WARGA MASYARAKAT YANG BERMUKIM
DI DAERAH KUMUH
irenelstiari. Kual.tat.f tentang Konsep Din melalui Pendekatan
Pend.dikan Luar Sekolah bag. Warga yang BerstatuV
Urbanisan dan Warga Asli di Kotamadya Bandung)
T E S I S
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Magistor Pendidikan
Bidang Studi Pendidikan Luar Sekolah
Oleh
Drs. SAHARISIR
9 132 346/XXIII/1S
DEp«o?^LN^!iDID1[KAN DAN KEBUDAYAAN
PROGRAM PASCASARJANA IKIP BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Prof. Dr. ffrSudardja Adxwikarta,
MANIP. 130056594
PEMBIMBING II
Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah, MA
NIP. 130235105
PEMBIMBING III
Dr. H. ©judju Sudjana,
M.Ed
Mereka itu ditiapa kehinaan
di
mana
mereka
berada,
kecuali
dengan tali (agama) dari
Allah
dan
tali
(perdamaian)
dari
manusia;...(Q.S Ali Inran, 112)
Kupersembahkan kepada:
X I
Anakku Arif Sazali
Istriku Azizah
Proses pembelaj aran da].am kegiatan warga
masyarakat V<ang berorientasi kepada keniandirian
ternyata masih merupakan titik lemah clalam upaya
mewujudkan kemampuan berusaha ' secara mandiri,.
Sementara itu meningkatnya aspirasi manusia dan
masyarakat Indonesia yang makin ma j u. mengembangkan
kualitas sumber daya manusia yang maju dan mandiri
da.I am suasana tenteram dan sejahtera, semakin
menan-tang para pembina unt.uk lebih mendinamisasi per an
yang dimiIiki.
B e r t i t i k to 1a k d a r i pe m i. k i ra n i t. u , pe n eliti
mengangkat masalah warqa masyarakat yang beniu.ik.im di
daerah kumuh dalam membina usaha mand i r i ., Pada
dasarnya pemukxman kumuh merupakan produk dari cara hidup dan cara berpikir warqanya yanq menqabaikan
pemuk iman mereka men jadi cemar„ ko tor , dan
menyesakkan yang menqqanggu aspek aspek
kehidupannya.
S e c a r a ko n s e p tu a .1. ,, g e j a j. a i tu d ia s u m s ik a n s e ba q a iperilaku mi skin informasi yang mengak. ibatkan mereka menq a 1ami kem isk in an ps ikoI aqis ,, konse p „ dan produk
pekerj aannya„
Serfokus pada latar belakang kehidupan dan
konsep
din
warga sebagai
latar empirik,
penelitian
ini be ru p a y a mengga11 pc te n si be1 a j a r d a 1a m k a i i a nnya dengan pengembangan kemampuan warqa da Iam proses pembelajaran melalui pendek atari pen did ik an luar sekolah,. La tar belakang merupakan potensi linqkunqan
da pat
mendoronq
berjaiannya
program
pendidikan.,
sedangkan
konsep diri
merupakan sikap dan
panel an q an
warqa tentang
potensi dirinya dalam menghadapi
peng
hidupan di pernuk iman kumuh .. Dengan demikian, jelaskah
bahwa pad a hakekatnya pj em bin a an usaha mandiri adalah
su a tu pras es pe m belaja ran un tu k menqe m bang kan ke ma
m••-puan warqa di dalam mendayagunakan potensi linqkun
g a n .
Setelah melalui proses penelitian yanq
menerapkan metode kualitatif dengan teknik studi
kasus,
peneliti menemukan
hal
hal
sebagai
berikut...
Latar
belakang
kehidupan
mencakup
karakteristik„
ke bu tu han po ko k dan po tens i 11ngkung an . Ka ras te ris tik
dan kebutuhan pokok diwarnai oleh perilaku warga yang
secara
fungsional
masih
melekat
kehidupan
miskin
informas i .,
Bemen tara
11u potensi
.1. ing kungan
be 1um
mampu mereka manfaatkan secara optimal dalam
Tetapi konsep diri warqa belum menun.j ukji-arf kemampuan
dalam mengatasi masaiah karena masih berjuanq
menapak dalam kemampuan menyempurnakan dan
mempertahankan diri . Dengan demikian, konsep) diri
mereka masih labil pada komponen kereayaan dan pendirian,, termasuk dalam membina usaha mandiri.
Menyimak fenomena kehidupan warga masyarakat
daerah kumuh dalam keqiatannya sehari—hari, tampak bahwa pada dasarnya pembmaan usaha mandiri telah
dilakukan di pemukiman itu pada bidang mata
pencaharian, program perbaikan linqkunqan, dan berbagai bentuk penyuluhan dari instansi pemerintah.
Tetapi dalam kenyataannya warga menghadapi berbagai
kendala sehingga belum mampu mandiri. Kendal a d ima k sud me 1i put i sistern permodalan usaha, sa rana
dan f asi 1 i tas , j ang kauan sm-itu program , dan _c.3.ra—car<a
hidup di pemukiman kumuh. Kendala kendala ini menghamba t k e man d i ri an, n a m un me rek a mem i1i k i
potensi. Kemampuan yang masih ada itulah yang
m e n d u k u n g u n t u k d i 11 n d a k 1 a n j u t i „ D i s i n i I a h Ie t a k pentinqnya kegiatan dalam artiart- be 1ajar secara
berlanjut yanq men gun dang peran dari profesi
pendidi--kan luar sekclah.
Secara -garis besar penelitian ini menemukan t ig a rum u s a n pe n ting, y a i tu k o n s e p d i r i „ ke m i s k in a n , dan pembe1 ajaran dalam konteks pendidikan luar
sekolah bagi warqa yang berstatus urbanisan dan warqa asli yang bermukim di daerah kumuh.. Penelitian ini
be rs i fa t k u a 1 i ta t i f n a tu r a 1i. s t i k y a n g be r m a ks u d mencari dan menqungkapkan kekhasan kehidupan warqa.
Hasil penelitian ini dapat ditrasfer untuk
Halaman
PERSETUJUAN PEMBIMBING i
MOTTO i i
KATA PENGANTAR iii
UCAPAN TERIMA KASIH iv
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR xi
ABSTRAK >:ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang. 1
B. Identifikasi Masalah 15
C. Defenisi Operasional 17
D. Tujuan Penelitian 24
E. Manfaat Penelitian 25
F. Kerangka Pemikiran 26
BAB II UPAYA PLS DALAM MEMBINA WARGA MASYARAKAT
DAERAH KUMUH
A. Konsep Kemiskinan menurut Pendidikan Luar
Sekolah 34
1. Paulo Freire 34
2. Philip H. Coombs 36
3. Soerjono Soekanto 37
Daerah Kumuh 4o
1. Pemukiman kumuh 41
2. Penghuni pemukiman kumuh
43
3.
Latar belakang kehidupan
46
4.
Konsep diri
54
C. Referensi Kemandirian dalam Pendidikan Luar
Sekolah 64
1.
Dasar yuridis formal
&5
2. Tinjauan Humanistik
^9
3. Asumsi-asumsi tentang Pedagogik dan
Andragogi
74
4. Pembinaan warga berwawasan
kemandirian....
76
5. Kriteria kemandirian 77
D. Membina Warga Masyarakat Daerah Kumuh
81
1. Membina mentalitas warga masyarakat 82
2. Mendayagunakan potensi
belajar di pemukim
an kumuh ?• - 86
3. PeiTiLfelajar an sebayai pi oiti& perubahan
si-kap peri 1aku
^8
BAB III
METODOLOGI, PROSEDUR, DAN TEKNIK PENELITIAN
A. Metode Penelitian
95
1.
Pendekatan terhadap masalah
^5
2. Subjek penelitian
"
a. Sumber informasi lui
b. Kriteria kasus penelitian . l(->6
B. Prosedur Penelitian 108
1. Pembuatan rancanqan penelitian
Ho
2. Pelaksanaan penelitian.
m
3. Pembuatan laporan penelitian
112
C. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data.,
112
1.
Instrumen penelitian
112
2. Teknik pengumpulan data
11-'
3. Analisis data 114
4. Akhir penelitian
H&
1. Member check 117
2. Trianqulasi 119
3. Audit trail 118
4. Kerahasiaan 118
E. Tempat dan Penjadwalan Waktu Penelitian
119
1. Kelurahan Kebon Jayanti 11°?
2.
Kampung Marqamukti Desa Mengger
119
F. Organisasi Penulisan
121
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 125
1. Kelurahan Kebon Jayanti 126
2.
Kampung Margamukti Desa Mengger
132
B. Gambaran Mata Pencaharian Warga di
Pemukiman Kumuh I--9
1. Mata Pencaharian di bidang usaha 140
2. Mata Pencaharian di bidang j asa 142
3. Mata Pencaharian di bidang kerajinan 143
C. Latar Belakang Kehidupan
144
1. Karakteristik 144
2.
Kebutuhan pokok ...,,
148
3. Potensi lingkungan 158
D.
Deskripsi Konsep Diri
1&4
1.
Kasus pertama (IM).
165
2. Kasus kedua (SU) 171
3. Kasus ketiqa (DAR).... 178
4. Kasus keempat (AS)
184
5. Kasus kelima (ES) 1^1
6. Kasus keenam (EN) 1^8
E. Kebutuhan Belajar Warga di Pemukiman Kumuh.. 205
1. Belajar berkenaan dengan mata
pencaharian
2o6
2. Belajar berkenaan dengan kehidupan
di lingkungan
208
F. Komponen-komponen PLS di Pemukiman
Kumuh 209
1. Warga urbanisan 209
2. Warga asli 215
BAB V PEMBAHASAN
A. Karesteristik Kasus dalam. Tinjauan Konsep
D i n *:^D
1. Kosenp diri menurut status warga 228
2. Konsep diri masing-masing kasus, o to
3. Makna konsep diri kasus 237
B. Perilaku Miskin Informasi dilihat dari Latar
Belakang Kehidupan dan Konsep Diri 240
1. Karesteristik '„ 241
2 . Kebutuhan pokok 243
3. Potensi lingkungan 248
4. Makna kemiskinan informasi 249
C. Pembelajaran dalam Pembinaan Usaha Mandiri.. 254
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 260
1. Latar belakang kehidupan 260
2 . Konsep diri 264
3. Kegiatan belajar dan hambatan 270
4. Hasil atau pengaruh kegiatan belajar di
pemukiman kumuh 271
5. Kegiatan yang perlu ditindakIanjuti 272
B. Rekomendasi - 273
1. Penangguianqan kemiskinan informasi 273
2. Pembelajaran 275
3. Penelitian lanjutan 277
DAFTAR PUSTAKA 279
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai
saat ini masalah perkotaan yang
Bering
diartikan
sebagai
masalah migrasi
ke
kota
dengan
dampak sosial
ekonominya seperti pemukiman kumuh
dan
padat,
kemelaratan,
pengangguran,
kriminalitas,
dan
ketidakseimbangan kualitas kehidupan kota.
Pemukiman
kumuh merupakan salah satu ciri kemiskinan di
perkotaan
yang
dianggap
sebagai
masalah
adalah
ketidakmampuan
warganya menyerap
informasi,
menata
hidup produktif, dan mensejahterakan feluarga.
Pengertian
"kumuh"
masih
banyak
tafsiran,
karena sudut pandangan (disiplin ilmu) yang
berbeda.
Namun apabila datang ke suatu daerah dalam keadaan
suasana kumuh mudah diamati dan rasakan. Hal ini
karena ketidakwajaran atau kurangnya kelayakan
fasi-litas lmgkungan hidup manusia yang manusiawi ,
yaitu
dalam
memenuhi syarat kesehatan,
pendidikan,
gizi,
dan
perumahan.
Indikator tersebut
dipakai
sebagai
penentu, yaitu sebagai perilaku manusia hunian daerah
kumuh itu (Bohar Soeharto, 1993:1). Hal ini berarti
bahwa kehidupan kumuh itu dapat diamati dari perilaku
cara hidup dan berpikir warganya.
lapisan
sosial paling rendah. Mereka
adalah
orang-orang
miskin
yang
tertinggal dalam segala segi
kehi
dupan
oleh
orang-orang
lain
yang
berdomisili
di
daerah
yang
lebih
baik.
Tingkat
pendidikan
sekolah
mereka pada umumnya rendah,
bahkan
banyak
yang
tidak
pernah mengenyam sama sekali, sehingga aset informasi
yang mereka miliki juga rendah. Jadi daerah kumuh itu
merupakan produk dari manusia yang miskin informasi.
Kemiskinan dapat dilihat dari berbagai disiplin
ilmu,
seperti
ekonomi,
psikologi,
dan
pendidikan.
Para ekonom memandang kemiskinan sebagai
ketidakmam-puan
individu memenuhi kebutuhan hidup
yang
w*jc<r.
Ahli
psikologi meniliknya dari segi rendahnya
harga
diri
dan
motivasi.
Sedangkan dari
segi
pendidikan
melihat kemiskinan
pada individu dari perilaku,
yaitu
terbatas wawasannya. Selaku pendidik, kita memahami
bahwa
perilaku
miskin adalah perbuatan manusia
yang
ditandai oleh hasil kerjanya yang rendah. Manusia
memiliki
potensi dapat dididik dan berkembang,
yaitu
dari ketidakmampuan menjadi berkemampuan ialah manu
sia yang mempunyai informasi yang tingggi. Pendapatan
yang rendah yang dialami oleh orang-orang miskin
adalah akibat dari potensi yang rendah atau
keterbatasan
informasi. Misalnya, orang bodoh
hanya
memiliki banyak informasi, maka ia dapat bekerja
dengan hasil yang tinggi. Orang yang memiliki
informasi yang sederhana atau rendah hanya dapat
menjadikan selembar alumunium menjadi alat-alat dapur
perlengkapan memasak, tetapi orang yang memiliki
informasi kompleks dan tinggi dapat menjadikan
selembar alumunium dan menggunakannya sebagai
kelengkapan pada sayap pesawat terbang. Di sini kita
dapat berestimasi bahwa karena informasi yang
rendahlah orang miskin itu bekerja dengan hasil yang
tidak bermutu. Oleh sebab itu informasi atau
pengetahuan yang dimiliki oleh manusia melalui
belajar di setiap kesempatan yang ia lakukan adalah
merupakan upaya mengatasi kebodohan, keter—
belakangan, dan kemiskinan. Jadi kemisikinan dapat
dilihat dari rendahnya aset informasi baik Becara
kuantitas maupun kualitasnya, sehingga belajar
sebagai upaya merubah pikiran yang menyentuh
pengetahuan, sikap dan ketrerampiIan. Orang miskin
itu terbelenggu, yang membelenggunya bukanlah
masyarakat tetapi adalah pikirannya. Dengan perkataan
lain, masyarkat tidak membelenggu individu, melainkan
orang-orang miskin itulah yang membelenggu dirinya.
Gejala ini terlihat dari perilaku warga masyarakat
pengetahuan yang mereka miliki.
Situasi yang digambarkan itu merupakan sisi
lain dari keberhasilan pembangunan yang membawa
masyarakat dan bangsa kita kearah kemajuan yang cukup
berarti. Dengan demikian, situasi tadi merupakan
masalah dan tantangan yang harus diberi prioritas
dalam menanganinya. Selain sebagai indikator tentang
belum meratanya hasil pembangunan, hal itu juga dapat
menimbulkan keresahan yang mengganggu kelangsungan
pembangunan.
Garis-garis Besar Haitian Negara 1993-1998
merumuskan prioritas pembangunan lima tahun keenam
adalah pada sektor-sektor di bidang ekonomi dengan
keterkaitan antara industri dan pertanian serta
bidang pembangunan lainnya dan peningkatan
kualitas-sumber daya manusia. Oleh sebab itu arah Pembangunan
Jangka Panjang Kedua (PJP II) sebagai tantangan yang
harus dihadapi oleh masyarakat Indonesia, antara lain
"untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat
Indonesia agar makin maju, mandiri dan sejahtera
berdasarkan Pancasila" (GBHN, 1993:24).
Manusia dan kemandiriannya merupakan kekuatan
utama pembangunan yang telah menjadi tuntutan hati
nurani bangsa. Oleh karena itu, kekuatan dan
menjadi
sasaran
pembangunan pada
berbagi
bidang.
Pembangunan
masyarakat pada hakekatnya adalah
usaha
meningkatkan
kemampuan manusia, agar
dapat
memper-baiki
tingkat
kesejahteraan
hidupnya.
Santoso
S.
Hamijoyo
(1970)
mengemukakan
bahwa
"Pembangunan
masyarakat adalah usaha meletakkan dasar dan
situasi
yang
memungkinkan
tumbuhnya
kemampuan
masyarakat
untuk
meningkatkan
kondisi sosial ekonomi
ke
arah
yang lebih baik". Hal ini mengisyaratkan
bahwa
dalam
pelaksanaan
pembangunan perlu ditumbuhkan
prasyarat
mental
pembangunan, yaitu alam pikiran,
sikap,
dan
cara-cara
hidup
yang mengunturtgkan
bagi
tumbuhnya
kemauan,
inisiatif, swadaya, dan
kemandirian
untuk
memecahkan
masalah dan memahami kebutuhan
hidupnya.
Dalam
kerangka
inilah
sumberdaya
insani
bangsa
Indonesia
dikembangkan dan
ditumbuhsuburkan
kemam-puannya.
Sebagai negara yang sedang berkembang dan
akan
memasuki
era
industrialisasi,
Indonesia
masih
berhadapan
dengan
masalah
sosial
di
antaranya
kebodohan,
keterbelakangan dan kemiskinan. Masyarakat
miskin,
selain tersebar di pedesaan
juga
merupakan
bagian dari masyarakat "kota". Sehubungan dengan itu,
D.
Sudjana
(1991:202-203)
mengemukakan
rincian
Seluruh
penduduk miskin yang tinggal di
kota-kota
di negara sedang berkembang
sekitar
320
juta. Lebih dari sepertiganya tinggal di daerah
kumuh. Di kota-kota kecil jumlah penduduk
yang
tinggal
di
daerah
kumuh
itu
sekitar
15-20
persen.
Di
kota-kota
besar
seperti
Rio
de
Janeiro,
Karachi,
Calcuta, Laqon
dan
Manila
jumlah mereka sekitar 20-30 persen. Bank
Dunia
(1979)
memproyeksikan bahwa penduduk miskin
di
kota-kota di negara yanq sedang berkembang akan
meningkat menjadi satu milyar. Artinya,
jumlah
penduduk
miskin pada tahun 1975 meningkat
dua
setengah kali jumlah penduduk miskin pada tahun
1950.Demikian
halnya
dengan masyarakat
miskin
di
Indonesia
yang jumlahnya mencapai 27 juta atau
15,8
persen
dari populasi (Pidato Presiden Soeharto
pada
pelantikan Kabinet Pembangunan VI tahun 1993). Mereka
yang
hidup di perkotdan terdesak ke
pinggiran
kota
menempati
kawasan
pemukiman kumuh dan
secara
utuh
melanda
kehidupan serta terhambat untuk
berkembang.
Penyebab
utama jumlah penduduk miskin
di
perkotaan
adalah
lajunya
arus urbanisasi di
samping
tingkat
kelahiran atau pertumbuhan penduduk
secara
alami yang
masih
cukup tinggi di perkotaan.
Warga
masyarakat
yang
bermukim
di
daerah
kumuh
sebagai
indikasi
pertambahan
penduduk
yang
merupakan
masalah
yang
sudah
berlangsung
sejak
lama
dan
belum
dapat
dibendung serta ditanggulangi secara meluas
sehingga
tumbuh
perkampungan
di kota yang kotor
dan
kurang
sehat.
Nursid
Sutaatmadja
(1988:196)
mengemukakan
seperti berikut ini.
Pertumbuhan demografi penduduk kota baik dari
kelahiran maupun yang berasal dari
perpindahan
penduduk daerah pedesan, merupakan masalah yang
sangat
unik.
Khusus
mengenai
pemukimannya,
terutama di bagian
kota yang jorok (slum) makin
menjadi bertambah kotor,
tidak sehat dan
menye-sakkan.Semakin
memburuknya kondisi kawasan
pemukiman
kumuh baik terhadap warganya maupun masyarakat
kota,
maka
semakin
menjadi
perhatian
dalam
pembangunan
nasional.
Sejak
beberapa
tahun
belakangan
ini,
pemerintah,
masyarakat, dan warganya terus
berupaya
menangani pemukiman kumuh yang dapat diketahui dari
beberapa Mass Media Ibukota dan Daerah. Harian Pelita
tanggal
26 Oktober 1992
mempublikasikan
pernyataan
pemerintah ketika peresmian rumah susun di Pukenden
Semarang, sebagai berikut:
Presiden Soeharto minta agar Pemerintah
Daerah
di
semua kota besar dan kota
lainnya
berdaya
upaya sekuat tenaga untuk meremajakan
pemukiman
kumuh yang merupakan sal ah satu ciri kemiskinandi kota. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan
membangun rumah susun.
Upaya
meremajakan
pemukiman
kumuh
merupakan
kegiatan rehabilitasi yang telah dilakukan secara
periodik
oleh
pemerintah bersama
masyarakat
dalam
skala
nasional.
Untuk kepentingan warga
masyarakat
ini, maka pada waktu pencanangan Rehabilitasi Sosial
Daerah
Kumuh (RSDK) dalam rangka
memperingati
Hari
Desember 1992 di Kampung Nelayan Muara Angke
Jakarta
Utara,
Presiden
Soeharto menegaskan
kembali
upaya
pemerintah seperti berikut ini:
Pemerintah memang mempunyai rencana
menghapus-kan daerah kumuh. Tapi kalau penghuninya
tidak
mau, ya rencana pemerintah itu tidak bisa
di-laksanakan,
..., upaya
menghapus
kemelaratan
dan
kebodohan
serta
keterbelakangan
harus
dilaksanakan
oleh semua pihak baik yang
mampu
maupun
kelompok tidak mampu.
Penghuni
daerah
kumuh
harus berpartisipasi dalam program
ini.
Keterbelakangan,
kebodohan
serta
kemelaratan
merupakan
musuh
utama
pembangunan
(Harian
Kompas,
21 Desember 1992).
Di
samping itu pentingnya diperhatikan
ajakan
Menteri Sosial kepada Gubernur Riau untuk
"Prioritas
Daerah
Kumuh
dan Miskin" guna menyongsong
PJPT
II
yang disampaikan beliau pada tanggal
2"5
Februari 1993
waktu
peresmian Kantor Departemen
Sosial
Kotamadya
Batam
di Sekupang Batam. Lebih lanjut ajakan
beliau
difokuskan pada dua aspek berikut:
"... yang perlu kita tangani agar bisa mencapai
PJPT
II
adalah mengurangi daerah
kumuh
yang
memang*dicanangkan oleh Bapak Presiden sendiri,
dan yang kedua menghilangkan kemiskinan"...
Namun
kemiskinan lanjut menteri,
bukan
satu-satunya
yang dihadapi Indonesia.
Masalah
lain
merupakan
rembesnya
adalah
kebodohan.
Kedua
penyakit masyarakat ini tidak dapat terpisahkan
satu
dengan
lainnya.
Ini
karena
kedua
hal
tersebut
merupakan
hubungan
sebab
akibat.
Kemiskinan
bisa
menjadi
penyebab
kebodohan,
begitu
juga sebaliknya (Harian Pagi Riau
Pos,
26 pebruari 1993).Pernyataan-pernyataan
mengenai
penanganan
daerah
kumuh
tersebut
menunjukan
bahwa
pembinaan
daerah kumuh mendapat perhatian dan sentuhan semua
pihak dengan maksud untuk disadari oleh warganya.
Indikasi
kehidupan yang
menggambarkan
daerah
kumuh
seperti diuraikan di atas dapat
diamati
pada
beberapa lokasi pemukiman di perkotaan. Di
Kotamadya
Bandung,
daerah
kumuh terdapat di
beberapa
lokasi
pemukiman seperti di Kelurahan
Kebon Jayanti
Kecama-tan Kiaracondong. Warga di pemukiman ini masih ada
yang menempati rumah yang padat berdesak-desak dan
ada pula yang membuat rumah di sebelah jalan
pinggi-ran
rel kereta api dan pasar tradisional yang
padat
penduduknya.
Mereka
bekerja sebagai <" penjual
jasa,
pengrajin, pemulung, dan pedagang asongan yang
diusa-hakan
secara
musiman. Sebagian lain warga
masyarakat
daerah kumuh menempati rumah di lokasi penggir
jalan
tol Padalarang Cileunyi, yaitu desa Mengger Kecamatan
Bandung
Kidul.
Mereka hidup di
suatu
perkampungan
sawah
dengan
perumahan yang padat di pinggiran
kota
yang
dimekarkan ke dalam Daerah
Kotamadya
Bandung
sejak
tahun
1989 (PP No.
16 Tahun 1987).
Warga
di
pemukiman ini hidup dengan mata pencaharian beternak,
pedagang
asongan,
petani,
buruh
tani,
yang
mana
mereka lakukan secara musiman yang ditentukan bila
adanya
suatu
kesempatan baik. Namun ada
pula
yang
jaminan
hidup.
Ini juga sebagai bukti bahwa
kondisi
lingkungan
pemukiman kumuh tersebut telah
mengalami
perbaikan
melalui
upaya
rehabilitasi,
sehingga
w a
rganya
dapat
bermukim secara menetap
dan
enggan
untuk
berpindah
kepemukiman lain yang
belum
pasti
lapangan mata pencaharianya.
Rehabilitasi
Sosial Daerah Kumuh
(RSDK)
yang
pemerintah
lakukan
bersama
masyarakat
dan
warga
daerah kumuh itu sejak beberapa tahun belakangan
ini
adalah
salah
satu
upaya
dan
perbaikan
kondisi
lingkungan
pemukiman. Perbaikan atau pemulihan
yang
bersifat
fisik
dan
non
fisik
itu
semestinya
ditindaklanjuti.
Ini juga merupakan indiksasi
bahwa
kelangsungan pembinaan warga masyarakat daerah
kumuh
itu
masih tergantung kepada kemauan dan
kesanggupan
mereka.
Dalam
hal
ini
tampak,
bahwa
belum
ada
kesanggupan
warga untuk berusaha secara optimal.
Di
sisi * lain
bahwa rehabilitasi
sosial
daerah
kumuh
adalah untuk menciptakan perbaikan status sosial
ekonomi
ternyata
masih
belum
mampu
dipahami
dan
dilaksanakan
oleh warganya.
Tentunya,
bila
hal
ini
dibiarkan berlarut-larut dan belum adanya
penanganan
secara
khusus,
maka akan sulitlah
warga
masyarkat
daerah
kumuh
itu mengembangkan dirinya
dan
keluar
dari kehidupan kumuh itu.
dan
merupakan
sub sistem
dalam
sistem
pendidikan
nasional
mampu member! peluang lebih
besar
melalui
upaya
menggali
potensi
belajar
dan
membelajarkan
warga
masyarkat yang
bermukim di daerah kumuh
untuk
member!kan
kesempatan
kepada
mereka
guna
mengembanqkan kemampuan baik pada aspek
pengetahuan,
sikap,
dan
keterampilan
untuk dapat
keluar
dari
kehidupan kumuh itu. Salah satu masalah penting dalam
penyelenggaraan pendidikan luar sekolah adalah
upaya
menarik
perhatian
dan melibatkan
warga
masyarakat
miskin. Mereka kurang memahami kebutuhannya
terhadap
pendidikan
untuk
memperbaiki
kehidupan
dan
belum
menyadari kemiskinannya. OleF, karena itu, D.
Sudjana
(1991:109)
berpendapat bahwa:
Untuk
menarik perhatian penduduk
miskin
agar
mengikuti pendidikan luar sekolah, maka program
pendidikan
harus menyentuh nilai ekonomi
yang
dapat segera mengahasi1kan atau hasilnya
dapat
langsung digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut
konsep
pendekatan
pendidikan
luar
sekolah
tentang
warga masyarakat
miskin
dikaitkan
dengan
belajar ialah bahwa belajar dalam
pendidikan
luar
sekolah
tidak diartikan secara
sempit,
yaitu
menerima informasi dan memperoleh keterampilan
saja,
akan
tetapi
belajar diartikan sebagai
suatu
upaya
yang dapat dilakukan di setiap kesempatan mencari dan
mengembangkan
kemampuan
seseorang
atau
kelompok
produktif.
Kegiatan
belajar
dalam
pendidikan
luar
sekolah antara lain meliputi hubungan sosial, belajar
untuk
berusaha dalam mata pencaharian,
adat istiadat,
dan norma yang terus berkembang dalam masyarakat.
Pembinaan usaha mandiri merupakan salah satu
proses membelajarkan warga dan menjadi komitmen dalam
pendidikan
luar sekolah untuk dapat mengangkat harkat
dan martabat warga masyarakat yang
bermukim di daerah
kumuh
itu.
Dalam
hal
ini,
bahwa
pembinaan
akan
mencakup
kemampuan berpengetahuan,
perubahan
sikap
prilaku,
berprestasi,
dan
hidup
bermasyarakat
sehingga hidupnya lebih sejahtera. Makna kemandirian
bukanlah dalam artian sempit yaitu "berditi di aids
kaki sendiri" dengan asumsi
kemampuan diri adalah dia
atas segala-galanya tanpa memperdulikan bantuan orang
lain. Namun sesungguhnya makna esensi yang terkandung
dalam
pengertian
kemadirian
adalah
kemampuan
pengoptimalisasian diri atas bantuan orang lain.
Dengan perkataan lain, kemandirian dalam kebersamaan
Orang
yang
mandiri
memiliki
tali
hubungan
atau
ketergantungan yang wajar dengan sesama manusia dan
tidak memisahkan dirx dari agama (Allah),
(Surat
Ali
Imran,
112). Dalam konteks pendidikan
luar
sekolah,
kemandirian
yang
dimaksud adalah
berkenaan
dengan
tanggung
jawab
belajar orang dewasa
sebagai
warga
Konsep
ini
menganut
pandangan
Stephen
Brookfield
(1983:27)
disebut
"Independence
learning"
yaitu
belajar mandiri. Misalnya belajar dengan kemauan
dan
kesadaran
sendiri
untuk
mengatasi
kelangkaan
informasi
yang
menunjang
ekonomi
produktif
dalam
upaya memenuhi kebutuhan hidup. Pembinaan dalam
usaha
mandiri
dimaksud
adalah
berkenaan
dengan
pekerjaan
sehari-hari
yang
bersifat
rutin,
model
usaha
menurut
kemampuan
dan potensi
yang
ada
di
sekitar
lingkungan
termasuk pula pengadaan bahan baku
olahan,
jenis
lingkungan
termasuk
pula
pengadaan
bahan
baku olahan, jenis atau bidang
usaha
menurut
keterampilan
dan
kebutuhan
warga
serta
mencari
pemasaran. Semua segi belajar tersebut dilakukan oleh
warga masyarakat yang bermukim di daerah kumuh atas
dasar tanggung jawab, inisiatif,
tanpa
batas
ikatan
usia, dan kebersamaan
dengan orang lain.
Ini berarti
bahwa pemecahannya "memanusiakan manusia" melalui
pertumbuhan potensi dirinya sendiri. Apabila
potensi
belajar
tersebut
di atas
dapat
ditumbuhkembangkan
secara
fungsional dan proporsional, maka akan
dapat
mengentaskan mereka secara sendirinya dari kemiskinan
dan
kekumuhan.
Menumbuhkembangkan
kualitas
manusia
dalam
arti
pengetahuan,
sikap,
keterampilan,
dan
aspirasi
melalui pembinaan merupakan tujuan
politik
Karena
mereka
dapat
berkemampuan,
pengetahuan,
prestasi dan hidup wajar.
Dalam hal ini peneliti tergugah untuk
melakukan
penelitian
berdasarkan
eviden-eviden
ilmiah
yang
mampu mengungkapkan realitas ganda dalam menemukan
fenomena-fenomena sebagai tambahan jalur
penanganan
pendidikan
warga masyarakat yang
bermukim di
daerah
kumuh yang
secara
rasional bermakna khusus dan
dapat
mengembangkan pola-pola yang memenuhi kebenaran
ilmiah.
Membina
warga masyarakat
dalam
pendidikan
luar
sekolah berarti pengembangan kemampuan
melalui
jalur belajar yang araat mereka perlukan bagi
membuka
wawasan
dan usaha yang m^nunjang
ekonomi
produktif
dan
menjadi perilaku hidupnya sehari-hari.
Misalnya
mereka bergerak di bidang jasa dan kerajinan atau
usaha yang
lain yang dikembangkan dari potensi daerah
kumuh
itu.
Hal ini sebagai suatu
antisipasi
bahwa
dalam
pembinaan masyarakat yang
bermukim
di
daerah
kumuh
itu
tidak
dapat
dilakukan
secara
seragam,
artinya tidak dilakukan dengan cara-cara persis
sama
untuk mencapai suatu tujuan.
Penelitian ini bermaksud mengidentifikasi
latar
belakang
kehidupan dan konsep diri warga
masyarakat
yang
bermukim di daerah kumuh.
Dari
penelitian
ini
diharapkan adanya penemuan-penemuan baru dalam
usaha
mandiri. Melalui pembinaan akan
dapat
tumbuh
sendiri usaha mandiri di bidang mata pencaharian yang
digunakan
bagi
penghidupan
warga
dan
berpengaruh
positif terhadap aspek kehidupan yang
lainnya.
B. Identifikasi Masalah
Lajunya
arus
urbanisasi
dan
pertumbuhan
penduduk
secara
alami yang cukup
tinggi
merupakan
faktor
utama ledekan penduduk di kota. Mereka
hidup
di
bawah garis kemiskinan terdesak ke pingiran
kota
dan
menempati
pemukiman
kumuh
adalah
merupakan
masalah
yang sudah lama berlangsung dan belum
dapat
dibendung
apalagi
penanganannya
secara
luas
dan
tuntas.
Gambaran seperti itu tampak di lokasi pemukiman
kumuh yang dihuni oleh warga yang
berstatus urbanisan
dan
warga
asli di Kotamadya Bandung.
Mereka
hidup
dalam
kemiskinan,
yaitu
kurang
pengetahuan
dan
informasi, rendah harga diri dan motivasi serta
ketidakmampuan memenuhi motivasi serta
ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan hidup yang
wajar.
Hal ini disebabkan karena mereka belum memahami
cara-cara
menemukan kebutuhan sekalipun mereka
hidup
di
kota dan masih berusia produktif.
secara umum tata kehidupan sosial warga di
pemukiman
tersebut
di atas masih relatif jauh tertinggal
baik
ditinjau
dari
segi pendidikan,
keamanan,
ekonomi,
kesehatan maupun kondisi sosial
budaya. Tata
kehidu
pan di pemukiman kumuh tersebut perlu mendapat perha
tian
dalam penataanya agar terwujud
perubahan
yanq
positif
baik
untuk
warga
dimaksud
maupun
untuk
kehidupan
yang lainnya serta untuk terciptanya
rasa
kesadaran
dan
tanggung jawab sosial
terutama
bagi
terpenuhinya
kesejahteraan sebagai sasaran
pelaksa-naan pembangunan pada umumnya.
Dari
keadaan yang tergambar
mengenai
kondisi
€
masyarakat
yang
bermukim di daerah kumuh
itu
baik
warga
yang
berstatus urbanisan maupun
warga
asli,
s
maka dalam pembinaan pendidikan luar sekolah
memperhatikan
pengembangan konsep diri.
Konsep
diri
merupakan
salah
satu
komponen
yang
penting
dan
strategis
dalam proses membelajarkan, karena
konsep
diri
diartikan
sebagai sikap
dan
pandangan
warga
tentang
potensi
dirinya
yang
melandasi
kemampuan
hidup dan pemecahan masalahnya untuk menuju usaha
mandiri. Belajar dalam pendidikan luar sekolah
sangat
penting
memperhatikan
kebutuhan
warga
belajardan
konsep
diri
merupakan salah
satu
unsur
dalam belajar orang dewasa (Knowles,
1980:43).Dengan
keberhasilan pendidikan orang dewasa.
Oleh
sebab
itu fokus
masalah
yang
diteliti
yakni sebagai berikut. " Bagaimana kegiatan pembinaan
yang
dilakukan di daerah kumuh dalam
membina
usaha
mandiri?"
Sehubungan
dengan
fokus
masalah
tentang
kegiatan
pembinaan
yang dilakukan di
daerah
kumuh
dalam
membina
usaha mandiri, baik bagi
warga
yang
berstatus urbanisan maupun warga asli, maka perincian
fokus masalah,
yakni sebagai
berikut.
1. Apa yang melatarbelakangi kehidupan mereka?
2. Bagaimana konsep diri mereka terhadap
penghidupan
di pemukiman itu?
3. Bagaimana
kegiatan
belajar
dan
hambatan
yang
mereka alami dalam membina usaha mandiri?
4. Bagaimana hasil atau pengaruh yang mereka capai?
5. Adakah
kegiatan
pembinaan
yang
harus
di-tindaklanjuti?
C. Definisi Operasional.
Dalam penulisan tesis ini dikemukakan definisi
operasional
untuk
menunjukkan
sistem
pola
yanq
diamati
sehingga
mempermudah
pemahaman
terhadap
masalah yang diteliti, yakni sebagai berikut.
1. Pembinaan
pembelajaran
yang
dilakukan
oleh
' keluarga,
masyarakat,
dan
pemerintah yang
bertujuan
untuk
menambah
pengetahuan dan kecakapan yang
ada
dan
dibutuhkan
warga
dalam
melaksanakan
mata
pencahariannya
sehingga tugasnya berjalan
secara
efektif.
Dalam hal ini D. Sudjana (1992:157)
memberi
arti
pembinaan ialah " sebagai
upaya
memelihara
dan membawa suatu keadaan yang seharusnya
terjadi
atau
menjaga
keadaan
sebagaimana
aslinya
".
Definisi
lain
yang bertitik
tolak
dari
proses
belajar
dikemukakan
oleh
A.
Mangunhardjana
(1989:12) bahwa pembinaan adalah :
Suatu proses belajar dengan melepaskan
hal-hal
yang
sudah
dimiliki
dan
mempelajari
hal-hal
yang
baru
yang
belum
dimiliki,
dengan
tujuan
membantu
orang
yang
men-jalaninya, untuk membetulkan dan
mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang
sudah ada serta mendapatkan pengetahuan
dan
kecakapan
baru untuk mencapai tujuan
hidup
dan
kerja,
yang
sedang
dijalani,
secara
lebih efektif.
William
B. Castetter (1981:312)
menegaskan
arti
pembinaan
dalam
konteks
pengembangan
kemampuan individu, yakni sebagai
berikut.
Development includes all aktivities
designed to increase and individual's
ability
to
perform
assignments
efectively, whatever the role and whatever
the level at which
they
are
performed.
Definisi
ini menunjukkan
bahwa
pembinaan
meningkatkan
kemampuan individu agar
menampilkan
keefektifannya
dalam
menjalankan
tugas,
dapat
berperilaku sesuai dengan tuntutan peran.
Jadi,
pembinaan
dalam
pendidikan
luar
sekolah
bermaksud membawa warga
belajar
menjadi
pribadi yang mampu mengembangkan din dengan jalan
menambah
pengalaman
sehingga
mereka
dapat
meningkatkan perannya.
2. Usaha Mandiri
Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan usaha
mandiri
ialah kegiatan yang dilakukan oleh
warga
dengan
sengaja
atas kemauan sendiri
dan
dengan
kebersamaan
dengan
orang
lain
dalam
bidang
pekerjaan atau mata pencahariannya sehari-hari.
Sebagaimana
yang
dinyatakan
dalam
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
(KBBI,
1988:997)
usaha
adalah
"
Kegiatan
dengan
mengarahkan
tenaga,
pikiran
atau badan untuk suatu
maksud".
MancLiri
ialah
"keadaan
dapat
berdiri
sendiri"
(KBBI,
1983:555) .
Berdasarkan
pandangan
tersebut
di
atas,
pembinaan
usaha
mandiri
ialah
setiap
proses
kegiatan
pembelajaran untuk menambah
pengetahuan
dan
kecakapan
yang
telah
dimiliki
baik
yang
dilakukan
oleh
warga atas kemauan
dan
tanggung
dilakukan oleh para pembina dari
instansi-instansi
pemerintah dan organisasi sosial. Proses
keqiatan
dimaksud
berkenaan
dengan
pekerjaan
atau
mata
pencaharian warga sehari-hari yang digunakan untuk
meningkatkan
kemampuan, keterampilan, dan
kerja
sehingga
peranan,
pendapatan
warga
dan
taraf
hidupnya lebih meningkat dari sebelumnya.
3. Warga masyarakat daerah kumuh
Warga masyarakat daerah kumuh ialah
anggota
masyarakat
yang
bermukim
di
suatu
kawasan
pemukiman
yang
mana lokasi
lingkungan
fisiknya
terdesak
ke
pingiran kota,
kotor
atau
cemar.
Objek penelitian mi ialah perilaku ^behavioral
of
the
people), yaitu
cara
hidup dan
cara
berfikir
dari
warga
yang kumuh pikiran
(KBBI,
1988:475)
karena mereka mengabaikan 1ingkungannya.
Juppenlatz
(1970)
mendefinisikan
kawasan
kumuh (slum
area)
adalah " suatu kawasan pemukiman
di mana penduduk hidup dalam kemelaratan,
miskin,
dan
kotor
yang
terjadi
karena
memburuknya
lingkungan
akibat diabaikan pemiliknya "
(Binsar
PH. Naipospos, 1989:22). Definisi ini
menunjukkan
istilah
"memburuknya lingkungan akibat
diabaikan
pemiliknya". Hal ini berarti bahwa pemukiman kumuh
itu
bersumber dari cara berpikir dan
cara
hidup
wawasan sehingga pemukiman mereka tidak menjadi
kepedulian dan tampak tidak layak huni.
4. Status urbanisan dan asli
Status urbanisan dan asli menunjukkan asal
usul tempat tinggal warga yang bermukin di daerah
kumuh. Status adalah " keadaan atau kedudukan
(orang,
badan,
dsb)
dalam
hubungan
dengan
masyarakat di sekeli1ingnya (KBBI, 1989:858).
Istilah urbanisan merujuk pada kata urban dan
urbanisasi yang dalam khasanah tata bahasa
Indonesia, istilah urban sebagai kata dasar dari
urbanisasi, sedangkan urbanisan dan urbanisasi
sebagai kata benda. Urban berarti kota, urbanisasi
adalah proses perpindahan warga dari desa ke kota,
dan urbanisan berarti orang
pendatang.
Jadi
berkenaan dengan warga
yang
diteliti
ialah warga masyarakat yang bermukin di daerah
f
kumuh
dalam
. kedudukannya
sebagai
perfdatang
(urbanisan) ialah warga yang berasal dari luar
kota
dan kini menetap di Kelurahan Kebon Jayanti.
Sedangkan warga asli ialah anggota masyarakat yang
lahir
dan
menetap
di
Kampung
Margamukti
Desa
Mengger,
yang
secara turun-temurun
sejak
orang
tuanya menempati lokasi pemukiman kumuh itu.
5. Konsep diri
sebagai sikap dan pandangan individu tentang
potensi dirinya yang berubah secara dinamis selama
hidup. Komponen-komponen konsep diri dimaksud
mencakup sikap dan pandangan terhadap diri,
cara-cara bereaksi terhadap diri, kepercayaan dan
pendirian yang keseluruhannya merupakan identitas
diri warga yang diteliti.
Konsep diri berasal dari kata bahasa Inggris
"self-concept" adalah "seluruhan sikap, penilaian,
dan norma-norma seseorang dalam hubungan dengan
tingkah laku, dan kualitasnya sebagai manusia"
(Ensiklopedi Indonesia, 1989:1856). Clara R.
Pudj ijogyanti , 19Qi;23) mendef inisi kan bahwa
"konsep diri merupakan sikap dan pandangan
individu terhadap seluruh kedaan dirinya. Menurut
Symond (Sumadi Suryabrata, 1990:292) self-concept
adalah "cara-cara bagaimana seseorang bereaksi
terhadap dirinya sendiri". Menurut Stuart dan
Sundeen (1991), dikutip oleh Budi Anna Keliat
(1992:2) mengemukakan bahwa "konsep diri adalah
semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan
iTiempengaruhi individu dalam hubungannya dengan
orang lain". Susan M. Robertson (1991:406)
mendefinisikan konsep diri ialah seperti berikut:
adalah pandangan tentang diri yang berubah secara
dinamis selama hidup.
6. Pendidikan luar sekolah
Dalam bidang pendidikan dan kebudayaan,
pendidikan luar sekolah merupakan sub sistem dalam
sistem pendidikan nasional. Pendidikan luar
sekolah ialah setiap usaha pelayanan pendidikan
yanq dilakukan dengan sengaja di luar sistem
sekolah untuk. mengaktual isasi potensi diri dan
seseorang dapat mengembangkan poengetahuan, sikap
dan nilai-nil,ai sehingga mampu meningkatkan taraf
hidup dan berpartisipasi dalam masyarakat.
Dalam penelitian ini, pendidikan luar
sekolah merupakan suatu pendekatan. Artinya, di
dalam melihat atau memotret fenomena di lapangan,
peneliti menggunakan konsep-konsep hubungan
fungsional antara komponen—komponen pendidikan
luar sekolah sebagai suatu sistem.
Dalam hal ini D. Sudjana (1992:1)
mendefinisikan bahwa :
Pendidikan luar sekolah adalah setiap usaha
pelayanan pendidikan yang dilakukan dengan sengaja, teratur, dan berencana di luar sistem sekolah, berlangsung sepanjang umur,
yang bertujuan untuk mengaktualisasi potensi
manusia sehingga terwujud manusia yang gemar
belajar-membelajarkan, mampu meningkatkan taraf hidup, berpartisipasi dalam kegiatan
Definisi lain yang tidak banyak berbeda
dengan
definisi
yang
dikemukakan
oleh
SEAMEO
(1971), yaitu definisi yang dikemukakan oleh
Supardjo Adikusumo (Sutaryat Trisnamansyah,
1987:57) bahwa :
Pendidikan luar sekolah adalah setiap kesempatan di mana terdapat komunikasi yang
teratur dan terarah di luar sekolah, dan
seseorang memperoleh informasi, pengetahuan, latihan ataupun bimbingan sesuai dengan usia
dan kebutuhan hidupnya, dengan tujuan
mengembangkan tingkat ketrampilan,
sikap-sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan
baginya menjadi peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarganya bahkan
masyarakatnya dan negaranya.
Definisi-definisi tersebut di atas
menampakkan, bahwa pendidikan luar sekolah
memiliki ciri-ciri penyelenggaraan, warga belajar
memperoleh nilai tambah dalam hal: proses,
perolehan, dan manfaat belajar.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran
yang
lengkap tentang
kegiatan
pembinaan
yang dilakukan di daerah kumuh dalam membina usaha
mandiri warga urbanisan dan warga asli. Dalam
gambaran
itu
akan
dipaparkan
tentang
masalah,
kendala, potensi belajar di pemukiman kumuh.
untuk
1. Mengidentifikasi latar belakang kehidupan mereka,
yanq meliputi karak. teristik, kebutuhan pokok, dan
potensi lingkungan.
2. Mengidentifikasi konsep diri mereka menurut
kompo-nen-komponen sikap dan pandangan, cara-cara
bereaksi, kepercayaan dan pendirian.
3. Memperoleh gambaran tentang kegiatan belajar dan
hambatan yang dialami dalam membina usaha mandiri.
4. Menganalisis hasil atau pengaruh yang mereka capai
untuk menentukan kebutuhan belajar.
5. Menggambarkan secara rinci hal-hal yang perlu
ditindaklanji^ti, meliputi penanggulangan
kemiskinan informasi, pembelajaran dan studi
lanjut.
E. Manfaat Penelitian
Secara teoretis, hasil penelitian ini akan
dijadikan bahan masukan bagi pengembangan kompotensi
profesional pendidikan luar sekolah, khususnya
wawasan tentang konsep penyusunan program
pembelajaran dan studi lanjut terhadap warga
masyarakat yang bermukin di daerah kumuh untuk dapat
dipergunakan sebagai dasar membina usaha mandiri.
Secara praktis, hasil penelitian ini memberikan
saran masukan tentang latar belakang bermukin di
program pendidikan luar sekolah, terutama bagi sumber
belajar atau fasilitator dalam
penyusunan program dan
proses pembelajaran, sehingga dengan bantuan itu
warga belajar mendapatkan cara-cara menemukan
kebutuhannya dengan menggunakan potensi diri dan
potensi 1ingkungannya.
F. Kerangka Pemikiran
Warga masyarakat yang bermukin di daerah kumuh
adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dalam tinjauan
sosio-psikologis
mempunyai hubungan
dan
kesempatan
yang sama dangan warga lain yang bermukim di
pemukiman yang
lebih baik. Mereka dianugrahi
potensi
diri
dan
lingkungan serta sosial
budaya
dan
konsep
diri. Semua komponen tersebut di atas adalah
memungkinkan mereka untuk hidup berkembang dari
bentuk yang lebih rendah dan sederhana menjurus
kepada bentuk
yang
lebih tinggi
dan
kompleks.
Dengan
demikian mereka merupakan manusia yang memiliki
hubungan sesamanya dan mampu mendirikan kaidah
perilaku dan bekerjasama dengan kelompok-kelompok
yang lebih besar. Kerjasama antara individu dan
kelompok adalah perlu untuk perkembangan pendidikan,
sosial
ekonomi,
agama,
dan aspek-aspek kehidupan yang
lain.
masyarakat
yang
bermukim
di daerah
kumuh
pun
di
samping dianugrahi potensi, mereka juga menyandang
masalah sehingga masih sukar untuk dapat mengembangn
dirinya. Mereka tergolong ke dalam lapisan sosial
paling rendah,
yaitu orang-orang miskin yang
terbatas
wawasan dari orang-orang lain yang beruntung dan
berdomisili di daerah pemukiman yang lebih baik.
Tingkat pendidikan sekolah mereka pada umumnya
rendah, bahkan banyak yang tidak pernah mengenyam
sama sekali, sehingga aset informasi yang mereka
miliki juga rendah.
Dalam hal ini, mereka
lebih
tepat
disebut sebagai anggota masyarakat yang miskin
informasi atau pengetahuan. Kemiskinan informasi
mengakibatkan kemiskinan psikologis, kemiskinan
konsep dan kemiskinan produk. Aset informasi dan
pengetahuan merupakan faktor esensial bagi kehidupan,
namun tidak mampu mereka tangkap dari lingkungan
perkotaan. Aspek ini merupakan sumber penyebab yang
berpengaruh terhadap kehidupan, termasuk kemiskinan
dalam artian materi. Dengan perkataan lain, karena
miskin informasi dan pengetahuanlah warga masyarakat
yang bermukim di daerah kumuh itu tidak mampu
mencapai kesejahteraan hidup yang lebih baik. Mereka
tidak memiliki mata pencaharian yang tetap, kalaupun
bekerja tidak. lah memuaskan hasilnya sehingga tidak
Mencermati kehidupan warga masyarakat yang
bermukim di daerah kumuh dengan kemiskinannya, bahwa
kemiskinan itu bukan terjadi dengan sendirinya,
tetapi sebagai suatu produk, yaitu sebagai akibat
rendahnya pemilikan aset informasi. Kemiskinan
merupakan masalah yang mungkin tidak dihiraukannya
lagi, namun sebenarnya hal itu paling mendasar untuk
diangkat serta dicari pemecahannya. Kemiskinan,
justeru sering menjadi awal dari timbulnya masalah
pada aspek-aspek kehidupan lain di kota, sehingga
memerlukan penanganan yang sungguh-sungguh dari semua
pihak.
Usaha yang dilakukan oleh pemerintah dan masya
rakat untuk mengatasi masalah itu adalah dengan
melakukan Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK)
untuk memperbaiki kondisi lingkungan. Dampak yang
diharapkan dari rehabilitasi tersebut adalah untuk
mampu memperbaiki segi-segi kehidupan masyarakat
setempat, khususnya yang menyangkut rumah tidak layak
huni serta kondisi lingkungan yang tidak memenuhi
persyaratan kelayakan lainnya. Di samping itu RSDK
berupaya menggugah dan memasyarakatkan semangat
kese-tiakawanan sosial yang mampu menampilkan gerakan
masal dari, oleh, dan untuk masyarakat dengan
diliputi suasana persaudaraan, kebersamaan,
Penelitian ini melakukan pengkajian tentang
latar belakang kehidupan dan konsep diri warga
masyarakat yang bermukim di daerah kumuh sebagai
upaya menggali potensi belajar dalam rangka
mengentaskan kehidupan kumuh dengan ciri
kemiskinannya. Pembinaan usaha mandiri sebagai proses
pembelajaran adalah faktor yang esensial dari
pendidikan luar sekolah, yaitu upaya untuk merubah
hidup dari lapisan rendah yang berpandangan negatif
menjadi positif yang akan melahirkan harga diri.
Indikasi dari suatu kemandirian ialah mampu membuat
pilihan yang terbaik bagi dirinya yaitu membuka
kesempatan belajar yang dapat menambah wawasannya,
memiliki konsep diri yang positif terhadap usahanya,
berinisiatif, dan memiliki kebebasan dalam belajar,
serta mampu melakukan usaha mandiri yang tumbuh
sendiri. Oleh sebab itu adalah penting merumuskan
rekomendasi hasil penelitian bagi penyusunan program
membelajarkan mereka, yaitu sebagai pilihan untuk.
membina usaha mandiri. Membelajarkan adalah upaya
mencerdaskan manusia untuk mengembangkan kemampuan
dan meningkatkan kualitas hidup mereka sebagai sumber
daya insani.
Secara skematis kerangka pemikiran penelitian
ibar 1 KERANGKA PEMIKIRAN
POTENSI DIRI
5UKAN DARI 1ERINTAH : lABIL.ITASI iIAL
:rah KUMUH
WARGA MASYARAKAT DAERAH KUMUH
r
POTENSI LINGKUNGAN
MASALAH KEHIDUPAN
KUMUH
KEMISKINAN
RENDAH ASET INFOR MASI /PENGETAHUAN
»' 1
MATA PENCAHARI AN
1
MASUKAN DIRI HASIL
PENELITIAN
1
MANDIRI
KONSEP DIRI
PEMBINAAN
w \—
r <****>
ff* *****
METODOLOGI,
PROSEDUR,
DAN TEKNIK PENELITIAN
Metodologi
sebagai suatu
pembahasan
mengenai
metode-metode yang dipergunakan dalam proses pene
litian berkaitan dengan prosedur dan tekniknya.
Keterkaitan dimaksud menunjukkan bahwa prosedur ber
kenaan dengan tahapan-tahapan
penelitian,
sedangkan
teknik menitikberatkan pada cara-cara pengumpulan
data,
pemilihan kasus, dan analisis data.
Oleh
sebab
itu
dapat dikatakan bahwa metodologi, prosedur,
dan
teknik penelitian merupakan satu kesatuan dan menjadi
persyaratan penting untuk dapat memberikan
penggaris
dan
bimbingan
yang cermat dan
teliti.
Persyaratan
dimaksud
mutlak dipersiapkan dan dipedomani
seperti
dinyatakan oleh Bohar Soeharto (1990:91)
bahwa
"per
syaratan
dalam
suatu metodologi
penelitian
dibuat
untuk memperoleh ketepatan, kebenaran, dan pengetahu
an yang mempunyai nilai ilmiah yang tinggi".
Hal
ini
berarti bahwa metodologi penelitian merupakan pilihan
yang memilih pesan atau misi dengan jalan menggunakan
instrumen untuk mencapai tujuan.
Penggunaan
metodologi
dalam
penelitian
ini
adalah
sebagai
pendekatan
dari
pendidikan
luar
sekolah
terhadap warga masyarakat yang
bermukim
di
daerah kumuh quna memahami makna kehidupan mereka
melalui pengamatan yang bersifat partisipatif.
Sehubungan dengan itu, pada Bab III penulis
menyaji-kan proses penelitian yang disusun dari hasil penga
matan lapangan. Pembahasannya diklasifikasikan
menurut metode, prosedur, dan teknik serta beberapa
faktor yang relevan dengan pelaksanaan penelitian
ini .
A. Metode Penelitian
Pada bagian ini dibahas mengenai pendekatan
terhadap masalah dan subjek penelitian, sebagai
berikut.
1. Pendekatan terhadap masalah
Sebagaimana disebutkan bahwa tujuan penelitian
ini adalah untuk mengidentifikasi latar belakang
kehidupan dan konsep diri warga masyarakat yang
bermukim di daerah kumuh. Pengkajian terhadap
latar belakang kehidupan untuk dapat menemukan,
memahami, dan mengarahkan perilaku mereka sesuai
dengan potensinya. Hasil penelitian ini penting
artinya untuk menyimak perilaku mereka dan
dipergunakan dalam rangka membina usaha mandiri.
Untuk mengungkapkan fenomena kehidupan mereka,
satuan kajian (sistem pola yanq diamati) dalam
penelitian ini adalah warga masyarakat yang
urbanisan
maupun
warga
asli.
Di
samping
itu,
mengamati konsep diri mereka terhadap
penghidupan
di pemukiman dan fenomena lain yang terdapat dalam
kehidupannya.
Dengan
demikian
penelitian
inu.
menyentuh "kealamiahan sumber data" yang
bersifat
menyeluruh
dari kehidupan itu,
yaitu
pengamatan
kepada
manusia
dalam kawasan
yang
fundamental.
Lexy J. Moleong (1991:91) mengingatkan,
"Peneliti
dalam pandangan fenomenologis berusaha untuk mema
hami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya
terhadap
orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu".
Titus,
Smith,
dan Nolan
(1984:398)
mengatakan,
bahwa dalam konteks apapun kita memakai
kata
feno-menologi adalah dalam pongertian
"penampakan
rea-litas kepada kesadaran".
Mencermati
pengertian
tersebut
dan
untuk.
mencapai
tujuan penelitian, maka
penelitian
ini
menggunakan
pendekatan kualitatif.
Alasan
dalam
penetapan penggunaan pendekatan kualitatif
adalah
berdasarkan pertimbangan berikut.
a. Berkenaan dengan sifat masalah yang diteliti
Penelitian ini bertitik tolak dari qejala
kehidupan
kumuh,
yaitu
pemukiman
yang
kotor,
cemar,
penduduknya peadat dan berdesak-desak,
dan
Iain-lain. Hal ini disebabkan karena terbatasnya
sehat dan harmonis. Pada umumnya mereka berusia
produktif, namun tidak memiliki keterampilan untuk
dapat hidup sejahtera, apalagi untuk bersaing
dalam mendayagunakan potensi lingkungan gun,a
dijadikan sumber-sumber bagi penghidupannya. Jika
dilihat dari perilaku kehidupan warga, sungguh
beragam baik ditinjau dari segi individu maupun
kelompok sangatlah kompleks.
„Untuk memahami perilaku seperti digambarkan
di atas peneliti bermaksud melakukan pengkajian
secara mendalam yaitu untuk mengidentifikasi latar
belakang kehidupan dan konsep diri mereka. Hasil
pengkajian pada aspek tersebut dianalisis guna
menemukan realitas ganda dan kebermaknaannya bagi
kegiatan membelajarkan untuk membina usaha
mandiri. Lexy J. Moleong (1991:33) mengibaratkan
"kenyataan ganda dari fenomena yang dapat
di-umpamakan sebagai susunan lapisan kulit bawang,
atau seperti sarang, tetapi yanq saling membantu
satu dengan lainnya". Hal ini berarti setiap
lapisan fenomena mempunyai kebenaran berdivergensi
dalam pelbagai bentuk dan terkait secara erat yang
membentuk suatu pola kebenaran. Dengan demikian,
melalui penelitian ini maka kehidupan warga
maisya-rakat yang bermukim di daerah kumuh dapat
semakin
luas, dalam, dan
menyeluruh.
Penelitian
ini membantu peneliti dalam mencari dan
menemukan
teori
berdasar
pada
data
(grounded
theory).
Pendekatan
grounded
yang
induktif
mengandung
pembaharuan
dan terstruktur lebih
longgar
dalam
menjaring data, yaitu penyusunan
teori
substantif
yang
berakar pada data (Abdul Syukur Ibrahim
dan
Machrus Syamsuddin,
1985:15)
Jadi,
berkenaan
dengan
kehidupan
warga
masyarakat
yang
bermukim di
daerah
kumuh'
yang
kompleks,
penelitian
kualititatif
akan
mampu
mengungkapkan
realitas
ganda,
lebih
dapat
mengungkapkan hubungan yang wajar antara
peneliti
uan
responden,
yaitu lebih sensitif
dan
adaptif
terhadap
peran berbagai pengaruh hubungan
timbal
balik.
Disebut kualitatif karena sifat data
yang
dikumpulkan
bercorak
kualitatif,
yakni
tidak
menggunakan
alat-alat
pengukur.
Disebut
naturalistik
karena
situasi
lapangan
bersifat
natural
atau
wajar,
sebagaimana
adanya
tanpa
dimanipulasi
diatur dengan eksperimen
atau
test
(Nasution,
1988:18).
Penenlitian
ini
tidak.
menggunakan pengujian
hipotesis melainkan menjawab
sejumlah
pertanyaan
yang diturunkan
dan
fokus
b. Pengetahuan mengenai subjek penelitian
Penelitian ini mengamb.il lokasi di lapangan
kehidupan tempat tinggal warga masyarakat daerah
kumuh yang mana sumber informasinya atau responden
adalah para orang dewasa atau kepala keluarga
dengan meneliti dan mendalami aktivitas hidupnya
sehari-hari. Dalam tugas ini, peneliti akan ber
hadapan dengan beberapa aspek perilaku warga yang
diamati dan diwawancarai mengenai karakteristik,
kebutuhannya,
etnis, status sosial ekonomi,'
pen
didikan, potensi lingkungan atau kemungkinan
pengembangan kemampuan mereka di dalam belajar.
Oleh sebab itu peneliti mengkaji atau melakukan
"pemanahan fenomena" terhadap aspek-aspek perilaku
orang dewasa dimaksud.
2. Subjek penelitian
Di dalam suatu penelitian, subjek penelitian
merupakan sesuatu yang kedudukannya sangat sentral
karena pada subjek itulah terdapat. variabel pene
litian (dalam penelitian kualitatif disebut sistem
pola yang diamati) diteliti oleh peneliti.
Ketepatan memilih subjek penelitian menentukan
hasil. karya yang mengandung kebenaran ilmiah dan
secara konsepsional dapat dipertanggungjawabkan.
terhindar dan eror bila subjek penelitian
diambil secara cermat yang didasari pemikiran
ilmiah. Oleh sebab itu perlu diperhatikan kriteria
persyaratan untuk menjadi subjek penelitian.
Suharsimi Arikunto (1989 : 211) dalam suatu
kesimpulan tulisannya merumuskan bahwa "subjek
penelitian pada umumnya manusia atau apa saja yang
menjadi urusan manusia". Menyimak batasan itu,
maka
dalam penelitian ini subjeknya
ialah
warga
masyarakat yang bermukim di daerah kumuh,
sedangkan
yang
menjadi objek
ialah
peristiwanya
(event)
yang dalam hal ini ialah perilaku
warga.
Subjek penelitian ini dibedakan menjadi dua kelom
pok, yaitu "sufiiber inf oriiiasi" dan "informan".
Sumber informasi ialah warga masyarakat yang
bermukim
di
daerah kumuh,
baik.
yang
berstatus
urbanisan maupun warga asli. Sumber informasi atau
responden adalah orang yang menjadi kasus
penelitian yang memberikan data utama tentang diri
sendiri dan latar belakang kehidupannya. Dengan
perkataan
lain, sumber informasi
ialah orang
yang
me n c e r it a k an tentang d i r i n ya sen d i r i„
Informan ialah warga yang menjadi tokoh
pirn-pinan formal atau informal yang memberikan data
pelengkap tentang identitas kehidupan kasus di
yang menceritakan orang lain (menceritakan kehidu
pan kasus). Lexy J. Moleong (1991:90) menyebutkan
bahwa "informan adalah orang yang dimanfaatkan
untuk memberikan informasi tentang situasi dart
kondisi latar belakang penelitian". Di samping itu
ditegaskan juga bahwa "pemanfaatan informan bagi
peneliti ialah agar dalam waktu yang relatif
sing-kat banyak informasi yang terjangk.au, jadi sebagai
internal sampl inq, karena informan. dimanfaatkan
untuk berbicara, bertukar pikiran, atau