• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nuana Perancangan Busana Siap Pakai untuk Wanita Urban dengan Inspirasi Kain Tenun Ikat Sumba.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nuana Perancangan Busana Siap Pakai untuk Wanita Urban dengan Inspirasi Kain Tenun Ikat Sumba."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Nuana menjadi judul dari koleksi tugas akhir ini. Kata ‘Nuana’ berasal dari bahasa Sumba

yang berarti ‘ikatan’ (bond). Nuana menjadi pengikat unsur tradisional dan unsur modern

yang dituangkan dalam busana. Melalui koleksi Nuana ini, unsur tradisional yang berupa

tenun ikat Sumba dikemas dalam bentuk modern sehingga diharapkan dapat lebih diterima

di kalangan masyarakat urban dan menjadi pengingat akan budaya asli mereka.

Pengemasan dalam bentuk yang lebih modern diwujudkan melalui penggabungan tenun

ikat Sumba, dengan tren fashion masa kini yang diambil dari Trend Forecast 2016/2017

“Resistance”. Tema yang diambil yaitu “Refugium” dengan subtema “Artistry”. Tema

“Refugium” menceritakan migrasi, adaptasi, dan akulturasi yang harus dilakukan untuk

mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Subtema “Artistry” diambil karena memiliki

beberapa keserupaan dengan kebudayaan Sumba.

Nuansa warna yang dipakai dalam koleksi Nuana ini yaitu biru gelap dan abu-abu pucat

untuk menimbulkan kesan calm dan cool, dengan meterial tenun ikat dan kain linen.

Terdapat overlapping dan unsur ikatan pada desain busana yang terinspirasi dari cara

berbusana masyarakat Sumba. Siluet busana yaitu loose untuk fungsi kenyamanan

pemakainya. Motif dekoratif khas Sumba diaplikasikan pada busana melalui teknik

sablon. Karakter utama koleksi ini yaitu simple.

Koleksi Ready-To-Wear Deluxe ini ditujukan bagi masyarakat urban, khususnya wanita

kalangan menengah ke atas dengan rentang usia 25-35 tahun yang berkarakter smart,

memiliki mobilitas yang tinggi, dan berwawasan modern namun menghargai budaya lokal.

Berangkat dari pemilihan material dan bentuk busana maka koleksi ini dapat dikenakan di

berbagai aktivitas keseharian khususnya di daerah tropis. Selain dapat dikenakan di acara

sehari-hari, koleksi Nuana dapat dikenakan pula pada acara semi-formal.

(2)

ii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

Nuana is the title of this final assignment collection. The word ‘Nuana’ originates from Sumba Language which means bond. Nuana is the bond between traditional and modern

elements as conceived in fashion. Through this Nuana Collection, traditional elements such as ‘Sumba Ikat’ weave was packaged in modern form so as expected to be more acceptable in urban community and to be such a reminder of their native culture. Packaging in more modern form was embodied trough integration of ‘Sumba Ikat’ weave and today’s fashion trends, i.e. “Resistance” from Trend Forecast 2016/2017. The theme was “Refugium” with

sub-theme “Artistry”. The theme “Refugium” depicted migration, adaptation, and

acculturation that was needed to be done in order to achieve a better quality of life. Sub-theme “Artistry” was used because it had some similarities with Sumba Culture.

Dark blue and pale gray shades was applied to this Nuana Collection to create calm and cool impression using ‘ikat’ weave and linen material. There were overlapping and bonding elements in the design inspired by the way of Sumba People dress. The silhouette was loose

for wearing comfort. Screen printing techniques was utilized to apply Sumba typical

decorative patterns. Simplicity is the main character of this collection.

This Deluxe Ready-To-Wear collection was intended for urban community, especially for

upper middle class women of 25-35 year old which have the characters of smart, highly

mobile, modern yet appreciative of local culture. Departing from material and fashion

model selection, this collection was intended to be worn in variety of daily activities,

particularly in tropical area. Other than daily activities, the collection could also be imposed

on semi-formal events.

(3)
(4)
(5)

vi Universitas Kristen Maranatha

4.3 Perancangan Detail...40

4.3.1 Desain Motif...40

4.3.2 Aksesori...41

4.3.3 Sablon...42

4.3.4 Pembagian Kain Tenun...44

BAB V SIMPULAN & SARAN...48

5.1 Simpulan...48

5.2 Saran...48

DAFTAR PUSTAKA...49

BIODATA PENULIS...50

(6)

vii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Metode perancangan...4

Gambar 2.1 Garis lurus, lengkung, dan zigzag...7

Gambar 2.2 Kurva tahapan dalam siklus fashion...10

Gambar 2.3 Adibusana dari koleksi Valentino, Fall 2015 couture...11

Gambar 2.4 Busana siap pakai dari koleksi Giambattista Valli, Ready-To-Wear 2016...12

Gambar 2.5 Proses sablon menggunakan rakel...16

Gambar 2.6 Teori Warna Albert Munsell...17

Gambar 2.7 Pembagian warna panas dan warna dingin...18

Gambar 2.8 Kombinasi warna biru gelap dan abu-abu pucat...19

Gambar 3.1 Peta Pulau Sumba...20

Gambar 3.2 Kain tenun hinggi (kiri) dan lau (kanan)...21

Gambar 3.3 Kegiatan menenun menggunakan ATBM...22

Gambar 3.4 Pembentukan corak melalui teknik ikat...23

Gambar 3.5 Proses pencelupan benang ke dalam pewarna...23

Gambar 3.6 Kain tenun sebagai busana bagi masyarakat Sumba...24

Gambar 3.7 Motif skull tree atau pohon tengorak atau andung...26

Gambar 3.8 Mamuli sebagai anting...26

Gambar 3.9 Motif mamuli pada kain...27

Gambar 3.10 Motif kuda dan ayam...27

Gambar 3.11 Empat tema Resistance...29

Gambar 3.12 Empat subtema dan color chart Refugium ...30

Gambar 4.1 Image board...32

Gambar 4.2 Desain koleksi busana tampak depan...34

(7)

viii Universitas Kristen Maranatha

Gambar 4.4 Tampilan 1...36

Gambar 4.5 Tampilan 2...37

Gambar 4.6 Tampilan 3...38

Gambar 4.7 Tampilan 4...40

Gambar 4.8 Desain motif pertama (kiri) dan kedua (kanan)...41

Gambar 4.9 Sandal...42

Gambar 4.10 Persiapan proses sablon di atas kain...43

Gambar 4.11 Proses membersihkan screen sablon...43

Gambar 4.12 Proses mengeringkan sablon pada kain...44

Gambar 4.13 Kain tenun pertama dan motifnya...45

Gambar 4.14 Kain tenun kedua dan motifnya...46

(8)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Indonesia memiliki beraneka ragam kebudayaan yang terbentang dari Sabang

sampai dengan Merauke. Kebudayaan tersebut tertuang dalam berbagai bentuk, salah

satunya dalam bentuk kain. Terdapat banyak kain tradisional yang menjadi kebanggaan

dan ciri khas setiap daerah di Indonesia. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki

kain tradisional yaitu Sumba dengan tenun ikatnya.

Sumba ialah sebuah pulau yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur,

Indonesia dengan Waingapu sebagai ibukotanya. Daerah Sumba menyimpan banyak

keunikan, salah satunya yaitu tenun ikat yang menjadi kebanggaan masyarakat Sumba.

Kain tradisional tersebut menjadi bagian dari kebudayaan Indonesia yang harus

dilestarikan. Namun seiring berkembangnya zaman, maka salah satu akibatnya budaya

tradisional lambat laun terkikis oleh budaya asing yang lebih modern.

Melalui koleksi “Nuana”, tenun ikat Sumba diangkat dan dikemas dalam bentuk

yang lebih modern bagi pasar masyarakat urban. Nuana yang berarti ikatan (bond)

menjadi pengikat antara unsur tradisional dan unsur modern. Diharapkan melalui

koleksi ready-to-wear deluxe ini dapat mengangkat dan mempopulerkan kain tenun

Sumba.

Pengemasan dalam bentuk modern diwujudkan melalui penggabungan tenun

ikat Sumba sebagai tema utama dengan tema yang diambil dari Trend Forecast

2016/2017 “Resistance”.Tema “Resistance” ini merupakan respon dari perkembangan

pola pikir masyarakat yang berupaya melindungi diri karena kehidupan yang terlalu

didominasi oleh kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi tersebut mempermudah

masuknya berbagai informasi asing yang dapat menimbulkan dampak negatif seperti

(9)

2 Universitas Kristen Maranatha asli dengan kebudayaan baru pun harus dilakukan. Subtema “Artistry” diambil karena

memiliki beberapa keserupaan dengan kebudayaan Sumba.

Dari berbagai inspirasi diatas maka Koleksi Ready-To-Wear Deluxe “Nuana”

ditujukan bagi masyarakat urban, khususnya wanita kalangan menengah ke atas dengan

rentang usia 25-35 tahun yang berkarakter smart, memiliki mobilitas yang tinggi, dan

berwawasan modern namun menghargai budaya lokal. Koleksi busana bersiluet loose

untuk memberikan rasa nyaman bagi pengguna busana. Motif dekoratif khas Sumba

pun diaplikasikan pada busana melalui teknik sablon.

1. 2 Masalah Perancangan

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas di atas, maka masalah

perancangan yang ditemukan yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana mengemas kain tradisional, khususnya tenun ikat Sumba ke dalam

bentuk yang lebih modern tanpa menghapus nilai-nilai dan filosofi aslinya.

2. Bagaimana membuat desain busana Ready-To-Wear Deluxe berbudaya Sumba yang

berkesan modern dan smart bagi masyarakat urban.

3. Bagaimana mempopulerkan kain tenun Sumba melalui koleksi busana

Ready-To-Wear deluxe bagi masyarakat urban.

1.3 Batasan Perancangan

Batasan dibuat untuk menjaga kesatuan dalam sebuah koleksi dan menjadikan

desain busana tepat sasaran. Batasan perancangan dari koleksi ini yaitu sebagai berikut.

1. Tema besar yaitu tenun ikat Sumba yang digabungkan dengan tren Refugium,

subtema Artistry. Motif yang dipakai yaitu motif binatang, motif dekoratif, dan

motif mamuli yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Sumba.

2. Material yang digunakan yaitu kain tenun Sumba dan kain linen untuk mendapatkan

tekstur yang alami yang menyerupai tekstur kain tenun. Siluet busana yang

cenderung lurus, kaku, dan terdapat unsur overlap serta ikatan yang terinspirasi dari

cara pemakaian kain tenun sebagai busana pada masyarakat Sumba. Warna-warna

yang dipakai dalam busana yaitu biru indigo dan warna abu-abu sebagai lambang

(10)

3 Universitas Kristen Maranatha 3. Teknik sablon diterapkan untuk membuat corak-corak pada kain yang

melambangkan motif dekoratif khas Sumba. Berdasarkan riset yang sudah

dilakukan desainer, teknik sablon merupakan teknik yang efisien untuk menerapkan

motif-motif pada kain.

4. Target market yang dituju yaitu wanita berusia 25-35 tahun kalangan menengah ke

atas dengan dengan gaya hidup urban, berkarakter smart, memiliki mobilitas tinggi,

berwawasan modern, dan menghargai kebudayaan lokal.

1. 4 Tujuan Perancangan

Ada pun tujuan perancangan koleksi busana Ready-To-Wear Deluxe yaitu

sebagai berikut.

1. Mengemas kain tradisional, khususnya tenun ikat Sumba ke dalam bentuk yang

lebih modern tanpa menghapus nilai-nilai dan filosofi aslinya

2. Menyediakan busana ready-to-wear deluxe berbudaya Sumba untuk wanita usia

25-35 tahun dengan gaya hidup urban, berkarakter smart, bermobilitas tinggi,

berwawasan modern, dan menghargai kebudayaan lokal.

3. Mempopulerkan kain tenun Sumba di kalangan masyarakat luas, terutama di

(11)

4 Universitas Kristen Maranatha

1.5 Metode Perancangan

(12)

5 Universitas Kristen Maranatha

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini dibagi menjadi lima bab dengan

rincian sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, berisi penjelasan tentang latar belakang perancangan,

masalah perancangan, batasan masalah, tujuan perancangan, metode perancangan, dan

sistematika penulisan.

BAB II Kerangka Teori, berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan desain

dan dapat memperkuat konsep. Teori yang diangkat yaitu teori desain, teori fashion,

teori busana, teori pola jahit, teori reka bahan tekstil, dan teori warna.

BAB III Deskripsi Objek Studi, berisi pembahasan sumber inspirasi secara

mendalam. Dalam laporan ini, yaitu pembahasan tentang tenun ikat Sumba yang

menjadi inspirasi utama perancangan, tren Refugium dengan subtema Artistry, dan

target market.

BAB IV Konsep Perancangan, terbagi menjadi empat bagian yaitu perancangan

umum, perancangan khusus, perancangan detail, dan proses pengerjaan. Bab ini berisi

tentang penjelasan konsep dan image board, ilustrasi busana, serta penjelasan desain

dari setiap busana.

BAB V Penutup, berisi simpulan koleksi busana serta saran yang berguna bagi

berbagai pihak untuk mengembangkan koleksi busana, hingga nantinya dapat

(13)

48 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN & SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan konsep perancangan yang sudah dijelaskan di dalam Bab IV, tujuan

perancangan untuk mengemas kain tradisional, khususnya tenun ikat Sumba ke dalam

bentuk yang lebih modern tanpa menghapus nilai-nilai dan filosofi aslinya sudah

tercapai. Hal tersebut diwujudkan melalui penggunaan tenun ikat Sumba dalam perancangan yang digabungkan dengan tren “Refugium”. Tujuan untuk menyediakan busana ready-to-wear deluxe berbudaya Sumba untuk wanita usia 25-35 tahun dengan

gaya hidup urban, berkarakter smart, bermobilitas tinggi, berwawasan modern, dan

menghargai kebudayaan lokal pun sudah terwujud melalui desain busana.

5.2 Saran

Saran yang diberikan yaitu agar tenun ikat Sumba dapat diolah kembali menjadi

busana atau item fashion lainnya dengan berbagai karakter desain. Hal tersebut

bertujuan agar kain tenun Sumba dapat diterima oleh berbagai macam target market.

Semakin banyak masyarakat yang menggunakan tenun ikat Sumba, semakin lestari pula

keberadaan kain tradisional tersebut sehingga di tengah-tengah era modern ini,

(14)

49 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Adams, Marie Jeanne and Jill Forshee. 1999. Decorative Arts Of Sumba. Amsterdam:

The Pepin Press

Barnard, Malcolm. 1996. Fashion Sebagai Komunikasi. Yogyakarta: JALASUTRA

Gunawan, Belinda. 2012. Kenali Tekstil. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat

Hopkins, John. Fashion Design: The Complete Guide. Switzerland: AVA Publishing

SA

Kuno, Naomi. 2005. Tasteful Color Combinations.

Ramone, Robert. Sumba Forgotten Island.

https://kuacaproduction.wordpress.com/jenis-sablon/ diakses pada 20 Mei 2016 pada

19:17

https://obey2008.wordpress.com/2008/04/01/proses-teknik-sablon/ diakses pada 20 Mei

2016 pada 19:17

http://www.empower-yourself-with-color-psychology.com/color-blue.html/ diakses

Gambar

Gambar 1.1 Metode perancangan Sumber:      Dokumentasi pribadi

Referensi

Dokumen terkait

Bab ini berisikan tentang perancangan database petir, perancangan aplikasi client-server dan perancangan aplikasi web yang akan dibuat untuk tugas akhir ini,

“Perencanaan pajak adalah suatu perencanaan pajak yang dilakukan oleh seorang tax planner untuk Wajib Pajak tertentu baik perorangan, badan atau suatu usaha dengan menerapkan

Total asam pada pengenceran 8.5g/250ml lebih tinggi selain dikarenakan adanya konsentrasi asam karboksilat yang terlarut, kandungan kafein, juga adanya pembentukan

Being interested in the similarities between Invictus and Only the Strong, the writer used this study to analyze the icons in both movies and their meaning from cultural

PERBEDAAN AGGRESSIVE DRIVING PADA SOPIR ANGKUTAN KOTA DITINJAU DARI KLASIFIKASI KAWASAN

Sifat intensif merupakan sifat zat yang tidak bergantung pada jumlah maupun ukuran zat. Sifat intensif dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sifat fisika dan sifat kimia. Sifat

Perasaaan tersebut memang telah terlihat semakin lama semakin menipis dan dapat dibuktikan dari banyaknya masyarakat yang ingin melakukan aksi main hakim sendiri kepada

suatu bangunan atau proyek adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan