• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILANKOMUNIKASI IPA SISWA KELAS III MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY DI SDN KEJAMBON 1 SLEMAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILANKOMUNIKASI IPA SISWA KELAS III MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY DI SDN KEJAMBON 1 SLEMAN."

Copied!
234
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI IPA SISWA KELAS III MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY

DI SDN KEJAMBON 1 SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Alfiani Utami NIM 11108244099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

“Ilmu itu dimiliki dengan lidah yang banyak bertanya dan akal yang gemar

berfikir”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsiinidipersembahkan untuk

1. Keduaorang tuatercintabesertakeluargayang telah mendoakan,memberikan

semangat, nasihat, cinta, dan kasih sayang.

2. AlmamaterPGSD Universitas Negeri Yogyakarta.

(7)

vii

PENINGKATAN KETERAMPILANKOMUNIKASI IPA SISWA KELAS III MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY

DI SDN KEJAMBON 1 SLEMAN Oleh

Alfiani Utami NIM 11108244099

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III yang kurang seperti (1) mengidentifikasi objek dan peristiwa dengan akurat, (2) mendeskripsikan objek dan peristiwa dengan akurat, (3) membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi objek yang tidak diketahui, (4) menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi kesimpulan, (5) membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan maupun tulisan, (6) verbalisasi pemikiran.. Penelitian ini bertujuan meningkatkan keterampilan komunikasi IPAsiswa kelas III menggunakan metode guided discovery di SDN Kejambon 1, Sleman.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan bentuk kolaborasi. Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengematan, dan refleksi. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Kejambon 1, Sleman yang berjumlah 28 siswa.Objek penelitian ini adalah peningkatan keterampilan komunikasi IPA siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode: observasi dan dokumentasi. Teknik analisis digunakan yaitu teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode guided discoverymelalui langkah-langkah (1) pemberian pertanyaan, (2) menyediakan alat dan bahan, (3) kegiatan peemuan, (4) kegiatan diskusi, (5) menyimpulkan.Dapat meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III SDN Kejambon 1.Peningkatan keterampilan komunikasi IPA siswa ditunjukkan dengan peningkatan presentase keterampilan komunikasi IPA siswa. Pada kondisi awal sebesar 59,91% yang berada pada kategori kurang. Pada siklus I meningkat menjadi 70,44% berada pada kategori cukup. Dan pada siklus II meningkat menjadi 90,17% berada pada kategori baik. Penelitian ini dihentikan sampai siklus II karena persentase keterampilan komunikasi IPA telah memnuhi kriteria yang ditentukan yaitu sudah mencapai kategori baik.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah swt, karena taufik, hidayah, karunia serta rahmat-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan

Komunikasi IPA Siswa Kelas III Melalui Metode Guided Discovery di SDN

Kejambon 1, Sleman”.Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Yogyakarta.

Selama mengerjakan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan berupa

petunjuk, bimbingan maupun pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis

tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasi kepada:

1. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan FIP yang telah memberikan

kemudahan dalam terlaksananya penelitian ini.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah membantu kelancaran

dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Woro Sri Hastuti, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing, membantu, memberikan semangat,

motivasi, saran dan nasihat selama menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Supartinah, M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan

waktu untuk membimbing, membantu, memberikan semangat, motivasi, saran

dan nasihat selama menyelesaikan sekripsi ini.

(9)

ix

memberikan nasihat dan motivasi selama menempuh studi.

6. Seluruh dosen dan karyawan jurusan PGSD UNY yang telah membantu

selama kuliah dan penelitian berlangsung.

7. Ibu Sumiyati, S.Pd.SD. selaku kepala sekolah yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah.

8. Ibu Jumini Lestari, selaku Guru kelas III SDN Kejambon 1, yang telah

memberikan bantuan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian di

sekolah tersebut.

9. Siswa-siswi kelas III SDN Kejambon 1, yang telah membantu dan

berpartisipasi dalam penelitian ini.

10.Teman-teman PGSD UNY angkatan 2011 yang telah memberikan dukungan.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan

kelemahan, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membanggun.Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga

dengan rahmat dan izin-Nya mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.

(10)

x

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Pembatasan Masalah ... 6

D.Rumusan Masalah ... 6

E.Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A.Kajian tentang Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 9

1. Pembelajaran IPA ...9

2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ...11

3. Tujuan Pembelajaran IPA ...12

4. Ruang Lingkup IPA...13

5. Prinsip Pembelajaran IPA ...13

B.Kajian tentang Keterampilan Komunikasi IPA ...15

(11)

xi

2. Indikator Keterampilan Komunikasi IPA ... 18

3. Unsur-unsur Komunikasi IPA ... 19

4. Pengembangan Keterampilan Komunikasi IPA ... 22

C.Kajian tentang Karakteristik Siswa Kelas III Sekolah Dasar ... 22

D.Kajian tentang Metode-metode Pembelajaran IPA ... 26

E.Kajian tentang Metode Guided Discovery ... 31

1. Pengertian Metode Discovery ... 31

2. Metode Guided Discovery ...34

3. Rencana dan Langkah-langkah Pembelajaran dengan Menerapkan Metode Guided Discovery ... 36

4. Keuntungan dan Kelemahan Metode Guided Discovery ... 40

5. Peran Guru dan Siswa dalamMetode Guided Discovery ... 42

6. Metode Guided Discovery dan Keterampilan Komunikasi IPA ... 43

F. Kerangka Pikir ... 44

G.Hipotesis Tindakan ... 46

H.Definisi Operasional ... 46

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 48

B.Subjek dan Objek Penelitian ... 48

C.Setting Penelitian ... 49

D.Desain Penelitian ... 49

E.Teknik Pengumpulan Data ... 53

F. Instrumen Penelitian ... 53

G.Teknik Analisis Data Penelitian ... 55

H.Kriteria Keberhasilan Tindakan ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian... 57

1. Deskripsi Lokasi Penlitian... 57

2. Deskripsi Data Awal Siswa Pra Siklus... 58

3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 59

(12)

xii

B.Pembahasan Hasil Penelitian... 103

C.Keterbatasan Penelitian ... 109

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 110

B.Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 112

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Perbedaan Metode Pembelajaran Konvensional, Guided Discovery, danInquiry ... 34

Tabel 2. Kisi-kisi Lembar Observasi AktivitasGuru dalamMenerapkan

Metode Guided Discovery ... 54

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Keterampilan Komunikasi IPA Siswa ... 55

Tabel 4. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 56

Tabel 5. PeningkatanPresentase Keterampilan Komuikasi IPA

Menggunakan Metode Guided Discovery pada Siklus I ... 76

Tabel 6. Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA pada Pra Siklus dan Siklus I ... 77

Tabel 7. Peningkatan Presentase Keterampilan Komunikasi IPA

Menggunakan Metode Guided Discovery pada Siklus II ... 97

Tabel 8. Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa pada Pra Siklus dan Siklus II ... 97

Tabel 9. Peningkatan Presentase Keterampilan Komunikasi IPA

Menggunakan Metode Guided Discovery ... 100

Tabel 10. Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 101

Tabel 11.Kriteria KeterampilanKomunikasi IPA Siswa pada Pra Siklus,

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Model Penelitaian Tindakan Kelas ... 50

Gambar 2. Siswa Masih Kurang Bertanya ... 62

Gambar 3. Sebagian Siswa Masih Terlihat Kurang Antusias dalam Kegiatan Percobaan ... 64

Gambar 4. Sebagian Siswa Masih Kurang Bersemangat, Malu dan Takut ... 66

Gambar 5. Siswa MasihKurang Antusias dalam Menanggapi Hasil

Percobaan Kelompok Lain ... 67

Gambar 6. Guru Belum Menggunakan Papan Tulis ... 68

Gambar 7. Siswa Mencontek dalam Mengerjakan Soal Evaluasi ... 68

Gambar 8. Diagram Peningkatan Ketrampilan Komunikasi IPA pada Pra Siklus dan Siklus I ... 78

Gambar 9. Siswa Terlihat Antusias saat Melakukan Percobaan ... 83

Gambar 10. Siswa Terlihat Antusias saat Melakukan Percobaan dan Guru Membimbing Siswa ketika Menemui Kesulitan ... 86

Gambar 11. Guru Memberikan Reward kepada Siswa ... 88

Gambar 12. Siswa Mulai Tertib Mengerjakan Soal Evaluasi ... 89

Gambar 13. Diagram Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA pada Pra Siklus dan Siklus II ... 98

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi Siswa dan Guru ... 117

Lampiran 2. Pedoman Observasi Keterampilan Komunikasi IPA Siswa ... 118

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Keterampilan Komunikasi IPA Siswa ... 120

Lampiran 4. Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan Metode Guided Discovery ... 127

Lampiran 5. Hasil Observasi Siswa ... 129

Lampiran 3. Hasil Observasi Guru ... 135

Lampiran 4. Data Keterampilan Komunikasi IPA Siswa ... 141

Lampiran 5. Silabus Pembelajaran ... 146

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 158

Lampiran 7. Hasil Keterampilan Komunikasi IPA Siswa ... 203

Lampiran 8. Surat Izin Penelitian ... 212

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Terdapat beragam keterampilan yang harus dimiliki siswa untuk

memaksimalkan pemahaman terhadap pembelajaran IPA seperti yang

disampaikan oleh Harlen (Patta Bundu, 2006: 24) bahwa lima jenis keterampilan

proses yang harus dikuasai khusus untuk pembelajaran di sekolah dasar, yaitu:

observasing (colleting data, measuring), planning (raising questioning,

predicting, devising enquiries), hypothesizing (suggesting explanation),

interpreting (considering evidence, evaluating), communicating (presenting

report, using secondary sources). Salah satu keterampilan yang sangat penting

namun susah untuk dikuasai siswa III adalah keterampilan komunikasi.

Keterampilan komunikasi merupakan salah satu proses pembelajaran IPA

yang harus dikuasai siswa kelas III di SDN Kejambon 1. Keterampilan ini harus

mendapatkan perhatian lebih dari para pengajar karena melalui keterampilan

komunikasi,siswa kelas III dapat menggali dan menyampaikan informasi

sebanyak-banyaknya kepada masyarakat baik secara lisan maupun tulisan.

Keterampilan komunikasi pembelajaran IPA sering digunakan dalam

menyampaikan hasil pengamatan dan penyelidikan. Peran guru sangat

diperlukanuntuk membimbing siswa dalam mengajarkan keterampilan

berkomunikasi. Guru melatih siswa dalam keterampilan berkomunikasi seperti

yang diungkap Rustaman (2005: 84) bahwa berkomunikasi dapat dilakukan

(17)

2

presentasi), maka hendaknya guru merencanakan agar kegiatan belajar

mengajarnya terdapat kesempatan untuk itu. Guru dapat memilih gambar, bagan,

grafik dan tabel untuk memulai kegiatan yang dapat mengembangkan

keterampilan berkomunikasi, dan mendorog mereka untuk menjawab pertanyaan

yang disertakan bersamanya. Dengan kata lain guru sebaiknya menyiapkan

pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa untuk membaca data dalam gambar

atau tabel dan mengemukakannya kembali. Selain itu guru memberikan tugas

kepada siswa untuk menyajikan data hasil pengamatan ke dalam bentuk tabel atau

grafik.

Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain merupakan salah satu

modal dasar untuk segala yang dikerjakan siswa. Grafik, bagan, peta,

lambang-lambang, diagram, dan demontrasi, sama baiknya dengan kata-kata yang ditulis

dan dibicarakan, yang semuanya adalah cara-cara komunikasi yang seringkali

digunakan dalam ilmu pengetahuan. Komunikasi yang jelas, hendaknya dilatih

dan dikembangkan pada diri siswa. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa

semua orang mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, perasaan, dan

kebutuhan lain. Manusia mulai belajar pada kehidupan bahwa komunikasi

merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Komunikasi antar manusia itu

menggunakan alat penghubung berupa lambang-lambang dalam bentuk bahasa

lisan, bahasa tulisan, bahasa tubuh dan lain-lainnya, sehingga pesan mudah

dimengerti dan dipahami oleh penerima pesan (Poniran, 2000: 2). Oleh karena itu,

(18)

3

konsep dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau

suara visual.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 3 Juni 4, 5 dan 11 Agustus di

kelas III SDN Kejambon 1, Sleman diperoleh informasih bahwa dalam proses

pembelajaran siswa kelas III kurang aktif. Hal tersebut disebabkan karena

penggunaan metode ceramah pada kegiatan belajar mengajar masih mendominasi

guru, menunjukkan pola pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Hal

ini mengakibatkan kurang interaksi antara guru dengan siswa, dan antara siswa

dengan siswa lainnya yang disebabkan kurangnya kemampuan siswa dalam

berkomunikasi.

Kurangnya kemampuankomunikasi IPA yang dimiliki siswa. Komunikasi

IPA yang kurangdikuasai siswa seperti mengidentifikasi objek dan peristiwa,

selama proses pembalajaran sebagian siswajuga merasa kesulitan saat melakukan

identifikasi objek dan peristiwa yang dipelajarainya.Mendeskripsikan objek dan

peristiwa, ketika siswa diminta untuk mendeskripsikan objek dan peristiwa saat

pembelajaran, siswa mengalami kesukaran dalam mendeskripsikan objek dan

peristiwa yang di pelajarinya. Membantu mendeskripsikan sehingga yang lain

dapat mengidentifikasi objek yang tidak diketahui, siswa merasa kegiatan

mendeskripsikan objek dan peristiwa secara berkelompok merupakan hal yang

sulit dan membosankan, akibatnya siswa lain yang tidak mengerti tidak dapat

mengidentifikasi objek dan peristiwa yang dipelajarinya. Membagikan informasi

secara akurat kepada yang lain dengan lisan maupun tulisan, siswa seringkali

(19)

4

lisan maupun tulisan hasil yang dipelajarinya. Pemikiran verbal, selama

pembelajaran berlangsung sebagian siswa masih malu dan kurang aktif dalam

menyampaikan pemikiran verbal yang diketahuinya. Kurangnya kemampuan

komunikasi IPA yang dimiliki siswa disebabkan karena kurangnya bimbingan

dari guru selama proses pembelajaran.Kurangnya bimbingan dari guru menjadi

salah satu alasan kemampuan komunikasi IPA siswa kurang.

Selain itu, kemampuan siswa dalam menemukan konsep masih kurang.

Hal tersebut disebabkan karena guru terkadang lupa bahwa perannnya sebagai

pembimbing, misalnya guru tidak membimbing siswa dalam menemukan suatu

konsep tetapi langsung memberi penjelasan secara lengkap tanpa memberi

kesempatan siswa untuk menemukan sendiri. Dalam proses pembelajaran guru di

kelas, guru telah mengenal metode lain selain metode ceramah yakni metode

guided discovery. Tetapi, dalam penggunaan metode guided discovery, guru

belum menerapkannya dengan optimal. Kurang optimalnya penggunaan

langkah-langkah metode guided discoveryseperti saat guru menetapkan standar perilaku

siswa, gurubelum menetapkan standar perilaku siswa dengan tepat. Pemberian

pertanyaan, saat proses pembelajaran berlangsung guru kurang memancing

pemahaman siswa. Memberikan motivasi atau penguatan, selama proses

pembelajaran kurangnya motivasi dan penguatan yang diberikan

guru.Pembentukan kelompok kerja, dalam membentuk kelompok kerja, guru tidak

memperhatikan kemampuan siswa dalam satu kelompok. pembentukkan

kelompok diskusi yang tidak sesuai, mengakibatkan siswa kurang

(20)

5

menjelaskan hasil penemuan serta tertulis pada saat menuliskan laporan hasil

penemuan yang telah dilakukan. Ketika memastikan alat dan bahan yang perlu

disediakan sesuai kebutuhan siswa, guru belum memastikan alat dan bahan yang

akan digunakan sudah sesuai atau tidak dengan kebutuhan siswa. Memberikan

penilaian. Membimbing siswa menyimpulkan materi dan memberikan tindak

lanjut, selama proses pembelajaran siswa hanya menyimak materi yang

disampaikan dan tidak memberikan tindak lanjut seperti mengerjakan

evaluasi.Peggunaan metode guided discovery yang kurang optimal menyebabkan

proses pembelajaran kurang maksimal.

Salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA

dengan meningkatkan kegiatan komunikasi siswa, yakni membentuk kelompok

diskusi yang heterogen. Dalam kelompok diskusi yang baik seharusnya terdiri

dari siswa dengan kemampuan heterogen. Karena, keterampilan komunikasi IPA

bagi siswa kelas III sekolah dasar memiliki pengaruh penting. Dengan

menggunakan keterampilan komunikasi IPA siswa dapat mengkomunikasikan

segala hal yang diketahuinya kepada guru dan teman-temannya. Meningkatkan

kegiatan komunikasi siswa dapat dilakukan dengan melakukan tanya jawab antara

guru dan siswa, diskusi kelompok, dan presentasi saat kegiatan pembelajaran.

Selain itu, perlunya pengoptimalan penggunaan metode guided discovery.

Melalui metode guided discovery, tidak menutup kemungkinan dapat membantu

siswa dalam mengkomunikasikan hasil penemuannya. Hal tersebut senada dengan

(21)

6

discovery, siswa melakukan discovery sedangkan guru membimbing mereka ke

arah yang tepat atau benar.

Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk meningkatkan keterampilan

komunikasi IPA melalui metode guided discovery pada siswa kelas III SD Negeri

Kejambon 1, Sleman. Penggunaan metode ini diharapkan dapat meningkatkan

keterampilan komunikasi IPA siswa baik secara lisan maupun tertulis apa yang

mereka ketahui atau kerjakan.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran.

2. Siswa kelas III SD Negeri Kejambon 1 memiliki kemampuan komunikasi IPA

yang masih kurang.

3. Kurangnya kemampuan siswa dalam menemukan konsep.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada

peningkatkan keterampilan komunikasi IPA melalui metode guided discovery di

SDN Kejambon 1, Sleman.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah meningkatkan keterampilan komunikasi IPA

dengan penerapan guided discovery di kelas III SDN Kejambon 1 ?”.

(22)

7

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan komunikasi

IPA siswa kelas III SDN Kejambon 1 melalui metode guided discovery.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka

meningkatkan kualitas pembelajaran di Indonesia bagi guru, siswa, sekolah dan

peneliti sendiri.Secara umum manfaat penelitian tindaka kelas dapat dilihat dari

dua segi yaitu manfaat praktis dan manfaat teoritis.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan dan pedoman untuk

mengembangkan penelitian-penelitian yang menerapkan metode guided

discovery dalam pembelajaran.

b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi

mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan metode guided discovery

untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III sekolah

dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1) untuk memberikan pengalaman, menambah wawasan, pengetahuan

dan keterampilan dalam merangcang metode yang tepat dan

mempermudah proses pembelajaran melalui metode guided discovery,

(23)

8

2) memotivasi kreativitas dan aktivitas guru dalam melaksanakan tugas

pembelajaran.

b. Bagi Siswa

1) memperoleh pengalaman langsung, dan

2) siswa lebih menguasai keterampilan komunikasi IPA.

c. Bagi Sekolah

1) dapat memberikan masukan dalam mengefektifkan pembinaan dan

pengelolaan proses belajar mengajar dalam pelaksanaan pendidikan,

dan

2) memberikan sumbangan yag positif terhadap kemajun sekolah,

khususnya pembelajaran IPA dan umumnya seluruh mata pelajaran

yang ada di sekolah.

d. Bagi peneliti, merupakan suatu masukan pengetahuan sehingga dapat

(24)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar 1. Pembelajaran IPA

Menurut Trianto (2010: 136), IPA merupakan bagian dari Ilmu

Pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris “science” diambil

dari kata latin “scientia” yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi

kemudian berkembang menjadi khusus pengetahuan alam atau IPA. Menurut

Hendro Darmojodan Deny Kaligis (1992: 3) mengatakan bahwa, IPA atau Ilmu

Pengetahuan Alam adalah “ilmu” tentang “pengetahuan alam”. Ilmu artinya suatu

pengetahuan yang benar, dan masuk akal atau logis. Sedangkan pengetahuan

artinya segala sesuatu yang di ketahui manusia.IPA adalah pengetahuaan atau

ilmu tentang alam yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam

semesta dengan segala isinya. Senada dengan hal tersebut, Carin and Sund (Patta

Bundu, 2006: 4) menyatakan bahwa sains merupakan suatu pengetahuan tentang

alam semesta yang bertumpu pada data yang dikumpulkan melalui pengamatan

dan percobaan, sehingga di dalamnya memuat produk, proses dan sikap manusia.

(25)

10

IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA

tedahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan

sistematis.Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori.

b. IPA sebagai proses

IPA sebagai proses adalah proses mendapatkan IPA atau yang dikenal

dengan metode ilmiah. Metode ilmiah untuk anak sekolah dasar

dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan dengan harapan

bahwa pada akhirnya akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga

anak sekolah dasar dapat melakukan penelitian sederhana. Pentahapan

pengembangannya disesuaikan dengan tahapan dari suatu proses penelitian

atau eksperimen yang meliputi observasi, klasifikasi, interpretasi, prediksi,

hipotesis, mengendalikan variabel, merencanakan dan melakukan

penelitian, inferensi, aplikasi, dan komunikasi.

c. IPA sebagai pemupuk sikap

Sikap pada pengajaran IPA dibatasi pada sikap ilmiah terhadap alam

sekitar. Ada sembilan aspek sikap dari ilmiah yang dapat dikembangkan

pada anak usia sekolah dasar. Kesembilan sikap tersebut yaitu sikap ingin

tahu, ingin mendapatkan sesuatu yang baru, kerja sama, tidak putus asa,

tidak berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir bebas,

(26)

11

melakukan diskusi, percobaan, simulasi atau kegiatan lapangan. 10

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan

Patta Bundu (2006: 9) mengartikan sains sebagai sejumlah proses kegiatan

untuk mengumpulkan informasi secara sistematik tentang apa yang ada di dunia

sekitar, sains merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses kegiatan

tertentu, sains dapat dicirikan oleh nilai-nilai dan sikap para ilmuwan

menggunakan proses ilmiah dalam memperoleh pengetahuan. Sains didasarkan

pula pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa dunia ini dapat dipelajari,

dipahami, dan dijelaskan tanpa bergantung metode kausalitas, melainkan melalui

proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen, dan analisis rasional.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA tidak hanya

terdiri atas kumpulan pengetahuan.IPA merupakan ilmu yang mempelajari gejala

alam, mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode saintifik,

serta memuat produk, proses, dan sikap manusia. Peneliti juga menyimpulkan IPA

diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk

memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar dengan cara

yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,

penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait-mengait antara cara

yang satu dengan cara yang lainnya.

2. Pembelajaran IPA di Sekolah dasar

Hergenhahn (Usman Samatowa, 2011: 104) mengemukakan bahwa belajar

merupakan perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil dari proses

(27)

12

bahwa pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan

sehari-hari siswa.Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan,

membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu

yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan yang diperlukan dan

menimbulkan kesadaran kepada siswa bahwa belajar IPA sangat diperlukan untuk

dipelajari. Maslichah Asy’ari (2006: 22) mengemukakan bahwa pembelajaran IPA

harus faktual (tidak hanya secara verbal) dan tidak hanya mementingkan produk

saja, akan tetapi proses untuk mendapatkan pengetahuan.

Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA siswa perlu diberi kesempatan

untuk berlatih keterampilan proses IPA. Nur dan Wikandri (Trianto 2010: 143)

juga mengemukakan bahwa pembelajaran IPA di sekolah dasar menekankan pada

keterampilan proses di mana siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun

konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah itu sendiri yang dapat berpengaruh

positif terhadap proses pendidikan maupun produk pendidikan.

3. Tujuan Pembelajaran IPA

Usman Samatowa (2006: 3) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPA

di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut.

a. IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kesejahteraan materil suatu bangsa

banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang

IPA.Sebab IPA merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai

tulang punggung pembangunan, pengetahuan dasar untuk teknologi ialah

(28)

13

b. Bila IPA diajarkan meurut cara yang tepat maka IPA merupakan suatu

mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikirkritis.

c. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilaksanakan

sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan pelajaran yang bersifat

hafalan belaka.

d. Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai

potensi yang dapat membentuk kepribadian secara keseluruhan.

Tujuan utama IPA di SD adalah membantu siswa memperoleh ide,

pemahaman, dan keterampilan esensial sabagai warga negara. Life skill esensial

yang perlu dimiliki siswa adalah kemampuan menggunakan alat tertentu,

kemampuan mengamati bendadan lingkungan sekitarnya, kemampuan

mendengarkan, kemampuan mengkomunikasi secara efektif, menanggapi dan

memecahkan masalah secara efektif.

4. Ruang Lingkup IPA

Ruang lingkup bahan kajian mata pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

(Maslihah Asy’ri, 2006: 24) adalah sebagai berikut.

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yang meliputi Manusia, hewan,

tumbuhn dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.

b. Benda atau Materi, sifat-sifat dan kegunaannya, yang meliputi : cair, padat

dan gas.

c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

(29)

14

d. Bumi dan Alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.

5. Prinsip Pembelajaran IPA

Prinsip yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA (Maslichah

Asy’ari, 2006: 25) adalah sebagai berikut.

a. Empat Pilar Pendidikan Global.

b. Inkuiri.

c. Kontruktivisme.

d. Salingtemas (Sain- Teknologi- Teknologi dan Masyarakat).

e. Pemecahan Masalah.

f. Pembelajaran bermuatan nilai.

g. Pakem (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).

Prinsip-prinsip di atas tersebut nampak bahwa semuanya dalam rangka

menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa senang sehingga siswa

akan terlibat aktif dalam pembelajaran. Untuk menunjang penerapan

prinsip-prinsip di atas dalam mengelola pembelajaran perlu:

a) menyajikan kegiatan yang beragam sehingga tidak membuat siswa jenuh,

b) menggunakan sumber belajar yang bervariasi,

c) sesekali dapat bekerjasama dengan masyarakat, kantor-kantor, bank, dan

lain-lain sebagai sumber informasi yang terkait dengan praktek kehidupan

(30)

15

d) memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, karena belajar

akan bermakna apabila berhubungan langsung pada permasalahan di

sekitar siswa,

e) kreatif menghadirkan alat bantu pembelajaran, dan

f) menciptakan suasana kelas yang menarik, misalnya pajangan hasil karya

siswa atau benda-benda lain, peraga yang mendukung proses

pembelajaran.

B. Kajian tentang Keterampilan Komunikasi IPA

Keterampilan komunikasi IPA adalah salah satu dari keteremapilan proses

yang perlu dikuasai oleh siswa. Komunikasi adalah hubungan kontak antara

manusia baik individu maupun kelompok. Abizar (1988: 2) mengemukakan

komunikasi adalah kegiatan pertukaran atau berbagi informasi (sharing

information), dan berbagi pengalaman antara seseorang dengan orang lain dalam

mengembangkan daya pikir. Menurut Poniran (2000: 2) komunikasi antar

manusia itu menggunakan alat penghubung berupa lambing-lambang dalam

bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan, bahasa tubuh dan lain-lainnya, sehingga pesan

mudah dimengerti dan dipahami oleh penerima pesan.

Dari definisi beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi

tidak sekedar media penyampain pesan belaka yang mungkin menguntamakan

(31)

pihak-16

pihak di dalamnya.Oleh karena itu, agar komunikasi berjalan dengan baik dan

lancar serta memberi manfaat baik bagi pihak penyampain pesan maupun bagi

pihak penerima pesan, maka diperlukan adanya keterampilan mengkomunikasi.

Menurut Hafied Changara (2007:85) keterampilan komunikasi adalah

kemampuan seseorang untuk menyampaikan atau mengirim pesan kepada

khalayak (penerima pesan). Selanjutnya menurut Anwar Arifin (2008:58)

kemampuan komunikasi adalah keterampilan sesorang dalam menyampaikan

pesan yang jelas dan mudah dipahami oleh penerima pesan.

Menurut Indrawati (1999: 16) keterampilan berkomunkiasi adalah salah

satu keterampilan proses yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam

menyampaikan gagasan atau ide agarlebih efektif,baik melalui lisan atau tulisan.

Menurut Abruscato (Nasution, 2007: 144 ) mengkomunikasikan adalah

menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan

hasil penyelidikan. Menurut Esler dan Esler (Nasution, 2007: 144) dapat

dikembangkan dengan menghimpun informasi dari grafik atau gambar yang

menjelaskan benda- benda serta kejadain- kejadian secara rinci.

Keterampilan komunikasi ini sebaiknya dimiliki oleh siswa karena,

dengan adanya keterampilan komunikasi siswa dapat menyampaikan semua

pengetahuanya kepada orang lain melalui pesan lisan maupun tertulis. Hal ini

dipertegas oleh Hendro Darmojo dan Deny Kaligis (1991: 51) yang mengatakan

bahwa, keterampilan komunikasi adalah kemampuan siswa untuk dapat

mengkomunikasikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun hasil

(32)

17

yang sering digunkan dalam pembelajaran IPA yaitu grafik, diagram, peta, table,

symbol, demontrasi visual, dan presentasi.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

keterampilan mengkomunikasi IPA adalah kemampuan sesorang atau siswa untuk

menyampaikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun hasil penelitiannya

kepada orang lain dengan jelas dan mudah dipahami baik secara lisan maupun

tertulis. Untuk itu, agar mampu melakukan komunikasi yang baik, maka

seseorang harus memiliki ide dan penuh daya kreativitas yang tentunya dapat

dikembangkan melalui berbagai latihan dengan berbagai macam cara, salah

satunya membiasakan diri dengan berdiskusi. Dalam penelitian yang akan

dilakukan keterampilan komunikasi IPA dilihat melalui kebiasaan siswa dalam

melakukan tanya jawab,berdiskusi secara kelompok, dan presentasi pada saat

pembelajaran IPA berlangsung.

1. Jenis-jenis Keterampilan Komunikasi IPA

Berdasarkan jenis penyampaiannya keterampilan komunikasi dibagi

menjadi tiga jenis, yaitu:

a) keterampilan komunikasi lisan

Komunikasi lisan secara langsung adalah komunikasi yang di lakukan oleh

dua orang atau lebih yang saling bertatap muka secara langsung dan tidak

ada jarak atau peralatan yang membatasi mereka,

(33)

18

Komunikasi tetulis adalah komunikasi yang di lakukan dengan perantara

tulisan tanpa adanya pembicaraan secara langsung dengan menggunkan

bahasa yang singkat, jelas, dan dapat dimengerti oleh penerima, dan

c) keterampilan komunikasi non-verbal

Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan

disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contohnya ialah menggunakan

gerak isyarat, simbol-simbol, dan lain sebagainya (Gus Asta Iswara:

2014).

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis

penyampaian keterampilan komunikasi sesuai dengan keterampilan komunikasi

IPA di dalam penelitian yang akan dilakukan. Keterampilan komunikasi lisan IPA

pada penelitian yang akan dilakukan dilihat pada saat siswa melakukan tanya

jawab dengan guru, berdiskusi dengan kelompok, dan presentasi hasil penemuan

mereka. Keterampilan komunikasi tertulis IPA pada penelitian yang akan

dilakukan dilihat pada saat siswa mampu menuliskan laporan hasil penemuan

yang sudah dilakukan.

2. Indikator Keterampilan Komunikasi IPA

David Jerner Martin (2009: 101) mengemukakan indikator keterampilan

komunikasi, yaitu:

a) identifies objects and events accurately (mengidentifikasi objek dan

peristiwa dengan akurat),

b) describes objects and events accurately (mendeskripsikan objek dan

(34)

19

c) provides description such that others can identify unknown

objects(membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat

mengidentifikasi objek yang tidak diketahui),

d) formulates reasonable and logical arguments to justify explanations and

conclusions(menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi

kesimpulan),

e) transmits information to others accurately in oral and written

formats,and(membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan

lisan maupun tulisan), dan

f) verbalizes thinking

Usman Samatowa (2011: 102) mengemukakan indikator keterampilan

komunikasi adalah sebagai berikut.

a. Menyampaikan dan mengidentifikasikan idea atau gagasan dengan lisan

maupun tulisan.

b. Membuat catatan hasil observasi dalam percobaan.

c. Menyampaikan informasi dalam bentuk grafis, chart, atau tabel.

d. Memilih alat komunikasi yang cocok agar mudah dipahami orang lain.

Berdasarkan indikator yang telah disampaikan oleh para ahli, maka

indikator yang diterapkan dalam penelitian ini adalah.

1. Mengidentifikasi objek dan peristiwa dengan akurat.

(35)

20

3. Membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi

objek yang tidak diketahui.

4. Menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi kesimpulan.

5. Membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan

maupun tulisan.

6. Verbalisasi pemikiran.

3. Unsur-unsur Komunikasi

Lima unsur-unsur komunikasi (Arni Muhammad, 2000: 17) adalah sebagai

berikut.

a. Pengirim pesan

Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim pesan-pesan

atau informasi yang akan dikirimkan berasal dari otak si pengirim pesan.

b. Pesan

Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima pesan.

Ini dapat berupa verbal maupun non verbal.

c. Saluran

Saluran adalah jalan yang dilalui pesan dari si pengirim dengan si

penerima. Penerima pesan adalah yang menganalisis dan

menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya. Balikan adalah respons

terhadap pesan yang diterima yang dikirimkan kepada si pengirim pesan.

Diinterpretasikan sama oleh si penerima berarti komunikasi tersebut

(36)

21

Berdasarkan pendapat di atas, keterampilan komunikasi IPA memiliki

kelima unsur tersebut. Pengirim pesan yang dimaksud dalam keterampilan

komunikasi IPA adalah siswa yang sedang menyampaikan pendapatnya mengenai

hasil temuannya. Pesan yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA

adalah hasil temuan yang sudah dilakukan. Saluran yang dimaksud dalam

keterampilan komunikasi IPA adalah pada saat kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Penerima pesan yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA

adalah siswa lain di dalam kelompok masing-masing. Balikan yang dimaksud

dalam keterampilan komunikasi IPA adalah antusias siswa lain menanggapi

pendapat temannya.

Menurut Rini Darmastuti (2006: 3) menyatakan bahwa komunikasi yang

terjadi dalam kehidupan manusia terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu:

1) komunikasi personal (personal communication)

Komunikasi Personal merupakan komunikasi yang terjadi dalam diri

individu maupun antar individu. Komunikasi personal terdiri dari:

a) komunikasi Intrapersonal merupakan komunikasi yang terjadi dalam diri

individu itu sendiri. Misalnya ketika dia sedang merenung, mengevaluasi

diri, dan sebagainya, dan

b) komunikasi Antarpersonal merupakan komunikasi yang terjadi antara

individu yang satu dengan individu yang lainnya.

(37)

22

a) komunikasi kelompok kecil misalnya ceramah, diskusi panel, forum,

seminar, dll,

b) komunikasi kelompok besar misalnya pidato lapangan, kampanye di

lapangan, dan sebagainya, dan

c) komunikasi Massa (Mass Communication) merupakan komunikasi yang

ditujukan kepada khalayak besar, dengan khalayak yang heterogen dan

tersebar dalam lokasi geografis yang tidak dapat ditentukan. Komunikasi

massa ini biasanya menggunakan media, baik media cetak maupun media

elektronik. Bentuk-bentuk komunikasi massa ini adalah pers, radio,

televisi, film.

3) Komunikasi Media (Media Communication)

Merupakan media komunikasi yang terjadi dengan menggunakan media

seperti : surat, telepon, poster, spanduk, dll.

Berdasarkan pendapat di atas, bentuk ketarampilan komunikasi personal

yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA adalah komunikasi

antarpersonal karena komunikasi yang terjadi antara individu yang satu dengan

individu yang lainnya. Komunikasi kelompok yang dimaksud dalam keterampilan

komunikasi IPA adalah komunikasi kelompok kecil yang berupa diskusi

kelompok. Komunikasi kelompok kecil dalam IPA adalah sebuah kelompok, yang

terdapat interaksi antar anggota kelompok. Untuk itu, komunikasi kelompok lahir

sebagai bentuk komunikasi. Komunikasi kelompok mengatur bagaimana

komunikasi berjalan dengan anggota kelompok satu dengan yang lainnya,

(38)

23

4. Pengembangan Keterampilan Komunikasi IPA

Potensi siswa dalam kegiatan sains banyak yang dapat

dikembangkanuntuk mengkomunikasikan hasil kegiatan mereka yang meliputi

bentuk penyajian, peserta, dan tujuan penyajian. Bentuk penyajian misalnya,

tulisan, ceramah, gambar, atau pajangan. Peserta misalnya, diri sendiri, siswa

yang lain, guru atau orangtua. Tujuan misalnya, pengembangan ide/pemikiran,

laporan kegiatan yang telah dilaksanakan, menyajikan hasil observasi, temuan

atau kesimpulan.

C. Kajian tentang Karakteristik Siswa Kelas III Sekolah Dasar

Jean Piaget (Elida Prayitno,1992: 66) mengemukakan bahwa tahap-tahap

perkembangan anak terdiri dari empat tahap, yaitu: 1) tahap sensori motorik, 2)

tahap pra operasional, 3) tahap operasional konkret, dan 4) tahap operasional

formal.

1) tahap sensori motorik (usia 0-2 tahun), pada tahap ini anak belum

mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Anak hanya dapat

mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan inderanya,

2) tahap pra operasional (usia 2-6 tahun), pada tahap ini anak mulai tumbuh

perkembangan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang

dijumpai di lingkungan sekitar saja,

3) tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun), pada tahap ini anak mampu

berpikir dengan logika jika memecahkan persoalan-persoalan yang

sifatnya konkret atau nyata. Anak belum mampu berfikir secara abstrak,

(39)

24

5) sudah mempunyai pemikiran yang abstrak.

Berdasarkan tahap-tahap perkembangan anak tersebut, dapat diketahui

bahwa anak usia sekolah dasar (usia 7-11 tahun) berada pada tahap operasional

konkret. Pada tahap tersebut, anak mampu berpikir dengan logika jika

memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya konkret atau nyata, yaitu dengan

cara mengamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pemecahan

persoalan tersebut. Demikian juga dalam memahami suatu konsep, anak sangat

terikat pada proses mengalami sendiri, artinya anak mudah memahami konsep jika

anak mengamati pengertian konsep tersebut atau anak melakukan sesuatu yang

berkaitan dengan konsep tersebut. Anak mampu menyelesaikan masalah-masalah

yang divisualkan dan sangat sulit memahami masalah-masalah yang sifatnya

verbal.Anak pada tahap operasional konkret tidak dapat menerima sesuatu jika

tidak sesuai dengan kenyataan yang mereka alami.Segala sesuatu dipahami

sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami.

Basset, Jacka, dan Logan (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 1999:12)

mengemukakan karakteristik anak sekolah dasar secara umum adalah sebagai

berikut.

1. Secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia

sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri.

2. Senang bermain dan lebih suka bergembira/ riang.

3. Suka mengatur dirinya sendiri untuk menangani berbagai hal,

(40)

25

4. Biasanya tergetar perasaanya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana

mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak

kegagalankegagalan.

5. Belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang

terjadi.

6. Belajar dengan cara berkerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar

anak-anak lainnya.

Maslichah Asy’ari (2006: 38) mengemukakan masa perkembangan

intelektual anak sekolah dasar dibedakan menjadi 2 fase.Fase tersebut dijelaskan

sebagai berikut.

1. Siswa kelas rendah (6-9 tahun) atau kelas 1 sampai 3

Siswa kelas rendah memiliki kekhasan antara lain:

a) penalarannya bersifat trasduktif artinya bukan induktif dan bukan

deduktif, melainkan bergerak dari sesuatu yg khusus ke hal yg khusus

lagi,

b) tidak dapat berpikir reversibel atau bolak-balik, artinya tidak bisa

berfikir ke titik awal,

c) bersifat egossentris artinya memandang sesuatu dari sudut pandang

dirinya sendiri,

d) belum memiliki pengertian kekekalan materi, dan

e) belum bisa berfikir secara abstrak.

2. Siswa kelas atas (9-12 tahun) atau kelas 4 sampai 6

(41)

26

a) dapat berfkir reversibel atau bolak-balik,

b) dapat melakukan pengelompokan dan menentukan urutan, dan

c) telah mampu melakukan operasi logis, tetapi pengalaman yang

dipunyai masih terbatas.

Dengan demikian kelas III sekolah dasar termasuk dalam kelas rendah dan

masih dalam tahap operasional konkret dimana pembelajaran di kelas rendah

dilaksanakan berdasarkan rencana pelajaran yang telah dikembangkan oleh guru.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sri Sulistyorini (2007: 40), karakteristik anak usia

sekolah dasar pada tahap operasional konkret perlu dijadikan landasan dalam

menyiapkan dan melaksanakan pembelajaran bagi mereka.

Berdasarkan karaketristik siswa kelas III di SD Negeri Kejambon 1 proses

pembelajaran harus dirancang guru sehingga kemampuan siswa, bahan ajar,

proses belajar, dan metode belajar sesuai dengan tahapan perkembangan siswa.

Dalam hal ini, guru memegang peranan penting dalam menciptakan stimulus

respon agar siswa menyadari kejadian di sekitar lingkungannya. Siswa kelas

rendah di SD Negeri Kejambon 1 masih banyak membutuhkan perhatian karena

fokus konsentrasinya masih kurang, perhatian terhadap kecepatan dan aktivitas

belajar juga masih kurang karena siswa kelas III SD Negeri Kejambon 1 masih

dalam tahap operasional konkret. Hal ini memerlukan kegigihan guru dalam

membimbing siswa selama proses belajar mengajar berlangsung sehingga

memungkinkan siswa untuk melihat (seeing), berbuat sesuatu (doing), melibatkan

diri dalam proses belajar (undergoing), dan mengalami langsung (experiencing)

(42)

27

Untuk itu, diperulukan metode belajar yang sesuai dengan tahap

perkembangan siswa kelas rendah.yaitu dengan menggunakan metode

pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery). Metode pembelajaran

terbimbing merupakan metode yang digunakan untuk membangun konsep di

bawah pengawasan guru (Sani, 2013:221). Tanpa bimbingan guru, siswa sekolah

dasar masih mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan,dan merancang

kegiatannya.

D. Kajian tentang Metode-metode Pembelajaran IPA

Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyedikan

lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Hal ini

akan menyebabkan adanya tuntutan kepada setiap guru untuk dapat mengajar

dengan baik. Dengan kata lain, setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi

mengajar. Guru akan memiliki kompetensi mengajar, memiliki pemahaman dan

penerapan berbagai metode pembelajaran di samping kemampuan-kemampuan

lainnya. Pemahaman dan penerapan metode pembelajaran yang tepat akan

memudahkan siswa dalam menerima dan memahami materi yang disampaikan.

Dengan metode yang tepat pun, kesulitan guru dalam menyampaikan materi bisa

diminimaliskan.

Nana Sudjana (2010: 76) mengungkapkan metode mengajar ialah cara

yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat

berlangsungnya pengajaran.Menurut M. Sobri Sutikno (2009: 88) menegaskan

bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang

(43)

28

upaya untuk mencapai tujuan. Jadi jelas bahwa metode adalah cara yang dalam

fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan (Zainal Aqib, 2014: 70). Dalam

pembelajaran metode pembelajaran adalah suatu cara yang fungsinya adalah

sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.

Menurut Wina Sanjaya (2010: 147) metode adalah cara yang digunakan

untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata

agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

Bagi guru ataupun calon guru pengetahuan mengenai metode-metode

pembelajaran inisangatlah penting. Metedologi pembelajaran pada hakikatnya

merupakan penerapan prinsip – prinsip psikologi dan prinsip – prinsip pendidikan

bagi perkembangan peserta didik. Metedologi pembelajaran ini bersifat interaktif

edukatif selalu bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan

pemebelajaran yang ada di sekolah.

Beberapa metode dalam pemebelajaran IPA yang bisa digunakan dalam

proses belajar mengajar, sebagai berikut.

a. Metode ceramah

Menurut Wina Sanjaya (2006: 147) mengemukakan bahwa metode

ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan

secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.

Kelebihan metode cermah diantaranya adalah:

1) guru dapat menguasai seluruh kelas,

2) mudah mengorganisasikan kelas, dan

(44)

29 Kelemahan metode cermah diantaranya adalah:

1) bila terlalu lama digunakan, cenderung membosankan,

2) peran serta siswa dalam pembelajaran rendah,

3) perhatian dan motivasi siswa sulit diukur, dan

4) keberhasilan siswa tidak terukur.

b. Metode Diskusi

Menurut Zainal Aqib (2014: 107) diskusi adalah interaksi antara siswa

dengan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah,

menggali, memperdebatkan topic atau permasalahan tertentu.

Kelebihan metode diskusi diantaranya adalah:

1) memperluas wawasan,

2) merangsang kreativitas peserta didik, dan

3) mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.

Kekurangan metode diskusi diantaranya adalah:

1) menyita waktu dan jumah siswa harus sedikit,

2) apatis bagi siswa yang tidak terbiasa berbicara dalam forum, dan

3) siswa mendapat informasi yang terbatas.

c. Metode Demontrasi

Menurut Muhibbin Syah (2006: 208) demonstrasi adalah metode mengajar

dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan

kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran

(45)

30

metode demontrasi , proses penerimaan materi yang didapatkan oleh siswa akan

terkesan mendalam sehingga memebentuk pengertian dengan baik dan sempurna.

Kelebihan metode demontrasi diantaranya adalah:

1) dapat membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret,

2) siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari,

3) proses pengajaran lebih menarik, dan

4) siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori

dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.

Kekurangan metode demontrasi diantaranya adalah:

1) metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa

ditunjang denganhal itu, pelaksanaan demontrasi akan tidak efektif,

2) fasilitasi seperti peralatan, tempat,dan biaya yang memadai tidak selalu

tersedia dengan baik, dan

3) demontrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di

samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa

mengambil waktu satu jam pelajaran lain.

d. Metode Eksperimen

Menurut Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain (2002: 95) eksperimen

(percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaa

dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam

proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan

(46)

31

mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan

sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu.

Kelebihan metode eksperimen diantaranya adalah:

1) membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan

percobaan,

2) dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan

penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagii kehidupan

manusia, dan

3) hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk

kemakmuran umat manusia.

Kekurangan metode eksperimen diantaranya adalah:

1) metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi,

2) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak

selalu mudah diperoleh dan mahal,

3) metode ini menutut ketelitian, keuletan dan ketabahan, dan

4) setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena

mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan

kemampuan.

e. Metode Discovery

Metode discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang

meliputi, metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada

proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflktif. Menurut Sund dalam

(47)

32

siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud

proses mental tersebut yaitu mengamati, mencerna, mengerti, mengolongkan,

membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, memuat kesimpulan, dan sebagainya.

E. Kajian tentang Metode Guided Discovery 1. Pengertian MetodeDiscovery

Metode discovery merupakan komponen dari praktik pendidikan yang

meliputi metode mengajar yang mengajukan cara belajar aktif, berorientasi pada

proses, mengarahkan sendiri, dan mencari sendiri. Dalam pembelajaran IPA, IPA

berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik, sehinga IPA

bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, prinsip-prinsip saja. IPA juga merupakan proses penemuan (discovery).

Untuk itu, pendidikan IPA di Sekolah Dasar diharapkan menjadi wahan bagi

siswa sekolah untuk mempelajari dirinya sendiri dan kaitannya dengan alam

sekitar.

Suryosubroto (2009: 178) menyatakan bahwa metode discovery diartikan

sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan,

manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai pada generalisasi.

Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata.

Penggunaan metode discovery dalam proses belajar mengajar, memperkenankan

siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa

diberitahukan atau diceramahkan saja.

Sementara itu, Ridwan Abdullah Sani (2013: 220) menyatakan bahwa,

(48)

33

yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Pembelajaran discovery

merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru untuk lebih kreatif

menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan

pengetahuan sendiri.

Hamdani (2011: 184) berpendapat bahwa discovery (penemuan) adalah

proses mental ketika siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip.

Adapun proses mental misalnya mengamati, menjelaskan, mengelompokkan,

membuat kesimpulan. Guru melibatkan siswa dalam proses mental melalui tukar

pendapat yang berwujud diskusi, seminar, dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneiliti menyimpulkan bahwa

metode discovery merupakan proses belajar dimana siswa berperan aktif untuk

menemukan dan memperoleh pengetahuannya sendiri dengan pengamatan atau

diskusi dalam rangka mendapatkan pembelajaran yang lebih bermakna.

Menurut Sapriati (2009: 1.28) ada dua macam atau jenis pembelajaran

penemuan sebagai berikut.

a. Pembelajaran penemuan murni (free discovery)

Pembelajaran penemuan murni (free discovery) merupakan pembelajaran

penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan.

b. Pembelajaran penemuan terarah atau penemuan terbimbing (Guided

Discovery).

Pembelajaran penemuan terarah/terbimbing (Guided Discovery)

merupakan pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam

(49)

34

Demikian juga menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006: 204-205), metode

penemuan atau pengajaran penemuan dibagi menjadi dua jenis, yaitu: penemuan

murni, pada pembelajaran dengan penemuan murni pembelajaran terpusat pada

siswa dan tidak terpusat pada guru, kegiatan penemuan ini hampir tidak

mendapatkan bimbingan guru; dan penemuan terbimbing, pada pengajaran dengan

penemuan terbimbing guru mengarahkan tentang materi pelajaran, berupa;

petunjuk, arahan, 14 pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan siswa dapat

menyimpulkan (menggeneralisasikan) sesuai dengan rancangan guru.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat dua

jenis metode discovery yaitu: metode penemuan murni (free discovery) dan

metode penemuan terbimbing (guided discovery).

2. Metode Guided Discovery

Ditinjau dari penempatan guru dan siswa dalam pembelajaran terdapat tiga

macam metode pembelajaran IPA yaitu exposition (konvensional), guided

discovery dan inquiry.Pada metode exposition (konvensional) guru lebih

mendominasi sedangkan siswa pasif, lain halnya dengan metode inquiry di mana

siswa bersikap lebih aktif dan guru bertugas sebagai fasilitator. Pembelajaran

melalui metode guided discovery mengkombinasikan dari dua metode tersebut,

selain sebagai fasilitator guru juga aktif dalam membimbing siswa dalam

memperoleh pengetahuan dan menempatkan siswa untuk aktif (Carin & Sund,

1989: 91). Perbedaan tersebut dapat dilihat dari tabel pada halaman berikut ini.

(50)

35 Metode

Pembelajaran

Expositon

(Konvensional) Guided Discovery Inquiry

Guru Aktif dan lebih

Dari table diatas, metode guided discovery atau penemuan terbimbing

merupakan metode pembelajaran yang menciptakan situasi belajar yang

melibatkan siswa belajar secara aktif dan mandiri dalam menemukan suatu konsep

atau teori, pemahaman, dan pemecahan masalah. Proses penemuan tersebut

membutuhkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing.

Sejalan dengan uraian diatas, metode guided discovery mengkombinasikan

dari dua cara pengajaran yaitu teacher centered dan student centered (Carin &

Sund, 1989: 93). Tugas guru dalam metode guided discovery yaitu selain sebagai

fasilitator juga aktif dalam membimbing siswa memperoleh pengetahuan dan

menempatkan murid untuk bersikap aktif.

Hendro Darmodjo dan Jenny Kaligis (1991: 37) menyatakan bahwa tujuan

dari guided discovery adalah mendapatkan efektivitas yang optimal dari proses

pembelajaran yang dilakukan, khususnya bagi anak usia SD. Hal tersebut

didukung dengan pendapat Cagne (Oemar Hamalik, 2010: 188) yang

mengungkapkan bahwa guided discovery terjadi dengan sistem dua arah

melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan

discovery, sedangkan guru membimbing mereka kearah yang tepat atau benar.

Collete & Chiapetta (Eka Gunawan: 2010) menyatakan di dalam guided

(51)

36

pembelajaran dengan berbagai aktivitas yang akan mengarahkan siswa untuk

menemukan pengetahuan baru. Sehingga, guru harus mempunyai keterampilan

dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan dan kemampuan untuk meminta jawaban

pada saat yang tepat untuk membimbing siswa menemukan pemecahan masalah

tanpa menganggu pemikiran siswa.

Pembelajaran guided discovery dapat dilakukan dengan membagi siswa

dalam kelompok-kelompok kecil. Hal ini dilakukan agar setiap siswa

berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.Selain itu, dengan proses kooperatif

siswa dapat bertukar ide dan belajar bersama dengan siswa lainnya (Howe, 1993:

197).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa metode

guided discovery merupakan metode pembelajaran yang mengarahkan siswa

untuk menemukan konsep dan prinsip dengan bimbingan dari guru yang bertujuan

untuk mendapatkan efektifitas yang optimal dari proses pembelajaran yang

diikuti. Kegiatan pembelajaran guided discovery tepat untuk anak SD karena

dengan metode ini siswa dapat membangun pengetahuan mereka sendiri dengan

mengembangkan sikap ingin tahu yang mereka miliki.. Di dalam penelitian yang

akan dilakukan guided discovery digunakan untuk mengamati peningkatan

keterampilan komunikasi IPA siswa.

3. Rencana dan Langkah-langkah Pembelajaran dengan Menerapkan Metode Guided Discovery

Howe (1993: 179) menjelaskan bahwa dalam guided discovery terdapat

bagian rencana pelajaran yang hampir sama dengan metode intruksi langsung,

(52)

37

menunjukkan karakteristik khusus. Pada metode intruksi langsung, isi pelajaran

disajikan secara langsung, seperti menunjukkan, guided discovery lebih

mementingkan kontruksi mental peserta didik. Alasan yang paling penting untuk

melakukan penemuan adalah proses kognitif, afektif, dan sosial lebih penting

daripada hanya sekedar pemerolehan pengetahuan secara kognitif saja.

Setiap rencana pembelajaran memerlukan tujuan, bahan, dan penilaian.

Setiap rencana pembelajaran juga memerlukan kegiatan belajar, tetapi jenis dan

urutannya bergantung pada metode yang akan digunakan dan tujuan yang akan

dicapai. Howe (1993: 185) mengemukakan rencana pembelajaran dengan

menerapkan metode guided discovery adalah sebagai berikut.

a. Performance objective (tujuan kinerja)

b. Materials (bahan-bahan yang dibutuhkan)

c. Learning activities (kegiatan pembelajaran)

1. Motivation (pemberian motivasi) Motivasi diberikan agar siswa

merasa yakin dapat memecahkan masalah yang akan mereka hadapi.

2. Data collecting (pengumpulan data) Siswa diberi kebebasan untuk

melakukan kegiatan penemuan sesuai dengan prosedur yang telah

ditentukan sebelumnya. Guru hendaknya jangan terlalu ikut campur

dalam kegiatan pengumpulan data agar siswa benar-benar merasa puas

akan kerja keras mereka sendiri.

3. Data processing (pengolahan data) Idealnya, waktu antara

pengumpulan data dengan pengolahan data haruslah pendek. Hal ini

(53)

38

4. Closure (penutupan) Penutupan dapat dilakukan dengan meminta anak

untuk membuat rangkuman atau kesimpulan atas apa yang telah

mereka peroleh. Selain itu, guru juga dapat memberikan ide-ide

terbuka yang menggugah rasa ingin tahu anak agar mereka terus

berpikir atas apa yang mereka lakukan setelah jam pelajaran berakhir.

Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan sebuah pertanyaan kepada

semua siswa untuk dipikirkan.

5. Appraisal (penilaian) Penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah

tujuan pembelajaran sudah terpenuhi atau belum. Selain dengan tes,

penilaian dapat dilakukan dengan observasi atas apa yang telah

dilakukan oleh siswa. Proses kognitif lebih penting daripada hanya

sekedar domain kognitif saja.

Howe (1993: 196) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran guided

discovery adalah sebagai berikut.

a. Mengatur dan menetapkan standar perilaku siswa.

b. Jangan mengatakan tujuan pembelajaran atau konsep yang ingin dicapai.

Hal tersebut akan mengacaukan apa yang seharusnya mereka temukan

sendiri dan menghancurkan pemikiran penemuan mereka.

c. Prosedur diberikan secara singkat dan jelas. Siswa harus dikondisikan

untuk mengikuti prosedur yang telah ditentukan. Guru harus membimbing

siswa untuk tidak menciptakan prosedur kegiatan sendiri.

d. Memperkenalkan kosakata baru hanya jika diperlukan dalam konteks

(54)

39

e. Siswa melakukan kegiatan pengumpulan data tanpa gangguan.

f. Guru dapat berbicara lembut kepada anak sesuai dengan kebutuhan. Hal

ini dilakukan untuk mencegah kebosanan.

g. Pisahkan siswa dari bahan-bahan sebelum mereka berdiskusi.

h. Selama pemrosesan data, tanyakan kepada siswa laporan tentang apa yang

telah mereka peroleh agar mereka menggambarkan pengamatan yang telah

mereka lakukan.

i. Bila mungkin, melanjutkan diskusi melampaui deskripsi dengan meminta

anak untuk berpikir tingkat tinggi seperti inferensi, pembenaran,

generalisasi, dan spekulasi tentang sistem terkait yang belum dicoba.

j. Jangan meringkas pelajaran untuk siswa, biarkan mereka melakukannya

sendiri. Hal ini dilakukan agar siswa memahami atas apa yang mereka

peroleh selama proses pembelajaran.

Menurut J. Richard Scuhman (Suryosubroto, 2002: 194), langkah-langkah

pembelajaran dalam metode guided discovery adalah sebagai berikut.

a. Adanya problema yang akan dipecahkan. Problema ini dapat dinyatakan

sebagai pertanyaan atau pernyataan.

b. Jelas tingkat/kelasnya, dinyatakan dengan jelas tingkat siswa yang akan

diberi pelajaran. Pada penelitian ini adalah siswa kelas III.

c. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh siswa melalui kegiatan

tersebut perlu ditulis dengan jelas.

d. Alat dan bahan perlu disiapkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik

Gambar

Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan
Table 3:Kisi-kisi Lembar Observasi Keterampilan Komunikasi IPA Siswa
Gambar 2. Siswa masih kurang bertanya
Gambar 3. Sebagian siswa masih terlihat kurang antusias dalam kegiatan percobaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya Rustaman (2011: 2.17) mengungkapkan pada pengembangan model pembelajaran menurut pandangan konstruktivis harus memperhatikan dan mempertimbangkan

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penerapan metode guided inquiry-discovery dalam peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SDN 02 Karanganyar Kecamatan

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penerapan metode guided inquiry-discovery dalam peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SDN 02 Karanganyar Kecamatan

Pada siklus I pertemuan kedua siswa yang memperhatikan penjelasan guru sebanyak 18 siswa, siswa yang berani bertanya sebanyak 12 siswa, dan siswa yang menjawab

j) Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan mereka lakukan pada pertemuan ini, yaitu kegiatan pembelajaran di luar kelas. k) Guru memberi arahan kepada siswa agar kelaur

Sama dengan pelaksanaan observasi pada siklus I, pelaksanaan observasi dilaksanakan ketika proses pembelajaran dengan menerapkan metode guided inquiry-discovery. Dalam

Dalam pembelajaran Matematika pada materi Menentukan Kelipatan dan Faktor di kelas IV guru harus memperhatikan karakteristik siswa dalam melaksanakan proses

Sehingga penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAMATI DAN HASIL BELAJAR PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI METODE