Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Jurusan Pendidikan Matematika
Oleh
EKA RACHMA KURNIASI 1101626
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP
Oleh
EKA RACHMA KURNIASI 1101626
Sebuah Tesis yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Jurusan Pendidikan Matematika
© Eka Rachma Kurniasi, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
Tesis Dengan Judul
PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP
Disetujui dan Disahkan Oleh Pembimbing:
Pembimbing I
Prof. Dr. Darhim, M.Si. NIP. 195503031980021002
Pembimbing II
Dr. H. Tatang Mulyana, M.Pd. NIP. 195101061976031004
Mengetahui
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Turmudi, M.Ed.,M.Sc.,Ph.D. NIP. 196101121987031003
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan Judul “Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran
Matematis Siswa SMP” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku. Atas peryataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan
dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Juni 2013
Yang membuat pernyataan
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
APPLICATION OF MODEL EMPIRICAL INDUCTIVE LEARNING CYCLE TO INCREASE STUDENT KNOWLEDGE AND ABILITY MATHEMATICAL
REASONING IN JUNIOR HIGH SCHOOL
ABSTRACT
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN
PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP
ABSTRAK
Penelitian ini didasarkan pada permasalahan rendahnya kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa SMP dalam pelajaran matematika. Penelitian bertujuan mengkaji peningkatan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis antara siswa yang memperoleh model siklus belajar empiris induktif dan pembelajaran konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain kelompok control non-equivalent menggunakan teknik Purposive Sampling dengan mengambil subjek penelitian adalah siswa salah satu SMP Negeri di Kota Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sedangkan sampel penelitiannya adalah siswa kelas eksperimen dengan jumlah 50 dan siswa kelas kontrol dengan jumlah 51. Instrumen yang digunakan adalah tes pengetahuan awal matematis, tes kemampuan pemahaman dan penalaran, lembar observasi siswa. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji perbedaan rerata dan uji Anova dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan, (1) Peningkatan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa SMP yang mendapatkan pembelajaran dengan model siklus belajar empiris induktif lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional; (2) Terdapat interaksi antara model (siklus belajar empiris induktif dan konvensional) dan pengetahuan awal matematis (atas dan bawah) siswa dalam peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa; (3) Tidak terdapat interaksi antara model (siklus belajar empiris induktif dan konvensional) dan pengetahuan awal matematis (atas dan bawah) siswa dalam peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa; (4) Aktivitas siswa selama pembelajaran siklus belajar empiris induktif tergolong tinggi dan sangat tinggi.
vii Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Definisi Operasional ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... … 10
A. Kemampuan Pemahaman Matematis ... 10
B. Kemampuan Penalaran Matematis ... 13
C. Siklus Belajar ... 17
D. Siklus Belajar Empiris Induktif ... 19
E. Pembelajaran Konvensional ... 24
F. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ... 25
G. Teori Belajar yang Mendukung ... 27
H. Penelitian Terdahulu ... 28
I. Hipotesis ... 29
BAB III METODE PENELITIAN... … 30
A. Metode Penelitian ... 30
B. Desain Penelitian ... 30
C. Variabel Penelitian ... 31
D. Subjek Penelitian ... 31
E. Instrumen Penelitian ... 32
1. Instrumen Tes Pemahaman dan Penalaran Matematis ... 32
a. Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 33
b. Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 33
1. Validitas Tes ... 35
2. Analisis Reliabilitas ... 37
3. Anlisis Tingkat Kesukaran ... 37
viii Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Lembar Observasi ... 40
3. Tes Pengetahuan Awal Matematika (PAM) ... 40
F. Prosedur Penelitian ... 42
1. TahapPersiapan ... 42
2. Tahap Pelaksanaan ... 42
3. Tahap Pengolahan Data ... 43
4. Tahap Penulisan ... 43
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 43
1. Analisis Data Pretes dan N-gain ... 44
2. Analisis Perbedaan Kelompok Siswa Atas dan Bawah ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
A. Hasil Penelitian ... 47
1. Kemampuan Pemahaman Matematis ... 47
a. Analisis Skor Pretest dan N-gain Pemahaman ... 50
1. Uji Normalitas ... 51
2. Uji Homogenitas ... 52
3. Uji Kesamaan Rerata Pretest ... 53
4. Analisis Hasil Skor N-gain Pemahaman Matematis berdasarkan Pembelajaran ... 54
5. Analisis Hasil Skor N-gain Pemahaman Matematis berdasarkan PAM dan Pembelajaran ... 57
6. Uji Lanjutan Interaksi PAM dan Pembelajaran ... 60
2. Kemampuan Penalaran Matematis ... 62
a. Analisis Skor Pretest dan N-gain Penalaran ... 65
1. Uji Normalitas ... 65
2. Uji Homogenitas ... 66
3. Uji Kesamaan Rerata Pretest ... 67
4. Analisis Hasil Skor N-gain Penalaran Matematis berdasarkan Pembelajaran ... 68
5. Analisis Hasil Skor N-gain Penalaran Matematis berdasarkan PAM dan Pembelajaran ... 71
3. Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran SBEI ... 74
B. Pembahasan ... 82
1. Model Pembelajaran... 82
2. Kemampuan Pemahaman Matematis ... 86
3. Kemampuan Penalaran Matematis ... 88
C. Keterbatasan Penelitian ... 90
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 91
A. Kesimpulan ... 91
B. Implikasi ... 92
ix Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
x Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Perbandingan Rerata Skor N-gain Pemahaman Matematis ... 55
4.2 Perbandingan Rerata N-gain Berdasarkan Pembelajaran dan PAM ... 57
4.3 Interaksi PAM dan Pembelajaran terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis ... 60
4.4 Perbandingan Rerata Skor N-gain Penalaran Matematis ... 69
4.5 Perbandingan Rerata N-gain Berdasarkan Pembelajaran dan PAM ... 72
4.6 Interaksi PAM dan Pembelajaran terhadap Kemampuan Penalaran Matematis ... 74
4.7 Prosentasi Aktivitas Siswa Membaca LKS/Buku Matematika ... 76
4.8 Prosentase Aktivitas Siswa Memperhatikan Gambar/Objek ... 77
4.9 Prosentase Aktivitas Siswa Bertanya Kepada Guru/Teman Satu Kelompok ... 77
4.10 Prosentase Aktivitas Siswa Memberikan Saran ... 78
4.11 Prosentase Aktivitas Siswa Mengeluarkan pendapat/Pertanyaan ... 78
4.12 Prosentase Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan teman Sekelompok ... 79
4.13 Prosentase Aktivitas Siswa Melakukan Percobaan/Eksplorasi ... 79
4.14 Prosentase Aktivitas Siswa Mengerjakan Soal/LKS ... 80
4.15 Prosentase Aktivitas Siswa Merumuskan Dugaan ... 81
4.16 Contoh Jawaban Siswa pada LKS dalam Fase Eksplorasi……… 83
xi Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Kelebihan dan Kekurangan Siklus Belajar Empiris Induktif ... 21
2.2 Langkah Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar Empiris Induktif ... 23
3.1 Tabel Weiner Keterkaitan Variabel Bebas, Variabel Terikat, Variabel Kontrol (PAM) ... 31
3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemahaman Matematis ... 33
3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemahaman Matematis ... 33
3.4 Hasil Uji Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis……… 36
3.5 Hasil Uji Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis... 37
3.6 Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematis ... …… 37
3.7 Interpretasi Koefisien Indeks Kesukaran ... 38
3.8 Hasil Uji Indeks Kesukaran Butir Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 38
3.9 Hasil Uji Indeks Kesukaran Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 38
3.10 Interpretasi Koefisien Daya Pembeda ... 39
3.11 Hasil Uji Daya Pembeda Butir Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis ... … 39
3.12 Hasil Uji Daya Pembeda Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 39
3.13 Rekapitulasi Nilai Validitas, Reliabilitas, Indeks Kesukaran, dan Daya Pembeda Tiap Butir Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis……….……….. 39
3.14 Rekapitulasi Nilai Validitas, Reliabilitas, Indeks Kesukaran, dan Daya Pembeda Tiap Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis……….………... 40
3.15 Banyaknya Siswa Berdasarkan Kategori PAM... 41
3.16 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ... 44
4.1 Statistik Deskriptif Kemampuan Pemahaman Matematis... 48
4.2 Deskripsi Rerata Pretest dan Postest Kemampuan Pemahaman Matematis Setiap Aspek……… 50
4.3 Uji Normalitas Skor Pretest dan N-gain ... 51
4.4 Uji Homogenitas Varians Skor Pretest dan N-Gain ... 52
4.5 Uji Persamaan Rerata Skor Pre-test Kemampuan Pemahaman Matematis………... 53
xii Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kemampuan Pemahaman Matematis ……….… 54
4.7 Uji Perbedaan Rerata Skor N-gain ... 56
4.8 Deskripsi Data Kemampuan Pemahaman Matematis Berdasarkan PAM dan Pembelajaran………. 57
4.9 Uji Anova Dua Jalur Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Berdasarkan PAM dan Pembelajaran ... 58
4.10 Rerata N-gain dan Jumlah Data Kemampuan Pemahaman Matematis ... 61
4.11 Uji Schefee’ Interaksi PAM dan Pembelajaran terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis ... 61
4.12 Hasil Uji Schefee’ N-gain Pemahaman Matematis ... 61
4.13 Statistik Deskriptif Kemampuan Penalaran Matematis ... 62
4.14 Deskripsi Rerata Pretest dan Postest Kemampuan Penalaran Matematis Setiap Aspek ... 64
4.15 Uji Normalitas Skor Pretest dan N-gain ... 66
4.16 Uji Homogenitas Varians Skor Pretest dan N-Gain ... 67
4.17 Uji Persamaan Skor Pretest Kemampuan Penalaran Matematis ... 68
4.18 Rerata dan Klasifikasi N-Gain Kemampuan Penalaran Matematis ... 69
4.19 Uji Perbedaan Rerata Skor N-gain ... 71
4.20 Deskripsi Data Kemampuan Penalaran Matematis Berdasarkan PAM dan Pembelajaran ... 71
4.21 Uji Anova Dua Jalur Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis berdasarkan PAM dan Pembelajaran ... 73
4.22 Prosentase Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Model Siklus Belajar Empiris Induktif ... 75
xiii Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. INSTRUMEN PENELITIAN ... 98
A.1 Silabus Bahan Ajar ... 99
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 105
A.3 Lembar Kerja Siswa ... 135
A.4 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis……….. 162
A.5 Kisi-kisi Soal Tes Kemmapuan Penalaran Matematis ... 165
A.6 Kisi-kisi Soal Tes Pengetahuan Awal Matematis ... 169
A.7 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 174
B. ANALISIS HASIL UJI COBA ... 178
B.1 Hasil Skor Uji Coba Tes Pemahaman dan Penalaran Matematis ... 179
B.2 Uji Validitas, Reliabilitas, Indeks Kesukaran, dan Daya Pembeda Tes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 180
B.3 Uji Validitas, Reliabilitas, Indeks Kesukaran, dan Daya Pembeda Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 183
B.4 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematis... 186
B.5 Uji Validitas Teoritik Tes Pemahaman dan Penalaran Matematis ... 187
C. ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN ... 191
C.1 Data Pretes, Postes, dan N-gain Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematis Kelas Eksperimen ... 192
C.2 Data Pretes, Postes, dan N-gain Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematis Kelas Kontrol... 194
C.3 Skor Siswa Per Butir Soal ... 196
C.4 Pengolahan Data dan Uji Statistik Data Pretes dan N-gain Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematis…..…..…… 204
A. DATA-DATA PENUNJANG PENELITIAN ... 217
D.1 Foto Aktivitas Siswa ... 218
D.2 Surat Keterangan Sekolah ... 221
D.3 Surat Keterangan Pembimbing ... 222
1
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah ilmu pengetahuan yang dipelajari sejak zaman
dahulu hingga kini. Mata pelajaran wajib di sekolah dalam tingkatan apapun.
Hal ini dikarenakan matematika mendasari perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern yang terjadi di dunia.
Perkembangan proses berpikir pada manusia sangat erat hubungannya
dengan matematika, begitupun perkembangan konsep-konsep lain dalam
disiplin ilmu lain, sangat terkait dengan perkembangan matematika. Oleh
sebab itu tidak heran jika sekarang sedang diupayakan untuk perkembangan
pembelajaran matematika dan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan.
Sebuah upaya menjadikan matematika menyenangkan dan dekat dengan
kehidupan sehari-hari, sehingga banyak metode pembelajaran yang
dikembangkan oleh ahli pendidikan matematika.
Tujuan pembelajaran matematika di Indonesia termuat dalam
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Permendiknas tersebut tertulis mata
pelajaran matematika tingkat SMP/MTs matematika bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
2
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki keingintahuan, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Kemampuan pemahaman dan penalaran begitu ditekankan dalam
perkembangan proses berpikir dalam pembelajaran matematika. Dua tujuan
dalam Permendiknas di atas menempatkan kemampuan pemahaman dan
penalaran pada posisi yang penting. Kemampuan pemahaman matematis
merupakan prasyarat siswa mempunyai kemampuan penalaran yang baik.
Sesuai dengan kurikulum pembelajaran matematika Indonesia yang
menekankan pemecahan masalah, kemampuan dasar yang harus dimiliki
dalam pemecaham masalah adalah pemahaman dan penalaran yang baik pada
siswa.
Damayanti (2010: 2) menyatakan bahwa “dalam klasifikasi bidang ilmu
pengetahuan, matematika termasuk ke dalam ilmu-ilmu eksakta yang lebih
banyak memerlukan pemahaman dan penalaran daripada hapalan.” Adapun
tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan NCTM (2000) yaitu
belajar untuk bernalar, belajar untuk memecahkan masalah, belajar untuk
mengaitkan ide, dan pembentukan sikap positif terhadap matematika.
Sumarmo (2003) menyatakan bahwa kemampuan pemahaman
matematis penting dimiliki siswa. Hal ini dikarenakan kemampuan itu
diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematis, masalah dalam disiplin
ilmu yang lain, dan masalah dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan
visi pengembangan pembelajaran matematika untuk memenuhi kebutuhan
masa kini.
Anderson et al (Kesumawati, 2011: 4) menyatakan siswa dikatakan
memiliki kemampuan pemahaman jika siswa tersebut mampu mengkonstruksi
makna dari pesan-pesan yang timbul dalam pengajaran seperti komunikasi
lisan, tulisan, dan grafik. Siswa dikatakan memahami suatu konsep
matematika (masalah) antara lain ketika mereka membangun hubungan antara
3
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Alfeld (Asmar, 2011) menyatakan bahwa siswa dapat memahami
matematika jika dia mampu menjelaskan konsep-konsep matematika dalam
bentuk yang lebih sederhana. Selanjutnya dapat dengan mudah membuat
koneksi antara fakta dan konsep yang berbeda dan dapat mengenali
keterkaitan antara konsep baru dengan konsep sebelumnya yang sudah
dipahami.
Kemampuan penalaran matematis pun mempunyai peran vital dalam
matematika, selain juga kemampuan pemahaman. Tinggih (Tim MKPBM,
2003: 16) menyebutkan bahwa matematika merupakan pengetahuan yang
diperoleh dengan bernalar. Wahyudin (1999) menyatakan bahwa salah satu
kecenderungan yang menyebabkan sejumlah siswa gagal menguasai dengan
baik pokok-pokok bahasan dalam metematika yaitu, siswa kurang
menggunakan nalar yang logis dalam menyelesaikan soal atau persoalan
matematika yang diberikan.
NCTM (Asmida, 2010) merekomendasikan bahwa tujuan pembelajaran
pada kelas 6-8 adalah agar siswa dapat: 1) Menguji pola dan struktur untuk
mendeteksi keteraturan; 2) Merumuskan generalisasi dan konjektur hasil
observasi keteraturan; 3) Mengevaluasi konjektur; 4) Membuat dan
mengevaluasi argumen matematika. Dari uraian di atas dan tujuan umum
pembelajaran matematika berdasarkan Standar Isi dan NCTM, bahwasanya
kemampuan pemahaman dan penalaran matematis merupakan aspek yang
harus dicapai dalam pembelajaran matematika.
Penalaran secara umum diartikan sebagai proses berpikir dalam proses
penarikan kesimpulan (Permana dan Sumarmo, 2007). Penalaran matematis
diartikan sebagai proses penarikan kesimpulan yang didasarkan pada data,
pola, dan argumen logis yang sudah dibuktikan kebenarannya. Penalaran
matematis sangat dibutuhkan dalam proses pembuktian dalam matematika.
Kemampuan yang dinyatakan di atas diharapkan dapat dimiliki siswa,
Namun ternyata belum sepenuhnya siswa memiliki kemampuan pemahaman
dan penalaran matematis yang baik. Hal ini bisa dilihat dari penelitian yang
4
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kemampuan siswa dalam pemahaman dan penalaran masih rendah. Hal ini
juga dapat dilihat pada prestasi siswa Indonesia dalam matematika.
Berdasarkan hasil Trends in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) tahun 2011 dalam matematika menempatkan siswa kelas VIII Indonesia pada peringkat 38 dari 63 negara dan 14 negara bagian yang
disurvei (Kompas, 14 Desember 2012). Adapun aspek yang dinilai dalam
matematika adalah tentang fakta, prosedur, konsep, penerapan pengetahuan,
dan pemahaman konsep. Selanjutnya pada tahun 2007 TIMSS mengungkap
hanya 17% (dari sampel yang diambil) anak Indonesia yang dapat menjawab
soal penalaran matematis (Armiati, 2010). Kemudian berdasarkan hasil tes
Programme for International Student Assessment (PISA) 2009 tentang matematika menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 61 dari 65
negara (OECD, 2010). Adapun aspek yang dinilai adalah kemampuan
pemecahan masalah, kemampuan penalaran, dan kemampuan komunikasi.
Hasil tes di atas menunjukkan kemampuan pemahaman dan penalaran
matematis siswa yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat karena soal-soal
yang diberikan pada tes tersebut bukan soal yang rutin melainkan
soal-soal yang memerlukan proses penalaran.
Berdasarkan angket yang diberikan peneliti kepada beberapa guru
matematika di SMP negeri di Kota Pangkalpinang menyatakan bahwa,
kemampuan pemahaman dan penalaran matematis dalam pembelajaran
matematika sudah dikembangkan hanya saja masih perlu perbaikan. Hal ini
karena 50% siswa masih memerlukan bantuan dalam mengembangkan
kemampuan tersebut.
Selain secara umum kemampuan pemahaman dan penalaran siswa
Indonesia masih rendah, di dalam kelas kemampuan akademik siswa pun
heterogen. Ruseffendi (2006) mengemukakan bahwa perbedaan kemampuan
yang dimiliki siswa bukan semata-mata bawaan lahir, tetapi juga dipengaruhi
oleh lingkungan. Dalam konteks pembelajaran di kelas artinya kemampuan
5
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Selain hal yang disebutkan di atas, penguasaan siswa terhadap suatu
topik matematika tertentu menuntut penguasaan siswa pada topik-topik
matematika sebelumnya. Hal itu terkait dengan pemerolehan pengetahuan
baru yang sangat ditentukan oleh pengetahuan awal (prior knowledge) siswa,
apabila pengetahuan awal siswa baik maka akan berakibat pada pemerolehan
pengetahuan yang baik pula. Hal tersebut bersesuaian dengan teori
konstruktivisme yang berpandangan bahwa belajar merupakan kegiatan
membangun pengetahuan yang dilakukan sendiri oleh siswa berdasarkan
pengamalan atau pengetahuan yang dimiliki sebelumnya (Shadiq, 2009).
Begle (Darhim, 2004) salah satu prediktor terbaik untuk hasil belajar
matematika adalah hasil belajar matematika sebelumnya.
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa guru
matematika di SMP negeri di Kota Pangkalpinang juga menyatakan,
kemampuan siswa yang heterogen menjadi kendala dalam mengembangkan
kemampuan pemahaman dan penalaran matematis.
Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas maka terlihat level siswa di
kelas menentukan metode apa yang sebaiknya digunakan guru. Selain itu juga
untuk melihat apakah pengetahuan awal siswa berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa dan aktivitas siswa selama pembelajaran. Kategori pemahaman
awal siswa yang akan dilihat adalah kelompok atas dan bawah. Sesuai dengan
teori Krutetski (Darhim, 2004) yang mengatakan bahwa diduga siswa yang
berkemampuan rendah akan meningkat hasil belajarnya apabila metode
pembelajaran yang digunakan menarik, berpusat pada siswa, dan sesuai
dengan tingkat kematangan siswa. Namun dimungkinkan terjadi sebaliknya
untuk siswa yang bekemampuan pandai. Ini bisa terjadi karena siswa
berkemampuan tinggi dimungkinkan lebih cepat memahami topik matematika
yang dipelajari karena kepandaiannya, walaupun tanpa menggunakan berbagai
macam metode pembelajaran yang menarik dan berpusat pada siswa. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini akan melihat juga apakah terdapat interaksi
model pembelajaran pada siswa kelompok atas dan bawah terhadap
6
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Masih belum baiknya kemampuan pemahaman dan penalaran ini bukan
karena memburuknya pembelajaran matematika. Penelitian dan
perkembangan metode pembelajaran matematika sudah dilakukan, baik oleh
pemerintah maupun para ahli. Dalam penelitian ini pun penulis menawarkan
sebuah model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman dan penalaran matematis.
Model pembelajaran siklus belajar empiris induktif adalah siklus belajar
yang dikembangkan oleh Lawson (Dahar, 2011). Model ini memberikan
kesempatan secara luas kepada siswa untuk belajar mengamati serta bernalar.
Dalam siklus belajar empiris induktif para siswa menemukan dan memberikan
suatu pola empiris dalam suatu konteks khusus (eksplorasi), kemudian para
siswa selanjutnya mengemukakan sebab-sebab yang memungkinkan
terjadinya pola itu. Hal ini membutuhkan penggunaan penalaran analogi untuk
memindahkan konsep yang telah dipelajari dalam konteks lain pada konteks
yang baru ini (pengenalan istilah). Istilah-istilah itu dapat dikemukakan oleh
para siswa, guru, atau keduanya. Karena konsep atau istilah ditemukan sendiri
oleh siswa diharapkan para siswa lebih memahaminya.
Tidak hanya fase eksplorasi pada siklus belajar yang membutuhkan
penalaran, secara keseluruhan setiap fase pada model siklus belajar
menghendaki kemampuan bernalar yang baik. Herron (Dahar, 2011)
mengatakan bahwa model pembelajaran siklus belajar sebenarnya masih
menerapkan teori konstruktivis dan Piaget serta menghendaki kemampuan
bernalar siswa sehingga kompetensi bernalar siswa pun meningkat. Pada
akhirnya karena siklus belajar ini menekankan kemampuan penalaran,
diharapkan siswa akan terbiasa menghadapi soal-soal penalaran matematis.
Siklus belajar empiris induktif ini pun memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan konsep sendiri (fase eksplorasi), sehingga diharapkan
pemahaman siswa akan suatu konsep matematika lebih baik.
Selain mendorong tumbuhnya kemampuan kognitif yang baik pada
siswa, tujuan pembelajaran matematika berdasarkan Permendiknas (2006)
7
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yaitu memiliki keingintahuan, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri. Namun menurut hasil observasi
yang dilakukan oleh Mansyur dkk (2008) pada salah satu SMP negeri di salah
satu Kabupaten di Jawa Timur dapat disimpulkan bahwa pada proses
pembelajaran matematika akar masalahnya adalah pada faktor proses
pembelajaran, yaitu: 1) rendahnya pemberdayaan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran, sehingga aktivitas siswa sebagian besar hanya mendengar,
menulis (mencatat) penjelasan guru, dan latihan soal yang diberikan oleh
guru; 2) kurangnya pemberian motivasi pada siswa untuk ikut aktif dalam
pengolahan pesan pelajaran, sehingga banyak siswa yang kurang peduli, masa
bodoh, kurang percaya diri, dan kurang bergairah dalam belajar.
Berdasarkan masalah di atas maka dalam penelitian ini pun akan
melihat bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran dengan siklus belajar
empiris induktif. Aktivitas siswa di kelas akan mencerminkan bagaimana
sikapnya terhadap matematika.
Memperhatikan pemaparan di atas maka peneliti mencoba untuk
mengkaji pengaruh model siklus belajar empiris induktif terhadap kemampuan
pemahaman dan penalaran matematis siswa SMP.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum adalah “apakah model
siklus belajar empiris induktif dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
dan penalaran matematis siswa SMP”. Kemudian berdasarkan rumusan
masalah itu dirumuskan sub masalah sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa SMP yang
mendapatkan pembelajaran dengan model siklus belajar empiris induktif
lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?
2. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa SMP yang
mendapatkan pembelajaran dengan model siklus belajar empiris induktif
8
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Apakah terdapat interaksi antara model (siklus belajar empiris induktif dan
konvensional) dan pengetahuan awal matematis siswa (atas dan bawah)
terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa?
4. Apakah terdapat interaksi antara model (siklus belajar empiris induktif dan
konvensional) dan pengetahuan awal matematis siswa (atas dan bawah)
terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa?
5. Bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran dengan model siklus
belajar empiris induktif?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Membandingkan peningkatan kemampuan pemahaman matematis antara
siswa SMP yang mendapatkan pembelajaran dengan model siklus belajar
empiris induktif dan yang mendapat pembelajaran konvensional.
2. Membandingkan peningkatan kemampuan penalaran matematis antara
siswa SMP yang mendapatkan pembelajaran dengan model siklus belajar
empiris induktif dan yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
3. Mengkaji ada tidaknya interaksi antara model (siklus belajar empiris
induktif dan konvensional) dan pengetahuan awal matematis (atas dan
bawah) terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matematis.
4. Mengkaji ada tidaknya interaksi antara model (siklus belajar empiris
induktif dan konvensional) dan pengetahuan awal matematis (atas dan
bawah) terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematis.
5. Melihat aktivitas siswa yang diberikan pembelajaran dengan model
pembelajaran siklus belajar empiris induktif.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dilaksanakannya penelitian ini adalah:
1. Bagi guru, model pembelajaran siklus belajar empiris induktif dapat
menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa
9
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Bagi siwa, belajar matematika dengan menggunakan pembelajaran dengan
model pembelajaran siklus belajar empiris induktif diharapkan dapat
membantu meningkatkan kemampuan matematis siswa.
3. Hasil penelitian ini akan dapat digunakan sebagai tambahan informasi
untuk pengembangan bahan ajar, model atau pendekatan pembelajaran
tertentu yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran
matematis siswa SMP.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi operasional
sebagai berikut:
1. Kemampuan pemahaman matematis mencakup dua jenis yaitu
pemahaman instrumental dan pemahaman relasional. Pemahaman
instrumental suatu konsep matematis adalah menerapkan rumus/aturan
dengan perhitungan sederhana sedangkan pemahaman relasional adalah
menerapkan rumus dengan permasalahan yang lebih luas dan mengaitkan
suatu konsep dengan konsep lain yang sudah dipelajari.
2. Kemampuan penalaran matematis adalah penalaran induktif dan deduktif.
Penalaran induktif yaitu proses penarikan kesimpulan berdasarkan
beberapa pernyataan khusus yang sudah diketahui sebelumnya. Penalaran
deduktif yaitu proses penarikan kesimpulan yang berdasarkan teori, sifat,
rumus dalam matematika yang sudah dibuktikan kebenaran sebelumnya.
3. Model pembelajaran siklus belajar empiris induktif adalah model
pembelajaran yang didasarkan pada teori kontruktivisme, terdiri atas tiga
fase yaitu fase eksplorasi, fase pengenalan konsep/istilah, fase aplikasi
konsep yang di dalam setiap fase menghendaki pola-pola penalaran
deskriptif serta pola-pola tingkat tinggi.
4. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dengan menggunakan
metode ekspositori (secara klasikal). Guru menjelaskan materi kemudian
siswa mengerjakan beberapa contoh soal yang sesuai dengan contoh yang
30
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sebab-akibat
variabel bebas terhadap variabel terikat. Pada penelitian ini akan dipilih dua
buah sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Namun untuk
menghindari kekacauan pada jadwal pembelajaran di sekolah maka sampel
yang diambil tidak mengalami pengacakan murni tetapi peneliti menerima
keadaan subjek apa adanya, sehingga penelitian ini termasuk kuasi
eksperimen. Ruseffendi (2005) mengungkapkan bahwa pada kuasi eksperimen
ini subjek tidak diacak tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa adanya.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
kelompok control non-ekuivalen (Ruseffendi, 2005: 52). Pada desain ini,
subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan
subjek seadanya.
Kelas Eksperimen : O X O
Kelas Kontrol : O O
Keterangan:
O : Pretest atau Posttest
X : Pembelajaran Model Siklus Belajar Empiris Induktif
: Subjek tidak dikelompokkan secara acak
Pada desain ini, terlihat bahwa masing-masing kelompok diberi pretest
kemudian masing-masing mendapatkan pembelajaran yang hasilnya diukur
dengan posttest. Perbedaan pretest dan posttest diasumsikan merupakan efek
dari perlakukan untuk melihat secara lebih mendalam pengaruh pembelajaran
dengan model pembelajaran siklus belajar empiris induktif terhadap
31
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan suatu kondisi yang dimanipulasi,
dikendalikan atau diobservasi oleh peneliti. Penelitian ini mengkaji pengaruh
model siklus belajar empiris induktif terhadap kemampuan pemahaman dan
penalaran matematis siswa SMP. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
pembelajaran matematika dengan model siklus belajar empiris induktif.
Variabel terikat yaitu kemampuan pemahaman dan penalaran matematis dan
variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu pengetahuan awal matematika
siswa (atas dan bawah). Melihat keterkaitan antara variabel terikat, variabel
bebas, dan variabel kontrol maka disajikan dalam model Weiner pada tabel
berikut:
Tabel 3.1
Tabel Weiner Keterkaitan antara Variabel Bebas, Variabel Terikat, dan Variabel Kontrol (PAM)
Model Pembelajaran SBEI K
Kemampuan yang Diukur
Pemahaman Matematis
Penalaran Matematis
Pemahaman Matematis
Penalaran Matematis
PAM Atas KPMSBEIA KPNSBEIA KPMKA KPNKA
Bawah KPMSBEIB KPNSBEIB KPMKB KPNKB
Keseluruhan KPMSBEI KPNSBEI KPMK KPNK
Keterangan:
KPMSBEIA adalah kemampuan pemahaman matematis siswa kelompok
PAM atas kelas siklus belajar empiris induktif
KPMKB adalah kemampuan pemahaman matematis siswa kelompok PAM
bawah kelas konvensional
KPNSBEIB adalah kemampuan penalaran matematis siswa kelompok PAM
bawah kelas siklus belajar empiris induktif
KPNKB adalah kemampuan penalaran matematis siswa kelompok PAM
bawah kelas konvensional
D. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMP Negeri di Pangkalpinang
pada semester 2 tahun ajaran 2012/2013. Subjek penelitian adalah siswa salah
32
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Belitung. Alasan pemilihan subjek yaitu: (1) Dipilih sekolah yang tergolong
peringkat menengah keatas. Hal ini karena kemampuan siswanya heterogen;
(2) memiliki prosedur administratif yang relatif mudah; (3) memiliki
ketersediaan sarana dan prasarana yang relatif lengkap; (4) pembagian kelas di
dalam belajarnya tidak dibedakan dengan adanya kelas unggulan dan kelas
rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa kelas-kelas yang ada menyebar secara
seimbang, sehingga kemampuan siswa pada setiap kelas diasumsikan tidak
berbeda jauh.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa salah satu SMP
Negeri di Kota Pangkalpinang tahun ajaran 2012/2013. Sampel ditentukan
berdasarkan sampling purposive. Sampling purposive adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2011). Tujuan dilakukan
pengambilan sampel seperti ini adalah agar penelitian dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien terutama dalam hal pengawasan, kondisi subyek
penelitian, waktu penelitian yang ditetapkan, kondisi tempat penelitian serta
prosedur perijinan, dan mendapatkan kelas yang memiliki kemampuan awal
yang tidak jauh berbeda. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari kelas
eksperimen dengan jumlah 50 siswa dan kelas kontrol berjumlah 51 siswa.
E.Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen
tes dan non-tes. Instrumen tes meliputi, soal tes kemampuan pemahaman dan
penalaran matematis, dan instrumen non-tes yaitu lembar observasi siswa.
Kemudian terdapat instrumen tambahan yaitu tes pengetahuan awal siswa.
1. Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematis
Tes ini terdiri atas dua jenis, yaitu tes kemampuan pemahaman
matematis dan tes kemampuan penalaran matematis. Tes ini terdiri atas
soal-soal uraian, dengan tujuan agar dapat melihat proses berpikir pada siswa.
Instrumen tes digunakan untuk melihat nilai pretest dan posttest siswa pada
kemampuan pemahaman dan penalaran matematis. Soal pretest dan posttest
33
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu a. Tes Kemampuan Pemahaman Matematis
Tes yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman
matematis terdiri atas 3 butir soal uraian. Adapun kriteria pemberian skornya
berpedoman pada indikator dalam tabel berikut:
Tabel 3.2
Pedoman Penskoran Kemampuan Pemahaman Matematis
Indikator Respon/Jawaban Siswa Skor
Menggunakan konsep dalam perhitungan yang sederhana
Tidak menjawab 0
Menjawab sebagian atau salah menggunakan konsep
1
Benar menggunakan konsep tapi salah solusi akhir
2
Benar menggunakan konsep dan benar solusi akhir
3
Menggunakan konsep dalam perhitungan yang lebih luas
Tidak menjawab 0
Salah menggunakan konsep 1
Benar menggunakan konsep tapi salah solusi akhir
2
Benar menggunakan konsep dan benar solusi akhir
3
Dapat mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya yang sudah dipelajari
Tidak menjawab 0
Salah dalam mengaitkan konsep 1
Kurang tepat dalam mengaitkan konsep 2 Dapat mengaitkan konsep secara benar 3
b. Tes Kemampuan Penalaran Matematis
Tes yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran
matematis terdiri atas 4 butir soal uraian. Adapun kriteria pemberian skornya
berpedoman pada indikator dalam tabel berikut:
Tabel 3.3
Pedoman Penskoran Kemampuan Penalaran Matematis
Indikator Respon Skor
Penarikan kesimpulan umum berdasarkan sejumlah data yang teramati
Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar
0
Hanya menjawab sebagian yang benar 1 Menjawab hampir semua benar dari
pertanyaan
34
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Menjawab dengan mengikuti argumen-argumen logis, dan menarik kesimpulan umum serta dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar
3
Memperkirakan jawaban dan solusi serta sifat atau pola dalam suatu kasus
Tidak menjawab/menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan/tidak ada yang benar
0
Hanya menjawab sebagian yang benar 1 Menjawab hampir semua benar dari
pertanyaan
2
Menjawab dengan mengikuti argumen-argumen logis, dan menarik kesimpulan logis serta dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar
3
Menarik kesimpulan logis berdasarkan aturan,
memeriksa validitas argumen
Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar
0
Hanya menjawab sebagian yang benar 1 Menjawab hampir semua benar dari
pertanyaan
2
Menjawab dengan mengikuti argumen-argumen logis, dan menarik kesimpulan logis serta dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar
3
Menyusun pembuktian langsung
Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai pertanyaan/ tidak ada yang benar
0
Hanya menjawab sebagian yang benar 1 Menjawab hampir semua benar dari
pertanyaan
2
Menjawab dengan mengikuti argumen-argumen logis, dan menyusun pembuktian serta dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar
3
(Holistic Scoring Rubrics adaptasi: Asmida, 2011)
Dalam menyusun tes ini, peneliti melalui beberapa tahap yaitu
penyusunan kisi-kisi soal, yang kemudian akan dilanjutkan dengan
penyusunan soal beserta alternatif jawaban. Kemudian berkonsultasi dengan
pembimbing dan sebelum diberikan kepada siswa, terlebih dahulu soal
divalidasi oleh beberapa validator kemudian diujicobakan, untuk melihat
validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal. Adapun dari
35
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembeda, dan indeks kesukaran soal. Hasil dari uji coba instrumen dan
validasi ahli ditulis sebagai berikut.
1. Analisis Validitas Tes
Validitas adalah suatu nilai kebenaran, keabsahan, ketepatan dari suatu alat
dalam melaksanakan fungsinya. Suatu alat evaluasi disebut valid apabila alat
tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Dalam
penelitian ini dilakukan dua validitas, yaitu validitas teoritik dan validitas
empirik.
1.1Validitas Teoritik
Validitas teoritik untuk sebuah instrumen evaluasi bila kriteria yang ada
dalam instrumen secara teoritis telah mencerminkan apa yang diukur.
Pertimbangan terhadap soal tes kemampuan pemahaman dan penalaran yang
berkenaan dengan validitas isi dan validitas muka diberikan oleh ahli.
Validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau
dari segi materi yang dievaluasikan (Suherman, 2001: 131). Validitas isi
dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi
pelajaran yang telah diajarkan. Apakah soal pada instrumen penelitian sesuai
atau tidak dengan indikator kemampuan yang akan diukur.
Validitas muka dilakukan dengan melihat tampilan dari soal itu yaitu
keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas
pengertiannya dan tidak salah tafsir. Jadi suatu instrumen dikatakan memiliki
validitas muka yang baik apabila instrumen tersebut mudah dipahami
maksudnya.
Pada tes ini dilakukan validitas muka dan validitas isi oleh 5 orang, yang
terdiri atas guru matematika SMP, dosen evaluasi pembelajaran, dosen bahasa
Indonesia, dosen geometri karena tes adalah soal-soal geometri, dan
mahasiswa S3 program studi pendidikan matematika, ditambah 5 orang siswa
SMP. Mengukur validitas isi, pertimbangan didasarkan pada kesesuaian soal
dengan kriteria aspek-aspek pengetahuan awal matematika siswa dan
36
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dengan tingkat kesulitan siswa kelas tersebut. Mengukur validitas muka,
pertimbangan didasarkan pada kejelasan soal tes dari segi bahasa dan redaksi.
Berdasarkan validitas teoritik didapatkan bahwa soal tes semuanya dapat
dipakai. Keseluruhan validator hampir semua menyatakan soal sesuai, hanya
perlu perbaikan dari beberapa bagian, antara lain pada gambar, unsur yang
diketahui dalam soal terlalu banyak contohnya pada soal nomor satu,
redaksional, penggunaan satuan untuk menyatakan besaran, kesalahan
penulisan huruf, serta susunan kalimat yang agak membingungkan. Pada soal
ke-4 mengenai pola gambar ke-n diganti menjadi pola gambar ke-10 karena
siswa SMP sulit untuk mengartikan apa yang dimaksud pola ke-n. Saran-saran
tersebut telah diterima dan soal tes sudah diperbaiki sebelum dilakukan uji
coba empirik kepada siswa. Lebih jelas rinciannya terdapat pada lampiran B.
1.2 Validitas Empirik
Validitas ini diperoleh melalui observasi untuk menentukan validitas
setiap item tes, skor-skor yang ada pada item tes dikorelasikan dengan skor
total ideal pada tes. Perhitungan validitas butir soal menggunakan software
Anates V.4 For Windows. Untuk validitas butir soal digunakan korelasi product moment dari Karl Pearson, yaitu korelasi setiap butir soal dengan skor total ideal pada tes. Adapun kriteria validitas instrumen menurut Masrun
(Sugiono, 2011) adalah jika koefisien korelasi antara butir dengan skor total
ideal pada tes 0,3 maka butir soal dinyatakan valid.
Berdasarkan hasil perhitungan dan kriteria validitas di atas maka hasil
validitas butir soal kemampuan pemahaman dan penalaran matematis
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis No Urut No Soal Koefisien (rxy) Kriteria Keterangan
1 1 0,783 0,3 Valid
2 2 0,866 0,3 Valid
37
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
[image:30.595.139.487.122.221.2]Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis No Urut No Soal Koefisien (rxy) Kriteria Keterangan
4 4 0,819 0,3 Valid
5 5 0,888 0,3 Valid
6 6 0,816 0,3 Valid
7 7 0,652 0,3 Valid
2. Analisis Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yaitu sejauh
mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten (tidak
berubah-ubah). Untuk mengetahui reliabilitas pada instrumen tes dalam
penelitian ini digunakan rumus Cronbach-Alpha dengan bantuan program
Anates V.4 for Windows. Pengambilan keputusan yang dilakukan adalah dengan membandingkan rhitung dan rtabel. Jika rhitung > rtabel maka soal reliabel,
sedangkan jika rhitung ≤ rtabel maka soal tidak reliabel.
Adapun hasil dari pengujian reliabilitas disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.6
Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematis
Soal Tes Kemmapuan Reliabilitas Tes rtabel Keterangan
Pemahaman Matematis 0,78 0,344 Reliabel
Penalaran Matematis 0,74 0,344 Reliabel
Ket: dk = 33, sig 5%
3. Analisis Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran menyatakan derajat atau tingkat kesukaran suatu butir
soal. Sebuah soal tidak boleh terlalu sulit untuk kemampuan siswa atau pun
tidak boleh terlalu mudah. Seperti reliabilitas dan validitas, perhitungan indeks
kesukaran pun menggunakan bantuan software Anates V.4 For Windows.
Klasifikasi indeks kesukaran menurut Suherman (2003: 170) sebagai
[image:30.595.122.512.248.557.2]38
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
[image:31.595.201.424.113.232.2]Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.7
Interpretasi Indeks Kesukaran
Nilai IK Interpretasi
IK = 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang 0,70 < IK < 1,00 Soal mudah
IK = 1,00 Soal terlalu mudah
[image:31.595.120.513.253.608.2]Berikut ini merupakan hasil uji coba untuk tingkat kesukaran soal:
Tabel 3.8
Hasil Uji Indeks Kesukaran Butir Soal Tes kemampuan Pemahaman Matematis
No Urut No Soal IK Interpretasi
1 1 0,611 Sedang
2 2 0,629 Sedang
3 3 0,629 Sedang
Tabel 3.9
Hasil Uji Indeks Kesukaran Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis
No Urut No Soal IK Interpretasi
4 4 0,463 Sedang
5 5 0,518 Sedang
6 6 0,593 Sedang
7 7 0,426 Sedang
Soal di atas semuanya sedang, namun untuk soal nomor 4 bisa
diasumsikan sulit. Karena siswa kelas 8 belum mendapatkan materi pola
bilangan seperti siswa kelas 9 dimana dilakukan uji instrumennya.
4. Daya Pembeda
Suherman dan Sukjaya (1990) menyatakan daya pembeda adalah
seberapa jauh kemampuan butir soal dapat membedakan antara siswa yang
dapat menjawab dengan benar dan dengan siswa yang tidak dapat menjawab
dengan benar. Daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa
besar kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan antara siswa
berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Klasifikasi daya
39
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
[image:32.595.220.418.113.230.2]Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.10
Interpretasi Koefisien Daya Pembeda Besar DP Interpretasi
DP ≤ 0,00 Sangat jelek 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
Hasil rangkuman yang diperoleh dari uji coba instrumen untuk daya
pembeda dengan menggunakan software Anates V.4 For Windows dapat
[image:32.595.118.513.249.584.2]dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.11
Hasil Uji Daya Pembeda Butir Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis
No Urut No Soal DP Interpretasi
1 1 0,556 Baik
2 2 0,741 Sangat Baik
3 3 0,593 Baik
Tabel 3.12
Hasil Uji Daya Pembeda Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis
No Urut No Soal DP Interpretasi
4 4 0,482 Baik
5 5 0,444 Baik
6 6 0,222 Cukup
7 7 0,704 Baik
Keseluruhan dari hasil uji coba instrumen tes pemahaman dan penalaran
matematis dari mulai validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks
kesukaran data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.13
Rekapitulasi Nilai Validitas, Reliabilitas, Indeks Kesukaran, dan Daya Pembeda Tiap Butir Soal Tes Kemampuan Pemahaman
Matematis
No. Soal
Validitas Keterangan Reliabilitas Keterangan DP Interpretasi IK Interpretasi
1 0,783 Valid
0,78 Reliabel
55,56 Baik 61,11 Sedang
2 0,866 Valid 74,07 Sangat
Baik
62,96 Sedang
40
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
[image:33.595.110.512.169.240.2]Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.14
Rekapitulasi Nilai Validitas, Reliabilitas, Indeks Kesukaran, dan Daya Pembeda Tiap Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran
Matematis
No. Soal
Validitas Keterangan Reliabilitas Keterangan DP Interpretasi IK Interpretasi
4 0,819 Valid
0,74 Reliabel
48,15 Baik 46,30 Sedang
5 0,888 Valid 44,44 Baik 51,85 Sedang
6 0,816 Valid 22,22 Cukup 59,26 Sedang
7 0,652 Valid 70,37 Baik 42,59 Sedang
Adapun semua soal yang telah diuji dapat dipakai semuanya. Interpretasi
sedang dari hasil uji coba instrumen untuk soal nomor 4 bisa diasumsikan sulit
jika diberikan pada siswa kelas 8. Berdasarkan pertimbangan guru matematika
SMP kelas 8, sulit karena siswa belum belajar menentukan barisan atau deret.
2. Lembar Observasi
Observasi dilakukan untuk melihat aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa diamati oleh peneliti dan
pengamat. Observasi dilakukan pada kelas eksperimen. Berdasarkan alur
pembelajaran pada model pembelajaran siklus belajar empiris induktif maka
akan dilihat kegiatan siswa selama melakukan fase eksplorasi, mengemukakan
pendapat/konsep, dan fase penerapan konsep. Instrumen yang digunakan
adalah lembar observasi.
3. Tes Pengetahuan Awal Matematika (PAM)
Pengetahuan awal matematika siswa adalah pengetahuan yang dimiliki
siswa sebelum pembelajaran berlangsung. Pemberian tes pengetahuan awal
matematika siswa bertujuan untuk mengetahui pengetahuan siswa sebelum
pembelajaran dan untuk penempatan siswa berdasarkan pengetahuan awal
matematikanya. Pengetahuan awal matematika siswa diukur melalui
seperangkat soal dengan materi yang sudah dipelajari, tes pengetahuan awal
matematika berupa soal pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban terdiri
dari 15 butir soal. Penskoran terhadap jawaban siswa untuk tiap butir soal
dilakukan dengan aturan untuk setiap jawaban benar diberi skor 1, dan untuk
41
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan rerata skor pengetahuan awal matematika yang diperoleh,
siswa dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu siswa kelompok atas dan
kelompok bawah. Pengelompokkan ini didasarkan pada skor tes PAM siswa
dan disesuaikan dengan hasil pengkategorian siswa oleh guru matematika
sekolah berdasarkan pengetahuan matematika siswa sehari-hari selama di
kelas. Kelompok atas adalah siswa yang memperoleh skor di atas rerata,
sedangkan kelompok bawah adalah siswa yang memperoleh skor di bawah
rerata.
Perhitungan data tes pengetahuan awal matematis didapat untuk kelas
siklus belajar empiris induktif � = 70,80 dan SB= 15,35. Untuk kelas
konvensional didapatkan � = 70,85 dan SB=12,5. Sehingga pengelompokan
siswa berdasarkan tes pengetahuan awal matematis yaitu:
Kelas Siklus Belajar Empiris Induktif:
Siswa kelompok atas jika: skor PAM ≥ 70,80
Siswa kelompok bawah jika: skor PAM < 70,80
Kelas Konvensional:
Siswa kelompok atas jika: skor PAM ≥ 70,85
Siswa kelompok bawah jika: skor PAM < 70,85
Tabel 3.15 berikut menyajikan banyaknya siswa yang berada pada
[image:34.595.118.511.232.630.2]kelompok atas dan bawah pada kelas SBEI dan konvensional.
Tabel 3.15
Banyaknya Siswa Berdasarkan Kategori PAM
Kelompok Pembelajaran Total
SBEI Konvensional
Atas 26 24 50
Bawah 24 27 51
Total 50 51 101
Sebelum tes digunakan, terlebih dahulu divalidasi isi dan muka. Uji
validasi isi dan muka dilakukan oleh 2 orang pembimbing dan 1 orang guru
matematika SMP yang berlatar belakang pendidikan matematika yang
dianggap mampu dan punya pengalaman mengajar dalam bidang pendidikan
42
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
diujicobakan secara terbatas kepada lima orang siswa di luar sampel
penelitian. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk mengetahui tingkat
keterbacaan bahasa dan memperoleh gambaran apakah butir-butir soal dapat
dipahami oleh siswa. berdasarkan hasil uji coba terbatas, ternyata diperoleh
gambaran bahwa semua soal tes dipahami dengan baik. Kisi-kisi soal,
perangkat soal, dan kunci tes PAM selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
A.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini meliputi tiga tahap kegiatan. Secara rinci
setiap tahap diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahap ini diawali dengan mengidentifikasi permasalahan yang ada di
lapangan. Kemudian kegiatan dokumentasi teoritis berupa kajian
kepustakaan terhadap teori-teori yang berkaitan. Kemudian masalah tersebut
diajukan sebagai rancangan judul tesis. Setelah rancangan judul diterima,
selanjutnya dilakukan penyusunan proposal penelitian yang kemudian
dilanjutkan dengan seminar proposal penelitian.
Setelah proposal penelitian diterima dengan beberapa revisi maka
selanjutnya dilaksanakan persiapan penelitian. Pada tahap ini dilaksanakan
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran serta pembuatan instrumen
penelitian. Rancangan rencana pelaksanaan pembelajaran dan rancangan
instrumen penelitian terlebih dahulu dikonsultasikan kepada dosen
pembimbing. Setelah mendapat persetujuan dari dosen pembimbing,
selanjutnya dilakukan validasi dan uji coba instrumen untuk mengetahui
kualitas instrumen yang akan digunakan.
Langkah terakhir pada tahap ini yaitu mengurus perizinan tempat
pelaksanaan penelitian serta pemilihan sampel penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
43
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1 Melaksanakan pretest, yang dimaksudkan sebagai pengumpulan
informasi awal tentang kemampuan pemahaman dan penalaran
matematis siswa. Pretest diberikan pada kelas eksperimen dan kontrol.
2 Melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran siklus belajar empiris induktif pada kelas eksperimen dan
konvensional kepada kelas kontrol.
3 Memberikan posttest pada kelas eksperimen dan kontrol. Hasil tes ini
kemudian dianalisis untuk menguji hipotesis yang dirumuskan dalam
bagian sebelumnya.
4 Selama proses pembelajaran di kelas eksperimen, melakukan observasi
dengan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa terhadap
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
siklus belajar empiris induktif.
3. Tahap Pengolahan Data
Setelah selesai melaksanakan penelitian di lapangan dan pengumpulan
data, selanjutnya akan dilakukan pengolahan data yang telah diperoleh
untuk dijadikan dasar dalam pengambilan kesimpulan penelitian.
4. Tahap Penulisan
Tahap penulisan laporan meliputi tahap pengolahan data, analisis data,
dan penyusun laporan secara lengkap.
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif berasal dari tes awal dan tes akhir, kualitatif berasal
dari observasi. Setelah data diperoleh, maka dilakukan pengolahan terhadap
data kuantitatif.
Data-data kuantitatif diperoleh dalam bentuk hasil uji instrumen, data
pretes, postes, dan gain siswa. Data hasil uji instrumen diolah dengan software
Anates Versi 4.1 untuk memperoleh validitas, reliabilitas, daya pembeda serta derajat kesulitan soal. Sedangkan data hasil pretes, postes, dan n-gain diolah
dengan software SPSS Versi 16.0 for Windows. Dengan langkah langkah
44
Eka Rachma Kurniasi, 2013
Penerapan Model Siklus Belajar Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Analisis Data Pretest dan N-gain
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap
skor pretest, posttest dan indeks gain. Untuk menentukan uji statistik, terlebih
dahulu diuji normalitas data dan homogenitas varians. Sebelum uji tersebut
dilakukan harus ditentukan terlebih dahulu rata-rata skor serta simpangan baku
untuk setiap kelompok. Untuk lebih jelasnya, setelah diperoleh data pretes dan
postes selanjutnya diolah melalui tahap tahap sebagai berikut:
1. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kriteria penskoran yang
digunakan.
2. Menghitung besarnya peningkatan kemampuan pemahaman dan
penalaran matematis siswa yang diperoleh dari skor pretest dan posttest
dengan menggunakan gain ternormalisasi yang dikembangkan oleh Hake
(1999) sebagai berikut:
Gain ternormalisasi (g) = � � −−
Dengan kriteria indeks gain seperti yang tertera pada tabel dibawah ini
Tabel 3.16
Kriteria Skor Gain Ternormalisai
Skor Gain Interpretasi
1 g ≥ 0,7 Tinggi
0,3 < g < 0,7 Sedang
0 g ≤ 0,3 Rendah
Analisis data hasil tes dilakukan untuk mengetahui perbedaan
peningkatan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis antara
siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran siklus
bela