• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CO-CREATION EXPERIENCES TERHADAP IDENTITAS KABUPATEN GARUT SERTA DAMPAKNYA PADA KEPUTUSAN BERKUNJUNG : Survei terhadap Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Kabupaten Garut.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH CO-CREATION EXPERIENCES TERHADAP IDENTITAS KABUPATEN GARUT SERTA DAMPAKNYA PADA KEPUTUSAN BERKUNJUNG : Survei terhadap Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Kabupaten Garut."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3 Rumusan Masalah ... 13

1.4 Tujuan Penelitian ... 14

1.5 Kegunaan Penelitian ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka ... 16

2.1.1 Co-Creation Experiences ... 20

2.1.1.1 Definisi Co-Creation Experiences ... 20

2.1.1.2 Pendekatan Co-Creation Experiences ... 23

2.1.2 Identitas Kabupaten Garut ... 29

2.1.2.1 Konsep Brand ... 29

2.1.2.2 Dimensi Brand Identity ... 32

2.1.2.3 Dimensi Pembentuk Brand Identity ... 35

2.1.2.4 Elemen Brand Identity ... 38

2.1.3 Keputusan Berkunjung ... 40

(2)

2.1.3.2 Pengertian Parawisata ... 40

2.1.3.3 Jenis-Jenis Produk Parawisata ... 41

2.1.3.4 Pengelompokan Destinasi Parawisata ... 42

2.1.3.5 Pengertian Wisatawan ... 43

2.1.3.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keputusan Pembelian ... 44

2.1.3.7 Proses Pengambilan Keputusan Berwisata ... 47

2.1.3.8 Model Perilaku Pembelian Parawisata ... 48

2.1.4 Resume Hasil Penelitian Terdahulu ... 50

2.2 Kerangka Pemikiran ... 52

2.3 Hipotesis ... 62

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 63

3.2 Metode Penelitian ... 63

3.2.1 Jenis dan Metode yang Digunakan ... 64

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 66

3.2.3 Jenis dan Sumber Data ... 69

3.2.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 71

3.2.4.1 Populasi ... 71

3.2.4.2 Sampel ... 72

3.2.4.3 Teknik Penarikan Sampel ... 72

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data ... 77

3.2.6 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 78

3.2.6.1 Hasil Pengujian Validitas ... 79

3.2.6.2 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 84

3.3 Rancangan Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 86

3.3.1 Teknik Analisis Data ... 86

3.3.2 Rancangan Analisis Deskriptif... 87

3.3.3 Rancangan Analisis Verifikatif ... 89

(3)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Garut ... 106

4.1.1 Profil Kabupaten Garut ... 106

4.1.2 Visi Misi dan Strategi Kabupaten Garut ... 107

4.1.3 Logo Kabupaten Garut ... 109

4.1.4 Produk Kabupaten Garut ... 110

4.2 Keterkaitan Karakteristik Serta Pengalaman Responden ... 117

4.2.1 Keterkaitan Antara Jenis Kelamin dengan Pekerjaan ... 117

4.2.2 Keterkaitan Antara Jenis Kelamin dan Penghasilan ... 118

4.2.3 Keterkaitan antara Tujuan dan Frekuensi Wisatawan Mengunjungi Kabupaten Garut ... 119

4.3 Tanggapan Responden Terhadap Pelaksanaan Co-Creation Experiences Kabupaten Garut dan Dimensi-Dimensi Co-Creation Experiences ... 120

4.3.1 Pelaksanaan Co-Creation Experiences Kabupaten Garut .... 120

4.3.2 Pelaksanaan Dimensi-Dimensi Co-Creation Experiences ... 121

4.3.2.1 Variasi dalam Co-Creation Experiences ... 121

4.3.2.2 Desain dalam Co-Creation Experiences ... 122

4.3.2.3 Kelengkapan dalam Co-Creation Experiences ... 123

4.3.2.4 Sensasi dalam Co-Creation Experiences... 124

4.3.2.5 Merek dalam Co-Creation Experiences ... 125

4.3.2.6 Rekapitulasi Indikator Co-Creation Experiences .... 126

4.4 Identitas Kabupaten Garut ... 129

4.4.1 Brands As Product dalam Identitas Kabupaten garut ... 129

4.4.2 Brand As Organization dalam Identitas Kabupaten Garut .. 131

4.4.3 Brand As Person dalam Identitas Kabupaten Garut ... 132

4.4.4 Brand As Symbol dalam Identitas Kabupaten Garut ... 133

4.4.5 Rekapitulasi Identitas Kabupaten Garut... 135

4.5 Pelaksanaan Keputusan Berkunjung Kabupaten Garut ... 138

(4)

4.6 Pengujian Hipotesis Pengaruh Co-Creation Experiences

Terhadap Identitas Kabupaten Garut ... 142 4.6.1 Pengujian Simultan ... 144 4.6.2 Pengujian Parsial ... 146 4.6.3 Pengaruh Co-creation Experiences Terhadap Identitas

Kabupaten Garut ... 148 4.7 Pengujian Hipotesis Pengaruh Co-Creation Experiences

Terhadap Keputusan Berkunjung ... 150 4.7.1 Pengujian Simultan ... 151 4.7.2 Pengujian Parsial ... 153 4.7.3 Pengaruh Co-creation Experiences Terhadap Keputusan

Berkunjung ... 155 4.8 Pengujian Hipotesis Pengaruh Identitas Kabupaten Garut

Terhadap Keputusan Berkunjung ... 157 4.8.1 Pengujian Simultan ... 159 4.8.2 Pengujian Parsial ... 161 4.8.3 Pengaruh Identitas Kabupaten Garut Terhadap Keputusan

Berkunjung ... 163 4.9 Pengujian Hipotesis Pengaruh Co-creation Experiences

Terhadap Identitas Kabupaten Garut Serta Dampaknya Pada

Keputusan Berkunjung ... 166 4.9.1 Pengujian Simultan ... 168 4.9.2 Pengujian Parsial ... 169

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 171 5.2 Saran ... 172

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pelaksanaan pembangunan daerah pada dasarnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah di Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang mengenai Otonomi Daerah, yakni Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, manjadikan Pemerintah Daerah harus mampu mengeksplorasi potensi yang dimiliki daerahnya masing-masing. Hal ini menjadi tantangan bagi setiap pemerintah daerah karena adanya peningkatan wewenang terhadap pemerintahan di daerahnya. Peningkatan wewenang ini mampu meningkatkan kemampuan keuangan daerah dalam memperhatikan hak-hak masyarakatnya, sehingga sebagai bentuk untuk mengeksplorasi potensi dan budaya yang dimiliki oleh daerahnya sendiri. Eksplorasi ini difokuskan terhadap penggalian objek-objek yang memiliki potensi pariwisata dan kebutuhan untuk dikembangkan.

(6)

pembangunan di daerah. Oleh karena itu daerah diberi hak dan wewenang untuk menggali sumber-sumber pendapatan daerahnya sendiri. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004 yang mengatur sumber-sumber pendapatan daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan gambaran potensi keuangan daerah pada umumnya mengandalkan unsur pajak daerah dan retribusi daerah. Berkaitan dengan pendapatan asli daerah dari sektor retribusi, maka daerah dapat menggali potensi sumber daya alam yang berupa obyek wisata. Pemerintah menyadari bahwa sektor pariwisata bukanlah merupakan sektor penyumbang terbesar dalam pendapatan daerah, tetapi berpotensi dalam meningkatkan PAD. Indonesia masih mempunyai potensi alam dan seni budaya yang cukup besar yang dapat dimanfaatkan oleh daerah untuk meningkatkan PAD.

Bidang pariwisata dan industri kreatif merupakan kegiatan yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menunjang pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini dicanangkan selain sebagai salah satu sumber penghasil devisa yang cukup tinggi, juga merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja dan mendorong perkembangan investasi. Untuk mengembangkan sektor ini pemerintah berusaha keras membuat rencana dan berbagai kebijakan yang mendukung kearah kemajuan sektor ini. Salah satu kebijakan tersebut adalah menggali, menginventarisir dan mengembangkan obyek-obyek wisata yang ada sebagai daya tarik utama bagi wisatawan.

(7)

dan pendapatan, memperkokoh persatuan, dan kesatuan, serta mengenal budaya bangsa. Seperti yang telah diamanatkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999, bahwa mengembangkan pariwisata, melalui pendekatan sistem yang utuh dan terpadu bersifat interdisipliner dan partisipatoris dengan menggunakan kriteria ekonomi, teknis, argonomis, sosial budaya, hemat energi, melestarikan alam dan tidak merusak lingkungan. (TAP MPR No.IV/MPR/1999). Sektor pariwisata dan industri kreatif menjadi potensi daerah yang banyak dikembangkan masyarakat Indonesia. Melimpahnya kekayaan alam Indonesia dan uniknya budaya lokal yang dimiliki, memberikan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan domestik maupun turis mancanegara. Sehingga sampai sekarang ini sektor pariwisata Indonesia menjadi salah satu penyumbang dana yang cukup besar bagi Pendapatan Daerah di seluruh penjuru nusantara. Telah terjadi pergeseran negara tujuan wisata internasional dari ke negara maju ke negara-negara di Asia. Hal ini menjadi peluang besar bagi pengembangan pariwisata Indonesia dan terbukti dengan urutan ranking pariwisata dan ekonomi di kawasan Asia.

(8)
[image:8.595.143.485.180.404.2]

pertumbuhan ekonomi daerah dan berdampak langsung kepada Pendapatan Asli Daerah.

TABEL 1.1

URUTAN RANKING SEKTOR PARIWISATA DAN EKONOMI KAWASAN ASIA

NEGARA RANK/139

Brunei Darussalam 67

Cambodja 109

Indonesia 74

Lao PDR -

Malaysia 35

Myanmar -

Philipines 94

Singapore 10

Thailand 41

Vietnam 80

ASEAN -

Sumber : World Economic Forum UNWTO 2012 IMF, World Economic Outlook (April 2012) and author calculation *2010 *2011

(9)

Kabupaten Garut dengan julukannya "Swiss van Java" berpotensi untuk berkembang menjadi kota pariwisata. Sudah sejak dulu Garut menjadi tujuan wisata berkelas dunia. Saat itu tercatat tokoh-tokoh dunia seperti Raja Thailand saat itu, Raja Leopold dari Belgia dan permaisurinya dari Swedia pernah datang ke Kabupaten Garut. Begitu pula dari kalangan selebriti kelas dunia seperti Charlie Chaplin yang datang dua kali dan konon memberikan julukan Garut "Swiss van Java" (Fatat Garut, Ahmad Abdullah Assegaf; 1929). Ada beberapa hal yang membuat pariwisata layak dijadikan lokomotif pengembangan ekonomi Garut ke depan. Pertama, faktor sejarah atau masa lalu di mana Garut memiliki keunggulan variatif. Kabupaten Garut terkenal dengan kelengkapan sekaligus keunikan daya tarik wisata yang dikenal dengan Gurilaps (Gunung-Rimba-Laut-Pantai-Situ) yang jarang ditemui di daerah lain. Bahkan penggiat pariwisata dan

ekonomi kreatif Garut, Franz Limiart mengatakan “Wisata di Garut yang paling

siap memang wisata belanja”. Pada tahun 1950-an Garut terkenal dengan sebutan Kota Intan. Jarak yang tidak begitu jauh dari Bandung itu, menjadikan Garut cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Hal ini terlihat dengan cukup padatnya Garut terutama pada akhir minggu atau musim libur anak sekolah. Pemerintah Kabupaten Garut membuat

tagline “Ayo Wisata Jelajahi Garut” agar mudah mengidentifikasi dan

(10)
[image:10.595.116.513.165.665.2]

TABEL 1.2

REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI PRODUK JASA INDUSTRI PARIWISATA KABUPATEN GARUT

TAHUN 2007 s.d. 2011

Tahun PAD Uraian Anggaran/Target (Rp)

Realisasi (Rp) Prosentase (%)

2007 Pajak

Daerah

Pajak hotel 600.000.000 677.935.492 112,99

Pajak restoran 250.000.000 264.629.969 105,85

Pajak hiburan 150.000.000 168.046.726 112,03

Retribusi Daerah

Retribusi izin

usaha kepariwisataan

11.451.750 11.451.750 100,00

Retribusi Ijin

Usaha Industri

dan Perdagangan

65.000.000 62.149.300 95,61

2008 Pajak

Daerah

Pajak hotel 685.000.000 1.083.841.712 158,23

Pajak restoran 294.250.000 328.107.747 111,51

Pajak hiburan 210.000.000 414.555.305 197,41

Retribusi Daerah

Retribusi izin

usaha kepariwisataan

13.915.000 15.028.000 108,00

Retribusi Ijin

Usaha Industri

dan Perdagangan

82.225.000 78.871.700 95,92

2009 Pajak

Daerah

Pajak hotel 950.000.000 963.655.330 101,44

Pajak restoran 460.000.000 732.247.781,0 159,18

Pajak hiburan 370.000.000 451.761.066 122,10

Retribusi Daerah

Retribusi izin

usaha kepariwisataan

8.994.000,00 12.842.000 142,78

Retribusi Ijin

Usaha Industri

dan Perdagangan

82.225.000 71.434.100 86,88

2010 Pajak

Daerah

Pajak hotel 1.000.000.000 1.144.373.749 114,44

Pajak restoran 700.000.000 805.751.623 115,11

Pajak hiburan 400.000.000 463.987.102 116,00

Retribusi Daerah

Retribusi izin

usaha kepariwisataan

10.388.071,00 17.003.000 163,68

Retribusi Ijin

Usaha Industri

dan Perdagangan

94.969.875 109.537.027 115,34

2011 Pajak

Daerah

Pajak hotel 1.780.000.000 2.102.729.236 118,13

Pajak restoran 1.533.342.000 2.523.430.110 164,57

Pajak hiburan 185.000.000 270.301.226 146,11

Retribusi Daerah

Retribusi izin

usaha kepariwisataan

0,00 0,00 0,00

Retribusi Ijin

Usaha Industri

dan Perdagangan

0,00 0,00 0,00

Sumber: Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Garut

(11)

(http://www.garutkab.go.id/pub/news/detail/7826-pajak-penerangan-jalan-terbesar-bagi-pad-garut/). PAD Sektor pariwisata dan industri kreatif Kabupaten Garut berada pada posisi ke 3. Khususnya pertumbuhan sektor industri kreatif mengalami peningkatan cukup signifikan setiap tahunnya.

Berdasarkan tabel tersebut, dapat terlihat PAD dari pajak hotel dan restoran meningkat dari tahun ke tahun. Sedangkan PAD dari pajak hiburan menurun pada tahun 2011. Begitupun dengan retribusi ijin usaha industri dan perdagangan. Oleh karena itu potensi pariwisata dan industri kreatif perlu dikembangkan secara optimal. Selain berkontribusi terhadap PAD, pariwisata pada saat ini juga merupakan suatu kebutuhan mutlak manusia, baik bagi masyarakat yang melakukan perjalanan wisata (wisatawan) maupun masyarakat sekitar daerah tujuan wisata. Wisatawan butuh dipuaskan keinginannya, sementara masyarakat di sekitar lokasi berharap mendapatkan implikasi positif berupa peningkatan pendapatan guna menunjang perekonomiannya. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan).

(12)

telah melakukan keputusan pembelian untuk menikmati segala fasilitas dari tempat tersebut.

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, menyebabkan konsumen lebih mudah untuk memahami dan memiliki banyak alternatif atau pilihan terhadap suatu produk. Konsumen menuntut tidak hanya kebutuhannya saja yang harus dipenuhi, melainkan keinginannya juga. Berdasarkan hal tersebut, organisasi dituntut harus mampu memenuhi dan memuaskan keinginan konsumen, melebihi para kompetitornya.

Memahami perilaku konsumen bukanlah suatu hal yang mudah. Setiap konsumen bisa jadi memiliki keinginan dan keputusan yang berbeda-beda dalam hal pembelian suatu produk, tergantung faktor usia, selera, pendapatan, maupun tingkat pendidikan mereka. Berdasarkan hal tersebut, suatu organisasi perlu meneliti faktor-faktor yang menjadi dasar bagi konsumen dalam memilih produk yang ditawarkan organisasi bersangkutan. Seperti dikemukakan Buchari Alma

(2009:102) “Keputusan membeli seseorang yang asalnya dipengaruhi oleh

lingkungan, kebudayaan, keluarga, dan sebagainya, akan membentuk suatu sikap

pada diri individu, kemudian melakukan pembelian”. Berkaitan dengan keputusan

pembelian atau keputusan mengunjungi suatu tempat wisata, tahun 2011 jumlah pengunjung Kabupaten Garut sebanyak 1.988.615 yang terdiri dari wisatawan nusantara sebanyak 1.981.984 dan wisatawan mancanegara sebanyak 6.631. jumlah kunjungan wisatawan ke Garut terbagi menjadi beberapa titik objek yang dikunjungi wisatawan.

(13)

Keberagaman produk dan jasa wisata yang ditawarkan menjadikan Garut sebagai salah satu kunjungan bagi para wisatawan untuk menikmati hasil cipta karya masyarakat Garut.

Sektor-sektor pendukung pariwisata pun mulai berkembang seakan menjadi trade mark baru dari Kabupaten Garut ini. Sesuai dengan Visi dan Misi Garut mewujudkan Garut sebagai daerah pariwisata disertai pelestarian dan pengembangan seni budaya lokal dan memberdayakan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada potensi lokal dan mekanisme pasar. Banyaknya tempat objek wisata Garut seperti Cipanas, Situ Bagendit, Candi Cangkuang, Pantai Santolo merupakan tujuan wisata yang sering kali dikunjungi oleh wisatawan. Sedangkan tempat kuliner yang banyak dikunjungi adalah pasar ceplak, tersedianya berbagai makanan dan jajanan yang menjadi ciri khas Garut. Kemudian banyak tersedianya barang industri kreatif khas Garut yang bisa dijadikan sebagai oleh-oleh wistawan yang berkunjung ke Garut seperti dodol, chocodot, browdol, batik Garut, kerupuk dorokdok, kain tenun. Semua itu menjadi sebuah identitas Garut yang kaya akan potensi pariwisata dan industri kreatif yang diunggulkan dan mampu mengangkat citra Garut sebagai “Swiss van Java”. “Dengan pemahaman dan persepsi yang dimiliki oleh konsumen itu akan menentukan suatu ciri khas atau asosiasi produk yang unik” (Aaker 1996:70).

Brand identity merupakan bagian penting dari strategi bisnis yang

(14)

menawarkan pariwisata kepada wisatawan tetapi juga sisi produk unggulan yang dapat dijadikan buah tangan oleh wisatawan.

Kabupaten Garut dapat menciptakan kreasi dan inovasi yang menjadi produk unggulan indetitas Garut yang banyak digemari oleh wisatawan, sehingga banyak wisatawan yang memilih untuk berkunjung ke daerah Garut dengan memilih produk sebagai oleh-oleh. Dengan adanya co-creation experience yang menjadi identitas Garut, maka wisatawan mendapat pengalaman dari berkunjung ke Kabupaten Garut.

Adanya peluang dalam bisnis industri kreatif yang didalamnya terdapat produk manufacture dan jasa pariwisata menyebabkan industri ini berada pada tingkat persaingan yang sangat tinggi. Selain itu semangat otonomi daerah yang berlangsung di Indonesia termasuk Kabupaten Garut mendorong beberapa kalangan untuk menggali dan mengangkat potensi daerah yang ada sebagai kontribusi pembangunan dan peningkatan citra Kabupaten Garut. Keunggulan bersaing yang berkesinambungan merupakan salah satu upaya Kabupaten Garut untuk meningkatkan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Garut.

(15)

berpotensi untuk memberikan pengalaman pribadi yang unik” (Prahalad dan Ramaswamy, 2004 b, Caru and Cora 2006,2007).

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Co-Creation Experiences terhadap Identitas Kabupaten

Garut Serta Dampaknya Pada Keputusan Berkunjung (Survei terhadap Wisatawan

Nusantara pada Kabupaten Garut)”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penulis mengidentifikasi bahwa Indonesia berada pada urutan ranking ke tiga sektor pariwisata di kawasan Asia. masalahnya sebagai berikut, menurunnya perekonomian di dunia membawa dampak positif bagi Indonesia. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi termaju dan mitra terdepan ibu kota negara, memprioritaskan sektor kepariwisataan menjadi bagian terpenting dalam pembangunan daerahnya dan Kabupaten Garut dengan julukannya "Swiss van Java" berpotensi untuk berkembang menjadi kota pariwisata. Hal ini terbukti

(16)

dari pajak hotel dan restoran meningkat dari tahun ke tahun. Sedangkan PAD dari pajak hiburan menurun pada tahun 2011.

Oleh karena itu potensi pariwisata perlu dikembangkan secara optimal. Selain berkontribusi terhadap PAD, pariwisata pada saat ini juga merupakan suatu kebutuhan mutlak manusia, baik bagi masyarakat yang melakukan perjalanan wisata (wisatawan) maupun masyarakat sekitar daerah tujuan wisata. Wisatawan butuh dipuaskan keinginannya, sementara masyarakat di sekitar lokasi berharap mendapatkan implikasi positif berupa peningkatan pendapatan guna menunjang perekonomiannya.

Sektor-sektor pendukung pariwisata pun mulai berkembang seakan menjadi trade mark baru dari Kabupaten Garut ini. Sesuai dengan Visi dan Misi Kabupaten Garut mewujudkan Garut sebagai daerah pariwisata disertai pelestarian dan pengembangan seni budaya lokal dan memberdayakan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada potensi lokal dan mekanisme pasar.

Banyak produk yang menjadi ciri khas Kabupaten Garut tetapi tidak semua produk dapat menjadi sebuah identitas Kabupaten Garut yang kaya akan berpotensi pariwisata dan industri kreatif yang diunggulkan dan mampu mengangkat citra Kabupaten Garut sebagai “Swiss van Java”. “Dengan pemahaman dan persepsi yang dimiliki oleh konsumen itu akan menentukan suatu ciri khas atau asosiasi produk yang unik” (Aaker 1996:70).

(17)

co-creation experience yang menjadi identitas Kabupaten Garut, maka wisatawan

mendapat pengalaman dari berkunjung ke Kabupaten Garut.

Indonesia merupakan peringkat ke 3 sektor pariwisata dan ekonomi. Begitupun terjadi peningkatan jumlah pengunjung wisatawan ke Kabupaten Garut yang menjadi pilihan wisatawan untuk dikunjungi. PAD Kabupaten Garut yang bersumber dari pajak hotel dan restoran meningkat dari tahun ke tahun. Sedangkan PAD yang bersumber dari pajak hiburan dan retribusi ijin usaha industri dan perdagangan menurun pada tahun 2011. Oleh karena itu potensi pariwisata Kabupaten Garut perlu dikembangkan secara optimal. Sektor-sektor pendukung pariwisata pun mulai berkembang seakan menjadi trade mark baru dari Kabupaten Garut ini. Sehingga menjadikan masyarakat Kabupaten Garut yang kreatif dengan menciptakan produk inovasi sebagai identitas Kabupaten Garut. Terdapat banyak produk baik manufacture ataupun jasa di Kabupaten Garut, namun tidak semua produk tersebut dapat menciptakan nilai tambah bagi wisatawan. Salah satu faktor keputusan wisatawan berkunjung ke Kabupaten Garut adalah co-creation experiences.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1) Bagaimana gambaran co-creation experiences dan Identitas Kabupaten yang dirasakan wisatawan nusantara.

2) Bagaimana gambaran keputusan berkunjung wisatawan nusantara ke Kabupaten Garut.

(18)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil temuan tentang:

1. Gambaran co-creation experiences dan brand identity yang dirasakan wisatawan nusantara.

2. Gambaran keputusan berkunjung wisatawan nusantara Kabupaten Garut. 3. Bagaimana pengaruh co-creation experiences terhadap Identitas

Kabupaten serta dampaknya pada keputusan berkunjung wisatawan nusantara.

1.5Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritis

Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai Co-creation experiences dan Identitas Kabupaten serta menganalisis pengaruhnya yang

(19)

2. Kegunaan Praktis

(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan analisa deskriptif dan verifikatif, dengan menggunakan path analysis antara Co-Creation Experiences terhadap Identitas Kabupaten Garut serta Implikasinya terhadap

Keputusan Berkunjung wisatawan nusantara Kabupaten Garut maka berdasarkan penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Co-Creation Experiences di Kabupaten Garut, yang terdiri dari variasi, desain, kelengkapan, sensasi dan merek dilaksanakan dengan baik. Dimensi kelengkapan memperoleh skor tertinggi dalam menciptakan identitas Kabupaten dan keputusan berkunjung wisatawan nusantara. Sedangkan, dimensi variasi memperoleh skor terendah dalam menciptakan identitas Kabupaten dan keputusan berkunjung wisatawan nusantara.

2. Identitas Kabupaten Garut yang memperoleh skor tertinggi adalah dimensi Brand As Organization. Sedangkan dimensi brand as person memperoleh

skor terendah dalam keputusan berkunjung wisatawan.

3. Keputusan Berkunjung wisatawan nusantara yang di ukur melalui waktu dan biaya, menunjukkan bahwa wisatawan nusantara yang berkunjung ke Garut bergantung pada waktu hari liburan atau nasional.

(21)

Co-Creation Experiences produk yang ada di Kabupaten Garut, maka akan

semakin tinggi brand terhadap produk yang ada di Kabupaten Garut. 5. Co-Creation Experiences berpengaruh signifikan terhadap Keputusan

Berkunjung. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Co-Creation Experiences Kabupaten Garut, maka akan semakin tinggi wisatawan yang

berkunjung ke Garut.

6. Identitas Kabupaten Garut berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Berkunjung. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi, kreatif dan inovasi masyarakat Kabupaten Garut maka akan semakin tinggi Identitas Kabupaten Garut yang banyak dikenali oleh wisatawan nusantara.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis menyarankan beberapa hal mengenai pengaruh implementasi Co-Creation Experiences terhadap Identitas Kabupaten Garut serta Implikasinya terhadap Keputusan Berkunjung wisatawan nusanatara Kabupaten Garut. Maka Pemerintah Daerah Kabupaten Garut, khususnya Dinas Pariwisata, dan Kebudayaan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas UMKM dan BMT beserta pengusaha-pengusaha industri kreatif Kabupaten Garut perlu melakukan upaya sebagai berikut:

1. Saran berkaitan dengan Co-Creation Experiences, yang berfungsi menjadi daya tarik bagi pengunjung, melalui produk manufacture dan jasa namun masih ada beberapa penilaian wisatawan terhadap Co-Creation Experiences yang dinilai kurang yaitu variasi. Penilaian yang kurang dari

(22)

optimal. Sehingga terkadang variasi produk yang dirasakan wisatawan nusantara masih terasa kurang. Hal ini menjadi sebuah pelajaran baik produk manufacture ataupun produk jasa yang ada Kabupaten Garut, bahwa pada prinsipnya kualitas produk tidak dapat lepas dari inovasi baru yang kreatif.

2. Pelaksanaan Identitas Kabupaten Garut terbukti mampu mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Garut, namun ada beberapa unsur didalamnya yang harus diperbaiki.

Saran berkaitan dengan Identitas Kabupaten Garut. Memberikan pengetahuan seluas mungkin terhadap pengunjung wisatawan nusantara mengenai Product, Organization, Person dan Symbol Kabupaten Garut yang diimplementasikan melalui produk manufacture dan jasa yang mempunyai potensi di Kabupaten Garut. Komponen kampanye pemasaran tersebut secara berkelanjutan dipromosikan melalui brosur, pamflet, tour-guide book, billboard, dan media promosi lainnya. Selain itu, untuk

melakukan image campaign, perlu sering mengadakan event dan sponsorship yang cukup besar dan inovatif untuk menarik perhatian

berbagai pihak. Menyebarluaskan berbagai informasi mengenai produk manufacture dan jasa yang menjadi Identitas Kabupaten Garut melalui

(23)

3. Upaya untuk meningkatkan keputusan berkunjung terbukti mampu mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Garut, namun ada beberapa unsur didalamnya yang harus diperbaiki, seperti alat transportasi yang tersedia untuk tujuan ke Kabupaten Garut. Artinya bahwa wisatawan merasa kesulitan untuk datang ke Kabupaten Garut karena alat transportasi yang tersedia kurang memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan nusantara.

4. Untuk meningkatkan Identitas Kabupaten Garut dan keputusan para wisatawan untuk mengunjungi Kabupaten Garut, perlu dikomunikasikan segala komponen Co-Creation Experiences, yang mencakup produk manufacture dan jasa kabupaten Garut secara inovatif dan berkesinambungan. Selain itu, perlu memperkuat koordinasi antar dinas/departemen, antar dinas dan pengusaha-pengusaha serta stakeholder partnerships. Bentuk kerjasama tersebut salah satunya adalah pelaku

industri pariwisata dan industri kreatif sering mengikuti berbagai pameran untuk mempromosikan Kabupaten Garut.

5. Sebagai saran bagi para peneliti selanjutnya di Kabupaten Garut para peneliti dapat mengangkat beberapa kekurangan permasalahan mengenai Co-Creation Experiences Kabupaten Garut masih kurang. Salah satu

(24)

Buku :

Arikunto, Suharsimi.(2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Bina Aksara.

Damanik, Janianton dan Helmut F. Weber. (2006). Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta:Andi.

David, Aaker. (2002). Brand Leadership. New York, The Free Press.

___________ dan Damien McLoughlin. (2010). Strategic Market Management Global Perspective. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.

Drewniany, Bonnie L dan Jerome Jewler. (2008). Creative Strategy In Advertising, Ninth Edition. Boston: Lyn Uhl.

Harun Al Rasyid. (1994). Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Universitas Padjadjaran, Bandung

Hermawan Kartajaya,(2009). Hermawan Kartajaya On Brands: Seri 9 Elemen Marketing Mark Plus and Co, Bandung: Mizan Pustaka.

Hermawan, Asep (2006). Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Hidayat, Taufik dan Nina Istiadah. (2011) Panduan Lengkap Menguasai SPSS 19 Untuk Mengolah Data Statistik Penelitian. Semarang ; Mediakita.

Ismayanti. (2009). Pengantar Pariwisata. Jakarta:Grasindo.

Kartajaya, Hermawan dan Yuswohady. (2005). Attracting Tourists Traders Investors Strategi Memasarkan Daerah di Era Otonomi. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Kartajaya, Hermawan, et.al, (2009). MarkPlus on Strategy: New Wave Marketing. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kotler, Philip and Amstrong, Gary (2008). Principles of Marketing. New Jersey: Prentice Hall.

(25)

Travel and Tourism. Oxford:Butterworth-Heinemann.

Prahalad, CK. & Ramaswamy, V. 2004. The Future of Competition: Co-Creating Unique Value with Customers. Massachusetts: Harvard Business School Press

Prahalad, CK., & Ramaswamy, V. 2004. Co-creation Experiences: The next Practice in Value Creation.

Reid, Robert D and David C Bojanic. (2006). Hospitality Marketing Management. Canada:John Wiley & Sons.

Simamora, Bilson. (2008). Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. _______.(2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. _______.(2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Susanto, AB dan Himawan Wijanarko. (2004). Power Branding Membangun Merek Unggul dan Organisasi Pendukungnya. Jakarta:Mizan.

Umar, Husein. (2008), Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama World Economic Forum UNWTO 2012 IMF, World Economic Outlook (April

2012) and author calculation *2010 *2011

Muljadi, A.J. (2009). Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta:Rajagrafindo Persada.

Jurnal

Prahalad, CK., & Ramaswamy, V. (2004). Co-creation Experiences: The next Practice in Value Creation.

Prahalad, CK. & Ramaswamy, V. (2004). The Future of Competition: Co-Creating Unique Value with Customers. Massachusetts: Harvard Business School Press

(26)

Number 1

Gustafsson, Anders., Kristensson, Per., Wittel, Pers. (2012). Customer co-creation in service. Innovation : a metter of communication. Journal of Service Management - Volume 23 Number 3

Binkhorst, Esther. The co-creation tourism experience

Cecilia, Stanciulescu Gabriela. City Image As Tourism Destination. Academy of Economic Studies, Faculty of Commerce, Department of Tourism-Services. p. 1218-1222.

Kotler, Philip and Amstrong, Gary (2008). Principles of Marketing. New Jersey: Prentice Hall.

__________________________(2011). Marketing an Introduction. Global Edition. Pearson Education.

Coates, Nick. 2009 Co-creation : New Pathways to value and overview.

Skripsi dan Tesis

Rismalati, Dini. 2005 Pengaruh sense dan feel pada experiental marketing terhadap brand identity serta implikasinya pada costumer brand relationship program acara reality show AFI.

Wulandari, Tresna. 2012 Analisis place branding untuk meningkatkan citra kabupaten purwakarta serta implikasinya terhadap keputusan mengunjungi destinasi pariwisata

Internet

http://www.garutkab.go.id TAP MPR No.IV/MPR/1999

majalah SWA 17 edisi khusus 9-26 Agustus 2012 Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999

Gambar

TABEL 1.1 URUTAN RANKING SEKTOR PARIWISATA DAN EKONOMI
TABEL 1.2 REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI PRODUK JASA

Referensi

Dokumen terkait

Pada mulanya istilah ini dikenal dengan audit pemrosesan data elektronik, dan sekarang audit teknologi informasi secara umum merupakan proses pengumpulan dan evaluasi dari

Wawancara Ruang Sidang 1 Gedung Direktorat Politeknik Perkapalan Negeri

Cara ini membolehkan halaman-halaman yang berbeda diakses dari halaman yang sedang aktif, dan jika didisain dengan baik, user akan merasa lebih mudah

Jika ada yang membeli barang G maka membeli barang E.. Dengan tingkat keyakinan

Oleh karenanya, faktor kali Energi-Delay dalam satuan Joule detik digunakan untuk menggambarkan konsumsi energi pada setiap paket dikaitkan dengan delay transmisi paket

Magetan/ Jawa Timur/ Rabu 20 mei 2009// Semenjak awal tahun/ hingga saat ini sudah terjadi tiga kasus jatuhnya pesawat milik militer// 6 April lalu/ Fokker 27 TNI- AU

Dalam sebuah penelitian pada pompa dan pipa saat pengukuran getaran dalam membangun layanan, kavitasi adalah terjadi sangat jelas dan ditandai oleh getaran frekuensi

Untuk lebih memperlihatkan pembuluh darah yang ada di abdomen seperti pada liver digunakan teknik khusus yaitu teknik tree phase abdomen yang merupakan pemeriksaan khusus yaiu