• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh TWEEN 80 sebagai emulsifying agent dan sorbitol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak etanol batang Jarak Cina (Jatropha multifida L.) dengan aplikasi desain faktorial.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh TWEEN 80 sebagai emulsifying agent dan sorbitol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak etanol batang Jarak Cina (Jatropha multifida L.) dengan aplikasi desain faktorial."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Batang jarak cina dengan kandungan zat aktif tanin berfungsi sebagai antibakteri Staphylococcus aureus. Sediaan krim ekstrak etanol batang jarak cina dipilih karena memberi rasa lembab di kulit, mudah saat diaplikasikan di kulit dan mudah dibersihkan.Tujuan pada penelitian ini adalah mengetahui pengaruh faktor sorbitol dan Tween 80 terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik krim ekstrak etanol batang jarak cina, serta mengetahui area optimum dari kedua faktor menggunakan

contour plot superimposed.

Jenis penelitian ini eksperimental dengan menggunakan metode desain faktorial dua level dan dua faktor. Tween 80 digunakan pada level rendah 4 g dan level tinggi 6 g. Sorbitol digunakan pada level rendah 7 g dan level tinggi 9 g. Analisis statistik menggunakan ANOVA dan Kruskal-Wallis dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui pengaruh interaksi kedua faktor (sorbitol dan Tween 80) terhadap respon sifat fisik dan stabilitas krim ekstrak etanol batang jarak cina, serta memprediksi area optimum pada grafik contour plot superimposed. Data diolah dengan menggunakan software R. 3.1.1

Hasil penelitian menunjukkan krim berwarna putih mengkilap, bertipe M/A, tidak berbau, dan homogen dengan pH 6. Variasi jumlah Tween 80 dan sorbitol memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon pergeseran daya sebar. Variasi jumlah Tween 80 dan sorbitol tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap respon viskositas, daya sebar, dan pergeseran viskositas krim ekstrak etanol batang jarak cina. Area optimum dari Tween 80 dan sorbitol pada grafik contour plot superimposed tidak dapat ditemukan.

(2)

ABSTRACT

The stem of jarak cina contains the active tanin substance which has antibacterial activity for Staphylococcus aureus. The cream of the extracts etanol of jarak cina is chosen because it give a sense of moist skin, easily applied and cleaned. The aim of this research is to determine out the influence of sorbitol and Tween 80 on the physical characteristic and stability of the extracts etanol of the jarak cina stem, and to find out the optimum area of those two factors by using the contour plots superimposed.

This research is an experimental research which uses two-level and two-factor factorial design method. Tween 80 is used at the low level that is 4 g and high level that is 6 g. Sorbitol is used at low level that is 7 g and high level that is 9 g. The statistical analysis uses ANOVA and Kruskal-Wallis with the level of 95% to determine the effect of the interaction of both factors (sorbitol and Tween 80) towards the response of physical characteristic and stability of the extract etanol of jarak cina stem, as well as to predict the optimum area on the contour plots superimposed chart. Meanwhile, the data is processed using R. 3.1.1 software.

The result of the research produces the shiny white O/W cream, unscented, and homogeneous with a pH at 6.The variations of Tween 80 and sorbitol had a significant influence on the response of spread shift. Meanwhile, the amount variations of Tween 80 and sorbitol did not has the significant effect on the viscosity response, spreadability, and viscosity shifting. Optimum area of Tween 80 and sorbitol on the contour plots superimposed chart could not be found

(3)

PENGARUH TWEEN 80 SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DAN SORBITOL SEBAGAI HUMEKTAN DALAM SEDIAAN KRIM

EKSTRAK ETANOL BATANG JARAK CINA (Jatropha multifida L.) DENGAN APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Menenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Yoannes Deni Setiawan

NIM: 118114016

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

PENGARUH TWEEN 80 SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DAN SORBITOL SEBAGAI HUMEKTAN DALAM SEDIAAN KRIM

EKSTRAK ETANOL BATANG JARAK CINA (Jatropha multifida L.) DENGAN APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Menenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Yoannes Deni Setiawan

NIM: 118114016

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

Halaman Persembahan

Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidikan hanya dapat

merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu

(Ki Hadjar Dewantara)

Aku bukanlah orang hebat yang istimewa tetapi aku akan memberikan sesuatu

yang istimewa untuk orang-orang yang aku kasihi

Aku persembahkan karyaku kepada:

Tuhan Yesus Kristus Yang Maha Baik,

Bapak, Ibu, dan Kakakku Tersayang

(8)
(9)
(10)

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi berjudul “Pengaruh Tween 80 sebagai Emulsifying Agent dan Sorbitol

Sebagai Humektan dalam Sediaan Krim Ekstrak Etanol Batang Jarak cina

(Jatropha multifida L. ) dengan Aplikasi Desain Faktorial“ sebagai salah satu

syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) pada Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Keberhasilan penulis dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak, Ibu dan Mas Rudi yang telah bekerja keras, memberikan semangat,

doa dan kasih sayang yang tiada hentinya.

2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin pada penelitian ini.

3. Bapak Septim awant o Dwi P ras et yo, M .Si., Apt. selaku dosen

pembimbing yang selalu memberikan waktu, semangat, pengarahan,

masukan, kritik dan saran baik selama penelitian maupun penyusunan

skripsi ini.

4. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt.dan Ibu Beti Pudyastuti, M.Sc.,

Apt.selaku dosen penguji atas masukan saran dan kritik yang membangun

(11)

viii

5. Semua dosen-dosen farmasi yang tidak dapat disebutkan satu per satu

yang telah sabar mendidik serta memberikan ilmu kepada penulis selama

menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

6. Staf – staf laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma:

khususnya Pak Musrifin, Pak Parlan, Mas Kunto, Mas Bimo, Mas

Wagiran, Mas Heru, Mas Agung, Pak Iswandi yang telah banyak

membantu selama penelitian di laboratorium.

7. Staf kebersihan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

membantu kelancaran penulis dalam melakukan penelitian.

8. Henra, Lauren, Ardha, Sheila yang menjadi teman seperjuangan dan

tempat berbagi keluh kesah selama penelitian dan penyusunan skripsi.

Terima kasih atas segala masukan, semangat, dan kebersamaan yang telah

diberikan.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis dalam mewujudkan skripsi ini. Terima Kasih semua.

Penulis menyadari begitu banyak kekurangan dalam naskah skripsi ini

mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kemajuan

selanjutnya.

Yogyakarta, 4 Mei 2015

(12)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

INTISARI ... xvi

ABSTRACT ... xvii

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah ... 3

2. Keaslian penelitian ... 3

3. Manfaat penelitian ... 5

B. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan umum ... 5

(13)

x

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 6

A. Jarak Cina ... 6

B. Staphylococus aureus ... 8

C. Krim ... 9

D. Surfaktan ... 10

E. Humektan ... 11

F. Monografi Bahan ... 12

1. Tween 80 ... 12

2. Sorbitol ... 12

3. Asam stearat ... 14

4. Butylated hydroxyltoluen ... 14

5. Triethanolamine (TEA) ... 15

6. Methyl paraben ... 15

G. Stabilitas ... 16

H. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Krim ... 17

1. Uji ukuran droplet ... 17

2. Uji viskositas ... 17

3. Uji daya sebar ... 18

4. Uji iritasi ... 18

I. Metode Desain Faktorial ... 19

J. Landasan Teori ... 21

(14)

xi

BAB III. METODE PENELITIAN ... 25

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 25

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 25

1. Variabel utama ... 25

2. Variabel pengacau ... 25

3. Definisi operasional ... 26

C. Bahan Penelitian ... 27

D. Alat Penelitian ... 27

E. Tata Cara Penelitian ... 28

1. Determinasi dan pembuatan simplisia jarak cina. ... 28

2. Ekstrak etanol batang jarak cina ... 28

3. Uji kualitatif tanin ... 28

4. Uji antibakteri ... 29

5. Formula krim ... 30

6. Pembuatan krim ... 31

7. Uji stabilitas dan sifat fisik krim ... 31

8. Analisis hasil ... 34

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Determinasi dan Pembuatan Ekstrak Etanol Batang Jarak Cina... 35

B. Uji Kualitatif Tanin ... 37

C. Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Batang Jarak Cina ... 40

D. Pembuatan Krim Ekstrak Etanol Batang Jarak Cina ... 41

(15)

xii

1. Uji organoleptis dan pH ... 44

2. Uji tipe krim ... 45

3. Uji ukuran droplet ... 46

4. Uji viskositas ... 47

5. Uji daya sebar ... 48

F. Analisis Statistik Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik ... 49

1. Viskositas ... 49

2. Pergeseran viskositas ... 51

3. Daya sebar ... 52

4. Pergeseran daya sebar ... 54

G. Uji Iritasi dengan Metode HET-CAM ... 56

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ... 64

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rancangan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level ... 20

Tabel II. Formula sediaan krim Oxalis corniculata ... 30

Tabel III. Modifikasi krim antibakteri ekstrak etanol batang jarak cina .... 31

Tabel IV. Indeks iritasi ... 34

Tabel V. Data uji organoleptis dan pH krim ekstrak etanol batang jarak cina ... 44

Tabel VI. Hasil uji ukuran droplet ... 46

Tabel VII. Viskositas (x̅ ± SD) krim ekstrak etanol batang jarak cina ... 47

Tabel VIII. Daya sebar (x̅ ± SD) krim ekstrak etanol batang jarak cina ... 49

Tabel IX. Hasil uji Shapiro Wilk untuk respon viskositas ... 50

Tabel X. Hasil uji Wilcoxon untuk melihat pengaruh variasi Tween 80 terhadap respon viskositas ... 50

Tabel XI. Hasil uji Wilcoxon untuk melihat pengaruh variasi sorbitol terhadap respon viskositas ... 51

Tabel XII. Hasil uji Shapiro Wilk untuk respon pergeseran viskositas ... 51

Tabel XIII. Hasil uji Shapiro Wilk untuk respon daya sebar ... 52

Tabel XIV. Hasil uji Wilcoxon untuk melihat pengaruh variasi Tween 80 terhadap respon daya sebar ... 53

Tabel XV. Hasil uji Wilcoxon untuk melihat pengaruh variasi sorbitol terhadap respon daya sebar ... 53

Tabel XVI. Hasil uji Shapiro Wilk untuk respon pergeseran daya sebar ... 54

(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman jarak cina (Jatropha multifidan L.) ... 6

Gambar 2. Struktur molekul Tween 80 ... 12

Gambar 3. Struktur molekul sorbitol ... 13

Gambar 4. Struktur molekul asam stearat ... 14

Gambar 5. Struktur molekul butylated hydroxyltoluene ... 14

Gambar 6. Struktur molekul triethanolamine (TEA) ... 15

Gambar 7. Struktur molekul methyl paraben ... 16

Gambar 8. Reaksi FeCl3 dengan tanin ... 37

Gambar 9. Hasil uji kualitatif tanin ... 38

Gambar 10. Reaksi Gelatin 1% dengan tanin ... 39

Gambar 11. Uji penegasan tanin dengan gelatin 1% ... 39

Gambar 12. Hasil uji antibakteri ... 40

Gambar 13. Grafik orientasi pengaruh sorbitol terhadap viskositas dan daya sebar ... 43

Gambar 14. Grafik orientasi pengaruh Tween 80 terhadap viskositas dan daya sebar ... 43

Gambar 15. Hasil uji tipe krim dengan methylene blue ... 45

Gambar 16. Grafik pergeseran viskositas ekstrak etanol batang jarak cina ... 47

(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil determinasi keaslian batang jarak cina ... 65

Lampiran 2. Kadar air serbuk batang jarak cina ... 66

Lampiran 3. Hasil uji sifat fisik dan stabilitas fisik krim ekstrak etanol batang jarak cina. ... 67

Lampiran 4. Hasil analisis statistik sifat fisik dan stabilitas fisik ... 72

Lampiran 5. Hasil perhitungan rendemen. ... 80

Lampiran 6. Hasil uji zona hambat ... 81

Lampiran 7. Hasil uji iritasi dengan metode HET-CAM ... 82

(19)

xvi

INTISARI

Batang jarak cina dengan kandungan zat aktif tanin berfungsi sebagai

antibakteri Staphylococcus aureus. Sediaan krim ekstrak etanol batang jarak cina

dipilih karena memberi rasa lembab di kulit, mudah saat diaplikasikan di kulit dan mudah dibersihkan.Tujuan pada penelitian ini adalah mengetahui pengaruh faktor sorbitol dan Tween 80 terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik krim ekstrak etanol batang jarak cina, serta mengetahui area optimum dari kedua faktor menggunakan

contour plot superimposed.

Jenis penelitian ini eksperimental dengan menggunakan metode desain faktorial dua level dan dua faktor. Tween 80 digunakan pada level rendah 4 g dan level tinggi 6 g. Sorbitol digunakan pada level rendah 7 g dan level tinggi 9 g.

Analisis statistik menggunakan ANOVA dan Kruskal-Wallis dengan taraf

kepercayaan 95% untuk mengetahui pengaruh interaksi kedua faktor (sorbitol dan Tween 80) terhadap respon sifat fisik dan stabilitas krim ekstrak etanol batang

jarak cina, serta memprediksi area optimum pada grafik contour plot

superimposed. Data diolah dengan menggunakan software R. 3.1.1

Hasil penelitian menunjukkan krim berwarna putih mengkilap, bertipe M/A, tidak berbau, dan homogen dengan pH 6. Variasi jumlah Tween 80 dan sorbitol memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon pergeseran daya sebar. Variasi jumlah Tween 80 dan sorbitol tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap respon viskositas, daya sebar, dan pergeseran viskositas krim ekstrak etanol batang jarak cina. Area optimum dari Tween 80 dan sorbitol pada

grafik contour plot superimposed tidak dapat ditemukan.

(20)

xvii

ABSTRACT

The stem of jarak cina contains the active tanin substance which has antibacterial activity for Staphylococcus aureus. The cream of the extracts etanol of jarak cina is chosen because it give a sense of moist skin, easily applied and cleaned. The aim of this research is to determine out the influence of sorbitol and Tween 80 on the physical characteristic and stability of the extracts etanol of the jarak cina stem, and to find out the optimum area of those two factors by using the contour plots superimposed.

This research is an experimental research which uses level and two-factor two-factorial design method. Tween 80 is used at the low level that is 4 g and high level that is 6 g. Sorbitol is used at low level that is 7 g and high level that is 9 g. The statistical analysis uses ANOVA and Kruskal-Wallis with the level of 95% to determine the effect of the interaction of both factors (sorbitol and Tween 80) towards the response of physical characteristic and stability of the extract etanol of jarak cina stem, as well as to predict the optimum area on the contour plots superimposed chart. Meanwhile, the data is processed using R. 3.1.1 software.

The result of the research produces the shiny white O/W cream, unscented, and homogeneous with a pH at 6.The variations of Tween 80 and sorbitol had a significant influence on the response of spread shift. Meanwhile, the amount variations of Tween 80 and sorbitol did not has the significant effect on the viscosity response, spreadability, and viscosity shifting. Optimum area of Tween 80 and sorbitol on the contour plots superimposed chart could not be found

(21)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Bakteri merupakan mikroorganisme yang paling banyak ditemukan

hampir di semua tempat seperti pada organ manusia yaitu pada kulit, saluran

pernafasan, tangan, rambut, dan vagina. Bakteri Staphylococcus aureus

merupakan bakteri gram positif yang diperkirakan 20-75% ditemukan pada organ

manusia tersebut. Infeksi bakteri ini menimbulkan penyakit dengan tanda-tanda

khas seperti jerawat, infeksi folikel, rambut, dan pembentukan abses (Razak,

Djamal, dan Revilla, 2013). Sediaan krim dengan fungsi antibakteri digunakan

untuk mengatasi penyakit tersebut.

Tanaman jarak cina (Jatropha multifida L.) merupakan tanaman yang

memiliki banyak khasiat sebagai obat tradisional, namun hanya sebagian kecil

masyarakat Indonesia yang mengetahuinya. Beberapa masyarakat pedesaan hanya

memanfaatkan tanaman ini sebagai obat luka baru. Getah dan daunnya digunakan

untuk menyembuhkan infeksi luka pada kulit. Ekstrak dari berbagai bagian

tanaman ini dilaporkan memiliki aktifitas mikroba terhadap berbagai jenis bakteri

dan jamur patogen. Senyawa aktif yang diharapkan sebagai penghambat aktivitas

antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dalam tanaman batang jarak cina

adalah tanin (Yuliarti, 2009). Penelitian mengenai sediaan topikal yang

mengandung tanin sebagai antibakteri belum pernah dilakukan, sehingga dalam

penelitian ini dilakukan formulasi sediaan krim dari ekstrak etanol batang jarak

(22)

dipilih sebagai pelarut karena bersifat netral dan dan kapang-kamir sulit tumbuh

dalam etanol 20% ke atas, serta tidak beracun (Dirjen POM RI, 1995), selain itu

penggunaan etanol mempercepat proses penguapan menggunakan rotary

evaporator jika dibandingkan dengan pelarut air.

Krim merupakan salah satu jenis kosmetik yang sudah umum digunakan

oleh masyarakat karena kemudahan dalam penggunaannya saat diaplikasikan di

kulit dam mudah dibersihkan. Krim pada umumnya digunakan sebagai emollient

atau tujuan pengobatan pada kulit. Suatu tipe adalah krim tipe emulsi yang

memiliki fase minyak dan fase air.

Komponen penting yang harus diperhatikan dalam menjaga stabilitas

fisik sediaan adalah humektan dan emulsifying agent. Surfaktan sebagai salah satu

emulsifying agent yang diperlukan sebagai penurun tegangan permukaan sehingga

membentuk suatu emulsi, karena struktur surfaktan yang memiliki sifat polar dan

non polar (Lieberman, Reiger, dan Banker, 1996). Tween 80 merupakan salah

satu surfaktan yang digunakan dalam sediaan krim karena memiliki toksisitas

rendah dan tidak mengiritasi kulit serta tahan terhadap perubahan pH (Jones,

2008). Tween 80 merupakan surfaktan non-ionik dengan nilai HLB 15,0 yang

digunakan sebagai emulsifier pada tipe emulsi minyak dalam air (Rowe, Sheskey,

dan Quinn, 2009). Humektan dapat digunakan sebagai bahan yang mengontrol

perubahan kelembaban antara produk dengan udara, baik dalam wadah ataupun

pada kulit. Terdapat banyak bahan yang memiliki sifat sebagai humektan namun

yang digunakan pada penelitian yaitu sorbitol. Sorbitol digunakan sebagai

(23)

eksipien. Pemilihan sorbitol pada penelitian ini karena sorbitol tidak membuat

iritasi kulit, tidak korosif, dan tidak volatile (Barel, Marc, dan, Maibach, 2001).

Sediaan krim perlu dioptimasi untuk memperoleh sifat fisik dan stabilitas

fisik optimal untuk menunjang hasil formulasi yang baik pada suatu sediaan

farmasi. Kestabilan sediaan diperlukan agar menjamin sediaan tersebut masih

dapat menimbulkan efek yang diharapkan. Metode desain faktorial dapat

mengetahui ada atau tidak interaksi antara Tween 80 dan sorbitol, sehingga

diketahui faktor dominan yang menentukan sifat fisik yaitu viskositas dan daya

sebar serta stabilitas sediaan krim. Sejauh ini belum ada penelitian terkait

formulasi krim ekstrak etanol batang jarak cina. Penelitian ini diharapkan dapat

melihat pengaruh variasi Tween 80 dan sorbitol pada level yang diteliti terhadap

sifat fisik dan stabilitas krim ekstrak etanol batang jarak cina sehingga diperoleh

sediaan krim antibakteri yang secara fisik berkualitas dan stabil.

1. Perumusan masalah

a. Bagaimanakah pengaruh variasi Tween 80 dan sorbitol pada level yang

diteliti terhadap sifat fisik dan stabilitas krim ekstrak etanol batang jarak

cina?

b. Apakah dapat ditemukan area komposisi optimum dari Tween 80 dan

sorbitol menggunakan contour plot superimposed?

2. Keaslian penelitian

Penelitian terkait tanaman jarak cina yang pernah dilakukan adalah:

a. “Ekstraksi Zat Aktif Antimikroba dari Tanaman Yodium (Jatropha

(24)

Sari dan Sari (2011). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengambil

ekstrak dari Jatropha multifida L. sebagai bahan baku antibakteri alami.

Pada penelitian ini daya antibakteri Jatropha multifida L. dibandingkan

terhadap bermacam-macam bakteri. Bakteri yang digunakan penelitian ini

antara lain Staphylococus aureus dan Eschericia coli dan jamur Candida

albicans. Kesimpulan yang didapat adalah antibakteri dari ekstrak

Jatropha multifida L. hanya efektif untuk Staphylococus aureus dan jamur

Candida albicans.

b. “The Efficacy of Jatropha Multifida in The Management Of Oral

Candidiasis: A Preliminary Study” oleh Adesola dan Adetunju (2007).

Penelitian tersebut hanya meneliti sebatas tanaman Jatropha multifida L.

terhadap penderita infeksi akibat dari bakteri Candida albicans, hasil yang

didapat bahwa tanaman ini lebih efektif dibandingkan antibiotik yang

biasa digunakan. Jadi pada penelitian ini juga tidak ada analisis secara

kuantitatif terkait zat aktif yang terdapat dalam ekstrak tanaman.

c. “The Antimicrobial Activity of Jatropha Multifida Extract and

Chromatographic Fractions Against Sexually Transmitted Infections” oleh

Aiyelaagbe, Oguntuase, Arimah, dan Adeniyi (2008). Penelitian tersebut

hanya ditekankan pada aktifitas antimikroba dari ekstrak tanaman ini.

Ekstraksi dilakukan secara kasar dengan maserasi tanpa memperhatikan

kondisi operasi yang sesuai.

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh peneliti, penelitian

(25)

Humektan dalam Sediaan Krim Ekstrak Etanol Batang Jarak cina (Jatropha

multifida L. ) dengan Aplikasi Desain Faktorial belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Hasil penelitian yang didapat diharapkan menjadi suatu

sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang formulasi sediaan

krim ekstrak etanol batang jarak cina dengan viskositas dan daya sebar

yang memenuhi standar.

b. Manfaat praktis. Menghasilkan krim ekstrak etanol batang jarak cina

yang memenuh persyaratan sifat fisik dan stabilitas fisik, sehingga dapat

efek krim antibakteri untuk penyakit kulit seperti gatal-gatal atau infeksi

ringan pada kulit.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Membuat sediaan krim ekstrak etanol batang jarak cina dengan Tween 80

sebagai emulsifying agent dan sorbitol sebagai humektan dengan aplikasi

desain faktorial.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pengaruh variasi jumlah Tween 80 dan sorbitol pada level yang

diteliti terhadap sifat fisik dan stabilitas krim ekstrak etanol batang jarak

cina.

b. Mengetahui area optimum dari Tween 80 dan sorbitol menggunakan

(26)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Jarak Cina

Tanaman jarak cina (gambar 1) termasuk dalam suku perdu dan tersebar

di seluruh Nusantara. Tanaman ini sering digunakan dalam pengobatan tradisional

karena memiliki kandungan senyawa kimia yang bersifat antibakteri, penurun

panas, dan antiinflamasi (Darmawi, Manaf, dan Putranda, 2013)

Tanaman jarak cina memiliki aktivitas antibakteri terutama pada batang.

Beberapa zat kimia yang terkandung dalam jarak cina diantaranya yaitu: α-amirn,

kampesterol, 7 α-diol, stigmaterol, β-sitosterol, dan HCN. Batang jarak cina

mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, dan tanin (Suharmiati dan Handayani,

2005). Penelitian Aiyelaagbe dkk (2008) menunjukkan bahwa dengan uji

phytokimia, kandungan zat-zat tersebut berfungsi sebagai antimikroba.

Gambar 1. Tanaman Jarak Cina (Jatropha multifida L.) (Neal, 2012)

Taksonomi Jarak cina:

(27)

Sub Kerajaan : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Bangsa : Euphorbiales

Suku : Euphorbiaceae

Marga : Jatropha

Jenis : Jatropha multifida L. (Bagus, 2014)

Ekstraksi perlu dilakukan untuk mendapatkan zat aktif yang terkandung

dalam batang jarak cina. Ekstrak merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan

mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan

pelarut yang sesuai. Ekstraksi batang jarak cina meggunakan etanol 70%.

Penggunaan etanol 70% sebagai cairan penyari karena bersifat netral dan

kapang-kamir sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, serta tidak beracun. Pemekatan

menggunakan etanol 70% relatif lebih cepat (Dirjen POM RI, 1995).

Pembuatan ekstrak etanol batang jarak cina dilakukan menggunakan

metode maserasi. Maserasi merupakan salah satu cara ekstraksi zat aktif dengan

menggunakan cairan pengekstraksi atau penyari dengan cara penggojogan atau

pengadukan pada suhu ruang. Maserasi merupakan metode ekstraksi yang paling

banyak digunakan dalam satu proses ekstraksi, dikarenakan mempunyai

keuntungan yaitu peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan

(28)

Zat aktif yang diharapkan terkandung dalam ekstrak etanol batang jarak

cina yaitu tanin. Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang

diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astrigen, anti diare,

antibakteri, dan antioksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat

kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar

mengkristal, mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan

protein tersebut (Malangngi, Sangi, dan Paendong, 2012).

Penelitian oleh Muntiaha, 2014 konsentrasi ekstrak etanol batang jarak

cina memiliki aktivitas antibakteri mulai dari konsentrasi 1%, 5%, dan 10%.

Semakin besar konsentrasi yang digunakan menunjukkan tingkat atau waktu

penyembuhan luka yang lebih cepat. Proses penyembuhan pada kulit dipengaruhi

oleh adanya zat aktif tanin pada batang jarak cina yang bersifat sebagai

antibakteri. Tanin memiliki sifat seperti fenol yang mampu memutuskan ikatan

peptidoglikan dalam menembus dinding sel dan menyebabkan kebocoran nutrient

sel dengan merusak ikatan hidrofobik komponen membran sel seperti protein dan

fospolipida sehingga terjadi kerusakan pada membrane sel bakteri yang

mengakibatkan terhambatnya aktivitas dan biosintesa enzim-enzim spesifik yang

diperlukan untuk reaksi metabolisme bakteri (Muntiaha, Yamlean, dan Lolo,

2014).

B. Staphylococus aureus

Staphylococus aureus adalah bakteri gram positif, berbentuk bulat, dan

(29)

mudah tumbuh pada berbagai perbenihan dan mempunyai metabolisme aktif,

meragikan karbohidrat, serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih

sampai kuning tua. Bakteri ini tumbuh paling cepat pada suhu kamar 370C. Koloni

pada pembenihan padat berbentuk bundar, halus, menonjol dan berkilau.

Taksonomi Staphylococus:

Domain : Bacteria

Phylum : Firmicutes

Class : Bacili

Ordo : Bacillales

Family : Staphylococcaceae

Genus :Staphylococus (Jewetz, Melnick, Adelberg, 1996).

Penelitian Sari dan Sari, 2011 berjudul “Ekstraksi Zat Aktif Antimikroba

dari Tanaman Yodium (Jatropha multifida L.) sebagai Bahan Baku Alternatif

Antibiotik Alami” bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum ekstraksi

tanaman Jatropha multifida, serta mengetahui efektifitas hasil ekstraksi terhadap

berbagai jenis mikroorganisme pathogen penyebab berbagai macam penyakit.

Hasil menunjukkan bahwa ekstrak Jatropha multifida L. hanya efektif untuk

Staphylococus aureus.

C. Krim

Menurut Farmakope Indonesia III definisi krim adalah sediaan setengah

padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan

(30)

setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat

terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung air tidak

kurang dari 60%) (Syamsuni, 2006). Krim dibedakan menjadi dua yaitu tipe M/A

dan A/M. Tipe krim yang digunakan pada kulit baik M/A maupun A/M

tergantung pada faktor seperti zat terapeutik yang akan dimasukan ke dalam krim

dan kemudahan pelepasan dari zat aktif yang digunakan (Ansel, 1989). Stabilitas

krim akan rusak apabila terganggu sistem campurannya terutama disebabkan

perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah satu

fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim yang zat pengemulsinya

tidak tercampur satu sama lain (Dirjen POM RI, 1979).

Menurut Farmakope IV krim merupakan bentuk sediaan setengah padat

mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar

yang sesuai (Dirjen POM RI, 1995). Syarat krim yang baik yaitu tidak tengik,

tidak mudah mengiritasi kulit, dan terdistribusi secara merata. Krim merupakan

bentuk sediaan yang tidak tembus cahaya. Krim digunakan untuk obat luar (Allen,

2002). Jenis-jenis krim terdiri dari 4 yaitu; vanishing and foundation crem,

cleanshing and cold cream, massage and emollient cream,dan hand and body

cream (Dirjen POM RI, 1985).

D. Surfaktan

Surfaktan adalah salah satu emulsifying agent yang mengurangi tegangan

antar muka antara minyak dan air dan meminimalkan energi permukaan dari

(31)

di tiap ujugnya sehingga dapat menarik fase minyak dan fase air dengan

menempatkan diri diantara kedua fase tersebut (Lieberman, Reiger, dan Banker,

1996). Surfaktan dapat dikelompokan menjadi 4 yaitu: anionik (sabun alkali,

Na-lauril sulfat), kationik (senyawa ammonium kuartener), nonionik (Tween dan

Span), amfoterik (protein dan lestisin) (Syamsuni, 2006).

E. Humektan

Secara klasik, tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk

melembabkan stratum korneum: (1) emollient (untuk menutupi kondisi bersisik

kasar); (2) oklusi (untuk mengurangi kehilangan air dari kulit); atau (3) humektan

(untuk membantu menahan air di kulit). Dua pendekatan terakhir bekerja dengan

mempertahankan air dalam stratum korneum, yang akan secara alami hilang dari

tubuh dengan Trans-Epidermal Water Loss (TEWL). Humektan juga dapat

menarik air di lingkungan ke kulit tetapi hanya dalam kondisi kelembaban tinggi.

(Layden dan Rawlings, 2002).

Humektan merupakan senyawa higroskopis yang umumnya larut dalam

air dan mudah jika tercuci. Humektan yang biasa digunakan dalam sediaan antara

lain gliserol, propilenglikol, dan sorbitol. Humektan dapat mencegah penguapan

dan pembentukan lapisan kering pada permukaan produk. Humektan membantu

menjaga kelembaban kulit dengan cara menjaga kandungan air pada lapisan

stratum korneum serta mengikat air dari lingkungan ke kulit (Layden dan

(32)

F. Monografi Bahan

Monografi bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim

dalam penelitian ini antara lain:

1. Tween 80

Tween 80 atau polysorbate 80 (gambar 2) merupakan ester oleat dari

sorbitol di mana tiap molekul anhidrida sorbitolnya berkopolimerisasi dengan

20 molekul etilenoksida. Tween 80 berupa cairan kental berwarna kuning dan

sedikit pahit. Tween 80 larut dalam air dan etanol (95%), namun tidak larut

dalam mineral oil dan vegetable oil. Tween 80 mempunyai nilai pH 6-8, dan

stabil dalam lautan pada pH 2-12. Tween 80 merupakan surfaktan non-ionik

dengan nilai HLB 15,0 yang digunakan sebagai emulsifier pada tipe emulsi

minyak dalam air, sehingga membentuk krim tipe M/A. Namun jika nilai HLB

kurang dari 8 tipe krim yang terbentuk lebih kearah A/M. Konsentrasi yang

dapat digunaka Tween 80 sebagai emulsifying agent yaitu 1-15% (Rowe dkk.,

[image:32.595.99.514.254.598.2]

2009).

Gambar 2. Struktur molekul Tween 80 (Mahdi, Sakeena, Abdulkarim, Abdullah, Sattar, dan Noor, 2011)

2. Sorbitol

Sorbitol (gambar 3) memiliki rasa manis bersifat higroskopik dan tidak

berbau. Sorbitol yang paling sering digunakan yaitu sorbitol 70% karena sudah

(33)

berwarna, jernih dan bersifat netral. Larutan sorbitol tidak untuk diinjeksikan.

Sorbitol dengan jumlah 1 g dapat larut pada 0,45 mL air. Sorbitol bersifat inert

dan kompatibel jika bercampur dengan bahan tambahan lain. Sorbitol akan relatif

aman digunakan karena tidak memiliki sifat iritatif pada kulit. Selain itu sorbitol

memiliki kestabilan kelembaban lebih baik dibanding propilen glikol dan gliserol

sehingga menghasilkan kenampakan dan rasa yang lebih baik (Barel, Marc, dan,

Maibach, 2001). Di bawah kondisi 250C dengan kelembaban 50% memiliki

hikroskopisitas 1 mg H2O/100mg dan kapasitas menahan air sebesar 21 mg

[image:33.595.101.506.255.573.2]

H2O/100mg (Layden dan Rawlings, 2002).

Gambar 3. Struktur molekul sorbitol (Florence dan Attwood, 2011)

Sorbitol berfungsi sebagai humektan pada konsentrasi 3-15%. Sorbitol

dapat stabil pada udara dan tidak membuat gelap campuran apabila suhu

meningkat. Sorbitol tidak volatil dan tidak mudah terbakar. Meskipun sorbitol

tahan terhadap fermentasi mikroorganisme namun tetap harus diberi

pengawet untuk mengatasi hal tersebut, dan disimpan pada plastik,

(34)

3. Asam stearat

Asam stearat (gambar 4) berfungsi sebagai agen pengemulsi serta

memberikan tampilan kental pada krim dengan konsentrasi 1-20%. Asam

stearat berbentuk kristal berwarna putih, sedikit mengkilap, dan terasa

berlemak. Asam stearat akan tetap stabil dengan penambahan antioksidan.

Asam stearat tidak kompatibel dengan kebanyakan logam hidroksida dan

mungkin tidak kompatibel dengan basa, zat pereduksi, dan oksidator (Rowe

[image:34.595.98.513.249.527.2]

dkk., 2009).

Gambar 4. Struktur molekul asam stearat (Rowe dkk., 2009)

4. Butylated hydroxyltoluene

Butylated Hydroxyltoluene (BHT) (gambar 5) merupakan salah satu

komponen pada sediaan yang berfungsi pencegah bau tengik pada krim. BHT

berbentuk kristal padat atau bubuk berwarna kuning pucat atau putih dengan

bau fenolik. Paparan cahaya, kelembaban, dan panas menyebabkan perubahan

warna dan hilangnya aktivitas. BHT harus disimpan dalam wadah tertutup

rapat, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering. Konsentrasi

yang digunakan untuk sediaan topikal yaitu 0,0075-0,1% (Rowe dkk., 2009).

(35)

5. Triethanolamine (TEA)

Triethanolamine (TEA) (gambar 6) merupakan salah satu bahan yang

digunakan sebagai emulsifying agent jika bereaksi dengan asam stearat.

Konsentrasi yang dianjurkan sebagai emulsifying agent adalah 2-4%. TEA

dapat berubah warna menjadi coklat karena paparan cahaya dan udara.

Homogenitas TEA dapat dikembalikan dengan pemanasan dan pencampuran

sebelum digunakan. TEA harus disimpan dalam wadah kedap udara dan

terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering. TEA juga akan

bereaksi dengan tembaga untuk membentuk garam kompleks. Perubahan

warna dan presipitasi dapat terjadi dengan adanya garam logam berat. TEA

dapat bereaksi dengan reagen seperti klorida tionil untuk menggantikan gugus

[image:35.595.98.512.240.570.2]

hidroksi dengan halogen (Rowe dkk., 2009).

Gambar 6. Struktur molekul triethanolamine (TEA) (Rowe dkk., 2009)

6. Methyl paraben

Pengawet sediaan krim ekstrak etanol batang jarak cina yang digunakan

adalah methyl paraben. Methyl paraben (gambar 7) berbentuk bubuk kristal

berwarna putih dan tidak berbau. Konsentrasi yang digunakan sebagai

pengawet pada sediaan topikal sebanyak 0,02-0,3%. Methyl paraben pH 3-6

stabil (kurang dari 10% dekomposisi) sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar,

(36)

atau lebih setelah penyimpanan sekitar 60 hari pada suhu kamar) (Rowe dkk.,

[image:36.595.97.512.170.625.2]

2009).

Gambar 7. Struktur molekul methyl paraben (Rowe dkk., 2009)

G. Stabilitas Fisik

Hal yang diperhatikan dalam pembuatan emulsi adalah stabilitas

fisiknya. Karakteristik stabilitas fisik tersebut dilihat dari tidak adanya fenomena

creaming dan coalescence serta memiliki kenampakan, bau, warna, dan sifat fisik

lainnya yang stabil. Creaming merupakan fenomena pemisahan menjadi 2 bagian

yaitu fase minyak dan fase air, tetapi bersifat reversible sehingga dapat

diredistribusi dengan penggojogan. Coalescence disebabkan karena rusaknya

lapisan film di sekitar droplet yang sifatnya irreversible. Peningkatan viskositas

dimungkinkan dapat menambah stabilitas dan meminimalisasi coalescence

(Ansel, 1989).

Stabilitas emulsi adalah sifat emulsi tanpa adanya coalescence dan

creaming. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi adalah sebahai

berikut: 1) Perbedaan berat jenis antara kedua fase, 2) Kohesi fase terdispersi, 3)

Presentase padatan di dalam emulsi, 4) Temperatur luar yang ekstrim, 5) Ukuran

(37)

Distribusi ukuran butiran fase terdispersi, dan 9) Tegangan interfasial antara

kedua fase (Tran dkk., 2010)

H. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Krim

1. Uji ukuran droplet

Uji ukuran droplet merupakan hal yang penting karena berhubungan

dengan luas permukaan ukuran droplet yang berkaitan dengan sifat fisik suatu

sediaan. Droplet krim dari tiap formula diukur sebanyak 500 partikel dengan

menggunakan mikroskop dan dilihat distribusi ukaran partikel droplet. Satuan

untuk ukuran partikel yang sering digunakan dalam uji ukuran droplet adalah

mikrometer (µm) atau disebut juga mikron (Martin, Swarbrick, dan

Cammarata,1993). Uji ukuran droplet dikatakn memenuhi standar yang

ditetapkan dengan rentang 10-100 µm (Gupta dan Garg, 2002).

2. Uji viskositas

Viskositas merupakan parameter reologi yang penting dalam sediaan

semisolid. Viskositas suatu sediaan semisolid menentukan seberapa lama

sediaan ada pada kulit untuk berpenetrasi dengan baik. Meningkatnya

viskositas akan menaikkan waktu retensi pada tempat aplikasi, namun

menurunkan daya sebar. Viskositas yang diharapkan pada penelitian ini

adalah 100-150 d.Pa.s. (Garg, Aggarwal, Garg, dan Singla, 2002). Semakin

rendah viskositas akan berakibat pada kestabilan dari sediaan krim, hal

(38)

meningkatkan energi bebas permukaan karena terjadi tumbukan antar partikel

sehingga stabilitas sediaan menjadi kurang baik.

3. Uji daya sebar

Daya sebar berhubungan dengan sudut kontak antara sediaan dengan

tempat aplikasinya yang mencerminkan kelicinan (lubricity) sediaan tersebut,

yang berhubungan dengan koefisien gesekan. Daya sebar merupakan

karakteristik yang penting dari formulasi sediaan topikal dan bertanggung

jawab untuk ketepatan transfer dosis atau melepaskan bahan atau obat dan

kemudian penggunaannya. Krim yang baik memiliki rentang daya sebar

antara 5-7 cm (Garg, Aggarwal, Garg, dan Singla, 2002).

Daya sebar dipengaruhi oleh konsentrasi formula, kecepatan dan

lama pengaplikasian, suhu permukaan kulit, viskositas, kecepatan penguapan

pelarut dan peningkatan viskositas akibat penggunaan pelarut tersebut (Garg,

Aggarwal, Garg, dan Singla, 2002).

4. Uji iritasi

Iritasi merupakan suatu kondisi pada kulit yang muncul akibat

kontak berkepanjangan dengan zat kimia tertentu. Setelah beberapa waktu,

kulit akan mengering terasa nyeri, mengalami perdarahan, dan pecah-pecah.

Kondisi ini diakibatkan oleh solven, asam, alkali (basa), dan detergen. Begitu

kontak dengan zat kimia yang menyebabkan kondisi tersebut dihentikan, kulit

akan pulih seperti sediakala. Gejala umum yang dapat terjadi pada kondisi

iritasi seperti panas, disebabkan karena dilatasi pembuluh darah pada daerah

(39)

kulit tersebut (eritema). Selain itu dapat juga menyebabkan terjadinya udema,

yang dapat diamati dengan terjadinya perbesaran plasma yang membeku pada

daerah yang terluka, dan dipercepat dengan adanya jaringan fibrosa yang

menutupi daerah tersebut (Irsan, Mangau, Pakki,dan Usmar 2013).

I. Metode Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi untuk

memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih

variabel bebas, digunakan dalam percobaan untuk menentukan secara simulasi

efek signfikan dari beberapa faktor dan interaksinya. Desain faktorial dikenal

istilah faktor, level, efek, dan respon. Faktor adalah setiap besaran yang

mempengaruhi respon. Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Level

yang digunakan pada percobaan dengan metode desain faktorial adalah level

rendah dan level tinggi. Efek yang merupakan perubahan respon yang disebabkan

oleh variasi tingkat dari faktor. Respon adalah besaran yang akan diamati

perubahan efeknya. Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor yang

masing-masing diuji pada level rendah dan level tinggi (Bolton, 1997).

Persamaan umum yang digunakan dalam desain faktorial adalah:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b12X1X2 ... (1)

Di mana: Y = respon hasil atau sifat yang diamati

X1X2 = level bagian A, level bagian B

(40)

b1, b2, b12 = koefisien yang dihitung dari hasil percobaan

(Bolton, 1997).

Metode desain faktorial dua level dan dua faktor ini dibutuhkan empat

percobaan (2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah

faktor). Formula 1 menunjukkan percobaan I, formula A untuk percobaan II,

[image:40.595.99.505.267.575.2]

formula B untuk percobaan III, dan formula AB untuk percobaan IV.

Tabel I. Rancangan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level

Formula Faktor A Faktor B Interaksi

1 - - +

A + - -

B - + -

Ab + + +

Keterangan:

(-) = level rendah

(+) = level tinggi

Formula 1 = Formula dengan faktor A level rendah, dan faktor B level rendah

Formula A = Formula dengan faktor A level tinggi, dan faktor B level rendah

Formula B = Formula dengan faktor A level rendah, dan faktor B level tinggi

Formula AB = Formula dengan faktor A level tinggi, dan faktor B level tinggi

Berdasarkan persamaan umum yang digunakan dalam desain faktorial,

masing-masing faktor maupun efek interaksi dapat dihitung dengan menggunakan

rumus:

1. Efek A = [(a-1)+(ab-b)]/2

2. Efek B = [(b-1)+(ab-b)]/2

(41)

Selain faktor dominan yang berpengaruh dengan metode ini adalah juga

dapat diketahui komposisi optimum melalui contour plot superimposed pada level

yang diteliti (Bolton, 1997).

J. Landasan Teori

Jarak cina merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai antibakteri.

Senyawa pada jarak cina yang berkhasiat sebagai antibakteri adalah tanin.

Kandungan tanin pada tanaman ini terdapat pada batang. Pada umumnya

masyarakat menggunakan getah tanaman ini secara langsung sebagai penyembuh

infeksi pada kulit, tanpa memperhatikan kebersihan batang jarak cina yang

digunakan.

Zat aktif yang diharapkan terkandung dalam batang jarak cina adalah

tanin. Tanin pada batang jarak cina dapat diperoleh dengan cara ekstaksi.

Ekstraksi merupakan proses menarik atau mengambil senyawa yang terdapat

dalam suatu bahan dengan pelarut yang sesuai, hasil yang didapat disebut ekstrak.

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari

simplisia nabati yaitu batang jarak cina menggunakan pelarut yang sesuai. Pelarut

yang digunakan untuk ekstraksi yaitu etanol 70%, karena etanol 70% bersifat

netral dan kapang kamir sulit tumbuh jika digunakan etanol lebih dari 20%.

Penelitian oleh Muntiaha, 2014 konsentrasi ekstrak etanol batang jarak

cina memiliki aktivitas antibakteri mulai dari konsentrasi 1%, 5%, dan 10%.

Semakin besar konsentrasi yang digunakan menunjukkan tingkat atau waktu

(42)

oleh adanya zat aktif tanin pada batang jarak cina yang bersifat sebagai

antibakteri. Penelitian Sari dan Sari (2011) menunjukkan ekstrak Jatropha

multifida L. hanya efektif untuk Staphylococus aureus

Krim didefinisikan sebagai sediaan setengah padat berupa emulsi

mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar

lain (Dirjen POM RI, 1979). Syarat krim yang baik yaitu tidak tengik, tidak

mudah mengiritasi kulit, dan terdistribusi secara merata. Penelitian ini bertujuan

membuat krim dari ekstrak etanol batang jarak cina untuk meningkatkan

penerimaan dan kenyamana pada pasien.

Surfaktan sebagai emulsifying agent merupakan komponen penting

dalam pembuatan sediaan krim karena memiliki rantai hidrokarbon polar dan non

polar di tiap ujungnya sehingga dapat menarik fase minyak dan fase air dengan

menempatkan diri diantara kedua fase tersebut sehingga terbentuk krim

(Lieberman, Reiger, dan Banker, 1996). Tween 80 digunakan sebagai emulsifying

agent pada konsentrasi 1-15% untuk sediaan topikal dan HLB 15 sehingga

membantu terbentuknya sistem krim tipe M/A.

Humektan merupakan senyawa higroskopis yang umumnya larut dalam

air membantu menjaga kelembaban kulit dengan cara menjaga kandungan air

pada lapisan stratum korneum serta mengikat air dari lingkungan ke kulit

(Layden dan Rawlings, 2002). Sorbitol sebagai humektan bersifat tidak iritatif

pada kulit dan relatif kompatibel jika diformulasikan dengan bahan-bahan alin

(43)

Penelitian Mantyas (2013) yang berjudul “Pengaruh Tween 80 sebagai

Surfaktan dan PEG 6000 sebagai Basis terhadap Sifat Fisis dan Stabilitas Krim

Ekstrak Etil Asetat Tomat dengan Desain Faktorial” menunjukan bahwa Tween

80 sebagai surfaktan sangat berpengaruh terhadap sifat fisik seperti viskositas dan

daya sebar dari krim, semakin besar jumlah Tween 80 nilai viskositas semakin

tinggi dan menurunkan daya sebar, sedangkan pada penelitian Marlina (2007)

dengan judul “Optimasi Komposisi Propilen Glikol dan Sorbitol sebagai

Humektan dalam Formula Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw Palmetto (Serenoa

repens): Aplikasi Desain Faktorial: menunjukan bahwa sorbitol paling dominan

dalam menentukan viskositas dan daya sebar krim, dimana semakin banyak

jumlah sorbitol yang digunakan diketahui menaikan daya sebar pada level tinggi

propilen glikol dan menaikan viskositas pada level rendah propilen glikol.

Berdasarkan penelitian tersebut masing-masing faktor dari Tween 80 dan sorbitol

memberikan pengaruh terhadap sifat fisik seperti viskositas dan daya sebar,

sehingga dapat diperkirakan variasi jumlah antara Tween 80 dan sorbitol dalam

penelitian ini akan menghasilkan area komposisi optimum dengan metode desain

faktorial.

Metode desain faktorial merupakan salah satu metode rasional untuk

menyimpulkan dan mengevaluasi secara objektif efek dari besaran yang

berpengaruh terhadap kualitas produk. Desain faktorial dikenal istilah faktor,

level, efek, dan respon. Metode desain faktorial membutuhkan empat percobaan

dari dua level dan dua faktor ini (2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n

(44)

menggunkan R program untuk mendapatkan persamaan yang digunakan untuk

membuat grafik countour plot superimposed. Area optimum dapat diperoleh

dengan membuat grafik countour plot superimposed berdasarkan parameter yang

ditentukan.

K. Hipotesis

1. Variasi jumlah Tween 80 dan sorbitol atau interaksi keduanya berpengaruh

signifikan terhadap respon sifat fisik dan stabilitas fisik pada variasi level

yang diteliti.

2. Area optimum dari Tween 80 dan sorbitol dapat ditemukan pada grafik

(45)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimetal, yaitu penelitian

dengan observasi dilakukan terhadap efek dari manipulasi penelitian terhadap satu

atau sejumlah ciri (variabel) subjek penelitian. Istilah manipulasi yang

dimaksudkan di sini ialah setiap tindakan terhadap subjek penelitian akan

menimbulkan efek, dan kemudian efek inilah yang akan dipelajari (Pratiknya,

2001). Penelitian menggunakan metode desain faktorial dua level. Dibutuhkan

empat percobaan dalam metode desain faktorial dua level dan dua faktor ini,

dimana 2n = 4, dengan 2 menunjukkan level (tinggi - rendah) dan n menunjukkan

jumlah faktor (Tween 80 - sorbitol).

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel utama

a. Variabel bebas: komposisi Tween 80 sebagai emulsifying agent dengan

level rendah 4 g dan level tinggi 6 g, dan sorbitol sebagai humektan

dengan level rendah 7 g dan level tinggi 9 g.

b. Variabel tergantung: sifat fisik krim dari ekstrak etanol batang jarak cina

yang meliputi uji pH, viskositas krim, daya sebar, dan stabilitas krim yang

meliputi pergeseran viskositas dan daya sebar.

2. Variabel pengacau

(46)

b. Variabel terkendali: kondisi bahan yang digunakan, lama pengadukan,

kecepatan putar mixer, dan wadah penyimpanan.

3. Definisi Operasional

a. Tanin adalah zat aktif yang digunakan dalam sediaan krim yang berfungsi

sebagai zat antibakteri dari ekstrak etanol batang jarak cina dengan

memutuskan ikatan peptidoglikan dan merusak ikatan hidrofobik yang

mengakibatkan terhambatnya aktivitas metabolisme bakteri

b. Surfaktan adalah bahan pembantu yang ditambahkan pada emulsi untuk

menggabungkan fase minyak dan fase air. Penelitian ini menggunakan

surfaktan sebagai emulsifying agent yang bekerja dengan cara menurunkan

tegangan permukaan.

c. Humektan adalah bahan dengan sifat yang higroskopis dapat menjadi

pengontrol kelembaban produk dengan udara.

d. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon dalam penelitian, yaitu

jumlah dari emulsifying agent dan humektan

e. Level adalah tingkatan jumlah atau besaran faktor pada penelitian yaitu

dua level (level tinggi dan level rendah).

f. Respon adalah hasil percobaan yang akan diamati perubahannya secara

kuantitatif.

g. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi level dan faktor.

h. Sifat fisik krim adalah parameter untuk mengetahui kualitas fisis dari suatu

(47)

i. Sifat fisik yang dioptimasi dalam penelitian ini adalah viskositas dan daya

sebar.

j. Stabilitas fisik krim adalah kemampuan krim dalam mempertahankan fase

dispers terdistribusi halus dan merata dalam jangka waktu yang panjang.

k. Zona hambatmenunjukkan seberapa besar pengaruh ekstrak etanol batang

jarak cina mampu menghambat bakteri.

l. Desain faktorial merupakan suatu desain penelitian yang mengevaluasi

efek dari berbagai faktor dan interaksi dalam waktu yang bersamaan.

C. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain batang jarak cina

(diperoleh dari Desa Gondang Kebonarum, Klaten), etanol 70% (teknis), asam

stearat (farmasetis), Tween 80 (farmasetis), sorbitol (farmasetis), Methyl paraben

(farmasetis), TEA (farmasetis), Butylated Hidroxy Toluene (farmasetis), strain

bakteri Staphylococcuc aurerus, akuades, dan telur fertil.

D. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian meliputi alat-alat gelas (Pirex

Germany), timbangan analitik ( Mettler Teledo GB 3002), waterbath, sendok,

pipet tetes, vacuum rotary evaporator, thermometer, mixer (Modifikasi USD),

maserator, stopwatch, alat uji daya sebar, viscotester seri VT 04 (Rion Japan),

(48)

E. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi dan pembuatan simplisia jarak cina.

Determinasi tanaman jarak cina terlebih dahulu dilakukan sebelum

masuk pada tahap ekstraksi batang dari tanaman jarak cina. Persiapan bahan

baku yang dilakukan berupa batang mula-mula dipilih dan dicuci sampai bersih

dan diiris tipis-tipis. Kemudian pengeringan dengan dijemur di bawah sinar

matahari dan ditutup dengan kain hitam sampai batang jarak cina kering.

Setelah kering bahan kemudian diblender sampai halus dan diayak dengan

menggunakan ayakan mesh no. 40. Bahan yang tidak tersaring di mesh no. 40

diblender kembali supaya lebih halus sehingga dapat digunakan (Sari dan Sari,

2011).

2. Ekstraksi batang jarak cina

Setelah diblender dan diayak bahan baku siap untuk digunakan dalam

proses ekstraksi. Sebuk batang jarak cina ditimbang 120 g dimasukan dalam

erlenmeyer etanol 70% (1 L untuk 120 g) diamkan selama 2 hari, sesudah itu

disaring, ambil filtrat hasil maserasi dan dipekatkan hingga didapatkan ekstrak

kental.

3. Uji kualitatif tanin

Uji kualitatif tanin dilakukan dengan menggunakan ekstrak etanol

batang jarak cina 8 g yang mengandung etanol 70% disaring dan dikeringkan

pada penangas air. Residu ekstrak dilarutkan dengan 20 mL air panas. Ekstrak

dibagi menjadi 2 tabung reaksi. Satu buah tabung untuk kontrol dan tabung

(49)

ditambahkan dengan 3 tetes reagen FeCl3. Tanin yang terhidrolisis

memberikan warna biru atau biru kehitaman, sedang tanin yang terkondensasi

berwarna biru hijau. Kemudian dilakukan penegasan dengan menambahkan 3

tetes larutan gelatin dan amati endapan protein yang terjadi (Maula, 2014).

4. Uji antibakteri

a. Pembuatan stok bakteri Staphylococcus aureus. Sebanyak 7,6 g media

Muller Hinton Agar (MHA) disuspensikan ke dalam 200 mL akuades.

Sebanyak 5 mL media MHA dimasukan kedalam tabung reaksi, kemudian

disterilkan dengan menggunakan autoklaf suhu 121oC selama 15 menit.

Setelah steril, tabung reaksi disimpan pada kemiringan 30-45o dan media

dibiarkan memadat. Satu ose biakan murni Staphylococcus aureus diambil

lalu diinokulasikan pada media agar miring secara zig-zag dan diinkubasi

selama 2 hari pada suhu suhu 37oC.

b. Pembuatan suspensi bakteri Staphylococcus aureus. Sebanyak 1 ose

koloni bakteri Staphylococcus aureus dari stok bakteri dimasukan kedalam

tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9%. Kekeruhan suspensi bakteri

disesuaikan dengan kekeruhan standar 0,5 McFarland (1,5x108 CFU/mL).

c. Pembuatan konsentrasi ekstrak etanol batang jarak cina 5%. Ekstrak etanol

batang jarak cina diambil sebanyak 5 g, kemudian dilarutkan dalam 100

mL akuades.

d. Pengujian potensi antibakteri ekstrak etanol batang jarak cina. Media

MHA steril disiapkan ke dalam cawan petri lalu tunggu hingga memadat.

(50)

yang telah memadat dengan menggunakan cotton bud steril. Oleskan

suspensi bakteri tersebut dengan merata. Pada media MHA yang telah

dioleskan suspensi bakteri, dibuat lubang sumuran dengan menggunakan

pelubang sumuran. Ekstrak etanol batang jarak cina diambil 5% (50 µL)

dengan menggunakan spuit dan diletakan kedalam lubang sumuran

tersebut. Lakukan tiap tahapan secara aseptis. Cawan petri tersebut

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C di dalam inkubator. Dilakukan

replikasi sebanyak 3 kali. Pengujian potensi antibakteri ekstrak etanol

batang jarak cina dibandingkan dengan kontrol negatif yang berisi media

MHA bakeri Staphylococcus aureus, kemudian pelarut yang digunakan

sebagai kontrol negatif yaitu akuades.

5. Formula krim

Formulasi acuan yang digunakan dari artikel Handali, Hosseini, Ameri,

dan Mogmipour (2011) dengan judul “Formulation and Evaluation of an

[image:50.595.100.515.242.682.2]

Antibacterial Cream fromOxalis corniculata aqueous Extract” pada tabel II.

Tabel II. Formula Sediaan Krim Oxalis corniculata

Komposisi Jumlah (g)

Asam stearat 1g

Spermaceti 0,5g

Cetyl alcoho 0,5g

Gliserol 0,5g

Triethanolamine 0,2g

Benzyl alkohol 0,2g

Akuades 7 mL

O. corniculata extract 0,1 g

(51)
[image:51.595.100.517.109.594.2]

Tabel III. Modifikasi krim antibakteri ekstrak etanol batang jarak cina

Komposisi

Formula (g)

F1 FA FB FAB

Ekstrak etanol batang jarak cina 8 8 8 8

Asam stearat 20 20 20 20

Tween 80 4 6 4 6

Butylated hydroxyl toluene 0,02 0,02 0,02 0,02

Sorbitol 7 7 9 9

Triethanolamine 2 2 2 2

Methyl paraben 0,03 0,03 0,03 0,03

Akuades 55 55 55 55

6. Pembuatan krim

Bahan-bahan yang dibutuhkan ditimbang sesuai jumlah masing-masing.

Fase minyak dan fase air masing-masing dipanaskan pada suhu yang sama (70oC).

Fase minyak yaitu asam stearat dipanaskan dalam cawan porselin hingga meleleh,

kemudian ditambahkan BHT dalam cairan asam stearat, aduk hingga homogen.

Setelah itu dalam cawan porselen yang berbeda, fase air (sorbitol, methyl paraben,

TEA, Tween 80) dicampurkan di atas waterbath hingga larut dan homogen.

Kemudian campuran dari fase air dan fase minyak dicampur dalam mortir hangat.

Campuran dari kedua fase dilakukan pengadukan tersebut menggunakan mixer

hingga terbentuk massa krim. Ekstrak etanol batang jarak cina dimasukkan dalam

sediaan krim tersebut dan dihomogenkan selama 1 menit menggunakan mixer.

Sediaan krim dimasukkan dalam kemasan.

7. Uji stabilitas dan sifat fisik krim

a. Uji organoleptis dan pH. Uji organoleptis dilakukan dengan cara

mengamati warna dan bau dari krim 2 hari setelah pembuatan. Pengukuran

pH dilakukan dengan menggunakan bantuan indikator pH universal (pH

stick) dengan cara memasukkan pH universal ke dalam sediaan krim dan

(52)

b. Uji tipe krim. Sejumlah krim dioleskan pada gelas objek dan ditambahkan

satu tetes methylene blue. Selanjutnya dilakukan pengamatan secara

mikroskopik untuk menentukan apakah emulsi dari sediaan krim tersebut

bertipe M/A atau A/M.

c. Uji daya sebar. Uji daya sebar krim ekstrak etanol batang jarak cina

dilakukan setelah 2 hari. Uji daya sebar dilakukan dengan menimbang

massa krim sebanyak 1 g, kemudian diletakkan di tengah horizontal plate.

Pemberat seberat 125 g diletakkan diatas horizontal plate dan didiamkan

selama 1 menit. Setelah didiamkan selama 1 menit, diameter penyebaran

krim diukur selama 2 hari setelah pembuatan, 14 hari, 21 hari dan 28 hari.

d. Uji viskositas. Krim dimasukkan ke dalam wadah dan dipasang pada

viscotester Rion VT-04. Masing-masing formula krim sebanyak 100 g

ditentukan viskositasnya menggunakan viscotester Rion VT-04 pada suhu

370C dengan kecepatan putar 50 rpm. Nilai viskositas krim ditunjukkan

oleh jarum penunjuk saat viscotester dinyalakan. Pengujian dilakukan

selama 2 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari (Melani, 2005).

e. Uji ukuran droplet. Sejumlah krim dioleskan pada gelas objek, ditutup

menggunakan kaca penutup, kemudian diletakkan dibawah mikroskop.

Ukuran droplet yang terdispersi dalam krim diamati. Sebanyak 500 droplet

diamati menggunakan perbesaran 40 x 10 kali (Martin dkk., 1993).

f. Uji iritasi dengan HET-CAM. Uji iritasi dilakukan dengan menggunakan

metode Hen’s Egg Test Chorioallantoic Membrane (HET CAM). HET

(53)

apakah krim ekstrak etanol batang jarak cina mengiritasi kulit atau tidak.

Telur yang digunakan dalam penelitian ini adalah telur ayam kampung

yang berusia 10 hari. Bagian cangkang yang terdapat rongga udara dibuka

(biasanya bagian bawah). Kontrol positif yang digunakan adalah NaOH

0,1 N dan kontrol negatif yang digunakan adalah NaCl 0,9%.

Masing-masing formula krim diambil sebanyak 0,3 mL dengan spuit dan

dimasukkan ke dalam telur yang terdapat pembuluh darah. Krim diambil

0,3 g dan diletakkan pada telur yang terdapat pembuluh darah. Perubahan

yang terjadi pada pembuluh darah diamati (Cazedey, Carvalho, Fiorentino,

Gremião, dan Salgado, 2009). Gejala – gejala yang diamati dalam

pengujian dengan metode HET-CAM adalah hemorrhage (pendarahan),

vascular lysis (disintegrasi pembuluh darah), serta coagulation (denaturasi

protein ekstravaskuler dan intravaskuler) (Cazedey dkk., 2009). Prinsip

dari metode ini adalah terjadi pendarahan (hemorrhage), lisis (lysis), dan

koagulasi (coagulation) pada chorioallantoic membrane akibat adanya

paparan sediaan selama 5 menit (Cazedey dkk., 2009). Skor yang

diperoleh dari hasil pengamatan interval waktu 1, 24, 48, 72 jam dan 1

minggu dicatat dan dirata-rata. Rata-rata ini disebut indeks iritasi primer.

Nilai indeks iritasi diperoleh menggunakan rumus Irritation Score (IS),

kemudian untuk mendapatkan kriteria iritasi dicocokan pada tabel IV.

(54)
[image:54.595.115.509.115.259.2]

Tabel IV. Indeks iritasi

Irritation Score Kategori

0-0,9 Tidak mengiritasi

1-4,9 Sedikit mengiritasi

5-8,9 Cukup mengiritasi

9-21 Sangat mengiritasi

(Cazedey dkk., 2009)

8. Analisis hasil

Data dari hasil pengukuran sifat dan stabilitas fisik kemudian dianalisis

dengan menggunakan metode desain faktorial untuk mengetahui nilai efek dari

Tween 80 dan propilen glikol dan interaksi dari kedua faktor tersebut. Pendekatan

desain faktorial digunakan untuk menghitung koefisien F1, Fa, Fb, Fab sehingga

didapat persamaan y = F1 + FaA + FbB + FabAB. Persamaan tersebut kemudian

dapat dibuat grafik contour plot sifat fisik krim ekstrak etanol batang jarak cina.

Grafik tersebut akan digabung sehingga menjadi contour plotsuperimposed untuk

mengetahui komposisi optimum dari Tween 80 dan propilen glikol, pada level

yang diteliti.

Analisis data menggunakan software R. 3.1.1 dengan berbagai uji

statistik yang dilakukan antara lain, Shapiro-Wilk untuk mengetahui normalitas

distribusi data dan Levene’s Test untuk mengetahui kesamaan varian, kemudian

dilanjutkan uji ANOVA jika hasil data memenuhi syarat uji parametrik. Jika tidak

memenuhi syarat tersebut, maka dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis dengan

[image:54.595.103.513.275.548.2]
(55)

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi dan Pembuatan Ekstrak Etanol Batang Jarak Cina

Batang jarak cina yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

Desa Gondang Kebonarum, Klaten dan diambil dari satu tempat untuk

menghindari adanya faktor pengacau seperti suhu dan kelembaban yang

kemungkinan dapat mempengaruhi hasil penelitian ini. Pengumpulan bahan

tanaman jarak cina yang diperoleh masih dalam keadaan segar (basah) dan pada

kondisi lengkap yaitu terdapat akar, batang, ranting, daun, dan buah. Tahap

determinasi harus dilakukan untuk mengetahui morfologi dari tanaman jarak cina,

pada proses determinasi dilakukan di Bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Hasil yang diperoleh akan menunjukkan

kebenaran dan keaslian batang jarak cina yang digunakan dalam penelitian

(Lampiran 1).

Penelitian ini bagian dari tanaman jarak cina yang digunakan adalah

batang jarak cina karena pada bagian tersebut terdapat banyak getah yang

mengandung tanin. Sortasi basah dilakukan pada batang jarak cina yang masih

segar, proses ini dilakukan dengan cara batang jarak cina dicuci agar diperoleh

simplisia yang dikehendaki, baik kemurnian maupun kebersihannya. Tahap

pengeringan dilakukan dengan panas sinar matahari. Sortasi kering dilakukan

sebagai tahap akhir pembuatan simplisia dengan cara memisahkan benda-benda

asing yang tertinggal pada simplisia kering. Pengeringan adalah suatu cara

(56)

sehingga proses pembusukan dapat terhambat. Dengan demikian dapat dihasilkan

simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang

lama. Hasil kadar air yang

Gambar

Gambar 1. Tanaman Jarak Cina (Jatropha multifida L.) (Neal, 2012)
Gambar 2. Struktur molekul Tween 80 (Mahdi, Sakeena, Abdulkarim, Abdullah, Sattar, dan Noor, 2011)
Gambar 3. Struktur molekul sorbitol (Florence dan Attwood, 2011)
Gambar 4. Struktur molekul asam stearat (Rowe dkk., 2009)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi komposisi Carbopol 940 sebagai gelling agent dan Tween 80 sebagai emulsifying agent pada sediaan emulgel sunscreen ekstrak