• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebiasaan belajar fisika siswa kelas XI- IPA Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebiasaan belajar fisika siswa kelas XI- IPA Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman."

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Amanda Kartika. 2016. Kebiasaan Belajar Fisika Siswa Kelas XI-IPA Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode riset survey yang bertujuan untuk mengetahui kebiasaan belajar fisika siswa kelas XI-IPA Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman. Penelitian ini dilaksanakan di tujuh Sekolah Menengah Atas yang ada di Kabupaten Sleman pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 dengan sampel sebanyak 322 siswa kelas XI Jurusan IPA. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner kebiasaan belajar fisika dan data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman Kelas XI-IPA memiliki kebiasaan belajar fisika yang baik dengan persentase skor 69,58%. Secara keseluruhan, kebiasaan belajar siswa dalam mengikuti pelajaran fisika tergolong baik dengan mempunyai persentase skor paling tinggi yaitu dengan 73,12%, namun kebiasaan siswa dalam penggunaan waktu belajar fisika tergolong dalam kategori rendah dengan perolehan persentase skor paling rendah yaitu 61,01%. Kebiasaan belajar siswa dalam memantapkan materi pelajaran fisika tergolong baik dengan persentase skor sebesar 67,73%, dan kebiasaan dalam menghadapi ujian fisika tergolong dalam kategori baik dengan persentase skor 68,25%.

(2)

ABSTRACT

Amanda Kartika. 2016. The Learning Physics Habit of Grade XI Majoring In Science Senior High Schools in Sleman Regency. Thesis. Physics Education

Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research was quantitative descriptive research using survey research method. The aim of the research was to study the learning physics habit of grade XI senior high students majoring in science of Sleman Regency. The research was conducted in seven senior high schools of Sleman Regency in even semester batch 2015/2016. The sample was 322 students grade XI majoring in Science. The instrument used to collect data was questionnaire and the data obtained were analyzed descriptive statistics.

The result of the research showed that senior high students in Sleman Regency grade XI-Science had good learning physics habit with a percentage score of

69.58%. Overall, students’ learning habit in participating physics lesson was

relatively good by having the highest percentage score of 73.12%. However, students habit in the use of time studying physics was low with the acquisition of a percentage score of 61.01%. Students learning habit on steadying material of physics lesson was categorized good with a percentage score of 67.73%, and the habit on facing physics test was categorized good with a percentage score 68.25%.

(3)

KEBIASAAN BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI- IPA

SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

AMANDA KARTIKA NIM: 121424030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

KEBIASAAN BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI- IPA

SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

AMANDA KARTIKA NIM: 121424030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Ku persembahkan skripsi ini sebagai bentuk ucapan syukur, tanda terima

kasih, tanda sayangku dan cintaku untuk semua orang yang selalu

mendoakanku, mendukungku, memotivasiku untuk terus selalu berusaha

melakukan yang terbaik. Skripsi ini ku persembahkan untuk :

Kedua orangtuaku tercinta Iskandar dan Nur Hidayah

Adik-adikku yang tersayang Jihan Safitri, Hesti Ariani,

Muhammad Fahrul Ilham, dan Nurrahimatul Hikmah

Pemerintah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

(8)
(9)
(10)

vii ABSTRAK

Amanda Kartika. 2016. Kebiasaan Belajar Fisika Siswa Kelas XI-IPA Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode riset survey yang bertujuan untuk mengetahui kebiasaan belajar fisika siswa kelas XI-IPA Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman. Penelitian ini dilaksanakan di tujuh Sekolah Menengah Atas yang ada di Kabupaten Sleman pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 dengan sampel sebanyak 322 siswa kelas XI Jurusan IPA. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner kebiasaan belajar fisika dan data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman Kelas XI-IPA memiliki kebiasaan belajar fisika yang baik dengan persentase skor 69,58%. Secara keseluruhan, kebiasaan belajar siswa dalam mengikuti pelajaran fisika tergolong baik dengan mempunyai persentase skor paling tinggi yaitu dengan 73,12%, namun kebiasaan siswa dalam penggunaan waktu belajar fisika tergolong dalam kategori rendah dengan perolehan persentase skor paling rendah yaitu 61,01%. Kebiasaan belajar siswa dalam memantapkan materi pelajaran fisika tergolong baik dengan persentase skor sebesar 67,73%, dan kebiasaan dalam menghadapi ujian fisika tergolong dalam kategori baik dengan persentase skor 68,25%.

(11)

viii

ABSTRACT

Amanda Kartika. 2016. The Learning Physics Habit of Grade XI Majoring In Science Senior High Schools in Sleman Regency. Thesis. Physics

Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research was quantitative descriptive research using survey research method. The aim of the research was to study the learning physics habit of grade XI senior high students majoring in science of Sleman Regency. The research was conducted in seven senior high schools of Sleman Regency in even semester batch 2015/2016. The sample was 322 students grade XI majoring in Science. The instrument used to collect data was questionnaire and the data obtained were analyzed descriptive statistics.

The result of the research showed that senior high students in Sleman Regency grade XI-Science had good learning physics habit with a percentage

score of 69.58%. Overall, students’ learning habit in participating physics lesson

was relatively good by having the highest percentage score of 73.12%. However, students habit in the use of time studying physics was low with the acquisition of a percentage score of 61.01%. Students learning habit on steadying material of physics lesson was categorized good with a percentage score of 67.73%, and the habit on facing physics test was categorized good with a percentage score 68.25%.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Kebiasaan Belajar Fisika Siswa Kelas XI-IPA Sekolah Menengah Atas Di Kabupaten Sleman”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada program studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat bimbingan, dukungan dan saran-saran dari berbagai pihak selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Tarsius Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan, kritik, dan saran serta banyak meluangkan waktu dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.

3. Ibu Ir. Sri Agustini Sulandari M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan semangat, dukungan dan motivasi

4. Ibu Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si. selaku Wakaprodi dan Dosen Pembimbing Mahasiswa Kerjasama pada Program Studi Pendidikan Fisika yang selalu memberikan dukungan, mengarahkan dan memotivasi, serta mendengarkan segala keluh kesah penulis selama belajar di Universitas Sanata Dharma

5. Seluruh Dosen Universitas Sanata Dharma yang dengan penuh kedisiplinan mendidik dan mendampingi penulis selama menempuh perkuliahan di Program Studi Pendidikan Fisika

(13)

x

yang senantiasa mencurahkan cinta kasih, dukungan, perhatian, dan doa berkepanjangan untuk mengiringi langkah penulis

7. Pemerintah Kabupaten Kutai Barat yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di Universitas Sanata Dharma

8. Kepala Sekolah, Guru, dan Karyawan yang telah membantu penulis dalam penelitian ini serta siswa-siswi SMA kelas XI-IPA yang berpartisipasi sebagai responden saat pengambilan data

9. Rekan seperjuangan ku (Caecilia Anis Pratiwi, Rahayu Larasati, Fransiska Yupita dan Carlina) yang mau bekerja sama selama penelitian ini.

10.Sahabatku Delvie Naberia & Caecilia Anis, terima kasih atas kebersamaanya selama ini, merasakan suka dan duka bersama, yang selalu memberikan masukan dan semangat sepanjang penyelesaian pengerjaan skripsi ini.

11.Teman terdekatku Mariati Daeli & Theresia Emilia Woghe sebagai penyemangat rahasiaku yang mau mendengarkan keluh kesahku serta selalu memberikan semangat serta bantuan dalam penyelesaian skripsi ini. 12.Keluarga besar Pendidikan Fisika 2012 atas kebersamaan, dukungan dan

bantuan yang diberikan selama belajar di Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 23 November 2016 Penulis

(14)
(15)
(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kebiasaan Studi yang Baik dan Kebiasaan Studi yang Buruk... 17

Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner Kebiasaan Belajar ... 41

Tabel 3. Penskoran Pernyataan Positif dan Negatif Berdasarkan Skala Likert .. 42

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 44

Tabel 5. Penskoran Jawaban Pernyataan Positif ... 47

Tabel 6. Penskoran Jawaban Pernyataan Negatif ... 47

Tabel 7. Klasifikasi Kebiasaan Belajar Siswa ... 48

Tabel 8. Jadwal Pelaksanaan Penelitian diSetiapSekolah ... 50

Tabel 9. Klasifikasi Kebiasaan Belajar Fisika Siswa SMA di Kabupaten Sleman Kelas XI-IPA ... 51

Tabel 10. Kebiasaan Belajar Fisika Siswa SMA Kelas XI-IPA Setiap Sekolah . 52 Tabel 11. Kebiasaan Belajar Siswa Berdasarkan Pengelompokkan Aspek ... 53

Tabel 12. Kebiasaan Belajar Berdasarkan Indikator Meyiapkan Diri ... 54

Tabel 13. Kebiasaan Belajar Berdasarkan Indikator Membaca/ Mendengarkan/ Praktik ... 55

Tabel 14. Kebiasaan Belajar Berdasarkan Indikator Mencatat ... 56

Tabel 15. Kebiasaan Belajar Berdasarkan Indikator Konsentrasi ... 57

Tabel 16. Kebiasaan Belajar Berdasarkan Indikator Bertanya ... 58

Tabel 17. Kebiasaan Belajar Siswa Berdasarkan Pengelompokkan Indikator Pada Aspek Kebiasaan Mengikuti Pelajaran Fisika ... 59

(17)

xiv

Tabel 19. Kebiasaan Belajar Berdasarkan Indikator Mencari Bahan

/Sumber Belajar Lain ... 62 Tabel 20. Kebiasaan Belajar Berdasarkan Indikator Menyiapkan Diri

Menghadapi Ujian Mata Pelajaran Fisika ... 63 Tabel 21. Kebiasaan Belajar Berdasarkan Indikator Penggunaan Waktu

(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner Kebiasaan Belajar Fisika ... 86

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Dari Universitas ... 89

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian Dari BAPPEDA ... 97

Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 98

Lampiran 5. Validitas Data ... 105

Lampiran 6. Reliabilitas Data ... 107

Lampiran 7. Skor Jawaban Kebiasaan Belajar Siswa Secara Keseluruhan ... 109

Lampiran 8. Skor Kebiasaan Belajar Fisika Siswa pada Setiap Sekolah ... 137

Lampiran 9. Klasifikasi Kebiasaan Belajar Setiap Sekolah ... 161

Lampiran 10. Skor Kebiasaan Belajar Fisika Setiap Sekolah Berdasarkan

Lampiran 13. Distribusi Frekuensi Item pada Indikator Mencatat ... 170

Lampiran 14. Distribusi Frekuensi Indikator Memantapkan Materi Pelajaran Siswa kelas XI-IPA SMA N 1 Cangkringan ... 171

Lampiran 15. Distribusi Frekuensi Indikator Memantapkan Materi Pelajaran Siswa Kelas XI-IPA SMA N 1 Tempel ... 172

(19)

xvi

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu yang selalu mendapat perhatian oleh seluruh bangsa dan negara di dunia. Hal ini disebabkan karena maju atau mundurnya suatu bangsa dan negara dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia yang menjadi tulang punggung negara tersebut. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hasil suatu proses pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tercapainya tujuan pendidikan sangat ditentukan oleh berbagai unsur yang menunjangnya.

(21)

menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh dalam menyelesaikan masalah yang ada.

Pada proses pembelajaran atau kegiatan belajar –mengajar, faktor siswa juga tidak kalah penting untuk menjadi pertimbangan disamping faktor guru. Menurut Dick and Carey (dalam Halim, 2012) menyatakan bahwa seorang guru hendaklah mampu mengenal dan mengetahui karakteristik siswa. Sebab dengan pemahaman yang baik terhadap karakteristik siswa, guru akan dapat menyesuaikan metode pembelajaran dan dapat mengkondisikan kelas yang digunakannya yang tentunya sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar siswa. Guru yang tidak memperhatikan perbedaan individual siswa akan mengajar sekehendak hatinya dan tidak dapat mengajar secara optimal.

Setiap siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan individual sangat mendasar satu dengan yang lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Mereka memiliki kekuatan, kelemahan, minat, bakat dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, sosial, dan ekonomi serta lingkungan yang membuat siswa berbeda dalam cara belajar, aktivitas, kreativitas, intelegensi dan kompetensi.

(22)

yang lainnya. Kebiasaan berhubungan dengan kesenangan yang bersifat individual artinya cara yang disenangi seseorang berbeda dengan yang disenangi orang lain.

Sebelumnya telah dilakukan penelitian mengenai kebiasaan belajar siswa dalam mata pelajaran fisika yakni mengenai hubungan antara kebiasaan belajar dengan prestasi dalam mata pelajaran fisika, adapun kebiasaan belajar yang diteliti meliputi sikap belajar, motivasi belajar, tempat belajar, bahan dan sumber belajar. Penelitian lainnya yang mengenai kebiasaan belajar yaitu penelitian mengenai faktor-faktor kebiasaan belajar yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, dalam penelitian ini kebiasaan belajar yang diteliti adalah cara belajar siswa yang meliputi kebiasaan membaca, menulis, membuat ringkasan, menghapal, kebiasan berpikir, mengamati tabel, menyusun karangan, dan kebiasan menggunakan perpustakaan.

Dari Program Pengalaman Lapangan, peneliti melihat kebiasaan belajar siswa antara siswa yang satu dengan siswa lainnya berbeda. Ada yang betul-betul siap untuk mengikuti pelajaran dan memiliki catatan yang rapi dan lengkap, namun ada juga siswa yang bisa dikatakan tidak mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran bahkan tidak berkonsentrasi saat pelajaran berlangsung tentu saja siswa seperti ini tidak memiliki catatan yang lengkap karena tidak memperhatikan guru dengan baik.

(23)

Pengalaman Lapangan peneliti banyak melihat bahwa kebanyakan siswa bosan dan mengantuk saat mengikuti pelajaran fisika dan ada juga yang hanya mengobrol dengan teman sebangkunya selama proses pelajaran fisika berlangsung. Pelajaran fisika merupakan suatu pelajaran yang memerlukan kegiatan berpikir yang sangat tinggi, sehingga menuntut siswa untuk lebih meningkatkan proses belajarnya agar mereka benar-benar dapat mengerti konsep-konsep dalam pelajaran fisika.

Dalam proses belajar tentunya kebiasaan belajar siswa mempunyai pengaruh yang sangat penting. Dalam proses belajar pula siswa pasti menemukan kesulitan-kesulitan belajar dalam mempelajari fisika. Kesulitan belajar ini dapat disebabkan oleh kurang efektif dan efisiensinya cara belajar yang dilakukan oleh siswa dan guru yang tidak mengetahui kebiasaan belajar muridnya sehingga guru tidak bisa mengkondisikan kelas dengan baik sehingga ada siswa yang bosan dan mengantuk serta lebih memilih untuk mengerjakan hal lain yang tidak berkaitan dengan pelajaran saat mengikuti pelajaran fisika. Kesulitan belajar yang disebabkan oleh kurang efektif dan efisiensinya cara belajar yang dilakukan oleh siswa misalnya siswa tidak mereview materi yang sudah diberikan dan siswa tidak membaca sekilas tentang materi yang akan dibahas tentu siswa akan mendapatkan kesulitan untuk menerima materi pelajaran yang baru.

(24)

di sekolah, kebiasaan memantapkan materi pelajaran diliuar sekolah, kebiasaan penggunaan waktu dalam belajar fisika dan kebiasaan siswa dalam menghadapi ujian fisika. Penelitian ini berbeda dari penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan, penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya bersifat korelatif untuk mengetahui hubungan kebiasaan belajar siswa dengan prestasi siswa. Dalam penelitian yang peneliti lakukan merupakan penelitian yang bersifat survey yaitu hanya untuk mengetahui kebiasaan belajar fisika siswa. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini di beberapa sekolah yang ada di Kabupaten Sleman. Oleh karena itu penulis mengambil judul penelitian Kebiasaan Belajar Fisika Siswa Kelas XI-IPA Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman.

B. Perumusan Masalah

Bagaimana kebiasaan belajar Fisika siswa kelas XI-IPA Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman?

C. Tujuan Penelitian

(25)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Siswa

Dapat memberikan pengetahuan bagi siswa untuk mengenali bagaimana kebiasaan belajarnya sendiri dan sebagai masukan agar siswa dapat mengoptimalkan kebiasaan belajar yang dimiliki sehingga dapat belajar dengan baik

2. Bagi Sekolah

Dapat memberikan masukan positif untuk pengembangan proses pembelajaran di sekolah guna meningkatkan kemampuan siswa

3. Bagi Peneliti

Dapat memberikan pengalaman dan menambah pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bekal menjadi pendidik di masa mendatang. 4. Bagi Guru

Dapat membantu guru untuk mengetahui kebiasaan belajar siswanya dan memberikan masukan agar guru dapat menyesuaikan cara mengajarnya dengan menerapkan metode yang tepat untuk melakukan pendekatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

E. Pembatasan Masalah

(26)

latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka penelitian ini dibatasi pada kebiasaan belajar Fisika siswa kelas XI-IPA Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman, yang aspek-aspeknya adalah :

- Kebiasaan dalam mengikuti pembelajaran Fisika di sekolah

- Kebiasaan dalam memantapkan materi pelajaran Fisika diluar sekolah

(27)

8 Hampir semua percakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar (Khodijah, 2014: 47). Dengan demikian, belajar merupakan proses penting yang terjadi dalam kehidupan setiap orang. Karenanya pemahaman yang benar tentang konsep belajar sangat diperlukan terutama bagi kalangan pendidikan yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

Ada beberapa definisi tentang belajar yang dikemukakan para ahli (dalam Khodijah, 2014: 47-50), definisi yang dikemukakan adalah

a.) Cronbach (1960), dalam bukunya yang berjudul educational psychology menyatakan bahwa learning is shown by a change in behavior as a result of experience (belajar ditunjukkan oleh perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman). Definisi ini juga menekankan pada perubahan akan tetapi dijelaskan juga bahwa perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku.

(28)

the process by which human being acquire a vast variety of competencies, skills and tittudes). Definisi ini juga menekankan pada proses namun tanpa penjelasan proses seperti apa.

Dari pengertian belajar di atas, tampak bahwa para ahli mendefinisikan belajar secara berbeda-beda. Akan tetapi, jika dicermati lebih lanjut ada beberapa titik kesamaannya dan bisa dipadukan untuk memperoleh sebuah pemahaman tentang belajar.

Menurut Khodijah (2014: 50-51) berdasarkan definisi-definisi yang ada, dapat disimpulkan bahwa:

a.) Belajar adalah sebuah proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk kompetensi, keterampilan, dan sikap yang baru;

b.) Proses belajar melibatkan proses-proses mental internal yang terjadi berdasarkan latihan, pengalaman dan interaksi sosial;

c.) Hasil belajar ditunjukkan oleh terjadinya perubahan perilaku (baik aktual maupun potensial); dan

d.) Perubahan yang dihasilkan dari belajar bersifat relatif permanen.

(29)

sengaja). Definisi ini menekankan pada hasil belajar berupa perubahan pada diri seseorang.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Sebagai suatu proses, keberhasilan belajar ditentukan oleh beberapa faktor. Menurut Suryabrata (2002: 58-61) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor-faktor yang berasal dalam diri pelajar dan faktor-faktor-faktor-faktor yang berasal luar diri pelajar:

a. Faktor-faktor yang berasal dalam diri pelajar ; 1.) Faktor-faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis yang memengaruhi belajar mencakup dua hal yaitu :

a) Keadaan jasmani pada umumnya. Orang yang keadaan jasmaninya segar akan siap dan aktif dalam belajarnya dan yang keadaan jasmaninya lesu akan mengalami kesulitan untuk menyiapakan diri dan melakukan aktivitas untuk belajar.

(30)

2.) Faktor-faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis yang memengaruhi belajar yaitu :

a) Minat, adanya minat terhadap obyek yang dipelajari akan mendorong orang untuk mempelajari sesuatu dan mencapai hasil belajar yang maksimal. Karena minat berperan mendorong seseorang untuk meraih tujuan yang diinginkan, sehingga dia bersedia melakukan kegiatan berkisar obyek yang diamati.

b) Motivasi, motivasi belajar seseorang akan menentukan hasil belajar yang dicapainya. Bahkan dua orang yang sama-sama menunjukan perilaku belajar yang sama, namun memiliki motivasi belajar akan mendapat hasil belajar yang relatif berbeda.

c) Intelegensi, merupakan modal utama dalam melakukann aktivitas belajar dan mencapai hasil belajar yang maksimal. Orang yang berintelejensi rendah tidak akan mungkin mencapai hasil belajar yang melebihi orang yang berintelejensi tinggi. d) Memori, kemampuan untuk merekam, menyimpan, dan

mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari akan sangat membantu dalam proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik.

(31)

merekatkan apa yang dipelajari ke dalam memori. Karena informasi yang dikirim kepusat memori amygdala sebagai pusat emosi berjalan tanpa halangan.

b. Faktor-faktor yang berasal luar diri pelajar ;

1.) Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi belajar merupakan faktor manusia baik manusia itu hadir secara langsung maupun tidak. Faktor ini mencakup:

a) Orangtua, diakui bahwa orangtua sangat berperan penting dalam belajar anak. Pola asuh orang tua, fasilitas belajar yang disediakan perhatian dan motivasi merupakan dukungan belajar yang harus diberikan orangtua untuk kesuksesan belajar anak. b) Guru, terutama kompetensi pribadi dan professional guru

sangat berpengaruh pada proses dan hasil belajar yang dicapai anak didik.

c) Teman-teman atau orang-orang disekitar lingkungan belajar, kehadiran orang lain secara langsung maupun tidak dapat berpengaruuh atau baik pada belajar seseorang.

2.) Faktor-faktor non-sosial merupakan faktor-faktor luar yang bukan faktor manusia diantaranya;

(32)

b) Waktu (pagi, siang atau malam), sebagian besar orang lebih mudah memahami pelajaran diwaktu pagi hari dibandingkan pada waktu siang atau sore hari.

c) Tempat (letak dan pergedungannya), seseorang biasanya sulit belajar ditempat yang ramai dan bising.

d) Alat-alat atau perlengkapan belajar, dalam pelajaran tertentu yang memerlukan alat, belajar tidak akan mencapai hasil yang maksimal jika tanpa alat tersebut.

Dari uraian diatas, tampak bahwa sesungguhya faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu banyak dan bermacam-macam. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan para pendidik dan kalau mungkin harus dikondisikan sedemikian rupa guna memperoleh hasil belajar yang maksimal.

B. Kebiasaan Belajar

1. Pengertian Kebiasaan Belajar

(33)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia DEPDIKBUD (1995: 129), kebiasaan adalah sesuatu yang biasa dilakukan, kebiasaan juga berarti pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama. Kebiasaan juga dapat diartikan cara. Cara adalah adat kebiasaan; karakter kita dan menghasilkan keefektifan atau ketidakefektifan kita. Covey juga menambahkan bahwa kebiasaan merupakan titik pertemuan dari pengetahuan, keterampilan, dan keinginan. Dengan kata lain, untuk menjadikan suatu kegiatan menjadi suatu kebiasaan haruslah dilandasi pengetahuan, keterampilan dan keinginan.

(34)

Gie (1995: 192) mengemukakan kebiasaan studi adalah segenap perilaku yang ditunjukkan secara ajeg dari waktu ke waktu dalam rangka pelaksanaan studi. Kebiasaan studi bukanlah bakat alamiah atau bawaan, melainkan perilaku yang yang dipelajari secara sengaja ataupun tak sadar dari waktu ke waktu secara berulang-ulang. Selanjutnya Menurut Aunurrahman (2012: 185) kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktifitas belajar yang dilakukannya.

Menurut Djaali (2011: 128) kebiasaan merupakan hal yang biasa dilakukan, sesuatu yang dilakukan secara terus-menerus dan berulang-ulang akan menjadi ciri-ciri dari seseorang. Oleh karena itu, kebiasaan seseorang cenderung bersifat relatif tetap dan sulit untuk diubah. Selanjutnya Djaali mengemukakan kebiasaan belajar adalah suatu cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan.

(35)

dimaksud adalah cara-cara siswa dalam belajar yang sering dilakukan oleh dan akhirnya mengalami kegagalan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 246) dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan tersebut antara lain berupa:

(36)

a. Belajar tidak teratur, g. Senang menjiplak pekerjaan teman, termasuk kurang percaya diri

didalam menyelesaikan tugas,

Tabel 1. Kebiasaan Studi yang Baik dan Kebiasaan Studi yang Buruk

(37)

No. Kebiasaan Studi yang Baik Kebiasaan Studi yang Buruk

Menurut Mulyadi (2010: 110) kebiasaan terbentuk dari berbagai pengalaman yang sering diulang-ulang dan menyebabkan seseorang memiliki tingkah laku tertentu dalam situasi-situasi yang ada. Hamalik (1990: 10) mengemukakan Seseorang yang ingin berhasil dalam belajar hendaknya mempunyai sikap serta kebiasaan belajar yang baik.

Slameto (2003: 82) mengatakan bahwa belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan. Untuk mencapai tujuan tersebut manusia melewati sebuah proses belajar dengan menggunakan berbagai cara. Cara-cara yang digunakan tersebut akan menjadi suatu kebiasaan. Dan lebih lanjut Slameto menegaskan bahwa kebiasaan belajar juga akan mempengaruhi belajar itu sendiri. Selanjutnya Slameto (2003: 82) membagi kebiasaan belajar menjadi lima komponen yaitu :

a. Pembuatan jadwal dan pelaksanaannya

(38)

tepat dan baik. Akibatnya waktu yang seharusnya dimanfaatkan terbuang dengan percuma. Oleh karena itu, amatlah penting bagi siswa untuk mengatur waktu belajarnya dengan membuat jadwal.

Jadwal adalah pembagian waktu untuk sejumlah kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang setiap harinya. Jadwal juga berperan penting dalam belajar. Agar pelajaran dapat berjalan dengan baik dan berhasil, perlulah seorang siswa mempunyai jadwal yang baik dan melaksanakannya dengan teratur/disiplin. Membuat jadwal pelajaran tidak perlu ideal, dalam bentuk sederhana dan sesuai dengan kemampuan saja sudah cukup. Asalkan pelaksanaannya dapat efektif dan fleksibel sehingga mudah disesuaikan dengan keadaan. Djamarah (2002:19) memberikan acuan tentang cara membuat jadwal pelajaran yang baik yaitu sebagai berikut:

1) Memperhitungkan waktu setiap hari untuk keperluan-keperluan tidur, belajar, makan, mandi, olahraga, dan lain-lain.

2) Menyelidiki dan menentukan waktu yang tersedia setiap hari. 3) Merencanakan penggunaan belajar itu dengan cara menetapkan

jenis-jenis mata pelajarannya dan urutan-urutan yang seharusnya dipelajari.

(39)

dianggap sulit. Pelajaran yang dianggap mudah dipelajari pada jam belajar yang lain.

5) Berhematlah dengan waktu, setiap siswa janganlah ragu-ragu untuk memulai pekerjaan termasuk belajar

b. Membaca dan membuat catatan

Membaca buku merupakan keharusan dan tuntutan. Hampir sebagian kegiatan belajar adalah membaca. Maka dari itu, membaca sangat besar peranannya dalam belajar. Agar dapat belajar dengan baik maka perlulah membaca dengan baik. Untuk dapat membaca dengan baik, juga perlu membuat catatan yang baik dan rapi. Catatan yang baik, rapi, lengkap, dan teratur akan menambah semangat dalam belajar karena tidak terjadi kebosanan. Sebaliknya catatan yang tidak jelas, lusuh dan tidak lengkap akan menimbulkan rasa bosan dalam membaca.

c. Mengulangi bahan pelajaran

(40)

d. Konsentrasi

Slameto (2003: 86) mengatakan bahwa konsentrasi merupakan pemusatan pemikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran tersebut. Ada banyak penyebab mahasiswa tidak dapat berkonsentrasi saat belajar.

Djamarah (2002: 16), mengutip pendapat Hasbullah Thabrany, membagi dua penyebab pelajar atau mahasiswa tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar, yaitu:

1) Gangguan dari dalam atau internal misalnya tekad yang kurang kuat untuk belajar, sifat emosi, sifat mudah marah dan benci, haus, lapar, kurang sehat badan, target kerja yang tidak realistis, masalah

(41)

rumah, kuis, ujian tengah semester, dan ujian semester. Semua tugas yang diberikan oleh guru harus dilaksanakan dan diselesaikan tepat pada waktunya. Tugas yang diselesaikan lebih awal adalah lebih baik daripada menunda-nunda penyelesaiannya. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa menyelesaikan tugas jauh-jauh hari memudahkan mengadakan perbaikan jika terjadi kesalahan di dalamnya.

Menurut Sudjana (2005: 165-173) aspek kebiasaan yang perlu diperhatikan dalam proses belajar, yaitu:

a. Cara mengikuti pelajaran

Cara mengikuti pelajaran di sekolah merupakan bagian penting dari proses belajar, siswa dituntut untuk dapat menguasai bahan pelajaran. Ada beberapa kebiasaan yang perlu diperhatikan dalam kebiasaan atau cara mengikuti pelajaran yaitu :

1.) Meyiapkan diri

(42)

serta membaca sekilas tentang materi selanjutnya. Bila kegiatan tersebut dilakukan oleh siswa maka siswa siap untuk menerima pelajaran selanjutnya.

a.) Membaca dan mereview materi sebelumnya

kegiatan ini berfungsi mengembalikan ingatan siswa pada materi sebelumnya. Meningkatkan pemahaman materi yang lalu akan mempermudah siswa memahami materi selanjutnya. Dengan demikian mempermudah memahami pokok-pokok materi dan dapat membuat catatan secara efektif.

b.) Mengerjakan tugas

Sering kali guru memberikan tugas untuk kegiatan belajar mandiri ataupun kegiatan terstruktur yang harus dikerjakan di rumah dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Tugas ini perlu diperhatikan dan dilaksanakan dengan baik oleh siswa, karena merupakan kewajiban dan salah satu nilai tugas yang merupakan komponen dari nilai akhir semester.

c.) Membaca sekilas tentang materi selanjutnya

(43)

pertanyaan, khusunya materi dan contoh yang kurang dipahami oleh siswa.

2.) Membaca

Membaca tidaklah sukar jika seseorang sudah mengenal huruf. Namun membaca buku hingga mendapatkan manfaat dari buku tersebut adalah suatu kecakapan yang harus sungguh-sungguh diusahakan, terutama bagi siswa yang harus membaca buku tebal dan sulit, mereka harus mempunyai kebiasaan yang baik. Kebiasaan-kebiasaan minimal yang perlu dimiliki oleh siswa yaitu :

- Mengindahkan syarat-syarat kesehatan dalam membaca, terutama untuk kesehatan mata

- Menyusun rencana dan mengatur penggunaan waktu untuk membaca

- Menyiapkan dan menggunakan alat tulis sewaktu membaca untuk keperluan membuat tanda-tanda dan catatan-catatan mengenai apa yang dibaca

- Mengenal-mengenal perpustakaan yang ada serta rajin mengunjungi perpustakaan untuk membaca

(44)

3) Mendengarkan

Bahan pelajaran yang akan siswa pelajari kebanyakan datang kepada mereka tidak melalui bacaan, tetapi diperoleh karena siswa tersebut selalu mendengarkan penjelasan guru tentang pelajaran. Bila siswa telah memiliki kebiasaan mendengarkan pada saat guru menerangkan pelajaran, maka siswa akan lebih mudah mendengarkan orang lain yang menyampaikan informasi-informasi dari siaran televisi, radio yang ada kaitannya dengan bahan pelajaran.

4) Kebiasaan Praktik

Siswa yang melakukan latihan atau praktek berarti siswa menerapkan bahan pelajaran baik dalam kaitan dengan latihan penginderaan dan anggota tubuh (keterampilan) maupun siswa menerapkan prinsip dalam penggunaan prosedur kerja dalam pemecahan masalah (Ahmadi dan Supriyono, 1991: 129).

5) Menulis atau mencatat

(45)

a.) Membantu untuk mengingat kembali bagian-bagian penting, terutama ketika mempersiapkan diri menghadapi ujian. selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun pengertian bertanya adalah meminta keterangan (penjelasan): meminta supaya diberitahu (tentang sesuatu), kalau tidak tahu (Mulyono dkk, 1995). Jadi bisa diartikan jika bertanya adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk meminta keterangan dan untuk memperoleh jawaban yang lebih jelas atas sesuatu yang belum dimengerti atau belum dipahami. Burhanuddin Salam (2004) mengatakan ada dua keuntungan dalam bertanya yaitu:

(46)

yang tidak dimengerti akan memberi kemungkinan pada siswa yang bersangkutan dapat mengasosiakan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan teori atau contoh yang sedang dibahas.

b.) Dapat mendorong lebih lanjut, artinya dengan bertanya siswa selalu bersikap tidak menerima sesuatu teori atau contoh dengan membabi buta. Ini mendorongnya untuk selalu ingin tahu, paham dan bisa serta mandalami materi juga dapat mendorong siswa untuk belajar lebih lanjut.

b. Cara belajar mandiri di rumah

Belajar mandiri di rumah merupakan tugas pokok setiap siswa. Syarat utama belajar di rumah adalah keteraturan belajar yaitu memiliki jadwal belajar meskipun waktunya terbatas. Bukan lamanya belajar tetapi kebiasaan teratur dan rutin melakukan belajar setiap harinya meskipun dengan jam yang terbatas.

c. Cara belajar kelompok

(47)

banyak orang lebih baik dari pikiran satu orang itulah manfaat belajar bersama.

d. Mempelajari buku teks

Buku adalah sumber ilmu, oleh karena itu keharusan bagi siswa untuk membaca buku. Kebiasaan membaca buku harus dibudayakan oleh siswa agar lebih memahami bahan pelajaran dan dapat pula lebih tahu terlebih dahulu sebelum bahan pelajaran tersebut diberikan guru.

e. Menghadapi ujian

Keadaan yang paling mencemaskan bagi siswa adalah saat menghadapi tes, ulangan atupun ujian. Cemas, sibuk dan kurang istirahat karena mengejar belajar untuk ujian sehingga menimbulkan ketegangan yang berakibat kepercayaan diri menurun. Bagi yang sudah mempersiapkan diri dari awal, ujian adalah hal biasa. Oleh karena itu ujian bukan merupakan kekhawatiran dan ketegangan melainkan sebaliknya.

(48)

belajar yang baik harus dimulai sejak dini kepada seorang siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa merasa terbiasa melakukan kegiatan belajar dalam kesehariannya.

Gie (1995:48) mengemukakan bahwa cara belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam usaha belajarnya. Setiap hari siswa melakukan proses pembelajaran atau kegiatan belajar. Kegiatan belajar ini bisa berlangsung di sekolah, di rumah maupun ditempat-tempat yang lain. Dari berbagai kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa maka akan tercipta suatu cara belajar yang menjadi suatu kebiasaan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Djamarah (2002: 40-45) ada beberapa kebiasaan belajar yang dapat dilakukan diluar sekolah, yaitu :

a. Memantapkan materi pelajaran

Setelah menerima pelajaran disekolah, yang perlu dilakukan siswa setelah pulang sekolah adalah memantapkan kembali materi pelajaran di rumah yaitu dengan mengulang pelajaran yang diajarkan di sekolah. Apa yang guru jelaskan tidak mesti semuanya berkesan baik, tentu ada kesan-kesan yang masih samar-samar dalam ingatan.

(49)

untuk menunjang keberhasilan studi siswa di sekolah dan juga dapat mengatasi rasa kebosanan dan kejenuhan apabila siswa belajar sendiri.

(50)

2.) Bahan

Bahan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang membawa pesan/ informasi untuk pembelajaran. Baik pesan itu dikemas dalam bentuk buku paket, video, film, bola dunia, grafik, CD interaktif dan sebagainya. Kelompok ini biasanya disebut dengan media pembelajaran.

3.) Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan yang mampu memberikan pengkondisian belajar. Lingkungan ini juga di bagi dua kelompok yaitu lingkungan yang didesain khusus untuk pembelajaran, seperti laboratorium, kelas dan sejenisnya. Sedangkan lingkungan yang dimanfaatkan untuk mendukung keberhasilan penyampaian materi pembelajaran, di antaranya lingkungan museum, kebun binatang dan sejenisnya.

4.) Alat dan perlengkapan

(51)

5.) Aktivitas

Biasanya aktivitas yang dapat dijadikan sumber belajar adalah aktivitas yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, dimana didalamnya terdapat perpaduan antara teknik penyajian dengan sumber belajar lainnya yang memudahkan siswa belajar. Seperti aktivitas dalam bentuk diskusi, mengamati, belajar tutorial, dan sejenisnya.

b. Lama Belajar

Waktu merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Waktu juga merupakan kesempatan yang digunakan untuk melakukan berbagai macam kegiatan. Adapun yang dimaksud dengan waktu belajar adalah waktu yang digunakan untuk mempelajari sesuatu, sehingga terjadi proses perubahan pada diri seorang yang belajar.

Keteraturan penggunaan waktu untuk belajar memberikan dampak yang bermakna kepada kualitas hasil belajar siswa. Siswa mempunyai alasan sendiri-sendiri dalam belajar, ada belajar yang teratur, namun ada juga yang hanya disuruh oleh orang tuanya. Dapat dikatakan seseorang yang belajar akan mempengaruhi hasil belajarnya apabila dilakukan secara rutin dan teratur dalam waktu tertentu, sehingga akan mencapai prestasi belajar yang optimal.

(52)

lamanya belajar bertahan satu jam, dua jam atau tiga jam, sehingga lama belajar yang dilakukan oleh seorang siswa sifatnya tidak tentu. Lamanya belajar tergantung pada banyak sedikitnya bahan yang dipelajari. Tetapi perlu diperhatikan, belajar yang terlalu lama akan melelahkan dan tidak efisien. Siswa perlu menyusun jadwal rencana kegiatan agar tidak kehilangan waktu belajarnya. Sedangkan sisanya 4 jam digunakan untuk belajar di luar sekolah atau di rumah.

c. Menyiapkan diri untuk ujian

(53)

dengan berhasil oleh siswa apabila ia menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu landasan utama dan kegiatan pokok untuk maju ujian adalah belajar dengan sebaik-baiknya. Para siswa harus menyiapkan diri dengan belajar secara teratur, penuh disiplin dan konsentrasi pada masa yang cukup jauh sebelum ujian dimulai.

Menurut Burhanuddin (2004) adapun hal-hal yang harus dipersiapkan dan dilakukan siswa sebelum ujian tiba yaitu membaca ulang kembali catatan-catatan maupun rangkuman-rangkuman dan memperbaiki catatan yang perlu diperbaiki dan disempurnakan. Selanjutnya Reviari (1992) mengatakan hal yang juga perlu dilakukan saat mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian yaitu dengan mengerjakan latihan. Pada mata pelajaran fisika diperlukan latihan-latihan atau soal-soal untuk dikerjakan demi mendalamnya pemahaman yang diperoleh mengenai materi. Dalam mengerjakan latihan-latihan, sebaiknya tidak ditunggu sampai dekat pada waktu ujian, tetapi sebaiknya segera setelah pelajaran itu diajarkan.

C. Hakikat Fisika

(54)

faktor-faktor dan membuat teori. Hal ini tidak benar, sains adalah suatu aktivitas kreatif pikiran manusia (Giancoli, 2001; 1-2).

Menurut Departemen Pendidikan Nasional 2003, fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir analisis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri (Depdiknas, 2003).

(55)

Pada penelitian ini, peneliti mengambil beberapa dari berbagai teori diatas sebagai aspek kebiasaan belajar dalam angket atau kuesioner yang akan dibagikan. Adapun aspek tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kebiasaan dalam mengikut pembelajaran Fisika

2. Kebiasaan dalam memantapkan materi pelajaran Fisika diluar sekolah

(56)

37 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode riset survey. Penelitian kuantitatif adalah desain riset yang menggunakan data berupa skor atau angka yang kemudian akan dianalisis dengan statistik (Suparno, 2014: 119). Penelitian survey adalah penelitian dengan tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variable-variabel yang diteliti. Menurut Kerlinger (dalam Syofian, 2013: 4) penelitian survey memiliki karakteristik yaitu objek penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga dapat ditemukan kejadian-kejadian relatif, dan penelitian survey pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam.

(57)

B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini populasi penelitian yang diambil adalah siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman. Sampel yang diambil adalah seluruh siswa kelas XI-IPA pada beberapa Sekolah Menengah Atas yang ada di Kabupaten Sleman. Adapun penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik pengambilan sampling secara convenience sampling. Teknik convenience sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja, anggota populasi yang ditemui peneliti dan bersedia menjadi responden untuk dijadikan sampel atau peneliti memilih orang-orang yang terdekat saja (Syofian, 2013: 30).

Dalam penelitian ini dipilih satu sekolah dalam satu kecamatan yang mewakili daerah dibagian utara Kabupaten Sleman, bagian timur, bagian barat dan bagian tengah Kabupaten Sleman dan juga dengan mempertimbangkan kemungkinan untuk diterima lebih besar oleh karena itu peneliti lebih banyak memilih sekolah negeri untuk dijadikan tempat penelitian. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI-IPA sebanyak 322 responden dari tujuh sekolah yang dipilih yang ada di Kabupaten Sleman.

C. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

(58)

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di beberapa Sekolah Menengah Atas dibeberapa Kabupaten Sleman. Adapun sekolah yang dijadikan tempat penelitian yaitu :

a.) SMA Negeri 1 Turi e.) SMA Negeri 1 Prambanan b.) SMA Negeri 1 Tempel f.) SMA Negeri 1 Minggir c.) SMA Negeri 1 Cangkringan g.) SMA ST. Mikael d.) SMA Negeri 1 Ngaglik

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Prosedur pemecahan masalah pada metode ini adalah dengan cara menggambarkan obyek penelitian pada saat keadaan sekarang berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan (Syofian, 2013: 8).

(59)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari para responden yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama (Syofian, 2013: 46). Menurut Suparno (2014: 53) instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian, bentuknya dapat berupa tes tertulis, angket, wawancara, dokumentasi, obeservasi. Dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang berkaitan dengan kebiasaan belajar siswa, instrumen yang digunakan yaitu instrumen bentuk non tes berupa kuesioner/angket. Kuesioner/angket merupakan sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden yang ingin diketahui (Suparno, 2014: 59).

Dalam penelitian ini kuesioner yang digunakan adalah jenis kuesioner tertutup, dimana pernyataan-pernyataan yang diberikan kepada responden sudah dilengkapi dengan alternatif jawaban. Dengan kata lain penggunaan kuesioner tertutup, responden tidak diberi kesempatan untuk menjawab selain menggunakan alternatif jawaban yang sudah disediakan peneliti. Adapun 4 alternatif jawaban yang disediakan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

(60)
(61)

Aspek Kebiasaan Belajar

Skala pengukuruan instrumen penelitian atau penskoran instrumen dibuat dengan menggunakan skala Likert. Penskoran untuk pernyataan positif dan pernyataan negatif menggunakan skala Likert dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini :

(62)

F. Uji Coba Instrumen

Setelah instrumen disusun maka tahap selanjutnya yaitu menguji instrumen tersebut. Tujuan dari diujinya instrumen yaitu untuk menghindari pernyataan yang kurang jelas, marubah dan bahkan menghilangkan instrumen yang tidak relevan.

1. Validitas Instrumen

Validitas mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan. Validitas menunjuk pada kesesuian, penuh arti, bergunanya kesimpulan yang dibuat peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Suatu tes disebut valid bila memang mengukur yang mau diukur. Kesimpulannya valid bila sesuai dengan tujuan penelitian (Suparno, 2014: 65).

Untuk mengetahui ketepatan data diperlukan teknik uji validitas yaitu dengan analisis koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil korelasi antara skor butir/item dengan skor total. Untuk mengkorelasikan skor tiap-tiap item degan skor totalnya dapat digunakan korelasi product moment. Penghitungan validitas item kebiasaan belajar pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan program statstik IBM SPSS Statistics 21 dengan korelasi product moment.

(63)
(64)
(65)

Berdasarkan hasil uji validitas, dari 30 pernyataan diketahui 27 pernyataan valid dan 3 pernyataan dinyatakan tidak valid yaitu item nomor 4, 11 dan 19. Tiga item pernyataan yang tidak valid ini dirubah atau diperbaiki oleh dosen pembimbing agar pernyataannya menjadi jelas dan dapat digunakan untuk pengambilan data.

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjuk pada level konsistensi internal dari alat ukur sepanjang waktu (Suparno, 2014: 67). Menurut Syofian (2013: 55) reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Jadi alat ukur penelitian dapat dikatakan reliabel jika digunakan dalam beberapa kali subyek yang sama menghasilkan nilai pengukuran yang sama.

(66)

G. Metode Analisa Data

Kuesioner yang telah diisi oleh siswa dikategorikan kedalam kategori jawaban dari pernyataan positif dan kategori jawaban pernyataan negatif. Jawaban yang diberikan dari pernyataan positif oleh siswa akan dianalisis dengan skor sebagai berikut :

Tabel 5. Penskoran Jawaban Pernyataan Positif Jawaban Pernyatan Positif Skor

Sangat Setuju (SS) 4

Setuju (S) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Jawaban yang diberikan dari pernyataan negatif oleh siswa akan dianalisis dengan skor sebagai berikut :

Tabel 6. Penskoran Jawaban Pernyataan Negatif Jawaban Pernyataan Negatif Skor

Sangat Setuju (SS) 1

Setuju (S) 2

Tidak Setuju (TS) 3

(67)

Setelah jawaban siswa sudah diubah kedalam bentuk skor, maka skor tersebut dijumlahkan. Skor yang sudah dijumlahkan diubah kedalam bentuk skor (%) dengan cara sebagai berikut :

Skor (%) =

Berdasarkan hasil perhitungan skor keseluruhan kuesioner kebiasaan belajar siswa, kemudian akan diklasifikasikan untuk mengetahui tingkat kebiasaan belajar fisika siswa. Berikut penjelasan cara membuat tabel klasifikasi dalam penelitian ini:

- Skor minimal = 1 x 30 = 30 - Skor maksimal = 4 x 30 = 120 - Rentang data = 120 – 30 = 90

- Dibagi dalam 4 interval, maka penjang kelas 90 : 4 = 22,5 = 23 Dari perhitungan diatas maka dapat dibuat tabel klasifikasi sepert berikut:

Tabel 7. Klasifikasi Kebiasaan Belajar Siswa

No. Skor Skor (%) Kategori

1 30-52 25-43 Sangat Kurang

2 53-75 44-62 Kurang

3 76-98 63-81 Baik

(68)

49 BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

A. Deskripsi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA yang ada di Kabupaten Sleman. Semua data peneliti peroleh dari penyebaran angket kepada siswa SMA Kelas XI-IPA di tujuh sekolah yang ada di Kabupaten Sleman. Kabupaten Sleman terdiri dari tujuh belas kecamatan, dalam penelitian ini dipilih tujuh kecematan dengan setiap kecamatan diambil satu sekolah untuk dijadikan tempat penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada akhir semester II yaitu pada bulan Juni, semester genap tahun ajaran 2015/2016. Adapun kuesioner yang disebar atau dibagikan berisi 30 item pernyataan tentang kebiasaan belajar siswa pada mata pelajaran fisika dengan jumlah responden sebanyak 322 siswa.

(69)

jadwal pengambilan data yang dilakukan di tujuh sekolah dapat dilihat pada siswa. Untuk jumlah skor secara keseluruhan setiap siswa dapat dilihat pada lampiran 7.

(70)

Tabel 9. Klasifikasi Kebiasaan Belajar Fisika Siswa Kelas XI-IPA SMA di

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa kebiasaan belajar fisika siswa SMA di Kabupaten Sleman kelas XI-IPA, terdiri dari 22 siswa atau 6,8% dari jumlah keseluruhan dalam kategori sangat baik. Hal ini berarti 22 siswa memiliki kebiasaan belajar yang sangat baik. Sebanyak 234 siswa atau 72,7% dari jumlah keseluruhan dalam kategori baik atau dapat dikatakan memiliki kebiasaan belajar fisika yang baik, 65 siswa atau 20,2% dalam kategori kurang yang berarti 65 siswa ini memiliki kebiasaan fisika yang kurang baik. Dan hanya 1 orang atau 0,3% yang memiliki kebiasaan sangat kurang. Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa secara umum siswa SMA kelas XI-IPA di Kabupaten Sleman memiliki kebiasaan belajar fisika yang baik.

(71)

siswa setiap sekolah seperti yang ada pada lampiran 9, singkatnya kebiasaan belajar siswa pada setiap sekolah dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Kebiasaan Belajar Fisika Siswa SMA Kelas XI-IPA Setiap Sekolah

(72)

Turi yaitu dengan persentase 66,65%. Dan yang terakhir yaitu SMA N 1 Cangkringan yang memiliki persentasi 61,82% dengan kategori kurang.

Kebiasaan belajar siswa pada penelitian ini dilihat dari beberapa aspek. Berikut tabel kebiasaan belajar siswa berdasarkan pengelompokkan aspek:

Tabel 11. Kebiasaan Belajar Siswa Berdasarkan Pengelompokkan Aspek

No. Nama Sekolah A1 A2 A3 A4

1 SMA N 1 Cangkringan 64,88 59,72 62,30 63,33

2 SMA N 1 Minggir 75,55 69,96 69,91 64,32

3 SMA N 1 Ngaglik 73,80 69,14 71,34 54,81

4 SMA N 1 Prambanan 75,34 66,67 63,67 54,40

5 SMA N 1 Tempel 80,42 74,43 81,41 77,18

6 SMA N 1 Turi 69,23 66,39 64,22 63,03

7 SMA ST. Mikael 72,59 67,82 64,93 50,00

Keseluruhan 73,12 67,73 68,25 61,01

Keterangan :

A1 = Aspek kebiasaan mengikuti pelajaran fisika

(73)

Dari empat aspek yang ada, aspek kebiasaan penggunaan waktu belajar fisika yang memiliki persentase skor paling rendah yaitu 61,01% dan aspek kebiasaan mengikuti pelajaran fisika mempunyai persentase skor paling tinggi yaitu 73,12%. Pada setiap aspek kebiasaan belajar siswa terdiri dari indikator-indikator kebiasaan belajar siswa, untuk itu dibuat tabel kebiasaan belajar siswa berdasarkan indikator kebiasaan belajar pada setiap aspek.

Pertama yaitu aspek kebiasaan mengikuti pelajaran fisika. Aspek ini mempunyai lima indikator yaitu menyiapkan diri, membaca/mendengar/ praktik, mencatat, konsentrasi dan bertanya. Pada indikator menyiapkan diri untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada tabel 12:

Tabel 12. Kebiasaan belajar berdasarkan indikator Menyiapkan Diri

Dari tabel 12, dapat dilihat secara keseluruhan kebiasaan belajar siswa dalam menyiapkan diri dalam mengikuti pembelajaran fisika dalam kategori

(74)
(75)
(76)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan kebiasaan

(77)

67,97%. Dari semua sekolah, SMA N 1 Cangkringan memiliki tingkat konsentrasi yang kurang pada saat mengikuti pelajaran fisika. Hal ini ditunjukkan dengan persentase skor yang rendah yaitu 57,29%. SMA N 1 Tempel memiliki persentase skor yang paling tinggi dari semua sekolah yaitu 82.12%, dengan demikian SMA N 1 Tempel memiliki kebiasaan konsentrasi yang sangat baik pada saat mengikuti pelajaran fisika. Perolehan data mengenai konsentrasi siswa mengikuti pembelajaran fisika dalam penelitian ini berdasarkan pendapat siswa bukan dari hasil pengamatan peneliti secara langsung dikelas.

(78)

Indikator bertanya pada aspek kebiasaan mengikuti pelajaran fisika terdiri dari dua item pernyataan negatif yang tujuannya ingin mengetahui apakah siswa lebih memilih bertanya kepada teman atau kepada guru bila ada materi fisika yang kurang dimengerti pada saat mengikuti pelajaran fisika, untuk lebih jelasnya akan dijelaskan dipembahasan. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kebiasaan bertanya siswa secara keseluruhan berada dalam kategori baik yang memiliki persentase skor sebesar 73,42%.

Untuk mengetahui kebiasaan belajar siswa yang paling banyak siswa lakukan dari berbagai indikator yang ada pada aspek mengikuti pembelajaran fisika di sekolah, maka dibuat tabel seperti dibawah ini:

Tabel 17. Kebiasaan Belajar Siswa Berdasarkan Pengelompokkan Indikator Pada Aspek Kebiasaan Mengikuti Pembelajaran Fisika

(79)

indikator menyiapkan diri. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebiasaan yang masih belum banyak dilakukan oleh siswa pada saat mengikuti pelajaran fisika yaitu berkonsentrasi, kemudian menyiapkan diri sebelum mengikuti pelajaran fisika, namun semua indikator kebiasaan belajar siswa pada aspek kebiasaan mengikuti pembelajaran fiska di sekolah sudah tergolong dalam kategori baik.

Aspek yang kedua yaitu aspek memantapkan materi pelajaran. Aspek ini mempunyai dua indikator yaitu memantapkan materi pelajaran fisika dan mencari bahan/sumber belajar lain. Berikut adalah tabel kebiasaan belajar berdasarakan indikator mempelajari kembali materi pelajaran.

(80)
(81)

Tabel 19. Kebiasaan Belajar Berdasarkan Indikator Mencari Bahan/Sumber

(82)

lain, dari data diatas dapat dikatakan enam sekolah berada pada kategori baik dan satu sekolah berada pada kategori kurang.

Aspek yang ketiga yaitu aspek kebiasaan dalam menyiapkan diri menghadapi ujian. Berikut adalah tabel kebiasaan belajar berdasarakan indikator menyiapkan diri menghadapi ujian:

Tabel 20. Kebiasaan Belajar Berdasarkan Indikator Menyiapkan Diri Menghadapi Ujian Mata Pelajaran Fisika

(83)

tinggi yaitu 81,41%, namun SMA N 1 Cangkringan memiliki skor yang paling rendah yaitu dengan persentase 62,32%.

Aspek yang terakhir yaitu aspek kebiasaan penggunaan waku belajar. Berikut adalah tabel kebiasaan belajar berdasarakan indikator penggunaan waktu belajar:

Tabel 21. Kebiasaan Belajar Berdasarkan Indikator Penggunaan Waktu Belajar Fisika

(84)

kurang baik. Dapat dilihat dari tabel, empat sekolah memiliki penggunaan waktu belajar fisika dalam kategori baik dan tiga sekolah lainnya termasuk dalam kategori kurang baik.

C. Pembahasan

Kebiasaan belajar fisika adalah tingkah laku siswa dalam belajar fisika yang konsisten. Tingkah laku yang konsisten artinya dilakukan dengan pola yang sama, dan tingkah laku ini dilakukan secara terus menerus. Dengan kata lain kebiasaan belajar fisika adalah cara-cara siswa dalam belajar fisika yang sering dilakukan oleh siswa. Dalam penelitian ini kebiasaan belajar siswa dilihat dari empat aspek yaitu aspek kebiasaan mengikuti pelajaran fisika, aspek kebiasaan memantapkan materi pelajaran fisika, aspek kebiasaan menyiapkan diri menghadapi ujian, dan aspek kebiasaan penggunaan waktu belajar fisika.

Aspek yang pertama yaitu aspek kebiasaan mengikuti pelajaran fisika. Dari tabel 11, diketahui bahwa aspek kebiasaan mengikuti pelajaran fisika tergolong dalam kategori baik dengan skor rata-rata 73,12%. Aspek ini merupakan aspek dengan skor rata-rata yang paling tinggi dari aspek yang lainnya. Aspek kebiasaan mengikuti pelajaran terdiri dari lima indikator kebiasaan belajar. Indikator yang pertama yaitu indikator meyiapkan diri.

(85)

membaca dan mereview materi sebelumnya (item 1) dan membaca sekilas tentang materi selanjutnya (item 2) sebelum mengikuti pelajaran fisika. Untuk melihat isi pernyataan selengkapnya, dapat dilihat pada Lampiran 1.

Berdasarkan tabel 12, diketahui bahwa secara keseluruhan kebiasaan siswa dalam menyiapkan diri sebelum mengikuti pelajaran termasuk dalam kategori baik. Hal ini didukung kebiasaan yang baik dari siswa dalam membaca kembali materi pelajaran fisika dan kebiasaan yang baik dari siswa dalam membaca sekilas materi pelajaran fisika sebelum mengikuti pelajaran.

Dari tabel 12 juga diketahui bahwa dari tujuh sekolah, ada satu sekolah yang mempunyai kebiasaan menyiapkan diri yang kurang, yakni SMA N 1 Cangkringan. Hal ini bersesuaian dengan jawaban siswa pada kuesioner yang telah dibagikan. Sebanyak 64,3% dari jumlah keseluruhan siswa kelas XI-IPA yang ada di SMA N 1 Cangkringan tidak membaca dan mereview materi sebelumnya dan 57,1% dari jumlah keseluruhan tidak membaca sekilas materi selanjutnya yang akan dibahas sebelum mengikuti pelajaran fisika (dapat dilihat pada lampiran 12). Maka dapat dikatakan bahwa siswa-siswa ini tidak menyiapkan diri sebelum mengikuti pelajaran fisika, oleh karena itu kebiasaan menyiapkan diri siswa SMA N 1 Cangkringan tergolong kategori kurang.

(86)

pernyataan yaitu item nomor 3 dan item nomor 4, masing-masing item memuat perbandingan cara belajar yang lebih disukai.

Berdasarkan data dari tabel 13, diketahui bahwa siswa lebih suka mendengarkan penjelasan guru/ceramah daripada harus membaca buku teks pelajaran fisika dengan persentase 78,57%. Hal ini berarti tidak semua siswa menyukai ceramah guru, ada siswa yang lebih memilih untuk membaca buku teks pelajaran fisika daripada mendengarkan ceramah guru, namun ternyata 78,69% siswa lebih menyukai belajar fisika melalui percobaan daripada harus mendengarkan ceramah guru. Maka dapat disimpulkan bahwa cara belajar yang paling disukai oleh siswa pada saat mengikuti pembelajaran fisika adalah dengan melalui percobaan, kemudian cara kedua yang juga disukai oleh siswa adalah mendengarkan ceramah guru.

(87)

catatan pelajaran yang dimiliki dengan catatan milik teman dan kemudian melengkapnya bila terdapat kekurangan.

Dari data pada tabel 14, diketahui bahwa indikator mencatat tergolong dalam kategori baik. Berdasarkan ketiga item pernyataan pada indikator mencatat diketahui bahwa siswa mempunyai catatan yang lengkap dan baik. Hal ini bersesuaian dengan jawaban siswa pada kuesioner yaitu sebanyak 299 siswa dari 322 siswa atau 92,8% dari jumlah responden keseluruhan yang beranggapan selalu mancatat materi Fisika dan keterangan-keterangan penting yang disampaikan oleh guru dan kemudian 265 siswa atau 82,3% merasa selalu melengkapi catatan pelajaran fisika mereka dengan cara membandingkan catatan mereka dengan catatan teman dan melengkapinya bila ada kekurangan pada catatan tersebut (dapat dilihat pada lampiran 13). Dari tabel 14 juga diketahui bahwa semua sekolah mempunyai kebiasaan mencatat yang baik.

(88)

Dari indikator ini yang ingin diketahui adalah keseriusan siswa dalam belajar fisika.

Keseriusan siswa dalam belajar fisika dapat dilihat dari kesungguhan siswa pada saat mengikuti pelajaran fisika yaitu fokus atau tidaknya siswa dalam memperhatikan guru mengajar. Yang dimaksud fokus disini yaitu siswa tidak mengantuk, tidak mengobrol dengan teman serta tidak mengerjakan hal lain yang tidak berkaitan dengan pelajaran fisika saat pelajaran fisika itu berlangsung.

Gambar

Tabel 21. Kebiasaan Belajar Berdasarkan Indikator Penggunaan Waktu
Tabel 1. Kebiasaan Studi yang Baik dan Kebiasaan Studi yang Buruk
Table 2. Kisi-kisi Kuesioner Kebiasaan Belajar Fisika
Tabel 3. Penskoran Pernyataan Positif dan Negatif Berdasarkan Skala Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Selasa tanggal Dua Puluh Lima bulan September Tahun Dua Ribu Dua Belas, kami yang bertanda tangan dibawah ini Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Bina Marga

[r]

[r]

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III

PENCGUNAAN PARSAM,ITIN I]ICRANGE UNN/X. MENENTTJIC{N}ERCFIATANCERAKBENiDA ITI)A SISTIIM

Data peta wilayah untuk pengembangan teknologi yang sesuai dengan pengwilayahan komoditas unggulan telah tersediad. Data peta wilayah untuk pengembangan teknologi tidak sesuai dengan

sebagaimana mestinya untuk menyusun suatu skripsi dengan judul “TINJAUAN HUKUM TERHADAP PEMBERIAN SANTUNAN YANG DITERIMA OLEH PENYANDANG DISABILITAS YANG MENGALAMI

Penelitian ini menemukan gambaranself compassion pada mahasiswa dari keluarga yang bercerai dengan melihat dimensi self compassion yaitu ketiga subjek dapat