakandan/atau menguasai sebidang tanah atau mempunyai tanaman atau bengunan di atasnya dengan tidak dipersoalksn apakah bangunan itu dipergu-nakan sendiri atau tidak".
Sedangkan yang dimaksud dengan "Di sepanjang rel kereta api", adalah di atas tanah hak pengelolaan PJKA yang ada di kiri atau kanan dari rel kereta api, dan
berada dalam jarak
11
meter dari r^l kereta api yang x- c* terdekat.Yang dimaksud dengan "Di beberapa tempat", ada* lah bahwa peoelitian ini tidak H&nya -pada satu tempat eaja, tetapi di beberapa tempat, yaitu;
I* di sepanjang rel kereta api Jalan Kapasari; 2. di Jalan Gubeng;
3. di Sepanjang rel kereta api Jalan Ngaglik; di Dipo Sidotopo.
Skripsi ini hanya membahas masalah penggunaan tanah yang ada di sepanjang rel kereta api yang ada di-Kotamadya Surabaya* Alasan saya memilih di-Kotamadya Sura-Daya, adalah :
1
. saya ingirt menghemat waktu dan biaya;B. Alasan Pemillhan Judul :
Yang mendorong saya mengambil judul ini seba-gai topik pembahasan, adalah karena masalah ini mena-rik untuk dibahas dan juga untuk mengetahui lebih ja-uh peranan instansi yang berwenang dalam raenangani a masalah ini.
C. Tu.juan Penulisan :
1
. untuk melengkapi tugas dan untuk memenuhi sya-rat dalam mencapai gelar sarjana hukum ;2
# untuk merabahas masalah penggunaan tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya yang ada di be-berapa tempat yang ada di Surabaya, dengan ha-rapan agar penilidan ini dapat memberikan gam-baran yang nyata ;Bagi penulis sendiri hal ini merupakan suatu studi perbandingan yang sangat berguna dan de ngan adanya studi perbandingan ini penulis da pat merabandingkan antara teori yang ada dengan keadaan atau kenyataan yangaia, berdasarkan
ha-sil obaervasi langsung terhadap obyeknya ;
if. tujuan yang lainnya lagi yaitu pentlis ingin menyumbangkan pikiran yang mun^tin akan bermanfaat bagi ilmu hukum umumnya danNegara -pada khususnyaa
D. Metodologi :
Penfelisan skripsi ini didasarkan pada kenytaan yang ala, di berbagai tempat di Surabaya dan a-kan dihubunga-kan dengan peraturan-peraturan dan pen-dapat para sarjana/pejabat dalam hubungannya dengan hal ini.
1. Sumber data :
l.a. wawancara ;
1
.b* majalah atau koran ;1
.c* buku-buku khueusnya mengenai agraria. 2. Tekhnik pengumpulan da$a.Dilakukan melalui wawancara dengan penduduk -setempat dan pejabat kantor agraria yang ber-sankutan dengan hal ini.
3* Analisa data .
Dilakukan dengan cara perbandingan melalui da-4
ta yang diperoleh dengan teori ilmu hukum khu-susnya masalah agraria.
Pendekatan masalah :
III. PERTANGGUNG JAWABAN SISTIMATIKA
Penulisan skripsi ini terdiri dari VI BAB, Pen-dahuluan saya letakkan dalam BAB I,karena penPen-dahuluan yang merupakan pokok-pokok isi skripsi, guna mengan-tarkan para pembaca untuk lebih mempermudah dan sega-ra mengikuti kemana asega-rah dan penulisan skripsi ini.
Permasalahan
Hak
Atas tanah
Sebelun dan Sesu4 dah UUPA, saya letakkan dalam BAB.. II, karena sebelum saya inembahas masalah penggunaan tanah tanpa izin yaag berhak atau kuasanya atas tanah-tanah PJKA yang ada di sepanjang rel keretaapi’
tersebut, kita hafcus me-ngetahui sedikit tentang sejarah hak atas tanah yang ada di Indonesia, yang pada waktu itu di Indonesia -berlaku dua macam hak atas tanah, yaitu hak atad ta« nah adat dan hak atas tanah barat, hal ini menimbul-kan akibai adanya dua golongan tanah :1
. tanah dengan hak adat, yang t u n d u k pada hukum adat ;2
. tanah dengan hak barat, yang tunduk pada hu -kum perdata barat,Hal ini menimbulkan apa yang disebut dengan dualisme hukum, khususnya dualisme dalam hukum tanah.
Beberapa Tempat Di Kotamadya Surabaya saya letakkan -dalam BAB III, karena setelah kita mengetahui sedi-kit beberapa hal tentang hak atas tanah, maka dalam bab ini saya ingin raemasuki permasalahan yang pokok. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai asal mula ada** nya pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau. kuae sanya di beberapa tempat itu.
Dan saya juga akan memberikan uraian sedikit bebera pa hal tentang asas pemisahan htbrisontal, bagaimana mereka itu dapat mendirikan dan merailiki bangunan
di-atas tanah orang lain dan akan saya utarakan ju^a ten tang larangan-larangannya.
Permasalahan tentang Kedudukan atau Status Pemakai Tanah Tanpa Izin Ynag Berhak Atau Kuasanya Di Sepanjang Pel Kereta Api, saya letakttan dalam BAB IV, karena menurut saya setelah diketahui tentang be berapa hal mengenai penggunaan
1
anah tanpa izin yang -berhak atau kuasanya, di sinj saya mulai membahas bagaimana kedudukan atau status para pemilik bangunan di atas tanah orang lain tersebut, bagaimana hubungan nya dalam jual-beli bangunan tanpa tanahnya*Beberapa hal tentang tanah-tanah PJKA itu dijadikan obyek sewa-menyewa, oleh pihak PJKA sendiri.
Ber-hak. Atau Kuasanya saya letakkan dalam BAB V, karena menurut saya hal ini adalah penting dalam ranglfca un tuk mendapatkan kepastian hukum, dalam bab ini juga akan saya bahas mengenai kewenangan dari PJKA dalam memberikan hak atas tanah tersebut pada para pemi -lik bangunan itu, serta tata cara prosedur
peny.ele-saiannya.
B A B II
SEDIKIT TENTANG HAK ATAS TANAH SEBELUM DAN SESUDAH UUPA
Tanah merupakan salah satu sarana yang paling erat hubungannya dengan manusia.
Persoalan tentang tanah dalam kehidupan manusia mempu nyai arti yang sangat penting sekali, sebag&an besar dari kehidupan manusia terganturcg pada tanah.
Betapa tidak, agama mengajarkan bahwa manusia adalah berasal dari tanah. Tanah adalah tempat bermukint ba» gi umat manieia, di sampimg sebagai eumber penghidupan bagi mereka yang nrncari nafkafe meibalui usaha tani. Tanalfc di eini dlapat dinilai pula sebagai suatu hafeta yang mempunyai sifat permanen.
Masalah pertanahan merupakan suatu masalah yang: menarik untuk dibahas* Menurut sejarahnya mengenai hak-hak atas tanah itm tesrbagi dalam Z periode, yalta :
1* pada masa sebelum berlakunya UUPA, jadi sebeltrm tanggal 2i* September I960;
2. pada masa sesudah berlakunya UUPA, setelah tang-gal 2^ September i
960
,Pada masa sebelum berlakunya UUPA, mengenai hak-hak atas tanah banyak menimbulkan masalah*
Hukum agraria yang lama bersifat dualistis, hal imi sesoai dengan apa yang diucapkan oleh Boedi Harsono, bahwa
Sebagai akibat dari politik hukum pemerintahan pen-jajah dulu, maka hukum: agraria yang lama itu mempu nyai sifat dualisme, yaitu dengan berlakunya hukum agraria adat yang bersumber pada hukuia adat. dan pe-raturan-peraturan hukum agraria b.arat.
Tang dimaksud dengan tanah hak barat, adalah :
1
. tanah eigendom; %2
# tanah erfpacht;3
*. tanah opstal dan lain-lainuSedangkan yang, dimaksud dengan tanah ulayat atau tanah dengan hak Indonesia, adalah :
1
. tanah dengan hak milik;2
. tanah ueaha;3
. tanah gogolan; 4. tanah bengkok;5
. tanah agraris eigendom;6
* tanah grant sultan*Tanah dengan hak-hak barat Itu tumduk pada keten-tuan hukum agraria barat, misalkan:
dalam hal tanah eigendom, tanah tersebutt tidak dapat digadaikan menurut hukum adat, tiapi hanya diapat
dibe-j
13-ban! hip©j;i&.
Hukua agraria barat berjiwa liberal individual listis, eesuai dengan jiwa l i b e r a l i s e dan individualis-m e r individualis-maka hak eigendoindividualis-m yang individualis-merupakan: pusat. dari hukuindividualis-m agraria barat, adalah merupakan hsk yaag memberi wewe-nang patJa pemiliknya untiuk menggunakaimya secara beba#, pemiliknya dapat menggunakan benda yang, bersangkutan
secara betas.
Jadi* dd: sini kepentingan pribadi yang diutaraakan, bu-kan kepentingan masyarakatnya* Fungsi sosial dari ta-niabi tersebut: hilang, hal ini berbeda dengan bak atas
tanah adat, yang sifat sosialnya sangat tinggi*
Tetapi lama-kelamaan sifat. liberal indlvidualis-tis itu berubahysifat kemasyarakatannya menjadd. menon-Jol, karena menurut mereka untuk mencapai masyarakat yang; adll dan makmur menuntut Negara untuk memperhati-Ifcan dan mengatur kehidupan masyarakatmya,, dengan adanya hal ini maka hak eigendom manjadi apa yang dlsebut :
" VEFMAATSCHAPPELIJK
Pada waktu itu selain tanah-tanab barat dan ta nah adat, dikenal juga apa yang disebut dengan hukunr antar golongan.
Yang dimaksud dengan subyek hukum :
1. ada subyek hukum golongan Indonesia asli;
2. ada subyek hukum golongan Eropah dan Timur Asing. Sedang mengenai obyek hukumnya :
1» ada tanah Indonesia;
2* ada tanah Eropah dan sebagainya.
larang untuk dipindahkan, karena hukum yang berlaku atas tanah tidaK berlaku bagi bangunan yang berada di atasnya.
jadi, larangan pengasingan itu hanya berlaku bagi nak atas tanahnya saja tidak pada bangunannya. Hal ini da pat kita lihat pada putusan pengadilan, seperti putus-an Pengadilputus-an Negeri Jakarfea, tputus-anggal 13 uktober 195k, No. til9/ly52f Pengadilan Tinggi Jakarta, tanggal 15 -Feb ruary 1956, NO*. 260/1954* Mahkamah Agung, tanggal
6
A-gustus 1957> Wo* 155k/Sip/1956, yaitu tentang : penju-alan dan pembelian bangunan atas tanah tidak.mungkin diartikan penjualan dan pembelian tanahnya, maka tidak didapat hak milik melalui pengaruh lampaunya waktu. Putusan Mahkamah Agung n o, 2339k/Sip/1982, tanggal16-Juni 1983> mengenai kasus antara K.wan Gun Soe dengan ,vi-diawati, di situ dinyatakan bahwa menurut uUPA pasal 5 oagi tanah berlaku hukum adat, hal mana berarti rumah dapat diperjual-belikan terpisah dari tanahnya.
Dengan adanya nuiturn antar 6olongan ini,
monimvul-2
Kan prinsip atau asas, yaitu :
" Status dari tanah terpisah, tiuak dipen0aruhi olen-status hukum yang menghaki ".
Artinya tanah baiat tctap tunduk ^acia hukum barat, meski-pun dimiliki oleh orang Indonesia. Dengan adanya hal ini tirnbul kesulitan untuk itu harus aau Ut»ah& uatuk ..jnju--akan pe:i.oaharuan di o i . :*nu nu,cam . . ^ria.
p
Sebenarnya dualisme itu adalah pekerjaan buatan, se-
bab asalnya sernua tanah tunduk pada hukum yang sama,
yaitu hukum adat, setelah Belanda datang, untuk ke-
kepentingan Belanda tanah-tanah itu diberikan status
hukum barat.
Menurut Boedi Harsono, bahwa konversi mempu-
nyai 2 fungsi
1, menyelenggarakan univikasi hak-hak atas tanah;
2. menyelenggarakan likwidasi hak-hak asing atas
tanah.
Dengan adanya konversi tersebut, maka penggunaan tanah
oleh orang asing dibatasi hanya sampai 1 tahun, dan
dalam waktu 1 tahun tersebut orang asing itu dibexi
kesempatan untuk mengalihkan hak-haknya kepada orang
Indonesia yang berhak. Kepada badan hukum asing, jang-
ka v/aktunya lebih lama, yaitu sampai habis sisa waktu
hak yi-.ng lama tetapi paling lama 20 tahun.
Jadi, dengan adanya konversi ini, maka dualisme
hukum tanah dapat dihapus, yang diinginkan sekarang
adalah kesatuan dalam hukum tanah.
Pada waktu itu atas tanah-tanah adat belum ada
kepastian hukumnya, sebab sebagian besar tanah-tanah adat
belum didaftar. Baru pada tanggal 24 .'Jejjtember 1/60, usaha
itu dik-jtakan berha.il, yaitu dikeluarkannya UUPA, y^itu
I. Pengertian Hak Atas Tanah
Dengan adanya UUPA, maka semua hak-hak atas tanah
barat dan hak atas tamah adat dihapus, yang ada sekarang
hanyalah hak atas tanah menurut UUPA,
Namun dengan adanya UUPA tid-ik berarti sifat dualisme
itu benar-benar hapus, <!Jifat dualisme itu my:jih ada,
tetapi bukan dulisme eksternal seperti adanya hak atas
tanah barat dan hak atas tanah adat*
Dualisme itu bersifat internal, yaitu mssih ada hak-hak
atas tanah yang diatur oleh hukum adat, selain hak-hak
atas tc,nah yang diatur menurut UUPA, namun hal ini tidak
sampai menimbulkan masalah yang serius.
Seperti diketahui UUPA adalah merupakan pelaKsanaan
hukum adat dibidang tanah, sedang hukum adat sendiri
adalah merupakan perwujud n dari pembentukan UUPA,
Antara UUPA dan hukum adat disini ada hubungan
secara fuhgsional.
Kalau dilihat dalam pa al 5 UUPA, yaitu
-P
Sebagai bukti, baJtwa? hukum agraria itu berdasarkan pa da hukum adat, maka hal ini dapat Juga kita lihat pa da pasal 3 UUPA, yang beirbunyi :
Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan
2
pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak serupa ttu dari masyarakat hukum adat sepanjang menurut kenya-taannya masih ada harus sedemikian rupa, sehingga1
sesuai dengan kepentingan naslonal dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan undang-undang dan peraturan la in yang lebih tinggi*
Demikian bunyi pasal 3 UUPA, yang di dalamnya dikatakan bahwa walaupun hak ulayat itu diatur' menurut hukum adat,
tetapi oleh UUPA masih diakui sepanjang tidak bertentang an dengan persatuan dan kesatuan bangsa.
Dengan adanya UUPA, mengenai hak-hak atas tanah sudah tidak ada pembagian lagi, hak atas tanah diatur dalam pasal k ayat 2.UUPA, yang berbunyi :
Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat 1 pa sal ini memberi wewenang untuk mempergunakan ta nah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada di atasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung ber-hubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas batas menurut undang-undang dan peraturan-pera*
turan hukum lain yang lebih tinggi.
Hak-hak yang dimaksud dalam pasal k ayat2 itu dijabar-kan lebih lanjut dalam pasal
16
ayat1
.Adapun hak-hak itu adalah: '
1
, hak milik;2
* hak guna-usaha;3
. hak guna-bangunan;if, hak pakai;
5
* hak sewa;6
* hak membuka tanah;?• hak memungut hasil hutan;
8
* hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-kaktersebut di atas yang akan ditetftpkan dengan Un>
dang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementa
ra sebagai yang disebutkan dalam pasal
53.
Jadl, dengan adanya UUPA sekafcang sudah tidak
ads lagi hak-hak atas tanah barat dan hak-hak atas ta
nah adat, yang ada sekarang adalah hak-hak atas tanah
menurut UUPA*
Hak-hak atas tanqh barat, seperti;
1.hak opstal;
2
. hak erpacht;3
. hak eigendom, sekarang sudah dikonversi menurut2 # Subyek Hak Atas Tanah
Subyek hak atas tanah terdiri dari: 1* wargantgara Indonesia;
2
* warganegara asing.4
Dengan adanya UUPA, maka yang dapat memiliki hak-hak atas tanah hanyalah warganegara Indonesia saja, hal i-ni sesuai dengan asas= kebangsaan yang termaktub dalam dalam pasal 1 UUPA*
Menurut pasal 9 Jo pasal 21 ayat I disebutkan bahwa ha nya warganegara Indonesia saja yang dapat mempuaiyai hak atas tanah, hak milik atas orang asing dilarang.
Jadi, dapat dikatakan bahwa hanya WNI yang dapat mempunyai hak milikr orang asing tidak diperbolehkaa mempunyai hat mijik atas tanah, tetapi hal ini tidak berarti bahwa orang asing itu sama sekali tidak boleh memiliki hak atas tanah, bagi orang asing hanya terbu-ka kemungkinan untuk menguasai tanah dengan hak paterbu-kai atau hak sewa, yaitu hak atas tanah yang memberi wewe-nang yang terbatas dan berjangka waktu pendek.
itu penguasaan hak atas tanah oleh orang asing masih
dimungkinkan dalam batas-batas dan dengan syarat yang
tidak merugikan kepentingan Nasional.
Menurut pasal 21 ayat 3» di situ disebutkan,
bahwa orang asing yang mempunyai hak milik sesudah
ber-r
lakunya UUPA ini wajib melepaskan hak tersebut dalam
Jangka waktu
1 tahun , hal ini juga berlaku bagi
warga-negara Indonesia yang sesudah berlakunya UUPA ini
kehi-langan kewarganegaraannya,;jika sesudah jangka waktu
tersebut lampau, ttanah itu tidak dilepaskara, maka hak
tersebut hapus dan tanahnya menjadi tanah Negara,
Warga negara Indonesia, dibagi lagi manjadi dua,
yaitu:
1
* warganegara tunggal;2
. warganegara rangkap*Yang dimaksud dengan warganegara tunggal» adalah mere
ka yang hanya memiliki datu kevrar&anegaraan saja.
Sedangkan warganegara rangkap, adalah mereka yang mem punyai wrganegara Indonesia, di samping juga mempunyai kewarganegaraan asing:*
Pembedaan ini hanya terdapat dalam UUPA saja, sedan-g-kan dalam Undang-undang No. 62 Tahun 1958, justur me-nyebutkan bahwa :
Perkataan I'dianggap" dalam UU tersebut memuat apa yang
disebut suatu' "WETTELIJK VERMOEDEN", artinya ia tidak diharuekan membuktikan, bahwa ia tidak mempunyai warga aegara lain,, kalau hal ifti diragukan, maka orang yang meragukau itu harus membuktikan).
3* Hak Pengelolaan Atas PJKA
Hak pengelolaan tidak dieebuttan dalam UUPA, tetapi hanya disin&gung dalam baglan penjeiasan saja* Di dalam pentfelasan. itu disebutkan, bahwa Negara se-bagai suatu organisasi kekuasaan yang tertinggi, dapat memberikaB berbagai macam hak, misalnya hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunani, hak pakai atau memberi-kannya dengan hak pengelolaan pada suatu badah ueaha.
Menurut pasal 2 PMDN No. 5 Tahun 1973* disebut-kan, bahwa yang dimaksud dengan hak pengelolaan adalah: hak atas tanah Negara seperti yang dimaksud dalam Per-turan Menteri Agraria No. 9 Tahum 1965 yang memtoeri we-wenang kepada pemegangnya untuk :
1
, merencanakan peruntukam dan penggunaan tanah itu;2
* menggunakan tanah ^ersebut untuk keperluan pe-laksanaan tugasnya;if. menerima uang pemasukan dan/ atau uang wajib
tahunan.
Sifat hak pengelolaan dan ciri-cirinya, hak
pengelolaan ini mempunyai segi "PUBLIKRECHTELIJK",
di samping sifat perdatanya. Hak pengelolaan tidak
dapat dialihkan kepada pihak lain, jangka waktunya
tidak ditentukan dan pada umumnya berlangsung sela-
ma tanahnya masih diperlukan oleh peraegangnya.
Hapusnya hak pengelolaan :
1. karena dilepaskan oleh pemegangnya;
2. karena dicabut haknya;
3* karena jangka waktunya berakhir;
karena tanahnya musnah,
Hak pengelolaan yang ada pada PJKA sekarang
ini adalah merupakan hasil konveroi dari hak atas
tanah barat, yang merupakan hasil nasionalisasi da
ri perusahaan kereta api milik Belanda.
Hal itu diatur dalam Peraturan Pemerintah No* i*0
Tahun 1959, yaitu tentang Nasionalisasi Perusahaan
milik .Belanda* Di dalam pasal 1 dari PP ini
disebut-9kan, bahwa:
"Perusahaan kereta api milik Belanda y:mg ada di da
lam wilayah RI, sebagaimana terperinci dalam pasal
Dalam rangka untuk meraberikan kepastian hukum., v
maka pihak PJKA berusaha untuk mensertifikatkan hak pengelolaan tersebut,
Usaha-usaha yang dilakukan untuk menuju pada peroserti-fikatan itu, ialah dengan dikeluarkanlah Keputudan-G u b e m u r Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No, 232 Tahun 83, temtang :
Pembentukan sub tim pelakBana penertiban, penelitian tanah PJKA daerah tingkat X dan daerah tingkat IX di-Jawa Timur,
Di dalam pasal 2 nya disebutkan tugas dari tim tersefc but, yaitu :
1
, mengadakan inventarisasi serta meneliti data tanah (asset Negara) yang menjadi tanggunajawab. atau dikuasai PJKA guna mengetahui luas, peman-faatan dan status tanah tersebut, sebagai bahan penyusunan program penentuan tanah PJKA selanjut-■ nya;2
, menyusun dan melaporkan hasil inventarisasi, ' hasil penelitian dan menyampaikan saran-saran kepada koordinator kelompok pelaksanaan dipu-sat serta gubernur kepala daerah tingkat I Jawa Timur.
Di samping pembentukan tim penertiban
tanah-tanah PJKAr selama ini pihak PJKA sudah mengadakan hufcumgan kerjasama dengan DIRJEN Agrari&> yaitu;
ten-tang : PELAKSANAAN KEGIATAN KEAGRARIAAN UNTUK PENSER-TIFIKATAN TANAH PERUSAHAAN JAWA^AN KERETA API No. • - ^ A a p / 8 3
• 57/SPK/XI/1983
B A B III
PENGGUNAAN TANAH TANPA IZIN YANG
BERHAK ATAU KUASANYA DI SEPANJANG REL KERETA API YANG ADA DI BEBERAPA TEMPAT DI KOTAMADYA
S U R A B - A Y A
Dewaea ini banyak terjadi tanah-tanah;r baik yang ada di luar kota maupun yang ada dl dalam kota feesair, dipakaii orang-orang tanpa izin yang berhak atau kuasanya. Pada umumnya keadaan dual sudah menjadi
bia-sa, walaupun sebenarnya hal ini dapat dlanggap tidak wajar.
Latar belakang yang menimbulkan terjaddLnya ma-ealah ini, adalah:
1
. karena kurangnya tanah yang te&sedia;2
. karena kurangnya kesadaran pada diri merekar baik dari segi hukum ataupun dari segi kesela-matan;3. karena ingin mengampangkan masalah.
Dengan adanya latar belakang yang demikian ini, menye-babkan keinginan untuk melanggar peratura? yang sudah ditetapkan. Padahal mereka tahu hal itu berkaitan d«i% ngan keselamatan mereka sekeluarga*.
sehingga diharapkan agar dalam penggunaan tanah terse
but tidak melanggar norma-norama hukum' dan tata tertib
sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam peratura* teta
pi sebagaimana yang diketahui dalam masa sekarang ini
banyak kita lihat penggunaan tanah yang tidak pada
tem-patnya, baik itu untuk bangunan ataupun untuk bercocok
tanam. Oleh karena Itu, dengan adanya hal ini banyak
menimbulkan berbagai masalah, mengenai bagaimana cara
m e n g a t u m y a agar pemakaian tanah itu sesuai dengan yang
diharapkan.
Masalah pemakaian tan*h secara liar tersebut
t»r-jadinya tidak dapat diduga-duga sebelumnya, mereka
da-tang begitu cepat. dan secepat itu pula mereka membangun.
rumah-rumah itu.
Blasanya bangunan-bangunan itu didirikan secara tidak permanen, karena dengan harapan bahwa apabila sewaktu waktu ada penggusuran mereka diapat dengan cepat menghin-darkan diri. Pembangunan itu didirikan tanpa suatu ko-ordinasi sama sekali, tetapi biasanya mereka melakukam-nya secara berkelompok, sehingga dengan adamelakukam-nya penge-lompokan itu diharapkan akan diperoleh suatu dukungan yang kuat.
di dalam undang-undang ini juga diatur tentang
sankei-sanksi yang akan dikenakan terhadap mereka yang melangr
gar ke^entuan-ketentuan itu, fcetapi kalau kita lihat
sekarang ini nampaknya undang-undang ;tersebut tidak
efektif, kita lihat bahwa hampir di sepanjang rel ke
reta api sudah dibangun rumah-rumah yang sifatnya s-emi
permanen dan hangunan-bangunan itu sudah menjadi suatu
perkampungan yang normal.
Dalam menangani masalah ini nampaknya pihak PJ
KA tidak dapat langsung menangani secara sepihak dalam artian pihak PJKA sendiri, hal ini disefeabkan karena saran-sarana yang kurang kalau dabandingkan dengan me-luasnya atau menyebarnya masalah penggunaan fcanah ter sebut. Dalam menyelesaikan masalah. ini diperlukan ada nya campus tang&n dari beb-erapa pihak seperti yang te lah dilakukan oleh PJKA dalam usaha untuk menertibkan sepanjang rel kereta api Tandes, di sini terdapat ada nya campur tangan dari pihak kotamadya, jadi dapat di katakan bahwa penyelesaiannya eecara terpadu.
1. Dasar Hukum Penggunaan Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya
resmi dan bangunan itu didirikam tanpa izin yang ber
hak atau kuasanya.
Dengan adanya bangunan-bangunan yang ada di se
panjang rel kereta api, yang difliflrikan tanpa-dzirr, hal
ini sudah jelas merupakan suatu pelanggaran, dan bangu
nan ini dapat dikatagorikan sebagai bangunan liar yang
harus ditertibkan, sebab mengganggu ketertiban kota dan
keindahan kota, tetapi yang paling utama adalah
kesela-matan mereka.
Menurut Undang-undang No. 51 Prp Tahuia L960, di
larang menggunakan tanah tanpa Izin yang berhak atau
kuasanya. Yang dimaksud dengan, tanah dalam larangan pe
makaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya ini
adalah, tanah yang langsung dikuasai
oleh
Negara atauatau yang dipunyal dengan sesuatu hak oleh perseorangan
atau badan hukum, sedang yang berhak atas tanah negara
adalah Mendagri atau pejabat yang ditunjuk, sedang ter
hadap tanah-tanah yang dikuasai oleh orang atau badan
hukum yang berhak adalah orang atau badan hukum
terse-out.
Larangan penggunaan tanah tanpa izin yang berhak
itu diatur dalam pasal 2 Undang-undang No* 51 Prp Tahun
I
960
, di sini dlsebutkan:M Dilarang menggunakan tanah tanoa izin yang berhak
Selain larangan terhadap penggunaan tanah teraebut, Di dalam undang-undang itu juga diatur' mengenai sank-si-sanksi yang akan dikenakan terhadap mereka yang me-lakukan pelanggaran.
Menurut pasal
6
ayat 1 sub a, dari Undang-undang No*51-Prp Tahun I960, disebutkan :"Mengingat akan sifat perbuataanya, maka barangsiapa yang meraakai tanah tanpa Izin yang berhak atau kuasa nya, dapat dipidana dengan hukuman kurungan selama
3
bulan atau denda sebanyak
5000
,00
,-".Sanksi ini tidak hanya berlaku terhadap pemakai-an tpemakai-anah sesudah berlakunya undpemakai-ang-undpemakai-ang ini, tap! pe-raiuran Ini juga berlaku terhadap pemakaian tanah ysc?|g terjadi sebelumnya dan kini masih tetap berlangsung. Memang pemakalan tanah adalah perbuatan yang melanggar hukum, tapi pihak PJKA sendiri juga tidak dibenarkan-membiarkan tanahnya dalam keadaan terlantar.
Yang dimaksud memakai tanah atau menggunakan tanah menurut Undang-undang No. 51 Prp Tahun I960, ialah :
Hal ini dltuangkan dalam pasal 3 Undang-undang No. 51 J
Prp Tahun I960.
Selain
1
peraturan tentang larangan penggunaan tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya, yang diatur dalam undang-undang tersebut^ mengenai masalah penggu naan tanah itu juga diatur dalam Ketentuan-ketentuan Umum Tenttang Kereta Api dan Tram, yang dltuangkan da lam Lembaran Negara 192? No* 258, yang biasanya dislng-kat dengan' KKU. Mengenai hal Ini juga dikaitkan dengan Peretturan tentang Pembangunan dan Eksplotasi Kereta Api dam Tram untuk Angkutan Umum, yang dltuangkan dalam Lem baran Negara 1926 No,. 3 3 k dan Tahun 1927 No, 295*Menurut peraturan tentang Pembangunan dan Eks plotasi., LN. 1926 No, 334 dan 1927 No* 295, terutama dalam pasal
1
,yaitu mengenai pemjelasan, disebutkan bah wa yang dimaksud dengan Jalan kereta api, ialah semua Jalan baja yang ditujukan untuk angkutan umum, dikecu-alikan dengan jalan trem.Sedangkan mengenai larangan penggunaan tanah yang ada di sepanjang rel kereta api, diatur dalam pasal-pasal
teirtentu dari Ketentuan-ketentuan Umum Tentang Kereta Api dan Tram LN, 1927 No, 258,
Pasal 21 :
1. Dilarang untuk mendirikan gedung, tembok,
pa-gar tanggul atau bangunan-bangunan atau menanara
pohon atau fcmmbuhan lainnya:
a. dalam jarak sebelas meter dari sumbu ja
lan baja yang terdekat, dan untuk
tanam-an-tanaman dalam jarak dua puluh met^r.
Apabila jalan itu membelok, jarak
terse*-but dua puluh tiga meter diukur dari
leng-kungan dalam
6
ampai sumbu jalan.Dalam peralihan jalan lempang ke jalan
lengkungan di luar sumbu harus ada
seja-lur tanah yang bebas, yang secara
berang-sur melebar dari sebelas sampai dua puluh
tiga meter. Pelebaran ini dimulai sedikit
dikitnya dalam jarak dua puluh meter
di-muka lengkungan, untuk selanjutnya
menyero-pit lagi sampai sebelas metfcr.
Syarat dua puluh tiga meter dari lengkung-an dalam itu, tidak berlaku apabila jallengkung-an baja itu terletak di tanah galian, yang
atas ada
3.50
meter atau lebih;to# di tempat-tempat yang ada jalan-jalan
per-lintasan yang tidak dijaga yang digun’akam
untuk lalu lintas umum, di dalam daerah yang
dibatasi oleh empat baris, ditarik dari
ti-tik-titik dari kedua sisi dari jalan baja
yang terletak pada sumbu jalan umum ke
ti-tik tersebut. pada a, jarak daiti tilkik-titi-tik
ini sampai titik garis potong antara sumbu
jalan umum dan baja adalah sebagai berikut:
1
. untuk jalan> kereta api kelas satu;masimg-maslng 30 meter dan 500 me
ter;
2
. untuk jalan kereta api kelas dua,yang dapat dilalui dengan keeepatan
lebih dari
45 km/jam masing-masing
20
meter dan 450 meter;3
# untuk jalan kereta api kelas dua, yangdapat dilalui d«ngan keeepatan lebih
dari
30 km akan tetapi
setinggi-ting-ginya
45 km/jam; masing-masing 25 me
ter dan
300
meter;4. untuk jalan kereta api kelas dua
lain-nya, maeing-masing;
20
meter dan200
2
,a6.pa yang ditetapkan pada ayat1 di bawah a
, 1
tidak berlaku lag! lintas-lintas atau bagian' lin
tas, yang dapat dilalui oleh kereta api dengan
kecepatan setinggi-tingginya 30
km/jam,sedang-kan yang tersebut. di bawah b> nomor
2
dan3
dan-k hanya berlaku bagi jalan-jalan lintasan jika
dipandang perlu oleh direktur setelah
mendengar-kan saran-earan dari kepala daersh yang
bersang-kutan.
Pasal 22:
1
. dilarang untuk mengadakan penggalian pada jarakenam meter dari jalan kereta api;
2
. jarak enam meter itu dihitung dari kaki tanggulapabila baan itu terletak di tanah yang
diting-gikan dari kaki tanggul atau diuruk, atau enam
meter dari lereng apabila baan itu terletak da
lam galian, dengan pengertian bahwa titik
permu-laan pengukuran itu tidak boleh kurang dari
3«25
me Lex- dari sumbu baan, jika baan itu terletak
di tanah datar;
3
. apa yang ditftntukan pada ayat1
tidak berlakubagi lintas atau bagian dari lintas yang dapat
kecepatannya-hanya
300
km/jam.Pasal 23:
1
* di dalam jarak20 meter dari jalan kereta'..api
dilarang untuk menempatkan barang-barang yang
mudah terbakar atau memakainya sebagai atap ru
mah, kecuali jika barang-barang itu ditutup de
ngan baik oleh barang yang tidak mudah terbakar;
2
. di dalam jarak itu juga dilarang untuk menanamtanaman yang menurut sifatnya atau jika kering
dapat mudah terbakar;
3
. jarak yang tersebut pada ayat1
, diukur darika-ki jalan kereta aplt seperti yang tersebut
da-lam artikel
22 ayat
2
;i+. pengurus dauat mengizihkan untuk sementara mena
nam tanaman yang tidak mudah terbakar dengan
syarat bahwa tanaman-tanaman itu akan
dimusna-kan tanpa diberi ganti rugi, apabila menurut
pendapat pengurus tanaman-tanaman tersebut su
dah mulai dalam keadaan mudah terbakar
(menge-ring);
5
* ayat1 dan ayat
2 dari pasal ini berlaku juga
terhadap pangurus akan tetapi tidak terhadap
barang yang akan diangkut dan
Pasal 25:
I. pengurus atiau pengawas (jika pelanggaran dila
kukan sendiri oleh pengurus) berhak
memerimtah-kan membongkar atau memusnamemerimtah-kan
bangunan-bangun-an, tanaman-tanaman dan sebagainya dan menutup
kembali galian-galian atas tanggungan mereka
yang melanggar apabila tindakan-tindakan itu
me-langgar artikel 21,22 atau 23* Perintah pembongr
karan atau pemusnahan tersebut dilakukan apabi
la yang bersangkutan dalam peringatan pertama
tidak eegera mentaati perintah yang diberikan;
2
» peringatan disampaikan secara tertulis kepadayang bersangkuta;
3
* dalam keadaan yang tergesa-gesa pembongkaranatau penutupan kembali dilakukan tanpa
memberi-tahu kepada yang bersangkutan;
3
* pengurus berhak mendapat ganti rugi denganme-merintahkan ufctuk membongkar atau memusnakan
atau menutup kembali bangunan-bangunan,
tanaman-tanaman atau galian-galian yang didirikan,
dita-tanam atau dibuat di dalam jarak tersebut dalam
pasal
21
ayat1 di bawah a, pasal
22 ayat
1 dan
pasal
23 ayat
1 atau
2
, atau di tanah-tanafe tersebut dalam pasal
21
ayat1
di bawah b.22
, 23;b. yang sebelum ketentuan-ketentuan ini
ber-laku, tidak bertentangan dengan ketentu
an-ketentuan undang-undang yang berkaku
pada saat itu.
5. jumlah ganti rugi ditetapkan lebih dulu,
kecua-li di dalam keadaan yang tergesa-gesa;
6
. apabila tidak terdapat pereesuaian tentangbe-sarnya ganti rugi, maka sampailah pada hakim
yang akan memberi keputusannya.
Pasal 27:
1
. di dalam ruang bebas dari dalam jalan keretaapi dilarang untuk memdirikan, menempatkaa atau
menanam apaun Juga.
Pemakai tanah-tanah yang berbatasan, juga
di-larang untuk raenanam tanaman-tamainan yang
a-karnya dapat memasuki miang betoas teifflebut;;
2
. pengurus diberi hak untuk tangguagaa sipelang-gar membongkar semua bangunan atau tanaman yang
bertentangan dengan ayat
1
, didirikan,ditcmpat-kan atau ditanam di dalam ruang bebas atau
tana-man yang a k a r - a k a m y a dapat masuk di dalam
nt-ang bebas, apabila ornt-ang ynt-ang bersnt-angkutan
seitdiri ;
3
. selain itu* pengurus; juga toerhak untukmengha-ruskan para pemilik, yang hak ffliliknya dapat
ambruk atau jatuh di dalam ruang betas, untuk
memperbaiki
9
membongkar,atau memusnakan*Apabila pemilik seb-elah d i k e d p e m y a t a a n
meno-lak untuk mengerjakan, maka pengu-saha dapat
ber-tindak s«ndiri asalkan ada alasan bahwa untuk
pembongkaran dan sebagainya, ongkos-ongkosnya
itu dittanggung oleh pengusaha dan ada alasan
untuk member! ganti rugi kepada yang
berkepen-tingam.
Dalam keadaan yang mendesak pengurus. dapatt
meme-rintahakn pembongkaran tanpa memb.eri peringatan
lebih. ciulu kepada pemilik;
pejabatk-pejabat toezicht juga berhak untuk
ber-tindak sepertl apa yang dilakukan oleh pengurus
menurut ayat
2
dan k 9 apabila menurut.pendapat-nya keadaan itu akan membahayakan lalu lintas
kereta api, sedangkan pengurus lalai untuk
mem-bongkamya. Dalam keadaan eeperti ini, pembong
karan selalu ditangguhkan oleh pengusaha.
Dari peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak
yang telah ditetapkan tidak boleh diadakan pelanggaran,
apabila diadakan pelanggaran, maka pihak PJKA akan me-ngambil tindakan sesuai dengan peraturan yang, telah
di-tettapkan*
Yang, kita lihat sekarang, bahwa pertggumaan ta-nah secara liar itu masih tetap ada, walaupun sudah ada peraturan yang mengaturaya* Bagi penduduk-penduduk yang mendiami tanah-tanah itu seolah-olah bersikap ma-sa bodoh, sehingga diperlukan kebijakma-sanaan dari pihak PJKA sendiri dalam artian kepadapenduduk yang ada di--sepanjang rel kereta api itu untuk sementara diberi izin dengan catatan bahwa apabila pihak PJKA sewaktu-waktu memerlukan tanah tersebut, maka pendtlduk h a m s bereedia nenlnggalkan tanah tersebut., sejak paling la ma 3 bulani setelah menerima pemberitahuan dari PJKA, Jadi* penduduk-penduduk yang menduduki tanah PJKA itu terutama yang ada di sepanjang rel kereta api itu yang menggunakan secara tiar,tetapi ada juga yang menempati tanah itu dengan izin sementara dari PJKA,
Seperti yang kita lihat sekarang pihak PJKA be-lum dapat secara langsung menertibkan sendiri tanah-ta-nah tersebut, jadi diperlukan adanya ket^rpaduan anta-ra berbagal pihak.
hal ini menimbulkan kesan bagi orang-orang yang ada
di sepanjang rel kereta itu, bahwa mereka tldak akan
digusur dan mereka sudah yakin bahwa akn dapat
memili-ki ruraah-rumah itu selayaknya sebagai hak milik*
Dengan kejadian yang berlarut-larat: ini, dalam artian
tidak ada tindakan secara t«gas dari PJKA, hal ini t±-dak menimbulkan kepastian hukunt bagi penduduk, Dengan adanya keadaan yang berlarut-lamit ini, maka PJKA me-ngambil sikap dalam rangka untuk memberikan kepastian bagi mereka* Sikap yang diambil oleh PJKA, adalah:
1, bagi tanah negara yang dikuasai oleh PJKfi, yang sekiranya tidak mengganggu operasional dan ti dak bertentangan dengan peratiuran, eeyogyanya dlsewakan saja kepada pihak ketiiga;
2
. bagi bangunan yang berdiri di atas tanah yang memang tidak diizrinkan atau diperkenankan untukdidirikan bangunan dan bertentangan dengan per-aturan yang telah ditetapkan, diusahakan untuk digusur.
Seperti diketahui, tanah PJKA dibagi menjadi 3» yidtu:
1
. tanah yang menyangkut bidang operasional, di si-ni yang dimaksud dengan tanah operasional, ada lah tanah yang digunakan utttuk kegiatan tugas-tugas PJKA, seperti jalan kereta api, bangunan<
2* tanah-tanah yang menunjang operasional,
midal-nya tanah-tanah yang digunakan untuk perumahan
bagi pegawai PJKA. Dengan adanya saran ini diha-rapkan dapat meningkatkan tugae mereka, sebab pada unrumnya rumah-rumah itu diberikan dalam t jarak yang dekat dengan kantor, sehingga memu-dahkan untuk dicapai;
3. tanah-tanah cadangan, cadangan untuk jangka pan-jang dan cadangan untuk pan-jangka pendek.
Dalam rangka untuk menertibkan penggunaan tanah secara liar itu* pihak PJKA sudah menciptakan tin yang bertugas untuk tnenangani masalah ini*
Selama ini pihak PJKA dalam menghadapai masalah ini, sudah berusaha untuk menertibkan* Adapun tim penectib itu terdiri dari:
1
. poire?;2
*. pembantu walikotamadya; 3. kadin;4. bapeltibta; 5. sospl;
HasiX dari pelaksanaan itu terdapat beberapa
da-erah yang eudah ditertibkan, seperti:
1, antara Surabaya pasar turi-Kandangan, di sini telah digusur 507 buah rumah;
2
. emplasmen dipo eidotopo, sebanyak1?1
buah rumah; 3* Jalan Gadung sebanyak 3 buah rumah;jalan Gubeng, sebanyak k buah rumah.
Anggota tim tersebut berasal dari berbagai instansi yamg berkattan dengan maealah ini*
Untuk Inspekei 9 Surab-aya, telah dibentuk anggo ta tim penertiban tanah PJKA. tingkat inspeksi, anggota tim. itu bekerja sesuai dengan kewilayahan kerjanya.
Jadi, dengan bertambah. banyaknya baggunan yang berdiri di atas tanah PJKA, dalam artian bangunan liar yang bertentangan dengan peraturan dan pendiriannya
tan-pa izin penguasanya, adalah bukan karena pihak PJKA mem-biarkan mereka untuk membangun rumah di tfcmpat itu,
te-tapi uaaha untuk menertibkan itu sesalu ada, namun se-cara bertahap, hal ini disebabkan karena kurangnya dana yang tersedia.
2* Asal Mula Adanv Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Ber hak Atau Kuaaanva
penggu-naan tanah-tanah yang ada di Bepanjang rel kereta api yang dilakukan secara liar, adalah bermula dari rasa
nekafc, karena kebutuhan yang mendesak akan tanah, ber-hubung dengan adanya hal ini,- di samping itu mahalnya harga tanah dewasa ini, raengakibatkan timbulnya rasa berani melakukan pelanggaran-pelanggaran*
Kalau dilih-t, bahwa penggunaan jtanah-tanah yang ada di sepanjang rel kereta api itu berasal dari sese-orang yang merasa mempunyai dispensasi untuk membangurr rumah di situ, dan seperti apa yang saya lihat atau ama-ti secara langsung dari obyeknya, bahwa asal mula peng gunaan tanah tersebut berasal dari seorang aparat dari instansi yang bersangkutan, yang tidak mempunyai tempat tinggal dan untuk sementara mereka raendirikan bangunian atau rumah di atas tanah PJKA, dengan alasan-alasare se-bagai berikufc:
1
. untuk sementara belura punya rumah;2
. untuk beli tanah belutt* meneukupi uangnya;3
. untuk mendekatkan diri pada tempat kerja*Dengan berlandaskan pada hal-hal tersebut di atas, ma ka banyak pendatang baru yang berasal dari desa, yang
tujuannya ke kota adalah untuk mencari kerja, banyak mfendirikan rutiaah di atas tanah itu*
per-manen, tetapi lamakelamaan bersifat permanen.
Kian hari kian banyak pendatang-pendatang yang mendirikan rumah-rumah di sepanjang rel kereta apl itu, hal ini Juga di dukung oleh penduduk aali yang a<ia atau berterapat tinggal di tempat itfl, dengan alasan bahwa setidak-tidaknya mereka juga mempunyai hak atas tanah yang ada di situ.
Pada obyek yang saya amati, di
6
ini tanah-tanah. itu dikavlinig-kavling, dengan adanya pengkavlingan ituseakan-akan mereka mempunyai hak atas tanah itu#
Tanah-tanah itu diberi patikan sebagai tarfda, dan pada umumnya tanah itu dikotak-kotak dalam ukuran yang kecil.
Dengan adanya tanda itu, menunjukkan bahwa tanah itu sudah ada yang memiliki.
Dengan adanya simtem pengolahan tanah seperti itu, hal ini sangat menguntungkan penduduk, dalam hal ini nampaknya adanya campur tangan dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, oknum-oknum tersebut
se-cara tidak langaung malah memberi izin pada penduduk untuk menggunakan tanah itu untuk didirikan bangunan-bangunan.
Sebenarnya mereka itu sadar dan mengerti, bahwa perbuatannya adalah melanggar hukum, tetapi karena ke-butukan akan tanah yang mendesak, maka mereka beirstkap masa bodoh saja.
Kami mendirikan bangunan rumah-rumah ini dengan ka-mi ibaratkan dengan mengontirak, kaml mengerti bah wa hal ini adalah pelanggaran, tetapi kami tidak dapat foerbuat apa-apa, sebab kebutuhan kami akan tanah sangat mendesak. Keluarga kami butuh tempat untuk berteduh dari hujan dan panas, dengan alas-- an ioilah kami membamgun rumah ini di atas tanah
PJKA yang nampaknya agak aman, tetapi apabila se . -wakto-waktu ada penggusuran, maka kami akan menyiag-kir. &
Nampaknya sampai sekarang masalah ini masih beku, kita lihat saja hampir di sepanjang rel kereta api
d±-dirikan bangunan rumah-rumah, baik yang bersifat non-permanenc ataupun semi perman«n,dan selama ini nampak nya tidak ada tiegoran secara langsung dari pihak PJKA,
sehingga ada kesan dari mereka, bahwa mereka pasti ti dak: akan digusur.
Dengan demikian jelas, bahwa alasan dan latar belakang adanya penggunaan tanah secara liar itit, ada
lah karena adanya kebutuhan akan tanah yang mendesak. Dan seperti diketahui, tanah-tanah yang ada di sepan jang rel kereta api itu tidak ada yang memanfaatkaa. Hal ini sebenarnya sudah berlangsung lama, menurut
orang warga di situ hal ini sudah berlangsung sejak la
ma, sehingga dapat dikatakan hal ini sudah kaeep,
3. Tinjauan Umum Sekitar Asas Pemisaharn Horisontal Se-belun Dan; Sesttdah UUPA
Dalam kasus tentang penggunaan tanah tanpa izin yang berhak atas tanah-tanah PJKA atau yang biasa dise-but dengan penggunaan-secara liar, di sini timbul masa lah bagaimana hubungan antara bangunan dengan tanahnya.
Dalam menamgani masalah,ini, kita berhadapan de ngan dua masalah, yaitu:
1* tentang, apakah hukum yang berlaku terhadarp tanah dengan sendirinya berlaku juga terhadap bangunan yang ada di atasnya;
2. si apakah menurut. hukumnya merupakan pemilik ba ngunan yang didiirikan di atas tanah orang lain. Kalam kita mengamati eecara mendalam nampaknya dalam masalah ini umsur yang terpisah, ialah bangunan dan tanahnya. Dengan adanyapenggunaan secara liar ini di sini itampak adanya pemisahan pemilikan, bahwa pemi lik bangunan bukanlah pemilik tanah.,
yaitu:
1. tanah dengan hak barat yang tunduk pada hukum
perdata barat;
2, tanah dengan hak adat yang tunduk pada hukum
a-dati*
Apabila kita meninjau masalah tentang. hukum apa
yang berlaku terhadap tanah dan bangunan* tentang
sia-pakah yang menurut hukumnya merupakan pemilik bangunan
itu, dengan berdasarkan pada hukum tanah barat, maka
banguna yang berada di atas tanah itu menjadi bagian
dari tanahnya, karena berlaku ana yang disebut dengan
asas vertikal. Jadi, pemilikan menurut hukum barat itu
meliputi pula pemilikan dari bangunan yang ada di
atas-nya.
Asas horisontal dikenal oleh hukum adat tentang
tanah, hal ini berlainan dengan hukum barat tentang ta
nah, hukum barat menganut asae vertikal* Dalam asas
pe-misahan horisontal, diadakan pepe-misahan antara bangunan
dengan tanahnya, dengan adanya pemisahan ini membawa
konsekwensi adanya hukum yang berlaku pada bangunanr dan
tanahnya.
Dalam penggunaan tanah secara liar itu,di sini
adanya pemisahan antara tanah dengan bangunan, hak
hukum agraria.
Dengan ditetapkannya UUPA, pada tanggal 2k Sep- .
tember I960, raaka hapuelah semua hak-hak atas tanah ba- * rat, dan hak-hak atas tanah adat,r semuanya dikonversi
menjadi satu yaitu hak atas tanah menurut hukum agra ria. Seperti diketahui UUPA adalah merupakam perwujud-an dari hukum adat di bidperwujud-ang tperwujud-anah, sehingga dapat di katakan dasar dari pembentukan UUPA adalah hukum adat.
Dengan demikiam, maka hukum tanah positif kita, yaitu sesudah adanya UUPA, adalah menggunakan konsepsi dari hukum adat.
Hal ini sesuai dengan apa yang diucapkan oleh boedi
har-5
sono: z. •
Dengan berdasarkan pada pasal 5 UUPA yang disebut-kan sebagai berikut, bahwa: hukum agraria yang ber laku atas bumi, air dan ruang angkasa ialajfi hukum adat. Ketentuan tersebut mengandung pengertianr bahwa hukum tanah positif kita menggunakan konsep-si-’iKortsepsi dan asas-asas dari hukum adat.
Dari apa yang diuraikan di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah, bahwa asae mengenai bangunan yang dipergunakan dalam hukum kita yang berlaku sekarang i-ni, adalah hukum adat, yaitu:
1. bahwa pada asanya ada pemisahan aJitara tanah dan