• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN KOLOID BERBASIS LEARNING CYCLE 7E DENGAN METODE PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN KOLOID BERBASIS LEARNING CYCLE 7E DENGAN METODE PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Alloh SWT, yang karena Rido dan Hidayahnya sehingga

kita senantiasa dapat beraktifitas dalam rangka mencapai Ridho Nya.

Tesis ini berjudul “ Modifikasi Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusif”

Pada Bab I membahas tetang Pendahuluan, Bab II membahas tentang

Kajian Pustaka, Bab III membahas tentang Metode Penelitian, Bab IV membahas

tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan, Bab V membahas tentang Kesimpulan

dan Rekomendasi

Alhadulilah tesis ini dapat terselesaikan sesuai dengan harapan. Peneliti

menyadari sepenuhnya bahwa dalam tesis ini masih banyak kekurangan sehingga

kritik yang konstruktif sangat peneliti harapkan guna perbaikan tesis ini.

Adapun dalam penyelesaikan tesis ini peneliti mendapat bantuan dari

berbagai pihak terutama pembiming tesis dan Kaprodi. Pendidikan Kebutuhan

Khsus (PKKh). Semoga amal baiknya diterima Oleh Alloh SWT.

Bandung, 18 Juli 2012

(2)

Jadikanlah Sabar san Sholat sebagai

penolong. Dan sesungguhnya yang

demikian itu sunggung berat, kecuali

bagi orang yang khusuyu

Kupersembahkan untuk:

Yang tercinta istriku Iis Irma dan kedua

anakku (Bagas M. Azmi & Bintang M.

Azka), Ibuku Apong yang senantiasa

(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Yang pertama dan utama, penulis panjatkan puji serta syukur kehadirat

Alloh SWT. Yang telah memberikan kekuatan lahir dan batin kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Ucapan terima kasih tak terhingga penulis sampaikan kepada istriku

tercinta Iis Irma yang dengan segala kesabaran, motivasi dan do’a nya yang

senantiasa menyertai penulis, juga kedua anakku Bagas Muhammad Azmi dan

Bintang Muhammad Azka yang selalu menghibur dengan kelucuannya. Tak lupa

spesial ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis

sampaikan kepada Ibunda Apong Juarsih atas didikan, do’a-do’a dan harapannya

yang tulus atas kebahagiaan dan keberhasilan penulis.

Selanjutnya, ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

ingin penulis sampaikan kepada Yth:

1. Bapak Dr. Didi Tarsidi, M.Pd, selaku pembimbing tesis, yang senantiasa

ramah dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis dengan penuh

kesabaran.

2. Bapak Dr. Zaenal Alimin, M.Ed, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kebutuhan Khsus Sekolah Pasca Sarjana UPI, yang dengan penuh keramahan

telah memberikan kemudahan-kemudahan untuk memperlancar studi.

3. Bapak dan Ibu Dosen di Prodi. Pendidikan Kebutuhan Khusus, yang telah

memberikan bimbingan dan pengetahuan selama penulis mengikuti

(4)

4. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Wahyudin Zarkasy, CPA, selaku Kepala Dinas

Pendidikan Provinsi Jawa Barat yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melanjutkan studi ke-S2

5. Bapak Rahmat Santana, S.IP, selaku Kepala Sekolah Hikmah Teladan,

Bapak Eko, Bapak Ikbal, Ibu Devina, Ibu Aida, Ibu Mety dan Ibu Siti selaku

guru atas segala keramahan dan kemudahannya.

6. Ibu Rina, selaku kepala sekolah, Ibu Nanan, Wida dan Pak Yuda atas segala

keramahan dan kemudahannya.

7. Ibu Hj. Hanni Hanuraini, S.H. M.H, selaku Ketua Yayasan Pelita Hafizh dan

Bapak Aris Kunaefi, S.Pd selaku Kepala Sekolah Luar Biasa Autisme Pelita

Hafizh yang telah memberikan izin kepada penulis.

8. Rekan-rekan guru SLB Autisme Pelita Hafizh: Ibu Yuyun, Ibu Yati, Ibu Lilis,

Ibu Nety, Ibu Eneng, Ibu Siti, Ibu Anita, Ibu Indri, Ibu Gina, Ibu Niken, dan

Bu Nia atas segala kerjasamanya selama ini.

9. Teman-teman angkatan 2010 Prodi. PKKh atas berbagi pengalaman selama

memuntut ilmu.

10. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya kepada Alloh jualah segalanya dikembalikan, semoga amal baik

yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal soleh dan mendapatkan balasan

(5)

DAFTAR ISI

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian ………..

C. Penjelaan Konsep ……….

1. Modifikasi Penilaian Hasil Belajar ………

2. Pendidikan Inklusif ………

D. Tujuan Penelitian ………..

E. Manfaat Penelitian ………

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Modifikasi Penilaian Hasil Belajar………

B. Anak Berkebutuhan Khusus ……….

C. Pendidikan Inklusif ………...

D. Modifikasi Penilaian Hasil Belajar Dalam Seting Pendidikan Inklusif ...

(6)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ………...

B. Strategi/Desain Penelitian ………

C. Pendekatan Penelitian ………...

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ……….

E. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ……….

F. Teknik Analisis Data Penelitian ………..

G. Teknik Keabsahan Data ………...

H. Pengembangan Instrumen Penelitian ………...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ……….

1. Deskripsi Data Modifikasi Penilaian Hasil Belajar PDBK yang

Menggunakan Kurikulum di Bawah Standar Pendidikan yang

Dilakukan oleh Guru dan Satuan Pendidikan di Sekolah Dasar X…...

a. Deskripsi Data Modifikasi Penilaian Hasil Belajar PDBK yang

Menggunakan Kurikulum di Bawah Standar Pendidikan yang di

Lakukan oleh Guru di Sekolah Dasar X ………

1) Perencanaan Penilaian PDBK yang Dilakukan oleh Guru …...

2) Modifikasi Pelaksanaan Penilaian PDBK yang Dilaksanakan

oleh Guru di Sekolah Dasar X ……….

3) Modifikasi Pengolahan dan Pelaporan Penilaian PDBK yang

Dilakukan oleh Guru di Sekolah Dasar X ….………..

(7)

b. Deskripsi Data Modifikasi Penilaian Hasil Belajar PDBK yang

Menggunakan Kurikulum di Bawah Standar Pendidikan yang di

Lakukan oleh Satuan Pendidikan di SD X………..

c. Hasil Analisis Data Modifikasi Penilaian PDBK yang Dilakukan

oleh Guru dan Satuan Pendidikan di SD X ………

2. Deskripsi Data Modifikasi Penilaian Hasil Belajar PDBK yang

Menggunakan Kurikulum di Bawah Standar Pendidikan yang

Dilakukan oleh Guru dan Satuan Pendidikan di SD Y ………

a. Deskripsi Data Modifikasi Penilaian Hasil Belajar PDBK yang

Menggunakan Kurikulum di Bawah Standar Pendidikan yang di

Lakukan oleh Guru di SD Y ..….……….

1) Perencanaan Penilaian PDBK yang Dilakukan oleh Guru

Disekolah dasar Y ………

2) Modifikasi Pelaksanaan Penilaian PDBK yang Dilaksanakan

oleh Guru di SD Y ……….

3) Modifikasi Pengolahan dan Pelaporan Penilaian PDBK yang

Dilakukan oleh Guru di SD Y ….……….

b. Deskripsi Data Mengenai Modifikasi Penilaian PDBK yang

dilakukan oleh Satuan Pendidikan di SD Y………

56

58

63

63

63

65

66

(8)

c. Hasil Analisis Data Modifikasi penilaian Hasil Belajar PDBK

Yang Menggunakan Kurikulum Dibawah Standar Pendidikan

Yang Dilakukan Oleh Guru Dan Satuan Pendidikan di sekolah

dasar Y ………

3. Analisis Lintas Kasus ………..

B. Pembahasan ……….

1. Penilaian Hasil Belajar PDBK yang Dilakukan Guru ……….

2. Penilaian Hasil Belajar PDBK yang Dilakukan Satuan Pendidikan …

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ………...

B. Rekomendasi ………

DAFTAR PUSTAKA ………

LAMPIRAN-LAMPIRAN:

A. ALAT PENGUMPUL DATA………..

B. DATA PENELITIAN………

RIWAYAT HIDUP

70

74

78

78

89

92

95

97

99

(9)

RIWAYAT HIDUP

Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis:

1. SDN I Isola Bandung lulus tahun 1987

2. SMPN 29 Bandung lulus tahun 1990

3. SMA KORPRI UNIT IKIP Bandung lulus tahun 1993

4. IKIP Bandung Jurusan PLB FIP lulus tahun 1999

5. Pada Tahun 2010 penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi

S 2 di Prodi. Pendidikan Kebutuhan Khusus Sekolah Pasca Sarjana UPI

Pengalaman Organisasi Penulis:

1. Ketua Adat Pecinta Alam SISPAKALA SMA KORPRI UNIT IKIP Bandung

periode 1991/1992

2. Ketua Umum HMJ PLB FIP IKIP Bandung Periode 1994/1995

3. Komandan Kompie Menwa Mahawarman YON XI IKIP Bandung periode

1996/1997

4. Ketua Kelompok Kerja Guru SLB Gugus XIV Kota Bandung periode

2009-sekarang

Riwayat Pekerjaan:

1. Guru di Sekolah Khusus Permata Ibu Cimahi tahun 1999-2001

2. Guru di Taman Pendidikan dan Pelatihan Khusus Alfazona Sultan Plaza

tahun 2001-2003

3. Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak Smart Kids tahun 2003-3006

Wawan, sederharna memang, putra dari dua bersaudara

pasangan Bapak Oman dan Ibu Apong yang dilahirkan

di Bandung pada tanggal 10 Nopember 1974.

Dengan beristrikan Iis Irma dan di karuniai dua orang

putra Bagas Muhammad Azmi dan Bintang Muhammad

(10)

4. Guru Bantu Sekolah di SLB Autisme Pelita Hafizh tahun 2003-2008

5. Guru PNS di SLB Autisme Pelita Hafizh tahun 2008-sekarang

6. Dosen Luar Biasa di Politeknik Al-Islam Bandung Prodi. Terapi Wicara

tahun 2005-sekarang

Pengalaman lain-lain penulis:

1. Satuan Tugas XVI Dharma Bakti Menwa Indonesia Timor Timur tahun 1997

2. Penataran Kader Bela Negara Bagi Pemuda Tingkat Nasional Angkatan VII

yang diselenggarakan oleh kantor Menpora, Dephankam dan KNPI tahun

1998

3. Seminar Internasioanl di Universitas Kebangsaan Malaysia tahun 2011

Prestasi:

1. Juara ke-5 Guru SLB Berdedikasi tingkat Provinsi Jawa Barat tahun 2007

2. Juara Ke-1 Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat Provinsi Jawa Barat pada

Lomba Kreatifitas Guru dan Kepala Sekolah Luar Biasa tahun 2011.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagaimana diketahui bahwa negara Indonesia mempunyai jumlah

dan variasi penduduk yang beragam baik dilihat dari segi sosial, ekonomi dan

budaya, sedangkan dari variasi penduduknya tidak dapat dipungkiri bahwa

banyak diantaranya mempunyai kemampuan baik secara fisik, emosional,

intelektual dan mental yang beragam pula. Undang-Undang Pendidikan

Nasional No 20 tahun 2003, pasal 1 ayat 1. menyatakan bahwa:

“Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri nya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri , kepribadian kecerdasan , akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Pernyataan Undang-Undang diatas tentu memberikan konsekwensi

logis bagi terlaksananya sistem pendidikan yang adil, merata, dan

memberikan kesempatan belajar bagi semua anak bangsa tanpa kecuali.

Pendidikan Khusus yang merupakan bagian integral dari Sistem Pendidikan

Nasional yang secara spesifik tercantum dalam pasal 32 ayat 1:

“Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki

tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik , emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat

istimewa”.

Perubahan konsep pendidikan bagi anak penyandang disabilitas yang

secara resmi disebut Pendidikan Luar Biasa (PLB) atau Pendidikan Khusus

(12)

terhadap pendidikan secara umum. Implikasi penting dari perubahan itu

adalah semakin terbuka luas kesempatan pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus, termasuk anak penyandang disabilitas. Mereka tidak hanya bisa

dilayani di sekolah khusus (segregasi) akan tetapi juga dapat dilayani di

sekolah umum (inklusif).

Sistem segregesi memandang keberadaan penyandang disabilitas

memiliki karakteristik yang berbeda dari kebanyakan anak, sehingga dalam

pendidikannya mereka memerlukan pendekatan dan metode yang khusus pula

sesuai dengan karakteristiknya. Oleh sebab itu pendidikan anak penyandang

disabilitas harus dipisahkan (di sekolah khusus) dari pendidikan anak lainnya.

”Sementara itu pendidikan inklusif yang di landasi oleh konsep special need

education, memandang persoalan pendidikan anak penyandang cacat dari

sudut pandang yang lebih bersifat humanis, holistik, perbedaan individu dan kebutuhan anak menjadi pusat perhatian. Dengan demikian layanan pendidikan tidak lagi didasarkan atas label kecacatan anak, akan tetapi didasarkan pada hambatan belajar dan kebutuhan setiap individu anak. Oleh karena itu layanan pendidikan anak penyandang cacat tidak harus di sekolah khusus, tetapi bisa dilayani di sekolah regular terdekat dimana anak itu

berada.” (Alimin, Zaenal , 2004: )

Dalam pandangan lama istilah yang dipakai adalah anak luar biasa

(exceptional children), istilah ini mengindikasikan bahwa layanan pendidikan

pada mereka berada dan terisolasi di sekolah khusus (SLB). Sementara dalam

pandangan baru istilah yang digunakan adalah anak yang mempunyai

kebutuhan khusus (children with special needs). Istilah seperti itu berusaha

untuk menghindari penggunaan label atau stigma kecacatan, akan tetapi lebih

menonjolkan hambatan belajar dan kebutuhan anak sebagai fokus perhatian.

(13)

dapat dilakukan di sekolah umum bersama-sama dengan anak pada umumnya

(pendidikan inklusif). Sehingga dengan demikian kesempatan belajar bagi

mereka menjadi lebih luas. Ide tentang pendidikan inklusif secara yuridis

didukung oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional no 20 tahun

2003. Dijelaskan bahwa anak-anak penyandang kelainan dapat dilayani dalam

seting pendidikan inklusif atau disatuan pendidikan khusus.

Lebih spesifik dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional nomor: 70

tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Yang

Memiliki Kelainan Dan Memiliki Potensi Kecerdasan Dan/Atau Bakat

Istimewa pasal 1 dinyatakan bahwa:

”Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang

memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya”.

Upaya pemberian layanan pendidikan yang mengarah dan mendorong

Peserta Didik Kebutuhan Khusus (PDBK) ke dalam sekolah umum

seyogianya dapat dilakukan oleh semua pihak. Upaya yang telah dilakukan

untuk membuka akses bagi PDBK ke sekolah umum memang relatif masih

kecil dan terbatas, banyak persoalan yang menghambat mereka untuk tetap

eksis dan berkembang sesuai dengan hambatan belajar dan kebutuhan

khususnya, diantara persoalan itu adalah hal yang menyangkut penilaian hasil

belajar PDBK oleh pendidik (guru) dan oleh satuan pendidikan. PDBK yang

dimaksud adalah PDBK yang memiliki kelainan dan yang mendapatkan

(14)

pendidikan, secara jelas dalam Permendiknas nomor 70 tahun 2009 Tentang

Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Kelainan Dan

Memiliki Potensi Kecerdasan Dan/Atau Bakat Istimewa

dalam pasal 9 ayat 3 dinyatakan :

”Peserta didik yang memiliki kelainan dan mengikuti pembelajaran

berdasarkan kurikulum yang dikembangkan di bawah standar pendidikan mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang

bersangkutan”.

Permendiknas tersebut diatas mensyaratkan bahwa PDBK yang

memiliki kelainan dan mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum di

bawah stadar pendidikan di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif

mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang

bersangkutan. Artinya guru dan satuan pendidikan penyelenggara pendidikan

inklusif mempunyai hak otonomi untuk menyelenggarakan penilaian PDBK

secara mandiri.

Sekolah dasar Hikmah Teladan yang dalam penelitian ini selanjutnya

akan disebut SD X dan sekolah dasar Y sebagai sekolah dasar penyelengara

pendidikan inkluisif yang selama ini menerima PDBK Autis, PDBK yang

mengalami hambatan kecerdasan dan Down Syndrom merespon positif

amanat Permendiknas tersebut sehingga pada PDBK tersebut mendapatkan

program pembelajaran yang menggunakan kurikulum dibawah standar

pendidikan yang dimodifikasi untuk disesuaikan dengan hambatan dan

kebutuhan belajarnya, sehingga didalam penilaiannyapun dilakukan oleh guru

dan satuan pendidikan secara mandiri. PDBK tersebut memiliki hambatan

(15)

penilaian hasil belajar kepada mereka diperlukan adanya modifikasi

penilaian, sekurang-kurangnya mecakup empat komponen utama yaitu: 1)

Instrumen penilaian, 2) Pelaksanaan penilaian, 3) Kriteria keberhasilan, dan

4) Pelaporan hasil penilaian.

Berlatar belakang pada hal inilah maka penulis merasa perlu

melakukan penelitian mengenai penilaian yang dilakukan oleh pendidik

(guru) yang mencakup: 1) Perencanaan penilaian yang terkait dengan

modifikasi penyusunan instrumen penilaian, 2) Modifikasi pelaksanan

penilaian, 3) Modifikasi kriteria keberhasilan, dan 4) Modifikasi pelaporan.

Dan yang dilakukan oleh satuan pendidikan yang mencakup: 1) Modifikasi

ketentuan ujian sekolah, 2) Modifikasi penetapan kelulusan PDBK, 3)

Modifikasi penetapan kenaikan kelas dan pelaporannya.

B. Fokus dan Pertanyan Penelitian

Penilaian hasil belajar PDBK oleh pendidik (guru) memiliki peranan

penting untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan

penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses

pembelajaran, sedangkan penilaian yang dilakukan satuan pendidikan

mempunyai tujuan menilai pencapaian Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

untuk semua mata pelajaran, penilaian akhir mempertimbangkan hasil

penilaian peserta didik oleh pendidik

PDBK yang mendapatkan program pembelajaran yang kurikulumnya

(16)

akan melalui proses modifikasi penilaian mecakup instrumen penilaian,

pelaksanaan penilaian, kriteria keberhasilan dan pelaporan hasil penilaian.

Atas dasar pemikiran tersebut maka fokus penelitian adalah penilaian

hasil belajar PDBK yang mendapatkan program pembelajaran yang

menggunakan kurikulum di bawah standar pendidikan di sekolah dasar

penyelenggara pendidikan inklusif”

Secara rinci pertanyaan penelitian tersebut dapat dijabarkan ke dalam sub

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah modifikasi penilaian yang dilakukan oleh pendidik (guru)

di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif pada PDBK yang

menggunakan kurikulum dibawah standar pendidikan?

2. Bagaimanakah modifikasi penilaian yang dilakukan oleh satuan

pendidikan di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif pada

PDBK yang menggunakan kurikulum dibawah standar pendidikan?

C. Penjelasan Konsep

Untuk memberikan arah yang jelas tenatang maksud penelitian seperti

merujuk pada pertanyaan penelitian yang tergambarkan tersebut terdapat dua

konsep dasar yaitu:

1. Modifikasi Penilaian Hasil Belajar

Modifikasi Penilaian adalah prosedur yang digunakan untuk

(17)

selesai mengikuti pembelajaran yang dirubah supaya sesuai (cocok)

dengan kemampuan dan kebutuhan PDBK. Hasil penilaian digunakan

sebagai bahan evaluasi terhadap ketuntasan belajar peserta didik,

efektivitas proses pembelajaran, dan umpan balik. Selain itu hasil

penilaian juga digunakan oleh pendidik untuk: (a) menilai kompetensi

peserta didik, (b) bahan penyusunan pelaporan hasil belajar, dan (c)

memperbaiki proses pembelajaran. Informasi tersebut digunakan oleh

pendidik dan satuan pendidikan untuk menilai pencapaian kriteria

keberhasilan yang akan digunakan untuk menentukan kenaikan kelas dan

kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.

a. Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik (Guru)

Prosedur penilaian yang dilakukan dengan benar oleh pendidik

(guru) berguna untuk memperoleh data yang valid. Selanjutnya data

tersebut dapat dijadikan dasar oleh pendidik untuk mengambil

keputusan. Prosedur penilaian oleh pendidik mencakup perencanaan

penilaian terkait dengan modifikasi instrumen penilaian, modifikasi

pelaksanaan, pengolahan dan modifikasi pelaporan.

b. Penilaian Hasil Belajar Oleh Satuan Pendidikan

Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan pada

akhir tahun ajaran. Adapun tujuan penilaian hasil belajar oleh satuan

(18)

Adapun hal-hal yang di jadikan penilaian pada PDBK oleh satuan

pendidikan adalah sebagai berikut : 1) Modifikasi ketentuan ujian

sekolah, 2) Modifikasi penetapan kelulusan PDBK, 3) Modifikasi

penetapan kenaikan kelas dan pelaporannya.

2. Pendidikan Inklusif

Pendidikan inklusif merupakan suatu strategi untuk

mempromosikan pendidikan universal yang efektif karena dapat

menciptakan sekolah yang responsif terhadap beragam kebutuhan aktual

dari anak dan masyarakat. Dengan demikian, pendidikan inklusif

menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusi adalah mendidik

anak yang berkebutuhan khusus akibat kecacatannya di kelas reguler

bersama-sama dengan anak-anak lain yang non-cacat, dengan dukungan

yang sesuai dengan kebutuhannya, di sekolah yang ada di lingkungan

rumahnya. Pernyataan Salamanca (1994) menyatakan bahwa kelas khusus,

sekolah khusus atau bentuk-bentuk lain pemisahan anak penyandang cacat

dari lingkungan regulernya hanya dilakukan jika hakikat atau tingkat

kecacatannya sedemikian rupa sehingga pendidikan di kelas reguler

dengan menggunakan alat-alat bantu khusus atau layanan khusus tidak

dapat dicapai serta memuaskan,

Sekolah yang inklusif adalah sekolah yang menampung peserta

didik dikelas yang sama. Sekolah yang inklusif juga merupakan tempat

(19)

saling membantu dengan guru dan teman sebayanya, maupaun anggota

masyarakat lain agar kebutuhan individualnya terpenuhi.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara umum yaitu ingin memperoleh gambaran

mengenai modifikasi penilaian hasil belajar PDBK yang mendapatkan

program pembelajaran yang kurikulumnya di bawah standar pendidikan di

sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif.

Secara lebih terperinci berdasarkan sub pertanyaan penelitian maka tujuannya

sebagai berikut:

1. Memperoleh gambaran tentang modifikasi penilaian yang dilakukan oleh

pendidik (guru) di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif pada

PDBK yang menggunakan kurikulum dibawah standar pendidikan.

2. Memperoleh gambaran tentang modifikasi penilaian yang dilakukan oleh

satuan pendidikan di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif

pada PDBK yang menggunakan kurikulum dibawah standar pendidikan.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi para perencana pendidikan dan praktisi di

lapangan mengenai cara modifikasi penilaian hasil belajar PDBK yang

menggunakan kurikulum dibawah standar pendidikan di sekolah dasar

(20)

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi kepala sekolah, guru dalam melakukan

modifikasi penilaian hasil belajar PDBK yang menggunakan kurikulum

dibawah standar pendidikan di sekolah dasar penyelenggara pendidikan

inklusif.

3. Sebagai bahan rujukan bagi penelitian maupun penulisan karya tulis ilmiah

yang lainnya berkaintan dengan modifikasi penilaian hasil belajar PDBK

yang menggunakan kurikulum dibawah standar pendidikan di sekolah

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif.

”Kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan dengan aspek kualitas, nilai atau makna yang terdapat dibalik fakta. Kualitas, nilai atau makna hanya dapat diungkapkan dan dijelaskan melalui linguistik, bahasa, atau kata-kata. Oleh karena itu, bentuk data yang digunakan bukan berbentuk bilangan, angka, skor atau nilai; peringkat atau frekuensi; yang biasanya dianalisis dengan menggunakan perhitungan matematik atau statistik (Creswell, 2002 dalam Mulyana, D, 2002).

Sehingga penelitian ini ingin berupaya untuk menjelaskan apa yang

sebenarnya terjadi di lapangan, mengutamakan proses bagaimana data dapat

diperoleh sehingga data tersebut menjadi akurat dan layak digunakan dalam

penelitian. Kaitan dengan penelitian ini yaitu ingin mengungkap penilaian

hasil belajar PDBK yang menggunakan kurikulum dibawah standar nasional

pendidikan di sekolah dasar X dan sekolah dasar Y sebagai sekolah dasar

penyelenggara pendidikan inklusif .

B. Strategi/Desain Penelitian

Strategi dalam penelitian ini yaitu studi kasus jamak (collective or

multiple case study) adalah penelitian studi kasus yang menggunakan banyak

(lebih dari satu) isu atau kasus di dalam satu penelitian. Penggunaan jumlah

kasus lebih dari satu pada penelitian studi kasus pada umumnya dilakukan

(22)

Wawan, 2012

menjadi semakin jelas dan terperinci. Hal ini juga didorong oleh keinginan

untuk mengeneralisasi konsep atau teori yang dihasilkan. Dengan kata lain,

penggunaan jumlah kasus yang banyak dimaksudkan untuk menutupi

kelemahan yang terdapat pada penggunaan kasus tunggal, yang dianggap

tidak dapat digeneralisasikan.

Proses analisis pada penelitian studi kasus jamak, sebagaimana yang

dikemukakan Yin (2003a, 2009, dalam Arifin, 2010)

“…Menyarankan menggunakan logika replikasi sebagai pendekatan di dalam

proses analisisnya. Pada proses ini, setiap kasus harus mengalami prosedur penelitian yang sama, hingga menghasilkan hasil penelitiannya masing-masing. Selanjutnya, hasil dari masing-masing penelitian di perbandingkan, untuk menentukan kesamaan dan perbedaannya. Hasilnya dipergunakan untuk menjelaskan pertanyaan penelitian pada umumnya dan khususnya

pencapaian atas maksud dan tujuan penelitian”.

Melalui studi kasus jamak ini dapat memberikan akses atau peluang

yang luas kepada peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail, intensif,

dan komprehensif terhadap unit yang diteliti. Kasus analisis yang dijadikan

penelitian ini adalah modifikasi penilaian hasil belajar PDBK yang

menggunakan kurikulum dibawah standar nasional pendidikan di sekolah

dasar X dan sekolah dasar Y sebagai sekolah dasar penyelengara pendidikan

inklusif.

(23)

Penilaian PDBK

Guru Pembimbing Khusus

(24)

4

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Secara prosedur tahapan pelaksanaan penelitian studi kasus jamak

(collective or multiple case study) dibagi kedalam dua tahap yaitu:

1. Tahap I: Eksploratoris

Pada tahap ini peneliti melakukan eksplorasi untuk mengumpulkan

data sesuai dengan fokus, pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian agar

informasi yang dikumpulkan lebih terarah dan spesifik. Pengumpulan data

dilakukan melalui wawancara dan studi dokumentasi.

Pada tahap eksplorasi ini meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Melakukan inventarisasi dan menentukan informan yang tepat dan

kompeten dalam memberikan informasi agar data dapat terungkap

dengan baik sesuai dengan tujuan penelitian. Informan yang dipilih

dalam penelitian ini adalah 2 orang kepala sekolah yaitu kepala sekolah

SD X dan kepala Sekolah SD Y, dan 3 orang guru kelas masing-masing

2 orang guru kelas SD Y dan 1 orang guru kelas SD Y, 5 orang guru

pembimbing khusus masing-masing 3 orang guru pembimbing khusus

SD X dan 1 orang guru pembimbing khusus SD Y

b. Melakukan wawancara dan studi dokumentasi. Wawancara dilakukan

kepada 3 orang guru kelas dan 4 orang guru pembimbing khusus

tentang penilaian PDBK yang menggunakan kurikulum di bawah

standar pendidikan dalam hal: 1) Perencanaan penilaian yang terkait

(25)

5

pelaksanan penilaian, 3) Modifikasi kriteria keberhasilan dan 4)

Modifikasi pelaporan.. Sementara wawancara yang dilakukan kepada 2

orang kepala sekolah untuk mengungkap data tentang penilaian yang

dilakukan oleh satuan pendidikan dalam hal 1) Modifikasi ketentuan

ujian sekolah, 2) Modifikasi penetapan kelulusan PDBK, 3) Modifikasi

penetapan kenaikan kelas dan pelaporannya. Adapun studi dokumentasi

dilakukan untuk mengungkap data yang menunjang terhadap penelitian

meliputi: Silabus, program semester, kisi-kisi penulisan soal, buku

rapor, instrumen penilaian, ketentuan modifikasi standar kompetensi

lulusan, modifikasi ketentuan ujian sekolah, modifikasi penetapan

kelulusan dan modifikasi pelaporan.

2. Tahap II: Konklusi

Dalam penyusunan draf menggunakan logika replikasi sebagai

pendekatan di dalam proses analisisnya. Pada proses ini, setiap kasus

mengalami prosedur penelitian yang sama, hingga menghasilkan hasil

penelitiannya masing-masing. Selanjutnya, hasil dari masing-masing

penelitian di perbandingkan, untuk menentukan kesamaan dan

perbedaannya. Hasilnya dipergunakan untuk menjelaskan pertanyaan

penelitian pada umumnya dan khususnya pencapaian atas maksud dan

(26)

6

D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan maka peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dan studi dokumentasi.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu. Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara

baku terbuka. Wawancara baku terbuka seperti yang dikemukakan oleh

Patoon (1980:197) dalam Lexsy J.M (2007:188) adalah:

”Wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan

pertanyaan, kata-katanya, dan cara penyajiannya pun sama untuk setiap responden. Keluwesan mengadakan pertanyaan pendalaman (probing) terbatas, dan hal itu tergantung pada situasi wawancara dan kecakapan pewawancara. Wawancara demikian digunakan jika dipandang sangat perlu untuk mengurangi sedapat-dapatnya variasi yang bisa terjadi antara seorang terwawancara dengan yang laiannya. Maksud pelaksanaan tidak lain

merupakan usaha untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya kekeliruan”.

Adapun wawancara dalam penelitian ini bertujuan mengumpulkan

keterangan tentang penilaian hasil belajar PDBK di SD X dan SD Y yang

menggunakan kurikulum di bawah standar pendidikan sebagai sekolah dasar

penyelengara pendidikan inklusif. Secara terperinci wawancara ini bertujuan

untuk mengumpulkan keterangan tentang penilaian yang dilakukan oleh

pendidik (guru) mencakup: 1) Perencanaan penilaian yang terkait dengan

modifikasi penyusunan instrumen penilaian, 2) Modifikasi pelaksanan

penilaian, 3) Pengolahan terkait dengan penentuan kriteria keberhasilan dan

(27)

7

Modifikasi ketentuan ujian sekolah, 2) Modifikasi penetapan kelulusan

PDBK, 3) Modifikasi penetapan kenaikan kelas dan pelaporannya.

Teknik pengumpulan data lainnya adalah studi dokumentasi yaitu setiap

pernyataan tertulis yang disusun oleh guru dan kepala sekolah atau lembaga

untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting.

Dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film yang berkenaan dengan

cara melaksanakan penilaian hasil belajar PDBK yang menggunakan

kurikulum dibawah standar nasional pendidikan di SD X dan SD Y sebagai

sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif.

Adapun dokumen yang diteliti adalah:

1. Silabus

2. Kisi-kisi penulisan soal

3. Buku rapor

4. Instrumen penilaian

5. Ketentuan modifikasi standar kompetensi lulusan

6. Modifikasi ketentuan ujian sekolah

E. Teknik Analisis Data Penelitian

Analisis data dilakukan untuk dapat memperoleh jawaban dari

pertanyaan penelitan, adapun kegiatannya meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Proses Pencatatan Data

Proses ini dilakukan agar memudahkan dalam kegiatan menganalisis

(28)

8

a. Pencatatan data

Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan format catatan

lapangan degan melalui tahapan sebagai berikut:

1) Pencatatan awal selama wawancara dan studi dokumentasi dengan

menggunakan kata kunci.

2) Melakukan perluasan dari catatan lapangan tersebut melalui catatan

deskriptif dan reflektif sebagai tanggapan dari peneliti.

3) Melakukan perbaikan (revisi)

b. Membuat petunjuk tertentu (coding)

Kegiatan ini dilakukan agar cacatan lapangan mudah dianalisis.

c. Memilih alat yang digunakan

Agar memudahkan dalam menghimpun data dalam penelitian,

peneliti menggunakan alat seperti buku catatan, pensil, pulpen, alat

perekam.

2. Teknik analisis data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data antara lain:

a. Reduksi Data (menyusun, merinci transkrip data dan validasi)

Proses yang dilakukan segera setelah data diperoleh yaitu proses

menyeleksi, memfokuskan, menyederharnakan dan mengabstraksikan.

(29)

9

diseleksi. Menulis kembali hasil wawancara yang diperoleh dari

responden merupakan bagian dari proses validasi hasil wawancara.

b. Display Data

Display data adalah proses penyusunan secara sistematis hasil

dari reduksi data agar diketahui tema dan polanya dengan menentukan

bagaimana data disajikan, antara lain dengan mengklasifikasikan data

sesuai dengan pokok masalahnya. Hasil pengumpulan data disajikan

dalam bentuk catatan lengkap sebagai deskripsi data atau temuan

penelitian. Selanjutnya hasil displey data dibahas. Pembahasan

senatiansa dilakukan dengan bertitik tolak kepada hasil wawancara dan

studi dokumentasi secara objektif dengan ditunjang oleh landasan teori

yang ada.

c. Penarikan Konklusi dan Verifikasi

Penarikan konklusi dari display data, sehingga data dan informasi

lebih bermakna. Verifikasi untuk menjamin tingkat kepercayaan hasil

penelitian, dengan melihat kembali data dan menimbang makna dari

data-data yang dikumpulkan untuk dianalisis. Melakukan cross check

(30)

10

F. Teknik Keabsahan Data

Untuk menghindari kesalahan data yang akan dianalisis, maka

keabsahan data perlu diuji dengan cara trianggulasi. Trianggulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.

Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu artinya menggunkan berbagai pendekatan dalam melakukan

penelitian. Adapaun teknik trianggulasi yang digunakan adalah dengan

sumber, berarti membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

penelitian kualitatif, hal ini dapat dicapai dengan jalan:

1. Membandingkan data hasil wawancara terhadap subjek penelitian dengan

data hasil wawacara dengan sumber informasi lain dalam penelitian

2. Membandingkan data hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan

dengan penelitian.

3. Member check, yaitu dengan melakukan konfirmasi dengan informan

diakhir wawancara.

G. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Fenomena yang terjadi berada di sekolah dasar X dan sekolah dasar

Y yang menyelenggarakan pendidikan inklusif.

Dasar pertimbangan lokasi penelitian di SD X adalah sekolah dasar

(31)

11

sebagai sekolah dasar uji coba penyelenggara pendidikan inklusif, selain

itu SD X dan SD Y sudah mengakomodasi layanan pendidikan bagi PDBK

yang menggunakan kurikulum dibawah standar nasional pendidikan yang

dimodifikasi untuk disesuaikan dengan hambatan dan kebutuhan belajar

PDBK, sehingga sekolah dasar tersebut dapat memberikan data yang

peneliti butuhkan.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas, guru pembimbing

khusus atau istilah SD X tutor atau pendamping istilah yang digunakan

olah SD Y dan kepala sekolah, dengan gambaran subjek penelitian sebagai

berikut:

Tabel 3.1

Gambaran Subjek Penelitian SD X

No Nama Usia L/P Jabatan Pendidikan

1 RS 42 L Kepala Sekolah S1 HI FISIP

2 MI 30 L Guru kelas VI S1 P. Biologi

3 D 29 P Tutor S1 P. Biologi

4 A 30 P Guru Kelas V S1 P. B. Indonesia

5 SS 33 P Tutor S1 PLB

(32)

12

Tabel 3.2

Gambaran Subjek Penelitian SD Y

No Nama Usia L/P Jabatan Pendidikan

1 R 36 Kepala Sekolah S1 Biologi

2 W 28 Guru kelas VI S1 Biologi

3 Y 28 Pendamping S1 Ilmu

Sosial

H. Pengembangan Instrumen Penelitian

Berdasarkan pada fokus dan tujuan penelitian maka instrumen yang

disusun ada dua yaitu dan studi dokumentasi yang ditujukan kepada guru dan

kepala sekolah, adapun instrumen yang disusun untuk mengungkap data

tentang:

1. Penilaian yang dilakukan oleh pendidik (guru) di SD X dan SD Y sebagai

sekolah penyelenggara pendidikan inklusif pada PDBK yang

menggunakan kurikulum dibawah standar pendidikan dalam ha: l)

Perencanaan penilaian yang terkait dengan modifikasi penyusunan

instrumen penilaian, 2) Modifikasi pelaksanan penilaian, 3) Pengolahan, 4)

Modifikasi Pelaporan.

2. Penilaian yang dilakukan oleh satuan pendidikan di SD X dan SD Y

sebagai sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif pada PDBK

yang menggunakan kurikulum dibawah standar pendidikan dalam hal 1)

Modifikasi ketentuan ujian sekolah, 2) Modifikasi penetapan kelulusan

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Penilaian hasil belajar peserta didik berkebutuhan khusus yang

menggunakan kurikulum dibawah standar nasional pendidikan baik yang

dilakukan oleh guru ataupun satuan pendidikan di sekolah dasar

penyelenggara pendidikan inklusif dalam implementasinya dilakukan oleh

satuan pendidikan yang bersangkutan. Artinya guru dan satuan pendidikan

penyelenggara pendidikan inklusif mempunyai hak otonomi untuk

menyelengarakan penilaian PDBK secara mandiri.

PDBK tersebut memiliki hambatan belajar yang bervariasi. Oleh

karena itu khususnya dalam melakukan penilaian hasil belajar kepada mereka

diperlukan adanya modifikasi penilaian.

Modifikasi penilaian adalah prosedur yang digunakan untuk

mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik setelah

selesai mengikuti pembelajaran yang dirubah supaya sesuai (cocok) dengan

kemampuan dan kebutuhan PDBK.

Modifikasi penilaian dalam penelitian ini adalah modifikasi penilaian

yang dilakukan oleh guru dan satuan pendidikan di sekolah dasar

penyelenggara pendidikan inklusif.

Secara terperinci modifikasi penilaian yang dilakukan oleh pendidik

(34)

1. Perencanaan penilaian yang terkait dengan modifikasi penyusunan

instrumen penilaian

Modifikasi instrumen penilaian tersebut terintegrasi dalam silabus

yang disusun oleh guru pembimbing khusus yang dirancang sejak dari

awal untuk PDBK yang juga sudah dimodifikasi oleh guru. Modifikasi

Instrumen penilaian berkaitan dengan penyusunan perangkat soal/butir

evaluasi (soal ujian/tes) yang akan digunakan atau diberlakukan kepada

PDBK.

2. Modifikasi pelaksanan penilaian.

Modifikasi pelaksanaan penilaian berkaitan dengan cara, waktu,

tempat dan alat yang digunakan dalam pelaksanaan penilaian bagi

PDBK. Jadi komponen ini berkaitan dengan pertanyaan berapa lama dan

dimana evaluasi dilakukan, alat apa yang akan digunakan, dan dengan

cara apa evaluasi dilakukan.

3. Modifikasi Pelaporan.

Modifikasi pelaporan sangat terkait sekali dengan penentuan

kriteria keberhasilan hasil belajar PDBK, menentukan kriteria keberhasilan

PDBK dengan cara membandingkan dengan dirinya sendiri. Artinya hasil

pada hari ini dibandingkan dengan hasil-hasil yang dicapai pada hari-hari

sebelumnya, dan seterusnya. Dengan demikian dapat diketahui adanya

perubahan atau perkembangan PDBK dari waktu ke waktu. Kriteria

tingkat keberhasilan merujuk kepada indikator yang dirancang khusus bagi

(35)

kenaikan kelas otomatis. Data yang dilaporkan berbentuk kuantitatif dan

kualitatif dalam bentuk laporan perkembangan individu.

Adapun modifkasi penilaian yang dilakukan oleh satuan pendidikan

yang mencakup:

1. Modifikasi ketentuan ujian sekolah

Didalam mementukan ketentuan ujian sekolah bagi PDBK yang

menggunakan kurikulum dibawah standar nasional pendidikan kedua

sekolah menyesuaikan dengan petunjuk tekis ujian sekolah yang

dikeluarkan oleh dinas pendidikan provinsi dan sesuai dengan prosedur

operasi standar (POS) Ujian sekolah, hanya secara teknis bidang studi atau

materi apa yang di ujikan dan bagimana soal-soal sekolah sekolah yang

membuat.

2. Modifikasi penetapan kenaikan kelas, kelulusan dan pelaporan

Di dalam menentukan ketentukan kenaikan kelas dan kelulusan,

kedua sekolah ini menggunakan kenaikan kelas otomatis artinya PDBK

tidak mengenal tinggal kelas dan tidak lulus.

Blangko Izasah yang di berikan pada PDBK di sekolah ini yaitu

blangko Izasah yang di keluarkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa

Barat. Sekolah membuat laporan yang sifatnya kualitatif berupa laporan

perkembangan individu. Mengeluarkan semacam sertifkat atau piagam

pada PDBK yang mempunyai bakat secara spesifik misalnya bakat

(36)

B. Rekomendasai

Penilaian hasil belajar PDBK yang menggunakan kurikulum dibawah

standar nasional pendidikan yang dilakukan oleh guru dalam

implementasinya mengharuskan dilakukanya modifikasi apakah itu terkait

dengan instrumen penilaian, pelaksanaan penilaian dan pelaporan, atupun

penilaian yang dilakukan oleh satuan pendidikan terkait dengan modifkasi

ketentuan ujian sekolah dan modifikasi ketentuan kenaikan kelas, kelulusan

dan pelaporan.

Secara khusus direkomendasikan kepada:

1. Guru Sekolah Dasar Penyelenggara pendidikan inklusif

Bagi guru yang terlibat langsung dan dijadikan sampel dalam

penelitian ini untuk terus menggali dan mengembangkan modifikasi

penilaian pada PDBK yang menggunakan kurikulum dibawah standar

pendidikan, sementara bagi guru yang tidak terlibat secara langsung dalam

penelitian ini seyogyanya melakukan modifikasi penilaian

sekurang-kurangnya terkait dengan instrumen penilaian, pelaksanaan penilaian dan

pelaporan. Hasil penelitian ini bisa dijadikan salah satu rujukan bagi guru

dalam melakukan modifikasi penilaian hasil belajar PDBK yang

menggunakan kurikulum dibawah standar pendidikan di sekolah dasar

(37)

2. Kepala Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inkluisf

Bagi Kepala Sekolah yang terlibat langsung dan dijadikan sampel

dalam penelitian ini untuk terus menggali dan mengembangkan modifikasi

penilaian oleh satuan pendidikan pada PDBK yang menggunakan

kurikulum dibawah standar pendidikan, sementara bagi kepala sekolah

yang tidak terlibat secara langsung dalam penelitian ini seyogyanya

melakukan modifikasi penilaian sekurang-kurangnya terkait dengan

modifikasi ketentuan ujian sekolah, modifikasi ketentuan kenaikan kelas,

modifikasi kelulusan dan pelaporan. Hasil penelitian ini bisa dijadikan

salah satu rujukan bagi kepala sekolah dalam melakukan modifikasi

penilaian hasil belajar PDBK yang menggunakan kurikulum dibawah

standar pendidikan di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Zaenal (2004) Orientasi Pendidikan Kebutuhan Khusus: http : //www.ultraguest.com/view/1206334701

Arikunto S. (2005) Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Arfin (2010). ” Pedoman Penelitian Kualitatif studi kasus”. Makalah pada kegiatan Lokakarya Regional Peneltian Studi Kasus dan Aplikasinya Dalam Pembimbingan Di Sekolah Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas BP/BK, Malang

Badan Standar Nasional Pendidikan, (2007), Pedoman Penilaian Pendidikan

Kebutuhan Khusus, Jakarta, Badan Standar Nasional Pendidikan

Departermen Pendidikan Nasional.

Depdiknas, UNESCO dan UNICEF. (2004) Mengelola Kelas Inklusif Dengan

Pembelajaran Yang Ramah, Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa

dan BRAILLO NORWAY.

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. (2005) Pedoman Implementasi Pendidikan

Inklusif di Provinsi Jawa Barat. Bandung: Dinas Pendidikan provinsi Jawa

Barat.

Direktorat PLB. (2004). Buku Seri: Pedoman Penyelenggaran Pendidikan

Terpadu/inklusi. Jakarta: Direktorat PLB Ditjen Dikdasmen, Depdiknas.

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. (2009) Sistem Penilaian Pendidkan

Kebutuhan Khusus. Bandung: Dinas Pendidikan provinsi Jawa Barat.

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. (2005) Pedoman Implementasi Pendidikan

Inklusif di Provinsi Jawa Barat. Bandung: Dinas Pendidikan provinsi Jawa

Barat.

Hidayat, (2005) Pengelolaan Kelas Inklusif Di Sekolah Dasar Reguler, Tesis Magister pada PPS UPI : tidak diterbitkan

Kustawan, (2006) Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Uji Coba Implementasi

Pendidikan Inklusif SDN X Kota Sukabumi, Tesis Magister Pada PPS UPI

: tidak diterbitkan

(39)

Muhdar, Wawan dan Azizah (2011) Model Pendidikan Inklusif untuk Anak Autis. Bandung: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Mulyana, D. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, Rosdakarya. Bandung.

Sunanto Dj,et all. (2004). Pendidikan Yang Terbuka Bagi Semua. Bandung: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan UNESCO Jakarta Office.

Skjorten M. (2002) Menuju Inklusi dan Pengayaan, Artikel dalam Johnsen B.H. dan Skjorten MD. Menuju inklusi, Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah

Pengantar. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI

Tarsidi, D (2007) Pendidikan inklusif sebagai suatu inovasi Kependidikan Untuk

mewujudkan pendidikan untuk semua: http://www.d.tarsidi.blogspot.com.

Tria Prabawati, Komang. ( 2010) Metode Penelitian Studi Kasus, Artikel

tersedia (online) di www.scribd.com › School Work› Essays & Theses (12 Februari 2012)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat negara RI Jakarta: Sekretariat Negara RI

Universitas Pendidikan Indonesia. (2010) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung: UPI

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Kelainan Dan Memiliki Potensi Kecerdasan Dan/Atau Bakat Istimewa. Jakarta: Sekretariat negara RI Jakarta: Sekretariat Negara RI.

Yin, Robert, K. (1981). Case Study Research Design and Methods. Penerjemah Mudzakir. (2002). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Gambar

Gambar 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.1 Gambaran Subjek Penelitian SD X
Tabel 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Apa nama varietas pisang yang saudara tanam : pisang tembaga

mengekspresikan keterampilan, bakat dan minat yang dimiliki. Ketercapaian efektivitas kemampuan guru mengelola pembelajaran, dan respon siswa terhadap pembelajaran

Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan, bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian korelasional dengan melakukan

[r]

mengundang Saudara untuk melaksanakan Pembuktian Kualifikasi dengan membawa asli. dan fotocopy seluruh dokumen yang sesuai dengan daftar isian dokumen

Dengan menggunakan bahasa pemograman Quick Basic mikrokontroller dengan mudah dikontrol sehingga dapat mengeluarkan output

PENERAPAN MODEL SAVI (SOMATIC AUDITORY VISUAL INTELEKTUAL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari hasil pengukuran dan analisa diperoleh bahwa antenna wajanbolic adalah antenna directional yang mempunyai nilai gain sekitar 16 dBi dan mampu berkomunikasi dengan