i
PENINGKATAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI IPA SISWA KELAS III MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY
DI SDN KEJAMBON 1 SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Alfiani Utami NIM 11108244099
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v MOTTO
“Ilmu itu dimiliki dengan lidah yang banyak bertanya dan akal yang gemar
berfikir”
vi
PERSEMBAHAN
Skripsiinidipersembahkan untuk
1. Keduaorang tuatercintabesertakeluargayang telah mendoakan,memberikan
semangat, nasihat, cinta, dan kasih sayang.
2. AlmamaterPGSD Universitas Negeri Yogyakarta.
vii
PENINGKATAN KETERAMPILANKOMUNIKASI IPA SISWA KELAS III MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY
DI SDN KEJAMBON 1 SLEMAN Oleh
Alfiani Utami NIM 11108244099
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III yang kurang seperti (1) mengidentifikasi objek dan peristiwa dengan akurat, (2) mendeskripsikan objek dan peristiwa dengan akurat, (3) membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi objek yang tidak diketahui, (4) menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi kesimpulan, (5) membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan maupun tulisan, (6) verbalisasi pemikiran.. Penelitian ini bertujuan meningkatkan keterampilan komunikasi IPAsiswa kelas III menggunakan metode guided discovery di SDN Kejambon 1, Sleman.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan bentuk kolaborasi. Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengematan, dan refleksi. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Kejambon 1, Sleman yang berjumlah 28 siswa.Objek penelitian ini adalah peningkatan keterampilan komunikasi IPA siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode: observasi dan dokumentasi. Teknik analisis digunakan yaitu teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode guided discoverymelalui langkah-langkah (1) pemberian pertanyaan, (2) menyediakan alat dan bahan, (3) kegiatan peemuan, (4) kegiatan diskusi, (5) menyimpulkan.Dapat meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III SDN Kejambon 1.Peningkatan keterampilan komunikasi IPA siswa ditunjukkan dengan peningkatan presentase keterampilan komunikasi IPA siswa. Pada kondisi awal sebesar 59,91% yang berada pada kategori kurang. Pada siklus I meningkat menjadi 70,44% berada pada kategori cukup. Dan pada siklus II meningkat menjadi 90,17% berada pada kategori baik. Penelitian ini dihentikan sampai siklus II karena persentase keterampilan komunikasi IPA telah memnuhi kriteria yang ditentukan yaitu sudah mencapai kategori baik.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah swt, karena taufik, hidayah, karunia serta rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan
Komunikasi IPA Siswa Kelas III Melalui Metode Guided Discovery di SDN
Kejambon 1, Sleman”.Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Selama mengerjakan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan berupa
petunjuk, bimbingan maupun pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasi kepada:
1. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan FIP yang telah memberikan
kemudahan dalam terlaksananya penelitian ini.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah membantu kelancaran
dalam proses penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Woro Sri Hastuti, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing, membantu, memberikan semangat,
motivasi, saran dan nasihat selama menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Supartinah, M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing, membantu, memberikan semangat, motivasi, saran
dan nasihat selama menyelesaikan sekripsi ini.
ix
memberikan nasihat dan motivasi selama menempuh studi.
6. Seluruh dosen dan karyawan jurusan PGSD UNY yang telah membantu
selama kuliah dan penelitian berlangsung.
7. Ibu Sumiyati, S.Pd.SD. selaku kepala sekolah yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah.
8. Ibu Jumini Lestari, selaku Guru kelas III SDN Kejambon 1, yang telah
memberikan bantuan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian di
sekolah tersebut.
9. Siswa-siswi kelas III SDN Kejambon 1, yang telah membantu dan
berpartisipasi dalam penelitian ini.
10.Teman-teman PGSD UNY angkatan 2011 yang telah memberikan dukungan.
11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membanggun.Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga
dengan rahmat dan izin-Nya mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.
x
B.Identifikasi Masalah ... 6
C.Pembatasan Masalah ... 6
D.Rumusan Masalah ... 6
E.Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI A.Kajian tentang Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 9
1. Pembelajaran IPA ...9
2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ...11
3. Tujuan Pembelajaran IPA ...12
4. Ruang Lingkup IPA...13
5. Prinsip Pembelajaran IPA ...13
B.Kajian tentang Keterampilan Komunikasi IPA ...15
xi
2. Indikator Keterampilan Komunikasi IPA ... 18
3. Unsur-unsur Komunikasi IPA ... 19
4. Pengembangan Keterampilan Komunikasi IPA ... 22
C.Kajian tentang Karakteristik Siswa Kelas III Sekolah Dasar ... 22
D.Kajian tentang Metode-metode Pembelajaran IPA ... 26
E.Kajian tentang Metode Guided Discovery ... 31
1. Pengertian Metode Discovery ... 31
2. Metode Guided Discovery ...34
3. Rencana dan Langkah-langkah Pembelajaran dengan Menerapkan Metode Guided Discovery ... 36
4. Keuntungan dan Kelemahan Metode Guided Discovery ... 40
5. Peran Guru dan Siswa dalamMetode Guided Discovery ... 42
6. Metode Guided Discovery dan Keterampilan Komunikasi IPA ... 43
F. Kerangka Pikir ... 44
G.Hipotesis Tindakan ... 46
H.Definisi Operasional ... 46
BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 48
B.Subjek dan Objek Penelitian ... 48
C.Setting Penelitian ... 49
D.Desain Penelitian ... 49
E.Teknik Pengumpulan Data ... 53
F. Instrumen Penelitian ... 53
G.Teknik Analisis Data Penelitian ... 55
H.Kriteria Keberhasilan Tindakan ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian... 57
1. Deskripsi Lokasi Penlitian... 57
2. Deskripsi Data Awal Siswa Pra Siklus... 58
3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 59
xii
B.Pembahasan Hasil Penelitian... 103
C.Keterbatasan Penelitian ... 109
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 110
B.Saran ... 110
DAFTAR PUSTAKA ... 112
xiii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Perbedaan Metode Pembelajaran Konvensional, Guided Discovery, danInquiry ... 34
Tabel 2. Kisi-kisi Lembar Observasi AktivitasGuru dalamMenerapkan
Metode Guided Discovery ... 54
Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Keterampilan Komunikasi IPA Siswa ... 55
Tabel 4. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 56
Tabel 5. PeningkatanPresentase Keterampilan Komuikasi IPA
Menggunakan Metode Guided Discovery pada Siklus I ... 76
Tabel 6. Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA pada Pra Siklus dan Siklus I ... 77
Tabel 7. Peningkatan Presentase Keterampilan Komunikasi IPA
Menggunakan Metode Guided Discovery pada Siklus II ... 97
Tabel 8. Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa pada Pra Siklus dan Siklus II ... 97
Tabel 9. Peningkatan Presentase Keterampilan Komunikasi IPA
Menggunakan Metode Guided Discovery ... 100
Tabel 10. Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA Siswa pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 101
Tabel 11.Kriteria KeterampilanKomunikasi IPA Siswa pada Pra Siklus,
xiv
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Model Penelitaian Tindakan Kelas ... 50
Gambar 2. Siswa Masih Kurang Bertanya ... 62
Gambar 3. Sebagian Siswa Masih Terlihat Kurang Antusias dalam Kegiatan Percobaan ... 64
Gambar 4. Sebagian Siswa Masih Kurang Bersemangat, Malu dan Takut ... 66
Gambar 5. Siswa MasihKurang Antusias dalam Menanggapi Hasil
Percobaan Kelompok Lain ... 67
Gambar 6. Guru Belum Menggunakan Papan Tulis ... 68
Gambar 7. Siswa Mencontek dalam Mengerjakan Soal Evaluasi ... 68
Gambar 8. Diagram Peningkatan Ketrampilan Komunikasi IPA pada Pra Siklus dan Siklus I ... 78
Gambar 9. Siswa Terlihat Antusias saat Melakukan Percobaan ... 83
Gambar 10. Siswa Terlihat Antusias saat Melakukan Percobaan dan Guru Membimbing Siswa ketika Menemui Kesulitan ... 86
Gambar 11. Guru Memberikan Reward kepada Siswa ... 88
Gambar 12. Siswa Mulai Tertib Mengerjakan Soal Evaluasi ... 89
Gambar 13. Diagram Peningkatan Keterampilan Komunikasi IPA pada Pra Siklus dan Siklus II ... 98
xv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Pedoman Observasi Siswa dan Guru ... 117
Lampiran 2. Pedoman Observasi Keterampilan Komunikasi IPA Siswa ... 118
Lampiran 3. Rubrik Penilaian Keterampilan Komunikasi IPA Siswa ... 120
Lampiran 4. Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Menerapkan Metode Guided Discovery ... 127
Lampiran 5. Hasil Observasi Siswa ... 129
Lampiran 3. Hasil Observasi Guru ... 135
Lampiran 4. Data Keterampilan Komunikasi IPA Siswa ... 141
Lampiran 5. Silabus Pembelajaran ... 146
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 158
Lampiran 7. Hasil Keterampilan Komunikasi IPA Siswa ... 203
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian ... 212
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Terdapat beragam keterampilan yang harus dimiliki siswa untuk
memaksimalkan pemahaman terhadap pembelajaran IPA seperti yang
disampaikan oleh Harlen (Patta Bundu, 2006: 24) bahwa lima jenis keterampilan
proses yang harus dikuasai khusus untuk pembelajaran di sekolah dasar, yaitu:
observasing (colleting data, measuring), planning (raising questioning,
predicting, devising enquiries), hypothesizing (suggesting explanation),
interpreting (considering evidence, evaluating), communicating (presenting
report, using secondary sources). Salah satu keterampilan yang sangat penting
namun susah untuk dikuasai siswa III adalah keterampilan komunikasi.
Keterampilan komunikasi merupakan salah satu proses pembelajaran IPA
yang harus dikuasai siswa kelas III di SDN Kejambon 1. Keterampilan ini harus
mendapatkan perhatian lebih dari para pengajar karena melalui keterampilan
komunikasi,siswa kelas III dapat menggali dan menyampaikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada masyarakat baik secara lisan maupun tulisan.
Keterampilan komunikasi pembelajaran IPA sering digunakan dalam
menyampaikan hasil pengamatan dan penyelidikan. Peran guru sangat
diperlukanuntuk membimbing siswa dalam mengajarkan keterampilan
berkomunikasi. Guru melatih siswa dalam keterampilan berkomunikasi seperti
yang diungkap Rustaman (2005: 84) bahwa berkomunikasi dapat dilakukan
2
presentasi), maka hendaknya guru merencanakan agar kegiatan belajar
mengajarnya terdapat kesempatan untuk itu. Guru dapat memilih gambar, bagan,
grafik dan tabel untuk memulai kegiatan yang dapat mengembangkan
keterampilan berkomunikasi, dan mendorog mereka untuk menjawab pertanyaan
yang disertakan bersamanya. Dengan kata lain guru sebaiknya menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa untuk membaca data dalam gambar
atau tabel dan mengemukakannya kembali. Selain itu guru memberikan tugas
kepada siswa untuk menyajikan data hasil pengamatan ke dalam bentuk tabel atau
grafik.
Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain merupakan salah satu
modal dasar untuk segala yang dikerjakan siswa. Grafik, bagan, peta,
lambang-lambang, diagram, dan demontrasi, sama baiknya dengan kata-kata yang ditulis
dan dibicarakan, yang semuanya adalah cara-cara komunikasi yang seringkali
digunakan dalam ilmu pengetahuan. Komunikasi yang jelas, hendaknya dilatih
dan dikembangkan pada diri siswa. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
semua orang mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, perasaan, dan
kebutuhan lain. Manusia mulai belajar pada kehidupan bahwa komunikasi
merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Komunikasi antar manusia itu
menggunakan alat penghubung berupa lambang-lambang dalam bentuk bahasa
lisan, bahasa tulisan, bahasa tubuh dan lain-lainnya, sehingga pesan mudah
dimengerti dan dipahami oleh penerima pesan (Poniran, 2000: 2). Oleh karena itu,
3
konsep dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau
suara visual.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 3 Juni 4, 5 dan 11 Agustus di
kelas III SDN Kejambon 1, Sleman diperoleh informasih bahwa dalam proses
pembelajaran siswa kelas III kurang aktif. Hal tersebut disebabkan karena
penggunaan metode ceramah pada kegiatan belajar mengajar masih mendominasi
guru, menunjukkan pola pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Hal
ini mengakibatkan kurang interaksi antara guru dengan siswa, dan antara siswa
dengan siswa lainnya yang disebabkan kurangnya kemampuan siswa dalam
berkomunikasi.
Kurangnya kemampuankomunikasi IPA yang dimiliki siswa. Komunikasi
IPA yang kurangdikuasai siswa seperti mengidentifikasi objek dan peristiwa,
selama proses pembalajaran sebagian siswajuga merasa kesulitan saat melakukan
identifikasi objek dan peristiwa yang dipelajarainya.Mendeskripsikan objek dan
peristiwa, ketika siswa diminta untuk mendeskripsikan objek dan peristiwa saat
pembelajaran, siswa mengalami kesukaran dalam mendeskripsikan objek dan
peristiwa yang di pelajarinya. Membantu mendeskripsikan sehingga yang lain
dapat mengidentifikasi objek yang tidak diketahui, siswa merasa kegiatan
mendeskripsikan objek dan peristiwa secara berkelompok merupakan hal yang
sulit dan membosankan, akibatnya siswa lain yang tidak mengerti tidak dapat
mengidentifikasi objek dan peristiwa yang dipelajarinya. Membagikan informasi
secara akurat kepada yang lain dengan lisan maupun tulisan, siswa seringkali
4
lisan maupun tulisan hasil yang dipelajarinya. Pemikiran verbal, selama
pembelajaran berlangsung sebagian siswa masih malu dan kurang aktif dalam
menyampaikan pemikiran verbal yang diketahuinya. Kurangnya kemampuan
komunikasi IPA yang dimiliki siswa disebabkan karena kurangnya bimbingan
dari guru selama proses pembelajaran.Kurangnya bimbingan dari guru menjadi
salah satu alasan kemampuan komunikasi IPA siswa kurang.
Selain itu, kemampuan siswa dalam menemukan konsep masih kurang.
Hal tersebut disebabkan karena guru terkadang lupa bahwa perannnya sebagai
pembimbing, misalnya guru tidak membimbing siswa dalam menemukan suatu
konsep tetapi langsung memberi penjelasan secara lengkap tanpa memberi
kesempatan siswa untuk menemukan sendiri. Dalam proses pembelajaran guru di
kelas, guru telah mengenal metode lain selain metode ceramah yakni metode
guided discovery. Tetapi, dalam penggunaan metode guided discovery, guru
belum menerapkannya dengan optimal. Kurang optimalnya penggunaan
langkah-langkah metode guided discoveryseperti saat guru menetapkan standar perilaku
siswa, gurubelum menetapkan standar perilaku siswa dengan tepat. Pemberian
pertanyaan, saat proses pembelajaran berlangsung guru kurang memancing
pemahaman siswa. Memberikan motivasi atau penguatan, selama proses
pembelajaran kurangnya motivasi dan penguatan yang diberikan
guru.Pembentukan kelompok kerja, dalam membentuk kelompok kerja, guru tidak
memperhatikan kemampuan siswa dalam satu kelompok. pembentukkan
kelompok diskusi yang tidak sesuai, mengakibatkan siswa kurang
5
menjelaskan hasil penemuan serta tertulis pada saat menuliskan laporan hasil
penemuan yang telah dilakukan. Ketika memastikan alat dan bahan yang perlu
disediakan sesuai kebutuhan siswa, guru belum memastikan alat dan bahan yang
akan digunakan sudah sesuai atau tidak dengan kebutuhan siswa. Memberikan
penilaian. Membimbing siswa menyimpulkan materi dan memberikan tindak
lanjut, selama proses pembelajaran siswa hanya menyimak materi yang
disampaikan dan tidak memberikan tindak lanjut seperti mengerjakan
evaluasi.Peggunaan metode guided discovery yang kurang optimal menyebabkan
proses pembelajaran kurang maksimal.
Salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA
dengan meningkatkan kegiatan komunikasi siswa, yakni membentuk kelompok
diskusi yang heterogen. Dalam kelompok diskusi yang baik seharusnya terdiri
dari siswa dengan kemampuan heterogen. Karena, keterampilan komunikasi IPA
bagi siswa kelas III sekolah dasar memiliki pengaruh penting. Dengan
menggunakan keterampilan komunikasi IPA siswa dapat mengkomunikasikan
segala hal yang diketahuinya kepada guru dan teman-temannya. Meningkatkan
kegiatan komunikasi siswa dapat dilakukan dengan melakukan tanya jawab antara
guru dan siswa, diskusi kelompok, dan presentasi saat kegiatan pembelajaran.
Selain itu, perlunya pengoptimalan penggunaan metode guided discovery.
Melalui metode guided discovery, tidak menutup kemungkinan dapat membantu
siswa dalam mengkomunikasikan hasil penemuannya. Hal tersebut senada dengan
6
discovery, siswa melakukan discovery sedangkan guru membimbing mereka ke
arah yang tepat atau benar.
Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi IPA melalui metode guided discovery pada siswa kelas III SD Negeri
Kejambon 1, Sleman. Penggunaan metode ini diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan komunikasi IPA siswa baik secara lisan maupun tertulis apa yang
mereka ketahui atau kerjakan.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.
1. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran.
2. Siswa kelas III SD Negeri Kejambon 1 memiliki kemampuan komunikasi IPA
yang masih kurang.
3. Kurangnya kemampuan siswa dalam menemukan konsep.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada
peningkatkan keterampilan komunikasi IPA melalui metode guided discovery di
SDN Kejambon 1, Sleman.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah meningkatkan keterampilan komunikasi IPA
dengan penerapan guided discovery di kelas III SDN Kejambon 1 ?”.
7
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan komunikasi
IPA siswa kelas III SDN Kejambon 1 melalui metode guided discovery.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran di Indonesia bagi guru, siswa, sekolah dan
peneliti sendiri.Secara umum manfaat penelitian tindaka kelas dapat dilihat dari
dua segi yaitu manfaat praktis dan manfaat teoritis.
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan dan pedoman untuk
mengembangkan penelitian-penelitian yang menerapkan metode guided
discovery dalam pembelajaran.
b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi
mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan metode guided discovery
untuk meningkatkan keterampilan komunikasi IPA siswa kelas III sekolah
dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) untuk memberikan pengalaman, menambah wawasan, pengetahuan
dan keterampilan dalam merangcang metode yang tepat dan
mempermudah proses pembelajaran melalui metode guided discovery,
8
2) memotivasi kreativitas dan aktivitas guru dalam melaksanakan tugas
pembelajaran.
b. Bagi Siswa
1) memperoleh pengalaman langsung, dan
2) siswa lebih menguasai keterampilan komunikasi IPA.
c. Bagi Sekolah
1) dapat memberikan masukan dalam mengefektifkan pembinaan dan
pengelolaan proses belajar mengajar dalam pelaksanaan pendidikan,
dan
2) memberikan sumbangan yag positif terhadap kemajun sekolah,
khususnya pembelajaran IPA dan umumnya seluruh mata pelajaran
yang ada di sekolah.
d. Bagi peneliti, merupakan suatu masukan pengetahuan sehingga dapat
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian tentang Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar 1. Pembelajaran IPA
Menurut Trianto (2010: 136), IPA merupakan bagian dari Ilmu
Pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris “science” diambil
dari kata latin “scientia” yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi
kemudian berkembang menjadi khusus pengetahuan alam atau IPA. Menurut
Hendro Darmojodan Deny Kaligis (1992: 3) mengatakan bahwa, IPA atau Ilmu
Pengetahuan Alam adalah “ilmu” tentang “pengetahuan alam”. Ilmu artinya suatu
pengetahuan yang benar, dan masuk akal atau logis. Sedangkan pengetahuan
artinya segala sesuatu yang di ketahui manusia.IPA adalah pengetahuaan atau
ilmu tentang alam yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam
semesta dengan segala isinya. Senada dengan hal tersebut, Carin and Sund (Patta
Bundu, 2006: 4) menyatakan bahwa sains merupakan suatu pengetahuan tentang
alam semesta yang bertumpu pada data yang dikumpulkan melalui pengamatan
dan percobaan, sehingga di dalamnya memuat produk, proses dan sikap manusia.
10
IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA
tedahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan
sistematis.Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori.
b. IPA sebagai proses
IPA sebagai proses adalah proses mendapatkan IPA atau yang dikenal
dengan metode ilmiah. Metode ilmiah untuk anak sekolah dasar
dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan dengan harapan
bahwa pada akhirnya akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga
anak sekolah dasar dapat melakukan penelitian sederhana. Pentahapan
pengembangannya disesuaikan dengan tahapan dari suatu proses penelitian
atau eksperimen yang meliputi observasi, klasifikasi, interpretasi, prediksi,
hipotesis, mengendalikan variabel, merencanakan dan melakukan
penelitian, inferensi, aplikasi, dan komunikasi.
c. IPA sebagai pemupuk sikap
Sikap pada pengajaran IPA dibatasi pada sikap ilmiah terhadap alam
sekitar. Ada sembilan aspek sikap dari ilmiah yang dapat dikembangkan
pada anak usia sekolah dasar. Kesembilan sikap tersebut yaitu sikap ingin
tahu, ingin mendapatkan sesuatu yang baru, kerja sama, tidak putus asa,
tidak berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir bebas,
11
melakukan diskusi, percobaan, simulasi atau kegiatan lapangan. 10
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
Patta Bundu (2006: 9) mengartikan sains sebagai sejumlah proses kegiatan
untuk mengumpulkan informasi secara sistematik tentang apa yang ada di dunia
sekitar, sains merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses kegiatan
tertentu, sains dapat dicirikan oleh nilai-nilai dan sikap para ilmuwan
menggunakan proses ilmiah dalam memperoleh pengetahuan. Sains didasarkan
pula pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa dunia ini dapat dipelajari,
dipahami, dan dijelaskan tanpa bergantung metode kausalitas, melainkan melalui
proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen, dan analisis rasional.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA tidak hanya
terdiri atas kumpulan pengetahuan.IPA merupakan ilmu yang mempelajari gejala
alam, mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode saintifik,
serta memuat produk, proses, dan sikap manusia. Peneliti juga menyimpulkan IPA
diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar dengan cara
yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait-mengait antara cara
yang satu dengan cara yang lainnya.
2. Pembelajaran IPA di Sekolah dasar
Hergenhahn (Usman Samatowa, 2011: 104) mengemukakan bahwa belajar
merupakan perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil dari proses
12
bahwa pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan
sehari-hari siswa.Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan,
membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu
yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan yang diperlukan dan
menimbulkan kesadaran kepada siswa bahwa belajar IPA sangat diperlukan untuk
dipelajari. Maslichah Asy’ari (2006: 22) mengemukakan bahwa pembelajaran IPA
harus faktual (tidak hanya secara verbal) dan tidak hanya mementingkan produk
saja, akan tetapi proses untuk mendapatkan pengetahuan.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA siswa perlu diberi kesempatan
untuk berlatih keterampilan proses IPA. Nur dan Wikandri (Trianto 2010: 143)
juga mengemukakan bahwa pembelajaran IPA di sekolah dasar menekankan pada
keterampilan proses di mana siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun
konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah itu sendiri yang dapat berpengaruh
positif terhadap proses pendidikan maupun produk pendidikan.
3. Tujuan Pembelajaran IPA
Usman Samatowa (2006: 3) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPA
di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut.
a. IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kesejahteraan materil suatu bangsa
banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang
IPA.Sebab IPA merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai
tulang punggung pembangunan, pengetahuan dasar untuk teknologi ialah
13
b. Bila IPA diajarkan meurut cara yang tepat maka IPA merupakan suatu
mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikirkritis.
c. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilaksanakan
sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan pelajaran yang bersifat
hafalan belaka.
d. Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai
potensi yang dapat membentuk kepribadian secara keseluruhan.
Tujuan utama IPA di SD adalah membantu siswa memperoleh ide,
pemahaman, dan keterampilan esensial sabagai warga negara. Life skill esensial
yang perlu dimiliki siswa adalah kemampuan menggunakan alat tertentu,
kemampuan mengamati bendadan lingkungan sekitarnya, kemampuan
mendengarkan, kemampuan mengkomunikasi secara efektif, menanggapi dan
memecahkan masalah secara efektif.
4. Ruang Lingkup IPA
Ruang lingkup bahan kajian mata pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
(Maslihah Asy’ri, 2006: 24) adalah sebagai berikut.
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yang meliputi Manusia, hewan,
tumbuhn dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
b. Benda atau Materi, sifat-sifat dan kegunaannya, yang meliputi : cair, padat
dan gas.
c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
14
d. Bumi dan Alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
5. Prinsip Pembelajaran IPA
Prinsip yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA (Maslichah
Asy’ari, 2006: 25) adalah sebagai berikut.
a. Empat Pilar Pendidikan Global.
b. Inkuiri.
c. Kontruktivisme.
d. Salingtemas (Sain- Teknologi- Teknologi dan Masyarakat).
e. Pemecahan Masalah.
f. Pembelajaran bermuatan nilai.
g. Pakem (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).
Prinsip-prinsip di atas tersebut nampak bahwa semuanya dalam rangka
menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa senang sehingga siswa
akan terlibat aktif dalam pembelajaran. Untuk menunjang penerapan
prinsip-prinsip di atas dalam mengelola pembelajaran perlu:
a) menyajikan kegiatan yang beragam sehingga tidak membuat siswa jenuh,
b) menggunakan sumber belajar yang bervariasi,
c) sesekali dapat bekerjasama dengan masyarakat, kantor-kantor, bank, dan
lain-lain sebagai sumber informasi yang terkait dengan praktek kehidupan
15
d) memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, karena belajar
akan bermakna apabila berhubungan langsung pada permasalahan di
sekitar siswa,
e) kreatif menghadirkan alat bantu pembelajaran, dan
f) menciptakan suasana kelas yang menarik, misalnya pajangan hasil karya
siswa atau benda-benda lain, peraga yang mendukung proses
pembelajaran.
B. Kajian tentang Keterampilan Komunikasi IPA
Keterampilan komunikasi IPA adalah salah satu dari keteremapilan proses
yang perlu dikuasai oleh siswa. Komunikasi adalah hubungan kontak antara
manusia baik individu maupun kelompok. Abizar (1988: 2) mengemukakan
komunikasi adalah kegiatan pertukaran atau berbagi informasi (sharing
information), dan berbagi pengalaman antara seseorang dengan orang lain dalam
mengembangkan daya pikir. Menurut Poniran (2000: 2) komunikasi antar
manusia itu menggunakan alat penghubung berupa lambing-lambang dalam
bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan, bahasa tubuh dan lain-lainnya, sehingga pesan
mudah dimengerti dan dipahami oleh penerima pesan.
Dari definisi beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
tidak sekedar media penyampain pesan belaka yang mungkin menguntamakan
pihak-16
pihak di dalamnya.Oleh karena itu, agar komunikasi berjalan dengan baik dan
lancar serta memberi manfaat baik bagi pihak penyampain pesan maupun bagi
pihak penerima pesan, maka diperlukan adanya keterampilan mengkomunikasi.
Menurut Hafied Changara (2007:85) keterampilan komunikasi adalah
kemampuan seseorang untuk menyampaikan atau mengirim pesan kepada
khalayak (penerima pesan). Selanjutnya menurut Anwar Arifin (2008:58)
kemampuan komunikasi adalah keterampilan sesorang dalam menyampaikan
pesan yang jelas dan mudah dipahami oleh penerima pesan.
Menurut Indrawati (1999: 16) keterampilan berkomunkiasi adalah salah
satu keterampilan proses yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam
menyampaikan gagasan atau ide agarlebih efektif,baik melalui lisan atau tulisan.
Menurut Abruscato (Nasution, 2007: 144 ) mengkomunikasikan adalah
menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan
hasil penyelidikan. Menurut Esler dan Esler (Nasution, 2007: 144) dapat
dikembangkan dengan menghimpun informasi dari grafik atau gambar yang
menjelaskan benda- benda serta kejadain- kejadian secara rinci.
Keterampilan komunikasi ini sebaiknya dimiliki oleh siswa karena,
dengan adanya keterampilan komunikasi siswa dapat menyampaikan semua
pengetahuanya kepada orang lain melalui pesan lisan maupun tertulis. Hal ini
dipertegas oleh Hendro Darmojo dan Deny Kaligis (1991: 51) yang mengatakan
bahwa, keterampilan komunikasi adalah kemampuan siswa untuk dapat
mengkomunikasikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun hasil
17
yang sering digunkan dalam pembelajaran IPA yaitu grafik, diagram, peta, table,
symbol, demontrasi visual, dan presentasi.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
keterampilan mengkomunikasi IPA adalah kemampuan sesorang atau siswa untuk
menyampaikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun hasil penelitiannya
kepada orang lain dengan jelas dan mudah dipahami baik secara lisan maupun
tertulis. Untuk itu, agar mampu melakukan komunikasi yang baik, maka
seseorang harus memiliki ide dan penuh daya kreativitas yang tentunya dapat
dikembangkan melalui berbagai latihan dengan berbagai macam cara, salah
satunya membiasakan diri dengan berdiskusi. Dalam penelitian yang akan
dilakukan keterampilan komunikasi IPA dilihat melalui kebiasaan siswa dalam
melakukan tanya jawab,berdiskusi secara kelompok, dan presentasi pada saat
pembelajaran IPA berlangsung.
1. Jenis-jenis Keterampilan Komunikasi IPA
Berdasarkan jenis penyampaiannya keterampilan komunikasi dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu:
a) keterampilan komunikasi lisan
Komunikasi lisan secara langsung adalah komunikasi yang di lakukan oleh
dua orang atau lebih yang saling bertatap muka secara langsung dan tidak
ada jarak atau peralatan yang membatasi mereka,
18
Komunikasi tetulis adalah komunikasi yang di lakukan dengan perantara
tulisan tanpa adanya pembicaraan secara langsung dengan menggunkan
bahasa yang singkat, jelas, dan dapat dimengerti oleh penerima, dan
c) keterampilan komunikasi non-verbal
Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan
disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contohnya ialah menggunakan
gerak isyarat, simbol-simbol, dan lain sebagainya (Gus Asta Iswara:
2014).
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis
penyampaian keterampilan komunikasi sesuai dengan keterampilan komunikasi
IPA di dalam penelitian yang akan dilakukan. Keterampilan komunikasi lisan IPA
pada penelitian yang akan dilakukan dilihat pada saat siswa melakukan tanya
jawab dengan guru, berdiskusi dengan kelompok, dan presentasi hasil penemuan
mereka. Keterampilan komunikasi tertulis IPA pada penelitian yang akan
dilakukan dilihat pada saat siswa mampu menuliskan laporan hasil penemuan
yang sudah dilakukan.
2. Indikator Keterampilan Komunikasi IPA
David Jerner Martin (2009: 101) mengemukakan indikator keterampilan
komunikasi, yaitu:
a) identifies objects and events accurately (mengidentifikasi objek dan
peristiwa dengan akurat),
b) describes objects and events accurately (mendeskripsikan objek dan
19
c) provides description such that others can identify unknown
objects(membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat
mengidentifikasi objek yang tidak diketahui),
d) formulates reasonable and logical arguments to justify explanations and
conclusions(menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi
kesimpulan),
e) transmits information to others accurately in oral and written
formats,and(membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan
lisan maupun tulisan), dan
f) verbalizes thinking
Usman Samatowa (2011: 102) mengemukakan indikator keterampilan
komunikasi adalah sebagai berikut.
a. Menyampaikan dan mengidentifikasikan idea atau gagasan dengan lisan
maupun tulisan.
b. Membuat catatan hasil observasi dalam percobaan.
c. Menyampaikan informasi dalam bentuk grafis, chart, atau tabel.
d. Memilih alat komunikasi yang cocok agar mudah dipahami orang lain.
Berdasarkan indikator yang telah disampaikan oleh para ahli, maka
indikator yang diterapkan dalam penelitian ini adalah.
1. Mengidentifikasi objek dan peristiwa dengan akurat.
20
3. Membantu mendeskripsikan sehingga yang lain dapat mengidentifikasi
objek yang tidak diketahui.
4. Menyusun alasan yang logis untuk menjelaskan dan memberi kesimpulan.
5. Membagikan informasi secara akurat kepada yang lain dengan lisan
maupun tulisan.
6. Verbalisasi pemikiran.
3. Unsur-unsur Komunikasi
Lima unsur-unsur komunikasi (Arni Muhammad, 2000: 17) adalah sebagai
berikut.
a. Pengirim pesan
Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim pesan-pesan
atau informasi yang akan dikirimkan berasal dari otak si pengirim pesan.
b. Pesan
Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima pesan.
Ini dapat berupa verbal maupun non verbal.
c. Saluran
Saluran adalah jalan yang dilalui pesan dari si pengirim dengan si
penerima. Penerima pesan adalah yang menganalisis dan
menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya. Balikan adalah respons
terhadap pesan yang diterima yang dikirimkan kepada si pengirim pesan.
Diinterpretasikan sama oleh si penerima berarti komunikasi tersebut
21
Berdasarkan pendapat di atas, keterampilan komunikasi IPA memiliki
kelima unsur tersebut. Pengirim pesan yang dimaksud dalam keterampilan
komunikasi IPA adalah siswa yang sedang menyampaikan pendapatnya mengenai
hasil temuannya. Pesan yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA
adalah hasil temuan yang sudah dilakukan. Saluran yang dimaksud dalam
keterampilan komunikasi IPA adalah pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Penerima pesan yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA
adalah siswa lain di dalam kelompok masing-masing. Balikan yang dimaksud
dalam keterampilan komunikasi IPA adalah antusias siswa lain menanggapi
pendapat temannya.
Menurut Rini Darmastuti (2006: 3) menyatakan bahwa komunikasi yang
terjadi dalam kehidupan manusia terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu:
1) komunikasi personal (personal communication)
Komunikasi Personal merupakan komunikasi yang terjadi dalam diri
individu maupun antar individu. Komunikasi personal terdiri dari:
a) komunikasi Intrapersonal merupakan komunikasi yang terjadi dalam diri
individu itu sendiri. Misalnya ketika dia sedang merenung, mengevaluasi
diri, dan sebagainya, dan
b) komunikasi Antarpersonal merupakan komunikasi yang terjadi antara
individu yang satu dengan individu yang lainnya.
22
a) komunikasi kelompok kecil misalnya ceramah, diskusi panel, forum,
seminar, dll,
b) komunikasi kelompok besar misalnya pidato lapangan, kampanye di
lapangan, dan sebagainya, dan
c) komunikasi Massa (Mass Communication) merupakan komunikasi yang
ditujukan kepada khalayak besar, dengan khalayak yang heterogen dan
tersebar dalam lokasi geografis yang tidak dapat ditentukan. Komunikasi
massa ini biasanya menggunakan media, baik media cetak maupun media
elektronik. Bentuk-bentuk komunikasi massa ini adalah pers, radio,
televisi, film.
3) Komunikasi Media (Media Communication)
Merupakan media komunikasi yang terjadi dengan menggunakan media
seperti : surat, telepon, poster, spanduk, dll.
Berdasarkan pendapat di atas, bentuk ketarampilan komunikasi personal
yang dimaksud dalam keterampilan komunikasi IPA adalah komunikasi
antarpersonal karena komunikasi yang terjadi antara individu yang satu dengan
individu yang lainnya. Komunikasi kelompok yang dimaksud dalam keterampilan
komunikasi IPA adalah komunikasi kelompok kecil yang berupa diskusi
kelompok. Komunikasi kelompok kecil dalam IPA adalah sebuah kelompok, yang
terdapat interaksi antar anggota kelompok. Untuk itu, komunikasi kelompok lahir
sebagai bentuk komunikasi. Komunikasi kelompok mengatur bagaimana
komunikasi berjalan dengan anggota kelompok satu dengan yang lainnya,
23
4. Pengembangan Keterampilan Komunikasi IPA
Potensi siswa dalam kegiatan sains banyak yang dapat
dikembangkanuntuk mengkomunikasikan hasil kegiatan mereka yang meliputi
bentuk penyajian, peserta, dan tujuan penyajian. Bentuk penyajian misalnya,
tulisan, ceramah, gambar, atau pajangan. Peserta misalnya, diri sendiri, siswa
yang lain, guru atau orangtua. Tujuan misalnya, pengembangan ide/pemikiran,
laporan kegiatan yang telah dilaksanakan, menyajikan hasil observasi, temuan
atau kesimpulan.
C. Kajian tentang Karakteristik Siswa Kelas III Sekolah Dasar
Jean Piaget (Elida Prayitno,1992: 66) mengemukakan bahwa tahap-tahap
perkembangan anak terdiri dari empat tahap, yaitu: 1) tahap sensori motorik, 2)
tahap pra operasional, 3) tahap operasional konkret, dan 4) tahap operasional
formal.
1) tahap sensori motorik (usia 0-2 tahun), pada tahap ini anak belum
mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Anak hanya dapat
mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan inderanya,
2) tahap pra operasional (usia 2-6 tahun), pada tahap ini anak mulai tumbuh
perkembangan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang
dijumpai di lingkungan sekitar saja,
3) tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun), pada tahap ini anak mampu
berpikir dengan logika jika memecahkan persoalan-persoalan yang
sifatnya konkret atau nyata. Anak belum mampu berfikir secara abstrak,
24
5) sudah mempunyai pemikiran yang abstrak.
Berdasarkan tahap-tahap perkembangan anak tersebut, dapat diketahui
bahwa anak usia sekolah dasar (usia 7-11 tahun) berada pada tahap operasional
konkret. Pada tahap tersebut, anak mampu berpikir dengan logika jika
memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya konkret atau nyata, yaitu dengan
cara mengamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pemecahan
persoalan tersebut. Demikian juga dalam memahami suatu konsep, anak sangat
terikat pada proses mengalami sendiri, artinya anak mudah memahami konsep jika
anak mengamati pengertian konsep tersebut atau anak melakukan sesuatu yang
berkaitan dengan konsep tersebut. Anak mampu menyelesaikan masalah-masalah
yang divisualkan dan sangat sulit memahami masalah-masalah yang sifatnya
verbal.Anak pada tahap operasional konkret tidak dapat menerima sesuatu jika
tidak sesuai dengan kenyataan yang mereka alami.Segala sesuatu dipahami
sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami.
Basset, Jacka, dan Logan (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 1999:12)
mengemukakan karakteristik anak sekolah dasar secara umum adalah sebagai
berikut.
1. Secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia
sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri.
2. Senang bermain dan lebih suka bergembira/ riang.
3. Suka mengatur dirinya sendiri untuk menangani berbagai hal,
25
4. Biasanya tergetar perasaanya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana
mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak
kegagalankegagalan.
5. Belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang
terjadi.
6. Belajar dengan cara berkerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar
anak-anak lainnya.
Maslichah Asy’ari (2006: 38) mengemukakan masa perkembangan
intelektual anak sekolah dasar dibedakan menjadi 2 fase.Fase tersebut dijelaskan
sebagai berikut.
1. Siswa kelas rendah (6-9 tahun) atau kelas 1 sampai 3
Siswa kelas rendah memiliki kekhasan antara lain:
a) penalarannya bersifat trasduktif artinya bukan induktif dan bukan
deduktif, melainkan bergerak dari sesuatu yg khusus ke hal yg khusus
lagi,
b) tidak dapat berpikir reversibel atau bolak-balik, artinya tidak bisa
berfikir ke titik awal,
c) bersifat egossentris artinya memandang sesuatu dari sudut pandang
dirinya sendiri,
d) belum memiliki pengertian kekekalan materi, dan
e) belum bisa berfikir secara abstrak.
2. Siswa kelas atas (9-12 tahun) atau kelas 4 sampai 6
26
a) dapat berfkir reversibel atau bolak-balik,
b) dapat melakukan pengelompokan dan menentukan urutan, dan
c) telah mampu melakukan operasi logis, tetapi pengalaman yang
dipunyai masih terbatas.
Dengan demikian kelas III sekolah dasar termasuk dalam kelas rendah dan
masih dalam tahap operasional konkret dimana pembelajaran di kelas rendah
dilaksanakan berdasarkan rencana pelajaran yang telah dikembangkan oleh guru.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sri Sulistyorini (2007: 40), karakteristik anak usia
sekolah dasar pada tahap operasional konkret perlu dijadikan landasan dalam
menyiapkan dan melaksanakan pembelajaran bagi mereka.
Berdasarkan karaketristik siswa kelas III di SD Negeri Kejambon 1 proses
pembelajaran harus dirancang guru sehingga kemampuan siswa, bahan ajar,
proses belajar, dan metode belajar sesuai dengan tahapan perkembangan siswa.
Dalam hal ini, guru memegang peranan penting dalam menciptakan stimulus
respon agar siswa menyadari kejadian di sekitar lingkungannya. Siswa kelas
rendah di SD Negeri Kejambon 1 masih banyak membutuhkan perhatian karena
fokus konsentrasinya masih kurang, perhatian terhadap kecepatan dan aktivitas
belajar juga masih kurang karena siswa kelas III SD Negeri Kejambon 1 masih
dalam tahap operasional konkret. Hal ini memerlukan kegigihan guru dalam
membimbing siswa selama proses belajar mengajar berlangsung sehingga
memungkinkan siswa untuk melihat (seeing), berbuat sesuatu (doing), melibatkan
diri dalam proses belajar (undergoing), dan mengalami langsung (experiencing)
27
Untuk itu, diperulukan metode belajar yang sesuai dengan tahap
perkembangan siswa kelas rendah.yaitu dengan menggunakan metode
pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery). Metode pembelajaran
terbimbing merupakan metode yang digunakan untuk membangun konsep di
bawah pengawasan guru (Sani, 2013:221). Tanpa bimbingan guru, siswa sekolah
dasar masih mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan,dan merancang
kegiatannya.
D. Kajian tentang Metode-metode Pembelajaran IPA
Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyedikan
lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Hal ini
akan menyebabkan adanya tuntutan kepada setiap guru untuk dapat mengajar
dengan baik. Dengan kata lain, setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi
mengajar. Guru akan memiliki kompetensi mengajar, memiliki pemahaman dan
penerapan berbagai metode pembelajaran di samping kemampuan-kemampuan
lainnya. Pemahaman dan penerapan metode pembelajaran yang tepat akan
memudahkan siswa dalam menerima dan memahami materi yang disampaikan.
Dengan metode yang tepat pun, kesulitan guru dalam menyampaikan materi bisa
diminimaliskan.
Nana Sudjana (2010: 76) mengungkapkan metode mengajar ialah cara
yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pengajaran.Menurut M. Sobri Sutikno (2009: 88) menegaskan
bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang
28
upaya untuk mencapai tujuan. Jadi jelas bahwa metode adalah cara yang dalam
fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan (Zainal Aqib, 2014: 70). Dalam
pembelajaran metode pembelajaran adalah suatu cara yang fungsinya adalah
sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Wina Sanjaya (2010: 147) metode adalah cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Bagi guru ataupun calon guru pengetahuan mengenai metode-metode
pembelajaran inisangatlah penting. Metedologi pembelajaran pada hakikatnya
merupakan penerapan prinsip – prinsip psikologi dan prinsip – prinsip pendidikan
bagi perkembangan peserta didik. Metedologi pembelajaran ini bersifat interaktif
edukatif selalu bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan
pemebelajaran yang ada di sekolah.
Beberapa metode dalam pemebelajaran IPA yang bisa digunakan dalam
proses belajar mengajar, sebagai berikut.
a. Metode ceramah
Menurut Wina Sanjaya (2006: 147) mengemukakan bahwa metode
ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan
secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.
Kelebihan metode cermah diantaranya adalah:
1) guru dapat menguasai seluruh kelas,
2) mudah mengorganisasikan kelas, dan
29 Kelemahan metode cermah diantaranya adalah:
1) bila terlalu lama digunakan, cenderung membosankan,
2) peran serta siswa dalam pembelajaran rendah,
3) perhatian dan motivasi siswa sulit diukur, dan
4) keberhasilan siswa tidak terukur.
b. Metode Diskusi
Menurut Zainal Aqib (2014: 107) diskusi adalah interaksi antara siswa
dengan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah,
menggali, memperdebatkan topic atau permasalahan tertentu.
Kelebihan metode diskusi diantaranya adalah:
1) memperluas wawasan,
2) merangsang kreativitas peserta didik, dan
3) mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
Kekurangan metode diskusi diantaranya adalah:
1) menyita waktu dan jumah siswa harus sedikit,
2) apatis bagi siswa yang tidak terbiasa berbicara dalam forum, dan
3) siswa mendapat informasi yang terbatas.
c. Metode Demontrasi
Menurut Muhibbin Syah (2006: 208) demonstrasi adalah metode mengajar
dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran
30
metode demontrasi , proses penerimaan materi yang didapatkan oleh siswa akan
terkesan mendalam sehingga memebentuk pengertian dengan baik dan sempurna.
Kelebihan metode demontrasi diantaranya adalah:
1) dapat membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret,
2) siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari,
3) proses pengajaran lebih menarik, dan
4) siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori
dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.
Kekurangan metode demontrasi diantaranya adalah:
1) metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa
ditunjang denganhal itu, pelaksanaan demontrasi akan tidak efektif,
2) fasilitasi seperti peralatan, tempat,dan biaya yang memadai tidak selalu
tersedia dengan baik, dan
3) demontrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di
samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa
mengambil waktu satu jam pelajaran lain.
d. Metode Eksperimen
Menurut Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain (2002: 95) eksperimen
(percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaa
dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam
proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan
31
mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan
sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu.
Kelebihan metode eksperimen diantaranya adalah:
1) membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaan,
2) dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan
penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagii kehidupan
manusia, dan
3) hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk
kemakmuran umat manusia.
Kekurangan metode eksperimen diantaranya adalah:
1) metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi,
2) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak
selalu mudah diperoleh dan mahal,
3) metode ini menutut ketelitian, keuletan dan ketabahan, dan
4) setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena
mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan
kemampuan.
e. Metode Discovery
Metode discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang
meliputi, metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada
proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflktif. Menurut Sund dalam
32
siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud
proses mental tersebut yaitu mengamati, mencerna, mengerti, mengolongkan,
membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, memuat kesimpulan, dan sebagainya.
E. Kajian tentang Metode Guided Discovery 1. Pengertian MetodeDiscovery
Metode discovery merupakan komponen dari praktik pendidikan yang
meliputi metode mengajar yang mengajukan cara belajar aktif, berorientasi pada
proses, mengarahkan sendiri, dan mencari sendiri. Dalam pembelajaran IPA, IPA
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik, sehinga IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip saja. IPA juga merupakan proses penemuan (discovery).
Untuk itu, pendidikan IPA di Sekolah Dasar diharapkan menjadi wahan bagi
siswa sekolah untuk mempelajari dirinya sendiri dan kaitannya dengan alam
sekitar.
Suryosubroto (2009: 178) menyatakan bahwa metode discovery diartikan
sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan,
manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai pada generalisasi.
Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata.
Penggunaan metode discovery dalam proses belajar mengajar, memperkenankan
siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa
diberitahukan atau diceramahkan saja.
Sementara itu, Ridwan Abdullah Sani (2013: 220) menyatakan bahwa,
33
yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Pembelajaran discovery
merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru untuk lebih kreatif
menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan
pengetahuan sendiri.
Hamdani (2011: 184) berpendapat bahwa discovery (penemuan) adalah
proses mental ketika siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip.
Adapun proses mental misalnya mengamati, menjelaskan, mengelompokkan,
membuat kesimpulan. Guru melibatkan siswa dalam proses mental melalui tukar
pendapat yang berwujud diskusi, seminar, dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneiliti menyimpulkan bahwa
metode discovery merupakan proses belajar dimana siswa berperan aktif untuk
menemukan dan memperoleh pengetahuannya sendiri dengan pengamatan atau
diskusi dalam rangka mendapatkan pembelajaran yang lebih bermakna.
Menurut Sapriati (2009: 1.28) ada dua macam atau jenis pembelajaran
penemuan sebagai berikut.
a. Pembelajaran penemuan murni (free discovery)
Pembelajaran penemuan murni (free discovery) merupakan pembelajaran
penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan.
b. Pembelajaran penemuan terarah atau penemuan terbimbing (Guided
Discovery).
Pembelajaran penemuan terarah/terbimbing (Guided Discovery)
merupakan pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam
34
Demikian juga menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006: 204-205), metode
penemuan atau pengajaran penemuan dibagi menjadi dua jenis, yaitu: penemuan
murni, pada pembelajaran dengan penemuan murni pembelajaran terpusat pada
siswa dan tidak terpusat pada guru, kegiatan penemuan ini hampir tidak
mendapatkan bimbingan guru; dan penemuan terbimbing, pada pengajaran dengan
penemuan terbimbing guru mengarahkan tentang materi pelajaran, berupa;
petunjuk, arahan, 14 pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan siswa dapat
menyimpulkan (menggeneralisasikan) sesuai dengan rancangan guru.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat dua
jenis metode discovery yaitu: metode penemuan murni (free discovery) dan
metode penemuan terbimbing (guided discovery).
2. Metode Guided Discovery
Ditinjau dari penempatan guru dan siswa dalam pembelajaran terdapat tiga
macam metode pembelajaran IPA yaitu exposition (konvensional), guided
discovery dan inquiry.Pada metode exposition (konvensional) guru lebih
mendominasi sedangkan siswa pasif, lain halnya dengan metode inquiry di mana
siswa bersikap lebih aktif dan guru bertugas sebagai fasilitator. Pembelajaran
melalui metode guided discovery mengkombinasikan dari dua metode tersebut,
selain sebagai fasilitator guru juga aktif dalam membimbing siswa dalam
memperoleh pengetahuan dan menempatkan siswa untuk aktif (Carin & Sund,
1989: 91). Perbedaan tersebut dapat dilihat dari tabel pada halaman berikut ini.
35 Metode
Pembelajaran
Expositon
(Konvensional) Guided Discovery Inquiry
Guru Aktif dan lebih
Dari table diatas, metode guided discovery atau penemuan terbimbing
merupakan metode pembelajaran yang menciptakan situasi belajar yang
melibatkan siswa belajar secara aktif dan mandiri dalam menemukan suatu konsep
atau teori, pemahaman, dan pemecahan masalah. Proses penemuan tersebut
membutuhkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing.
Sejalan dengan uraian diatas, metode guided discovery mengkombinasikan
dari dua cara pengajaran yaitu teacher centered dan student centered (Carin &
Sund, 1989: 93). Tugas guru dalam metode guided discovery yaitu selain sebagai
fasilitator juga aktif dalam membimbing siswa memperoleh pengetahuan dan
menempatkan murid untuk bersikap aktif.
Hendro Darmodjo dan Jenny Kaligis (1991: 37) menyatakan bahwa tujuan
dari guided discovery adalah mendapatkan efektivitas yang optimal dari proses
pembelajaran yang dilakukan, khususnya bagi anak usia SD. Hal tersebut
didukung dengan pendapat Cagne (Oemar Hamalik, 2010: 188) yang
mengungkapkan bahwa guided discovery terjadi dengan sistem dua arah
melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan
discovery, sedangkan guru membimbing mereka kearah yang tepat atau benar.
Collete & Chiapetta (Eka Gunawan: 2010) menyatakan di dalam guided
36
pembelajaran dengan berbagai aktivitas yang akan mengarahkan siswa untuk
menemukan pengetahuan baru. Sehingga, guru harus mempunyai keterampilan
dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan dan kemampuan untuk meminta jawaban
pada saat yang tepat untuk membimbing siswa menemukan pemecahan masalah
tanpa menganggu pemikiran siswa.
Pembelajaran guided discovery dapat dilakukan dengan membagi siswa
dalam kelompok-kelompok kecil. Hal ini dilakukan agar setiap siswa
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.Selain itu, dengan proses kooperatif
siswa dapat bertukar ide dan belajar bersama dengan siswa lainnya (Howe, 1993:
197).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa metode
guided discovery merupakan metode pembelajaran yang mengarahkan siswa
untuk menemukan konsep dan prinsip dengan bimbingan dari guru yang bertujuan
untuk mendapatkan efektifitas yang optimal dari proses pembelajaran yang
diikuti. Kegiatan pembelajaran guided discovery tepat untuk anak SD karena
dengan metode ini siswa dapat membangun pengetahuan mereka sendiri dengan
mengembangkan sikap ingin tahu yang mereka miliki.. Di dalam penelitian yang
akan dilakukan guided discovery digunakan untuk mengamati peningkatan
keterampilan komunikasi IPA siswa.
3. Rencana dan Langkah-langkah Pembelajaran dengan Menerapkan Metode Guided Discovery
Howe (1993: 179) menjelaskan bahwa dalam guided discovery terdapat
bagian rencana pelajaran yang hampir sama dengan metode intruksi langsung,
37
menunjukkan karakteristik khusus. Pada metode intruksi langsung, isi pelajaran
disajikan secara langsung, seperti menunjukkan, guided discovery lebih
mementingkan kontruksi mental peserta didik. Alasan yang paling penting untuk
melakukan penemuan adalah proses kognitif, afektif, dan sosial lebih penting
daripada hanya sekedar pemerolehan pengetahuan secara kognitif saja.
Setiap rencana pembelajaran memerlukan tujuan, bahan, dan penilaian.
Setiap rencana pembelajaran juga memerlukan kegiatan belajar, tetapi jenis dan
urutannya bergantung pada metode yang akan digunakan dan tujuan yang akan
dicapai. Howe (1993: 185) mengemukakan rencana pembelajaran dengan
menerapkan metode guided discovery adalah sebagai berikut.
a. Performance objective (tujuan kinerja)
b. Materials (bahan-bahan yang dibutuhkan)
c. Learning activities (kegiatan pembelajaran)
1. Motivation (pemberian motivasi) Motivasi diberikan agar siswa
merasa yakin dapat memecahkan masalah yang akan mereka hadapi.
2. Data collecting (pengumpulan data) Siswa diberi kebebasan untuk
melakukan kegiatan penemuan sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan sebelumnya. Guru hendaknya jangan terlalu ikut campur
dalam kegiatan pengumpulan data agar siswa benar-benar merasa puas
akan kerja keras mereka sendiri.
3. Data processing (pengolahan data) Idealnya, waktu antara
pengumpulan data dengan pengolahan data haruslah pendek. Hal ini
38
4. Closure (penutupan) Penutupan dapat dilakukan dengan meminta anak
untuk membuat rangkuman atau kesimpulan atas apa yang telah
mereka peroleh. Selain itu, guru juga dapat memberikan ide-ide
terbuka yang menggugah rasa ingin tahu anak agar mereka terus
berpikir atas apa yang mereka lakukan setelah jam pelajaran berakhir.
Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan sebuah pertanyaan kepada
semua siswa untuk dipikirkan.
5. Appraisal (penilaian) Penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah
tujuan pembelajaran sudah terpenuhi atau belum. Selain dengan tes,
penilaian dapat dilakukan dengan observasi atas apa yang telah
dilakukan oleh siswa. Proses kognitif lebih penting daripada hanya
sekedar domain kognitif saja.
Howe (1993: 196) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran guided
discovery adalah sebagai berikut.
a. Mengatur dan menetapkan standar perilaku siswa.
b. Jangan mengatakan tujuan pembelajaran atau konsep yang ingin dicapai.
Hal tersebut akan mengacaukan apa yang seharusnya mereka temukan
sendiri dan menghancurkan pemikiran penemuan mereka.
c. Prosedur diberikan secara singkat dan jelas. Siswa harus dikondisikan
untuk mengikuti prosedur yang telah ditentukan. Guru harus membimbing
siswa untuk tidak menciptakan prosedur kegiatan sendiri.
d. Memperkenalkan kosakata baru hanya jika diperlukan dalam konteks
39
e. Siswa melakukan kegiatan pengumpulan data tanpa gangguan.
f. Guru dapat berbicara lembut kepada anak sesuai dengan kebutuhan. Hal
ini dilakukan untuk mencegah kebosanan.
g. Pisahkan siswa dari bahan-bahan sebelum mereka berdiskusi.
h. Selama pemrosesan data, tanyakan kepada siswa laporan tentang apa yang
telah mereka peroleh agar mereka menggambarkan pengamatan yang telah
mereka lakukan.
i. Bila mungkin, melanjutkan diskusi melampaui deskripsi dengan meminta
anak untuk berpikir tingkat tinggi seperti inferensi, pembenaran,
generalisasi, dan spekulasi tentang sistem terkait yang belum dicoba.
j. Jangan meringkas pelajaran untuk siswa, biarkan mereka melakukannya
sendiri. Hal ini dilakukan agar siswa memahami atas apa yang mereka
peroleh selama proses pembelajaran.
Menurut J. Richard Scuhman (Suryosubroto, 2002: 194), langkah-langkah
pembelajaran dalam metode guided discovery adalah sebagai berikut.
a. Adanya problema yang akan dipecahkan. Problema ini dapat dinyatakan
sebagai pertanyaan atau pernyataan.
b. Jelas tingkat/kelasnya, dinyatakan dengan jelas tingkat siswa yang akan
diberi pelajaran. Pada penelitian ini adalah siswa kelas III.
c. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh siswa melalui kegiatan
tersebut perlu ditulis dengan jelas.
d. Alat dan bahan perlu disiapkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik