• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN USAHA MANDIRI WARGA MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH KUMUH: Penelitian Kualitatif tentang Konsep Diri melalui Pendekatan Pendidikan Luar Sekolah bagi Warga yang Berstatus Urbanisan dan Warga Asli di Kotamadya Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINAAN USAHA MANDIRI WARGA MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI DAERAH KUMUH: Penelitian Kualitatif tentang Konsep Diri melalui Pendekatan Pendidikan Luar Sekolah bagi Warga yang Berstatus Urbanisan dan Warga Asli di Kotamadya Bandung."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

WARGA MASYARAKAT YANG BERMUKIM

DI DAERAH KUMUH

irenelstiari. Kual.tat.f tentang Konsep Din melalui Pendekatan

Pend.dikan Luar Sekolah bag. Warga yang BerstatuV

Urbanisan dan Warga Asli di Kotamadya Bandung)

T E S I S

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Magistor Pendidikan

Bidang Studi Pendidikan Luar Sekolah

Oleh

Drs. SAHARISIR

9 132 346/XXIII/1S

DEp«o?^LN^!iDID1[KAN DAN KEBUDAYAAN

PROGRAM PASCASARJANA IKIP BANDUNG

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Prof. Dr. ffrSudardja Adxwikarta,

MA

NIP. 130056594

PEMBIMBING II

Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah, MA

NIP. 130235105

PEMBIMBING III

Dr. H. ©judju Sudjana,

M.Ed

(3)

Mereka itu ditiapa kehinaan

di

mana

mereka

berada,

kecuali

dengan tali (agama) dari

Allah

dan

tali

(perdamaian)

dari

manusia;...(Q.S Ali Inran, 112)

Kupersembahkan kepada:

X I

Anakku Arif Sazali

Istriku Azizah

(4)

Proses pembelaj aran da].am kegiatan warga

masyarakat V<ang berorientasi kepada keniandirian

ternyata masih merupakan titik lemah clalam upaya

mewujudkan kemampuan berusaha ' secara mandiri,.

Sementara itu meningkatnya aspirasi manusia dan

masyarakat Indonesia yang makin ma j u. mengembangkan

kualitas sumber daya manusia yang maju dan mandiri

da.I am suasana tenteram dan sejahtera, semakin

menan-tang para pembina unt.uk lebih mendinamisasi per an

yang dimiIiki.

B e r t i t i k to 1a k d a r i pe m i. k i ra n i t. u , pe n eliti

mengangkat masalah warqa masyarakat yang beniu.ik.im di

daerah kumuh dalam membina usaha mand i r i ., Pada

dasarnya pemukxman kumuh merupakan produk dari cara hidup dan cara berpikir warqanya yanq menqabaikan

pemuk iman mereka men jadi cemar„ ko tor , dan

menyesakkan yang menqqanggu aspek aspek

kehidupannya.

S e c a r a ko n s e p tu a .1. ,, g e j a j. a i tu d ia s u m s ik a n s e ba q a i

perilaku mi skin informasi yang mengak. ibatkan mereka menq a 1ami kem isk in an ps ikoI aqis ,, konse p „ dan produk

pekerj aannya„

Serfokus pada latar belakang kehidupan dan

konsep

din

warga sebagai

latar empirik,

penelitian

ini be ru p a y a mengga11 pc te n si be1 a j a r d a 1a m k a i i a n

nya dengan pengembangan kemampuan warqa da Iam proses pembelajaran melalui pendek atari pen did ik an luar sekolah,. La tar belakang merupakan potensi linqkunqan

da pat

mendoronq

berjaiannya

program

pendidikan.,

sedangkan

konsep diri

merupakan sikap dan

panel an q an

warqa tentang

potensi dirinya dalam menghadapi

peng

hidupan di pernuk iman kumuh .. Dengan demikian, jelaskah

bahwa pad a hakekatnya pj em bin a an usaha mandiri adalah

su a tu pras es pe m belaja ran un tu k menqe m bang kan ke ma

m••-puan warqa di dalam mendayagunakan potensi linqkun

g a n .

Setelah melalui proses penelitian yanq

menerapkan metode kualitatif dengan teknik studi

kasus,

peneliti menemukan

hal

hal

sebagai

berikut...

Latar

belakang

kehidupan

mencakup

karakteristik„

ke bu tu han po ko k dan po tens i 11ngkung an . Ka ras te ris tik

dan kebutuhan pokok diwarnai oleh perilaku warga yang

secara

fungsional

masih

melekat

kehidupan

miskin

informas i .,

Bemen tara

11u potensi

.1. ing kungan

be 1um

mampu mereka manfaatkan secara optimal dalam

(5)

Tetapi konsep diri warqa belum menun.j ukji-arf kemampuan

dalam mengatasi masaiah karena masih berjuanq

menapak dalam kemampuan menyempurnakan dan

mempertahankan diri . Dengan demikian, konsep) diri

mereka masih labil pada komponen kereayaan dan pendirian,, termasuk dalam membina usaha mandiri.

Menyimak fenomena kehidupan warga masyarakat

daerah kumuh dalam keqiatannya sehari—hari, tampak bahwa pada dasarnya pembmaan usaha mandiri telah

dilakukan di pemukiman itu pada bidang mata

pencaharian, program perbaikan linqkunqan, dan berbagai bentuk penyuluhan dari instansi pemerintah.

Tetapi dalam kenyataannya warga menghadapi berbagai

kendala sehingga belum mampu mandiri. Kendal a d ima k sud me 1i put i sistern permodalan usaha, sa rana

dan f asi 1 i tas , j ang kauan sm-itu program , dan _c.3.ra—car<a

hidup di pemukiman kumuh. Kendala kendala ini menghamba t k e man d i ri an, n a m un me rek a mem i1i k i

potensi. Kemampuan yang masih ada itulah yang

m e n d u k u n g u n t u k d i 11 n d a k 1 a n j u t i „ D i s i n i I a h Ie t a k pentinqnya kegiatan dalam artiart- be 1ajar secara

berlanjut yanq men gun dang peran dari profesi

pendidi--kan luar sekclah.

Secara -garis besar penelitian ini menemukan t ig a rum u s a n pe n ting, y a i tu k o n s e p d i r i „ ke m i s k in a n , dan pembe1 ajaran dalam konteks pendidikan luar

sekolah bagi warqa yang berstatus urbanisan dan warqa asli yang bermukim di daerah kumuh.. Penelitian ini

be rs i fa t k u a 1 i ta t i f n a tu r a 1i. s t i k y a n g be r m a ks u d mencari dan menqungkapkan kekhasan kehidupan warqa.

Hasil penelitian ini dapat ditrasfer untuk

(6)

Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING i

MOTTO i i

KATA PENGANTAR iii

UCAPAN TERIMA KASIH iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR xi

ABSTRAK >:ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang. 1

B. Identifikasi Masalah 15

C. Defenisi Operasional 17

D. Tujuan Penelitian 24

E. Manfaat Penelitian 25

F. Kerangka Pemikiran 26

BAB II UPAYA PLS DALAM MEMBINA WARGA MASYARAKAT

DAERAH KUMUH

A. Konsep Kemiskinan menurut Pendidikan Luar

Sekolah 34

1. Paulo Freire 34

2. Philip H. Coombs 36

3. Soerjono Soekanto 37

(7)

Daerah Kumuh 4o

1. Pemukiman kumuh 41

2. Penghuni pemukiman kumuh

43

3.

Latar belakang kehidupan

46

4.

Konsep diri

54

C. Referensi Kemandirian dalam Pendidikan Luar

Sekolah 64

1.

Dasar yuridis formal

&5

2. Tinjauan Humanistik

^9

3. Asumsi-asumsi tentang Pedagogik dan

Andragogi

74

4. Pembinaan warga berwawasan

kemandirian....

76

5. Kriteria kemandirian 77

D. Membina Warga Masyarakat Daerah Kumuh

81

1. Membina mentalitas warga masyarakat 82

2. Mendayagunakan potensi

belajar di pemukim

an kumuh ?• - 86

3. PeiTiLfelajar an sebayai pi oiti& perubahan

si-kap peri 1aku

^8

BAB III

METODOLOGI, PROSEDUR, DAN TEKNIK PENELITIAN

A. Metode Penelitian

95

1.

Pendekatan terhadap masalah

^5

2. Subjek penelitian

"

a. Sumber informasi lui

b. Kriteria kasus penelitian . l(->6

B. Prosedur Penelitian 108

1. Pembuatan rancanqan penelitian

Ho

2. Pelaksanaan penelitian.

m

3. Pembuatan laporan penelitian

112

C. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data.,

112

1.

Instrumen penelitian

112

2. Teknik pengumpulan data

11-'

3. Analisis data 114

4. Akhir penelitian

H&

(8)

1. Member check 117

2. Trianqulasi 119

3. Audit trail 118

4. Kerahasiaan 118

E. Tempat dan Penjadwalan Waktu Penelitian

119

1. Kelurahan Kebon Jayanti 11°?

2.

Kampung Marqamukti Desa Mengger

119

F. Organisasi Penulisan

121

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 125

1. Kelurahan Kebon Jayanti 126

2.

Kampung Margamukti Desa Mengger

132

B. Gambaran Mata Pencaharian Warga di

Pemukiman Kumuh I--9

1. Mata Pencaharian di bidang usaha 140

2. Mata Pencaharian di bidang j asa 142

3. Mata Pencaharian di bidang kerajinan 143

C. Latar Belakang Kehidupan

144

1. Karakteristik 144

2.

Kebutuhan pokok ...,,

148

3. Potensi lingkungan 158

D.

Deskripsi Konsep Diri

1&4

1.

Kasus pertama (IM).

165

2. Kasus kedua (SU) 171

3. Kasus ketiqa (DAR).... 178

4. Kasus keempat (AS)

184

5. Kasus kelima (ES) 1^1

6. Kasus keenam (EN) 1^8

E. Kebutuhan Belajar Warga di Pemukiman Kumuh.. 205

1. Belajar berkenaan dengan mata

pencaharian

2o6

2. Belajar berkenaan dengan kehidupan

di lingkungan

208

(9)

F. Komponen-komponen PLS di Pemukiman

Kumuh 209

1. Warga urbanisan 209

2. Warga asli 215

BAB V PEMBAHASAN

A. Karesteristik Kasus dalam. Tinjauan Konsep

D i n *:^D

1. Kosenp diri menurut status warga 228

2. Konsep diri masing-masing kasus, o to

3. Makna konsep diri kasus 237

B. Perilaku Miskin Informasi dilihat dari Latar

Belakang Kehidupan dan Konsep Diri 240

1. Karesteristik '„ 241

2 . Kebutuhan pokok 243

3. Potensi lingkungan 248

4. Makna kemiskinan informasi 249

C. Pembelajaran dalam Pembinaan Usaha Mandiri.. 254

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 260

1. Latar belakang kehidupan 260

2 . Konsep diri 264

3. Kegiatan belajar dan hambatan 270

4. Hasil atau pengaruh kegiatan belajar di

pemukiman kumuh 271

5. Kegiatan yang perlu ditindakIanjuti 272

B. Rekomendasi - 273

1. Penangguianqan kemiskinan informasi 273

2. Pembelajaran 275

3. Penelitian lanjutan 277

DAFTAR PUSTAKA 279

(10)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampai

saat ini masalah perkotaan yang

Bering

diartikan

sebagai

masalah migrasi

ke

kota

dengan

dampak sosial

ekonominya seperti pemukiman kumuh

dan

padat,

kemelaratan,

pengangguran,

kriminalitas,

dan

ketidakseimbangan kualitas kehidupan kota.

Pemukiman

kumuh merupakan salah satu ciri kemiskinan di

perkotaan

yang

dianggap

sebagai

masalah

adalah

ketidakmampuan

warganya menyerap

informasi,

menata

hidup produktif, dan mensejahterakan feluarga.

Pengertian

"kumuh"

masih

banyak

tafsiran,

karena sudut pandangan (disiplin ilmu) yang

berbeda.

Namun apabila datang ke suatu daerah dalam keadaan

suasana kumuh mudah diamati dan rasakan. Hal ini

karena ketidakwajaran atau kurangnya kelayakan

fasi-litas lmgkungan hidup manusia yang manusiawi ,

yaitu

dalam

memenuhi syarat kesehatan,

pendidikan,

gizi,

dan

perumahan.

Indikator tersebut

dipakai

sebagai

penentu, yaitu sebagai perilaku manusia hunian daerah

kumuh itu (Bohar Soeharto, 1993:1). Hal ini berarti

bahwa kehidupan kumuh itu dapat diamati dari perilaku

cara hidup dan berpikir warganya.

(11)

lapisan

sosial paling rendah. Mereka

adalah

orang-orang

miskin

yang

tertinggal dalam segala segi

kehi

dupan

oleh

orang-orang

lain

yang

berdomisili

di

daerah

yang

lebih

baik.

Tingkat

pendidikan

sekolah

mereka pada umumnya rendah,

bahkan

banyak

yang

tidak

pernah mengenyam sama sekali, sehingga aset informasi

yang mereka miliki juga rendah. Jadi daerah kumuh itu

merupakan produk dari manusia yang miskin informasi.

Kemiskinan dapat dilihat dari berbagai disiplin

ilmu,

seperti

ekonomi,

psikologi,

dan

pendidikan.

Para ekonom memandang kemiskinan sebagai

ketidakmam-puan

individu memenuhi kebutuhan hidup

yang

w*jc<r.

Ahli

psikologi meniliknya dari segi rendahnya

harga

diri

dan

motivasi.

Sedangkan dari

segi

pendidikan

melihat kemiskinan

pada individu dari perilaku,

yaitu

terbatas wawasannya. Selaku pendidik, kita memahami

bahwa

perilaku

miskin adalah perbuatan manusia

yang

ditandai oleh hasil kerjanya yang rendah. Manusia

memiliki

potensi dapat dididik dan berkembang,

yaitu

dari ketidakmampuan menjadi berkemampuan ialah manu

sia yang mempunyai informasi yang tingggi. Pendapatan

yang rendah yang dialami oleh orang-orang miskin

adalah akibat dari potensi yang rendah atau

keterbatasan

informasi. Misalnya, orang bodoh

hanya

(12)

memiliki banyak informasi, maka ia dapat bekerja

dengan hasil yang tinggi. Orang yang memiliki

informasi yang sederhana atau rendah hanya dapat

menjadikan selembar alumunium menjadi alat-alat dapur

perlengkapan memasak, tetapi orang yang memiliki

informasi kompleks dan tinggi dapat menjadikan

selembar alumunium dan menggunakannya sebagai

kelengkapan pada sayap pesawat terbang. Di sini kita

dapat berestimasi bahwa karena informasi yang

rendahlah orang miskin itu bekerja dengan hasil yang

tidak bermutu. Oleh sebab itu informasi atau

pengetahuan yang dimiliki oleh manusia melalui

belajar di setiap kesempatan yang ia lakukan adalah

merupakan upaya mengatasi kebodohan, keter—

belakangan, dan kemiskinan. Jadi kemisikinan dapat

dilihat dari rendahnya aset informasi baik Becara

kuantitas maupun kualitasnya, sehingga belajar

sebagai upaya merubah pikiran yang menyentuh

pengetahuan, sikap dan ketrerampiIan. Orang miskin

itu terbelenggu, yang membelenggunya bukanlah

masyarakat tetapi adalah pikirannya. Dengan perkataan

lain, masyarkat tidak membelenggu individu, melainkan

orang-orang miskin itulah yang membelenggu dirinya.

Gejala ini terlihat dari perilaku warga masyarakat

(13)

pengetahuan yang mereka miliki.

Situasi yang digambarkan itu merupakan sisi

lain dari keberhasilan pembangunan yang membawa

masyarakat dan bangsa kita kearah kemajuan yang cukup

berarti. Dengan demikian, situasi tadi merupakan

masalah dan tantangan yang harus diberi prioritas

dalam menanganinya. Selain sebagai indikator tentang

belum meratanya hasil pembangunan, hal itu juga dapat

menimbulkan keresahan yang mengganggu kelangsungan

pembangunan.

Garis-garis Besar Haitian Negara 1993-1998

merumuskan prioritas pembangunan lima tahun keenam

adalah pada sektor-sektor di bidang ekonomi dengan

keterkaitan antara industri dan pertanian serta

bidang pembangunan lainnya dan peningkatan

kualitas-sumber daya manusia. Oleh sebab itu arah Pembangunan

Jangka Panjang Kedua (PJP II) sebagai tantangan yang

harus dihadapi oleh masyarakat Indonesia, antara lain

"untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat

Indonesia agar makin maju, mandiri dan sejahtera

berdasarkan Pancasila" (GBHN, 1993:24).

Manusia dan kemandiriannya merupakan kekuatan

utama pembangunan yang telah menjadi tuntutan hati

nurani bangsa. Oleh karena itu, kekuatan dan

(14)

menjadi

sasaran

pembangunan pada

berbagi

bidang.

Pembangunan

masyarakat pada hakekatnya adalah

usaha

meningkatkan

kemampuan manusia, agar

dapat

memper-baiki

tingkat

kesejahteraan

hidupnya.

Santoso

S.

Hamijoyo

(1970)

mengemukakan

bahwa

"Pembangunan

masyarakat adalah usaha meletakkan dasar dan

situasi

yang

memungkinkan

tumbuhnya

kemampuan

masyarakat

untuk

meningkatkan

kondisi sosial ekonomi

ke

arah

yang lebih baik". Hal ini mengisyaratkan

bahwa

dalam

pelaksanaan

pembangunan perlu ditumbuhkan

prasyarat

mental

pembangunan, yaitu alam pikiran,

sikap,

dan

cara-cara

hidup

yang mengunturtgkan

bagi

tumbuhnya

kemauan,

inisiatif, swadaya, dan

kemandirian

untuk

memecahkan

masalah dan memahami kebutuhan

hidupnya.

Dalam

kerangka

inilah

sumberdaya

insani

bangsa

Indonesia

dikembangkan dan

ditumbuhsuburkan

kemam-puannya.

Sebagai negara yang sedang berkembang dan

akan

memasuki

era

industrialisasi,

Indonesia

masih

berhadapan

dengan

masalah

sosial

di

antaranya

kebodohan,

keterbelakangan dan kemiskinan. Masyarakat

miskin,

selain tersebar di pedesaan

juga

merupakan

bagian dari masyarakat "kota". Sehubungan dengan itu,

D.

Sudjana

(1991:202-203)

mengemukakan

rincian

(15)

Seluruh

penduduk miskin yang tinggal di

kota-kota

di negara sedang berkembang

sekitar

320

juta. Lebih dari sepertiganya tinggal di daerah

kumuh. Di kota-kota kecil jumlah penduduk

yang

tinggal

di

daerah

kumuh

itu

sekitar

15-20

persen.

Di

kota-kota

besar

seperti

Rio

de

Janeiro,

Karachi,

Calcuta, Laqon

dan

Manila

jumlah mereka sekitar 20-30 persen. Bank

Dunia

(1979)

memproyeksikan bahwa penduduk miskin

di

kota-kota di negara yanq sedang berkembang akan

meningkat menjadi satu milyar. Artinya,

jumlah

penduduk

miskin pada tahun 1975 meningkat

dua

setengah kali jumlah penduduk miskin pada tahun

1950.

Demikian

halnya

dengan masyarakat

miskin

di

Indonesia

yang jumlahnya mencapai 27 juta atau

15,8

persen

dari populasi (Pidato Presiden Soeharto

pada

pelantikan Kabinet Pembangunan VI tahun 1993). Mereka

yang

hidup di perkotdan terdesak ke

pinggiran

kota

menempati

kawasan

pemukiman kumuh dan

secara

utuh

melanda

kehidupan serta terhambat untuk

berkembang.

Penyebab

utama jumlah penduduk miskin

di

perkotaan

adalah

lajunya

arus urbanisasi di

samping

tingkat

kelahiran atau pertumbuhan penduduk

secara

alami yang

masih

cukup tinggi di perkotaan.

Warga

masyarakat

yang

bermukim

di

daerah

kumuh

sebagai

indikasi

pertambahan

penduduk

yang

merupakan

masalah

yang

sudah

berlangsung

sejak

lama

dan

belum

dapat

dibendung serta ditanggulangi secara meluas

sehingga

tumbuh

perkampungan

di kota yang kotor

dan

kurang

sehat.

Nursid

Sutaatmadja

(1988:196)

mengemukakan

(16)

seperti berikut ini.

Pertumbuhan demografi penduduk kota baik dari

kelahiran maupun yang berasal dari

perpindahan

penduduk daerah pedesan, merupakan masalah yang

sangat

unik.

Khusus

mengenai

pemukimannya,

terutama di bagian

kota yang jorok (slum) makin

menjadi bertambah kotor,

tidak sehat dan

menye-sakkan.

Semakin

memburuknya kondisi kawasan

pemukiman

kumuh baik terhadap warganya maupun masyarakat

kota,

maka

semakin

menjadi

perhatian

dalam

pembangunan

nasional.

Sejak

beberapa

tahun

belakangan

ini,

pemerintah,

masyarakat, dan warganya terus

berupaya

menangani pemukiman kumuh yang dapat diketahui dari

beberapa Mass Media Ibukota dan Daerah. Harian Pelita

tanggal

26 Oktober 1992

mempublikasikan

pernyataan

pemerintah ketika peresmian rumah susun di Pukenden

Semarang, sebagai berikut:

Presiden Soeharto minta agar Pemerintah

Daerah

di

semua kota besar dan kota

lainnya

berdaya

upaya sekuat tenaga untuk meremajakan

pemukiman

kumuh yang merupakan sal ah satu ciri kemiskinan

di kota. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan

membangun rumah susun.

Upaya

meremajakan

pemukiman

kumuh

merupakan

kegiatan rehabilitasi yang telah dilakukan secara

periodik

oleh

pemerintah bersama

masyarakat

dalam

skala

nasional.

Untuk kepentingan warga

masyarakat

ini, maka pada waktu pencanangan Rehabilitasi Sosial

Daerah

Kumuh (RSDK) dalam rangka

memperingati

Hari

(17)

Desember 1992 di Kampung Nelayan Muara Angke

Jakarta

Utara,

Presiden

Soeharto menegaskan

kembali

upaya

pemerintah seperti berikut ini:

Pemerintah memang mempunyai rencana

menghapus-kan daerah kumuh. Tapi kalau penghuninya

tidak

mau, ya rencana pemerintah itu tidak bisa

di-laksanakan,

..., upaya

menghapus

kemelaratan

dan

kebodohan

serta

keterbelakangan

harus

dilaksanakan

oleh semua pihak baik yang

mampu

maupun

kelompok tidak mampu.

Penghuni

daerah

kumuh

harus berpartisipasi dalam program

ini.

Keterbelakangan,

kebodohan

serta

kemelaratan

merupakan

musuh

utama

pembangunan

(Harian

Kompas,

21 Desember 1992).

Di

samping itu pentingnya diperhatikan

ajakan

Menteri Sosial kepada Gubernur Riau untuk

"Prioritas

Daerah

Kumuh

dan Miskin" guna menyongsong

PJPT

II

yang disampaikan beliau pada tanggal

2"5

Februari 1993

waktu

peresmian Kantor Departemen

Sosial

Kotamadya

Batam

di Sekupang Batam. Lebih lanjut ajakan

beliau

difokuskan pada dua aspek berikut:

"... yang perlu kita tangani agar bisa mencapai

PJPT

II

adalah mengurangi daerah

kumuh

yang

memang*dicanangkan oleh Bapak Presiden sendiri,

dan yang kedua menghilangkan kemiskinan"...

Namun

kemiskinan lanjut menteri,

bukan

satu-satunya

yang dihadapi Indonesia.

Masalah

lain

merupakan

rembesnya

adalah

kebodohan.

Kedua

penyakit masyarakat ini tidak dapat terpisahkan

satu

dengan

lainnya.

Ini

karena

kedua

hal

tersebut

merupakan

hubungan

sebab

akibat.

Kemiskinan

bisa

menjadi

penyebab

kebodohan,

begitu

juga sebaliknya (Harian Pagi Riau

Pos,

26 pebruari 1993).

Pernyataan-pernyataan

mengenai

penanganan

daerah

kumuh

tersebut

menunjukan

bahwa

pembinaan

(18)

daerah kumuh mendapat perhatian dan sentuhan semua

pihak dengan maksud untuk disadari oleh warganya.

Indikasi

kehidupan yang

menggambarkan

daerah

kumuh

seperti diuraikan di atas dapat

diamati

pada

beberapa lokasi pemukiman di perkotaan. Di

Kotamadya

Bandung,

daerah

kumuh terdapat di

beberapa

lokasi

pemukiman seperti di Kelurahan

Kebon Jayanti

Kecama-tan Kiaracondong. Warga di pemukiman ini masih ada

yang menempati rumah yang padat berdesak-desak dan

ada pula yang membuat rumah di sebelah jalan

pinggi-ran

rel kereta api dan pasar tradisional yang

padat

penduduknya.

Mereka

bekerja sebagai <" penjual

jasa,

pengrajin, pemulung, dan pedagang asongan yang

diusa-hakan

secara

musiman. Sebagian lain warga

masyarakat

daerah kumuh menempati rumah di lokasi penggir

jalan

tol Padalarang Cileunyi, yaitu desa Mengger Kecamatan

Bandung

Kidul.

Mereka hidup di

suatu

perkampungan

sawah

dengan

perumahan yang padat di pinggiran

kota

yang

dimekarkan ke dalam Daerah

Kotamadya

Bandung

sejak

tahun

1989 (PP No.

16 Tahun 1987).

Warga

di

pemukiman ini hidup dengan mata pencaharian beternak,

pedagang

asongan,

petani,

buruh

tani,

yang

mana

mereka lakukan secara musiman yang ditentukan bila

adanya

suatu

kesempatan baik. Namun ada

pula

yang

(19)

jaminan

hidup.

Ini juga sebagai bukti bahwa

kondisi

lingkungan

pemukiman kumuh tersebut telah

mengalami

perbaikan

melalui

upaya

rehabilitasi,

sehingga

w a

rganya

dapat

bermukim secara menetap

dan

enggan

untuk

berpindah

kepemukiman lain yang

belum

pasti

lapangan mata pencaharianya.

Rehabilitasi

Sosial Daerah Kumuh

(RSDK)

yang

pemerintah

lakukan

bersama

masyarakat

dan

warga

daerah kumuh itu sejak beberapa tahun belakangan

ini

adalah

salah

satu

upaya

dan

perbaikan

kondisi

lingkungan

pemukiman. Perbaikan atau pemulihan

yang

bersifat

fisik

dan

non

fisik

itu

semestinya

ditindaklanjuti.

Ini juga merupakan indiksasi

bahwa

kelangsungan pembinaan warga masyarakat daerah

kumuh

itu

masih tergantung kepada kemauan dan

kesanggupan

mereka.

Dalam

hal

ini

tampak,

bahwa

belum

ada

kesanggupan

warga untuk berusaha secara optimal.

Di

sisi * lain

bahwa rehabilitasi

sosial

daerah

kumuh

adalah untuk menciptakan perbaikan status sosial

ekonomi

ternyata

masih

belum

mampu

dipahami

dan

dilaksanakan

oleh warganya.

Tentunya,

bila

hal

ini

dibiarkan berlarut-larut dan belum adanya

penanganan

secara

khusus,

maka akan sulitlah

warga

masyarkat

daerah

kumuh

itu mengembangkan dirinya

dan

keluar

dari kehidupan kumuh itu.

(20)

dan

merupakan

sub sistem

dalam

sistem

pendidikan

nasional

mampu member! peluang lebih

besar

melalui

upaya

menggali

potensi

belajar

dan

membelajarkan

warga

masyarkat yang

bermukim di daerah kumuh

untuk

member!kan

kesempatan

kepada

mereka

guna

mengembanqkan kemampuan baik pada aspek

pengetahuan,

sikap,

dan

keterampilan

untuk dapat

keluar

dari

kehidupan kumuh itu. Salah satu masalah penting dalam

penyelenggaraan pendidikan luar sekolah adalah

upaya

menarik

perhatian

dan melibatkan

warga

masyarakat

miskin. Mereka kurang memahami kebutuhannya

terhadap

pendidikan

untuk

memperbaiki

kehidupan

dan

belum

menyadari kemiskinannya. OleF, karena itu, D.

Sudjana

(1991:109)

berpendapat bahwa:

Untuk

menarik perhatian penduduk

miskin

agar

mengikuti pendidikan luar sekolah, maka program

pendidikan

harus menyentuh nilai ekonomi

yang

dapat segera mengahasi1kan atau hasilnya

dapat

langsung digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut

konsep

pendekatan

pendidikan

luar

sekolah

tentang

warga masyarakat

miskin

dikaitkan

dengan

belajar ialah bahwa belajar dalam

pendidikan

luar

sekolah

tidak diartikan secara

sempit,

yaitu

menerima informasi dan memperoleh keterampilan

saja,

akan

tetapi

belajar diartikan sebagai

suatu

upaya

yang dapat dilakukan di setiap kesempatan mencari dan

mengembangkan

kemampuan

seseorang

atau

kelompok

(21)

produktif.

Kegiatan

belajar

dalam

pendidikan

luar

sekolah antara lain meliputi hubungan sosial, belajar

untuk

berusaha dalam mata pencaharian,

adat istiadat,

dan norma yang terus berkembang dalam masyarakat.

Pembinaan usaha mandiri merupakan salah satu

proses membelajarkan warga dan menjadi komitmen dalam

pendidikan

luar sekolah untuk dapat mengangkat harkat

dan martabat warga masyarakat yang

bermukim di daerah

kumuh

itu.

Dalam

hal

ini,

bahwa

pembinaan

akan

mencakup

kemampuan berpengetahuan,

perubahan

sikap

prilaku,

berprestasi,

dan

hidup

bermasyarakat

sehingga hidupnya lebih sejahtera. Makna kemandirian

bukanlah dalam artian sempit yaitu "berditi di aids

kaki sendiri" dengan asumsi

kemampuan diri adalah dia

atas segala-galanya tanpa memperdulikan bantuan orang

lain. Namun sesungguhnya makna esensi yang terkandung

dalam

pengertian

kemadirian

adalah

kemampuan

pengoptimalisasian diri atas bantuan orang lain.

Dengan perkataan lain, kemandirian dalam kebersamaan

Orang

yang

mandiri

memiliki

tali

hubungan

atau

ketergantungan yang wajar dengan sesama manusia dan

tidak memisahkan dirx dari agama (Allah),

(Surat

Ali

Imran,

112). Dalam konteks pendidikan

luar

sekolah,

kemandirian

yang

dimaksud adalah

berkenaan

dengan

tanggung

jawab

belajar orang dewasa

sebagai

warga

(22)

Konsep

ini

menganut

pandangan

Stephen

Brookfield

(1983:27)

disebut

"Independence

learning"

yaitu

belajar mandiri. Misalnya belajar dengan kemauan

dan

kesadaran

sendiri

untuk

mengatasi

kelangkaan

informasi

yang

menunjang

ekonomi

produktif

dalam

upaya memenuhi kebutuhan hidup. Pembinaan dalam

usaha

mandiri

dimaksud

adalah

berkenaan

dengan

pekerjaan

sehari-hari

yang

bersifat

rutin,

model

usaha

menurut

kemampuan

dan potensi

yang

ada

di

sekitar

lingkungan

termasuk pula pengadaan bahan baku

olahan,

jenis

lingkungan

termasuk

pula

pengadaan

bahan

baku olahan, jenis atau bidang

usaha

menurut

keterampilan

dan

kebutuhan

warga

serta

mencari

pemasaran. Semua segi belajar tersebut dilakukan oleh

warga masyarakat yang bermukim di daerah kumuh atas

dasar tanggung jawab, inisiatif,

tanpa

batas

ikatan

usia, dan kebersamaan

dengan orang lain.

Ini berarti

bahwa pemecahannya "memanusiakan manusia" melalui

pertumbuhan potensi dirinya sendiri. Apabila

potensi

belajar

tersebut

di atas

dapat

ditumbuhkembangkan

secara

fungsional dan proporsional, maka akan

dapat

mengentaskan mereka secara sendirinya dari kemiskinan

dan

kekumuhan.

Menumbuhkembangkan

kualitas

manusia

dalam

arti

pengetahuan,

sikap,

keterampilan,

dan

aspirasi

melalui pembinaan merupakan tujuan

politik

(23)

Karena

mereka

dapat

berkemampuan,

pengetahuan,

prestasi dan hidup wajar.

Dalam hal ini peneliti tergugah untuk

melakukan

penelitian

berdasarkan

eviden-eviden

ilmiah

yang

mampu mengungkapkan realitas ganda dalam menemukan

fenomena-fenomena sebagai tambahan jalur

penanganan

pendidikan

warga masyarakat yang

bermukim di

daerah

kumuh yang

secara

rasional bermakna khusus dan

dapat

mengembangkan pola-pola yang memenuhi kebenaran

ilmiah.

Membina

warga masyarakat

dalam

pendidikan

luar

sekolah berarti pengembangan kemampuan

melalui

jalur belajar yang araat mereka perlukan bagi

membuka

wawasan

dan usaha yang m^nunjang

ekonomi

produktif

dan

menjadi perilaku hidupnya sehari-hari.

Misalnya

mereka bergerak di bidang jasa dan kerajinan atau

usaha yang

lain yang dikembangkan dari potensi daerah

kumuh

itu.

Hal ini sebagai suatu

antisipasi

bahwa

dalam

pembinaan masyarakat yang

bermukim

di

daerah

kumuh

itu

tidak

dapat

dilakukan

secara

seragam,

artinya tidak dilakukan dengan cara-cara persis

sama

untuk mencapai suatu tujuan.

Penelitian ini bermaksud mengidentifikasi

latar

belakang

kehidupan dan konsep diri warga

masyarakat

yang

bermukim di daerah kumuh.

Dari

penelitian

ini

diharapkan adanya penemuan-penemuan baru dalam

(24)

usaha

mandiri. Melalui pembinaan akan

dapat

tumbuh

sendiri usaha mandiri di bidang mata pencaharian yang

digunakan

bagi

penghidupan

warga

dan

berpengaruh

positif terhadap aspek kehidupan yang

lainnya.

B. Identifikasi Masalah

Lajunya

arus

urbanisasi

dan

pertumbuhan

penduduk

secara

alami yang cukup

tinggi

merupakan

faktor

utama ledekan penduduk di kota. Mereka

hidup

di

bawah garis kemiskinan terdesak ke pingiran

kota

dan

menempati

pemukiman

kumuh

adalah

merupakan

masalah

yang sudah lama berlangsung dan belum

dapat

dibendung

apalagi

penanganannya

secara

luas

dan

tuntas.

Gambaran seperti itu tampak di lokasi pemukiman

kumuh yang dihuni oleh warga yang

berstatus urbanisan

dan

warga

asli di Kotamadya Bandung.

Mereka

hidup

dalam

kemiskinan,

yaitu

kurang

pengetahuan

dan

informasi, rendah harga diri dan motivasi serta

ketidakmampuan memenuhi motivasi serta

ketidakmampuan

memenuhi kebutuhan hidup yang

wajar.

Hal ini disebabkan karena mereka belum memahami

cara-cara

menemukan kebutuhan sekalipun mereka

hidup

di

kota dan masih berusia produktif.

(25)

secara umum tata kehidupan sosial warga di

pemukiman

tersebut

di atas masih relatif jauh tertinggal

baik

ditinjau

dari

segi pendidikan,

keamanan,

ekonomi,

kesehatan maupun kondisi sosial

budaya. Tata

kehidu

pan di pemukiman kumuh tersebut perlu mendapat perha

tian

dalam penataanya agar terwujud

perubahan

yanq

positif

baik

untuk

warga

dimaksud

maupun

untuk

kehidupan

yang lainnya serta untuk terciptanya

rasa

kesadaran

dan

tanggung jawab sosial

terutama

bagi

terpenuhinya

kesejahteraan sebagai sasaran

pelaksa-naan pembangunan pada umumnya.

Dari

keadaan yang tergambar

mengenai

kondisi

masyarakat

yang

bermukim di daerah kumuh

itu

baik

warga

yang

berstatus urbanisan maupun

warga

asli,

s

maka dalam pembinaan pendidikan luar sekolah

memperhatikan

pengembangan konsep diri.

Konsep

diri

merupakan

salah

satu

komponen

yang

penting

dan

strategis

dalam proses membelajarkan, karena

konsep

diri

diartikan

sebagai sikap

dan

pandangan

warga

tentang

potensi

dirinya

yang

melandasi

kemampuan

hidup dan pemecahan masalahnya untuk menuju usaha

mandiri. Belajar dalam pendidikan luar sekolah

sangat

penting

memperhatikan

kebutuhan

warga

belajardan

konsep

diri

merupakan salah

satu

unsur

dalam belajar orang dewasa (Knowles,

1980:43).Dengan

(26)

keberhasilan pendidikan orang dewasa.

Oleh

sebab

itu fokus

masalah

yang

diteliti

yakni sebagai berikut. " Bagaimana kegiatan pembinaan

yang

dilakukan di daerah kumuh dalam

membina

usaha

mandiri?"

Sehubungan

dengan

fokus

masalah

tentang

kegiatan

pembinaan

yang dilakukan di

daerah

kumuh

dalam

membina

usaha mandiri, baik bagi

warga

yang

berstatus urbanisan maupun warga asli, maka perincian

fokus masalah,

yakni sebagai

berikut.

1. Apa yang melatarbelakangi kehidupan mereka?

2. Bagaimana konsep diri mereka terhadap

penghidupan

di pemukiman itu?

3. Bagaimana

kegiatan

belajar

dan

hambatan

yang

mereka alami dalam membina usaha mandiri?

4. Bagaimana hasil atau pengaruh yang mereka capai?

5. Adakah

kegiatan

pembinaan

yang

harus

di-tindaklanjuti?

C. Definisi Operasional.

Dalam penulisan tesis ini dikemukakan definisi

operasional

untuk

menunjukkan

sistem

pola

yanq

diamati

sehingga

mempermudah

pemahaman

terhadap

masalah yang diteliti, yakni sebagai berikut.

1. Pembinaan

(27)

pembelajaran

yang

dilakukan

oleh

' keluarga,

masyarakat,

dan

pemerintah yang

bertujuan

untuk

menambah

pengetahuan dan kecakapan yang

ada

dan

dibutuhkan

warga

dalam

melaksanakan

mata

pencahariannya

sehingga tugasnya berjalan

secara

efektif.

Dalam hal ini D. Sudjana (1992:157)

memberi

arti

pembinaan ialah " sebagai

upaya

memelihara

dan membawa suatu keadaan yang seharusnya

terjadi

atau

menjaga

keadaan

sebagaimana

aslinya

".

Definisi

lain

yang bertitik

tolak

dari

proses

belajar

dikemukakan

oleh

A.

Mangunhardjana

(1989:12) bahwa pembinaan adalah :

Suatu proses belajar dengan melepaskan

hal-hal

yang

sudah

dimiliki

dan

mempelajari

hal-hal

yang

baru

yang

belum

dimiliki,

dengan

tujuan

membantu

orang

yang

men-jalaninya, untuk membetulkan dan

mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang

sudah ada serta mendapatkan pengetahuan

dan

kecakapan

baru untuk mencapai tujuan

hidup

dan

kerja,

yang

sedang

dijalani,

secara

lebih efektif.

William

B. Castetter (1981:312)

menegaskan

arti

pembinaan

dalam

konteks

pengembangan

kemampuan individu, yakni sebagai

berikut.

Development includes all aktivities

designed to increase and individual's

ability

to

perform

assignments

efectively, whatever the role and whatever

the level at which

they

are

performed.

Definisi

ini menunjukkan

bahwa

pembinaan

(28)

meningkatkan

kemampuan individu agar

menampilkan

keefektifannya

dalam

menjalankan

tugas,

dapat

berperilaku sesuai dengan tuntutan peran.

Jadi,

pembinaan

dalam

pendidikan

luar

sekolah

bermaksud membawa warga

belajar

menjadi

pribadi yang mampu mengembangkan din dengan jalan

menambah

pengalaman

sehingga

mereka

dapat

meningkatkan perannya.

2. Usaha Mandiri

Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan usaha

mandiri

ialah kegiatan yang dilakukan oleh

warga

dengan

sengaja

atas kemauan sendiri

dan

dengan

kebersamaan

dengan

orang

lain

dalam

bidang

pekerjaan atau mata pencahariannya sehari-hari.

Sebagaimana

yang

dinyatakan

dalam

Kamus

Besar

Bahasa

Indonesia

(KBBI,

1988:997)

usaha

adalah

"

Kegiatan

dengan

mengarahkan

tenaga,

pikiran

atau badan untuk suatu

maksud".

MancLiri

ialah

"keadaan

dapat

berdiri

sendiri"

(KBBI,

1983:555) .

Berdasarkan

pandangan

tersebut

di

atas,

pembinaan

usaha

mandiri

ialah

setiap

proses

kegiatan

pembelajaran untuk menambah

pengetahuan

dan

kecakapan

yang

telah

dimiliki

baik

yang

dilakukan

oleh

warga atas kemauan

dan

tanggung

(29)

dilakukan oleh para pembina dari

instansi-instansi

pemerintah dan organisasi sosial. Proses

keqiatan

dimaksud

berkenaan

dengan

pekerjaan

atau

mata

pencaharian warga sehari-hari yang digunakan untuk

meningkatkan

kemampuan, keterampilan, dan

kerja

sehingga

peranan,

pendapatan

warga

dan

taraf

hidupnya lebih meningkat dari sebelumnya.

3. Warga masyarakat daerah kumuh

Warga masyarakat daerah kumuh ialah

anggota

masyarakat

yang

bermukim

di

suatu

kawasan

pemukiman

yang

mana lokasi

lingkungan

fisiknya

terdesak

ke

pingiran kota,

kotor

atau

cemar.

Objek penelitian mi ialah perilaku ^behavioral

of

the

people), yaitu

cara

hidup dan

cara

berfikir

dari

warga

yang kumuh pikiran

(KBBI,

1988:475)

karena mereka mengabaikan 1ingkungannya.

Juppenlatz

(1970)

mendefinisikan

kawasan

kumuh (slum

area)

adalah " suatu kawasan pemukiman

di mana penduduk hidup dalam kemelaratan,

miskin,

dan

kotor

yang

terjadi

karena

memburuknya

lingkungan

akibat diabaikan pemiliknya "

(Binsar

PH. Naipospos, 1989:22). Definisi ini

menunjukkan

istilah

"memburuknya lingkungan akibat

diabaikan

pemiliknya". Hal ini berarti bahwa pemukiman kumuh

itu

bersumber dari cara berpikir dan

cara

hidup

(30)

wawasan sehingga pemukiman mereka tidak menjadi

kepedulian dan tampak tidak layak huni.

4. Status urbanisan dan asli

Status urbanisan dan asli menunjukkan asal

usul tempat tinggal warga yang bermukin di daerah

kumuh. Status adalah " keadaan atau kedudukan

(orang,

badan,

dsb)

dalam

hubungan

dengan

masyarakat di sekeli1ingnya (KBBI, 1989:858).

Istilah urbanisan merujuk pada kata urban dan

urbanisasi yang dalam khasanah tata bahasa

Indonesia, istilah urban sebagai kata dasar dari

urbanisasi, sedangkan urbanisan dan urbanisasi

sebagai kata benda. Urban berarti kota, urbanisasi

adalah proses perpindahan warga dari desa ke kota,

dan urbanisan berarti orang

pendatang.

Jadi

berkenaan dengan warga

yang

diteliti

ialah warga masyarakat yang bermukin di daerah

f

kumuh

dalam

. kedudukannya

sebagai

perfdatang

(urbanisan) ialah warga yang berasal dari luar

kota

dan kini menetap di Kelurahan Kebon Jayanti.

Sedangkan warga asli ialah anggota masyarakat yang

lahir

dan

menetap

di

Kampung

Margamukti

Desa

Mengger,

yang

secara turun-temurun

sejak

orang

tuanya menempati lokasi pemukiman kumuh itu.

5. Konsep diri

(31)

sebagai sikap dan pandangan individu tentang

potensi dirinya yang berubah secara dinamis selama

hidup. Komponen-komponen konsep diri dimaksud

mencakup sikap dan pandangan terhadap diri,

cara-cara bereaksi terhadap diri, kepercayaan dan

pendirian yang keseluruhannya merupakan identitas

diri warga yang diteliti.

Konsep diri berasal dari kata bahasa Inggris

"self-concept" adalah "seluruhan sikap, penilaian,

dan norma-norma seseorang dalam hubungan dengan

tingkah laku, dan kualitasnya sebagai manusia"

(Ensiklopedi Indonesia, 1989:1856). Clara R.

Pudj ijogyanti , 19Qi;23) mendef inisi kan bahwa

"konsep diri merupakan sikap dan pandangan

individu terhadap seluruh kedaan dirinya. Menurut

Symond (Sumadi Suryabrata, 1990:292) self-concept

adalah "cara-cara bagaimana seseorang bereaksi

terhadap dirinya sendiri". Menurut Stuart dan

Sundeen (1991), dikutip oleh Budi Anna Keliat

(1992:2) mengemukakan bahwa "konsep diri adalah

semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan

iTiempengaruhi individu dalam hubungannya dengan

orang lain". Susan M. Robertson (1991:406)

mendefinisikan konsep diri ialah seperti berikut:

(32)

adalah pandangan tentang diri yang berubah secara

dinamis selama hidup.

6. Pendidikan luar sekolah

Dalam bidang pendidikan dan kebudayaan,

pendidikan luar sekolah merupakan sub sistem dalam

sistem pendidikan nasional. Pendidikan luar

sekolah ialah setiap usaha pelayanan pendidikan

yanq dilakukan dengan sengaja di luar sistem

sekolah untuk. mengaktual isasi potensi diri dan

seseorang dapat mengembangkan poengetahuan, sikap

dan nilai-nil,ai sehingga mampu meningkatkan taraf

hidup dan berpartisipasi dalam masyarakat.

Dalam penelitian ini, pendidikan luar

sekolah merupakan suatu pendekatan. Artinya, di

dalam melihat atau memotret fenomena di lapangan,

peneliti menggunakan konsep-konsep hubungan

fungsional antara komponen—komponen pendidikan

luar sekolah sebagai suatu sistem.

Dalam hal ini D. Sudjana (1992:1)

mendefinisikan bahwa :

Pendidikan luar sekolah adalah setiap usaha

pelayanan pendidikan yang dilakukan dengan sengaja, teratur, dan berencana di luar sistem sekolah, berlangsung sepanjang umur,

yang bertujuan untuk mengaktualisasi potensi

manusia sehingga terwujud manusia yang gemar

belajar-membelajarkan, mampu meningkatkan taraf hidup, berpartisipasi dalam kegiatan

(33)

Definisi lain yang tidak banyak berbeda

dengan

definisi

yang

dikemukakan

oleh

SEAMEO

(1971), yaitu definisi yang dikemukakan oleh

Supardjo Adikusumo (Sutaryat Trisnamansyah,

1987:57) bahwa :

Pendidikan luar sekolah adalah setiap kesempatan di mana terdapat komunikasi yang

teratur dan terarah di luar sekolah, dan

seseorang memperoleh informasi, pengetahuan, latihan ataupun bimbingan sesuai dengan usia

dan kebutuhan hidupnya, dengan tujuan

mengembangkan tingkat ketrampilan,

sikap-sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan

baginya menjadi peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarganya bahkan

masyarakatnya dan negaranya.

Definisi-definisi tersebut di atas

menampakkan, bahwa pendidikan luar sekolah

memiliki ciri-ciri penyelenggaraan, warga belajar

memperoleh nilai tambah dalam hal: proses,

perolehan, dan manfaat belajar.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

gambaran

yang

lengkap tentang

kegiatan

pembinaan

yang dilakukan di daerah kumuh dalam membina usaha

mandiri warga urbanisan dan warga asli. Dalam

gambaran

itu

akan

dipaparkan

tentang

masalah,

kendala, potensi belajar di pemukiman kumuh.

(34)

untuk

1. Mengidentifikasi latar belakang kehidupan mereka,

yanq meliputi karak. teristik, kebutuhan pokok, dan

potensi lingkungan.

2. Mengidentifikasi konsep diri mereka menurut

kompo-nen-komponen sikap dan pandangan, cara-cara

bereaksi, kepercayaan dan pendirian.

3. Memperoleh gambaran tentang kegiatan belajar dan

hambatan yang dialami dalam membina usaha mandiri.

4. Menganalisis hasil atau pengaruh yang mereka capai

untuk menentukan kebutuhan belajar.

5. Menggambarkan secara rinci hal-hal yang perlu

ditindaklanji^ti, meliputi penanggulangan

kemiskinan informasi, pembelajaran dan studi

lanjut.

E. Manfaat Penelitian

Secara teoretis, hasil penelitian ini akan

dijadikan bahan masukan bagi pengembangan kompotensi

profesional pendidikan luar sekolah, khususnya

wawasan tentang konsep penyusunan program

pembelajaran dan studi lanjut terhadap warga

masyarakat yang bermukin di daerah kumuh untuk dapat

dipergunakan sebagai dasar membina usaha mandiri.

Secara praktis, hasil penelitian ini memberikan

saran masukan tentang latar belakang bermukin di

(35)

program pendidikan luar sekolah, terutama bagi sumber

belajar atau fasilitator dalam

penyusunan program dan

proses pembelajaran, sehingga dengan bantuan itu

warga belajar mendapatkan cara-cara menemukan

kebutuhannya dengan menggunakan potensi diri dan

potensi 1ingkungannya.

F. Kerangka Pemikiran

Warga masyarakat yang bermukin di daerah kumuh

adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dalam tinjauan

sosio-psikologis

mempunyai hubungan

dan

kesempatan

yang sama dangan warga lain yang bermukim di

pemukiman yang

lebih baik. Mereka dianugrahi

potensi

diri

dan

lingkungan serta sosial

budaya

dan

konsep

diri. Semua komponen tersebut di atas adalah

memungkinkan mereka untuk hidup berkembang dari

bentuk yang lebih rendah dan sederhana menjurus

kepada bentuk

yang

lebih tinggi

dan

kompleks.

Dengan

demikian mereka merupakan manusia yang memiliki

hubungan sesamanya dan mampu mendirikan kaidah

perilaku dan bekerjasama dengan kelompok-kelompok

yang lebih besar. Kerjasama antara individu dan

kelompok adalah perlu untuk perkembangan pendidikan,

sosial

ekonomi,

agama,

dan aspek-aspek kehidupan yang

lain.

(36)

masyarakat

yang

bermukim

di daerah

kumuh

pun

di

samping dianugrahi potensi, mereka juga menyandang

masalah sehingga masih sukar untuk dapat mengembangn

dirinya. Mereka tergolong ke dalam lapisan sosial

paling rendah,

yaitu orang-orang miskin yang

terbatas

wawasan dari orang-orang lain yang beruntung dan

berdomisili di daerah pemukiman yang lebih baik.

Tingkat pendidikan sekolah mereka pada umumnya

rendah, bahkan banyak yang tidak pernah mengenyam

sama sekali, sehingga aset informasi yang mereka

miliki juga rendah.

Dalam hal ini, mereka

lebih

tepat

disebut sebagai anggota masyarakat yang miskin

informasi atau pengetahuan. Kemiskinan informasi

mengakibatkan kemiskinan psikologis, kemiskinan

konsep dan kemiskinan produk. Aset informasi dan

pengetahuan merupakan faktor esensial bagi kehidupan,

namun tidak mampu mereka tangkap dari lingkungan

perkotaan. Aspek ini merupakan sumber penyebab yang

berpengaruh terhadap kehidupan, termasuk kemiskinan

dalam artian materi. Dengan perkataan lain, karena

miskin informasi dan pengetahuanlah warga masyarakat

yang bermukim di daerah kumuh itu tidak mampu

mencapai kesejahteraan hidup yang lebih baik. Mereka

tidak memiliki mata pencaharian yang tetap, kalaupun

bekerja tidak. lah memuaskan hasilnya sehingga tidak

(37)

Mencermati kehidupan warga masyarakat yang

bermukim di daerah kumuh dengan kemiskinannya, bahwa

kemiskinan itu bukan terjadi dengan sendirinya,

tetapi sebagai suatu produk, yaitu sebagai akibat

rendahnya pemilikan aset informasi. Kemiskinan

merupakan masalah yang mungkin tidak dihiraukannya

lagi, namun sebenarnya hal itu paling mendasar untuk

diangkat serta dicari pemecahannya. Kemiskinan,

justeru sering menjadi awal dari timbulnya masalah

pada aspek-aspek kehidupan lain di kota, sehingga

memerlukan penanganan yang sungguh-sungguh dari semua

pihak.

Usaha yang dilakukan oleh pemerintah dan masya

rakat untuk mengatasi masalah itu adalah dengan

melakukan Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK)

untuk memperbaiki kondisi lingkungan. Dampak yang

diharapkan dari rehabilitasi tersebut adalah untuk

mampu memperbaiki segi-segi kehidupan masyarakat

setempat, khususnya yang menyangkut rumah tidak layak

huni serta kondisi lingkungan yang tidak memenuhi

persyaratan kelayakan lainnya. Di samping itu RSDK

berupaya menggugah dan memasyarakatkan semangat

kese-tiakawanan sosial yang mampu menampilkan gerakan

masal dari, oleh, dan untuk masyarakat dengan

diliputi suasana persaudaraan, kebersamaan,

(38)

Penelitian ini melakukan pengkajian tentang

latar belakang kehidupan dan konsep diri warga

masyarakat yang bermukim di daerah kumuh sebagai

upaya menggali potensi belajar dalam rangka

mengentaskan kehidupan kumuh dengan ciri

kemiskinannya. Pembinaan usaha mandiri sebagai proses

pembelajaran adalah faktor yang esensial dari

pendidikan luar sekolah, yaitu upaya untuk merubah

hidup dari lapisan rendah yang berpandangan negatif

menjadi positif yang akan melahirkan harga diri.

Indikasi dari suatu kemandirian ialah mampu membuat

pilihan yang terbaik bagi dirinya yaitu membuka

kesempatan belajar yang dapat menambah wawasannya,

memiliki konsep diri yang positif terhadap usahanya,

berinisiatif, dan memiliki kebebasan dalam belajar,

serta mampu melakukan usaha mandiri yang tumbuh

sendiri. Oleh sebab itu adalah penting merumuskan

rekomendasi hasil penelitian bagi penyusunan program

membelajarkan mereka, yaitu sebagai pilihan untuk.

membina usaha mandiri. Membelajarkan adalah upaya

mencerdaskan manusia untuk mengembangkan kemampuan

dan meningkatkan kualitas hidup mereka sebagai sumber

daya insani.

Secara skematis kerangka pemikiran penelitian

(39)

ibar 1 KERANGKA PEMIKIRAN

POTENSI DIRI

5UKAN DARI 1ERINTAH : lABIL.ITASI iIAL

:rah KUMUH

WARGA MASYARAKAT DAERAH KUMUH

r

POTENSI LINGKUNGAN

MASALAH KEHIDUPAN

KUMUH

KEMISKINAN

RENDAH ASET INFOR MASI /PENGETAHUAN

»' 1

MATA PENCAHARI AN

1

MASUKAN DIRI HASIL

PENELITIAN

1

MANDIRI

KONSEP DIRI

PEMBINAAN

(40)

w \—

r <****>

ff* *****

(41)

METODOLOGI,

PROSEDUR,

DAN TEKNIK PENELITIAN

Metodologi

sebagai suatu

pembahasan

mengenai

metode-metode yang dipergunakan dalam proses pene

litian berkaitan dengan prosedur dan tekniknya.

Keterkaitan dimaksud menunjukkan bahwa prosedur ber

kenaan dengan tahapan-tahapan

penelitian,

sedangkan

teknik menitikberatkan pada cara-cara pengumpulan

data,

pemilihan kasus, dan analisis data.

Oleh

sebab

itu

dapat dikatakan bahwa metodologi, prosedur,

dan

teknik penelitian merupakan satu kesatuan dan menjadi

persyaratan penting untuk dapat memberikan

penggaris

dan

bimbingan

yang cermat dan

teliti.

Persyaratan

dimaksud

mutlak dipersiapkan dan dipedomani

seperti

dinyatakan oleh Bohar Soeharto (1990:91)

bahwa

"per

syaratan

dalam

suatu metodologi

penelitian

dibuat

untuk memperoleh ketepatan, kebenaran, dan pengetahu

an yang mempunyai nilai ilmiah yang tinggi".

Hal

ini

berarti bahwa metodologi penelitian merupakan pilihan

yang memilih pesan atau misi dengan jalan menggunakan

instrumen untuk mencapai tujuan.

Penggunaan

metodologi

dalam

penelitian

ini

adalah

sebagai

pendekatan

dari

pendidikan

luar

sekolah

terhadap warga masyarakat yang

bermukim

di

daerah kumuh quna memahami makna kehidupan mereka

(42)

melalui pengamatan yang bersifat partisipatif.

Sehubungan dengan itu, pada Bab III penulis

menyaji-kan proses penelitian yang disusun dari hasil penga

matan lapangan. Pembahasannya diklasifikasikan

menurut metode, prosedur, dan teknik serta beberapa

faktor yang relevan dengan pelaksanaan penelitian

ini .

A. Metode Penelitian

Pada bagian ini dibahas mengenai pendekatan

terhadap masalah dan subjek penelitian, sebagai

berikut.

1. Pendekatan terhadap masalah

Sebagaimana disebutkan bahwa tujuan penelitian

ini adalah untuk mengidentifikasi latar belakang

kehidupan dan konsep diri warga masyarakat yang

bermukim di daerah kumuh. Pengkajian terhadap

latar belakang kehidupan untuk dapat menemukan,

memahami, dan mengarahkan perilaku mereka sesuai

dengan potensinya. Hasil penelitian ini penting

artinya untuk menyimak perilaku mereka dan

dipergunakan dalam rangka membina usaha mandiri.

Untuk mengungkapkan fenomena kehidupan mereka,

satuan kajian (sistem pola yanq diamati) dalam

penelitian ini adalah warga masyarakat yang

(43)

urbanisan

maupun

warga

asli.

Di

samping

itu,

mengamati konsep diri mereka terhadap

penghidupan

di pemukiman dan fenomena lain yang terdapat dalam

kehidupannya.

Dengan

demikian

penelitian

inu.

menyentuh "kealamiahan sumber data" yang

bersifat

menyeluruh

dari kehidupan itu,

yaitu

pengamatan

kepada

manusia

dalam kawasan

yang

fundamental.

Lexy J. Moleong (1991:91) mengingatkan,

"Peneliti

dalam pandangan fenomenologis berusaha untuk mema

hami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya

terhadap

orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu".

Titus,

Smith,

dan Nolan

(1984:398)

mengatakan,

bahwa dalam konteks apapun kita memakai

kata

feno-menologi adalah dalam pongertian

"penampakan

rea-litas kepada kesadaran".

Mencermati

pengertian

tersebut

dan

untuk.

mencapai

tujuan penelitian, maka

penelitian

ini

menggunakan

pendekatan kualitatif.

Alasan

dalam

penetapan penggunaan pendekatan kualitatif

adalah

berdasarkan pertimbangan berikut.

a. Berkenaan dengan sifat masalah yang diteliti

Penelitian ini bertitik tolak dari qejala

kehidupan

kumuh,

yaitu

pemukiman

yang

kotor,

cemar,

penduduknya peadat dan berdesak-desak,

dan

Iain-lain. Hal ini disebabkan karena terbatasnya

(44)

sehat dan harmonis. Pada umumnya mereka berusia

produktif, namun tidak memiliki keterampilan untuk

dapat hidup sejahtera, apalagi untuk bersaing

dalam mendayagunakan potensi lingkungan gun,a

dijadikan sumber-sumber bagi penghidupannya. Jika

dilihat dari perilaku kehidupan warga, sungguh

beragam baik ditinjau dari segi individu maupun

kelompok sangatlah kompleks.

„Untuk memahami perilaku seperti digambarkan

di atas peneliti bermaksud melakukan pengkajian

secara mendalam yaitu untuk mengidentifikasi latar

belakang kehidupan dan konsep diri mereka. Hasil

pengkajian pada aspek tersebut dianalisis guna

menemukan realitas ganda dan kebermaknaannya bagi

kegiatan membelajarkan untuk membina usaha

mandiri. Lexy J. Moleong (1991:33) mengibaratkan

"kenyataan ganda dari fenomena yang dapat

di-umpamakan sebagai susunan lapisan kulit bawang,

atau seperti sarang, tetapi yanq saling membantu

satu dengan lainnya". Hal ini berarti setiap

lapisan fenomena mempunyai kebenaran berdivergensi

dalam pelbagai bentuk dan terkait secara erat yang

membentuk suatu pola kebenaran. Dengan demikian,

melalui penelitian ini maka kehidupan warga

maisya-rakat yang bermukim di daerah kumuh dapat

(45)

semakin

luas, dalam, dan

menyeluruh.

Penelitian

ini membantu peneliti dalam mencari dan

menemukan

teori

berdasar

pada

data

(grounded

theory).

Pendekatan

grounded

yang

induktif

mengandung

pembaharuan

dan terstruktur lebih

longgar

dalam

menjaring data, yaitu penyusunan

teori

substantif

yang

berakar pada data (Abdul Syukur Ibrahim

dan

Machrus Syamsuddin,

1985:15)

Jadi,

berkenaan

dengan

kehidupan

warga

masyarakat

yang

bermukim di

daerah

kumuh'

yang

kompleks,

penelitian

kualititatif

akan

mampu

mengungkapkan

realitas

ganda,

lebih

dapat

mengungkapkan hubungan yang wajar antara

peneliti

uan

responden,

yaitu lebih sensitif

dan

adaptif

terhadap

peran berbagai pengaruh hubungan

timbal

balik.

Disebut kualitatif karena sifat data

yang

dikumpulkan

bercorak

kualitatif,

yakni

tidak

menggunakan

alat-alat

pengukur.

Disebut

naturalistik

karena

situasi

lapangan

bersifat

natural

atau

wajar,

sebagaimana

adanya

tanpa

dimanipulasi

diatur dengan eksperimen

atau

test

(Nasution,

1988:18).

Penenlitian

ini

tidak.

menggunakan pengujian

hipotesis melainkan menjawab

sejumlah

pertanyaan

yang diturunkan

dan

fokus

(46)

b. Pengetahuan mengenai subjek penelitian

Penelitian ini mengamb.il lokasi di lapangan

kehidupan tempat tinggal warga masyarakat daerah

kumuh yang mana sumber informasinya atau responden

adalah para orang dewasa atau kepala keluarga

dengan meneliti dan mendalami aktivitas hidupnya

sehari-hari. Dalam tugas ini, peneliti akan ber

hadapan dengan beberapa aspek perilaku warga yang

diamati dan diwawancarai mengenai karakteristik,

kebutuhannya,

etnis, status sosial ekonomi,'

pen

didikan, potensi lingkungan atau kemungkinan

pengembangan kemampuan mereka di dalam belajar.

Oleh sebab itu peneliti mengkaji atau melakukan

"pemanahan fenomena" terhadap aspek-aspek perilaku

orang dewasa dimaksud.

2. Subjek penelitian

Di dalam suatu penelitian, subjek penelitian

merupakan sesuatu yang kedudukannya sangat sentral

karena pada subjek itulah terdapat. variabel pene

litian (dalam penelitian kualitatif disebut sistem

pola yang diamati) diteliti oleh peneliti.

Ketepatan memilih subjek penelitian menentukan

hasil. karya yang mengandung kebenaran ilmiah dan

secara konsepsional dapat dipertanggungjawabkan.

(47)

terhindar dan eror bila subjek penelitian

diambil secara cermat yang didasari pemikiran

ilmiah. Oleh sebab itu perlu diperhatikan kriteria

persyaratan untuk menjadi subjek penelitian.

Suharsimi Arikunto (1989 : 211) dalam suatu

kesimpulan tulisannya merumuskan bahwa "subjek

penelitian pada umumnya manusia atau apa saja yang

menjadi urusan manusia". Menyimak batasan itu,

maka

dalam penelitian ini subjeknya

ialah

warga

masyarakat yang bermukim di daerah kumuh,

sedangkan

yang

menjadi objek

ialah

peristiwanya

(event)

yang dalam hal ini ialah perilaku

warga.

Subjek penelitian ini dibedakan menjadi dua kelom

pok, yaitu "sufiiber inf oriiiasi" dan "informan".

Sumber informasi ialah warga masyarakat yang

bermukim

di

daerah kumuh,

baik.

yang

berstatus

urbanisan maupun warga asli. Sumber informasi atau

responden adalah orang yang menjadi kasus

penelitian yang memberikan data utama tentang diri

sendiri dan latar belakang kehidupannya. Dengan

perkataan

lain, sumber informasi

ialah orang

yang

me n c e r it a k an tentang d i r i n ya sen d i r i„

Informan ialah warga yang menjadi tokoh

pirn-pinan formal atau informal yang memberikan data

pelengkap tentang identitas kehidupan kasus di

(48)

yang menceritakan orang lain (menceritakan kehidu

pan kasus). Lexy J. Moleong (1991:90) menyebutkan

bahwa "informan adalah orang yang dimanfaatkan

untuk memberikan informasi tentang situasi dart

kondisi latar belakang penelitian". Di samping itu

ditegaskan juga bahwa "pemanfaatan informan bagi

peneliti ialah agar dalam waktu yang relatif

sing-kat banyak informasi yang terjangk.au, jadi sebagai

internal sampl inq, karena informan. dimanfaatkan

untuk berbicara, bertukar pikiran, atau

Referensi

Dokumen terkait

“Sekarang Sistem Manajemen Kinerja kita, beralih menjadi berdasarkan kinerja (hasil kerja) individu sesuai sasaran kerja individu yang selaras dengan sasaran kerja

Menurut pasal 2 ayat (1) Undang-undang Kepailitan dan PKPU di atas, supaya pasal 1131 dan 1132 KUHP berlaku sebagai jaminan pelunasan utang Kreditur, maka pernyataan pailit

Jika kuitansi sudah langsung diserahkan sekalian dengan invoice dan faktur pajak, maka dari bagian keuangan mengeluarkan tanda terima atas penye rahan kwitansi dan

Eksperimen mengenai kekuatan pelet maupun briket bijih besi berbinder organik dan inorganik telah banyak dilakukan, namun pengaruh binder terhadap sifat metalurgis

Radon adalah unsur Gas Mulia yang paling stabil karena jari-jari atomnya paling besar.. Argon adalah unsur Gas Mulia yang paling mudah bereaksi dengan

pengaruh secara simultan antara variabel persepsi nilai yang terdiri dari keterlibatan, loyalitas merek, persepsi harga, persepsi kualitas, pengenalan dan persepsi

Jadi simpulannya adalah dari ketujuh puisi yang terdapat pada buku paket “Inilah Bahasa Indonesiaku” semuanya terdapat nilai pendidikan dan hal ini sangat aik

Siti Wulandari ‘Siwu’ sang pujaan hati yang selalu ada di setiap penulis mendapat kesulitan, selalu memberikan do’a, dorongan, semangat, motivasi serta cinta dan